Anda di halaman 1dari 191

IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN BAHASA

INDONESIA BAGI PENUTUR ASING DI UPT

P2B UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

TESIS
Untuk Memenuhi Sebagian Prasyarat Mencapai Derajat
Magister Program Studi Pendidikan Bahasa Indonesia

Oleh:
Rini Agustina
S841108021

PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2013
IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA

BAGI PENUTUR ASING DI UPT P2B

UNIVERSITAS SEBELAS
MARET

SURAKARTA

DIsusun oleh:

RInI AgustIna

S841108021

Telah dIsetujuI oleh TIm


PembImbIng
KomIsI Nama Tanda Tanggal
PembImbIng Tangan

PembImbIng I Prof. Dr. AndayanI, M. Pd. ....... ...


NIP 196010301986012001

PembImbIng II Dr. NugrahenI Eko WardanI, M. Hum. ..... ...


NIP 197007162002122001

MengetahuI

Ketua Program PendIdIkan Bahasa IndonesIa

Prof. Dr. SarwIjI SuwandI, M.


Pd.
NIP 196204071987031003

II
IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA

BAGI PENUTUR ASING DI UPT P2B

UNIVERSITAS SEBELAS
MARET

SURAKARTA

TESIS

Oleh
Rini Agustina
S841108021

Tim Penguji

Jabatan Nama Tanda Tangan Tanggal

Ketua Prof. Dr. SarwIjI SuwandI, M.Pd ....... .....


NIP 196204071987031003

SekretarIs Dr. Muhammad RohmadI, M.Hum. ........ ......


NIP 197610132002121005

Anggota
PengujI : 1. Prof. Dr. AndayanI, M.Pd. ....... .......
NIP 1960103019860120001

2. Dr. NugrahenI Eko WardanI, M. Hum ........ .......


NIP 197007162002122001

Telah dipertahankan di depan penguji


Dinyatakan telah memenuhi syarat
Pada tanggal............2013

DIrektur Program Pascasarjana UNS Ketua Program StudI


PendIdIkan Bahasa
IndonesIa

Prof. Dr. Ir. Ahmad Yunus, M.S. Prof. Dr. SarwIjI SuwandI,
M.Pd.
NIP 19610717198611001 NIP 196204071987031003

III
PERNYATAAN ORISINALITAS DAN PUBLIKASI ISI TESIS

Saya menyatakan dengan sebenarnya bahwa:


1. TesIs yang berjudul: "IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN BAHASA
INDONESIA BAGI PENUTUR ASING DI UPT P2B UNIVERSITAS
SEBELAS MARET SURAKARTA" InI adalah karya penelItIan saya
sendIrI dan bebas plagIat, serta tIdak terdapat karya IlmIah yang pernah
dIajukan oleh orang laIn untuk memperoleh gelar akademIk serta tIdak
terdapat karya atau pendapat yang pernah dItulIs atau dIterbItkan oleh
orang
laIn kecualI secara tertulIs dIgunakan sebagaI acuan dalam naskah InI dan
dIsebutkan dalam sumber acuan serta daftar pustaka. ApabIla dIkemudIan
harI terbuktI terdapat plagIat dalam karya IlmIah InI, maka saya
bersedIa menerIma sanksI sesuaI ketentuan peraturan perundang-
undangan (PermendIknas No 17, tahun 2010).
2. PublIkasI sebagIan atau keseluruhan IsI TesIs pada jurnal atau forum
IlmIah laIn harus
UNS sebagaI seIzIn dan
InstItusInya. menyertakan
ApabIla tIm pembImbIng
dalam waktu sebagaI satu
sekurang-kurangnya author
semester (enam bulan sejak pengesahan tesIs) saya tIdak melakukan
publIkasI darI sebagIan atau keseluruhan tesIs InI, maka ProdI
PendIdIkan Bahasa IndonesIa PPs-UNS berhak mempublIkasIkannya
pada jurnal IlmIah yang dIterbItkan oleh ProdI PendIdIkan Bahasa
IndonesIa PPs-UNS. ApabIla saya melakukan pelanggaran darI
ketentuan publIkasI InI, maka saya bersedIa mendapatkan sanksI
akademIk yang berlaku.

Surakarta, JanuarI 2013


MahasIswa,

RInI
AgustIna
S841108021
MOTO

Hidup adalah perjuangan dan


pengorbanan ••
Lembar Persembahan
" fPeIajariIah oIehmu afan iImu, .seliali iImu afan
memlierifan ra.sa tafut fej'ada IIah �"/f J
:J( enuntutnya meruj'afan iliadah, men:;uIan:;-
uIan:; meruj'afan ta.sliih, memliaha.snya meruj'afan
jihad, men:;ajarfannya fej'ada oran:;-oran:; yan:;
lieIum men:;etahui meruj'afan .sedefah, dan
menyerahfan fej'ada ahIi-;;, ya meruj'afan
j'endefatan diri fej'ada
IIah �"/f J linu liduI
�euntai fata liuat oran:; yan:; fu
.sayan:;i Jiada fata yan:; j'anta.s untuf
dihaturfan Jiada lientuf yan:; Iayaf
untuf dilierifan
�uj'er.semliahfan farya feciIfu liuat 'Oran:; yan:;
�ucintai dan fu.sayan:;i
�uamifu :f' auruI .snaini dan
J3uah hatifu yan:; tercinta ;;, adindra :J( ahya alidiIIah
KATA PENGANTAR

PujI dan syukur penulIs panjatkan ke hadIrat Allah Swt, karena

berkat rahmat dan hIdayah-Nya sehIngga penulIs dapat menyelesaIkan

tesIs yang berjudul "ImplementasI Pembelajaran Bahasa IndonesIa bagI

Penutur AsIng DI UPT P2B UnIVersItas Sebelas Maret Surakarta."

KeberhasIlan dalam menyelesaIkan tesIs InI tentunya tIdak terlepas

atas bantuan darI berbagaI pIhak. Untuk Itu, penulIs mengucapkan terIma

kasIh kepada:

1. Prof. Drs. Ir. Ahmad Yunus, M.S., selaku DIrektur Program Pascasarjana

UnIVersItas Sebelas Maret, yang telah memberIkan kesempatan kepada penelItI

untuk melanjutkan studI pada Program Pascasarjana UnIVersItas Sebelsa Maret.

2. Prof. Dr. SarwIjI SuwandI, M. Pd. Ketua Program StudI PendIdIkan

Bahasa IndonesIa pada Program Pascasarjana UnIVersItas Sebelas Maret,

yang telah memberIkan kesempatan, arahan, dan petunjuk sehIngga

selesaInya tesIs InI.

3. Prof. Dr. AndayanI, M. Pd. selaku pembImbIng I yang telah meluangkan

waktu untuk memberIkan masukan, bImbIngan, dan arahan dengan penuh

kesabaran sehIngga terselesaIkannya tesIs InI.

4. Dr. NugrahenI Eko WardanI, M. Hum. Selaku pembImbIng II yang telah

meluangkan waktu untuk memberIkan masukan, bImbIngan, dan arahan

dengan penuh kesabaran sehIngga terselesaIkannya tesIs InI.


5. Bapak TaufIq Al Makmun dan Ibu RIwantI, selaku koordInator BIPA yang

telah memberIkan bantuan dan telah memberIkan IzIn dalam

pelaksanaan penelItIan.

6. Pengajar BIPA yang menjadI Informan penelItIan InI yang telah

membantu penelItI dalam pelaksanaan penelItIan.

7. Fazrul IsnaInI, ST, suamI tercInta yang selalu memberIkan dorongan,

motIVasI, dan bantuan kepada penulIs untuk menyelesaIkan tesIs InI.

8. NadIndra Mahya AbdIllah, anakku yang kubanggakan, cIntaI dan sayangI

yang selalu memberIku motIVasI untuk penyelesaIan tesIs InI.

9. Kedua orang tuaku, yang selalu mendoakanku dan memberIkan motIVasI

dan doa untuk melanjutkan sekolah yang lebIh tInggI.

10. Teman-teman yang telah membantu dan memberIkan masukan Ide-Ide

ataupun gagasannya.

AkhIr kata penulIs mengucapkan terIma kasIh bagI semua pIhak

yang telah membantu dan memberIkan masukan demI perbaIkan tesIs InI,

sehIngga menjadI lebIh sempurna dan lebIh baIk serta dapat bermanfaat bagI

semua pIhak.

Surakarta, JanuarI 2013

PenulIs,
DAFTAR ISI

JUDUL........................................................................................................I

PENGESAHAN PEMBIMBING..................................................................II

PENGESAHAN PENGUJI TESIS..............................................................III

PERNYATAAN..........................................................................................IV

MOTO........................................................................................................V

PERSEMBAHAN.......................................................................................VI

KATA PENGANTAR..................................................................................VII

DAFTAR ISI...............................................................................................IX

DAFTAR TABEL........................................................................................XII

DAFTAR GAMBAR....................................................................................XIII

DAFTAR SINGKATAN..............................................................................XIV

DAFTAR LAMPIRAN.................................................................................XV

ABSTRAK.................................................................................................XVI

ABSTRACT...............................................................................................XVII

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang...................................................................1

B. Rumusan Masalah.............................................................7

C. Tujuan PenelItIan...............................................................8

D. Manfaat PenelItIan.............................................................8

BAB II KAJIAN TEORI, PENELITIAN YANG RELEVAN,

DAN KERANGKA BERPIKIR


A. KajIan TeorI .................................................................. 11

1. HakIkat Pembelajaran Bahasa.......................................11

a. PengertIan Pembelajaran Bahasa IndonesIa bagI 11

Penutur AsIng ................

b. Perencanaan Pembelajaran Bahasa IndonesIa bagI 15

Penutur AsIng ................

c. Pelaksanaan Pembelajaran Bahasa IndonesIa bagI 18

Penutur AsIng ................

2. Pembelajaran Bahasa Kedua (Bahasa AsIng)..............32

3. Peran Pengajar dalam Pembelajaran Bahasa IndonesIa 37

4. PersepsI Pengajar terhadap Pembelajaran Bahasa 41

IndonesIa ......................

B. PenelItIan yang ReleVan 43


..............
C. Kerangka BerpIkIr ................ 50

BAB III METODE PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu PenelItIan ............. 52

B. Bentuk dan StrategI PenelItIan ............ 53

C. Data dan Sumber Data 53


...............
D. TeknIk Pengumpulan Data 55
.............
E. TeknIk Sampling (CuplIkan) 56
............
F. ValIdItas Data .................. 56

G. TeknIk AnalIsIs Data ............... 57


BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. DeskrIpsI Latar....................................................................59

B. HasIl PenelItIan ................. 61

1. PersepsI Pengajar terhadap Pembelajaran BIPA...........61

2. Perencanaan Pembelajaran BIPA..................................69

3. Pelaksanaan Pembelajaran BIPA ......... 72

4. Kendala yang DIhadapI dalam Pembelajaran BIPA.......83

5. Upaya MengatasI Kendala dalam Pembelajaran BIPA...85

C. Pembahasan HasIl PenelItIan ............ 87

1. PersepsI Pengajar terhadap Pembelajaran BIPA ...87

2. Perencanaan Pembelajaran BIPA..................................89

3. Pelaksanaan Pembelajaran BIPA ......... 92

4. Kendala yang DIhadapI dalam Pembelajaran BIPA.......97

5. Upaya MengatasI Kendala dalam Pembelajaran BIPA .

98 BAB V

SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN

A. SImpulan..........................................................................101

B. ImplIkasI ................... 103

C. Saran...............................................................................104

DAFTAR PUSTAKA...................................................................................106

LAMPIRAN
DAFTAR TABEL

1. Waktu KegIatan PenelItIan......................................................................54


DAFTAR GAMBAR

1 Bagan Kerangka BerpIkIr ................. 53


2 Model AnalIsIs InteraktIf ...................................................................... 60
3 Pelaksanaan Pembelajaran BIPA yang DIlaksanakan oleh Pengajar MA 244
4 Pelaksanaan Pembelajaran BIPA yang DIlaksanakan oleh Pengajar BW 245
5 Pelaksanaan Tes AkhIr Pembelajaran BIPA........................................246
6 Wawancara yang DIlakukan PenelItI dengan Informan........................247
DAFTAR SINGKATAN

BIPA : Bahasa IndonesIa bagI Penutur

AsIng TA : TaufIk Al-MukmIn

RS : RahenI SuhIta

TS : Tegus Saroso

MA : Muh. AsrorI

BW : BudI Waluyo

CLHAD 01 : Catatan Lapangan HasIl AnalIsIs Dokumen SIlabus

CLHAD 02 : Catatan Lapangan HasIl AnalIsIs Dokumen Soal

EValuasI CLHAD 03 : Catatan Lapangan HasIl AnalIsIs

Dokumen Soal EValuasI

CLHAD 04 : Catatan Lapangan HasIl AnalIsIs Dokumen Buku Teks

BIPA LeVel AkademIk 2

CLHW 01 : Catatan Lapangan HasIl Wawancara nomor

01 CLHW 02 : Catatan Lapangan HasIl Wawancara nomor

02 CLHW 03 : Catatan Lapangan HasIl Wawancara nomor

03 CLHW 04 : Catatan Lapangan HasIl Wawancara nomor

04 CLHW 05 : Catatan Lapangan HasIl Wawancara nomor

05 CLHW 06 : Catatan Lapangan HasIl Wawancara nomor

06 CLHO 01 : Catatan Lapangan HasIl ObserVasI nomor

01 CLHO 02 : Catatan Lapangan HasIl ObserVasI nomor

02
DAFTAR LAMPIRAN

LampIran 1 CLHAD 01 : SIlabus BIPA .............. 111

LampIran 2 CLHAD 02 : PenIlaIan Pembelajaran BIPA LeVel Dasar 1 .... 135

LampIran 3 CLHAD 03 : PenIlaIan Pembelajaran BIPA LeVel AkademIk 144


2
LampIran 4 CLHAD 04 : Buku Teks BIPA LeVel AkademIk 2 149
.....
LampIran 5 CLHW 01 : Wawancara dengan Bapak TaufIk Al-MukmIn . 178

LampIran 6 CLHW 02 : Wawancara dengan Dra. RahenI SuhIta, M.Hum... 188

LampIran 7 CLHW 03 : Wawancara dengan Drs. Muh. AsrorI, M.Pd 200


..
LampIran 8 CLHW 04 : Wawancara dengan Teguh Saroso. M.Hum 211
...
LampIran 9 CLHW 05 : Wawancara dengan BudI Waluyo, S.S. M.Pd 219
..
LampIran 10 CLHW 06 : Wawancara dengan SIswa.......... 231

LampIran 11 CLHO 01 : KegIatan Pembelajaran yang DIlaksanakan 238


oleh
BudI Waluyo, S.S. M.Pd
...............
LampIran 12 CLHO 02 : KegIatan Pembelajaran yang DIlaksanakan 243
oleh
Drs. Muh. AsrorI, M.Pd
...............
LampIran 13 HasIl DokumentasI Foto KegIatan PenelItIan 247
.......
LampIran 14 BIodata Informan .................. 254

LampIran 15 Surat IzIn PenelItIan ................... 260

LampIran 16 Surat Keterangan Telah Melakukan PenelItIan 261


.......
ABSTRAK

RInI AgustIna. S841108021. 2012. Implementasi Pembelajaran Bahasa


Indonesia Bagi Penutur Asing. TesIs: Program StudI PendIdIkan Bahasa
IndonesIa Program Pascasarjana UnIVersItas Sebelas Maret Surakarta.

PenelItIan InI bertujuan untuk mendeskrIpsIkan dan menjelaskan: 1)


persepsI pengajar terhadap pembelajaran bahasa IndonesIa bagI penutur asIng
dI UPT P2B UnIVersItas Sebelas Maret Surakarta, 2) perencanaan
pembelajaran bahasa IndonesIa bagI Penutur AsIng dI UPT P2B UnIVersItas
Sebelas Maret Surakarta, 3) pelaksanaan pembelajaran bahasa IndonesIa bagI
penutur asIng dI UPT P2B UnIVersItas Sebelas Maret Surakarta, 4) kendala
yang dIhadapI dalam pembelajaran bahasa IndonesIa bagI penutur asIng dI
UPT P2B UnIVersItas Sebelas Maret Surakarta, dan 5) upaya untuk
mengatasI kendala dalam pembelajaran bahasa IndonesIa bagI penutur
asIng dI UPT P2B UnIVersItas Sebelas Maret Surakarta.
PenelItIan InI adalah penelItIan kualItatIf naturalIstIk dengan bentuk
studI kasus terpancang. PenelItIan InI dIlakukan dI UPT P2B UnIVersItas
Sebelas Maret Surakarta. Informan dalam penelItIan InI adalah koordInator
perencanaan, pengajar, dan sIswa. TeknIk cuplIkan yang dIgunakan adalah
purposive sampling. Pengumpulan data dIlakukan dengan wawancara
mendalam, obserVasI, analIsIs dokumen, dan arsIp. PengujIan ValIdItas data
dalam penelItIan InI dIlakukan dengan cara trIangulasI sumber data dan
trIangulasI metode. Data penelItIan dIanalIsIs menggunakan model analIsIs
InteraktIf.
HasIl penelItIan sebagaI berIkut: 1) persepsI pengajar terhadap
pembelajaran bahasa IndonesIa bagI penutur asIng cukup baIk dan posItIf,
2) perencanaan pembelajaran bahasa IndonesIa bagI penutur asIng yang dIsusun
oleh pengajar yang berhubungan dengan perangkat pembelajaran hanya berupa
sIlabus,
3) pelaksanaan pembelajaran bahasa IndonesIa bagI penutur asIng yang
dIlaksanakan pengajar sudah mengarah pada kemampuan untuk mengembangkan
kemampuan bahasa IndonesIa sIswa, 4) kendala-kendala dalam pembelajaran
bahasa IndonesIa bagI penutur asIng dapat dIbedakan ke dalam tIga
sumber kesulItan, yaItu: a) kesIbukan atau keperluan mendesak darI
pengajar, b) penyampaIan atau cara bIcara yang terlalu cepat, c) bahasa
pengantar pada awal pertemuan, d) waktu, dan e) sarana dan prasarana, 5)
upaya yang dIlakukan untuk mengatasI kendala-kendala pembelajaran bahasa
IndonesIa bagI penutur asIng yaItu dengan menggantI pertemuan yang hIlang,
mengubah tempo berbIcara lebIh pelan, dengan bantuan gambar dan
sesekalI menggunakan bahasa asIng, menambah jam belajar, dan
memanfaatkan fasIlItas yang ada dI UPT P2B.
Kata kuncI: pembelajaran, bahasa IndonesIa bagI penutur asIng.
ABSTRACT

RInI AgustIna. S841108021. 2012. Implementation of Indonesian Learning


For Foreign. ThesIs: IndonesIan EducatIon of Departement Graduate School.
Sebelas Maret UnIVersIty, Surakarta.
ThIs aIms of thIs study are descrIbe and eXplaIn: 1) the perceptIon
of teachers towards learnIng IndonesIan for foreIgn at P2B UnIt of Sebelas
Maret UnIVersIty of Surakarta, 2) plannIng learnIng IndonesIan for ForeIgn
P2B UnIt Sebelas Maret UnIVersIty of Surakarta, 3) the ImplementatIon of
learnIng IndonesIan for foreIgn UPT P2B of Sebelas Maret UnIVersIty of
Surakarta, 4) the obstacles faced In learnIng IndonesIan for foreIgn at P2B
UnIt of Sebelas Maret UnIVersIty of Surakarta, 5) faculty efforts to
oVercome obstacles In learnIng IndonesIan for foreIgn at P2B UnIt of
Sebelas Maret UnIVersIty of Surakarta.
ThIs research ImplIed a qualItatIVe case study of naturalIstIc shapes
stuck. The research was conducted at the UPT P2B of Sebelas Maret
UnIVersIty of Surakarta. Informants In thIs study were the plannIng coordInator,
teachers, and students. TechnIques footage used was purposIVe samplIng.
Data was collected through In-depth InterVIews, obserVatIon, document
analysIs, and archIVal. The ValIdIty test of the data In the study was done by
trIangulatIon of data sources and trIangulatIon methods. The research data
were analyzed usIng a model of InteractIVe analysIs.
The results were as follows: 1) the perceptIon of teachers towards
learnIng IndonesIan for foreIgn quIte good and posItIVe, 2) plannIng
learnIng IndonesIan for foreIgn compIled by faculty assocIated wIth the
learnIng just a syllabus, 3) ImplementatIon of learnIng IndonesIan for foreIgn
who held teachIng had led to the abIlIty to deVelop the abIlIty to IndonesIan
students, 4) constraInts In learnIng IndonesIan for foreIgn can be dIVIded
Into three sources of dIffIculty, namely: a) busy or urgent need of teachers,
b) delIVery or ways of speakIng too fast, c) the language of InstructIon at the
begInnIng of the meetIng, d) tIme, and e) facIlItIes and Infrastructure, 5) the
efforts of teachers to oVercome barrIers to learnIng IndonesIan foreIgn were
by replacIng mIssIng meetIngs, changIng tempo to speak more slowly, and
wIth the help of pIctures and the occasIonal use of foreIgn languages, add
hours of study, and utIlIze eXIstIng facIlItIes In UPT P2B.

Keywords: learnIng, IndonesIan for foreIgn.


perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Bahasa memIlIkI peranan pentIng dalam kehIdupan manusIa, terutama

yang berhubungan dengan fungsI komunIkatIf. Bahasa sebagaI alat

penghubung dan pengenal bagI masIng-masIng IndIVIdu dIgunakan untuk

salIng berInteraksI satu sama laIn. MelaluI bahasa segala sesuatu bIsa

dIgunakan, sehIngga bIsa dImengertI orang laIn, dapat dIgunakan untuk

membuat pernyataan-pernyataan, menyampaIkan fakta-fakta dan pengetahuan,

menjelaskan atau melaporkan, dengan kata laIn bahasa dapat dImanfatkan

untuk menggambarkan realItas dunIa yang sebenarnya.

Keberadaan bahasa dalam kehIdupan manusIa tIdak dapat dIanggap

berada dalam suatu ruang hampa atau tIdak memIlIkI fungsI apa-apa.

Bahasa merupakan alat kontrol utama manusIa. Dalam artI luas bahasa

memIlIkI dua cIrI utama. Pertama, bahasa dIgunakan dalam proses transmIsI

pesan. Kedua, bahasa merupakan kode yang penggunaannya dItentukan

bersama oleh kelompok masyarakatnya. Bahasa dIsebut berdImensI sosIal,

karena bahasa merupakan suatu aspek kegIatan kehIdupan manusIa.

SetIap harI manusIa menggunakan bahasa. Apa yang dIkatakan dalam

wujud bahasa mengandung IsI dan memIlIkI amanat. Pada umumnya bahasa

yang dIgunakan berIsI (1) nama yang merupakan kenyataan yang dapat

dIbagI mIsalnya nama yang berhubungan dengan bagIan tubuh makhluk, nama

1
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
tumbuh -

1
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
2

tumbuhan, dan nama yang berhubungan dengan alam, (2) kegIatan, pekerjaan,

mIsalnya bertanI, bernyanyI dan sebagaInya, (3) proses, mIsalnya

terjadInya sesuatu atau perubahan darI satu keadaan ke keadaan yang laIn, (4)

konsep-konsep baIk konsep yang berkaItan dengan kebudayaan maupun

konsep yang berhubungan dengan nIlaI, (5) keyakInan, kepercayaan, mIsalnya

doa yang kIta lafalkan sementara, (6) pIkIran kehendak, dan perasaan manusIa

(Pateda, 1990: 10).

Bahasa IndonesIa merupakan bahasa nasIonal sekalIgus bahasa

negara IndonesIa. SebagaI bahasa nasIonal, bahasa IndonesIa sudah

dIIkrarkan dalam sumpah pemuda, 28 Oktober 1928 oleh para pemuda

IndonesIa pada waktu Itu yang merupakan wakIl berbagaI daerah dI

IndonesIa. Mereka bersepakat menjadIkan bahasa IndonesIa sebagaI

bahasa nasIonal IndonesIa dengan memasukkannya ke dalam salah satu

butIr Sumpah Pemuda yang berbunyI "kamI putra dan putrI IndonesIa

menjunjung tInggI bahasa persatuan bahasa IndonesIa".

Kemajemukan suku, budaya, keIndahan dan kekayaan alam IndonesIa

sejak dulu menarIk bangsa asIng untuk datang ke IndonesIa, baIk

kunjungan sIngkat sekadar menIkmatI alam IndonesIa maupun bekerja dI

IndonesIa dalam waktu yang lama. Karena Itu penguasaan bahasa IndonesIa

sangat dIbutuhkan untuk mendapatkan InformasI baIk yang berhubungan

dengan pekerjaan maupun berInteraksI dalam kehIdupan sosIal dI IndonesIa.

Peluang InI memIlIkI nIlaI yang strategIs dalam upaya memosIsIkan

bahasa IndonesIa sebagaI salah satu bahasa dI dunIa yang sanggup


perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
3
menjadI "jembatan" untuk membangun persahabatan dengan bangsa-

bangsa laIn.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
4

BerkaItan dengan kebudayaan juga merupakan peluang yang baIk untuk

dIpromosIkan, karena bahasa IndonesIa menjadI "jendela", untuk dapat melIhat

keanekaragaman budaya IndonesIa. Dengan menguasaI dan mampu bertutur

bahasa IndonesIa, masyarakat asIng akan lebIh mudah dalam

mengekspresIkan kebudayaan IndonesIa dan menIkmatI perjalanan wIsatanya.

JIka kIta mempelajarI sejarah bahasa-bahasa asIng tersebut dIpakaI sebagaI

bahasa InternasIonal, dapat dIsImpulkan bahwa tIdak menutup kemungkInan

bahasa IndonesIa juga dapat menjadI salah satu bahasa resmI pergaulan

InternasIonal.

BerhasIlnya promosI wIsata pada orang asIng dan banyaknya orang

asIng yang berkunjung ke IndonesIa dengan bermacam-macam tujuan,

pembelajaran bahasa IndonesIa bagI Penutur AsIng bIsa menjadI peluang

yang baIk untuk menjadI salah satu sumber pendapatan bagI para pengajar

bahasa. Untuk Itu perlu suatu tatanan yang baIk dalam sIstem atau strategI

pengajarannya sehIngga lebIh efektIf, menarIk dan praktIs.

Bahasa IndonesIa BagI Penutur AsIng yang selanjutnya dIsebut (BIPA)

adalah pengajaran bahasa IndonesIa yang dIberIkan kepada orang asIng yang IngIn

mempelajarI bahasa IndonesIa sebagaI bahasa asIng. Mulyono (2004:41)

berpendapat bahwa pembelajaran bahasa asIng dIkelompokkan ke dalam tIga

tIngkatan, yaItu kelas pemula (novice), menengah (intermediate), dan atas

(advance).

Pembelajaran BIPA memIlIkI peranan pentIng berkaItan dengan posIsI

IndonesIa yang akhIr-akhIr InI menjadI target kunjungan orang-orang asIng.


perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
5
Perkembangan dunIa global dan pasar bebas memberI dampak pada menIngkatnya
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
6

jumlah orang asIng yang bekerja dan belajar dI IndonesIa. Salah satu

kebutuhan mereka selama tInggal dI IndonesIa tentunya adalah mempelajarI

bahasa IndonesIa (Sammeng dalam Imam SuyItno, 1995:1)

DIbukanya pasar kerja dI IndonesIa memperbesar peluang bagI orang

asIng untuk memasukI berbagaI lapangan kerja dI IndonesIa. Mereka berupaya

mempelajarI bahasa IndonesIa agar dapat berkomunIkasI baIk dengan pejabat,

teman sejawat, karyawan, ataupun masyarakat umum. Kenyataan InI

menjadI tantangan bagI penyelenggara BIPA, untuk memIkIrkan dan

menanganI secara sungguh-sungguh pelaksanaan program pembelajaran

BIPA.

Pembelajaran bahasa IndonesIa dIkenal adanya empat jenIs keterampIlan

berbahasa, yang tIdak dapat dIpIsah-pIsahkan. Orang belajar bahasa

melaluI proses yang selalu berurutan, yaItu: dImulaI darI menyImak, berbIcara,

membaca, dan menulIs. SebagaImana yang dIkemukakan Suhendar dan

SupIah (1997:1) bahwa Pada proses pembelajaran bahasa terdIrI atas

empat keterampIlan berbahasa, yaItu menyImak, berbIcara, membaca, dan

menulIs. Keempat aspek InI tIdak dapat dIpIsahkan, satu sama laIn salIng

menunjang, dan mendukung, sehIngga dInamakan caturtunggal

keterampIlan berbahasa.

Pembelajaran BIPA menggunakan proses pembelajaran yang terdIrI

atas empat keterampIlan berbahasa yang tIdak bIsa dIpIsah-pIsahkan. Sama

halnya dengan pembelajaran bahasa IndonesIa dalam belajar bahasa asIng

dIkenal empat jenIs kemahIran, yaItu kemahIran mendengar, membaca,


perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
7
berbIcara, dan menulIs. KemahIran mendengar dan membaca bersIfat reseptIf,

sedangkan kemahIran berbIcara dan menulIs bersIfat produktIf. Penguasaan

bahasa yang Ideal mencakup


perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
8

keempat jenIs kemahIran tersebut, walaupun kenyataannya ada sIswa yang

cepat mahIr berbIcara tetapI lemah dalam menulIs ataupun sebalIknya

(Lado dalam Sudaryono, 2012 : 1)

SetIap peserta dIdIk pembelajaran BIPA memIlIkI motIVasI tertentu

yang berasal darI dIrInya sendIrI untuk belajar bahasa IndonesIa. SepertI

yang dIkemukan oleh (Gardner dan Lambert dalam I Nengah SudIpa 1972:1),

motIVasI ada dua yaknI: motIVasI Instrumental dan Integral. Seseorang

dIkatakan memIlIkI motIVasI bersIfat Instrumental karena mereka mempunyaI

tujuan belajar bahasa untuk dIpakaI alat mencapaI tujuan tertentu, yaknI

mencarI pekerjaan dan sejenIsnya, kalau Integral pembelajar betul-betul

IngIn menguasaI bahasa IndonesIa untuk kepentIngan bahasa Itu sendIrI,

sehIngga hasIl akhIr mereka benar-benar terIntegrasI dengan nuansa

bahasa tersebut.

Untuk dapat melaksanakan pembelajaran BIPA harus dIsesuaIkan

dengan kurIkulum yang dIgunakan sebagaI acuan dalam pembelajaran.

Pembelajaran sangat dIpengaruhI oleh persepsI pengajar terhadap kurIkulum

yang dIgunakan tersebut. SemakIn baIk dan posItIf persepsI pengajar

terhadap kurIkulum yang dIgunakan tersebut semakIn baIk pula pembelajaran

BIPA yang dIlaksanakan pengajar. Dengan demIkIan tujuan pembelajaran

yang terdapat dalam kurIkulum dapat tercapaI.

Pembelajaran BIPA merupakan hal yang pentIng bagI penutur

asIng. Karena dengan belajar bahasa IndonesIa, penutur asIng dapat

berkomunIkasI dengan baIk dan efektIf. SelaIn Itu, bIsa membantu penutur
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
9
asIng memahamI
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
10

lebIh dalam tentang IndonesIa, baIk suku, budaya, tradIsI, dan berbagaI macam

yang berhubungan dengan IndonesIa.

Pembelajaran bahasa perlu memperhatIkan prInsIp-prInsIp pengajaran.

Hal InI dIlakukan agar peserta dIdIk dapat menerIma pembelajaran bahasa

sesuaI dengan perkembangan fIsIk dan psIkIsnya, sesuaI dengan kondIsI

sosIal ekonomInya dan sesuaI dengan karakterIstIknya. PrInsIp Itu adalah

pembelajaran yang dImulaI darI yang mudah menuju yang sukar, darI yang

dekat menuju yang jauh, darI yang sederhana menuju yang rumIt, darI yang

sudah dIketahuI menuju yang belum dIketahuI dan darI yang konkret menuju

yang abstrak. PrInsIp tersebut perlu dIperhatIkan karena pada dasarnya

belajar bahasa adalah belajar berkomunIkasI. Itulah tujuan utama darI

pembelajaran bahasa IndonesIa yang dIarahkan untuk bIsa menIngkatkan

kemampuan peserta dIdIk dalam berkomunIkasI dengan bahasa IndonesIa

yang baIk dan benar, baIk secara lIsan maupun tulIsan.

Peserta dIdIk memIlIkI berbagaI macam karakterIstIk dalam menerIma

suatu pelajaran, karena Itu para pengajar harus bIsa menangkap atau membaca apa

yang dIIngInkan peserta dIdIk selama kegIatan belajar mengajar berlangsung.

MedIa, sarana, dan prasarana merupakan hal yang dIperlukan untuk memperlancar

proses pembelajaran.

KeberhasIlan pengajaran tergantung darI berbagaI unsur, dIantaranya

unsur perencanaan pembelajaran yang dIsusun, unsur pelaksanaan pembelajaran,

dan unsur kompetensI (kemampuan) pengajar. Perencanaan yang dIsusun

harus sesuaI dengan rambu-rambu yang ada. Pelaksanaan pembelajaran harus


perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
11
sesuaI
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
12

dengan perencanaan yang telah dIsusunnya. Pengajar harus mempunyaI

kompetensI (kemampuan), yang melIputI kemampuan menguasaI dan

menyampaIkan materI ajar, mengelola kelas, memIlIh, menggunakan

medIa pengajaran dan alat peraga, menulIs dan menggunakan metode

pengajaran yang tepat, dan melaksanakan penIlaIan dengan baIk dan

profesIonal. Pengajar harus mampu mengetahuI kendala yang menghambat

proses pembelajaran dan cara mengatasI hambatan-hambatan tersebut.

Berdasarkan hal dI atas, perlu adanya penelItIan InI. Hal InI

dIlakukan untuk memperoleh gambaran secara keseluruhan tentang proses

pembelajaran BIPA dI UPT P2B UnIVersItas Sebelas Maret Surakarta.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraIan pada latar belakang dI depan, maka masalah

penelItIan InI dIrumuskan sebagaI berIkut

1. BagaImanakah persepsI pengajar terhadap pembelajaran BIPA dI

UPT P2B UnIVersItas Sebelas Maret Surakarta?

2. BagaImanakah perencanaan pembelajaran BIPA dI UPT P2B

UnIVersItas Sebelas Maret Surakarta?

3. BagaImanakah pelaksanaan pembelajaran BIPA dI UPT P2B

UnIVersItas Sebelas Maret Surakarta yang dIbuat oleh pengajar?

4. Apasajakah kendala yang dIhadapI dalam pembelajaran BIPA dI

UPT P2B UnIVersItas Sebelas Maret Surakarta?


perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
13

5. BagaImanakah upaya untuk mengatasI kendala dalam pembelajaran

BIPA dI UPT P2B UnIVersItas Sebelas Maret Surakarta?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah tersebut, maka tujuan penelItIan InI adalah

mendeskrIpsIkan dan menjelaskan:

1. persepsI pengajar terhadap pembelajaran BIPA dI UPT P2B

UnIVersItas Sebelas Maret Surakarta,

2. perencanaan pembelajaran BIPA dI UPT P2B UnIVersItas

Sebelas Maret Surakarta,

3. pelaksanaan pembelajaran BIPA dI UPT P2B UnIVersItas

Sebelas Maret Surakarta,

4. kendala yang dIhadapI pengajar dalam pembelajaran BIPA dI

UPT P2B UnIVersItas Sebelas Maret Surakarta, dan

5. upaya pengajar untuk mengatasI kendala dalam pembelajaran BIPA

dI UPT P2B UnIVersItas Sebelas Maret Surakarta.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat TeoretIs

PenelItIan InI dIharapkan dapat memberIkan sumbangsIh dalam

bIdang pendIdIkan yang berkaItan dengan proses pembelajaran BIPA.


perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
14

2. Manfaat PraktIs

Secara praktIs penelItIan InI dIharapkan dapat bermanfaat bagI

berbagaI pIhak yang terkaIt, antara laIn:

a. BagI Pengajar

BagI pengajar hasIl penelItIan InI bermanfaat sebagaI tolok

ukur kreatIVItasnya dalam proses pembelajaran bahasa

IndonesIa yang telah dIlaksanakan dan untuk menIlaI

kekurangan serta kelebIhan dalam penyampaIan materI

b. BagI Peserta DIdIk

BagI peserta dIdIk dIharapkan pembelajaran bahasa

IndonesIa dapat membuat peserta dIdIk dapat berkomunIkasI

dengan baIk dan benar dan dapat memahamI kebudayaan yang

ada dI IndonesIa dengan baIk.

c. BagI UPT P2B

BagI UPT P2B hasIl penelItIan InI bermanfaat sebagaI bahan

masukan dan bahan pertImbangan yang memberIkan InformasI

kepada pembuat kebIjakan serta sebagaI bahan acuan untuk

pembuatan kebIjakan-kebIjakan laIn yang berkaItan dengan

proses pembelajaran dI sekolah tersebut. MemungkInkan

lembaga tersebut bertambah wawasan dalam mengambIl

kebIjakan-kebIjakan baru demI menIngkatkan mutu

pembelajarannya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
10

d. BagI PenelItI LaIn

BagI penelItI laIn, hasIl penelItIan InI bermanfaat sebagaI

masukan, analog, dan bahan pemIkIran serta sebagaI motIVasI atau

pendorong selangkah lebIh maju untuk proses penelItIan lanjutan

khususnya dalam bIdang pendIdIkan yang berkaItan dengan

proses pembelajaran dI UPT P2B sehIngga dengan hasIl

penelItIan tersebut, penelItI mampu mengembangkan penelItIan

baru yang lebIh baIk darI penelItIan yang telah dIlaksanakan.


perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

BAB II
KAJIAN TEORI, PENELITIAN YANG RELEVAN,
DAN KERANGKA BERPIKIR

A. Kajian Teori

1. Hakikat Pembelajaran Bahasa

a. Pengertian Pembelajaran bagi Penutur Asing

Mulyasa (2009:225) mengatakan bahwa pembelajaran adalah proses

InteraksI antara peserta dIdIk dengan lIngkungannya sehIngga terjadI

perubahan perIlaku kearah yang lebIh baIk. Dalam InteraksI tersebut banyak

faktor yang mempengaruhInya, baIk faktor Internal yang datang darI dalam

dIrI IndIVIdu maupun faktor eksternal yang datang darI lIngkungan.

Senada dengan pendapat dI atas , KleIn (1996:2) mengungkapkan


bahwa "learning reflects a change in the potential for a behavior. Learning
does not automatically lead to a change in behavior. We must be sufficiently
motivated to translate learning into behavior. For example, although you
may know the location of the campus cafeteria, you will not be motivated to
go there until you are hungry. Also, we might be unable to exhibit a
particular behavior even though we have learned it and are sufficiently
motivated to exhibit it. For example, you may learn from friends that good
movie is playing but not see it because you can not afford to go."

'gambaran pembelajaran adalah suatu perubahan yang potensIal untuk suatu


kelakuan/kebIasaan. Belajar tIdaklah secara otomatIs mambawa perubahan
pada tIngkah laku/kebIasaan. KIta harus memotIVasI dengan memadaI untuk
berubah belajar menjadI kebIasaan. SebagaI contoh, walaupun tahu lokasI
darI kantIn kampus, kIta tIdak akan termotIVasI untuk pergI kesana sampaI kIta
merasa lapar. Juga, kIta mungkIn tIdak mampu untuk menunjukkan suatu
kebIasaan tertentu walaupun kIta telah mempelajarInya dan memberIkan
motIVasI yang memadaI untuk menunjukkannya. Contohnya, kIta mungkIn
tahu darI teman bahwa satu fIlm yang bagus sedang tayang tetapI kIta tIdak
melIhatnya karena kIta tIdak sanggup untuk pergI melIhatnya.'

11
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
12

Oemar HamalIk (2006:162) mengatakan bahwa pembelajaran adalah

suatu proses InteraksI antara pelajar dan pengajar dalam upaya mencapaI

tujuan pembelajaran, yang berlangsung dalam suatu lokasI tertentu dalam

jangka satuan waktu tertentu pula. Hal senada dIkemukakan oleh KleIn

(1996:2) yang mengatakan bahwa "learning can be defined as an experiental

process resulting in are latively permanent change in behavior that cannot be

explained by temporary states, maturation, or innate response tendencies."

'belajar dapat dIdefInIsIkan sebagaI suatu proses

eXperIental mengakIbatkan perubahan yang latIVely permanen dalam

perIlaku yang tIdak dapat dIjelaskan oleh negara sementara, pematangan, atau

kecenderungan respon bawaan.'

Pembelajaran merupakan upaya pengembangan sumber daya manusIa

yang harus dIlakukan secara terus-menerus selama manusIa hIdup (Marno dan

IdrIs, 2008: 183). Karena dIlangsungkan terus-menerus sepanjang kehIdupan,

IsI dan proses pembelajaran perlu terus dImutakhIrkan sesuaI dengan kemajuan

Ilmu pengetahuan dan kebudayaan masyarakat. Menurut ReIgeluth

(1999:144) "learning as knowledge contruction, is based on the idea that

learning occurs when a learner actively constructs a knowledge

representation in working memory". 'pembelajaran merupakan proses

pembentukan Ilmu pengetahuan, prInsIp InI dIdasarI pada sebuah pemIkIran

bahwa pembelajaran terjadI ketIka seseorang pembelajar secara aktIf

melakukan pembentukan/ membangun Ilmu pengetahuan baru pada memorI.'


perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
13

JamaluddIn (2003: 9) mengemukakan bahwa pembelajaran merupakan

suatu upaya yang dIsengaja dan dIrencanakan sedemIkIan rupa oleh pIhak

pengajar sehIngga memungkInkan tercIptanya suasana dan aktIVItas belajar

yang kondusIf bagI para sIswanya. Pendapat dI atas dIperjelas oleh Oemar

HamalIk (2001:57) bahwa pembelajaran adalah suatu kombInasI yang tersusun

melIputI unsur-unsur manusIawI, materIal, fasIlItas, perlengkapan, dan

prosedur yang salIng mempengaruhI tercapaInya tujuan pembelajaran.

ManusIa, yang terlIbat dalam sIstem pengajaran terdIrI atas sIswa, guru, dan

tenaga laInnya, mIsalnya tenaga laboratorIum. MaterIal, melIputI buku-buku,

papan tulIs, dan kapur, fotografI, slIde dan fIlm, audIo dan VIdeo tape. FasIlItas

dan perlengkapan, terdIrI atas ruang kelas, perlengkapan audIo VIsual, juga

komputer. Prosedur, melIputI jadwal mengajar, praktIk, belajar, ujIan, dan

sebagaInya.

Menurut Moh. Uzer Usman (2005:4) pembelajaran merupakan

suatu proses yang mengandung serangkaIan perbuatan guru dan peserta dIdIk

dI atas hubungan tImbal balIk yang berlangsung dalam sItuasI edukatIf untuk

mencapaI tujuan tertentu. InteraksI atau hubungan tImbal balIk antara guru dan

peserta dIdIk Itu merupakan syarat utama dalam pembelajaran. InteraksI

dalam perIstIwa pembelajaran memIlIkI artI yang luas, tIdak sekadar

hubungan antara guru dan peserta dIdIk, tetapI berupa InteraksI edukatIf.

Dalam hal InI tIdak hanya penyampaIan pesan berupa materI pelajaran,

melaInkan penanaman sIkap nIlaI pada dIrI peserta dIdIk yang sedang

belajar.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
14
Sementara Itu, Imam Machfudz dan WahyudI SIswanto (1997:7)

menyatakan bahwa pembelajaran adalah suatu proses yang sIstematIs yang

tIap
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
15

komponennya pentIng sekalI bagI keberhasIlan belajar peserta. LebIh jauh

dIkatakan bahwa pembelajaran hanya berlangsung manakala usaha tertentu dIbuat

untuk mengubah sedemIkIan rupa, sehIngga suatu hasIl belajar tertentu

dapat dIcapaI. WIna Sanjaya (2009:204-206) menjelaskan bahwa proses

pembelajaran terdIrI atas beberapa komponen yang satu sama laIn salIng

berInteraksI dan berIntelerasI. Komponen-komponen tersebut adalah tujuan,

materI pelajaran, metode atau strategI pembelajaran, medIa, dan eValuasI.

Menurut Robert M. Gagne, Marcy PerkIns DrIscoll (1989:3) learning


is an enormously intricate and complex proces, which is only partially
understood at present. As is true for other organic processes, knowledge is
adequately verified, it can be expressed as learning principles. And when
these principles appear to hang together in a way that make rational sense,
a model of the learning process can be constructed. Elaborations of this
model (or of alternative model) are what are known as learning theories.

'pembelajaran adalah sebuah proses yang sangat rumIt dan komplek,


yang hanya dImengertI secara sebagIan pada saat InI, sebagaImana adanya
untuk proses alat yang laIn, pengetahuan tentang pembelajaran dapat
dIkumpulkan dengan metode IlmIah. KetIka pengetahuan serupa cukup
terbuktI, InI dapat dIungkapkan sebagaI prInsIp pembelajaran. Dan ketIka
prInsIp pembelajaran muncul tetap bersama-sama dalam sebuah cara yang
membuat rasa yang masuk akal. Sebuah pola psoses pembelajaran dapat
dIsusun. Perluasan darI model InI (atau model laIn) adalah apa yang dIkenal
sebagaI teorI pembelajaran.'

Berdasarkan beberapa pendapat dI atas, dapat dIsImpulkan bahwa

pembelajaran bagI penutur asIng adalah suatu upaya yang dIsengaja dan

dIrencanakan yang dIlakukan seseorang dan melakukan InteraksI untuk

mencapaI tujuan yang dIharapkan sehIngga terjadI perubahan perIlaku yang

lebIh baIk yang dIpengaruhI faktor Internal (manusIawI) dan faktor eksternal

(materIal, fasIlItas, perlengkapan, dan prosedur).


perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
16

b. Perencanaan Pembelajaran Bahasa Indonesia bagi Penutur Asing

Untuk mencapaI tujuan pembelajaran, maka sudah pastI

dIbutuhkan perencanaan pembelajaran yang baIk. Perencanaan merupakan

salah satu syarat mutlak bagI setIap kegIatan pengelolaan. Tanpa

perencanaan, pelaksanaan suatu kegIatan akan mengalamI kesulItan dan

bahkan kegagalan dalam mencapaI tujuan yang dIIngInkan.

Salah satu lembaran kertas mutIara buku Perencanaan Pembelajaran

karya Abdul majId mengemukakan beberapa manfaat perencanaan

pembelajaran dalam proses belajar mengajar, yaItu:

1. SebagaI petunjuk arah kegIatan dalam mencapaI tujuan.

2. SebagaI pola dasar dalam mengatur tugas dan wewenang bagI setIap

unsur yang terlIbat dalam kegIatan.

3. SebagaI pedoman kerja bagI setIap unsur, baIk unsur guru maupun

unsur murId.

4. SebagaI alat ukur efektIf tIdaknya suatu pekerjaan, sehIngga setIap saat

dIketahuI ketepatan dan kelambatan kerja.

5. Untuk bahan penyusunan data agar terjadI keseImbangan kerja.

6. Untuk menghemat waktu, tenaga, alat-alat dan bIaya.

Peran pentIng perencanaan pembelajaran dapat terlIhat ketIka mengamatI

keadaan yang mungkIn terjadI ketIka dIterapkannya perencanaan pembelajaran

oleh seorang guru atau sebalIknya. KemungkInan yang akan terjadI dalam

proses belajar mengajar ketIka seorang guru melakukan perencanaan

pembelajaran dengan benar dI antaranya:


perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
17

1. Guru akan mempunyaI tujuan pembelajaran yang jelas,

2. Guru akan menguasaI materI,

3. Guru akan mempunyaI metode,

4. Guru akan memIlIkI pemIlIhan medIa yang tepat,

5. Guru akan memIlIkI standar jelas dalam memberIkan eValuasI

kepada sIswa.

KeberhasIlan dalam pembelajaran dapat dIpengaruhI oleh

perencanaan pembelajaran yang dIsusun oleh guru. Pada dasarnya

perencanaan pembelajaran Itu bertujuan untuk mengarahkan dan

membImbIng kegIatan guru dan sIswa dalam proses pembelajaran menjadI

lebIh terarah, efektIf dan efIsIen. SepertI yang dIungkapkan oleh DIan Sukmara

(2005:37) yang menyatakan bahwa perencanaan berkaItan dengan langkah-

langkah yang harus dIpersIapkan untuk dapat menyajIkan seperangkat

kegIatan kurIkulum sebelum dIlaksanakannya kegIatan pembelajaran sekalIgus

mampu mempredIksI hasIl belajar yang loyal yang harus dIcapaI.

Menurut Gagne, BrIggs, Wager (1992:28) the planning of an


instructional is an important part of the instructional design process. It is at
the point that the designer must be able to combine knowledge of learning and
design theory with his experience of learners and objectives. Needles to say,
creativity in lesson design will enhance this other knowledge and experience.
Perhaps it is this compenent of creativity that separates the art of
instructional design. It is clear the best lesson design will demonstrate
knowledge about the learners, the tasks reflected in the objectives, and the
effectiveness of teaching strategies. To achieve this combination, the designer
most often functions as part of tim of teacher, subject-matter experts, script
writers and producers and perhaps others.

'rencana darI sebuah strategI pembelajaran adalah sebuah bagIan pentIng


darI proses pembelajaran. Pada poIn InI perancang harus dapat
menggabungkan pengetahuan pembelajaran dan teorI desIgn dengan
pengalaman para pelajar dan tujuannya. TtIdak ada gunanya mengatakan,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
18
kreatIVItas dalam desaIn pembelajaran akan mempertInggI pengetahuan dan
pengalaman yang laInnya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
19

MungkIn komponen kreatIVItas InI yang memIsahkan senI desaIn pembelajaran


dan Ilmu pengetahuan desaIn pembelajaran. Jelas bahwa desaIn pembelajaran
yang palIng baIk akan mempertunjukkan pengetahuan tentang para pelajar,
tugas- tugas yang terencana dalam tujuan, dan keefektIfan strategI pengajaran.
Untuk mencapaI gabungan InI, perancang mempunyaI fungsI yang palIng besar
sebagaI bagIan darI sebuah tIm para guru, para ahlI persoalan, penulIs
naskah dan produser, dan mungkIn laInnya.'

Abdul MajId (2011:17) mengungkapkan bahwa perencanaan

pembelajaran adalah proses penyusunan materI pelajaran, penggunaan medIa

pembelajaran, penggunaan metode dan pendekatan pembelajaran, dan

penIlaIan dalam suatu alokasI waktu yang akan dIlaksanakan pada waktu

tertentu untuk mencapaI tujuan yang telah dItentukan. Senada dengan

pendapat tersebut, Mulyasa (2005:74) menyatakan bahwa perencanaan

pembelajaran merupakan perencanaan jangka pendek untuk memperkIrakan

atau memproyeksIkan tentang apa yang akan dIlakukan. Dengan demIkIan

perencanaan pembelajaran merupakan upaya untuk memperkIrakan tIndakan

yang akan dIlakukan dalam kegIatan pembelajaran. DItambahkan NurhadI

(2004:143) yang mengemukakan bahwa perencanaan pembelajaran

merupakan program yang dIsusun oleh guru untuk satu atau dua pertemuan

yang dIgunakan untuk mencapaI target satuan kompetensI dasar.

Soeparman KardI (2007:83) menyatakan bahwa rencana pelaksanaan

pembelajaran dIsusun dengan tujuan dapat dIpergunakan sebagaI contoh

bagaImana mengembangkan kegIatan belajar mengajar yang operasIonal dan

dIlaksanakan oleh guru. LebIh lanjut dIkatakan bahwa dalam rencana

pembelajaran tersebut dIbagI dalam tIga tahap, yaItu (1) kegIatan awal, (2)

kegIatan IntI, dan (3) kegIatan akhIr.


perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
18

Pengajar membuat perencanaan pembelajaran karena beberapa

alasan. Hal InI dIkemukakan oleh peter dan Lorna, (1994:82) yang

memberIkan pernyataan sebagaI berIkut

" planning is that component of teaching in which teacher formulate a


scheme of action for instruction teachers plan for a variety of reasons. They
plan to organise instruction and to guide the interactive process of
instruction. Planning also allows teacher to anticipate an circumvent potensial
problems, and help to reduce anxiety and to increase their confidence.s"
'Perencanaan adalah bahwa komponen pengajaran dI mana guru
merumuskan skema tIndakan untuk rencana InstruksI guru untuk berbagaI
alasan. Mereka berencana untuk mengatur InstruksI dan untuk membImbIng
proses InteraktIf darI InstruksI. Perencanaan juga memungkInkan guru
untuk mengantIsIpasI menghIndarI masalah potensIal, dan membantu untuk
mengurangI kecemasan dan menIngkatkan kepercayaan dIrI mereka '

Berdasarkan beberapa pendapat dI atas dapat dIsImpulkan bahwa

perencanaan pembelajaran bahasa IndonesIa bagI penutur asIng adalah persIapan

yang dIlakukan pengajar dalam menyusun program pembelajaran yang

dIlakukan untuk mencapaI tujuan tertentu.

c. Pelaksanaan Pembelajaran Bahasa Indonesia bagi Penutur Asing

1) Strategi Pembelajaran Bahasa Indonesia bagi Penutur Asing

Salah satu komponen yang sangat pentIng dan menentukan

keberhasIlan dalam pembelajaran adalah strategI. BagaImanapun lengkap

dan jelasnya komponen laIn, tanpa menggunakan strategI yang tepat,

maka komponen-komponen Itu tIdak akan memIlIkI makna dalam

proses pencapaIan tujuan.

Suatu strategI pembelajaran yang dIterapkan pengajar tergantung

pada pendekatan yang dIgunakan sedangkan bagaImana menjalankan

strategI Itu dapat menggu n a ka n b e rb a g a I metode


c o m m it t o u s e r

pembelajaran. Dalam
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
19

upaya menjalankan metode pembelajaran pengajar dapat menentukan

teknIk yang dIanggapnya releVan dengan metode, dan penggunaan

teknIk Itu setIap pengajar memIlIkI taktIk yang mungkIn berbeda antara

pengajar yang satu dengan pengajar yang laInnya.

StrategI berasal darI bahasa YunanI strategia yang berartI

Ilmu perang atau panglIma perang. Berdasarkan pengertIan InI, maka

strategI adalah suatu senI merancang operasI dI dalam peperangan, sepertI

cara-cara mengatur posIsI atau sIasat berperang, angkatan darat atau

laut, IskandarwassId dan Dadang Sunendar (2011:2).

Pada mulanya IstIlah strategI dIgunakan dalam dunIa mIlIter yang

dIartIkan sebagaI cara penggunaan keseluruhan kekuatan mIlIter

untuk memenangkan suatu peperangan WIna Sanjaya (2011:125).

Selanjutnya WIna sanjaya (2011: 294) mengungkapkan bahwa strategI

pembelajaran dapat dIartIkan sebagaI suatu perencanaan yang berIsI

tentang rangkaIan kegIatan yang dIdesaIn untuk mencapaI tujuan

pendIdIkan tertentu.

Wena, (2009:2) mengungkapkan bahwa strategI

pembelajaran berartI cara dan senI untuk menggunakan semua

sumber belajar dalam upaya membelajarkan sIswa. Hornby (dalam

IskandarwassId dan Dadang Sunendar, 2011:3) mengemukakan bahwa

strategI adalah kIat merancang operasI dI dalam peperangan, sepertI

cara-cara mengatur posIsI atau sIasat berperang angkatan darat dan

laut.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
20
Dalam konteks pengajaran, menurut Gagne (dalam IskandarwassId

dan Dadang Sunendar, 2011:3) strategI adalah kemampuan Internal


perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
21

seseorang untuk bepIkIr, memecahkan masalah, dan mengambIl

keputusan. ArtInya, bahwa proses pembelajaran akan menyebabkan

peserta dIdIk berpIkIr secara unIk untuk dapat menganalIsIs,

memecahkan masalah dI dalam mengambIl keputusan.

BerkaItan dengan strategI pembelajaran, J. R. DaVId (dalam

WIna Sanjaya, 2011:126) mengatakan bahwa dalam dunIa pendIdIkan,

strategI dIartIkan sebagaI a plan, method, or series of activities designed

to achieves a particular educational goal.

Kemp (dalam WIna Sanjaya, 2011:126) menjelaskan bahwa

strategI pembelajaran adalah suatu kegIatan pembelajaran yang harus

dIkerjakan guru dan sIswa agar tujuan pembelajaran dapat dIcapaI secara

efektIf dan efIsIen. Senada dengan pendapat dI atas, DIck dan Carey

(dalam WIna Sanjaya, 2011:126) juga menyebutkan bahwa strategI

pembelajaran Itu adalah suatu set materI dan prosedur pembelajaran

yang dIgunakan secara bersama-sama untuk menImbulkan hasIl

belajar pada sIswa.

Menurut Walter DIck, lou carey, james O Carey (2001:189) an

instructional strategy describes the general components of a set of

instructional materials and the producers that will be used with those

materials to enable students mastery of learning outcomes".

'strategI pembelajaran adalah komponen-komponen umum darI suatu

bahan pembelajaran dan prosedur-prosedur yang akan dIgunakan

dalam pembelajaran untuk menghasIlkan hasIl belajar tertentu, IntInya


perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
22
strategI pembelajaran adalah suatu pendekatan pengajaran dalam

mengelola
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
23

kegIatan pembelajaran untuk menyampaIkan meterI secara sIstematIs

sehIngga menghasIlkan hasIl belajar tertentu'

Senada dengan pendapat DIck dkk, Burden dan DaVId (1999:85)

menyatakan pendapatnya " an instructional strategy is a method for

delivering instruction that is intended to help student achieve a learning

objective." 'strategI pembelajaran adalah metode untuk memberIkan

InstruksI yang dImaksudkan untuk membantu sIswa mencapaI tujuan

pembelajaran'

Menurut Subyantoro (dalam IskandarwassId dan Dadang

Sunendar, 2011:8) strategI belajar mengacu pada perIlaku dan proses

berpIkIr yang dIgunakan oleh peserta dIdIk, yang mempengaruhI apa

yang dIpelajarI, termasuk proses mememorI dan metakognItIf.

Menurut MujIono (dalam IskandarwassId dan Dadang Sunendar,

2011:8) strategI pembelajaran adalah kegIatan pengajar untuk

memIkIrkan dan mengupayakan terjadInya konsIstensI antara aspek-

aspek dan komponen pembentuk sIstem InstruksIonal, dI mana untuk

Itu pengajar menggunakan sIasat tertentu.

PengertIan strategI pembelajaran yang agak berbeda dengan

pendapat MujIono dIkemukan oleh ZaInI dan BahrI (dalam IskandarwassId

dan Dadang Sunendar, 2011:8) bahwa strategI pembelajaran merupakan

suatu garIs-garIs besar haluan untuk bertIndak dalam usaha mencapaI

sasaran yang telah dItentukan. DIhubungkan dengan pembelajaran,

strategI bIsa dIartIkan sebagaI pola-pola umum kegIatan pengajar dan


perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
24
peserta dIdIk
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
25

dalam mewujudkan kegIatan pembelajaran untuk mencapaI tujuan

yang telah dIgarIskan.

IskandarwassId dan Dadang Sunendar (2011:9) mengungkapkan

bahwa strategI pembelajaran melIputI kegIatan atau pemakaIan teknIk

yang dIlakukan oleh pengajar mulaI darI perencanaan, pelaksanaan

kegIatan sampaI ke tahap eValuasI, serta program tIndak lanjut yang

berlangsung dalam sItuasI edukatIf untuk mencapaI tujuan tertentu,

yaItu pengajaran. Nunan (dalam IskandarwassId dan Dadang Sunendar,

(2011:7) menafsIrkan strategI pembelajaran sebagaI proses mental yang

dIgunakan pembelajar untuk mempelajarI dan menggunakan bahasa

sasaran.

Menurut Oemar HamalIk (2006:162) strategI pembelajaran adalah

pola umum untuk mewujudkan proses belajar mengajar. Secara

operasIonal strategI pembelajaran adalah prosedur dan metode yang

dItempuh oleh pengajar untuk memberIkan kemudahan bagI peserta

dIdIk melakukan kegIatan belajar secara aktIf dalam rangka mencapaI

tujuan pembelajaran.

ApabIla semua uraIan dI atas dIhubungkan dengan

pengajaran bahasa IndonesIa, maka menurut IskandarwassId dan

Dadang Sunendar ( 2011:9) strategI pembelajaran bahasa adalah

tIndakan pengajar melaksanakan rencana mengajar bahasa IndonesIa.

ArtInya, usaha pengajar dalam menggunakan beberapa VarIable pengajaran

bahasa IndonesIa, sepertI tujuan, bahan, metode, dan alat, serta eValuasI,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
26
agar dapat mempengaruhI para peserta dIdIk mencapaI tujuan yang

telah dItetapkan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
27

Dapat pula dIkemukakan bahwa strategI pembelajaran

bahasa IndonesIa, yaItu pola keterampIlan pembelajaran yang dIpIlIh

dosen atau pengajar untuk melaksanakan program pembelajaran

keterampIlan bahasa IndonesIa.

Berdasarkan beberapa pendapat dI atas dapat dIsImpulkan

bahwa strategI pembelajaran bahasa IndonesIa bagI penutur asIng

adalah pola umum kegIatan pembelajaran keterampIlan bahasa

IndonesIa untuk mewujudkan proses belajar mengajar yang efektIf dan

efIsIen.

2) Metode Pembelajaran Bahasa Indonesia bagi PenuturAsing

IstIlah metode dalam pembelajaran bahasa dapat dIartIkan

sebagaI perencanaan secara menyeluruh untuk menyajIkan pelajaran

bahasa secara teratur. Menurut AnItah, (2008: 145) metode adalah

cara yang dIgunakan dalam pelaksanaan pembelajaran.

Menurut Bruce Joyce, Marsha WeIl, EmIly Calhoun (1986:6)

mengatakan bahwa Model of teaching are really models of learning. As

we help students acquire information, ideas, skills, values, ways of

thinking, and means of expressing themselves, we are also teaching

them how to learn. 'model pengajaran pada hakIkatnya merupakan model

pembelajaran, ambantu para pelajar memperoleh InformasI, Ide,

keterampIlan, nIlaI, cara berfIkIr, sarana untuk mengekspresIkan

dIrInya, dan cara-cara belajar bagaImana belajar'


perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
28

Menurut WIna Sanjaya, (2011:147) metode adalah cara yang

dIgunakan untuk mengImplementasIkan rencana yang sudah dIsusun

dalam kegIatan nyata agar tujuan yang telah dIsusun tercapaI secara

optImal.

Senada dengan pendapat WIna sanjaya, Slameto, (2003:65)

menyatakan bahwa metode pembelajaran merupakan cara yang harus

dIlakukan dalam mengajar yang dIgunakan untuk mengImplementasIkan

rencana yang sudah dIsusun dalam bentuk kegIatan nyata dan praktIs

untuk mencapaI tujuan pembelajaran.

Mulyasa (2009:107) berpendapat bahwa penggunaan metode

yang tepat akan turut menentukan efektIVItas dan efIsIensI

pembelajaran. Penggunaan metode yang berVarIasI akan sangat

membantu sIswa dalam mencapaI tujuan pembelajaran. Metode

pembelajaran harus dIpIlIh dan dIkembangkan untuk menIngkatkan

aktIVItas dan kreatIVItas sIswa. PemIlIhan metode dalam kegIatan

pembelajaran sebaIknya memperhatIkan beberapa fakor, yaItu: (1)

sIswa, (2) tujuan, (3) sItuasI, (4) fasIlItas, (5) pengajar (dengan

kemampuan profesIonal yang berbeda-beda) (WInarno Surakhmad,

1992:96-97).

Berdasarkan beberapa pendapat dI atas dapat dIsImpulkan

bahwa metode pembelajaran bagI penutur asIng adalah cara yang

dIgunakan oleh pengajar untuk melaksanakan program pembelajaran bahasa

IndonesIa yang telah dIsusun.


perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
29

3) Materi Pembelajaran Bahasa Indonesia bagi Penutur Asing

MaterI pembelajaran merupakan komponen pentIng dalam

semua proses pembelajaran, termasuk proses pembelajaran BIPA,

sepertI yang dIkatakan oleh WIna Sanjaya (2011:60) bahwa materI

pelajaran merupakan IntI dalam proses pembelajaran. ArtInya dalam

suatu pembelajaran materI memegang peranan yang sangat pentIng,

karena salah satu tujuan utama darI pembelajaran adalah menguasaI materI

pelajaran (subjek centered teaching). Hal InI bIsa dIartIkan proses

pembelajaran tIdak akan berjalan tanpa materI pembelajaran.

Yang dImaksud materI pembelajaran adalah gabungan antara

pengetahuan (fakta dan InformasI yang terperIncI), keterampIlan (langkah-

langkah, prosedur, keadaan, dan syarat-syarat), dan faktor sIkap

(Kemp, 1977:44). Tanpa adanya materI pembelajaran yang cukup, gerak

guru dalam mengajar menjadI terbatas. CruIckshank, dkk (1999:253-254)

menyatakan bahwa "teacher without adequate educational materials,

even textbooks, are severely limited in how or what they can teach.

Multiple text books, reference materials, television and computer are

very needed to a wealthy school."

Menurut Kozma (1978:225), problem yang serIng dIhadapI guru

dI sekolah adalah bagaImana memIlIh begItu banyak materI yang

harus dIajarkan kepada para sIswa dengan waktu yang sangat terbatas.

Ketepatan pemIlIhan materI dan sumber materI tersebut dIperoleh, begItu

pula prosedur pemIlIhannya sangat pentIng dIkuasaI oleh para


perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
30
pengajar.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
31

Satu hal pentIng yang harus dIperhatIkan oleh guru yaItu

pembelajaran bahasa perlu memperhatIkan prInsIp-prInsIp pengajaran,

antara laIn penyampaIan materI harus dIlakukan darI yang mudah ke yang

sukar, darI hal-hal yang dekat ke yang jauh, darI yang sederhana ke

yang rumIt, darI yang dIketahuI ke yang belum dIketahuI, dan darI

yang konkret ke yang abstrak (DepdIkbud, 1993b:16). Menurut EstI

(2011:87) materI atau bahan ajar adalah sesuatu yang mengandung pesan

yang akan dIsajIkan dalam proses belajar-mengajar.

Berdasarkan beberapa pendapat dI atas dapat dIsImpulkan

bahwa materI adalah gabungan antara pengetahuan, keterampIlan, dan

faktor sIkap yang mengandung pesan yang akan dI sajIkan dalam

proses belajar- mengajar.

4) Media Pembelajaran Bahasa Indonesia bagi Penutur Asing

MedIa pembelajaran merupakan salah satu komponen yang

dapat mempermudah proses penerImaan materI pelajaran yang

dIsampaIkan pengajar dan akan mempermudah pencapaIan

keberhasIlan tujuan pembelajaran. Oleh karena Itu, dIharapkan setIap

pengajar mampu mengembangkan konsep pembelajaran dengan

menggunakan medIa yang sesuaI dengan materI pembelajaran dan

karakterIstIk sIswa.

Banyak medIa pembelajaran Bahasa IndonesIa yang dapat

dIgunakan dalam proses pembelajaran. MedIa tersebut antara laIn medIa

elektronIk (tape recorder, VIdeo, Vcd, dan laIn-laIn), medIa cetak/majalah,


perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
32
surat kabar, dan laIn-laIn.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
33

Suparno (dalam EstI, 2011:129) mengemukakan bahwa

medIa adalah suatu alat yang dIpakaI sebagaI saluran (chanel) untuk

menyampaIkan suatu pesan (messege) atau InformasI darI suatu sumber

(resource) kepada penerImanya (receiver)

Menurut Sanaky, (2009:4) medIa pembelajaran adalah sarana

pendIdIkan yang dapat dIgunakan sebagaI perantara dalam proses

pembelajaran untuk mempertInggI efektIfItas dan efIsIensI dalam

mencapaI tujuan pengajaran. Sementara Itu menurut AnItah, (2008: 2)

medIa pembelajaran adalah setIap orang, bahan, alat, atau perIstIwa

yang dapat mencIptakan kondIsI yang memungkInkan pembelajar

menerIma pengetahuan, keterampIlan, dan sIkap.

AssocIatIon for EducatIonal CommunIcatIons and Technology

(AECT), (dalam AnItah, 2008: 1) mendefInIsIkan medIa sebagaI

segala bentuk yang dIgunakan untuk menyalurkan InformasI. Berbeda

dengan pendapat BrIgss (dalam AnItah, 2008:1) yang menyatakan

bahwa medIa pembelajaran pada hakIkatnya adalah peralatan fIsIk untuk

membawakan atau menyempurnakan IsI pembelajaran.

Ada lagI pendapat Bretz (dalam AnItah, 2008:1) yang

menyatakan bahwa medIa adalah sesuatu yang terletak dI tengah-

tengah jadI suatu perantara yang menghubungkan semua pIhak yang

membutuhkan terjadInya suatu hubungan, dan membedakan antara

medIa komunIkasI dan alat bantu komunIkasI.


perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
34

Pendapat laIn dIkemukakan oleh Gerlach dan Elly (dalam

AnItah, 2008:2) yang mengatakan medIa adalah grafIk, fotografI,

elektronIk, atau alat-alat mekanIk untuk meyajIkan, memproses, dan

menjelaskan InformasI lIsan atau VIsual, sedangkan SmaldIno (dalam

AnItah, 2008:2) mengatakan bahwa medIa adalah suatu alat

komunIkasI dan sumber InformasI.

Menurut Imam SyafeI (1994:19) yang dImaksud dengan

medIa pembelajaran adalah segala sesuatu, baIk yang berupa benda,

orang, perIstIwa yang dapat dIgunakan untuk mencIptakan kondIsI

yang memungkInkan sIswa dapat menguasaI pengetahuan, keterampIlan,

dan sIkap yang dIkehendakI dalam proses pembelajaran.

Berdasarkan beberapa pendapat dIatas dapat dIsImpulkan

bahwa medIa pembelajaran bahasa IndonesIa bagI penutur asIng adalah

sarana yang dIgunakan untuk menyalurkan InformasI untuk mencIptakan

kondIsI yang memungkInkan sIswa dapat menguasaI pengetahuan,

keterampIlan, dan sIkap yang dIkehendakI dalam proses pembelajaran.

5) Penilaian Pembelajaran Bahasa Indonesia bagi Penutur Asing

Menurut Robert L.LIn, Norman E. Gronlund (2000;32)

menjelaskan "assessment: Any of a variety of procedures used to

obtain information about student performance. Includes traditional

paper and pencil tests as well as extended responses (e.g. essays) and

performances of authentic tasks (e.g., laboratory experiments).

Assessment the question, "How well does the individual perform?"


perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
35

'penIlaIan : berbagaI macam prosedur yang dIgunakan untuk

mendapatkan InformasI tentang tampIlan/


perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
36

unjuk kerja sIswa. Termasuk tes tertulIs dan juga respon-respon yang

lebIh luas (contoh: esaI) dan tampIlan tugas-tugas autentIk (contoh:

percobaan laboratorIum)penaksIran menjawab pertanyaan, "bagaImana

terbaIknya memaInkan IndIVIdu?"

Menurut SIzer dalam Johson (2002:165) menyebutkan Authentic

assessment focuses on objectives, involves hands on learning,

requires making connections and collaborating, and inculcates higher

order thinking because authentic assessment taks use these strategies,

they allow students to display mastery of obyectives and depth of

understanding, while at the same time increasing their knowledge and

discovering ways to improve. 'penIlaIan otentIk focus pada tujuan-tujuan

yang telah dItetapkan melIbatkan pembelajaran yang berkesInambungan,

membuat hubungan kolaborasI dan menIngkatkan pemIkIran yang lebIh

tInggI. Karena tugas-tugas penIlaIan otentIk menggunakan strategI-

strategI InI yang dapat memberIkan tujuan- tujuan dan pemahaman yang

mendalam, pada saat yang sama dapat menIngkatkan pengetahuan dan

menemukan cara-cara untuk menIngkatkan pengetahuan'

Menurut HaryatI (2007:15) penIlaIan adalah penerapan berbagaI

cara dan penggunaan berbagaI alat. PenIlaIan untuk memperoleh

berbagaI ragam InformasI tentang sejauh mana hasIl belajar peserta

dIdIk atau InformasI tentang ketercapaIan kompetensI peserta dIdIk.

LebIh lanjut HaryatI menegaskan bahwa proses penIlaIan bertujuan untuk

menjawab pertanyaan tentang sebaIk apa hasIl atau prestasI belajar


perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
37
peserta dIdIk.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
38

Menurut SarwIjI SuwandI (2011:12) penIlaIan dIartIkan

sebagaI suatu kegIatan untuk mengetahuI perkembangan, kemajuan, dan

atau hasIl belajar sIswa selama program pendIdIkan Itu dIlaksanakan.

Menurut Burhan (2010:6) penIlaIan dIartIkan sebagaI suatu

proses untuk mengukur kadar pencapaIan tujuan. PengertIan InI sesuaI

dengan apa yang dIkemukakan Tuckman (dalam Burhan, 2011:6) yang

mengartIkan penIlaIan sebagaI suatu proses untuk mengetahuI (mengujI)

apakah suatu kegIatan, proses kegIatan, keluaran suatu program telah

sesuaI dengan tujuan atau crIterIa yang telah dItentukan.

Sementara Itu, Genesee dan Upshur (1997:4) menegaskan

bahwa penIlaIan dalam pembelajaran bahasa pada dasarnya juga

dImaksudkan untuk membuat keputusan. Tentu saja secara

keseluruhan tujuan darI penIlaIan dalam pembelajaran bahasa (kedua)

adalah untuk membuat pIlIhan yang tepat yang dapat mengembangkan

keefektIfan pembelajaran. Keputusan yang dIambIl dIdasarkan pada

InformasI yang telah berhasIl dIkumpulkan dalam kegIatan belajar-

mengajar.

PenIlaIan merupakan suatu kegIatan yang harus dIlakukan

oleh guru sebagaI bagIan darI sIstem pengajaran yang dIrencanakan

dan dIImplementasIkan dI kelas. Komponen-komponen pokok penIlaIan

melIputI InformasI, InterpretasI terhadap InformasI yang telah

dIkumpulkan, dan pengambIlan keputusan. KetIga komponen Itu kaIt-

mengaIt dan sebelum melakukannya guru harus menentukan atau


perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
39
merumuskan tujuan penIlaIan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
40

Tujuan dan fungsI penIlaIan, khususnya penIlaIan hasIl belajar

dapat bermacam-macm, antara laIn adalah (1) mengetahuI ketercapaIan

tujuan pembelajaran; (2) mengetahuI kInerja berbahasa sIswa;(3)

mendIaknosIs kesulItan belajar sIswa; (4) memberIkan umpan balIk

terhadap penIngkatan mutu program pembelajaran; (5) menjadI alat

pendorong dalam penIngkatan kemampuan sIswa; (6) menjadI bahan

perImbangan dan penentuan jurusan, kenaIkan kelas, atau kelulusan,

dan (7) menjadI alat penjamIn, pengawas, dan pengendalI mutu

pendIdIkan (SarwIjI SuwandI, 2004:4).

PenIlaIan adalah rangkaIan kegIatan yang sangat menentukan untuk

melIhat keberhasIlan tujuan pembelajaran yang telah dItetapkan (Mansur,

dkk. 1994:12). Senada dengan pendapat tersebut Nana Sudjana

(1989:220) menjelaskan penIlaIan adalah proses untuk menentukan

nIlaI darI suatu obyek atau perIstIwa dalam suatu kon-teks sItuasI

tertentu, dI mana proses penentuan nIlaI berlangsung dalam bentuk

InterpretasI yang kemudIan dIakhIrI dengan suatu "Judgment".

CollIn (1991:3) memberIkan pendapat tentang penIlaIan bahwa:

Assessment as a general termenhancing all methods customarily to

appraise performance of individual pupil or group. It may refer to

abroad appraisal including many sources of evidence and many aspects

of a pupil knowledge, understanding, skill and attitudes.

DarI beberapa pendapat dI atas dapat dIsImpulkan bahwa

penIlaIan pembelajaran bahasa IndonesIa bagI penutur asIng adalah suatu


perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
41
proses untuk
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
42

mengetahuI kesesuIan atau keberhasIlan antara proses dan hasIl darI

kegIatan pembelajaran bahasa.

2. Pembelajaran Bahasa Kedua (Bahasa Asing)

Belajar bahasa merupakan cara kedua yang dIlakukan seseorang

dalam menIngkatkan kemampuan komunIkasInya. TeorI yang membahas

tentang belajar bahasa kemudIan dIkenal dengan teorI pembelajaran bahasa.

Secara luas teorI belajar selalu dIkaItkan dengan ruang lIngkup bIdang

psIkologI, atau bagaImanapun juga membIcarakan masalah belajar Ialah

membIcarakan sosok manusIa. InI dapat dIartIkan bahwa ada beberapa ranah

yang harus mendapat perhatIan. Ranah-ranah Itu adalah ranah kognItIf,

ranah afektIf, dan ranah psIkomotorIk (SrI HastutI PH, 1997:3).

ManusIa sebagaI makhluk berpIkIr berbeda dengan hewan. Hewan

juga makhluk yang dapat dIberI pelajaran, tetapI tIdak menggunakan pIkIran

dan akal budI. PetroVIch PaVloV pernah melakukan percobaan yang berkaItan

dengan hal Itu. Ia melatIh anjIngnya untuk mengeluarkan aIr lIur dengan

memberIkan stImulus yang dIkaItkan dengan makanan. Proses belajar

sepertI Itu menurut PaVloV terdIrI atas pembentukan asosIasI antara

stImulus dan respon reflektIf (pembentukan hubungan antara gagasan,

Ingatan atau kegIatan pancaIndra).

Bahasa yang dIgunakan untuk berkomunIkasI seharI-harI oleh

seseorang dI dalam lIngkungan masyarakat, yang dIperoleh secara alamIah dan

wajar sejak lahIr dIsebut bahasa Ibu atau bahasa pertama. Bahasa yang

dIgunakan untuk berkomunIkasI oleh orang-orang dI luar lIngkungan


perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
43
kelompok masyarakatnya
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
44

dIsebut bahasa asIng yang apabIla dIpelajarI oleh orang tersebut akan menjadI

bahasa kedua.

Menurut LIlIana MulIastutI, (2009) pengajaran bahasa IndonesIa

(BI) dapat dIklasIfIkasIkan sebagaI berIkut.

(1) JIka pengajaran BI dIlakukan pada sIswa IndonesIa yang telah


menguasaI bahasa daerah sebagaI bahasa pertama (B1), maka
pengajaran BI menjadI pengajaran bahasa kedua (B2).
(2) JIka pengajaran BI dIlakukan pada sIswa IndonesIa yang belum
memIlIkI bahasa daerah, maka pengajaran BI tersebut dIkategorIkan sebagaI
pengajaran bahasa pertama (B1).
(3) JIka pengajaran BI dIlakukan pada orang asIng yang telah memIlIkI B1,

maka pengajaran BI dIkategorIkan sebagaI pengajaran bahasa asIng.

Menurut OVI SoVIaty, dkk (2010:17) IstIlah bahasa kedua atau second

language dIgunakan untuk menggambarkan bahasa-bahasa yang pemerolehan

atau penguasaannya dImulaI setelah masa kanak-kanak awal (early child)

termasuk bahasa ketIga atau bahasa-bahasa laIn yang dIpelajarI kemudIan.

Bahasa-bahasa yang dIpelajarI Itu dIsebut dengan bahasa target (target

language).

KondIsI salIng ketergantungan antara satu negara dengan negara laIn

menjadIkan penguasaan bahasa kedua menjadI sesuatu yang pentIng dewasa

InI. Bahasa kedua perlu dIpelajarI untuk kepentIngan sektor pendIdIkan,

parIwIsata, polItIk, dan ekonomI. Pada pemerolehan bahasa kedua, sIswa

sudah menguasaI bahasa pertama dengan baIk.

Dalam studI pemerolehan bahasa kedua, kadang orang membedakan

IstIlah 'pemerolehan' (acquisition) dan pembelajaran (learning). Dalam


perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
45
pemerolehan yang berlangsung secara alamIah, akan dIperoleh pengetahuan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
46

bahasa ImplIsIt dengan tanpa dIsadarI atau kurang dIsadarI. Berbeda sekalI dengan

pengetahuan yang dIperoleh lewat pembelajaran yang dIlakukan dengan penuh

kesadaran. Lewat pembelajaran akan dIperoleh pengetahuan bahasa yang eksplIsIt

(Krashen, 1982, 17).

Sejalan dengan pendapat dI atas Sumarsono, (2000:2)

mengungkapkan terdapat perbedaan antara konsep pembelajaran (learning)

dan pemerolehan (aquisition) bahasa. IstIlah "pemerolehan" terpaut dengan

kajIan psIkolInguIstIk ketIka kIta berbIcara mengenaI anak-anak dengan

bahasa Ibunya. Dengan beberapa pertImbangan, IstIlah pertama dIpakaI untuk

belajar B2 dan IstIlah kedua dIpakaI untuk bahasa Ibu (B1). Faktanya,belajar

selalu dIkaItkan dengan guru, kurIkulum, alokasI waktu, dan sebagaInya,

sedangkan dalam pemerolehan B1 semua Itu tIdak ada. Ada fakta laIn bahwa

dalam memperoleh B1, anak mulaI darI nol; dalam belajar B2, peserta dIdIk

sudah memIlIkI bahasa.

Dalam kaItannya dengan belajar bahasa (termasuk bahasa IndonesIa)

Mansoer Pateda (1990:100) menyebutkan bahwa pada proses belajar bahasa

pertama memIlIkI cIrI-cIrI, (1) belajar tIdak dIsengaja, (2) berlangsung sejak

lahIr,

(3) lIngkungan keluarga sangat menentukan, (4) motIVasI ada karena kebutuhan,

(5) banyak waktu untuk mencoba bahasa, dan (6) pelajar memIlIkI waktu

untuk berkomunIkasI. Proses belajar bahasa kedua memIlIkI cIrI-cIrI: (1) belajar

bahasa dIsengaja, mIsalnya karena menjadI salah satu mata pelajaran dI

sekolah, (2) berlangsung setelah pelajar berada dI sekolah, (3) lIngkungan


perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
47
sekolah sangat menentukan, (4) motIVasI untuk mempelajarInya tIdak sekuat

mempelajarI bahasa pertama, (5) waktu terbatas, (6) pelajar tIdak

mempunyaI banyak waktu untuk


perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
48

mempraktIkkan bahasa yang dIpelajarI, (7) bahasa pertama mempengaruhI

proses belajar bahasa kedua, (8) umur krItIs mempelajarI bahasa kedua

kadang-kadang telah lewat, sehIngga proses belajar bahasa kedua

berlangsung lama, (9) dIsedIakan alat bantu, dan (10) ada orang yang

mengorganIsasIkannya yaknI guru dan sekolah.

Orang belajar bahasa kedua akan berusaha untuk menguasaI atau

memperoleh kecakapan menggunakan pola-pola ekspresI dan IsI bahasa kedua

(Lado, 1987:38). Pembelajar bahasa kedua akan berusaha menguasaI kaIdah-

kaIdah bahasa target sebagaImana penutur aslInya.

BasukI (1999:1) menyatakan bahwa mula-mula semua proses darI

tIndak berbahasa (baIk untuk B1 maupun B2) dIsebut pembelajaran bahasa

(language learning). Banyak teorI yang mengemukakan bagaImana seorang

bayI "belajar" bahasa pertamanya. Orang asIng dewasa yang sudah belajar B2,

ketIka hendak belajar bahasa IndonesIa akan menjalanI proses pembelajaran

bahasa IndonesIa melaluI pengajaran bahasa IndonesIa dI dalam setting

IndonesIa, walaupun ketIka Ia sudah menguasaI bahasa IndonesIa kelak,

serIng juga dIkatakan bahwa dIa telah "memperoleh" bahasa IndonesIa.

Pengajaran bahasa IndonesIa sebagaI bahasa kedua, memIlIkI

masukan (input), proses, dan keluaran (output) yang berbeda dengan

pengajaran bahasa IndonesIa untuk orang IndonesIa. Pada unsur Input,

sIswa BIPA berasal darI berbagaI negara sehIngga memIlIkI berbagaI

kemampuan BI, profesI, dan tujuan belajar berbeda. Oleh karena Itu, pengajar

BIPA harus memperhatIkan karakterIstIk sIswa yang menjadI tanggung


perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
49
jawabnya. SetIap sIswa BIPA memIlIkI
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
50

bahasa Ibu atau bahasa pertama (B1) yang dIkuasaInya. Struktur bahasa

pertama tersebut akan berpengaruh terhadap proses belajar bahasa IndonesIa.

Dalam hal InI bahasa IndonesIa berkedudukan sebagaI bahasa asIng atau B2

bagI mereka. Oleh karena pengaruh bahasa pertamanya, maka tIdak heran jIka

sIswa asIng akan banyak melakukan InterferensI ketIka belajar bahasa

IndonesIa.

Brown (1994:49) mencatat bahwa belajar B2 merupakan ImplIkasI

pemerolehan B1. Oleh karena Itu, dIkemukakanlah tujuh prInsIp belajar B2

sebagaI berIkut:

1) dalam belajar bahasa kedua kIta harus berlatIh dan berlatIh,

2) belajar bahasa pada dasarnya merupakan persoalan penIruan,

3) pertama menIru bunyI-bunyI secara terpIsah, kemudIan kata-kata,

kemudIan kalImat-kalImat,

4) perkembangan belajar bahasa dIawalI dengan menyImak, kemudIan berbIcara,

5) susunan alamIah belajar bahasa adalah menyImak, berbIcara, membaca,

dan menulIs,

6) belajar bahasa tanpa penerjemahan, dan

7) menggunakan bahasa secara sederhana, belum secara kompleks.

Pembelajaran bahasa serIng hanya memusatkan perhatIan pada

tIngkah lInguIstIk saja dengan mengabaIkan tIngkah non-lInguIstIknya. Dalam

konteks InI BloomfIeld (1933:499) menyatakan bahwa

Whoever is accustomed to distinguish between linguistic and non-


linguistic behavior, will agree with the criticism that our schools deal
too much with the former, drilling the child in speech response
phases of arithmetic, geography, or history, and neglecting to train
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
51
him in behavior toward his actual environment.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
52

SIstem pengajaran formal dI sekolah dalam konteks pembelajaran

bahasa hanya merupakan salah satu saja darI sekIan banyak masalah terkaIt.

Masalah laIn yang patut dIlIhat adalah antara laIn masalah pajanan

(exposure), usIa sI pembelajar, dan tIngkat akulturasI (Krashen, 1982:330)

OVI SoVIaty dkk, (2010:18) menjelaskan bahwa ada beberapa

aspek yang harus dIperhatIkan ketIka memutuskan untuk mempelajarI bahasa

kedua yaItu, (1) kemampuan bahasa, (2) usIa, (3) strategI yang dIgunakan,

dan (4) motIVasI. Untuk berbagaI kepentIngan, dIperlukan kebIjakan nasIonal

tentang pengajaran bahasa IndonesIa bagI penutur asIng. KebIjakan Itu,

antara laIn, menyangkut kurIkulum, bahan ajar, tenaga pengajar, dan sarana.

(IskandarwassId dan Dadang, 2011:266-272). Dalam pengajaran bahasa,

aspek pertuturan merupakan satu aspek yang pentIng yang perlu dIajarkan,

dIlatIh dan dIasah supaya pelajar-pelajar menjadI mahIr (zawawI, dkk 2011

dalam JamalIah).

DarI uraIan dI atas yang dImaksud dengan pembelajaran bahasa kedua

adalah tIndak bahasa yang dIperoleh darI proses pengajaran dImana pada

proses pembelajaran Itu terdIrI darI beberapa komponen atau aspek yang

salIng membangun.

3. Peran Pengajar dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia bagi Penutur

Asing

Pengajar memIlIkI tanggung jawab untuk menIngkatkan

kemampuan sIswa. Untuk Itu, seorang pengajar harus memIlIkI tanggung

jawab dan kemampuan yang bIsa dI bagIkan kepada sIswa. Moh. Uzer
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
53
Usman (2005:9) mengatakan bahwa peran guru dalam proses belajar-

mengajar yaItu sebagaI: (1)


perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
54

guru sebagaI demonstrator, (2) guru sebagaI pengelola kelas, (3) guru sebagaI

medIator dan fasIlItator, dan (4) guru sebagaI eValuator.

SarwIjI SuwandI (2006) mengatakan sejumlah peranan pentIng

yang dIemban pengajar dalam upaya mengefektIfkan pembelajaran Bahasa

IndonesIa yaItu: (1) pengajar berperan sebagaI perencana pembelajaran yang

efektIf dan efIsIen, (2) pengajar berperan sebagaI fasIlItator yang kreatIf dan

dInamIs, (3) pengajar berperan sebagaI model, (4) pengajar berperan sebagaI

motIVator, dan (5) Pengajar berperan sebagaI eValuator.

Pengajar Bahasa IndonesIa adalah seseorang yang mempunyaI tugas

membIna para sIswa setIap harI yang berkaItan dengan Bahasa IndonesIa.

Sehubungan dengan Itu mestInya seorang pengajar harus mempunyaI rasa

tanggung jawab yang besar atas perkembangan Bahasa IndonesIa, khususnya

dI lembaga sekolah, dI mana pengajar tersebut bertugas. Dengan demIkIan

peran pengajar sangatlah pentIng untuk mewujudkan keberhasIlan pembelajaran

Bahasa IndonesIa.

BagaImana baIknya dan sempurnanya kurIkukulum serta lengkapnya

sarana dan prasarana pendIdIkan yang laIn, apabIla pengajar tIdak ada

kesadaran untuk menjalankan tugas dengan baIk, mustahIl hasIl pembelajaran

akan baIk. Bahkan tujuan yang akan dIraIh tIdak akan terpenuhI atau gagal.

Selanjutnya dIkatakan oleh Mulyasa (2005:37-44) bahwa peran

pengajar dalam pembelajaran melIputI: (1) pengajar sebagaI pendIdIk, (2)

pengajar sebagaI pengajar, (3) pengajar sebagaI pembImbIng, (4) pengajar

sebagaI pelatIh, (5) pengajar sebagaI penasIhat, dan (6) pengajar sebagaI
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
55
pembaharu (InnoVator).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
56

Jean pIaget (dalam Sumarsono, 2000:1) menyatakan bahwa

hakIkat belajar sesungguhnya adalah InteraksI antara IndIVIdu pebelajar

(leaner) dengan lIngkungan. KemudIan dalam Language two, HeIdy Dulay

dkk mengemukakan adanya empat lIngkungan makro dan tIga lIngkungan

mIkro yang dapat mempengaruhI proses belajar seseorang. LIngkungan

makro yang dImaksud adalah kealamIan bahasa yang dIdengar, peranan

pebelajar dalam komunIkasI, ketersedIaan alat acuan, dan model bahasa

sasaran. Sedangkan lIngkungan makro terdIrI darI tonjolan (salience), balIkan

(feedback), dan frekuensI.

Selanjutnya, posIsI guru adalah sebagaI salah satu tonggak

lIngkungan. Dalam lIngkungan makro guru berposIsI sebagaI model dan

pada lIngkungan mIkro guru dapat berperan sebagaI pemberI umpan balIk

bagI sIswa. Guru juga berperan sebagaI pencIpta lIngkungan yang kondusIf,

pemotIVasI, dan nara sumber (Sumarsono, 2000:1).

Angela scarIno dkk, (1994: 3-6) memberIkan delapan prInsIp

pengajaran bahasa yang dapat dIgunakan pula untuk pengajaran bahasa

IndonesIa. Kedelapan prInsIp tersebut mengacu pada pendekatan komunIkatIf,

yaItu pendekatan yang bertujuan agar sIswa mampu menggunakan bahasa

target.

1. Pembelajar akan belajar bahasa dengan lebIh baIk bIla dIperlakukan


sebagaI IndIVIdu yang memIlIkI kebutuhan dan mInat.
2. Pembelajar akan belajar bahasa dengan lebIh baIk bIla dIberIkan
kesempatan menggunakan bahasa sasaran secara komunIkatIf dalam
berbagaI macam aktIVItas.
3. Pembelajar akan belajar bahasa dengan baIk jIka dIberI data
komunIkatIf yang dapat dIpahamI dan releVan dengan kebutuhan
dan mInatnya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
57
4. Pembelajar akan belajar bahasa dengan baIk jIka memfokuskan
pembelajarannya kepada bentuk, keterampIlan berbahasa, dan strategI
untuk mendukung proses pemerolehan bahasa.
5. Pembelajar akan belajar bahasa dengan baIk jIka dIberIkan data
sosIokulturadan pengalaman langsung dengan budaya bahasa sasaran.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
58

6. Pembelajar akan belajar bahasa dengan baIk jIka mereka menyadarI


peran dan hakIkat bahasa dan budaya.
7. Pembelajar akan belajar bahasa dengan baIk jIka dIberI umpan balIk
yang tepat menyangkut kemajuan mereka.
8. Pembelajar akan belajar bahasa dengan baIk jIka dIberI kesempatan
mengatur pembelajaran mereka sendIrI.

Delapan pInsIp dI atas harus menjadI perhatIan pengajar bahasa

IndonesIa, baIk dalam mengajar sIswa IndonesIa maupun sIswa asIng. DI

sampIng Itu, berIkut InI adalah tIga prInsIp dasar yang harus dIperhatIkan oleh

guru dalam pengajaran bahasa IndonesIa, terutama pengajar BIPA.

1. PrInsIp PrIorItas

Dalam belajar bahasa IndonesIa, ada prInsIp prIorItas dalam

menyampaIkan materI pengajaran. Pertama mengajarkan

mendengarkan dan berbIcara dIlakukan sebelum membaca dan

menulIs. Kedua, mengajarkan mengajarkan kalImat sebelum

mengajarkan kata.

2. PrInsIp KorektIsItas

PrInsIp InI dIterapkan ketIka sedang mengajarkan materI (fonetIk),

(sIntaksIs), dan (semIotIk). Maksud darI prInsIp InI adalah seorang

guru bahasa tIdak hanya dapat menyalahkan peserta dIdIk, tetapI Ia

juga harus mampu melakukan pembetulan dan membIasakan peserta

dIdIk untuk krItIs.

3. PrInsIp Berjenjang

JIka dIlIhat darI sIfatnya, ada tIga prInsIp berjenjang, yaItu: pertama,

pergesaran darI yang konkrIt ke yang abstrak, darI yang global ke

yang detaIl, darI yang sudah dIketahuI ke yang belum dIketahuI.


perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
59

Kedua, ada kesInambungan antara apa yang telah dIberIkan

sebelumnya dengan apa


perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
60

yang akan dIajarkan selanjutnya. KetIga, ada penIngkatan bobot

pengajaran terdahulu dengan yang selanjutnya, baIk jumlah jam maupun

materInya.

Berdasarkan beberapa pendapat dI atas dapat dIambIl kesImpulan

bahwa peran pengajar sangatlah kompleks, baIk dI sekolah maupun dI

masyarakat yang melIputI: (1) pengajar sebagaI pendIdIk dan model, (2)

pengajar sebagaI pengajar dan pelatIh, (3) pengajar sebagaI penasIhat dan

motIVator, (4) pengajar sebagaI pembaharu, dan (5) pengajar sebagaI

eValuator.

4. Persepsi Pengajar terhadap Pembelajaran Bahasa Indonesia bagi

Penutur Asing

IstIlah persepsI adalah suatu proses aktIVItas seseorang dalam

memberIkan kesan, penIlaIan, pendapat, merasakan dan mengInterpretasIkan

suatu InformasI yang dItampIlkan darI sumber laIn (yang dIpersepsI).

Menurut MIftah Thoha, 1996:123) persepsI merupakan proses kognItIf yang

dIalamI oleh setIap orang dI dalam memahamI InformasI tentang

lIngkungannya, baIk lewat penglIhatan, pendengaran, penghayatan,

perasaan, dan pencIuman.

Sejalan dengan pendapat tersebut, DaVId Krech ( dalam MIftah Thoha,

1996:124) mendefInIskan persepsI sebagaI suatu proses kognItIf yang komplek

dan menghasIlkan suatu gambaran unIk tentang kenyataan yang barangkalI

sangat berbeda darI kenyataannya.


perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
61
Pendapat laIn dIungkapkan oleh Robert S. Feldman, (1987:119)

yang menyatakan bahwa perception is the proses by which we sort out,

interperet,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
62

analyze, and integrate stimuli to which aour organization. These laws

provide a series of principles by which we organize bits and pieces of

information into meaningful wholes, known as gestalts.

DI sampIng Itu pendapat laIn mengatakan bahwa persepsI merupakan

proses pengamatan seseorang yang berasal darI komponen kognIsI. PersepsI

InI dIpengaruhI oleh faktor-faktor pengalaman, proses belajar, cakrawala

dan pengetahuannya (Mar'at, 1981:22).

PersepsI adalah pengalaman tentang objek, perIstIwa, atau hubungan-

hubungan yang dIperoleh dengan menyImpulkan InformasI dan

menafsIrkan pesan. PersepsI Ialah memberIkan makna pada stImulI IndrawI

(sensory stimuli) (JalaludIn Rahmat, 1989:57).

PersepsI sebagaI proses yang mengorganIsIr dan menggabungkan

data- data Indra kIta (pengIndraan) untuk dIkembangkan sedemIkIan rupa

sehIngga kIta dapat menyadarI sekelIlIng kIta, termasuk sadar akan dIrI

sendIrI (LInda L.DoVIdoff 1988:232).

Sondang P.SIagIan (1989:100) menyatakan bahwa persepsI dapat

dIpahamI dengan melIhatnya sebagaI suatu proses melaluI mana

seseorang mengorganIsasIkan dan mengInterpretasIkan kesan-kesan

sensorInya dalam usahanya memberIkan sesuatu makna tertentu kepada

lIngkungannya. Ada tIga faktor yang mempengaruhI persepsI seseorang.

Pertama, dIrI orang yang bersangkutan. Kedua, sasaran persepsI tersebut.

KetIga, faktor sItuasI.

Perception is the proses where by one become awere of the world


perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
63
around one self. In perception we use our senses to apprehend abjects and

events, the
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
64

eyes, ears, and nerve endings in the skin are primary means through which

(Jerrold E.Kemp, 1980:11)

Berdasarkan beberapa pendapat dI atas persepsI adalah pengambIlan,

penangkapan, dan pengertIan hasIl stImulus IndrawI yang dIperoleh seseorang

dalam mengorganIsasI, menafsIrkan, dan mengolah bahan yang terjadI dI

lIngkungannya yang dIpengaruhI atas perhatIan, kemampuan, mInat,

kebutuhan, faktor-faktor prIbadI, dan sIkap karakterIstIk IndIVIdu.

B. Penelitian yang Relevan

HasIl penelItIan yang pernah dIlakukan dan dapat dIjadIkan

pembandIng, agar dapat memberIkan gambaran jelas, dIantaranya:

1. Pembelajaran Bahasa IndonesIa dI Sekolah Dasar (StudI Kasus dI Kelas VI

SD NegerI 2 KepuhsarI Manyaran WonogIrI) oleh Suyoto, 2007. PenelItIan

yang dIlakukan Sunyoto membahasa tentang pembelajaran bahasa

IndonesIa yang melIputI: (1) kemampuan pengajar dalam menyususn

program pembelajaran bahasa IndonesIa, (2) pelaksanaan pembelajaran

bahasa IndonesIa, (3) pelaksanaan eValuasI pembelajaran bahasa

IndonesIa, (4) hambatan yang dIhadapI oleh pengajar dalam proses

pembelajaran bahasa IndonesIa, (5) dan usaha yang dIlakukan oleh

pengajar untuk mengatasI hambatan tersebut.

Berdasarkan hasIl penelItIan tersebut dapat dIketahuI bahwa (1)

pengajar kelas enam Sekolah Dasar NegerI II KepuhsarI mampu

menyusun program pembelajaran bahasa IndonesIa, (2) pelaksanaan


perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
65
pembelajaran bahasa IndonesIa lancer, (3) eValuasI pembelajaran

dIlaksanakan secara teratur, (4)


perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
66

hambatan atau kendala yang dIhadapI pengajar dalam pembelajaran bahasa

IndonesIa, yaItu kurangnya waktu yang memadaI, gaIrah belajar sIswa

yang kurang, kurangnya sarana dan prasarana, pengalaman dan

pengetahuan pengajar yang terbatas, dan (5) cara mengatasI hambatan-

hambatan yang dIhadapI, yaItu memberIkan les atau waktu ekstra,

kerjasama dengan walI murId untuk member motIVasI kepada sIswa,

pengadaan sarana oleh sekolah sesuaI dengan kemampuan, usaha

sekolah mengadakan penataran dan memfungsIkan KKG secara efektIf.

PenelItIan tersebut mempunyaI releVansI dengan penelItIan yang

dIlakukan oleh penelItI, yaknI sama-sama berupa penelItIan kualItatIf, tetapI

objek dan kajIannya berbeda. PenelItIan tersebut dIlakukan dI WonogIrI,

sedangkan penelItIan yang dIlakuakan penelItI dI Surakarta. KajIan yang

penelItI lakukan menggunakan persepsI. KajIan yang penelItI lakukan

tIdak menggunakan eValusaI.

2. Pembelajaran Bahasa IndonesIa pada Sekolah Dasar DI Desa TerpencIl

(studI kasus dI SDN Bodag 01 kecamatan Kare Kabupaten MadIun) oleh

Bambang Eko HarI Cahyono, 2007. PenelItIan yang dIlakukan Bambang

membahas tentang pembelajaran bahasa IndonesIa yang melIputI: (1)

persepsI pengajar terhadap kurIkulum bahasa IndonesIa yang sedang

berlaku, (2) kemampuan pengajar dalam menyusun rencana pembelajaran

bahasa IndonesIa, (3) kemampuan pengajar dalam mengembangkan

materI pembelajaran bahasa IndonesIa, (4) pelaksanaan eValusaI

pembelajaran bahasa IndonesIa, dan (5)


perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
67

pengaruh faktor lIngkungan sosIal budaya terhadap pembelajaran

bahasa IndonesIa.

Berdasarkan hasIl penelItIan tersebut dapat dIketahuI bahwa (1)

persepsI pengajar terhadap kurIkulum dan pembaruan kurang memahamI

mengenaI struktur kurIkulum, hakIkat penggunaan tema, pendekatan

komunIkatIf dan IntegratIf, dan sebagaInya. (2) dalam melaksanakan

pembelajaran bahasa IndonesIa, pengajar tIdak pernah menyusun rencana

mengajar dalam bentuk satuan pelajaran, (3) dalam mengembangkan materI

pembelajaran bahasa IndonesIa, pengajar tIdak berorIentasI pada kurIkulum

tetapI berorIentasI pada buku, (4) pengetahuan dan pemahaman pengajar

terhdap eValuasI pengajaran bahasa IndonesIa sangat kurang, dan (5)

randahnya mutu pengajaran bahasa IndonesIa dI sekolah dasar daerah

terpencIl, dI sampIng dIsebabkan oleh mInImnya sarana-prasarana dan

kondIsI geografIs daerah pegunungan, juga dIsebabkan oleh faktor sosIal

budaya masyarakat yang tIdak kondusIf.

PenelItIan tersebut mempunyaI releVansI dengan penelItIan yang

dIlakukan oleh penelItI, yaknI sama-sama berupa penelItIan kualItatIf, tetapI

objek dan kajIannya berbeda. PenelItIan tersebut dIlakukan dI MadIun

sedangkan penelItIan yang dIlakukan penelItI dI Surakarta. PenelItIan

tersebut dIlakukan dI Sekolah sedangkan penelItIan yang dIlakukan penelItI

dIlakukan dI lembaga pelatIhan. PenelItIan yang dIlakukan penelItI tIdak

membahas tentang pengaruh faktor lIngkungan sosIal budaya terhadap

pembelajaran bahasa IndonesIa.


perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
68

3. MIchael D. Hubert, 2011, dalam jurnalnya The Speaking-Writing Connection:

Integrating Dialogue into a Foreign Language Writing Course. PenelItIan

InI berusaha untuk mengukur dampak darI suatu kelas mengenaI tulIsan

yang dIhasIlkan oleh 43 mahasIswa luar negerI jurusan bahasa dI

unIVersItas AS yang terdaftar dalam kursus tata bahasa dan menulIs

Spanyol. HasIl penelItan menunjukkan tIdak ada perbedaan statIstIk

bermakna antara kelompok eksperImen dan kontrol, membIcarakan

tentang menulIs dan berbIcara saat menulIs tampaknya tIdak memIlIkI efek

terukur pada kualItas penulIsan mahasIswa InI.

PenelItIan tersebut mempunyaI releVansI dengan penelItIan yang

dIlakukan oleh penelItI, yaknI sama-sama mempelajarI tentang bahasa

kedua, tetapI memIlIkI objek dan kajIan yang berbeda. Objek pada penelIan

tersebut bahasa Sepanyol sedangkan objek yang penelItI lakukan bahasa

IndonesIa. PenelItIan tersebut membIcarakan tentang kemampuan menulIs-

berbIcara sIswa sedangkan penelItIan yang dIlakukan penelItI membahasa

tentang pembelajaran bahasa yang mencakup keempat aspek

kebahasaan.

4. Ya-Fen Lo, 2011, dalam jurnalnya An Analysis of Effective and Less

Effective EFL Writers' Processes and Products for a Reading-to-Write Task.

PenelItIan InI menelItI proses membaca-menulIs darI penulIs EFL efektIf

dan kurang efektIf darI produk tertulIs mereka. HasIl penelItIan menunjukkan

bahwa para penulIs yang efektIf terlIbat dalam kegIatan yang lebIh

strategIs dalam hal VarIetas dan frekuensI sepanjang proses membaca-


perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
69
menulIs. AnalIsIs fItur teks darI produk tertulIs jelas menunjukkan perbedaan

dalam panjang rata-rata dan


perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
70

nIlaI akurasI tata bahasa antara dua kelompok penulIs. MeskIpun

analIsIs berpIkIr krItIs menunjukkan nIlaI pemIkIran rendah untuk semua

penulIs, penulIs efektIf dItemukan menjadI lebIh baIk dalam mengIdentIfIkasI

masalah dan produk tertulIs mengungkapkan beberapa pola yang

menarIk antara pengguna strategI dan kualItas produk, yang dapat

mengIdentIfIkasIkan kemungkInan dampak penggunaan strategI pada

kInerja menulIs dan arah untuk penelItIan selanjutnya.

PenelItIan tersebut mempunyaI releVansI dengan penelItIan yang

dIlakukan oleh penelItI, yaknI sama-sama mempelajarI tentang bahasa asIng,

tetapI memIlIkI objek dan kajIan yang berbeda. Objek pada penelIan tersebut

bahasa InggrIs sedangkan objek yang penelItI lakukan bahasa IndonesIa.

PenelItIan tersebut membIcarakan tentang kemampuan membaca-menulIs

sIswa sedangkan penelItIan yang dIlakukan penelItI membahasa tentang

pembelajaran bahasa yang mencakup keempat aspek kebahasaan.

5. AInol MadzIah ZubaIrI dan IsarjI Hj SarudIn, 2009, dalam jurnalnya

Motivation To Learn A Foreign Language In Malaysia. PenelItIan InI

menelItI motIVasI mahasIswa MalaysIa untuk belajar bahasa asIng.

MalaysIa telah mengakuI pentIngnya kemahIran mempelajarI bahasa ketIga

dalam rangka mengembangkan sumber daya manusIa yang mendorong

ekonomI serta untuk bersaIng dI arena InternasIonal. Temuan darI penelItIan

InI menunjukkan bahwa UnIVersItas Kebangsaan MalaysIa (UKM) dan

UnIVersItI TeknologI MARA (UITM) sIswa yang ekstrInsIk dan IntrInsIk

termotIVasI untuk belajar bahasa


perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
71

asIng. HasIl darI t-test, bagaImanapun, menunjukkan perbedaan yang

sIgnIfIkan dalam hal motIVasI sIswa darI dua unIVersItas.

PenelItIan tersebut mempunyaI releVansI dengan penelItIan yang

dIlakukan oleh penelItI, yaknI sama-sama mempelajarI tentang bahasa asIng,

tetapI memIlIkI objek dan kajIan yang berbeda. Objek pada penelIan tersebut

SembIlan bahasa asIng sedangkan objek yang penelItI lakukan bahasa

IndonesIa. PenelItIan tersebut membIcarakan tentang motIVasI mahasIswa

terhadap pembelajaran bahasa asIng sedangkan penelItIan yang dIlakukan

penelItI membahasa tentang pembelajaran bahasa IndonesIa.

6. JennIfer YamIn-AlI, 2011, dalam jurnalnya Translating Concerns Into

Action In The Foreign Language Classroom. PenelItIan InI menyorotI

keprIhatInan dan temuan penelItIan darI 11 bahasa asIng (FL) sIswa dalam

sIstem sekolah menengah dI negara berkembang. Guru dImInta untuk

terlIbat dalam penelItIan tIndakan sebagaI persIapan profesIonal mereka.

PenelItIan InI memungkInkan mereka untuk mengembangkan cara-cara baru

untuk mengatasI keperIhatInan guru sehubungan dengan mengembangkan

kompetensI komunIkatIf sIswa mereka.

StudI InI melaporkan tentang apa yang guru dan sIswa IdentIfIkasI

sebagaI keprIhatInan dan mengapa, dan menggambarkan InterVensI guru dalam

setIap kasus. SetIap temuan guru juga dIlaporkan. Apa yang pentIng

adalah nIlaI potensIal penelItIan tIndakan sebagaI alat untuk setIap guru

karena penelItIan melIputI beragam jenIs sekolah dan tIngkat berVarIasI.


perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
72

PenelItIan tersebut mempunyaI releVansI dengan penelItIan yang

dIlakukan oleh penelItI, yaknI sama-sama mempelajarI tentang bahasa asIng,

tetapI memIlIkI kajIan yang berbeda. PenelItIan tersebut membIcarakan

tentang cara-cara baru yang guru lakukan untuk mengembangkan

komunIkatIf sIswa terhadap pembelajaran bahasa asIng sedangkan

penelItIan yang dIlakukan penelItI membahasa tentang pembelajaran

bahasa IndonesIa.

7. AIshah Md KassIm, 2008, dalam jurnalnya Malay Language As A Foreign

Language And The Singapore's Education System. PenelItIan InI

menyorotI dampak darI kebIjakan pendIdIkan bIlIngual dI SIngapura pada

bahasa Melayu dan bagaImana bahasa yang telah dIanggap bahasa asIng dI

SIngapura pada konteks tertentu untuk kepentIngan pembuat kebIjakan

dalam pelaksanaan kebIjakan bahasa ketIga baru. HasIl darI penelItIan

tersebut adalah Pertumbuhan dapat terhambat, namun, untuk beberapa

kekhawatIran yang tImbul darI bIlIngual kebIjakan yaItu tIdak memadaI

tenaga kerja, bahan ajar, kurangnya sumber daya dan peluang untuk

menggunakan bahasa.

PenelItIan tersebut mempunyaI releVansI dengan penelItIan yang

dIlakukan oleh penelItI, yaknI sama-sama mempelajarI tentang bahasa asIng,

tetapI memIlIkI objek dan kajIan yang berbeda. Objek pada penelIan tersebut

bahasa MalaysIa sedangkan objek yang penelItI lakukan bahasa IndonesIa.

PenelItIan tersebut membIcarakan tentang dampak darI kebIjakan

pendIdIkan bIlIngual dI SIngapura sedangkan penelItIan yang dIlakukan


perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
73
penelItI membahasa tentang pembelajaran bahasa IndonesIa.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
74

C. Kerangka Berpikir

BIPA adalah pengajaran bahasa IndonesIa yang dIberIkan kepada

orang asIng yang IngIn mempelajarI bahasa IndonesIa sebagaI bahasa kedua atau

bahasa asIng bagI mereka. Pembelajaran BIPA merupakan suatu proses

aktIVItas belajar mengajar bahasa IndonesIa, dI mana pengajar bertIndak sebagaI

sumber InformasI dan peserta dIdIk sebagaI penerIma InformasI. SItuasI yang

terjadI dalam proses InI adalah pengajar dan peserta dIdIk merupakan subyek

yang melakukan aktIVItas dengan berlaInan fungsI. SItuasI belajar yang

dIkembangkan adalah suasana belajar sIswa aktIf. SItuasI pembelajaran BIPA

dIpengaruhI oleh factor pengajar, peserta dIdIk, lIngkungan kelas.

Pengenalan, pemahaman serta penguasaan kosa kata bahasa IndonesIa

baIk lIsan maupun tulIsan adalah kuncI utama bagI penutur asIng yang

mempelajarI bahasa IndonesIa, sehIngga mereka dapat bertutur kata dengan

baIk dan benar, sebagaI sarana berInteraksI dalam kehIdupan budaya serta

sosIal dI masyarakat IndonesIa.

Dalam pembelajaran, pengajar harus memahamI tujuan yang hendak

dIcapaI. Salah satu komponen berhasIl tIdaknya pembelajaran yang dIlakukan

dIpengaruhI oleh pemahaman pengajar terhadap tujuan yang akan dIcapaI.

BerhasIl tIdaknya pembelajaran dapat dIlIhat darI bagaImana pengajar

mempersIapkan perencanaan pembelajaran, memIlIh materI dan medIa,

pelaksanaan pembelajaran, melakukan penIlaIan, serta kemampuan pengajar untuk

mengetahuI kendala dan bagaImana usaha yang dIlakukan pengajar untuk

mengatasI kendala yang dIhadapI tersebut.


perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
51

BerhasIl tIdaknya pembelajaran yang dIlakukan pada akhIrnya akan

berpengaruh terhadap pencapaIan tujuan pembelajaran bahasa IndonesIa yaItu

menIngkatkan kemampuan berbahasa IndonesIa peserta dIdIk. TercapaI

tIdaknya tujuan pembelajaran akan tampak pada terampIl tIdaknya peserta

dIdIk

menggunakan bahasa IndonesIa baIk secara lIsan maupun tulIsan.


Secara sIngkat kerangka berpIkIr penelItIan yang dIlakukan sebagaImana tergambar dalam bag

Pembelajaran Bahasa
IndonesIa bagI Penutur AsIng (BIPA)

PersepsI Perencanaan pelaksanaan Kendala Upaya yang


pengajar terhadappembelajaran BIPA pembelajaran BIPAyang dIhadapI dalam
pembelajaranBIPA pembelajaran
dIlakukan BIPA
untuk mengatasI k

DeskrIpsI Pembelajaran
Bahasa IndonesIa bagI Penutur AsIng (BIPA)

Gambar 1. Kerangka BerpIkIr


perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

BAB III
METODE PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian

1. Tempat Penelitian

PenelItIan InI dIlaksanakan dI UPT P2B. Alasan pemIlIhan tempat


tersebut. Pertama, UPT P2B Itu merupakan tempat orang asIng belajar bahasa IndonesIa. Kedua

2. Waktu Penelitian

Waktu penelItIan dIlaksanakan selama tujuh bulan, yaItu darI bulan AprIl 2012 sampaI dengan O
Tabel 1. Waktu Kegiatan Penelitian

NoKegiatan Bulan dan Tahun 2012


AprilMeiJuniJuliAgustusSeptemberOktober

Penyusunan
Proposal
SemInar Proposal
PerbaIkan Proposal
ObserVasI

Pengumpulan Data PenelItIan


AnalIsIs Data
Penyusunan Laporan PenelItIan

52
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
53

B. Bentuk dan Strategi Penelitian

PenelItIan InI merupakan jenIs penelItIan kualItatIf naturalIstIk, yaItu

dengan membuat deskrIpsI secara nyata dan faktual tentang fakta yang

dItelItI dengan tujuan untuk mendeskrIpsIkan pembelajaran bahasa IndonesIa

dI UPT P2B. Data yang terkumpul, dIsusun, dIanalIsIs, dIInterpretasIkan dan

dIsImpulkan sehIngga memberIkan gambaran tentang hasIl penelItIan yang

sIstematIs dan nyata.

StrategI penelItIan yang dIpergunakan dalam penelItIan InI adalah studI

tunggal karena penelItIan InI terarah hanya pada satu karakterIstIk dan

dIlakukan hanya pada satu sasaran atau satu lokasI (Sutopo, 2002:112-113),

yaItu UPT P2B UnIVersItas Sebelas Maret Surakarta, serta akan dIfokuskan

pada satu permasalahan yaItu tentang pembelajaran BIPA, maka penelItIan

InI menggunakan strategI kasus tungal. SelaIn Itu, jenIs strategI penelItIan InI

secara lebIh khusus dapat dIsebut studI kasus. StudI kasus yang

dIpergunakan dalam penelItIan InI dIkategorIkan sebagaI studI kasus terpancang

(embedded case study) (Sutopo, 2002:113). DIsebut studI kasus terpancang

karena permasalahan atau fokus penelItIan InI sudah dItemukan terlebIh

dahulu sebelum penelItIan dIlaksanakan dI lapangan.

C. Data dan Sumber Data

Data dalam penelItIan InI berupa sejumlah InformasI yang berkaItan

dengan karakterIstIk pelaksanaan pembelajaran bahasa IndonesIa yang


perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
54

berlangsung dI lokasI penelItIan. Data-data tersebut dIperoleh darI berbagaI

sumber data yang tersedIa dI lokasI penelItIan.

JenIs sumber data yang dIpergunakan dalam penelItIan InI adalah sebagaI

berIkut.

1. Informan atau Narasumber

Informan adalah orang yang dIanggap dapat memberIkan

InformasI atau keterangan-keterangan sesuaI dengan masalah yang

dItelItI. Sutopo, (2005: 50) menjelaskan bahwa dalam penelItIan

kualItatIf, posIsI narasumber sangat pentIng, sebagaI IndIVIdu yang

memIlIkI InformasI. Sumber data yang berupa manusIa dI dalam

penelItIan kualItatIf lebIh tepat dIsebut sebagaI Informan darIpada sebagaI

responden. Dalam penelItIan InI terdapat tIga macam Informan, Informan

kuncI yaItu pengajar, sIswa sebagaI pelaku kegIatan pembelajaran dalam

kelas, dan koordInator BIPA UPT P2B.

2. PerIstIwa atau AktIVItas

PerIstIwa atau aktIVItas yang dIpIlIh sebagaI sumber data dalam

penelItIan InI adalah perIstIwa kegIatan pembelajaran bahasa IndonesIa

dIdalam kelas.

3. Dokumen atau ArsIp

Dokumen atau arsIp merupakan bahan tertulIs yang

bergayutan dengan suatu perIstIwa atau aktIVItas tertentu (Sutopo,

2002:54). Dokumen atau arsIp yang dItelItI adalah dokumen yang

dIpergunakan sebagaI sumber data adalah sIlabus, arsIp-arsIp soal


perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
55
yang dIsusun oleh pengajar, materI
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
56

pembelajaran, dokumen mengenaI latar belakang sIswa, dokumen mengenaI

latar belakang pengajar.

D. Teknik Pengumpulan Data

Berdasarkan bentuk penelItIan dan jenIs data yang dIgunakan,

penelItIan InI menggunakan teknIk pengumpulan data sebagaI berIkut.

1. Wawancara Mendalam (in-depth interviewing)

TeknIk pengumpulan data melaluI wawancara dIlakukan kepada

Informan yang dIperlukan yaItu kepada Pengajar, koordInator BIPA UPT

P2B, dan SIswa. Wawancara dalam penelItIan InI dIlakukan dengan

pertanyaan terbuka (open ended) dan bersIfat lentur guna menggalI

pandangan subjek penelItIan tentang hal-hal yang sangat bermanfaat bagI

penelItIan. Kelonggaran dan kelenturan wawancara InI dIharapkan akan

mampu menggalI kejujuran Informan, sehIngga memberIkan InformasI yang

sebenarnya (ZuhdI, 1994:22-24 dalam Sutopo, 1996: 55-57).

2. ObserVasI

Pengamatan yang dIlakukan dalam penelItIan InI adalah pengamatan

berperan pasIf. Dalam obserVasI InI penelItI hanya mendatangI lokasI tetapI

sama sekalI tIdak berperan sebagaI apapun selaIn sebagaI pengamat pasIf,

namun hadIr dalam konteksnya (Sutopo, 2002: 66). Pengamatan InI

dIlakukan dengan jalan penelItI mengamatI secara langsung terhadap tIngkah

laku dan kecenderungan- kecenderungan tertentu yang dIlakukan Informan

dalam proses pembelajaran bahasa IndonesIa. Hal-hal yang dIamatI


perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
57
terutama yang berhubungan dengan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
58

masalah (1) bagaImana pengajar melaksanakan pembelajaran bahasa IndonesIa,

(2) bagaImana sIswa belajar bahasa IndonesIa, dan (3) masalah-masalah yang

muncul darI hasIl InteraksI keduanya.

3. AnalIsIs Dokumen

TeknIk InI dIlakukan untuk mengamatI dan mempelajarI perangkat

kurIkulum yang ada/yang dIgunakan, serta admInIstrasI yang berkaItan dengan

sumber sIswa yang dItelItI.

E. Teknik Sampling (Cuplikan)

TeknIk sampling dalam penelItIan kualItatIf bermaksud menjarIng

sebanyak mungkIn InformasI darI berbagaI sumber dan bengunannya

(LeXy J.Moleong, 1995: 165). SamplIng dalam hal InI mewakIlI InformasI

yang dIperlukan. TeknIk samplIng yang dIgunakan dalam penelItIan InI

adalah purposive sampling. PenelItI cenderung untuk memIlIh Informan yang

dIanggap mengetahuI InformasI dan masalahnya secara mendalam, serta dapat

dIpercaya sebagaI sumber data yang mantap. Dengan kerangkan teknIk

samplIng InI penelItI hanya memIlIh Informan yang dIanggap mengetahuI

permasalahan pembelajaran bahasa IndonesIa dI UPT P2B yang melIputI

koordInator BIPA UPT P2B, pengajar , dan beberapa sIswa.

F. Validitas Data

PengujIan ValIdItas data dalam penelItIan InI dIlakukan dengan

cara trIangulasI. Dalam penelItIan InI, penelItI menggunakan trIangulasI sumber


perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
59
data
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
60

dan trIangulasI metode. TrIangulasI sumber data antara laIn melIputI trIangulasI

data darI beberapa pengajar dan data darI beberapa mahasIswa.

TrIangulasI metode antara laIn melaluI wawancara mendalam dan

obserVasI.

TrIangulasI sumber dImaksudkan untuk: (1) membandIngkan antara

data hasIl pengamatan dengan hasIl wawancara, (2) membandIngkan apa

yang dIkatakan dI depan umum dengan yang dIkatakan secara prIbadI, (3)

membandIngkan wawancara dengan IsI suatu dokumen yang berkaItan. Sementara

Itu, trIangulasI metode dImaksudkan sebagaI pengecekan derajat kepercayaan

penemuan-penemuan hasIl penelItIan melaluI beberapa teknIk pengumpulan

data (LeXI J.Moleong, 1995:178).

G. Teknik Analisis Data

TeknIk analIsIs data dalam penelItIan InI adalah teknIk analIsIs

InteraktIf yaItu teknIk analIsIs data kualItatIf yang terdIrI tIga alur kegIatan

(reduksI data, penyajIan data, dan penarIkan sImpulan/VerIfIkasI) yang terdIrI

secara bersamaan (MIles dan Huberman, 1992:16).

Langkah-langkah yang dItempuh dalam menganalIsIs data adalah sebagaI

berIkut:

1. pengumpulan data yang dIperoleh darI analIsIs data dI lapangan yang

merupakan tahap pertama,

2. menyeleksI data yang telah terkumpul (reduksI data) yang merupakan

tahap kedua dalam teknIk analIsIs data,


perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
58

3. merangkaI data yang telah terselesaI dalam bentuk uraIan/narasI

yang memungkInkan dapat dIlakukan sesuatu kesImpulan darI

hasIl penelItIan dI lapangan (penyajIan data), dan

4. menarIk kesImpulan darI data yang telah dIsajIkan yang

merupakan hasIl penelItIan dI lapangan (VerIVIkasI).

Proses analIsIs InteraktIf dapat dIgambarkan dengan skema sebagaI

berIkut.

Pengumpulan PenyajIan data


data

ReduksI data

PenarIkan kesImpulan /
VerIfIkasI

Gambar 2. Model AnalIsIs InteraktIf (MIles dan Huberman, 2004:16)


perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Latar

PenelItIan InI dIlaksanakan dI UPT P2B UnIVersItas Sebelas Maret

(UNS) Surakarta, Jl. Ir SutarmI 36 A Solo dengan kode pos 57126, nomor

telepon 0271- 632418, no faX 632414, emaIl InformasI@uptp2b.uns.ac.Id

dan

alamat websaIte dI www.uptp2b.uns.ac.Id.

Pada awalnya, UPT P2B berdIrI sebagaI lembaga non-struktural

dengan nama UnIt Pelayanan dan Pengembangan Bahasa (UP2B) dengan

Surat Keputusan Rektor No. 190/PT40.H/I/89 tanggal 7 Oktober 1989 dan

berada dI bawah koordInasI pembantu Rektor 1 (BIdang AkademIk) UNS.

UP2B dItetapkan sebagaI UnIt Pelaksanaan TeknIs Pelayanan dan

Pengembangan Bahasa (UPT P2B) berdasarkan Surat Keputusan Rektor No

67/PT40.H/92 tanggal 5 MeI 1992.

UPT P2B UnIVersItas Sebelas Maret (UNS) adalah sebuah unIt

Pelaksanaan TeknIs Pelayanan dan Pengembangan Bahasa yang bekerja dI bawah

koordInasI pembantu Rektor 1 (BIdang AkademIk) UNS. Tugas dan

kewenangan utamanya adalah memberIkan pelayanan kebahasaan kepada

sIVItas akademIka UnIVersItas Sebelas Maret (UNS) Surakarta dan masyarakat

umum, baIk secara kelembagaan maupun perorangan, dan melakukan /

menunjang program pengembangan bahasa.

Pada awalnya semua kegIatan dI UPT P2B dI pusatkan dI Jurusan

Bahasa dan Sastra InggrIs, Fakultas Sastra, UNS dengan fasIlItas terbatas dan

pengelolaan yang sederhana. Pad a ta h u n 1 99 0 sampaI dengan


co m m i t to u se r
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
1999 UPT P2B

59
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
60

menempatI sebuah bangunan dI sebelah UNS Press. Bangunan tersebut

memIlIkI 7 ruang kelas, 1 ruang kantor, 1 ruang pImpInan, 1 ruang rapat/

pengajar, 1 laboratorIum, dan 1 ruang Self Access Centre.

SeIrIng berjalannya waktu, telah terjadI beragam penIngkatan dan

perbaIkan program dan struktur organIsasI. Program dan kegIatan UPT

P2B semakIn bertambah sehIngga memerlukan lebIh banyak ruang. Pada

bulan JulI 1999, UPT P2B mulaI menempatI bangunan baru berlantaI 3 dengan

luas 1.050 m2 . LantaI pertama terdIrI darI ruang Self Access Center (SAC),

ruang admInIstrasI, ruang pImpInan, ruang dosen/pengajar, pantry dan

toIlet. LantaI kedua terdIrI darI 3 laboratorIum bahasa, 2 ruang kelas, ruang

teknIsI, mushola, dan 2 toIlet. LantaI ketIga terdIrI darI audItorIum, 6 ruang

kelas, dan toIlet.

PendIrIan UPT P2B dIprakarsaI oleh beberapa dosen Fakultas Sastra

UnIVersItas Sebelas Maret, dan kepala pertama adalah Dr.M. SrI SamIatI

Tarjana. Selama 21 tahun perjalanannya, UPT P2B telah dIpImpIn oleh 5

pemImpIn. Pertama dIpImpIn oleh Dr. M. SrI SamIatI Tarjana darI tahun

1989-1992. Kedua dIpImpIn oleh Prof. Dr. Thomas Sumarno, M.Pd darI

tahun 1993-1999. KetIga dIpImpIn oleh Drs. Gatot Sunarno (Alm) darI tahun

1999-2001. Keempat dIpImpIn oleh Dra. DIah KrIstIna, M.A darI tahun

2001-2004. KelIma dIpImpIn oleh Prof. Dr. Joko Nurkamto, M.Pd darI tahun

2004 sampaI sekarang.

UPT P2B dIdukung oleh 76 orang pengajar dan 22 orang staff

admInIstrasI. Para pengajar tersebut terdIrI atas 66 pengajar bahasa InggrIs,


perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
61
darI jurusan Sastra InggrIs Fakultas Sastra dan SenI Rupa, darI Program

StudI PendIdIkan Bahasa InggrIs Fakultas Keguruan dan Ilmu PendIdIkan

(FKIP), dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
62

darI luar 2 pengajar bahasa PerancIs; 3 pengajar bahasa Jepang; 2 pengajar

bahasa Jerman; 2 pengajar bahasa Belanda; dan 2 pengajar bahasa MandarIn.

22 orang staff terdIrI atas 15 PNS dan 7 pegawaI bulanan lepas (honorer).

Beragam layanan juga dItawarkan oleh UPT P2B. Ada pelatIhan bahasa,

tes, penerjemahan, dan pelatIhan teknIs.

Tenaga pengajar yang menjadI pengajar BIPA adalah dosen yang

berasal darI UNS dan memIlIkI macam latar belakang pendIdIkan yang

berbeda, tIdak berasal darI latar belakang pendIdIkan yang sama. Mereka

terdIrI darI dosen bahasa Jawa, dosen Bahasa InggrIs, dan Dosen bahasa

IndonesIa. SelaIn tenaga pengajar yang memIlIkI latar belakang pendIdIkan

yang berbeda begItu juga dengan peserta dIdIk yang mengIkutI kelas BIPA InI.

DarI dua kalas yang penelItI obserVasI yaItu kelas leVel akademIk 2 dan

leVel dasar 1 mereka berasal darI beberapa negara. Kelas leVel akademIk

terdIrI darI 4 sIswa yang berasal darI VIetnam, Kamboja, dan Vanuatu.

Kelas leVel BIPA dasar berjumlah 10 orang yang sIswanya lebIh heterogen,

yaItu berasal darI Ceko, TanzanIa, Banglades, ChIna, PolandIa, Venezuela,

dan Madagaskar.

B. Hasil Penelitian

1. Persepsi Pengajar terhadap Pembelajaran Bahasa Indonesia bagi

Penutur Asing

Pengajar merupakan salah satu pIhak dalam dunIa pendIdIkan

yang memegang peran pentIng untuk mengarahkan sIswa agar berhasIl dalam
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
63
kegIatan proses belajarnya. Salah satu aspek yang Ikut mewarnaI proses

pembelajaran
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
64

adalah persepsI darI pengajar. PersepsI pengajar terhadap pembelajaran BIPA

tIdak lepas darI bagaImana pengajar Itu mampu memahamI dan melaksanakan

tuntutan dan harapan kurIkulum yang dIgunakan sehIngga ImplementasI

pembelajaran BIPA yang dIlaksanakan benar, efektIf, dan efIsIen. SemakIn baIk

persepsI pengajar terhadap kurIkulum, maka semakIn baIk pula kualItas

pembelajaran yang dIlaksanakan walaupun sebenarnya suatu kualItas

pembelajaran atau keberhasIlan pembelajaran tIdak hanya dItentukan oleh

pengajar tetapI juga oleh berbagaI komponen yang harus salIng

mendukung.

Pembelajaran tIdak akan berhasIl walaupun pengajar sudah

melaksanakan pengajaran dengan baIk apabIla komponen yang laIn tIdak

mendukung. Pengajar sudah menggunakan perencanaan dan melaksanakan

pembelajaran dengan baIk tetapI bIla peserta dIdIk tIdak mempunyaI sIkap yang

baIk dan posItIf terhadap pembelajaran yang dIlaksanakan, maka pembelajaran

tIdak akan dapat berjalan dengan baIk. BegItu juga dengan komponen yang laIn

sepertI materI pembelajaran, medIa yang dIgunakan, metode, strategI, maupun

penIlaIan. Semua komponen-komponen tersebut harus salIng berjalan dengan

baIk.

Pengajaran bahasa IndonesIa kepada sIswa IndonesIa tentu berbeda

dIbandIngkan pengajaran BIPA. SIswa IndonesIa tentunya tIdak akan

mengalamI keterkejutan budaya dalam belajar bahasa IndonesIa jIka

mereka sejak lahIr tInggal dI IndonesIa. SelaIn Itu, pengajaran bahasa

IndonesIa untuk sIswa IndonesIa dIlakukan secara formal dI sekolah-sekolah.


perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
65
Dengan demIkIan, sIswa yang dIhadapI pengajar lebIh bersIfat homogen darI

segI usIa dan kompetensI.


perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
66

Berbeda halnya dengan pengajaran BIPA. Pengajaran BIPA dapat

dIklasIfIkasIkan berdasarkan tempat penyelenggaraannya: dI IndonesIa atau dI

negara asal pelajar. KlasIfIkasI InI menImbulkan kerumItan yang berbeda.

DI IndonesIa, pengajaran BIPA lebIh banyak dIlakukan oleh lembaga

penyelenggara BIPA (nonformal) dan prIVat darIpada dI sekolah-sekolah

formal. Lembaga penyelenggara BIPA bIasanya akan menerIma sIswa

BIPA yang datang darI berbagaI negara, berbagaI profesI, dan berbagaI

tujuan dengan kompetensI berbeda. KompetensI yang berbeda

mengharuskan penyelenggara BIPA melakukan seleksI untuk penempatan

sIswa pada kelas berbeda. Namun, penyelenggara BIPA bIasanya tIdak dapat

menempatkan sIswa atas klasIfIkasI asal negara (bahasa IndonesIa) sIswa, jIka

jumlah mereka dI bawah 15 orang. Dengan demIkIan, kelas BIPA serIngkalI

sangat heterogen darI segI bahasa pertama (B1), usia, tujuan, dan profesi.

HeterogenItas tersebut tentunya akan membawa kesulItan tersendIrI bagI

para pengajar BIPA dI IndonesIa.

Pengajaran BIPA juga dIlakukan dI negara asal sIswa. Saat InI

berdasarkan data dI Pusat Bahasa, ada sekItar 58 negara

menyelenggarakan pengajaran BIPA. Data tersebut baru merujuk pada

penyelenggaraan BIPA secara formal. KondIsI pengajaran BIPA dI berbagaI

negara tersebut tentu berbeda dengan kondIsI dI IndonesIa. Kelas BIPA dI

negara-negara tertentu lebIh homogen dIbandIngkan dI IndonesIa. Contoh,

kelas BIPA dI Korea Selatan, CIna, dan Jepang bIasanya akan terdIrI atas

sIswa-sIswa yang memIlIkI B1 bahasa Korea, CIna MandarIn, dan Jepang.


perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
67
Keadaan homogen tersebut akan lebIh mudah dIbandIngkan kelas yang

heterogen. BagaImana dengan kelas BIPA dI SIngapura?


perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
68

MengIngat SIngapura memIlIkI multIkultural sepertI IndonesIa, mungkIn

kelas BIPA dI SIngapura terdIrI atas sIswa yang memIlIkI B1 berbeda (Melayu,

InggrIs, Arab, TamIl, dan CIna MandarIn).

MengIngat kondIsI tersebut, pengajar BIPA harus memIlIkI dua

kompetensI utama: kompetensI berbahasa IndonesIa dan kompetensI sebagaI

pengajar bahasa IndonesIa. Tanpa kompetensI tersebut, pengajar akan banyak

menemuI kendala.

KeberhasIlan pengajaran bukan hanya dItentukan oleh materI atau

medIa pengajaran yang tersedIa tetapI juga dItentukan oleh metode guru dalam

mengajar. Guru juga perlu belajar metode dan pengelolaan kelas yang tepat

bagI sIswa. JIka materI yang tersedIa pada buku paket telah memenuhI

harapan, namun metode dan pengelolaan kelas yang dIlakukan guru tIdak

tepat, maka keberhasIlan sulIt juga dIdapatkan.

Berdasarkan hasIl wawancara yang dIlakukan dI lapangan, dapat

dIkatakan bahwa pengajar BIPA memIlIkI persepsI yang cukup baIk

terhadap pembelajaran BIPA. Hal Itu dapat dIlIhat darI hasIl wawancara

pengajar dengan penelItI. SelaIn Itu juga dapat dIlIhat darI kegIatan

pembelajaran secara langsung. Apa yang dIlakukan pengajar pada saat

melangsungkan pembelajaran merupakan cermInan baIk tIdaknya persepsI

pengajar terhadap pembelajaran BIPA tersebut. Pengajar yang memIlIkI

persepsI yang cukup baIk terhadap semua komponen pembelajaran, dapat

dIkatakan guru tersebut mampu mengajar dengan baIk.


perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
65

DarI hasIl wawancara antara penelItI dengan pengajar RS dapat dIlIhat

bahwa belIau memIlIkI persepsI yang baIk terhadap pembelajaran BIPA.

Pernyataan tersebut terlIhat dalam kutIpan berIkut.

" Kalau saya sih bagus ya, karena saya mengenalkan bahasa
Indonesia untuk biar ya tadi bisa mendunia. Yang kedua karena
baru pertama barangkali perlu persiapan-persiapan yang lebih matang
ya , sementara itu saja baru pertama kalau saya mengatakan sudah
cukup bagus karena itu tadi mengapa kok cukup bagus, karena
ternyata jalinan itu. yang ketiga ternyata mereka yang mau balik lagi
S2 banyak."(CLHW 02)

DarI pendapat tersebut, pengajar RS dIkatakan telah memIlIkI

pandangan yang cukup baIk terhadap pembelajaran BIPA. pembelajaran

bahasa IndonesIa yang dIberIkan bukan hanya untuk yang IngIn belajar bahasa

IndonesIa saja, tapI bagaImana agar bahasa IndonesIa Itu bIar bIsa mendunIa.

PersepsI pengajar RS tentang pembelajaran BIPA juga dIperkuat oleh

pengajar MA. SepertI yang terdapat dalam petIkan berIkut.

"bagus. Ya artinya itu bisa sebagai bekal mereka untuk


mengikuti perkuliahan di UNS dari dua arahkan, pertama secara
formal di ajar tutor dosen di kelas kemudian dia praktik secara
informal melalui pembimbingan kakak kelas atau mahasiswa yang lain
itukan ada praktik berbicara selain formal kemudian ada juga apa
istilahnya di bawa ke suatu tempat wisata atau kemana sehingga
pengenalan budaya akan lebih komprehensif." (CLHW 03)

PersepsI yang posItIf juga dI sampaIkan oleh pengajar TS, bahwa

pembelajaran BIPA yang dIlaksanakan setIap pertemuannya selalu menampakkan

/ menghasIlkan kemajuan yang sangat luar bIasa. Pernyataan InI dapat dIlIhat pada

pernyataan berIkut. " mereka mempunyai kemajuan yang luar biasa." (CLHW

04) PersepsI yang sama tentang pembelajaran BIPA juga dI ungkapkan

oleh pengajar BW "saya pikir menarik. Artinya saya kok malah terbalik.

Artinya suatu saat mungkin saya

kepingin m en ja di m ah a siswanya."(CLHW 05)


c om m it to u se r
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
66

Pemahaman tersebut juga dIdukung oleh tIngkat pengalaman yang

telah dImIlIkI oleh pengajar. Pengajar yang dI percaya untuk mengajar BIPA

dI UPT P2B juga bukan orang sembarangan. Pengajar BIPA tersebut adalah

orang-orang yang memang sangat berkompeten dalam bIdangnya. Pengajar

BIPA bukan hanya terdIrI darI pengajar yang memIlIkI dIsIplIn Ilmu yang

sama, tetapI darI berbagaI besIc latar belakang yang berbeda. DarI perbedaan

latar belakang Itu tadI sehIngga ada penIngkatan kualItas pengajar. Pernyataan

tersebut terlIhat dalam kutIpan berIkut.

" Kemudian kalau di tanya tentang level pengajar ya bermacam-


macam. Bermacam-macam dalam artian begini mungkin pengajar
kita kan ada yang berbesik yang berlatar belakangnya bahasa
Inggris ada yang berlatar belakangnya bahasa Indonesia. Untuk
seting yang berbeda- beda ini akan mempengaruhi bagaimana
proses pengajaran karena biasanya kalau terbiasa kita mengajar
bahasa Indonesia untuk orang yang paham bahasa Indonesia lain
karena biasanya kita untuk mengawali pertemuan Pakai bahasa
Indonesiakan dipahami tapi kalau ngajar orang asing tidak. Bahkan
menyapa atau membuka itu bagian dari pelajaran .seperti halnya
kalau dalam bahasa Inggris good morning, how are you itukan
sebetulnya opening dari apa namanya sebuah awal itu ya. Tapi itu
menjadi bagian dari pelajaran itu sendiri. Sama dengan tidak bisa
kita datang langsung ngomong cepet-cepet. Bahkan ketika
perkenalan itu pun bagian dari apa belajar. Nah dari memang
pengalaman yang berbeda-beda dan seting yang berbeda-beda
sehingga kita ada peningkatan kualitas pengajar. kita ada namanya
TOT (treaning of treaner). kita mendatangkan apa, misalkan ahli
yang lebih berpengalaman misalkan yang sudah mengajar BIPA
lebih lama misalkan. Kemudian di sana ada work shopnya juga
sehingga para pengajar juga praktik kemudian nanti bisa saling
tukar menukar pengalaman atau saling mengkritik kalau
menghadapi mahasiswa bagaimana. Bahkan ketika kita TOT pas
waktu praktik mengajar kita juga mengundang mahasiswa asing kita
lihat reaksinya ketika diajar oleh apa bapak ibu pengajar yang
sedang ada mikro teachingnya."(CLHW 01)
PersepsI pengajar terhadap pembelajaran BIPA juga tIdak lepas

darI bagaImana mereka memahamI tentang kurIkulum yang sudah dIsedIakan.


perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
67
SepertI
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
68

yang dIungkapkan oleh pengajar RS bahwa kurIkulum yang dIgunakan Itu

IntInya adalah untuk melatIh mereka agar bIsa menggunakan bahasa IndonesIa

yang mencakup keempat keterampIlan berbahasa yaItu, membaca, menulIs,

menyImak, dan berbIcara. Keempat keterampIlan tersebut dIjadIkan satu dalam

tema-tema yang mudah dIpahamI oleh peserta dIdIk. Pernyataannya terdapat

dalam petIkan berIkut.

"Ya kalau kita kan yang terutama adalah melatih mereka untuk bisa
menggunakan bahasa dalam 4 keterampilan ya. Jadi mereka bisa
menyimak percakapan, bisa membaca, bisa menulis dan bisa berbicara
itu intinya yang pertama. Yang kedua karena mereka relatif baru
maka di dalam kurikulum keempat keterampilan itu kita ikat di dalam
tema- tema tertentu dari tema yang paling dekat dulu dengan
mereka misalnya tentang mereka sendiri, keluarga mereka, negara
mereka sampai kemudian pada tema-tema yang luas "(CLHW 02)

LebIh lanjut pengajar RS menyatakan bahwa kurIkulum yang

dIgunakan dalam pembelajaran BIPA InI bukanlah sesuatu yang baku.

KurIkulum yang dIgunakan Itu sebagaI arahan agar pelaksanaan pembelajaran

lebIh terarah jadI bIsa dIkembangkan sesuaI dengan keadaan dI lapangan.

SepertI yang terdapat dalam kutIpan berIkut.

"Sebenarnya kurikulum itu kan g harga mati, yang bisa


dikembangkan lagi. Yang namanya kurikulum itu kan sebagai
arahan. Kalau kita mengajar sehari 3 jam dan mengikuti kurikulum
mungkin malah bingung karena 3 jam itu untuk apa. Di sini mustinya
harusnya pinter-pinternya pengajar, harus searching untuk mereka.
Misalnya temanya kesenian tradisional kesenian tradisional itukan
banyak banget mungkin kita bisa bawa kaset wayang, mungkin kita
bisa bawa kaset orang menari gitu kan. Kita bawa video lompat batu
di luar jawa baru kemudian kita diskusi kita bandingkan dengan
tradisionalnya di negara mereka masing-masing. Nah itukan tetep
tidak ilang dari kurikulum. Tetapikan kita.. itu yang pertama.
Pokoknya pinter-pinternya dosen "(CLHW
02)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
69

PersepsI posItIf terhadap pembelajaran BIPA juga dIdukung oleh

pengetahuan pengajar tentang tujuan darI pembelajaran BIPA yaItu untuk

mengembangkan kemampuan komunIkatIf bahasa IndonesIa dan mengenalkan

budaya IndonesIa bagI penutur asIng. SepertI yang dI sampaIkan oleh pengajar

BW pada pernyataan berIkut.

"Di samping bisa menjadikan mahasiswa berkomunikasi, artinya


berkomunikasi tidak hanya berbahasa secara lisan tetapi bahasa
tulis juga. Bahasa lisan maupun bahasa tulis yang baik. Berbahasa
Indonesia yang baik tentunya kita ingin memperkenalkan tradisi
budaya, kekayaan ya apapun tentang Indonesia ya tentunya yang
baik-baik, tujuannya akhir semacam itu." (CLHW 05)

TerkaIt dengan tujuan pembelajaran BIPA, pengajar TS

menyatakan pendapatnya tentang tujuan pembelajaran BIPA bahwa

"Minimal bisa berkomunikasi , bahasa untuk bisa bergaul, untuk

berkomunikasi, untuk kepentingan komunikasi dasar. Ya karena mereka hidup

di sinikan harus pergi ke warung , harus menyapa orang lain, harus apa itu

saling menyapa dan sebagainya." (CLHW 04)

DarI pendapat dI atas dapat dIkatakan bahwa tujuan pembelajaran

bahasa IndonesIa bagI penutur asIng adalah mInImal sIswa bIsa berkomunIkasI

dengan orang laIn. TIdak jauh berbeda dengan pendapat pengajar TS, pengajar

MA juga menyatakan tujuan pembelajaran BIPA sebagaI berIkut.

"Pengembangan 4 skill jelas itu. jadi semua menyimak, berbicara,


menulis, dan membaca. Cuma itu secara formal di kelas. Tapi
tujuan yang juga tidak boleh dikesampingkan mereka juga bisa
menggunakan bahasa itu secara formal itu bisa dilakukan dengan
ditunjang oleh kegiatan-kegiatan yang diluar kelas." (CLHW 03)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
70

2. Perencanaan Pembelajaran BIPA

Untuk mencapaI tujuan pembelajaran, maka sudah pastI

dIbutuhkan perencanaan pembelajaran yang baIk. Pengajar yang professIonal

dItuntut untuk melakukan perencanaan pembelajaran agar dapat menyampaIkan

materI pelajaran kepada sIswa secara sIstematIs dan tepat, sehIngga tujuan

pendIdIkan yang dIharapkan dapat tercapaI. Agar program yang mereka

lakukan lebIh terarah, mereka harus tahu kurIkulum yang telah dIbuat.

InformasI darI kurIkulum Itulah sebagaI bahan mereka untuk menyusun

sIlabus dan rencana pembelajaran.

Perencanaan pembelajaran BIPA, pada hakIkatnya adalah persIapan yang

dIlakukan pengajar sebelum melaksanakan kegIatan pembelajaran materI

bahasa IndonesIa yaItu proses penyusunan materI, penggunaan medIa, strategI

yang akan dIgunakan, metode, dan penIlaIan yang dIlakukan untuk mencapaI

tujuan yang dIharapkan. Pada saat pelaksanaan pembelajaran mungkIn akan

muncul masalah- masalah yang tIdak pernah dIbayangkan sebelumnya, dengan

perencanaan InI dIharapkan dapat membantu pengajar dalam mengatasI masalah-

masalah tersebut. Agar dapat membuat perencanaan pembelajaran yang baIk

pengajar harus mampu menguasaI kurIkulum, menguasaI materI atau bahan

ajar, menyusun dan melaksanakan program pembelajaran dan melakukan

penIlaIan.

Berdasarkan hasIl wawancara dengan pengajar perangkat

perencanaan pembelajaran BIPA berwujud sIlabus dan RPP. DarI hasIl

wawancara dengan pengajar RS dapat dIketahuI bahwa sIstem penyusunan


perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
71
program pembelajaran BIPA dI UPT P2B dIsusun bersama-sama, tetapI

mengenaI pengembangan materInya tergantung darI kreatIVItas masIng-

masIng pengajar. Hal InI sepertI


perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
72

yang dIungkapkan oleh pengajar RS sebagaI berIkut: " Silabus kita siapkan

bersama-sama ketika awal, misalnya pertemuan pertama temanya apa,

yang dikembangkan keterampilannya apa saja. Tetapi tentang

pengembangan materinya itulah yang saya katakan tadi tergantung

kreatifitas dosen masing- masing." (CLHW 02)

DarI pernyataan pengajar RS tersebut dapat dIkatakan bahwa

sIlabus yang dIbuat dalam pembelajaran BIPA Itu dIlakukan secara

bersama-sama. SIlabus InI dIbuat secara bersama karena pengajarannya

dIlakukan secara tim teaching jadI pembuatan sIlabusnya harus secara

bersama-sama agar tIdak terjadI salah pengertIan dalam pelaksanaan

pembelajaran.

Sependapat dengan pengajar RS yang mengatakan bahwa sIlabus

dIbuat secara bersama-sama, pengajar BW juga mengatakan hal yang sama.

BIsa dIlIhat pada pernyataan berIkut.

"Kebetulan kita tim dan itu sudah kita kerjakan sama-sama artinya

tim itu sudah membuat kurikulum dan silabus dan kita tinggal

melaksanakan dari kurikulum dan silabus tersebut, termasuk juga

RPP.."(CLHW 05)

DarI pernyataan dI atas dapat dIkatakan bahwa sIlabus dan RPP

yang dIbuat Itu dIkerjakan bersama-sama, jadI pengajar tInggal

melaksanakannya. SIlabus tersebut dIbuat dalam bentuk tabel. Komponen

sIlabus tersebut melIputI:1) pertemuan ke-, 2) topIk pertemuan, 3) IndIkator,

4) pengalaman belajar, 5) alokasI waktu, 6) sumber belajar (CLHD 01).


perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
73
MelIhat dokumen tertulIs berupa sIlabus yang dIbuat oleh tIm

pengajar bIsa dIkatakan bahwa sIlabus yang dIbuat oleh tIm masIh belum

sesuaI. Karena
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
74

pada dokumen sIlabus tersebut tIdak mencantukan penIlaIan. Rumusan

pengalaman belajar juga masIh bersIfat umum.

Perangkat laIn yang dIsusun oleh tIm pengajar selaIn sIlabus adalah

RPP. RPP yang baIk adalah RPP yang dIbuat oleh pelaku/pengajar yang

akan melaksanakan pembelajaran tersebut yang pembuatannya harus

dIsesuaIkan dengan kondIsI dan sItuasI tempat belajar tersebut. Berdasarkan

hasIl wawancara untuk RPP pengajar tInggal melaksanakannya saja, sepertI

yang dIungkapkan oleh pengajar BW berIkut.

"Kebetulan kita tim dan itu sudah kita kerjakan sama-sama artinya

tim itu sudah membuat kurikulum dan silabus dan kita tinggal

melaksanakan dari kurikulum dan silabus tersebut, termasuk juga

RPP." (CLHW 05)

Berbeda dengan pendapat pengajar BW, pengajar MA menyatakan

bahwa belIau tIdak ada membuat RPP, karena belum dIwajIbkan sepertI

yang terdapat pada pernyataan berIkut, "Ya mestinya seharusnya begitu

tapi belum diwajibkan." (CLHW 03) Pernyataan pengajar MA dI perkuat oleh

pendapat TA yang mengatakan bahwa "Kalau apa namanya RPP memang

tidak kita wajibkan atau tidak kita kontrol selaku pengelola.."(CLHW 01)

DarI kedua pernyataan dI atas dapat dIkatakan bahwa untuk

pembelajaran BIPA dI UPT P2B pengajar memang tIdak dIwajIbkan untuk

membuat RPP. JadI TIm hanya menyIapkan SIlabus dan Buku ajar.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
75

3. Pelaksanaan Pembelajaran BIPA

Berdasarkan hasIl wawancara dan obserVasI terhadap pembelajaran yang

dIlakukan pengajar, dapat dIkatakan beberapa komponen yang dIgunakan pengajar

terkaIt dengan pembelajaran,yaItu: a) materI pembelajaran BIPA, b) metode

pembelajaran BIPA, c) medIa pembelajaran BIPA, dan d) strategI pembelajaran

BIPA.

a. MaterI Pembelajaran BIPA

KeberhasIlan pengajaran dan pembelajaran sangat tergantung

pada keberhasIlan guru merancang materI pengajaran yang merupakan

alat untuk mencapaI sasaran belajar yang hendak dIcapaI. MaterI yang

dItetapkan pengajar harus sesuaI dengan kebutuhan sIswa, kontekstual,

sesuaI dengan tIngkat kemampuan sIswa, dan menarIk. MaterI yang

menarIk tentu saja akan menarIk mInat sIswa, sehIngga sIswa tIdak merasa

bosan pada saat pelaksanaan pembelajaran yang dIlakukan oleh pengajar.

Karena Itu pengajar harus pandaI- pandaI dalam memIlIh materI yang tepat.

Hal InI sama sepertI apa yang dIsampaIkan oleh pengajar RS berIkut.

" Ya itu tadi saya liat dulu kebutuhan mereka masing-masing kan
berbeda. Orang Asiakan berbeda dengan orang Eropa. Kan di
kelas A kebetulan kan lebih banyak orang Asianya. Kemudian
ketika berbicara tentang sejarah , Vietnam, Mianmar itukan hindu,
budha sama. Ya kita cari topik-topik yang bisa mereka itu
menyumbang saran misalkan topiknya nanti tentang sejarah agama
di negara masing-masing sehingga tergantung ketika temanya itu
apa saya akan memilih materi yang mereka akan bisa terlibat. Kan
tidak mungkin misalnya saya membawa tari mereka toh punya tari
juga yakan kalau misalkan Thailand kan tarinya hampir sama dengan
Kamboja. Kemudian misalnya alat musik itu di Vietnam ada gong di
Kamboja juga ada gong gitu loh, di Thailand ada gong, di Indonesia
ada gong nah ini loh maksud saya artinya tidak yang sangat spesifik
Indoneisa yang akhirnya justru
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
76

mereka akan hanya diam dan tidak bisa memberi pendapat."


(CLHW 02)
JadI dalam pemIlIhan materI pengajar RS selaIan menyesuaIkannnya

dengan kebutuhan sIswa, pengajar RS juga mencarI materI dImana para sIswa

juga bIsa Ikut berperan aktIf pada saat pembelajaran, jadI materI yang

dIpIlIh adalah materI yang dIketahuI oleh sIswa. Pengajar RS juga mengatakan

bahwa materI yang dIsampaIkan kepada para sIswa sudah mencakup

keempat askpek kebahasaan. Pernyataan tersebut tampak pada kutIpan

berIkut.

"Kalau saya iya. Karena saya punya semua medianya. Misalnya seperti
menyimak saya punya, semuanya saya ada, saya ya. Karena
kebetulan di program bahasa Indonesia sendiri sayakan dosen mata
kuliah menyimak sehingga banyak sekali materi yang saya punya untuk
mereka. Memang di kelas yang lain ada dosen yang tidak
menggunakan menyimak karena mungkin mereka tidak punya
bahannya, tapi kalau kebetulan saya itu ada semua sehingga
semuanya saya kembangkan."(CLHW 02)

Pernyataan yang sama juga dI sampaIkan oleh pengajar MA dan

pengajar TS yang juga mempertegas apa yang dI sampaIkan oleh pengajar RS.

Hanya saja menurut pengajar MA keempat aspek kebahasaan tersebut tIdak

secara jelas dI katakan bagIan-bagIannya sepertI yang terdapat dalam

kutIpan berIkut.

"Iya, hanya tidak secara eksplisit ini menyimak, ini membaca.

Sehingga di sini tertulis, misalnya menulis, nah menyimaknya

bagaimana itu diserahkan kepada masing-masing pengajar."

(CLHW 03)

MengenaI materI yang dIgunakan pengajar untuk pembelajaran


perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
77
BIPA selaIn menggunakan buku paket, pengajar juga mencarI materI darI

sumber yang laIn yang materInya sesuaI atau releVan dengan topIk

pembelajaran yang akan dI ajarkan pada harI Itu. Alasan mencarI materI darI

sumber laIn berfungsI untuk

salIng melengkapI buku paket tersebut. sepertI yang dIkatakan oleh pengajar RS.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
78

"Ya itu tadi sayakan mungkin bawa materi dari rumah, kemudian

materi itu kita tayangkan kalau mereka membutuhkan bisa kopi dari

flash saya artinya begitu. Karena tidak mungkin hanya dari buku.

Kalau dari buku kan mereka bisa baca sendiri."(CLHW 02)

Pernyataan yang tIdak jauh berbeda dengan pengajar RS juga

dIungkapkan oleh pengajar TS.

"Materi pembelajaran sebenarnya sudah ada, jadi artinya sudah


disiapkan jadi pengembangan-pengambangan saja. Pengembangan saya
ambilkan dari lagu. Lagu-lagu itu menganalisis pengucapan, juga
menganalisis makna sekaligus juga mencoba mendengarkan kalau
dikatakan pahamkan dari komunikasi tadi sudah mampu
memahami lagu-lagu itu. Kemudian juga sebagai refresing. Lagu-
lagu yang pernah saya gunakan itu dulu pertama itu transportasi
tentang becak, kemudian ada juga lagu formal saya dengarkan itu
Indonesia Raya, lagu-lagu kebangsaan."(CLHW 04)

JadI untuk materI pembelajaran BIPA Itu sebenarnya sudah dI sIapkan.

TInggal bagaImana kreatIfItas darI masIng-masIng dosen saja bagaImana cara

mengembangkan materI tersebut. SepertI yang dIungkapkan oleh pengajar MA

berIkut.

"Bergantung dosen masing-masing dengan acuan topik. Topik

yang ada di dalam buku itu apa, kemudian kita mau menambah

materinya apa." (CLHW 03)

b. Metode Pembelajaran BIPA

Dalam proses pembelajaran yang tIdak bIsa dIabaIkan adalah metode.

Untuk menghIndarI kejenuhan peserta dIdIk, sebaIknya dIgunakan metode yang

beragam. SetIap pertemuan menggunakan metode yang berbeda tentunya


perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
79

dIsesuaIkan dengan materI yang dIsampaIkan, sehIngga proses pembelajaran tIdak

terasa monoton bagI peserta dIdIk.

SetIap peserta dIdIk mengIngInkan metode yang berVarIasI, selaIn Itu

metode yang berVarIasI dapat mencakup karakterIstIk peserta dIdIk yang berbeda-

beda. Karena Itu, dalam proses pembelajaran pengajar perlu menggunakan metode

nIs metode , materI ajar, dan kondIsI lIngkungan tempat pembelajaran.


tode pembelajaran dengan baIk. MenjadI seorang pengajar tentu membutuhkan banyak keterampIlan.
Berdasarkan hasIl obserVasI terhadap pelaksanaan pembelajaran BIPA

yang dIlakukan oleh pengajar, dapat dIkatakan bahwa pengajar telah

menggunakan metode pembelajaran yang berVarIasI. ArtInya pengajar BIPA

tIdak hanya bertumpu pada satu metode pembelajaran saja. Beberapa metode

yang dIgunakan adalah: 1) metode ceramah, 2) metode Tanya jawab, 3)

metode dIskusI,

4) metode dIskusI, 5) metode penugasan, dan 5) metode demonstrasI.

Penggunaan metode pembelajaran yang berVarIasI tersebut

dIdasarkan pada pertImbangan atau melIhat bagaImana keadaan dI lapangan


perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
80
atau keadaan sIswa dI kelas. SelaIn Itu, penggunaan metode yang berVarIasI

dIkarenakan belum
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
81

tentu metode yang dIgunakan sesuaI dengan pembelajaran yang dIlaksanakan pada

saat Itu. Oleh karena Itu untuk menutupI ketIdaksesuaIan metode yang tIdak

sesuaI tadI dIgunakanlah metode laIn. JadI pada hakIkatnya dalam

pelaksanaannya seorang pengajar bIsa saja menggunakan lebIh darI satu

metode pembelajaran

pada satu kalI pertemuan. SepertI yang dIungkapkan oleh pengajar RS.

" Jadi setiap hari metode selalu berubah-ubah sesuai dengan


suasana. Jadi maksud saya begini, kalau kelihatannya mereka
sedang lesu kita Pakai metode permaianan. Kalau mereka sedang
misalnya sangat giat misalnya kita bisa metodenya persentasi mereka
maju dan sebagainya, tapi kalau mereka sedang capek, tidak mudeng,
di suruh persentasi juga kan tidak mungkin demonstrasi sehingga
memang kalau saya lebih metode itu saya lihat dulu saat itu mereka
bagaimana. Jadi tidak ada perencanaan dari rumah nanti
metodenya harus ini. Jadi maksudnya gini, yang namanya
mengajar itukan seni kita enggak boleh terpatok pada segala
sesuatu yang direncanakan di rumah yang kita belum ngerti
lapangannya bagaimana, begitu intinyakan seperti itu. Kalau kita
sudah mengatakan ntar tak terangkan dulu habis itu tak tanya
ternyata ketika kita datang mereka ngantuk kalau diterangkan
dulukan enggak akan masuk. Akhirnyakan harus di ubah mungkin kita
harus diskusi, ngomong- ngomong dulu setelah mereka kepentok
mereka kan ada rasa ingin tahu butuh ceramah. Nah itu loh sehingga
memang menurut saya metode itu enggak boleh terpatok pada satu
metode harus bervariasi, tapi variasinya seperti apa bergantung
kepada kondisi pada saat kita masuk kedalam kelas, itu intinya.."
(CLHW 02)
Hal yang serupa juga dIsampaIkan oleh pengajar MA, bahwa dalam

pembelajaran metode yang dIgunakan tIdak hanya satu metode. BIsa dIlIhat

darI pernyataan berIkut.

"Metode tastis, bisa saya berikan tugas kemudian dari tugas


mereka di suruh mengerjakan yang umum seperti itu, atau model
inquiri misalnya mereka mempunyai masalah apa di negaranya
saya yang bisa diceritakan jadi tidak hanya satu metode." (CLHW
03)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
82

SelaIn pengajar RS dan pengajar MA, pengajar TS juga tIdak

hanya menggunakan satu metode dalam pelaksanaan pembelajaran BIPA.

Pengajar TS menggunakan metode yang tIdak bersIfat transkrIptIf, yang

bIsa mencIptakan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
83

sendIrI metode yang dIgunakan dI dalam kelas. Pernyataan Itu dapat dIlIhat pada

kutIpan berIkut.

"Kalau metode saya tida bersifat traskriptif, artinya transkriptif itu


ada metode ini, tapi karena kita sebagai pengajar ya kita
menciptakan sendiri apa gitu ya, kalau tahap awal ya itu tadi
drelling , ada teksnya kemudian kita membuka pertanyaan kepada
siswa hal-hal mendasar yang mereka butuhkan. Kemudian
selanjutnya ada praktik karena sesuai dengan skill kan berarti ada
praktik menulis saya kira itu." (CLHW 04)

MotIVasI yang kuat darI sIswa merupakan kuncI utama keberhasIlan

proses belajar mengajar BIPA. Oleh sebab Itu, apapun harus dIlakukan oleh

lembaga penyelenggara BIPA agar motIVasI tersebut mampu dIbangkItkan dengan

tepat. Penggunaan metode yang berVarIasI juga merupakan salah satu cara

pengajar untuk memotIVasI sIswa dalam pembelajaran. SepertI yang dIkatakan

oleh pengajar RS berIkut.

" Iya, karena ternyata mohon maaf ya di sana kan setiap 2 bulan
sekali mahasiswa diminta untuk menilai beberapa orang dosen dan
ternyata justru karena metode yang saya gunakan itu saya selalu
berada di ranking paling atas karena mereka ternyata suka. Kalau
kita terpatok pokoknya datang harus ceramah dulu habis itu apa itu
kadang jadi mati ya malah diem malah apa itu yang pertama."
(CLHW 02)

Berbeda dengan pengajar RS, cara pengajar BW memotIVasI sIswa

adalah dengan membuat semua sIswa merasa dIbutuhkan. JadI pengajar tIdak

membedakan antara sIswa yang pIntar dan yang kurang pIntar. SepertI

yang terdapat pada pernyataan berIkut.

"Mencoba membuat semua peserta itu merasa dibutuhkan. Artinya


yang pintar pun merasa perlu juga yang tidak pintar. Kemudian yang
masih belum banyak menguasai bahasa Indonesia pun dibuat bahwa
mereka perlu teman-teman yang bisa berbahasa Indonesia. Ketika
sudah saling membutuhkan seperti itu nyaman, artinya tidak ada
yang merasa lebih penting di kelas itu." (CLHW 05)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
84

c. MedIa Pembelajaran BIPA

Pada saat pelaksanaan pembelajaran dIperlukan suatu alat atau medIa

pembelajaran untuk mempermudah pengajar dalam menyampaIakan materI

pembelajaran ke peserta dIdIk. SelaIn mempermudah, juga bIsa membuat

peserta

dIdIk termotIVasI untuk mengIkutI pelajaran. MedIa yang dIpIlIh pengajar harus

sesuaI dengan materI yang dIberIkan.

Berdasarkan hasIl obserVasI terhadap pelaksanaan pembelajaran BIPA

yang telah dIlakukan pengajar, pengajar telah memanfaatkan beberapa medIa

pembelajaran yang efektIf untuk mendukung pembelajaran BIPA. Hal InI sepertI

yang dIungkapkan oleh pengajar RS berIkut.

".Kemudian kita gunakan berbagai media , media gambar,


mungkin film tapi mungkin misalnya ketika saya harus bicara tentang
makanan tradisional saya bawakan makanan tradisional untuk contoh.
Kemudian ini terbuat dari apa gitu. Dan itu menarik karena ternyata
mereka tertarik juga akhirnya mereka masak sendiri masakan dari
Vietnam dibawa ke kelas dosennya di suruh mencicipi. Mereka
cerita ini gambarnya ini kalau itu di Indonesia namanya kangkung
misalnya trus bumbunya ini oh, itu kalau di Indonesia namanya ini
sehingga terus terang pelaksanaannya itu kita lebih kepada mereka
yang aktif. Sehingga kitakan bimbing, kita membantu kalau mereka
kesulitan bahasa dan sebagainya."(CLHW 02)
SelaIn pengajar RS ketIga pengajar yang laIn juga menggunakan

medIa yang berVarIasI. SepertI pernyataan pengajar MA berIkut.

" saya ada pakai video ada.." (CLHW 03)

Pernyataan pengajar TS mengenaI medIa yang dIgunakan sebagaI


perIkut:

"media yang digunakan ini sebagian menggunakan media yang

autentik.." (CLHW 04)


perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
85
BerIkut pernyataan pengajar BW mengenaI medIa yang dIgunakan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
79

"Hampir semua media kita gunakan. Ada media tulis, misalnya ada

media masa majalah kalau media elektrik kita gunakan internet kadang-

kadang saya juga mengajak mereka menonton film Indonesia.."

(CLHW 05)

d. StrategI Pembelajaran BIPA

StrategI pembelajaran yang dIgunakan oleh pengajar BIPA dIsesuaIkan

dengan sItuasI dan keadaan sIswa. Hal InI terlIhat darI pernyataan pengajar RS

berIkut.

"Ya itu tadi, yang namanya mereka jauh dari rumah kadang mereka
bete. Ya mungkin suatu hari kita satu jam hanya untuk bercerita
mungkin kan. Terus nanti baru dilanjutkan, jadi maksud saya strategi
itu sangat bergantung pada siapa yang dihadapi g bisa saya
mengatakan strategi itu nanti harus begini-begini saya enggak.
Pokoknya bagi saya mengajar itu ketika kita memilih satu selalu pilih
materi yang dimana mereka semua bisa urun rembuk tadi, jadi kita
memilih materi yang general. Misalkan seperti musik, itukan tetep
musik Indonesia berbeda tapi intinyakan sama misalkan kita bicara
tentang tari ,kita bicara tentang bagaimana pesta ulangtahun yang
ke 17, itu kan topik-topik general yang mau tidak mau merekan bisa
ngomong itu intinya. Satu pilihlah materi yang menarik bagi mereka.
Yang kedua gunakan metode yang beragam sesuaikan dengan
situasi dan kondisi saat kita menghadapi mereka. Kemudian yang
ketiga kita selalu terbuka terhadap pertanyaan, jadi jangan g bisa
materi kita hari ini ini, kok ada tanyanya itu, itukan akan mematikan
motivasi mereka untuk belajar.." (CLHW 02)

DemIkIan juga apa yang dIsampaIkan oleh pengajar MA:

"...Kalau strategi dalam pembelajaran saya tidak berpatokan pada


1 strategi tertentu misalnya saya masuk ya tergantung pada situasinya
dia itu moodnya bagaimana itu kita ikuti. Jadi misalnya kebetulan dia
itu ada tugas menulis, nah strateginya bisa di suruh membaca atau
bisa juga di suruh menulis di depan. Kadang-kadang dia
membacanya betul menulisnya salah, atau menulisnya betul
membacanya salah nah itu kadang-kadang perlu di cek kedua-
duanya seperti itu. Jadi dengan kata lain apakah itu menulis,
membaca, menyimak, berbicara itu intergretid . Jadi di dalam
proses pembelajaran itu secara otomatis atau secara reflek oh..
sekarang nulis, sekarang baca atau dengarkan cerita saya biasanya
kendala yan g pa l in g b a nyak terjadi pada saat dia
c omm i t to us e r
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
80

mendengarkan cerita kita biasanya asik lalu lupa bahwa ada


mungkin beberapa yang mereka tidak paham." (CLHW 03)

Sedangkan strategI yang dIgunakan oleh pengajar TS:

"Yang pertama ada yang tahap awal itu ada drilling pengucapan itu.
Kemudian kita membuka kesempatan kepada siswa untuk
menyanyakan karena mereka baru ya, menayakan hal-hal yang
bersifat survavial speaking jadi berbicara untuk bisa apa ya bisa
hidup atau bisa berkomunikasi dalam komunikasi dasar itu. Trus
kalau yang akademik arahnya sudah pada surat kabar pada jenis-
jenis teks seperti itu." (CLHW 04)

Berdasarkan beberapa pernyataan dI atas dapat dIambIl

kesImpulan bahwa para pengajar dalam proses belajar mengajar tIdak

bergantung pada satu strategI. Pengajar menggunakan strategI yang berVarIasI

yang dIsesuaIkan dengan kondIsI dan keadaan sIswa.

e. PenIlaIan Pembelajaran BIPA

Salah satu tugas dalam profesI keguruan adalah melakukan penIlaIan

terhadap setIap kegIatan yang terselenggara dalam proses pembelajaran. Hal InI

berpangkal darI suatu fakta yang bersIfat kondratI tentang keIngIntahuan

darI setIap manusIa mengenaI wujud darI hasIl aktIVItas yang telah

dIselenggarakannya, baIk yang berdImensI kuantItas maupun yang mengarah pada

aspek kualItas. Dengan demIkIan, penIlaIan dalam proses pembelajaran

merupakan sebuah komponen yang tIdak dapat dIsangsIkan fungsI dan

peranannya. Dengan kata laIn bahwa kegIatan penIlaIan adalah sebuah bagIan

yang Integral dalam proses pembelajaran Itu sendIrI.

Tanpa ada kegIatan penIlaIan tIdak akan mungkIn seorang pengajar dapat

mengembangkan atau memperbaIkI proses pembelajaran yang dIlaksanakan

karena tIdak tersedIanya InformasI yang akurat tentang kelebIhan/keuntungan


perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
81

maupun kekurangan/kelemahan darI berbagaI praktIk-praktIk yang telah

dIlakukannya dI dalam proses pembelajaran Itu sendIrI. DemIkIan pula

bahwa dengan kegIatan penIlaIan akan dIperoleh data tentang sejauh mana

penguasaan peserta dIdIk terhadap bahan yang telah tersajI dalam InteraksI

belajar mengajar

dan sekalIgus juga dapat dIketahuI efektIfItas dan efesIensI program pengajaran yang telah dIla
Berdasarkan hasIl wawancara dan obserVasI yang dIlakukan penelItI pada kegIatan pembelaja
" Oh enggak selama proses pembelajaran berlangsung". (CLHW 02)

Pernyataan tersebut dI pertegas oleh pengajar MA.

"Ada mid ada. Yang jelas begini pada akhirnya nanti itu peserta
memperoleh 4 skil, 4 nilai itu, hanya pelaksanaannya itu tidak
terjadwal bergantung. Ada pendekatan proses, ada penilaian proses
jadi aktivitas di kelasnya itu bagaimana itu aktif apa enggak itu akan
menentukan juga akan memberikan pengaruh kepada nilai yang
secara terjadwal itu di jadwalkan, tapi disamping itu aktivitas di
kelas juga ikut diperhatikan seperti itu." (CLHW 03)

Pernyataan yang sama juga dIungkapkan oleh pengajar TS.

"Ya 2, dari prosesnya itu justru dari proses itulah kemampuan yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
82
sesungguhnya. Tapi juga ada diadakan tes 2 kali ya tes jadi diadakan

tes
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
83

itu secara formal diadakan untuk mengukur kemampuan skill

peserta didik." (CLHW 04)

Pernyataan darI ketIga pengajar tadI dI perkuat lagI oleh

pernyataan pengajar BW sebagaI berIkut.

"Ada empat aspek yang dinilai sama saja sebenarnya.

Mendengarkan, membaca, menulis, berbicara, tetapi yang lebih

penting dari itu sebenarnya kan prosesnya. Proses ketika mereka

belajar di kelas itu saya rasa jauh lebih menarik dari pada saat

mereka mengerjakan tes. Meskipun dua-duanya menjadi sebuah

standar ukuran juga harus kita nilai juga. Artinya ada nilai proses ada

nilai akhir juga.." (CLHW 05)

PenIlaIan proses yang dIlakukan oleh pengajar pada saat pelaksanaan

pembelajaran BIPA dIlakukan secara terIntegratIf pada keempat keterampIlan

berbahasa. PenIlaIan proses yang dIlakukan tIdak terpIsah antara keterampIlan

yang satu dengan yang laIn. SepertI yang penelItI lIhat pada saat proses

pelaksanaan pembelajaran yang dI ajar oleh pengajar BW. Pada saat Itu

pengajar BW menyuruh beberapa sIswa untuk membcakan sebuah dIalog yang

ada pada buku teks mereka dan sIswa yang laIn mendengarkan dIalog yang

dIbIcarakan oleh teman mereka. DarI kegIatan tersebut pengajar BW

melakukan penIlaIan proses membaca dan menyImak.

PenIlaIan proses yang sama juga terjadI pada saat pelaksanaan

pembelajaran yang dIlakukan oleh pengajar MA. Pengajar MA memerIntahkan

sIswa untuk membuat karangan tentang tokoh terkenal dI daerah mereka


perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
84
masIng- masIng setelah Itu setIap sIswa membacakan hasIl pekerjaannya

tadI. DarI
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
85

kegIatan InI pengajar MA telah melakukan penIlaIan proses yang terdIrI darI

keterampIlan menulIs, berbIcara, membaca, dan menyImak.

4. Kendala yang Dihadapi dalam Pembelajaran BIPA

DunIa pendIdIkan dalam kenyataannya penuh dengan kompleksItas

yang sangat kompleks, dalam memberIkan pendIdIkan kepada anak dIdIk

tIdak semuanya susuaI dengan rencana dan kemauan pengajar. Ada saja

masalah yang dIhadapI, tIdak hanya berasal darI guru, tetapI juga darI sIswa

dan faktor laIn. Hal InI merupakan masalah yang harus dIatasI agar apa yang

telah dIrencanakan oleh pengajar dapat dIselesaIkan sesuaI dengan

harapan.

Berdasarkan hasIl wawancara dan hasIl obserVasI dapat dIkatakan bahwa

dalam pembelajaran BIPA dI UPT P2B, Kendala yang dIhadapI bIsa berasal

darI guru, sIswa, sarana dan prasarana. Hal tersebut dapat dIlIhat darI hasIl

wawancara dengan TA yaItu sebagaI berIkut:

"Kendala banyak kadang dari mahasiswa kadang dari dosen

misalkan karena sibuk kadang harus ini kemudian diganti itunya

prosesnya kalau itu mau dibicarakan teknis.." (CLHW 01)

Bahasa pengantar juga merupakan kendala yang dI hadapI pengajar

pada awal pertemuan pembelajaran BIPA. hal InI sepertI yang dIungkapkan

oleh pengajar RS.

"Jadi masalah pada saya justru ketika mereka masuk pertama


kendalanya ada pada bahasa pengantar yang idealnya mestinya Pakai
bahasa Indonesia". Pengajar RS juga menambahkan " Nah itu,
kalau saya mengarahnya kendalanya ke bahasa itu. yang lainnya
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
86
menurut saya g sih, kalau saya pas saya masuk juga mereka g
pernah bolos. Tapi ada
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
87

juga di kelas lain yang beberapa orang itu sering bolos nah itukan
masalah juga, artinya ya." (CLHW 02)

Kendala pada bahasa pengantar tIdak hanya dI alamI oleh pengajar

MA dan pengajar RS, tetapI pengajar TS dan pengajar BW juga mengalamI

kendala yang sama. Hal InI bIsa dIlIhat darI petIkan wawancara berIkut InI.

"Hambatannya ketika saat pertama . pertamakali karena mereka nol


sama sekali belum bisa berbahasa Indonesia juga kemampuan bahasa
Inggrisnya rendah jadi agak kesulitan ketika pertama. Ketika saya
sampaikan bahasa Inggris mereka juga tidak sepenuhnya menangkap
Pakai bahasa Indonesia juga belum.." (CLHW 04)

Pernyataan pengajar BW sebagaI berIkut.

"bahasa tentunya .." (CLHW 05)

Kendala yang dIhadapI selaIn berasal darI mahasIswa juga berasal darI

pengajar. SepertI yang dIungkapkan oleh pengajar MA berIkut.

"Kendalanya ini, jadi karena mereka penutur asing ya, jadi kadang
saya kendalanya itu begini. Kadang saya bercerita dengan asiknya tapi
tanpa sadar bahwa sebetulnya ada beberapa kata atau ungkapan
yang saya sampaikan mereka belum paham. Nah itu kadang-
kadang yang bagi saya, terutama saya ya itu lupa kadang-kadang."
(CLHW 03)

Kendala laIn yang dIrasakan kurang oleh sIswa adalah berkaItan

dengan waktu. Menurut mereka waktu yang tersedIa, selama beberapa leVel Itu

dIanggap masIh kurang untuk mereka. Mereka masIh merasa perlu latIhan

tambahan untuk memperlancar bahasa IndonesIa mereka.

Kendala dalam pembelajaran BIPA selaIn berasal darI pengajar dan

sIswa juga berasal darI faktor sarana dan prasarana. Sebenarnya sarana dan

prasarana yang dImIlIkI UPT P2B sudah cukup memadaI. Hanya saja untuk
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
88
pembelajaran
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
89

BIPA kegIatan pembelajaran hanya dIlaksanakan dI kelas saja sedangkan

sarana yang sudah tersedIa belum dIgunakan sepertI lab.

DarI pernyataan dI atas dapat dIkatakan bahwa kendala yang dIhadapI

pada pembelajaran BIPA selaIn datang darI sIswa, pengajar juga darI sarana

dan prasarana. JadI kadang dalam pelaksanaan pembelajaran pada saat

menyampaIkan materI pengajar terlalu cepat dalam berbIcara.

5. Upaya untuk Mengatasi Kendala dalam Pembelajaran BIPA

Berdasarkan hasIl temuan dI lapangan, dapat dIpaparkan beberapa

upaya untuk mengatasI kendala yang dIhadapI dalam pembelajaran BIPA.

Cara-cara tersebut dIuraIkan sebagaI berIkut.

Untuk mengatasI hambatan yang berasal darI pengajar yang

dIkarenakan pengajar tIdak bIsa hadIr, bIsa dIatasI dengan menggantI dI harI

yang laIn. SepertI yang dIungkapkan oleh TA berIkut. " makanya sampaikan

kalau terpaksa kosong tidak boleh hilang pertemuannya. Diganti hari lain

untuk mengganti yang hilang". (CLHW 01) Pernyataan laIn darI TA yang

juga memperkuat pernyataan sebelumnya yaItu "Kendala banyak kadang

dari mahasiswa kadang dari dosen misalkan karena sibuk kadang harus ini

kemudian diganti itunya prosesnya kalau itu mau dibicarakan teknis" (CLHW

01)

Kendala yang berasal darI pengajar yang berkaItan dengan terlalu

cepat pengajar dalam menjelaskan materI, menurut pengajar MA hal Itu

dapat dIatasI dengan mengecek pemahaman sIswa dan berbIcara lebIh


perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
90
pelan. Pernyataan pengajar MA terlIhat darI kutIpan berIkut.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
91

"Makanya setiap jeda itu selalu kita cek pemahaman mereka itu,
tentang apa yang saya sampaikan itu dengan memberikan pertanyaan-
pertanyan berkaiatan dengan penjelasan saya itu dia paham apa
belum, kalau belum berarti apa yang saya sampiakan tadi belum
paham sehingga saya harus mengubah pula dengan berbicara lebih
pelan, dengan ritme yang pelan supaya mereka bisa memahami lebih
bagus." (CLHW 03)

Kendala berbIcara yang cepat juga bIsa dI atasI oleh pengajar BW

dengan berbIcara lebIh pelan dan dIulang-ulang. Pernyataan tersebut dapat

dIlIhat pada kutIpan berIkut.

"Kita juga harus menyesuaikan tidak hanya kejelasan tetapi


mungkin tempo juga. Tidak mungkin saya berbicara dengan mereka
itu secepat ketika saya berbicara dengan orang Indonesia sendiri. Jadi
mungkin tadi Mbk Rini juga tahu saya harus yangomongnya pelan-
pelan artinya apa ya harus diulang-ulang segala macam.." (CLHW
05)

Hambatan yang dIkarenakan bahasa pengantar pada saat awal pertemuan

bIsa dIatasI oleh pengajar RS dengan cara tIdak terlalu memaksakan

mereka untuk tetap menggunakan bahasa IndonesIa. Hal InI bIsa dIlIhat darI

pernyataan berIkut.

"Tapi sebenarnya itu juga enggak masalah kalau memang mereka

datangnya nol kalau kita paksakan pakai bahasa Indonesia saja

mereka enggak mudeng malah mereka stress kan. Itu intinya, tapi

idealnya sebaiknya kalau bisa pakai bahasa Indonesia". (CLHW 02)

Cara laIn dIlakukan oleh pengajar TS untuk mengatasI kendala

pada bahasa pengantar dI awal pertemuan. Kendala tersebut pengajar TS atasI

dengan cara memperlIhatkan gambar, atau memperagakan dan menunjukkan

yang tIdak mereka ketahuI. BIsa dIlIhat darI pernyataan berIkut."Bisa dengan

gambar, bisa dengan memperagakan dan menunjukkan apa gitu". (CLHW


perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
92
04)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
93

Upaya yang dIlakukan pengajar TS dI perkuat dengan pernyataan

pengajar BW sebagaI berIkut.

"ada banyak hal misalnya kita dibantu dengan internet. Tidak tahu
apa yang saya maksudkan saya bukakan di internet iniloh yang
saya maksudkan. Kadang-kadang juga harus dengan kita harus
menggunakan bahasa asing sedikit-sedikit harus berbahasa apa ya
bahasa Inggris, karena bahasa Inggriskan bahasa yang umum.
Harus kita campurkan itu. ya mereka rata-rata sudah membawa
kamus. Jadi teman yang sudah mahir berbahasa Indonesia dan
bahasa inggrisnya bagus kita libatkan. Artnya untuk membangun
sebuah kelas yang bagus kita tidak bisa sendirian semua harus
terlibat. Untuk mengatasi hal itu ya tadi semua harus dipentingkan,
merasa membutuhkan." (CLHW 05)

Upaya yang dIlakukan pIhak sekolah dalam mengatasI kendala dalam

hal sarana prasarana dapat dI atasI dengan menggunakan secara maksImal

fasIlItas yang memang sudah terdapat dI UPT P2B. BerkaItan dengan waktu

yang telah dIsedIakan untuk pelatIhan BIPA upaya yang dIlakukan dengan

menambah waktu dI luar jam pelatIhan, tetapI dI luar waktu pelatIhan InI

proses pelatIhan dIdampIngI oleh tutor yaItu sIswa yang dItunjuk oleh

lembaga untuk menjadI pelatIh sIswa asIng tersebut untuk bIsa berkomunIkasI

bahasa IndonesIa yang sIfatnya santaI.

C. Pembahasan Hasil Penelitian

1. Persepsi Pengajar terhadap Pembelajaran BIPA

Sukses tIdaknya suatu proses pembelajaran sangat dItentukan oleh

pemegang kendalI pelaksana belajar mengajar tersebut. Pengajar yang

berkualItas cenderung menghasIlkan pembelajaran yang berkualItas,


perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
94

demIkIan pula sebalIknya. Oleh sebab Itu, pengajar BIPA hendaknya tIdak

hanya memIlIkI
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
95

kompetensI, performansI, dan sIkap kebahasaIndonesIaan yang baIk. Akan

tetapI, juga memIlIkI wawasan kependIdIkan yang memadaI. Ada baIknya

pengajar memIlIkI rasa humor, fleksIbel, punya kendalI emosI, matang dalam

keprIbadIan, memahamI kondIsI pembelajar, memIlIkI bakat guru, punya

wawasan kebangsaan yang kuat, dan laIn-laIn. JadI, dIsampIng sumber daya

manusIa, sumber daya InsanI hendaknya juga dImIlIkI pengajar.

Seorang pengajar dalam mengajar terlebIh dahulu harus mengetahuI,

memahamI apa yang akan dIajarkan kepada sIswa. Dalam penyampaIan mata

pelajaran apa pun tIdak akan terlepas darI hal tersebut karena dengan

memahamI mata pelajaran yang akan dIsampaIkan maka tujuan pembelajaran

yang dIterapkan akan dapat dIcapaI sehIngga pembelajaran menghasIlkan

pemahaman yang baIk bagI sIswa.

Sebelum proses pembelajaran berlangsung guru harus memahamI

kurIkulum. KurIkulum InI dIjabarkan dalam sIlabus. DarI sIlabus dIperoleh

IndIkator-IndIkator untuk mencapaI kompetensI yang dIIngInkan. SIlabus

dIjabarkan dalam Rencana Pelaksanaan Pembelajaran. Rencana Pelaksanaan

Pembelajaran InI memuat IndIkator, materI pelajaran, metode, sumber belajar,

dan penIlaIan.

SebagaI pelaksana pembelajaran, pengajar wajIb menguasaI

komponen pembelajaran dan mampu menyajIkannya kepada peserta dIdIk

hIngga mereka mampu menyerap dan menguasaI dan menggunakan Bahasa

IndonesIa sebagaI mana tujuan darI pembelajaran BIPA.


perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
96

Pengetahuan pengajar terhadap tujuan pembelajaran BIPA,

karakterIstIk peserta dIdIk, sosIal psIkologIs peserta dIdIk, serta tIngkat

kebutuhan penggunaan bahasa IndonesIa bagI peserta dIdIk merupakan

pIjakan dasar bagI pegajar dalam merecanakan program pengajaran.

Penyusunan dan penyIapan bahan ajar yang seIdentIk mungkIn dengan

kebutuhan berbahasa IndonesIa peserta dIdIk

MelaluI temuan dI lapangan, dan darI hasIl analIsIs data dapat

dIkatakan bahwa pengajar telah memIlIkI persepsI yang posItIf terhadap

pembelajaran BIPA. PersepsI yang posItIf Itu tercermIn melaluI pemIkIran,

pandangan, tIndakan dan sIkap yang kemudIan dIaplIkasIkan dalam kegIatan

pembelajaran dI lembaga tempat pengajar mengajar. Pembelajaran BIPA

tIdak terlepas darI keterampIlan berbahasa, oleh sebab Itu dalam hal

penyampaIan materI pengajar menekankan pada keempat aspek

keterampIlan berbahasa tersebut.

Dalam hal pemahaman terhadap tujuan pembelajaran BIPA

pengajar telah memahamI tujuan pembelajaran BIPA yaItu untuk

mengembangkan kemampuan komunIkatIf bahasa IndonesIa (baIk lIsan

maupun tulIsan), serta mengenalkan budaya dan tradIsI IndonesIa kepada

peserta pelatIhan.

2. Perencanaan Pembelajaran BIPA

Perencanaan pembelajaran merupakan kegIatan serta usaha pengajar

baIk sendIrI ataupun kelompok. Perencanaan pembelajaran tersebut dIgunakan


perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
97
untuk menyusun dan mengumpulkan materI pembelajaran, menyesuaIkan

penyusunan seperangkat materI dengan jadwal pembelajaran yang telah

dItetapkan dalam kurIkulum serta sIlabus pembelajaran. Perencanaan juga

mencakup pengujIan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
98

hasIl pembelajaran serta penIlaIan kemampuan peserta dIdIk dalam mengIkutI

pelaksanaan pembelajaran. Pengumpulan dan penyusunam materI mengacu pada

tujuan yang akan dIcapaI setelah proses pengajaran berakhIr.

DIan Sukmana, (2005:3) memaparkan, Perencanaan pembelajaran

melIputI langkah-langkah yang harus dIpersIapkan oleh guru agar dapat

menyajIkan seperangkat kegIatan kurIkulum. Sebelum dIlaksanakannya

kegIatan pembelajaran sekalIgus mampu mempredIksI hasIl belajar yang layak

dan harus dIcapaI.

Kemampuan pengajar dalam merencanakan sIstematIk pembelajaran

menuntut penguasaan dan pemahaman pengajar mengenaI persepsI pembelajaran,

tujuan yang akan dIcapaI serta penguasaan materI pembelajaran yang

dItetapkan sebagaI kurIkulum pembelajaran, denga kata laIn pelaksanaan

kurIkulum yang telah dItetapkan memerlukan pemahaman pengajar terhadap

kurIkulum Itu sendIrI yang mencakup pengertIan pengajar tentang, standar

kompetensI, kompetensI dasar, IndIcator serta materI pokok.

Perencanaan pembelajaran BIPA pada dasarnya merupakan suatu usaha

atau upaya pengajar untuk mempersIapkan perangkat pembelajaran yang dapat

dIgunakan untuk meunjang keberhasIlan kegIatan belajar mengajar antara

peserta dIdIk dan pengajar dalam memahamI bahasa IndonesIa. KegIatan

penyusunan perangkat pembelajaran dImaksudkan untuk mencapaI kompetensI

dasar yang telah dItetapkan dalam kurIkulum. SebagaI langkah awal dan

merupakan tahap persIapan dalam pembelajaran, perencanaan pembelajaran

memIlIkI peranan yang sangat pentIng sebelum pembelajaran dIlaksanakan.


perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
99
KualItas proses pembelajaran
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
100

yang dIlaksanakan maupun produk yang dIhasIlkan sangat dIpengaruhI

oleh perencanaan yang baIk, terarah dan terprogram secara matang. SemakIn

baIk perencanaan yang dIbuat atau dIsusun oleh pengajar, dIharapkan semakIn

baIk pula pelaksanaan pembelajaran maupun produk yang dIhasIlkan oleh

pengajar. Oleh karena Itu seorang pengajar harus mampu menyusun

perencanaan pembelajaran dengan baIk, yang dIsesuaIkan dengan sItuasI dan

kondIsI peserta dIdIk, kelas, maupun tempat belajar.

Berdasarkan hasIl wawancara maupun analIsIs dokumen yang ada,

dapat dIketahuI bahwa sIstem penyusunan program pembelajaran BIPA dI

UPT P2B dIsusun secara bersama-sama oleh tIm pengajar. DarI perencanaan

yang telah dIbuat tersebut pengajar tInggal melaksanakannya, tetapI

pelaksanaannya dIsesuaIkan dengan kondIsI dI kelas. SIlabus dan buku

ajar sudah dIsIapkan, tetapI untuk Rencana Pelaksanaan Pembelajaran,

pengajar tIdak dIwajIbkan untuk membuat.

Pelaksanaan pembelajaran BIPA pada umumnya berjalan dengan baIk

walaupun para pengajar tIdak mempersIapkan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran

sebelum pelajaran dImulaI. Sebenarnya dalam Rencana Pelaksanaan Pembelajaran

terdapat banyak hal yang dapat menjadI acuan dalam pelaksanaan

pembelajaran sepertI tujuan, materI, medIa, sumber bahan dan laIn sebagaInya.

Dengan adanya RPP maka pembelajaran dapat terarah dan mencapaI tujuan yang

telah dItetapkan. Berdasarkan data dIlapangan mengenaI perangkat

pembelajaran yang dIgunakan pengajar BIPA, dapat dIkatakan bahwa pengajar

sudah merencanakan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
101

kegIatan pembelajaran, namun perencanaan pembelajaran yang dIbuat belum

sepenuhnya tepat.

3. Pelaksanaan Pembelajaran BIPA

Pembelajaran adalah suatu kombInasI yang tersusun melIputI unsur-unsur manusIawI, materIal,
suatu sIstem kurIkulum.

Pelaksanaan pembelajaran adalah operasIonalIsasI darI perencanaan

pembelajaran, sehIngga tIdak lepas darI perencanaan pengajaran /

pembelajaran/ pemelajaran yang sudah dIbuat. Oleh karenanya dalam

pelaksanaannya akan sangat tergantung pada bagaImana perencanaan

pengajaran sebagaI operasIonalIsasI darI sebuah kurIkulum.

Berdasarkan hasIl temuan dI lapangan, dapat dIketahuI bahwa

pelaksanaan pembelajaran BIPA yang dIlaksanakan oleh tIm pengajar

sudah mengarah pada empat aspek keterampIlan berbahasa. Pola kegIatan


perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
102
pembelajaran
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
103

BIPA berjalan dua arah, jadI kegIatan pembelajaran tIdak hanya dIdomInasI

oleh pengajar tetapI peserta dIdIk juga berperan aktIf pada saat proses

pembelajaran. KegIatan pembelajaran yang sudah mengarah pada

kemampuan berbahasa IndonesIa InI terlIhat darI beberapa komponen

pembelajaran, yaItu materI pembelajaran BIPA, metode pembelajaran BIPA,

medIa pembelajaran BIPA, dan strategI pembelajaran BIPA.

DIlIhat darI sIsI materI pembelajaran, materI pembelajaran yang

dIterapkan pengajar sudah sesuaI dengan kompetensI dasar yang dIajarkan. MaterI

pembelajaran bahasa IndonesIa sudah mencakup keempat aspek kebahasaan.

MaterI yang dIgunakan pengajar tIdak hanya darI buku pegangan yang

sudah menjadI pedoman dalam mengajar, tetapI pengajar juga mencarI atau

menambah materI-materI yang masIh releVan dengan topIk yang akan

dIajarkan darI Internet maupun darI medIa yang laInnya. PemIlIhan materI

BIPA juga telah sesuaI dengan tIngkat perkembangan sIswa, serta

menyesuaIkan dengan tema dalam pembelajaran bahasa IndonesIa. Hal InI

dImaksudkan agar sesuaI dengan perkembangan jIwanya serta daya

nalarnya.

DarI sIsI pemIlIhan metode, metode yang akan dIgunakan dalam

proses pembelajaran merupakan salah satu faktor yang menentukan

keberhasIlan kegIatan pembelajaran. Oleh sebab Itu pengajar wajIb menguasaI

dan memIlIh metode pengajaran yang sesuaI dengan materI yang akan

dIpaparkan. Dalam pelaksanaan pembelajaran BIPA pengajar tIdak hanya

menggunakan satu metode saja, tetapI menggunakan metode yang


perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
104
berVarIasI.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
105

Sebenarnya, tIdak ada satupun metode pembelajaran yang dIanggap

palIng baIk atau tIdak baIk dalam pembelajaran. BaIk atau tIdaknya suatu

metode tergantung pada karakter materI pelajaran yang sedang dIbahas.

Ada materI pelajaran yang sesuaI dengan metode ceramah, tanya jawab,

pemberIan tugas,

demonstrasI, eksperImen atau resItasI dan pemberIan tugas.

Penggunaan beberapa metode pembelajaran tersebut dapat mencIptakan

suasana pembelajaran yang baIk. Secara tIdak langsung metode pembelajaran

yang berVarIasI dapat menImbulkan semangat dan motIVasI peserta dIdIk

dalam proses belajar. Penerapan metode yang berVarIasI akan menghIndarkan

peserta dIdIk darI kejenuhan. Hal InI sesuaI dengan pendapat Nana Sudjana

(1986:69) bahwa dalam praktIk mengajar metode yang baIk dIgunakan

adalah metode mengajar yang berVarIasI/ kombInasI darI beberapa metode.

Pernyataan Nana tersebut dI perkuat oleh pendapat SyaIful BahrI Djamarah

(1996:83), juga berpendapat bahwa penggunaan metode yang tIdak

berVarIasI akan mengakIbatkan pengajaran monoton dan membosankan.

ApabIla hal Itu terjadI peserta dIdIk akan kehIlangan mInat dan gaIrah untuk

belajar.

Metode pembelajaran yang dIterapkan tIm pengajar dImaksudkan agar

peserta dIdIk tIdak bosan pada saat pembelajaran. Berdasarkan hasIl obserVasI

terhadap pelaksanaan pembelajaran drama yang dIlakukan tIm pengajar, dapat

dIlaporkan bahwa pengajar menggunakan metode yang berVarIasI. Beberapa

metode yang dIgunakan adalah: (1) metode ceramah, (2) metode Tanya jawab,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
106
(3) metode dIskusI, (4) metode penugasan, dan (5) metode demonstrasI.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
107

DIlIhat darI sIsI medIa pembelajaran, tIm pengajar telah memanfaatkan

beberapa medIa pembelajaran yang efektIf untuk mendukung pembelajaran

BIPA. MedIa yang dIgunakan pengajar untuk mendukung kegIatan

pembelajaran antara laIn medIa koran, majalah, gambar-gambar, VIdeo, lagu-

lagu, maupun Internet. Penggunaan medIa dapat memberIkan pengaruh posItIf

bagI sIswa untuk mencapaI tujuan pembelajaran. Pengaruh posItIf tersebut

antara laIn medIa dapat dIgunakan sebagaI alat bantu yang dIgunakan pengajar

untuk memotIVasI belajar peserta dIdIk, memperjelas InformasI atau pesan

pelajaran, memberIkan tekanan pada bagIan-bagIan yang pentIng, memberIkan

VarIasI pada proses pembelajaran, dan mengurangI rasa jenuh atau

menghIndarkan kebosanan pada sIswa.

DIlIhat darI sIsI strategI pembelajaran, strategI pembelajaran yang

dIgunakan pengajar sudah sesuaI dengan materI yang dIajarkan. Pengajar

menggunakan tIdak hanya satu strategI tetapI menggunakan strategI yang

berVarIasI. SepertI yang dIungkapkan oleh Bu RahenI bahwa strategI yang

dIgunakan Itu sangat bergantung sIapa yang dIhadapI dan strategI juga tIdak

bIsa dItentukan, jadI dIsesuaIkan dengan kondIsI dI kelas. Untuk tahap awal

pembelajaran Pak Teguh menggunakan strategI drIllIng. Sedangkan Pak

budI strategI yang dIgunakan berdasarkan ImproVIsasI pengajar Itu sendIrI.

DarI sIsI penIlaIan, dalam proses pembelajaran tentu adanya suatu

penIlaIan. PenIlaIan dalam konteks pendIdIkan dImaksudkan sebagaI suatu

kegIatan untuk mengetahuI perkembangan dan kemajuan hasIl belajar

sIswa selama kegIatan pembelajaran. SarwIjI SuwandI (2005:3) mengatakan


perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
108
bahwa
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
109

penIlaIan adalah suatu proses untuk mengetahuI apakah suatu program

telah sesuaI dengan dengan tujuan atau crIterIa yang telah dItetapkan.

PenIlaIan mempunyaI tujuan untuk: (1) mengetahuI ketercapaIan

tujuan pembelajaran, (2) mengetahuI kInerja belajar sIswa, (3) mengetahuI

kesulItan belajar sIswa, (4) memberIkan umpan balIk terhadap penIngkatan

mutu program pembelajaran, (5) menjadI alat pendorong dalam

menIngkatkan kemampuan sIswa, (6) menjadI bahan pertImbangan dalam

menentukan jurusan, kenaIkan kelas, atau kelulusan, (7) menjadI alat penjamIn,

pengawasan , dan pengendalIan mutu pendIdIkan, dan (8) merupakan

bentuk akuntabIlItas penyelenggaraan pendIdIkan kepada masyarakat jIka

penIlaIan dIlakukan secara sIstematIk.

PenIlaIan yang dIlakukan dalam pembelajaran BIPA dapat

dIlakukan sebelum, sesaat, dan sesudah kegIatan pembelajaran, atau

dengan kata laIn penIlaIan dapat dIlaksanakan selama proses pembelajaran

dan setelah proses pembelajaran. PenIlaIan yang dIlakukan dapat dIlakukan

dengan menggunakan tes maupun non tes.

Berdasarkan hasIl wawancara dengan pengajar, penIlaIan

pembelajaran BIPA selaIn dIlaksanakan setelah proses pembelajaran juga

dIlaksanakan sebelum atau saat pelajaran berlangsung. PenIlaIan proses

dIlakukan melaluI pengamatan terhadap seluruh aktIVItas yang dIlakukan sIswa

selama proses pembelajaran. PenIlaIan proses yang dIlaksanakan untuk

menIlaI keempat keterampIlan berbahasa tIdak dIlakukan secara terpIsah,

tetapI penIlaIan Itu dIlakukan secara terIntegratIf. PenIlaIan hasIl dIlakukan


perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
110
pada saat pengajar memberIkan latIhan atau tes pada sIswa. PenIlaIannya

dIlakukan dengan tes maupun non tes.


perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
111

4. Kendala yang Dihadapai dalam Pembelajaran BIPA

Pelaksanaan pembelajaran BIPA dI UPT P2B terdapat beberapa

kendala- kendala yang dIhadapI oleh pengajar. Kendala-kendala tersebut

merupakan suatu masalah yang harus dIcarI jalan keluarnya baIk oleh

pengajar maupun penyelenggara pendIdIkan. Kendala yang dIalamI tersebut

apabIla tIdak dI carI jalan keluarnya bIsa berdampak pada hasIl pembelajaran

Itu sendIrI dan juga bIsa menjadI masalah yang akan terulang dI waktu yang

laIn.

DarI hasIl wawancara dan obserVasI, tIdak terdapat banyak kendala

yang dIhadapI pengajar dalam pembelajaran BIPA. Kendala yang dItemukan

dI lapangan yang berasal darI pengajar adalah terlalu cepat atau terlalu

asIknya pengajar pada saat menerangkan suatu materI kepada peserta dIdIk.

Pengajar tIdak menyadarI bahwa yang dI ajar adalah mahasIswa yang baru

mulaI belajar bahasa IndonesIa. Penjelasan atau cara bIcara yang terlalu cepat

bIsa mengakIbatkan peserta dIdIk kesulItan dalam menerIma penjelasan atau

materI yang dIsampaIkan oleh pengajar karena pelaksanaan pembelajaran

BIPA InI peserta dIdIknya merupakan mahasIswa yang tIdak mengetahu

bahasa IndonesIa atau mahasIswa yang baru belajar bahasa IndonesIa.

Kendala laIn yang juga berasal darI pengajar karena pengajar sIbuk atau

sedang ada urusan yang sangat pentIng yang tIdak bIsa dItunda.

Kendala pelaksanaan pembelajaran yang bersumber darI sIswa adalah

bahasa pengantar yang dIgunakan oleh pengajar dan peserta dIdIk pada
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
112
awal pertemuan. Peserta dIdIk pembelajaran BIPA InI berasal darI berbagaI

negara,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
113

budaya, dan latar belakang yang berbeda. DarI beberapa sIswa yang mengIkutI

pelatIhan BIPA banyak yang masIh kemampuan bahasa IndonesIanya masIh

nol sama sekalI sepertI yang dIkatakan oleh TA.

Kendala laIn yang dI rasakan oleh sIswa yaItu kurangnya waktu

pelatIhan. Waktu pelatIhan yang tersedIa sudah bIsa membuat mereka

mengertI dan bIsa berkomunIkasI dengan orang laIn, tetapI masIh kurang

untuk dalam sItuasI yang formal. SelaIn kendala yang sudah dIsampaIkan dI

atas juga kendala yang dIakIbatkan kurangnya pemanfaatan sarana dan

prasarana yang ada. Pelaksanaan pembelajaran BIPA hanya dIlakukan dI

dalam kelas dan tIdak memanfaatkan lab yang tersedIa dI UPT P2B.

5. Upaya Mengatasi Kendala dalam Pembelajaran BIPA

Berdasarkan temuan dI lapangan, dapat dIpaparkan beberapa

upaya pengajar untuk mengatasI kendala-kendala yang dahadapI pada

pembelajaran BIPA.

Upaya yang dIlakukan pengajar untuk mengatasI kendala yang

berhubungan dengan ketIdakhadIran pengajar yang dIkarenakan kesIbukan darI

pengajar tersebut adalah dengan cara menggantI pertemuan yang kosong

tersebut dI harI yang laIn. Tentunya pergantIan harI Itu sebelumnya sudah

dIsepakatI bersama antara pengajar dan peserta dIdIk. Karena peraturan yang

ada dI UPT P2B khususnya program BIPA InI jumlah pertemuannya harus 22

kalI tIdak boleh kurang.


perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
114

Upaya pengajar untuk mengatasI terlalu cepatnya dalam berbIcara atau

dalam menjelaskan materI adalah setIap jeda pemahaman peserta dIdIk selalu

dI cek. Cara mengeceknya dengan cara memberIkan pertanyaan-pertanyaan

yang berkaItan dengan penjelasan yang telah dIsampaIkan oleh pengajar.

DarI pertanyaan-pertanyaan yang dIajukan pengajar bIsa dIketahuI apakah peserta

dIdIk sudah paham apa belum bIsa dIlIhat darI hasIl jawaban peserta dIdIk.

ApabIla ternyata peserta dIdIk belum paham dengan materI yang telah

dIsampIkan pengajar, maka pengajar mengubah cara berbIcaranya menjadI

lebIh pelan. SelaIn mengubah tempo bIcara juga dengan mengulang-ngulang

apa yang belum mereka pahamI.

Upaya pengajar untuk mengatasI kendala bahasa pengantar yang

dIgunakan pada awal pertemuan caranya dengan gambar, memperagakan atau

menunjukkan kata yang dImaksud yang tIdak dImengertI oleh peserta dIdIk.

Cara laIn adalah pada awal pertemuan pengajar juga tIdak terlalu memaksakan

peserta dIdIk untuk menggunakan bahasa IndonesIa karena peserta dIdIk

yang Ikut program BIPA banyak yang datangnya darI nol, peserta dIdIk

yang memang belum sama sekalI tahu berbIcara bahasa IndonesIa. Kadang

untuk membuat peserta mengertI dengan apa yang dImaksud pengajar

sesekalI masIh harus menggunakan bahasa asIng.

Upaya pengajar untuk mengatasI waktu yang dIrasakan kurang oleh

sIswa dI atasI dengan menambah waktu belajar dI luar waktu yang sudah dI

jadwalkan dI UPT P2B. pelaksanaannya tIdak dIbImbIng oleh pengajar

tetapI
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
100

dIbImbIng oleh tutor, yaItu sIswa yang telah dItunjuk oleh UPT P2B yang

pelaksanaannya dIlakukan secara santaI.

BerkaItan dengan sarana dan prasarana yang kurang dIgunakan

secara maksImal pIhak UPT P2B berusaha untuk dapat memanfaatkan

fasIlItas yang sudah dIsedIakan sepertI lab bahasa.


perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

BAB V

SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan hasIl temuan penelItIan dan hasIl analIsIs data, dapat

dIsImpulan sebagaI berIkut

1. PersepsI pengajar terhadap pembelajaran Bahasa IndonesIa bagI Penutur AsIng

baIk. Hal InI dIbuktIkan melaluI perencanaan pembelajaran yang dIwujudkan

dalam sIlabus, pelaksanaan pembelajaran yang InofatIf dan penIlaIan

yang terIntegratIf walaupun perencanaan yang dIbuat masIh belum

lengkap dan tepat. Namun dalam penyusunan dIperlukan perencanaan dan

pengembangan perangkat pembelajaran dan penyamaan persepsI

pembelajaran Bahasa IndonesIa bagI Penutur AsIng yang bermutu. Hal

InI dapat dIlakukan melaluI workshop bagI pengajar BIPA.

2. Perencanaan pembelajaran Bahasa IndonesIa bagI Penutur AsIng yang dIsusun

oleh pengajar yang berhubungan dengan perangkat pembelajaran hanya

berupa sIlabus. SIlabus Bahasa IndonesIa bagI Penutur AsIng tersebut

dIsusun oleh tIm pengajar. Namun menurut pernyataan para pengajar,

perangkat pembelajaran yang berupa sIlabus tersebut pengembangannya

dIsesuaIkan dengan kondIsI dan sItuasI kelas pada saat pembelajaran

dIlaksanakan. Untuk RPP para pengajar tIdak membuat secara tertulIs,

tetapI untuk RPP pengembangannya atau pelaksanakannya langsung dI

kembangkan dI kelas, karena memang

pengajar tIdak dIwajIbkan untuk membuat RPP.

101
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
102

3. Pelaksanaan pembelajaran Bahasa IndonesIa bagI Penutur AsIng yang

dIlaksanakan pengajar sudah mengarah pada kemampuan untuk

mengembangkan kemampuan bahasa IndonesIa sIswa. Hal InI terlIhat darI

beberapa komponen pembelajaran, yaItu : a) materI yang dIsampaIkan

sudah sesuaI dengan tujuan yang IngIn dIcapaI dan sudah mencakup

kepada empat aspek keterampIlan berbahasa, b) metode pembelajaran yang

dIgunakan sudah VarIatIf, pengajar telah mengkombInasIkan beberapa

macam metode pembelajaran, yaItu metode ceramah, Tanya jawab,

dIskusI, penugasan, dan demonstrasI, c) medIa pembelajaran yang

dIgunakan berupa Internet, surat kabar, VIdeo, dan lagu-lagu, d) strategI

pembelajaran yang dIgunakan oleh pengajar sudah sesuaI dengan

materI yang dIsampaIkan, pengajar menggunakan strategI yang berVarIasI

yang dIsesuaIkan dengan materI dan keadaan dI kelas, e) penIlaIan

pembelajaran yang dIlaksanakan pengajar sudah melIputI penIlaIan proses

dan penIlaIan hasIl.

4. Kendala-kendala dalam pembelajaran Bahasa IndonesIa bagI Penutur AsIng

dI UPT P2B dapat dIbedakan ke dalam lIma sumber kesulItan, yaItu: a)

kesIbukan atau keperluan mendesak darI pengajar, b) penyampaIan atau

cara bIcara yang terlalu cepat, c) bahasa pengantar pada awal pertemuan,

d) waktu, dan e) sarana dan prasarana.

5. Upaya yang dIlakukan pengajar untuk mengatasI kendala-kendala

pembelajaran Bahasa IndonesIa bagI Penutur AsIng, yaItu: a) kendala

yang dIakIbatkan kesIbukan pengajar dapat dIatasI dengan menggantI


perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
103
pertemuan yang hIlang tersebut dI harI yang laIn, b) kendala yang

dIakIbatkan cara
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
104

penyampaIan materI yang cepat bIsa dIatasI dengan menggantI tempo berbIcara

lebIh pelan dan mengulang-ngulang kata yang belum dIpahamI sIswa, c)

kendala yang dIkarenakan bahasa bIsa dIatasI dengan bantuan gambar, dan

dIbantu menggunakan bahasa InggrIs, d) kendala yang dIkarenakan waktu

yang dIrasa kurang oleh sIswa dapat dIatasI dengan menambah waktu

pelatIhan dI luar jam pelatIhan yang sudah dI jadwalkan UPT P2B yang

pelaksanaannya dI bombIng oleh tutor yang sudah dI tunjuk dan dIlakukan

dengan sItuasI yang santaI, dan e) kendala yang dI karenakan kurangnya

pemanfaatan sarana dan prasarana yang sudah dIsedIakan yaItu lab, dI

atasI dengan dIusahakan akan memanfaatkan sarana dan prasarana yang

sudah tersedIa.

B. Implikasi

MelaluI sImpulan yang telah dIuraIkan dI atas dapat dIkemukakan

bahwa pembelajaran BIPA yang dIlaksanakan dI UPT B2B merupakan salah

satu wadah sIswa untuk menunjukkan kemampuan bahasa IndonesIa sIswa.

Dalam pembelajaran BIPA dIperlukan persIapan yang maksImal untuk

mendapatkan hasIl yang maksImal pula. PersIapan mengajar melIputI segala

sesuatu yang akan dIlakukan dan dIgunakan dalam proses pelaksanaan

pembelajaran yang melIputI tujuan yang dIharapkan, penggunaan metode dan

medIa yang tepat, pemIlIhan materI yang sesuaI dengan tujuan dan kondIsI

sIswa, dan sIstem penIlaIan yang sudah dItentukan sejak awal.

Pelaksanaan pembelajaran BIPA akan terlaksana dengan baIk apabIla


perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
105
semua komponen terlIbat dalam proses pembelajaran saat pembelajaran

tersebut
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
106

berlangsung. Pengajar sebagaI fasIlItator mengantarkan sIswa memIlIkI

kemampuan bahasa IndonesIa untuk bIsa berkomunIkasI dengan baIk dan

benar. Guru dItuntut mempunyaI kecakapan dalam mempersIapkan materI yang

sesuaI dengan keadaan sIswa. Dengan kreatIVItas, peranan, dan persIapan

pengajar yang matang dIharapkan sIswa terlIbat aktIf dalam pembelajaran dan

sIswa benar-benar berkompeten dalam berbahasa IndonesIa.

SIswa dIharapkan memIlIkI kemampuan bahasa IndonesIa yang

baIk dalam pembelajaran BIPA. Pengajar hanya sebagaI fasIlItator dalam

pembelajaran BIPA yang menuntun sIswa untuk bIsa menggunakan bahasa

IndonesIa dengan baIk dan benar dalam berkomunIkasI. SIswa dapat

memperoleh pengalaman dalam kegIatan pembelajaran BIPA yang dapat

dIterapkan kehIdupan seharI-harI. SelaIn Itu, sIswa mempunyaI bekal dalam

hIdup bermasyarakat.

C. Saran

Berdasarkan hasIl penelItIan yang telah dIlaksanakan, saran-saran

yang dapat dIsampaIkan sebagaI berIkut:

1. Kepada Pengajar

Pengajar dIharapkan untuk terus berusaha mencIptakan berbagaI metode,

medIa, dan strategI pembelajaran untuk menIngkatkan motIVasI sIswa dan

mencapaI keberhasIlan dalam proses pembelajaran. Pengajar dIharapkan membuat

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran yang bIsa dIjadIkan sebagaI acuan dalam

proses pembelajaran sehIngga pembelajaran menjadI lebIh terarah, walaupun pada


perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
107
saat proses pembelajaran berlangsung RPP yang dIbuat mungkIn masIh harus
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
105

menyesuaIkan dengan keadaan dI kelas. Memang para pengajar tIdak dIwajIbkan

untuk membuar RPP.

2. Kepada PIhak Lembaga

Kepada pIhak lembaga UPT P2B selaku pengelola pelatIhan

Bahasa IndonesIa bagI Penutur AsIng InI dIharapkan bIsa menambah sarana

dan prasaran yang lebIh menunjang pelaksanaan pembelajaran Bahasa

IndonesIa bagI Penutur AsIng tersebut. MIsalnya buku yang dIjadIkan

pegangan sIswa, untuk pelatIhannnya dItambah lebIh banyak, sehIngga sIswa

semakIn serIng bIsa latIhan.


perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

DAFTAR PUSTAKA

Abdul MajId. 2011. Perencanaan Pembelajaran: Mengembangkan Standar


Kompetensi Guru. Bandung: Remaja Rosdakarya.

AInol MadzIah ZubaIrI dan IsarjI Hj SarudIn.2009. "Motivation To Learn A


Foreign Language In Malaysia". GEMA OnlIne Journal of Language
StudIes 73 Volume 9(2).

AIshah Md KassIm. 2008. "Malay Language As A Foreign Language And


The Singapore's Education System". GEMA OnlIne Journal of
Language StudIes Volume 8(1)

BloomfIeld, L. 1933. Language. New York: Holt, RhInerhart and WInston.

Burden Paul R. dan daVId M.Byrd. 1999. Method for Effective teaching. Needam
HeIghs: AllIn and BACON a. VIacom Company.

Burhan NurgIantoro. 2010. Penilaian Pembelajaran Bahasa. Yogyakarta: BPFE


Yogyakarta.

CruIckshank, Donald R dkk. 1999. The Act of TeachIng. USA: Mc Graw-HIll


College.

DaVIdoff, L. LInda. 1988. Psikologi Suatu Pengantar. Jakarta: Erlangga.

DepdIkbud. 1993b. Kurikulum Pendidikan Dasar: GBBP Mata Pelajaran Bahasa


Indonesia untuk Sekolah Dasar. Jakarta: DepdIkbud.

DIan Sukmara. 2005. Implementasi Program Life Skill dalam Kurikulum Berbasis
Kompetensi pada Jalur Sekolah. Bandung: MughnI Sejahtera.

DIck, Walter, Lou Carey, James O.Carey. 2001. The SystematIc DesIgn of
InstructIon. New York: Longman.

EstI IsmawatI. 2011. Perencanaan Pengajaran Bahasa. Surakarta: Yuma

Pustaka. Feldman, Robert S. 1987. Essentials of Understanding

Psychology. USA:
Includes IndeXs.

Fred Genesee dan John A. Uphsur. 1997. Classroom Based Evaluation in


Second Language Education. CambrIdge: CambrIdge UnIVersIty
Press.

106

Anda mungkin juga menyukai