id
TESIS
Oleh
Suwarmo
S841108031
PROGRAM PASCASARJANA
SURAKARTA
2013
commit to user
KAJIAN NOVEL RONGGENG DUKUH PARUK
KARYA AHMAD TOHARI DAN NOVEL SINDEN
KARYA PURWADMADI ADMADIPURWA
TESIS
Oleh
Suwarmo
S841108031
TESIS
Oleh:
Suwarmo
S841108031
Tim Penguji
Jabatan Nama Tanda Tangan Tanggal
Prof. Dr. Ir. Ahmad Yunus, M.S. Prof. Dr. Sarwiji Suwandi, M.Pd.
NIP 196107171986011001 NIP 196204071987031003
commit to user
PERNYATAAN ORISINALITAS DAN PUBLIKASI ISI TESIS
Surakarta, 2013
Mahasiswa
Suwarmo
S841108031
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
MOTTO
JATUH TETAPI ORANG YANG KUAT ADALAH ORANG YANG PERNAH JATUH TETAPI MAMPU UNTUK BANGKIT KEMBALI DEMI
MENDAPATKAN SEMUA YANG DICITA-
commit to
user
PERSEMBAHAN
Rasa syukur yang tak terhingga penulis panjatkan kepada Allah SWT yang
Maha Pengasih dan Penyayang yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya,
Tesis yang berjudul Kajian Novel Ronggeng Dukuh Paruk Karya Ahmad
Tohari dan Novel Sinden Karya Purwadmadi Admadipurwa (Intertekstual dan Nilai-
berbagai pihak. Untuk itu pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih
kepada:
1. Prof. Dr. Ravik Karsidi, M.Pd. Rektor Universitas Sebelas Maret Surakarta.
2. Prof. Dr. Ir. Ahmad Yunus, MS. Direktur PPs Universitas Sebelas Maret
Surakarta.
3. Prof. Dr. Sarwiji Suwandi, M.Pd. Ketua Program Studi S-2 Pendidikan
berikan kepada kedua putra kebanggaan dan istri tercinta yang telah
Penulis berharap, semoga tesis ini dapat bermanfaat bagi para pembaca
Indonesia, guru bahasa Indonesia dan seluruh masyarakat pecinta bahasa dan
sastra Indonesia.
Penulis
DAFTAR ISI
JUDUL i
PENGESAHAN PEMBIMBING ii
PERNYATAAN iv
KATA PENGANTAR v
ABSTRAK vi
ABSTRACK vii
BAB I PENDAHULUAN 1
B. Rumusan Masalah 5
C. Tujuan Penelitian 6
D. Manfaat Penelitian 7
A. Kajian Teori 8
C. Kerangka Berpikir 42
B. Jenis Penelitian 45
A. Hasil Penelitian 49
Sinden................................................... 49
1. Tema 49
3. Penokohan 57
5. Point of View 93
1. Tema 94
3. Penokohan 102
1) Penokohan 122
Paruk 127
139
141
A. Simpulan 178
B. Implikasi 184[
C. Saran-saran 186
LAMPIRAN..........................................................................................................191
commit to
user
Suwarmo. S.84 Kajian Intertekstual dan Nilai Pendidikan Novel
Ronggeng Dukuh Paruk Karya Ahmad Tohari dan Novel Sinden Karya
.TESIS. Pembimbing I: Prof. Dr. Sarwiji Suwandi,
M.Pd, II: Dr. Nugraheni Eko Wardani, M.Hum. Program Studi Pendidikan Bahasa
Indonesia, Program Pascasarjana, Universitas Sebelas Maret.
ABSTRAK
ABSTRACT
This research aims to describe and to explain: (1) the structure of Ronggeng
Dukuh Paruk and Sinden novels; (2) the similarity and difference of elements
constructing the intertexstual of Ronggeng Dukuh Paruk and Sinden novels; and
(3) education value in Ronggeng Dukuh Paruk and Sinden novels.
This research employed a descriptive qualitative method. This method was
used to explore information and data source constituting literary texts, so that the
data appeared is not statistically concepts. Techniques of collecting data used
were: interactive and document recording technique with content analysis,
listening, reading and recording technique; and library research technique). The
data collected was analyzed using technique of analyzing data with an interactive
model of analysis encompassing three components: (1) data reduction; (2) data
display, and (3) conclusion or verification.
The finding of research using intertextuality approach showed that the two
novels and intertextual relationship form; (1) the elements constructing the novel
structure included theme, plot, characterization, setting, and point of view
structurally having similarity and difference, (2) the novel had similarity and
difference. The themes of both novels were different. The theme of Sinden novel
is the specific form of Ronggeng Dukuh Paruk novel. Ronggeng Dukuh Paruk
novel presented the social culture theme involving a broader problems.
Meanwhile Sinden novel presented a not-too complicated social culture theme.
Bot
BAB I
PENDAHULUAN
kehidupan sosial budaya yang terjadi dalam masyarakat. Persoalan sosial budaya
sebuah karya sastra yang dikemas dan disajikan dengan penuh estetika .
kreasi pengarang yang diilhami oleh kepekaan rasa. Untuk itu karya sastra
seharusnya mengandung dua unsur yang seimbang yaitu dulce et utile. Dulce
adalah kesenangan atau kenikmatan, dan utile adalah kegunaan atau manfaat.
nilai-nilai moral. Jadi untuk sastra yang baik memuat dua hal tersebut secara
seimbang.
masyarakat. Sastra menyajikan kehidupan yang tersaji dalam teks sastra sebagian
commit to user
1
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Dalam sastra Indonesia ada beberapa bentuk cipta sastra, yaitu puisi, prosa
dan drama. Karya prosa Indonesia dapat dibedakan menjadi roman, novel, dan
cerpen, ketiganya biasa disebut juga cerita rekaan atau fiksi. Dibanding karya
sastra puisi dan drama, novel mempunyai daya tarik tersendiri. Novel
menceritakan lebih bebas, detil, rinci, berisi masalah yang lebih kompleks. Novel
membacanya. Hal itu disebabkan pada dasarnya bahwa setiap orang senang cerita,
mendengarkan. Melalui sarana cerita itu pembaca secara tak langsung dapat
sengaja ditawarkan pengarang. Oleh karena itu, cerita fiksi, atau kesastraan pada
umumnya, sering dianggap dapat membuat manusia menjadi lebih arif, atau dapat
dikatakan sebagai
membawa pembaca untuk mendalami bentuk kehidupan yang baru atau yang
belum pernah di alaminya. Novel memuat cerita tentang aneka ragam warna
kehidupan manusia dengan watak dan gaya hidupnya, dapat memberi wawasan
berpikir yang lebih luas kepada para pembaca. Dengan bahasa yang indah novel
memberikan suatu alur cerita kehidupan secara tuntas dan mendalam. Melalui
tema, amanat, tokoh, perwatakan dan unsur instrinsik lainnya, novel mampu
memberikan suatu ajaran atau nilai didik bagi pembacanya. Novel merupakan
commit to
user
gambaran dari kehidupan dan perilaku yang nyata, dari zaman pada saat novel itu
ditulis.
sastra tersebut tidak hanya sekadar membaca tetapi membaca secara cermat, dan
unsur-unsur pebentuk karya sastra, khususnya fiksi, pada umumnya kegiatan itu
disertai kegiatan analisis. Istilah analisis, misalnya analisis karya fiksi, dalam
adalah sebuah totalitas. Novel dibangun dari sejumlah unsur, dan setiap unsur
hidup. Dengan kata lain tiap-tiap unsur pembangun novel akan semakin bermakna
interteks dapat digunakan untuk menelusuri kedudukan teks dalam suatu karya
sastra. Terutama dalam studi sastra baik dalam bidang kritik sastra maupun
sejarah sastra. Hal ini penting karena untuk memperjelas makna sebagai karya
sastra, sehingga karya sastra akan mudah untuk dipahami, baik pemahaman
dengan karya sastra (teks) lain. Melalui pengajaran atau mempertentangkan dua
atau lebih karya sastra yang menunjukkan adanya hubungan antarteks, makna karya
sastra akan lebih dapat digali secara timbal balik (Rachmad Djoko Pradopo,
2002: 368).
memberikan makna karya sastra yang bersangkutan. Karya itu dipredeksi sebagai
reaksi, penyerapan, atau transformasi dari teks-teks lain. Intertekstual lebih dari
makna sebuah karya secara penuh dalam konstrasnya dengan karya lain yang
Novel Ronggeng Dukuh Paruk karya Ahmad Tohari dan novel Sinden
ronggeng yang terletak di dusun terpencil pada pedukuhan Paruk pada masa
berpolitik. Begitu juga dalam novel Sinden yang mengisahkan sosok perempuan
yang ingin menjadi sinden sejati yang mumpuni dalam perjuangannya terjadi
Dalam novel Sinden pun terjadi pemanfaatan seni-seni tradisional untuk kegiatan
politik. Selain itu Ahmad Tohari menuangkan nilai-nilai religius dalam Ronggeng
Dukuh Paruk begitu halus, kehidupan masyarakat Dukuh Paruk yang selalu taat
dan menjunjung tinggi budaya para leluhurnya, bentuk ketaatan dan keiklasan
tatakrama budaya menjadi sinden sejati yang telah diwariskan para leluhurnya,
perbedaan dari novel Ronggeng Dukuh Paruk karya Ahmad Tohari dan novel
yang terkandung pada kedua novel tersebut. Sehingga akan memberikan jawaban
Paruk karya Ahmad Tohari dan novel Sinden karya Purwadmadi Admadipurwa,
B. Rumusan Masalah
Dukuh Paruk karya Ahmad Tohari dan novel Sinden karya Purwadmadi
Admadipurwa ?
Ronggeng Dukuh Paruk karya Ahmad Tohari dan novel Sinden karya
Purwadmadi Admadipurwa ?
C. Tujuan Penelitian
Dukuh Paruk karya Ahmad Tohari dan novel Sinden karya Purwadmadi
Admadipurwa.
pembangun novel Ronggeng Dukuh Paruk karya Ahmad Tohari dan novel
dalam novel Ronggeng Dukuh Paruk karya Ahmad Tohari dan novel Sinden
Manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Manfaat Teoretis
teori sastra khususnya novel. Mengenai penerapan salah satu bentuk kajian
hasil penelitian dapat digunakan sebagai salah satu contoh kajian dalam
2. Manfaat Praktis
guru, siswa, dan peneliti lain dalam mengapresiasi novel novel Ronggeng
Dukuh Paruk karya Ahmad Tohari, dan novel Sinden karya Purwadmadi
Admadipurwa.
sehari-hari.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Kajian Teori
1.
Hakikat Novel
Istilah novel berasal dari bahasa Italia novell (yang dalam bahasa Jerman : novella). Secara harafiah novella
ndonesia novelette (Inggris : novelette), yang berarti sebuah karya sastra berbentuk prosa fiksi yang panjangnya cukupan, tidak terla
representative dalam suatu alur atau keadaan yang agak kacau atau kusut
(1960: 830).
Dalam
adalah suatu cerita dengan suatu alur, cukup panjang mengisi satu buku atau
lebih, yang menggarap kehidupan pria, dan wanita yang bersifat imajinatif
(1960: 853).
Novel adalah gambaran dari kehidupan, dan perilaku yang nyata, dari
zaman pada saat novel itu ditulis (The novel is a picture of real life and
commit to user
8
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
manners, and of the time in which it is written), (dalam Rene Wellek dan
bahwa :
fiction
yang sebenarnya tidak ada. Cerita-cerita sastra, seperti roman, novel,
dan cerita pendek diklasifikasikan sebagai prosa fiksi, sedangkan
prosa yang bukan karya sastra yang merupakan deskripsi dari
kenyataan yang dinyatakan sebagai prosa non-fiksi, misalnya :
biografi, catatan harian, laporan kegiatan, dan sebagainya yang
merupakan karya sastra yang bukan hasil imajinasi.
kedudukan prosa dengan istilah fiksi dari beberapa pendapat ahli sastra
sebagai berikut :
Ahli sastra sering menyebut prosa dengan istilah fiksi, teks naratif,
atau wacana naratif. Istilah fiksi dipergunakan untuk menyebut karya
naratif yang isinya perpaduan antara kenyataan dan imajinasi. Tidak
semua fiksi sepenuhnya khayalan. Dunia fiksi berada di samping
dunia realitas. Pengarang dalam menciptakan karyanya selalu
menghubungkan tokoh-tokoh, latar, dan peristiwa seperti yang ada
dalam dunia nyata.
commit to
user
Pada dasarnya pengertian Novel secara etimologis berasal dari
novellus
bentuk karya sastra cerita fiksi yang paling baru (Herman J. Waluyo, 2011:5).
usaha untuk memberikan effect dari tealism, dengan mewakili karakter yang
menjalani mode masuk akal, dan sehari-hari dari pengalaman, (1971 : 112).
novel dianggap relefan dengan prosa fiksi, sehingga pengertian fiksi berlaku
untuk novel. Dalam novel disajikan sebuah dunia khayal yang dibangun
melalui cerita, tokoh, peristiwa, dan latar yang semua bersifat imajinasi
yang bermakna. Kehidupan itu sendiri sebagian besar terdiri atas kenyataan
sosial budaya dan juga ada yang meniru subjektivitas manusia (Wijaya Heru
besar terdiri atas kenyataan sosial, walaupun karya sastra meniru alam, dan
tersebut. Faruk (1999: 29) mengatakan bahwa novel adalah sebuah cerita
dilakukan oleh seorang hero yang problematic dalam dunia yang terdegradasi
melalui beberapa unsur intrinsiknya seperti: tema, plot, tokoh dan penokohan,
(disingkat : cerkan) atau cerita khayalan. Hal ini disebabkan fiksi merupakan
karya naratif yang isinya tidak merujuk pada kebenaran sejarah (Abrams
dalam Burhan Nurgiyantoro, 1998 : 2). Kata fiksi merujuk pada suatu karya
yang menceritakan sesuatu yang bersifat rekaan, khayalan, sesuatu yang tidak
kesastraan ada suatu bentuk karya sastra yang mendasarkan diri pada fakta
ilmu pengetahuan maka disebut fiksi sains (science fiction). Ketiga contoh
Namun, cerita fiksi walau berupa khayalan, tidak benar jika dianggap
karya imajinatif yang dilandasi kesadaran, dan tanggung jawab dari segi
historis dari uraian yang bersifat historis, dengan penunjukan khusus pada sastra.
pendekatan kajian sastra. Hal ini dikandung maksud untuk mengetahui asumsi
karya sastra sesuai dengan pendekatan yang akan digunakan untuk mengkaji
karya sastra.
a. Pendekatan Struktural
karya sastra itu merupakan tiruan dari alam atau kehidupan atau dunia ide;
itu sebagai sesuatu yang otonom, yang berdiri sendiri, sesuatu yang
pembaharuan teori-teorinya.
yang dihadapi oleh para kritikus yaitu karya sastra itu sendiri. Pada
yang otonom, yang mencukupi dirinya, maka dalam kritik sastra yang
(Herman J,. Waluyo, 2011: 6) meliputi; tema cerita, plot atau kerangka
cerita, penokohan, dan perwatakan, setting atau tempat kejadian cerita atau
disebut juga latar, sudut pandang pengarang atau point of view, latar
berkaitan satu dengan yang lain secara erat dan saling menggantungkan..
Kata inilah yang menyebabkan novel, juga sastra pada umumnya, menjadi
karya sastra itu sendiri. Unsur-unsur inilah yang menyebabkan karya sastra
hadir sebagai karya sastra, unsur yang secara faktual akan dijumpai jika
orang membaca karya sastra. Unsur intrinsik sebuah novel adalah unsur-
unsur yang (secara langsung) turut serta membangun cerita. Unsur yang
karya sastra itu, tetapi secara tidak langsung mempengaruhi bangunan atau
pembangun struktur cerita rekaan, yaitu: (1) plot; (2) character; (3)
setting; (4) point of view; (5) style and tone; (6) tema.
tujuh unsur-unsur fiksi yaitu : (1) plot (alur cerita); (2) karakter
terjadinya cerita); (5) suasana cerita; (6) gaya cerita; (7) sudut pandang
cerita.
membagi unsur-unsur prosa fiksi terdiri dari : tema cerita, plot atau
kerangka cerita, penokohan dan perwatakan, setting atau tempat cerita atau
latar, sudut pandang pengarang atau point of view, latar belakang atau back-
ground, dialog atau percakapan, gaya bahasa atau gaya cerita, waktu cerita
membangun karya sastra itu sendiri. Unsur intrinsik antara lain: peristiwa,
karya sastra itu sendiri. Unsur ektrinsik anatara lain: subyektivitas keadaan
individu pengarang seperti, keyakinan, pendidikan, pandangan hidup,
1) Tema
karya sastra sangat beragram. Tema bisa berupa persoalan moral, etika,
adalah dasar atau makna suatu cerita atau novel, Sedangkan Brooks,
Purser, dan Werren dalam bukunya yang lain mengatakan tema adalah
membangun dasar atau gagasan utama dari suatu karya sastra (Brooks,
1952: 820)
pokok dalam cerita fiksi. Untuk dapat mengetahui tema cerita mungkin
yang bersifat fisik; (2) tema organik; (3) tema sosial; (4) tema egoik
bahwa tema bersifat fisik adalah tema yang berhubungan dengan inti
tentang cinta, mencari nafkah dan lain-lain. Tema yang bersifat organik
Tema bersinonim dengan ide utama (Central Idea) dan tujuan utama
(Central Purpose). Oleh karena itu tema dapat dipandang sebagai dasar
dasar umum yang menopang sebuah karya sastra, dan yang terkandung
bahwa tema adalah makna cerita, gagasan sentral, atau dasar cerita.
Alur atau plot adalah struktur gerak yang terdapat dalam fiksi
lain yang sama artinya dengan alur atau plot ini adalah trap atau
menuju suatu akhir (ending) yang dalam dunia sastra lebih dikenal
1959:682)
Sejalan dengan pendapat Herman J. Waluyo (2011: 9) alur atau
plot sering juga disebut kerangka cerita, yaitu jalinan cerita yang
serangkaian peristiwa.
dan klimaks atau puncak penggawatan (climax); (3) alur akhir, terdiri
Climax
Complication
Rising action
Inciting moment
Exposition denouement
Climax adalah puncak dari terjadinya konflik cerita yang berasal dari
yang terjadi.
Pada prinsipnya, ada tiga jenis alur, yaitu (1) alur garis lurus
flash back
atau sorot balik, atau alur regresif, (3) alur campuran, yaitu pemakaian
alur garis lurus dan flash back sekaligus di dalam cerita fiksi.
yaitu alur yang urutan peristiwa berurutan dari awal hingga akhir.
Alur atau plot sorot balik (flash-back) alur dalam cerita dimulai
dengan bagian akhir dari cerita tersebut, misalnya terdapat pada novel
antara alur garis lurus, dan sorot balik terdapat pada novel Umar
menyebutkan tiga jenis plot, yaitu; (1) plot peruntungan; (2) plot
penokohan; dan (3) plot pemikiran. Disebut alur peruntungan jika plot
tersebut memaparkan kesedihan, sifat sinis, penghukuman, sifat
pemikiran tokoh-tokohnya.
dalam dunia nyata ini. Walaupun fiksi sebuah cerita khayalan, tetapi
bahwa yang dimaksud dengan alur atau plot adalah rangkaian peristiwa-
(a) Tokoh
rita fiksi. Burhan Nurgiyantoro (1998: 165) menggunakan istilah tokoh untuk menunjuk pada orangnya, pelaku cerita, sedangkan watak
yaitu protagonis dan antagonis, Tokoh Sentral,
diandalkan.
(1979: 66) membagi jenis tokoh atau watak menjadi dua, yaitu:
tokoh atau watak bulat (round character), dan tokoh atau watak
bukan watak hitam atau putih. Watak dari tokoh jenis ini tidak
sederhana.
perannya.
(b) Penokohan
Nurgiantoro, 1998:165).
atau keadaan fisik tokoh tersebut, dapat dikaitkan dengan umur, ciri
Latar atau setting adalah latar di mana cerita itu berlangsung dan
terjadi. Setting bisa meliputi tempat, waktu, dan suasana. Latar cerita
siang dan malam, tanggal, bulan, dan tahun. Tempat dapat berarti di
dalam atau di luar rumah, di desa atau di kota, dapat juga di kota mana,
yang terdapat pada suatu tempat yang diceritakan dalam cerita fiksi.
dan pandangan hidup tokoh. Seting terbagi jadi dua setting material
dibedakan menjadi tiga unsur pokok, yaitu tempat, waktu dan sosial.
sebagainya.
dapat meliputi tahun, bulan, hari, tanggal, jam, atau saat yang ada
233).
sudut pandang yang telah umum dilakukan orang, yaitu bentuk person
menyebut nama, atau kata gantinya: ia, dia, mereka. Nama-nama tokoh
cerita, khususnya yang utama, kerap atau terus menerus disebut, dan
kepada pembaca.
tindakan, latar, dan berbagai yang membentuk cerita dalam karya fiksi
kepada pembaca.
b. Pendekatan Intertekstual
bahwa kajian intertekstual yang muncul tahun 1960 itu ketika masa
the late 1960s during a crisis in the arts and sciences When
sastra. Karya sastra itu termasuk response (Teeuw, 1983) pada karya
sastra yang terbit sebelumnya. Oleh sebab itu sebuah teks tidak dapat
dilepaskan sama sekali dari teks lain. Sebuah karya sastra baru
harus dibaca dengan latar teks-teks lain. Tidak ada sebuah teks pun
sebagai contoh, teladan, kerangka, tidak dalam arti bahwa teks baru
ich provide a grid trough which it is read and structured by establishing expectations which enable one to pick out salient features and
pan-kutipan, setiap teks merupakan peresapan atau tranpormasi teks-
, yang merupakan semacam kisi; lewat kisi-kisi itu teks dibaca dan diberi struktur sehingga memungkinkan para pembaca untuk da
dengan unsur-unsur yang ada dalam teks itu sendiri. Karena setiap
satu teks dengan teks lain. Lebih dari itu, teks itu secara etimologi
(texstus, bahasa latin) berarti tenunan, anyaman, penggabungan,
susunan dan jalinan. Produksi makna terjadi dalam interteks, yaitu
dasar penulisan bagi karya yang lain yang kemudian disebut sebagai
sastra.
prinsip interteks memandang setiap teks sastra yang perlu dibaca, dan
dapat berupa satu kata, gabungan kata, bagian kalimat atau kalimat
sederhana.
frasa, kalimat, atau masalah yang terdapat dalam suatu karya sastra.
dalam kritik intertekstualitas adalah teks itu sendiri, dan bukan hal
yang ada di luar teks. Hanya saja peneliti, kemudian menelaah kaitan
antara teks yang diteliti dengan teks lain yang menjadi model teks
kaitan dengan usaha memberi makna sebuah karya sastra dengan jalan
berikut: (1) kehadiran secara fisikal suatu teks dalam suatu teks
lainnya; (2) pengertian teks bukan hanya terbatas pada cerita, tetapi
juga teks bahasa; (3) adanya tanda yang menunjukkan hubungan
2011: 32).
perbandingan dua atau lebih teks sastra yang berbeda namun salah
satunya dapat menjadi hipogram dari teks yang lain; (2) judul naskah
sastra adalah kebaikan yang ada dalam makna sastra seseorang. Hal ini
berarti bahwa dalam karya sastra pada dasarnya selalu mengandung nilai-
tersirat dalam karya sastra pada umumnya adalah nilai religius, nilai moral,
2) Nilai Sosial
yang dapat diambil dari perilaku sosial, dan tata cara hidup sosial, M.
3) Nilai Budaya
yang diperoleh dengan cara belajar, termasuk pikiran dan tingkah laku.
nilai baik dan buruk, benar dan salah, dan berdasarkan adat kebiasaan
yang benar dan yang salah atau tidak benar. Moral merupakan sesuatu
melalui cerita. Moral dapat dipandang sebagai tema dalam bentuk yang
Pesan itu hanya tersirat dalam cerita, berpadu secara koherensif dengan
yang sesuai ukuran (nilai-nilai) masyarakat yang timbul dari hati, dan
bukan paksaan dari luar yang disertai pula oleh rasa tanggung jawab
nilai baik buruk suatu perbuatan, apa yang harus dihindari, dan apa
dan bermanfaat bagi orang itu, masyarakat, lingkungan, dan alam sekitar.
al yang terdapat dalam karya sastra di atas dapat ditarik kesimpulan nilai pendidikan moral adalah nilai atau ukuran baik dan buruk per
perubahan fungsi yang terdapat dalam film AAC berdasar novel asli selaku
c.
dianggap logis dan layak sebagai modus utama dari studi kritis di era
dalam novel Ever After (1992) oleh Graham Swift, salah satu penulis
C. Kerangka Berpikir
Novel novel Ronggeng Dukuh Paruk karya Ahmad Tohari dan novel
unsur struktur pembangun karya sastra yang berdiri sendiri-sendiri. Namun kedua
1. Novel Ronggeng Dukuh Paruk karya Ahmad Tohari dan novel Sinden karya
yaitu: tema, alur atau plot, penokohan atau perwatakan, setting, Point of view
3. Novel Ronggeng Dukuh Paruk karya Ahmad Tohari dan novel Sinden karya
Novel Ronggeng Dukuh Paruk Karya Ahmad Tohari Novel Sinden Karya Purwadmadi Admadipurwa
BAB III
METODE PENELITIAN
tidak terikat dengan tempat penelitian. Penelitian ini dilakukan pada bulan Mei
2012 sampai dengan Oktober 2012. Rencana kegiatan adalah sebagai berikut :
49
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
B. Jenis Penelitian
guna mendukung penyajian data. Data yang dikumpulkan terutama berupa kata-
kata, kalimat atau gambar yang memiliki arti lebih bermakna dan mampu memacu
Kajian sastra yang mengaitkan analisis struktur karya sastra yang menghubungkan
teori sastra dengan lebih luas, seperti : psiologi, ilmu sosial, filsafat sejarah dan lain-
karya Ahmad Tohari dan novel Sinden karya Purwadmadi Admadipurwa dengan
kedua novel tersebut dan nilai-nilai pendidikan dalam kedua novel tersebut.
Sumber data dalam penelitian ini terdiri dari data primer yaitu : Ronggeng
Dukuh Paruk karya Ahmad Tohari yang terbit pertama tahun 1981 dan novel
commit to
user
naskah sumber, seperti buku-buku teori sastra, penelitian kajian sastra yang
arsip (content analysis), dan riset pustaka. Aspek penting dari content analysis
adalah bagaimana hasil analisis dapat diimplikasikan kepada siapa saja (Herman
E. Validitas Data
Data yang telah digali, dikumpulkan, dan dicatat dalam kegiatan penalitian
data yang diperoleh guna menjamin, dan mengembangkan validitas data yang
pemeriksaan keabsahan data terbagi menjadi empat jenis yaitu triangulasi sumber,
triangulasi data, triangulasi metode, dan triangulasi teori (Lexy J. Moleong, 2007:
33).
data untuk mengumpulkan data yang sama. Artinya data yang sama atau sejenis
akan lebih mantab kebenaranya bila digali dari beberapa sumber data yang lain.
Triangulasi data yang penulis maksud, data yang terkumpul diambil dari buku-
Teknik analisis data terdiri dari tiga alur kegiatan yang terjadi secara
Teknik analisis data menggunakan model analisis interaktif, dan berupa kegiatan
yang bergerak pada ketiga alur kegiatan proses penelitian. Kegiatan analisis
(3)
Penarikan
Kesimpulan/verifikasi
deskriptif. Teknik analisis data terdiri dari tiga data alur kegiatan yang terjadi
pengumpulan data, peneliti selalu membuat reduksi data dan penyajian data. Data
berupa catatan lapangan terdiri dari bagian deskripsi dan refleksinya adalah data
yang telah digali dan dicatat. Dari kedua kegiatan tersebut peneliti menyusun
berupa cerita sistematis dan logis sehingga makna peristiwanya dapat lebih jelas
data dalam reduksi maupun sajian data, maka peneliti kembali melakukan
memuaskan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
BAB IV
A. Hasil Penelitian
Struktur merupakan totalitas dari beberapa unsur yang saling terkait dan
utuh sehingga akan bermakna. Dengan kata lain, bila unsur-unsur tersebut
berdiri sendiri-sendiri tidak akan bermakna atau berfungsi. Dalam penelitian ini
hanya akan dibahas unsur-unsur struktur pembangun novel, yaitu: tema, alur,
sebuah karya sastra. Tema untuk novel Ronggeng Dukuh Paruk adalah
keadaan alam yang kurang subur. Kehidupan rakyatnya miskin dan tidak
commit to user
54
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
karya sastra. Berdasarkan urutan peristiwa yang terlukis dalam alur novel
sedikit adanya penuturan tragedi tempe bongkrek itu dengan cara flash
yang utuh. Rangkaian unsur-unsur alur cerita itu pada prinsipnya terdiri
dari tiga bagian, yaitu : (1) alur awal, terdiri dari paparan (eksposisi),
(complication), dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
klimaks atau puncak penggawatan (climax); (3) alur akhir, terdiri dari
Paruk adalah sebuah desa kecil yang miskin dan terpencil serta
commit to
user
Peristiwa itu diketahui oleh nenek Srintil, Sakarya. Mereka kagum
ritual bukak klambu. Dalam ritual bukak klambu ini Srintil harus
dalam hati kecilnya tidak rela sosok wanita yang dianggap dapat
Dan perginya Rasus dari dukuh Paruk karena Srintil telah menjadi
dalam hari kecil Srintil terlibat cinta dengan Rasus pemuda Paruk
sahabat kecilnya.
diatasi. Waktu itulah orang Paruk, juga Srintil tahu bahwa putra Paruk
peregi tugas.
Rasus, ia jatuh sakit. Mulai saat itu Srintil berniat untuk berhenti
merasa hutang budi. Tak tahunya pak Bakar telah memanfaatkan seni
ronggeng dukuh paruk tidak mau lagi tampil dalam pentas pada rapat-
lamanya.
tahanan, dan selang beberapa tahun Srintil juga keluar, Srintil ingin
yang menjadi pilihan hati Srintil. Srintil ingin bisa hidup bersama,
Penokohan dalam novel terbagi menjadi tokoh utama dan tokoh tambahan.
penting saja yang memegang peranan besar dalam novel Ronggeng Dukuh
Paruk.
menimbulkan perasaan tidak suka pada diri pembaca sering disebut tokoh
(a) Srintil
seorang diri. Perawan kecil itu sedang merangkai daun nangka dengan sebatang lidi untuk dija
Duduk bersimpuh di tanah sambil meneruskan pekerjaannya, Srintil berdendang. Siapa pun d
Dukuh Paruk tidak akan bersusah hati bila ada anak kecil
Srintil tercermin dari kulitnya bersih dan bentuk rahang yang bagus,
pipinya jernih dengan hiasan jambang halus sehingga akan dapat
Kalung sejenis itu hanya dimiliki oleh istri Lurah Pecikalan. Walau
berikut ini:
mosi.
yaitu Blengur
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
, 2003: 150)
Srintil adalah perempuan yang tahu balas budi dan berhati mulia
sesuatu yang tidak seharusnya. Tindakan Srintil yang tahu balas budi
dan penuh belas kasihan dapat dipahami dalam kutipan di bawah ini :
Srintil pribadi yang tahu bahwa uang yang banyak itu tidak
dapat mengusir rasa sedih dalam hatinya. Perih karena
sesungguhnya Srintil pulang dengan membawa kegagalan yang
tidak kepalang. Waras tidak mungkin dilupakannya sepanjang
masa; simpati bagi seorang manusia dalam kemalangan abadi.
(Ahmad Tohari, 2003: 225)
memandang orang dari satu sisi seperti yang dilakukan pak Bakar. Pak
Bakar suka membantu tetapi pak Bakar punya pamrih hal tersebut
commit to
user
Bila datang ke sana ahli pidato itu mendapat penghormatan
sebagai seorang kamitua laiknya. Kata-katanya dituruti,
pengaturannya dijalankan. Satu-satunya jalan yang menjadi
pintu masuk ke dukuh Paruk berhias lambang partai. Orang-
orang merasa bangga karena itulah pengaturan Bakar. Di
depan rumah Kartareja juga dipasang sebuah papan. Tak ada
orang dukuh paruk yang bisa membaca tulisan dalam papan
itu. Namun setidaknya mereka tahu tulisan di sana
bersangkutan dengan kesenian ronggeng. (Ahmad Tohari,
2003: 228)
perempuan yang taat kepada adat istiadat dan orang tua. Srintil juga
sederhana.
(b) Rasus
Rasus seorang yang jujur, rajin dan pekerja keras. Keadaan yang
menjadi tentara. Prinsip hidup Rasus yang kuat dapat disimak dalam
Rasus seorang laki-laki yang berpendirian teguh, prinsipnya kuat. Rasus pernah ikut menyela
ini:
kepadaku. Aku tak bisa berkata apa-apa, sebab aku akan segera berangkat ke tempat yang jau
dahulu. Aku yang me(Ahmad Tohari, 2003:
360)
berikut ini:
wong bagus. Kau datang
bukan untuk menangkap kami, bukan? Kau hendak menjenguk
nenekmu yang sudah payah ini, bukan? Kau masih mengaku
saudara kepada kami orang-
(Ahmad Tohari, 2003: 256)
Srintil dan Dukuh Paruk, namun kemudian Rasus merubah semua itu
(c) Sakarya
Sakarya tahu betul akibat yang akan diterima Srintil setelah cucunya itu menjadi ronggeng. S
-laki yang hampir sebaya ini secara turun temurun menjadi dukun ronggeng di Dukuh Paruk.
Usianya yang sudah di atas tujuh puluh tahun tergolong telah lanjut. Ia
alam.
(d) Kartareja
untuk menjadi seorang ronggeng, tidak hanya pandai menari tapi sisi
ronggeng.
ronggeng.
logam ringgit emas. Dengan alasan bahwa selama ini di Dukuh Paruk
Jangankan ringgit emas, sebuah rupiah perak pun tidak dimiliki oleh
Ia sangat tidak menghargai kerbau betina yang dibawa Dower. Padahal dua uang perak kala
Sifat sombong Kartareja dapat diperhatikan dalam kutipan berikut ini:
bernil
menerangkan. Namun Kartareja menyambutnya dengan
tidak kotor, dan aku takkan disusahkannya dengan urusan
membuang muka. (A
Dower yang pada waktu itu datang membawa seekor kerbau untuk
SulammangajakNyaiKartarejabertayub.Kutipanberikut
panjar saya
i wajahnya. Dower termangu, tampak berpikir keras. (Ahmad
Tohari, 2003: 58)
memasang harga yang amat mahal untuk seorang ronggeng, dan juga
Srintil tidak dapat hamil dengan cara memijit hingga mati indung telur
ini baru disadari ketika Srintil menginjak dewasa. Dalam hati Srintil
Karena hal itu dilakukan pada saat usia Srintil masih muda belia.
Dugaan sikap jahat Nyai Kartareja pada diri Srintil dapat diperhatikan
untuk mencari penghasilan dari kemolekan seorang ronggeng Paruk. Dia pandai me
menaklukan mangsanya dapat diperhatikan dalam kutipan berikut ini:
bertengkar di sini. Aku khawatir tetangga nanti datang karena mendengar keributan. Ayo, boc
Oleh caranya yang khas gaya seorang mucikari, Nyai Kartareja dapat menenangkan Sulam dan
duduk termangu. (Ahmad Tohari, 2003: 73)
-menyiakan
kesempatan ini. Membonceng motor ubluk bersama pak Marsusi
ke kota. Pelesir ke mana-mana, nonton bioskop misalnya. Kau
belum pernah melihat tontonan itu, bukan? Kepada Pak Marsusi
kau bisa minta dibelikan barang-barang. Nah, bagaimana kalau
kau minta kalung seperti yang dipakai istri Lura
untuk melengkapi dua rupiah perak yang telah dibawanya. Dalam hati
Nyai Kartareja ingin memiliki ringgit emas sekaligus semua yang dibawa Dower. Siasat licik Ny
bukak-klambu. Dua rupiah perak serta kerbau itu sah menjadi milik
keinginannya memperolehsebutan sebagai pemudayang mewisu
da
tengik. Baiklah, aku mau tidur di sini. Aku pun telah lelah dan
(Ahmad Tohari, 2003: 76)
mengambil hati orang lain). Ia seorang nenek yang serakah dan licik
yang mendekatinya.
Waktu dapat berarti siang dan malam, tanggal, bulan, dan tahun. Tempat
dapat berarti di dalam atau di luar rumah, di desa atau di kota, dapat juga
yang terdapat pada suatu tempat yang diceritakan dalam cerita fiksi.
setting yang ada dalam cerita Ronggeng Dukuh Paruk ini. Setting
menjadi setting cerita. Cerita ini terjadi di Dukuh Paruk. Dukuh Paruk
Dua puluh tiga rumah berada di pedukuhan itu, dihuni oleh orang-
orang seketurunan. Konon, moyang semua orang Dukuh Paruk
adalah Ki Secamenggala, seorang bromocorah yang sengaja
mencari daerah paling sunyi sebagai tempat menghabiskan
riwayat keberadaannya. Di Dukuh Paruk inilah akhirnya Ki
Secamenggala menitipkan darah dagingnya. (Ahmad Tohari,
2003: 79)
tempat pelarian Rasus setelah dirinya merasa tidak dihargai oleh Dukuh
ini:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
eng Dukuh Paruk memiliki setting primer Dukuh Paruk. Semua kejadian cerita novel dari awal sampai akhir cerita bersumber di Dukuh
(b) (b)
bulan, hari, tanggal, jam, atau saat yang ada kaitannya atau dapat
kehidupan Dukuh Paruk mulai tahun 1946. Cerita ini dumulai sejak
Paruk menjadi yatim piatu. Diantara mereka yang menjadi yatim piatu
di Dukuh Paruk. Saat itu tokoh utama Srintil masih bayi. Penulis
menuturkan tragedi tempe bongkrek itu dengan cara flash back (kilas
balik). Diketahui dalam cerita tersebut Rasus masih berusia sekitar tiga
ini:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
rumah sakit jiwa. Peristiwa itu terjadi sekitar tahun 70-an. Jadi
novel Ronggeng Dukuh Paruk dimulai tahun 1946. Pada waktu itu
terjadinya musibah tempe bongkrek dan cerita novel ini diakhiri pada
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
hidup, cara berpikir dan bersikap, dan lain sebagainya. Disamping itu,
pada keluarga Sakum, tapi kemiskinan itu dimiliki oleh semua orang
Jangankan ringgit emas, sebuah rupiah perak pun tidak dimiliki oleh
bawah ini:
commit to
user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
orang-orang yang kaya merasa terganggu, kecuali untuk orang-orang
commit to
user
Dukuh Paruk karena miskin, kecuali untuk ronggeng Dukuh Paruk.
Suasana pada tahun 60-an yang tidak aman dapat diperhatikan dalam
dengan teknik adu domba. Waktu itu warga Dukuh Paruk mendapati
adalah salah satu tokoh PKI yang merasa ditolak kehadirannya oleh
Dukuh Paruk.
Bakar.
yang bodoh tidak tahu bahwa mereka telah masuk perangkap. Hari-
5) Poin of View
perwatakan, latar dan berbagai rangkaian peristiwa suatu cerita dalam karya fiksi. Sudut pandang digunakan pengarang untuk menyam
Dukuh
ariasi kata ganti. Sudut pandang yang paling menonjol dalam novel Ronggeng Dukuh Paruk menggunakan cara seperti dibawah ini. Ku
diluar tetapi serba tahu. Pengarang mengetahui persis perasaan tokoh satu
merupakan desa miskin dengan keadaan kering dan tandus hidup dalam
Dalam novel ini juga dilukiskan prinsip keluhuran seorang sinden yang
karya sastra. Berdasarkan urutan peristiwa yang terlukis dalam alur novel
yang utuh. Rangkaian unsur-unsur itu pada prinsipnya alur cerita terdiri
dari tiga bagian, yaitu : (1) alur awal, terdiri dari paparan (eksposisi),
klimaks atau puncak penggawatan (climax); (3) alur akhir, terdiri dari
Urutan peristiwa yang terjalin dalam plot novel Sinden sebagai berikut:
Tumi dibimbing dan diberi petuah yang baik untuk menjadi sinden
yang bermartabat.
(b) Tahap Rangsangan ( Inciting Moment)
Namun lamaran lurah Ponco ditolak oleh Tumi. Tumi tidak mencintai
yaitu suka mabuk, judi dan main perempuan. Tentu saja penolakan
untuk dilatih fisik dan mental. Para muda mudi berbaris mengelilingi
desa sambil menyanyikan lagu mars untuk menghina pak Mantri yang
keluar rumah setelah melihat keadaan itu Karto panik teringat putrinya
yang berlatih sinden tapi tidak pulang. Peristiwa itu diceritakan pada
desa bahkan hampir saja disayat oleh para pemuda untung tentara dari
agen repin datang Karto bebas dari siksaan kemudian dibawa untuk
ditahan.
dijaga ketat oleh para pemuda. Rapat berisi arahan dari lurah
Poncodriyo untuk itu setiap malam para pamong harus piket untuk
pamong itu diantar oleh para pemuda satu persatu sampai rumah
masing-masing.
TKP malam itu juga. Tarman bingung kemana arah dan tujuan yang
penting rapat ini yaitu membuat serangan balik atas aksi orang-orang
gerakan seni oleh Romo Renggo Baskoro, gerakan hukum akan diatur
Gerakan tani oleh pak Mantri yang penting kita tidak akan mencari
merupakan pematik api, tapi api tidak menyala. Karto dan Gendon
cerita) dan Johan (ahli pembuat trik). Room Pus punya rencana jahat
adanya berita dari Jakarta bahwa keadaan tidak menentu maka dari itu
Tumi, Nyai Estu, Kasan Ikromo yang dipanggil polisi untuk dimintai
yang ditangkap tidak tahu apa salahnya. Partai besar yang ada
sekarang mlempem. Banyak rakyat kawatir kalau dianggap simpatisan
bernama Tuwuh .
3) Penokohan
sebuah cerita dalam novel terbagi menjadi tokoh utama dan tokoh
Sinden
Supanji, Kartosemedi, Nyai Estu Suminar, Minten (ibu Tumi), pak Mantri,
(a) Tumi
bawah ini:
-curi pandang saat saya latihan
-menjep
kearah sana kearah sini. (Purwadmadi Admadipurwa, 2007: 13)
antik mempesona. Ia memiliki kulit lebih cerah dari diantara perempuan Sumberwungu. Gigi gingsul, dan punya lesung pipi, gambaran
ikit
madi Admadipurwa, 2007: 102)
Mereka tidak mudah tunduk dengan pria ganteng, kaya, dan anak
berikut ini:
sikap Tumi yang diwaktu belia sangat manja setelah dewasa menjadi
Kartosemedi me
cita-citanya seba
K
A
Nyai Estu wanita penuh wibawa karena keadaan dirumah Kartosemedi tak menentu, maka te
kewibawaan Nyai Estu terlukis pada kutipan dibawah ini:
siapapun. Meskipun ia kakaknya sendiri. Nyai Estu juga orang baik tidak
lain.
Prinsip Nyai Estu kuat dan baik dapat dipahami lewat kutipan
berikut ini :
cinta. Prinsip Nyai Estu untuk tetap setia tergambar lewat kutipan
berikut ini :
prinsip yang kuat. Nyai Estu menjadi pesinden kondang dan mampu
(c) Kartosemedi
yang bodoh sehingga dianggap juga tidak mengerti soal politik yang
adalah seorang tokoh yang sabar, tabah, mempunyai pribadi yang kuat
citanya.
perkembangan.
(d) Poncodriyo
terlihat sejak masih muda, karena para leluhurnya adalah lurah dari
ini:
commit to
user
orang. Tindakan Poncodriyo tersebut tergambar pada kutipan berikut
ini:
terlihat ketika ia menerima Gendon dib alai desa. Ia juga seorang yang
(e) Mangundarmo
lantai pendapa maju kencang kearah Karto. Ada nasi yang rontok ke lantai. Piring berhenti ketika membentur kaki Karto. Sejumlah bu
peristiwa yang berkaitan dengan waktu, tempat, dan suasana dalam cerita.
Latar cerita berkaitan dengan waktu dan tempat penceritaan. Waktu dapat
berarti siang dan malam, tanggal, bulan, dan tahun. Tempat dapat berarti di
dalam atau di luar rumah, di desa atau di kota, dapat juga di kota mana, di
negeri mana, dan sebagainya. Setting sosial menunjuk pada hal-hal yang
yang ada dalam cerita Sinden ini. Setting tersebut yakni: setting tempat,
bulan, hari, tanggal, jam, atau saat yang ada kaitannya atau dapat
(kilas balik).
Tarman dan Pak Mantri juga tidak tertulis jelas. Kutipan di bawah ini
berikut ini:
ini:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
hidup, cara berpikir dan bersikap, dan lain sebagainya. Disamping itu,
commit to
user
5) Poin of View
berbagai rangkaian peristiwa suatu cerita dalam karya fiksi. Sudut pandang
dalam novel disebut nama dan variasi kata ganti ia. Sudut pandang yang paling menonjol dalam
Tumi tumbuh menjadi gadis remaja yang baik. Ia biasa bekerja di ladang. Ia biasa menyiapkan m
Di halaman ada taman kecil dengan bunga bakung dan ceplok
1) Tema
2) Penokohan
dan Sinden ada persamaan bila ditinjau dari perwatakan. Hal ini bisa
dilihat dari tokoh utama wanita dalam kedua novel tersebut. Srintil
3) Setting Waktu
antara tahun 1957 sampai berakhir tahun 1971. Dikisahkan dalam novel
pada tahun 1946 terjadi kefakuman ronggeng di dukuh Paruk, waktu itu
jiwa.
maju. Dalam artian jalinan cerita tersusun secara urut melalui peristiwa-
cerita terdiri dari tiga bagian, yaitu : (1) alur awal, terdiri dari paparan
(denouement).
5) Poin of View
dan berbagai rangkaian peristiwa suatu cerita dalam karya fiksi. Sudut
pandang digunakan pengarang untuk menyampaikan strategi, teknik,
utama pada novel Sinden untuk menjadi seorang sinden merupakan cita-cita.
pada novel Sinden menggunakan latar desa yang agak maju (dibawah
suasana masyarakat campuran antara wong desa dan priyayi yang penuh
keangkuhan.
waktu dan sosial bahwa novel Ronggeng Dukuh Paruk karya Ahmad Tohari
dan novel Sinden karya Purwadmadi Admadipurwa, maka dapat diketahui
Novel Ronggeng Dukuh Paruk dan novel Sinden menampilkan struktur yang
budaya daerah tertentu dan mengambil latar belakang waktu pengisahan yang
sama sekitar tahun 1960-an dimana pada saat itu baru gencar-gencarnya isu
Bukti lain adalah tahun terbit novel. Novel Ronggeng Dukuh Paruk
terbit pertama kali tahun 1981, untuk novel Sinden terbit pertama kali tahun
2005. Dalam kajian intertekstual tahun terbit ini dapat digunakan bukti bahwa
sebuah karya sastra yang terlahir lebih dulu dapat menjadi inspirasi karya
sastra berikutnya. Inspirasi terjadi dapat dijelaskan secara inplisit bahwa
karya novel Sinden ada kemiripan, kemiripan kisah tersebut sebagai bukti
Sinden
terbatas pada soal kebajikan dan moral saja, tetapi terdapat nilai lain yang
sastra itu sendiri. Bahkan sastra itu tumbuh dari sesuatu yang bersifat
dengan yang diminta oleh mereka yang sudah mengenal Tuhan. Upacara
leluhurnya.
-syarat
lainnya. Wah, hatiku sungguh tidak enak. Bisa terjadi apa-apa
membujuk Srintil agar mau kembali menari. Nah, sekarang Srintil sudah mau, tetapi mereka kelihatan tidak menghar
(Ahmad Tohari, 2003: 188)
diawali dengan ritual membakar dupa itu ada sedikit kendala. Srintil tiba-
semua kejadian di
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
ini:
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
anggap amat bernilai dalam hidup. Suatu sistem nilai budaya biasanya
cerita.
moral, hokum,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Ratna: 5).
novel Ronggeng Dukuh Paruk dan Novel Sinden yakni adat kebiasaan
yang berlaku di kalangan rakyat klas bawah. Rakyat klas bawah dalam
Novel Sinden yang tergolong rakyat klas bawah adalah sebagian warga
desa Dawuan dan untuk golongan klas atas para priyayi desa Dawuan.
berikut:
commit to
user
keinginan menjadi seorang ronggeng menjadi kenyataan. Bentuk
mau mengikuti tradisi yang berlaku. Ada dua tahapan yang harus
kemuliaan hidup.
menjadi kuli pasar Dawuan. Rasus menyadari sebagai wong cilik dan
yang terjadi sudah merubah nilai sosial pada diri Rasus. Rasus sudah
dalam hatinya ada rasa takut ketika dan gemetar menerima panggilan
dari Sersan Slamet. Rajin bekerja adalah salah satu sikap yang
bekerja.
(a) Kerukunan
dari satu keturunan memiliki rasa kerukunan yang kuat. Hal ini
Srintil.
Rasus tersenyum. Baginya, memenuhi permintaan Srintil
selalu menyenangkan. Maka ia berbalik, menoleh kiri
kanan mencari pohon bacang. Setelah di dapat, Rasus
memanjat. Cepat seperti seekor monyet. Dipetiknya
beberapa lembar daun bacang yang lebar. Piker Rasus
dengan daun itu mahkota di kepala Srintil akan bertambah
manis. (Ahmad Tohari, 2003: 12-13).
menolong.
sakit jiwa. Hal itu dapat diperhatikan dalam kutipan di bawah ini:
sastra itu sendiri. Bahkan sastra itu tumbuh dari sesuatun yang bersifat
religius. Pada awal mulanya segala sastra adalah religious (Burhan
manusia.
erat kaitannya dengan penciptanya. Wujud dari hubungan itu biasa berupa
bahwa semua yang ada di alam raya ini tidak akan luput dari
pengawasanNya.
akan mampu melawan kekuasaan Tuhan. Karena Tuhan tidak pernah tidur
akan selalu welas asih terhadap hambanya yang teraniaya. Melalui rasa
demikian ada kepercayaan kepada Tuhan bahwa orang yang teraniaya akan
mana kawan, mana lawan. Tidak tahu juga apa salahnya, rasa was-was itu
Keprasahan itu berupa keyakinan yang tertanam dalam hatinya sapa salah
seleh, sapa nggawe ngenggo. Pernyataan itu terlukis dalam kutipan berikut
ini :
Kemana harus mencari dan menuntut? Tak ada yang tahu. Tak ada
yang membela. Semua orang seakan tenggelam dalam rasa bersalah
dan menerima kekalahan. Rakyat Sumberwungu hanya mempunyai
keyakinan. Sapa salah seleh,atau siapapun yang salah akan
mendapatkan hukumannya. Sapa nggawe ngenggo, siapa yang
berbuat akan menuai hasil sesuai dengan perbuatannya. Tidak heran
bila banyak yang permisif dan membiarkan semuanya terjadi tanpa
perlu diusut dan dipermasalahkan. (Purwadmadi Admadipurwa,
2007: 267)
anggap amat bernilai dalam hidup. Suatu system nilai budaya biasanya
fokuskan pada analisis budaya wong cilik yang meliputi sebagai berikut:
dan oleh gurunya yaitu Nyai Estu Suminar. Walau kenyataannya Tumi
adalah korban kawin cerai dari orang tuanya. Untuk itu mengingat
en yang dengan mudah kawin cerai, tidak memiliki kesetiaan terhadap pendamping hidupnya. Maka Nyai Estu yang juga korban kawin
gi. Banyak priya yang menginginkanya untuk menjadi istri. Tidak sedikit para jejaka tulen yang melamarnya. Tapi Estu masih menangk
madi Admadipurwa,
2007: 50)
(b) Aja Seneng Royal (Membudayakan penampilan sederhana)
saja. Perilaku orang yang suka royal pada akhirnya mudah melakukan
keaslian diri akan menarik banyak orang. Contoh tindakan Nyai Estu
rasa,olah cara dan olah batin akan membentuk sinden sejati yang
bermatabat.
mengenai segala perbuatan yang dianggap baik, ataupun buruk. Karya sastra
pamrih.
mi, pencitraan sinden dapat diubah dari citra yang negatif menjadi citra yang positif.
erja di ladang. Ia biasa menyiapkan makan untuk bapaknya. Ia juga mengurus ayam-ayam piaraannya. Ia juga mengurus rumahnya ya
apai cita-
win cerai
, 2007: 17)
Sinden
a) Tema
yang terpencil
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to
user
budaya yang melibatkan permasalahan yang lebih luas, untuk novel
tempe bongkrek itu dengan cara flashback (kilas balik) dalam novel
kejadian yang tersusun secara urut mulai awal sampai akhir dan
(inciting moment)
3. Petaka tempe bongkrek (flash back).
perampokan
24. Ronggeng Paruk tidak lagi tampil dalam pentas pada rapat-rapat.
25. Terjadinya pengrusakan makam leluhur Dukuh Paruk.
(falling actions)
bagian peristiwa sesuai dengan tahapan alur cerita yang terjadi. Tahap
Pada bagian ini Srintil mulai diserahkan kepada dukun Ronggeng untuk
bongkrek yang dialamiorang tua Srintil. Waktu itu Srintil baru umur lima
bulan. Dan nasib itu juga dialami Rasus pemuda yang simpati pada Srintil.
Rasus mencari emaknya vigur emaknya justru tersirat pada Srintil. Sebagai
Srintil. Untuk menjadi ronggeng Srintil harus melalui upacara adat mulai
Bagian 8, 9, 10, 11, 12, adalah tahap rising action atau penggawatan.
Pada tahap ini upacara yang susah diterima akal sehat yaitu upacara bukak
ringgit emas. Warga Dukuh Paruk menjadi gelisah dengan besarnya harga
terhadap Srintil, gadis yang ia cintai. Begitu pula dengan Srintil merasa
begitu berat karena Srintil belum dewasa dan memang itu syarat menjadi
raya. Melihat Srintil telah menjadi mili8k semua orang Rasus kecewa
Srintil semakin mencintai Rasus bahkan berniat untuk menjadi istri Rasus.
Bagian 13, 14, 15, 16, 17 adalah tahap conflict atau pertikaian. Srintil
cinta. Srintil tidak mau meronggeng, tidak mau melayani tamu laki-
mengurung diri, tidak mau makan, tidak mau keluar kamar. Dia sakit,
menganggap Goder sebagai anaknya sendiri. Srintil masih tetap tidak mau
Bagian 18,19, 20, 21, 22, 23, 24, 25, 26, 27 adalah tahap complication
atau tahap perumitan. Pada tahap ini Srintil dan rombongan ronggeng
Paruk diminta meronggeng lagi oleh atasan mereka di Dawuan pada acara
hanya itu ronggeng Paruk bertemu dengan pak Bakar ketua partai dimusim
gambar yang warga paruk sendiri tak mengerti maksudnya. Dan juga
padi milik petani. Peristiwa itu membuat ronggeng Paruk protes tidak mau
meronggeng dalam rapat. Namun karena kelicikan pak Bakar warga Paruk
Bagian 28, 29, 30, 31 adalah tahap penggawatan atau climax. Pada
tahan karena dituduh anggota partai terlarang. Tidak hanya itu saja Dukuh
Paruk dibumi hanguskan. Banyak warga Paruk yang ketakutan. Pada saat
Bagian 32, 33, 34, 35, 36 tahap peleraian atau falling action.Tahap ini
meronggeng kembali oleh Nyai Kartareja Srintil tidak mau dia ingin
dikisahkan Srintil menjadi hilang ingatan. Pada waktu itu Rasus pulang
dari tugas keluar Jawa. Melihat keadaan warga Paruk apalagi yang dialami
Srintil batin Rasus tersentuh Srintil kemudian dibawa kerumah sakit jiwa.
(exsposition).
actions)
desa.
politiknya (complication).
Ponco.
dalam aksinya.
climax)
(denouement)
bagian peristiwa sesuai dengan tahapan alur cerita yang terjadi. Tahap
bagian Tumi selalu digoda oleh Rudito putra Lurah Sumberwungu. Tentu
lamaran Lurah Ponco ditolak Tumi karena tabiat Rudito yang kerjanya
mabuk dan main perempuan. Siang itu Rudito mabuk berat mengejar Tumi
hingga ke rumah Tumi. Penolakan Tumi menjadikan Lurah Ponco merasa
Bagian 6, 7, 8, 9, 10, 11, 12, 13, adalah tahap rising action atau
yel untuk menghina lawan politik (guru Tarman dkk). Karto menyuruh
kepada Gendon untuk melapor kepada Lurah Ponco tentang Rudito yang
baik oleh Mangundarmo. Lurah Ponco juga merasa sakit hati karena
lamarannya tidak diterima oleh Tumi. Tumi giat berlatih ditempat Nyai
Estu. Hari itu Tumi tidak diperbolehkan pulang diminta tidur di rumah
Nyai Estu. Nyai Estu malam itu banyak bercerita pada muridnya tentang
tidak menemukan anaknya. Sedang malam itu Rudito mabuk lagi dengan
Bagian 14, 15, 16, 17, 18 adalah tahap conflict atau pertikaian.
Sampai dirumah Karto kaget karena Rudito tidak ada, ditabuhnya tanda
Bagian 19, 20, 21, 22, 23 adalah tahap complication atau tahap
perumitan. Pada tahap ini lurah Ponco menyusun gerakan untuk melawan
Kasan Ikromo selaku Jogo Boyo. Kegiatan Ponco juga diimbangi oleh
kelompok pak Mantri dan guru Tarman. Pak Mantri dkk juga membentuk
Bagian 24, 25, 26 adalah tahap penggawatan atau climax. Pada tahap
novel Sinden bila dikaji dengan alur yang sama, secara konvensional
klimaks atau puncak penggawatan (climax); (3) alur akhir, terdiri dari
berikut:
adalah: Srintil dan Tumi untuk novel Sinden. Tokoh utama protagonis
Tokoh utama yang ditunjukkan oleh kedua novel tersebut memiliki unsur
kesamaan dari segi fisik Srintil dan Tumi adalah perempuan cantik dan
mempesona. Dari segi watak kedua tokoh memiliki watak yang baik hati,
taat, berpendirian kuat serta kedua tokoh juga tergolong tokoh yang
sekolah walau hanya pendidikan dasar ( SMP belum lulus) dengan latar
tokoh protagonis tambahan adalah: Nyai Estu, Gendon, Guru Tarman, Pak
tokoh utama. Tokoh antagonis utama novel Ronggeng Dukuh Paruk adalah
Untuk novel Sinden sebagai tokoh antagonis utama adalah Rudito, Lurah
Poncodrio, Mangundarmo, dan tokoh antagonis tambahan adalah: Nyai
Suparni, Romo Pus, Bung Johan. Persamaan pada tokoh antagonis kedua
Sedangkan segi pembedanya untuk novel RDP watak dari tokohnya tidak
melalui kekerasan sedang pada novel Sinden wataknya keras dan kejam.
(a) Srintil
perempuan yang taat kepada adat istiadat dan orang tua. Srintil juga tak
yang dikisahkan. Salah satu contoh, sikap Srintil ingin menjadi ronggeng
waktu muda setelah dewasa ia sadar suara jiwanya bahwa ia ingin menjadi
perempuan somahan.
(b) Rasus
Srintil dan Dukuh Paruk namun kemudian Rasus merubah semua itu
(c) Sakarya
(d) Kartareja
mengambil hati orang lain). Ia seorang nenek yang serakah dan licik
mendekatinya.
(a) Tumi
peristiwa dan plot yang dikisahkan. Salah satu contoh, sikap Tumi yang
diwaktu belia sangat manja setelah dewasa menjadi pribadi yang mandiri.
oleh segelintir orang. Sinden suka kawin cerai, Sinden menjadi wanita
Lewat Nyai Estu Sumirat mencoba untuk menjadi guru yang baik,
Tumi muridnya. Semua petuah Nyai Estu dapat dicermati pada kutipan di
bawah ini:
sudah memiliki istri Nyai Estu namun Minten terpikat karena sering
cita-citanya.
(d) Poncodriyo
terlihat ketika ia menerima Gendon dib alai desa. Ia juga seorang yang
terlihat diam.
(e) Mangundarmo
Latar atau setting untuk kedua novel untuk lebih jelasnya, penulis
cerita novel dari awal sampai akhir cerita bersumber di Dukuh Paruk.
Novel ini juga terdapat setting sekunder yang paling dominan adalah pasar
tentang kehidupan Dukuh Paruk mulai tahun 1957 samapai sekitar tahun
membuat anak-anak Dukuh Paruk menjadi yatim piatu tahun 1946 secara
dan pembersihan para tokoh partai dan pengikut partai terlarang yang
antara wong cilik dan priyayi. Sumberwungu untuk kalangan wong cilik
Paruk dan novel Sinden mengangkat peristiwa yang sama yaitu gerakan
partai terlarang beserta akibat yang diterima oleh masyarakat saat itu dan
sedang novel Sinden masyarakat campuran antara rakyat keci dan para
Paruk
menampilkan tokoh dalam novel disebut nama dan variasi kata ganti.
dengan menyebut nama tokohnya, sehingga posisi pengarang ada diluar
tetapi serba tahu. Pengarang mengetahui persis perasaan tokoh satu dengan
tokoh lainnya
posisi pengarang ada diluar tetapi serba tahu. Pengarang mengetahui persis
1) Tema
sinden.
2) Penokohan
dan Sinden ada persamaan bila ditinjau dari perwatakan. Hal ini bisa
dilihat dari tokoh utama wanita dalam kedua novel tersebut. Srintil
Tumi tokoh novel Sinden pada usia muda cantik mempesona, taat
menjadi sinden sejati. Namun dari segi prosesi dalam menjalani profesi
yang diinginkan.
sampai berakhir tahun 1971. Dikisahkan dalam novel pada tahun 1946
tahun Srintil menjadi ronggeng. Pada usia 11 tahun inilah cerita ini
dimulai. Sedangkan berakhirnya sekitar tahun 1971 yaitu ketika Rasus
oleh rakyat. Dalam kurun waktu 60-an sampai meletusnya PKI 1965.
latar desa yang agak maju (dibawah pimpinan Priyayi) sebagai latar
penuh keangkuhan.
Alur atau plot novel Ronggeng Dukuh Paruk dan novel Sinden
cerita terdiri dari tiga bagian, yaitu : (1) alur awal, terdiri dari paparan
(denouement).
5) Poin of View
tempat, waktu dan sosial bahwa novel Ronggeng Dukuh Paruk karya
pembangun cerita.
pengisahan yang sama sekitar tahun 1960-an dimana pada saat itu baru
Paruk terbit pertama kali tahun 1981, untuk novel Sinden terbit
pertama kali tahun 2005. Dalam kajian intertekstual tahun terbit ini
dapat digunakan bukti bahwa sebuah karya sastra yang terlahir lebih
Sinden
muka bumi ini ada yang menciptakannya. Bentuk religius tersebut berupa
yang dianutnya.
novel Ronggeng Dukuh Paruk dan novel Sinden yakni adat kebiasaan
yang berlaku di kalangan rakyat klas bawah dan rakyat klas atas. Rakyat
klas bawah dalam novel Ronggeng Dukuh Paruk yaitu yang dilakukan
Sedangkan dalam novel Sinden yang tergolong rakyat klas bawah adalah
sebagian warga desa Dawuhan dan untuk golongan klas atas para
sebagai berikut:
kemuliaan hidup.
Bahwa sifat sapa temen bakal tinemu dari apa yang akan
itu perlu kiranya sifat eling lan waspada dalam novel Ronggeng
harus dilakukan wong cilik maupun golongan klas atas untuk tetap
(a) Kerukunan
menyaksikannya.
menolong.
Rasus pergi dari Dukuh Paruk menuju Dawuan. Sifat budi luhur
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa sikap balas budi dan
budi luhur dapat dijumpai dalam novel Ronggeng Dukuh Paruk. Sikap
hidupnya yang dilandasi sifat mulia tahu balas budi, suka menolong,
fokuskan pada analisis budaya wong cilik yang meliputi sebagai berikut:
Maka Nyai Estu yang juga korban kawin cerai oleh suaminya mewanti-
hidupnya
commit to
user
Karena dengan kesederhanaan mewujudkan keaslian diri akan
olah rasa, olah cara dan olah batin dapat mewujudkan sinden sejati
yang bermartabat.
mengenai segala perbuatan yang dianggap baik, ataupun buruk. Karya sastra
tertentu. Tata nilai sosial tentu akan mengungkapkan sesuatu hal yang dapat
sesama warga. Bentuk kepedulian itu ada yang berupa harta, pikiran,
norma, dan konsep kehidupan yang dijunjung tinggi oleh masyarakat. Nilai-
Kewajiban moral dalam masyarakat yang baik seperti budi pekerti, akhlak,
dan etika.
Nilai pendidikan moral dalam novel Sinden dapat dilihat dari tokoh
yang baik. Citra sinden di mata penduduku yang semulanya negatif, melalui
tokoh Tumi citra buruk tersebut dapat diubah menjadi citra yang positif.
BAB V
A. Simpulan
1. Struktur novel Ronggeng Dukuh Paruk dan novel Sinden terdiri dari (a)
Tema Novel Ronggeng Dukuh Paruk dan novel Sinden mengangkat tema
sosial budaya perjuangan wong cilik sebagai penari ronggeng dan sinden.
(a) Penokohan atau perwatakan dalam novel Ronggeng Dukuh Paruk dan
Sinden terdiri dari tokoh protagonis, tokoh antagonis, tokoh utama dan
tokoh tambahan. Srintil tokoh utama dalam novel Ronggeng Dukuh Paruk
dan tokoh utama Tumi pada novel Sinden. (c) Setting waktu antara novel
Ronggeng Dukuh Paruk dan novel Sinden mengangkat peristiwa yang sama
yaitu sekitar tahun 1960-an dimana saat itu sedang gencar-gencarnya isu
G30S PKI dan berakhir meletusnya PKI tahun 1965-an. Sedangkan untuk
setting tempat dan sosial untuk novel Ronggeng Dukuh Paruk mengangkat
latar kehidupan rakyat kecil Dukuh Paruk yang homogen, sedang novel
Sinden masyarakat campuran antara rakyat kecil dan para priyayi Desa
Sumberwungu. (d) Alur novel Ronggeng Dukuh Paruk dan novel Sinden
menggunakan alur maju. Dalam artian jalinan cerita tersusun secara urut
mulai awal sampai akhir cerita. (e) Sudut pandang yang digunakan pada alur
novel Ronggeng Dukuh Paruk sebagai hipogram dan novel Sinden sebagai
Persamaan: tema pada kedua novel yaitu sosial budaya, perjuangan wong
tokoh wanita muda belia yang cantik belia, alur kedua novel menggunakan
alur maju, setting waktu sekitar tahun 1960-an, sudut pandang atau Poin of
panggilan, sedangkan untuk novel Sinden tokoh uatama Tumi karena cita-
cita, latar tempat pada novel Sinden menggunakan latar desa yang agak
3. Nilai pendidikan novel Ronggeng Dukuh Paruk dan novel Sinden ialahnilai
positif. Hai itu karena karya sastra khususnya novel memuat fenomena kehidupan
konteks ini kajian intertekstual pada novel RDP dan Sinden akan mampu
menambah wawasan manusia yang memiliki kepakaan rasa, empati, jiwa dan
pikiran jika dibaca dengan cermat, teliti penuh pemahaman. Sebab sastra adalah
sebuah refleksi kehidupan dengan fenomena yang tertata secara rasional yang
terjadi di masyarakat.
hidupnya. Srintil dalam RDP perempuan yang menjadi penari ronggeng kurban
Begitu pula Dukuh Paruk yang selalu membanggakan budaya leluhurnya dan
Paruk, Rasus berani hidup keluar dari Paruk sehingga dapat menemukan
jatidirinya. Begitu pula dalam novel Sinden yang menawarkan paradigma baru
menjadi sinden harus dapat menjujung tinggi citra sinden. Agar pesinden
mempunyai martabat dalam masyarakat. Dengan demikian novel ini akan mampu
memberi nilai-nilai baru yang dapat diteladani. Nilai tersebut antara lain : nilai
religius, kompleksitas kehidupan sosial, pemahaman kebudayaan, serta kesadaran
untuk tidak mengekploitasi seks dalam kehidupan yang berdampak kurang baik.
dapat memperkaya kajian telaah sastra. Model kajian secara struktural yang
sastra yang berbeda dengan pendekatan yang berbeda pula. Kajian novel dengan
dua pendekatan dalam menelaah dan mengapresiasi dua karya novel atau lebih.
pembelajaran sastra tidak hanya sekedar teori saja, namun kegiatan apresiasi
sastra harus mampu mendorong peserta didik untuk lebih mencintai, memahami,
serta meneladani nilai-nilai yang terdapat dalam karya sastra sehingga akan
1. Bagi Pendidik
a. Novel Ronggeng Dukuh Paruk karya Ahmad Tohari dan novel Sinden karya
2. Bagi Pembaca
intertekstual.