Anda di halaman 1dari 58

PENGARUH INTENSITAS KEBISINGAN TERHADAP STRES

KERJA PADA TENAGA KERJA PENGGILINGAN PADI


DI KECAMATAN MOJOLABAN
SUKOHARJO

SKRIPSI

Untuk Memenuhi Persyaratan


Memperoleh Gelar Sarjana Sains Terapan

Risa Diah Noviani


NIM. R0206049

PROGRAM DIPLOMA IV KESEHATAN KERJA


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2010
PENGESAHAN SKRIPSI

Skripsi dengan judul : Pengaruh Intensitas Kebisingan terhadap Stres Kerja


pada Tenaga Kerja Penggilingan Padi di Kecamatan Mojolaban Sukoharjo

Risa Diah Noviani, R0206049, Tahun 2010

Telah diuji dan sudah disahkan di hadapan Dewan Penguji Skripsi


Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta

Pada Hari: _______, Tanggal: ___ Juli 2010

Pembimbing Utama
Harninto, dr., MS, Sp.Ok.
..................................................

Pembimbing Pendamping
Sumardiyono, SKM, M.Kes.
NIP. 19650706 198803 1 002 ..................................................

Penguji
Hardjanto, dr., MS, Sp.Ok.
..................................................

Surakarta, Juli 2010

Tim Skripsi Ketua Program


D.IV Kesehatan Kerja FK UNS

Sumardiyono, SKM,M.Kes. Putu Suriyasa, dr., MS, PKK,Sp.Ok


NIP. 19650706 198803 1 002 NIP. 19481105 198111 1 001

ii
PERNYATAAN

Dengan ini menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang pernah
diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu Perguruan Tinggi, dan
sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah
ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali secara yang secara tertulis diacu
dalam naskah dan disebutkan dalam daftar pustakaan.

Surakarta, Juli 2010

Risa Diah Noviani


NIM. R0206049

iii
ABSTRAK

Risa Diah Noviani. 2010. PENGARUH INTENSITAS KEBISINGAN


TERHADAP STRES KERJA PADA TENAGA KERJA PENGGILINGAN PADI
DI KECAMATAN MOJOLABAN SUKOHARJO. Skripsi. Program Studi
Kesehatan Kerja Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta.

PB Lumbung dan PB Sri Mulyo merupakan industri kecil yang bergerak


di bidang penggilingan padi. Industri ini memakai mesin-mesin yang bisingnya
melebihi nilai ambang batas (NAB) 85 dBA. Intensitas kebisingan yang melebihi
NAB dapat menyebabkan stres kerja bagi orang yang terpapar selama 8 jam sehari
atau 40 jam seminggu. Sehingga tujuan penelitian ini untuk mengetahui pengaruh
intensitas kebisingan terhadap stres kerja pada tenaga kerja penggilingan padi di
kecamatan Mojolaban.
Penelitian ini menggunakan penelitian observasional analitik. Subjek
penelitiannya adalah semua tenaga kerja PB Lumbung dan PB Sri Mulyo yang
berjumlah 21 orang dengan teknik sampling yang digunakan purposive sampling
yang syarat-syaratnya berjenis kelamin laki-laki, berusia 20-50 tahun, kondisi
kesehatan baik atau sehat dan tidak dalam keadaan sakit. Subjek yang memenuhi
kriteria tersebut berjumlah 17 orang. Data disajikan dalam bentuk tabulasi dan
untuk mengetahui pengaruh intensitas kebisingan terhadap stres kerja pada tenaga
kerja menggunakan uji statistik fisher exact probability test.
Hasil uji statistik fisher exact probability test menunjukkan bahwa nilai
signifikan adalah 0,030 (p>0,01 tetapi ≤0,05) yang berarti ada pengaruh yang
signifikan intensitas kebisingan terhadap stres kerja tenaga kerja.
Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa intensitas kebisingan
berpengaruh terhadap stres kerja pada tenaga kerja. Sehingga bagi pekerja
sebaiknya menggunakan ear plug saat bekerja untuk mencegah gangguan
kesehatan yang dapat menimbulkan stres kerja akibat intensitas kebisingan yang
ditimbulkan oleh mesin penggilingan padi.

Kata kunci : Intensitas Kebisingan, Stres Kerja


Kepustakaan : 25, 1995 – 2010.

iv
ABSTRACT

Risa Diah Noviani, 2010. THE INFLUENCE NOISE INTENSITY TO STRES


WORK AT KIBBLING LABOUR IN DISTRICT OF MOJOLABAN
SUKOHARJO. Thesis, Occupational Health Study Program of Medical Faculty,
Sebelas Maret University Of Surakarta.

PB Lumbung and PB Sri Mulyo represent small industry which active in


hulling of paddy. Industrial this wear machine which is its noise intensity exceed
value float boundary NAB 85 dBA. Noise intensity exceeding NAB can cause
stres work to one who is during 8 hour one day or 40 hour one week. So that the
target of this research to know noise intensity influence to stres work at labour
hulling of paddy in district of Mojolaban.
This research use research of analytic observasional. its Research Subjek
is all PB Lumbung labour and PB Sri Mulyo amounting to 21 people with used by
sampling technique is sampling purposive which is its conditions have of men
gender to have, age to 20-50 year, condition of healthy or good health and do not
in a state of pain. Subjek fulfilling the the criterion amount to 17 people, presented
in the form of tabulation and to know noise intensity influence to stres work at
labour use statistical test of test probability exact fisher.
Result of statistical test of test probability exact fisher indicate that
signifikan value is 0,030 ( p>0,01 but ≤0,05) meaning there is influence which is
noise intensity signifikan to stres work labour.
From this research can be concluded that noise intensity have an effect on
to stres work labour. So that to worker better use moment ear plug work for to
prevent health trouble which can generate stres work effect of generated noise
intensity by machine hulling of paddy.

Keywords : Noise intensity, Stres work


Bibiographies : 25, 1995 – 2010.

v
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas limpahan rahmat

dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini berjudul

“Pengaruh Intensitas Kebisingan terhadap Stres Kerja pada Tenaga Kerja

Penggilingan Padi di Kecamatan Mojolaban Sukoharjo” dengan baik.

Skripsi ini ditulis untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar

Sarjana Sains Terapan pada Program Studi Diploma IV Kesehatan Kerja Fakultas

Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna,

meskipun usaha keras untuk hal tersebut telah penulis upayakan. Oleh karena itu

kritik dan saran sangat penulis harapkan demi perbaikan maupun

penyempurnaannya.

Perlu disadari bahwa penyusunan skripsi ini tidak lepas dari bimbingan,

pengarahan, dan bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu, penulis mengucapkan

terima kasih kepada :

1. Bapak Prof. Dr. H.M. Syamsulhadi, dr., Sp.KJ (K) selaku Rektor Universitas

Sebelas Maret Surakarta.

2. Bapak Prof. Dr. H. A.A. Subiyanto, dr., MS, selaku Dekan Fakultas

Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta.

3. Bapak Putu Suriyasa, dr., MS., PKK. Sp.Ok., selaku Ketua Program Diploma

IV Kesehatan Kerja Universitas Sebelas Maret Surakarta.

4. Bapak dr. Harninto, MS, Sp.Ok, selaku pembimbing I Skripsi.

vi
5. Bapak Sumardiyono, SKM, M.Kes , selaku Pembimbing II Skripsi.

6. Bapak Hardjanto, dr., MS, Sp.Ok selaku penguji yang telah memberikan

masukan dalam skripsi ini.

7. Pemilik penggilingan padi PB. Lumbung dan PB. Sri Mulyo yang telah

memberikan kesempatan kepada penulis untuk melaksanakan Penelitian.

8. Semua tenaga kerja penggilingan padi, atas segala bantuan dan dukungan

yang diberikan dalam pelaksanaan Penelitian.

9. Bapak, Ibu, dik Risti dan dik Pras tersayang serta orang terdekat yang penulis

cintai atas segala doa, dukungan dan motivasinya dalam penyusunan skripsi

ini.

10. Sahabatku Tyas Lilia Wardani, atas bantuan dan dukungannya selama ini serta

teman-teman D.IV Kesehatan Kerja.

11. Serta semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu, atas bantuan

dalam pelaksanaan Penelitian ini.

Penulis menyadari bahwa banyak kekurangan dan ketidaksempurnaan

dalam penyusunan skripsi ini. Tetapi besar harapan penulis agar ini dapat

bermanfaat sebagaimana mestinya, serta penyusun senantiasa mengharapkan

masukan, kritik dan saran yang membangun dalam penyempurnaan skripsi ini.

Surakarta, Juli 2010

Risa Diah Noviani

vii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .................................................................................... i

HALAMAN PENGESAHAN ....................................................................... ii

PERNYATAAN ........................................................................................... iii

ABSTRAK ................................................................................................... iv

ABSTRACT ................................................................................................. v

KATA PENGANTAR .................................................................................. vi

DAFTAR ISI ................................................................................................ viii

DAFTAR TABEL ........................................................................................ xi

DAFTAR GAMBAR .................................................................................... xii

DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................. xiii

BAB I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ......................................................... 1

B. Perumusan Masalah ............................................................... 5

C. Tujuan Penelitian ................................................................... 5

D. Manfaat Penelitian ................................................................. 5

BAB II. LANDASAN TEORI

A. Tinjauan Pustaka .................................................................... 7

B. Kerangka Pemikiran ............................................................... 21

C. Hipotesis ................................................................................ 21

viii
BAB III. METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian....................................................................... 22

B. Lokasi dan Waktu Penelitian .................................................. 22

C. Populasi Penelitian ................................................................. 22

D. Sampel Penelitian ................................................................... 23

E. Kerangka Konsep ................................................................... 24

F. Identifikasi Variabel Penelitian .............................................. 24

G. Definisi Operasional Variabel Penelitian ................................ 25

H. Desain Penelitian.................................................................... 27

I. Teknik Pengambilan Data ...................................................... 28

J. Pengumpulan Data ................................................................. 28

K. Instrumen Penelitian .............................................................. 29

L. Teknik Pengolahan dan Analisis Data ................................... 31

BAB IV. HASIL PENELITIAN

A. Gambaran Umum Perusahaan ................................................ 32

B. Karakteristik Subjek Penelitian .............................................. 33

C. Hasil Pengukuran Intensitas Kebisingan Tempat Kerja .......... 34

D. Hasil Pengukuran Stres Kerja pada Tenaga Kerja ................... 35

E. Hasil Pengujian Fisher Exact Probability Test statistik

Intensitas Kebisingan terhadap Stres Kerja ........................... 36

BAB V. PEMBAHASAN

A. Karakteristik Subjek Penelitian .............................................. 38

B. Intensitas Kebisingan Tempat Kerja ....................................... 38

ix
C. Analisis Pengaruh Intensitas Kebisingan terhadap Stres Kerja.. 39

BAB VI. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan ............................................................................ 41

B. Saran ...................................................................................... 41

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................... 43

LAMPIRAN

x
DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Distribusi frekuensi responden berdasarkan umur ......................... 33

Tabel 1.2 Hasil pengukuran intensitas kebisingan di dalam ruangan ............. 34

Tabel 1.3 Hasil pengukuran intensitas kebisingan di luar ruangan................. 34

Tabel 1.4 Hasil perhitungan pengukuran stres kerja tenaga kerja yang

terpapar kebisingan di atas 85 dB(A) ........................................... 35

Tabel 1.5 Hasil perhitungan pengukuran stres kerja tenaga kerja yang

terpapar kebisingan di bawah 85 dB(A) ........................................ 36

Tabel 1.6 Hasil uji Fisher Exact Probability Test .......................................... 37

Tabel 1.7 Hasil pengukuran intensitas kebisingan dan stres kerja…………... 37

xi
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 Kerangka Pemikiran ..................................................................... 21

Gambar 2 Kerangka Konsep ......................................................................... 24

Gambar 3 Desain Penelitian .......................................................................... 27

xii
DAFTAR LAMPIRAN

LAMPIRAN A : Hasil Pengukuran Stres Kerja Tenaga Kerja PB Lumbung

dan PB Sri Mulyo Kecamatan Mojolaban

LAMPIRAN B : Hasil Pengukuran Intensitas Kebisingan PB Lumbung dan PB

Sri Mulyo Kecamatan Mojolaban

LAMPIRAN C : Uji Fisher Exact Probability Test

LAMPIRAN D : Surat Ijin Penelitian dari BAPEDDA Kabupaten Sukoharjo

LAMPIRAN E : Formulir Bourdan Wierma Test

xiii
1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Kemajuan teknologi dapat mengakibatkan bergesernya tenaga

manusia untuk kemudian digantikan dengan mesin atau peralatan lainnya.

Kesehatan kerja merupakan aplikasi kesehatan masyarakat di dalam suatu

tempat kerja (perusahaan, pabrik, kantor dan sebagainya) dan yang menjadi

kajian dari kesehatan kerja ialah masyarakat pekerja dan masyarakat sekitar

perusahaan tersebut. Di samping itu, dalam kaitannya dengan masyarakat di

sekitar perusahaan, kesehatan kerja juga mengupayakan agar perusahaan

tersebut dapat mencegah timbulnya penyakit-penyakit yang diakibatkan oleh

limbah atau produk perusahaan tersebut, sedangkan upaya promotif

berpedoman bahwa dengan meningkatnya kesehatan kerja, akan meningkatkan

produktivitas kerja (Soekidjo Notoatmodjo, 2003).

Pembangunan masih dilaksanakan Indonesia pada segala bidang

guna mewujudkan manusia dan masyarakat Indonesia yang sejahtera, adil,

makmur dan merata baik materi maupun spiritual. Visi pembangunan

kesehatan di Indonesia yang dilaksanakan adalah Indonesia Sehat 2010 dimana

penduduknya hidup dalam lingkungan dan perilaku sehat, mampu memperoleh

pelayanan kesehatan yang bermutu secara adil dan merata, serta memiliki

derajat kesehatan yang setinggi-tingginya (Departemen Kesehatan RI, 2002).

Kesehatan kerja merupakan spesialisasi ilmu kesehatan/kedokteran beserta

1
2

prakteknya yang bertujuan agar pekerja/masyarakat pekerja memperoleh

derajat kesehatan setinggi-tingginya baik fisik, mental maupun sosial dengan

usaha preventif atau kuratif terhadap penyakit atau gangguan kesehatan yang

diakibatkan oleh faktor pekerjaan dan lingkungan kerja serta terhadap penyakit

umum (Suma’mur P.K, 2009). Sehat digambarkan sebagai suatu kondisi fisik,

mental dan sosial seseorang yang tidak saja bebas dari penyakit atau gangguan

kesehatan melainkan juga menunjukkan kemampuan untuk berinteraksi dengan

lingkungan dan pekerjaannya (Sugeng Budiono A.M dkk, 2003). Kesehatan

kerja dapat tercapai secara optimal jika tiga komponen kerja berupa kapasitas

kerja, beban kerja dan lingkungan kerja dapat berinteraksi secara baik dan

serasi (Suma’mur P.K., 2009).

Lingkungan kerja yang tidak memenuhi syarat misalnya bising yang

melebihi ambang batas merupakan salah satu faktor yang dapat menimbulkan

gangguan kesehatan. Kebisingan merupakan suara yang tidak diinginkan.

Kebisingan selain dapat menimbulkan ketulian sementara dan ketulian

permanen juga akan berdampak negatif lain seperti gangguan komunikasi, efek

pada pekerjaan dan reaksi masyarakat (Anhar Hadian, 2000).

Kondisi lingkungan kerja kebisingan juga memberi andil tidak kecil

munculnya stres kerja, sebab beberapa orang sangat sensitif pada kebisingan

dibanding yang lain. Kita meyakini bahwa suara dengan level intensitas yang

tinggi mengakibatkan peningatan stress dan ketegangan. Kita memperkirakan

bahwa penyakit yang berkaitan dengan stress kerja (hipertensi dan sebagainya)

dapat meningkat karena adanya kebisingan.

2
3

Menurut Charles D, Spielberger (2001) dalam artikel Stres Kerja

pengertian dan pengenalan, menyebutkan bahwa stres kerja adalah tuntutan-

tuntutan eksternal yang mengenai seseorang, misalnya obyek-obyek dalam

lingkungan atau suatu stimulus yang secara obyektif adalah berbahaya. Stres

juga biasa diartikan sebagai tekanan, ketegangan atau gangguan yang tidak

menyenangkan yang berasal dari luar diri seseorang.

Begitu pula Untuk Gibson et al (2000) dalam artikel Stres Kerja

pengertian dan pengenalan, mengemukakan bahwa stres kerja dikonseptualisasi

dari beberapa titik pandang, yang menitikberatkan pada lingkungan kerja.

mendefinisikan stres kerja sebagai konsekuensi dari interaksi antara stimulus

lingkungan dengan respon individu. Stres dipandang tidak sekedar sebuah

stimulus atau respon, melainkan stres merupakan hasil interaksi antara kondisi

stimulus lingkungan kerja dan kecenderungan individu untuk memberikan

tanggapan, termasuk didalamnya adalah lingkungan yang bising. Sedangkan

dalam artikel Stres Kerja pengertian dan pengenalan Luthans (2000),

mendefinisikan stres sebagai suatu tanggapan dalam menyesuaikan diri yang

dipengaruhi oleh perbedaan individu dan proses psikologis, sebagai

konsekuensi dari tindakan lingkungan, situasi atau peristiwa yang terlalu

banyak mengadakan tuntutan psikologis dan fisik seseorang. Dengan demikian

dapat disimpulkan bahwa stres kerja timbul karena tuntutan lingkungan kerja

dan tanggapan setiap individu dalam menghadapinya dapat berbeda

kondisinya, misalkan kondisi lingkungan dengan intensitas kebisingan.

3
4

Intensitas kebisingan yang masih dibawah NAB secara fisiologis

tidak menyebabkan kerusakan pendengaran. Namun demikian, kehadirannya

sering dapat menyebabkan penurunan performansi kerja, sebagai salah satu

penyebab stres dan gangguan kesehatan lainnya. Stres yang disebabkan karena

pemaparan kebisingan dapat menyebabkan terjadinya kelelahan dini,

kegelisahan dan depresi. Secara spesifik stres karena kebisingan tersebut dapat

menyebabkan antara lain (Tarwaka dkk, 2004) Stres menuju keadaan cepat

marah, sakit kepala dan gangguan tidur, Gangguan reaksi psikomotor dan

Kehilangan konsentrasi. Maka semakin tinggi tingkat kebisingan

memungkinkan semakin tinggi stres kerja.

Dari survei awal diketahui bahwa proses kerja di penggilingan padi

Mojolaban terbagi menjadi dua tempat kerja yaitu ruang masin penggilingan

yang terpapar langsung kebisingan dan ruang menjemur gabah di luar ruangan

mesin penggilingan, maka ruangan yang langsung terpapar mesin

penggilinmgan akan memungkinkan pekerja terpapar oleh kebisingan yang

melebihi NAB yaitu 94 dB(A) dari mesin-mesin penggilingan padi yang

digunakan dalam waktu yang panjang, sehingga kemungkinan dalam masa

kerja yang lama mengakibatkan karyawan mengalami stres kerja. Sedangkan di

ruangan penjemuran gabah kebisingannya dibawah NAB yaitu 72 dB(A)

memungkinkan sebagian kecil karyawan ada yang mengalami stres kerja pula

dan sebagian besar tidak mengalami stres kerja.

4
5

Berdasarkan uraian diatas, maka penulis mengadakan penelitian

mengenai Pengaruh Kebisingan terhadap Stres Kerja pada Tenaga Kerja

Penggilingan Padi di Kecamatan Mojolaban Sukoharjo.

B. Perumusan Masalah

Adakah Pengaruh Intensitas Kebisingan terhadap Stres Kerja pada

Tenaga Kerja Penggilingan Padi di Kecamatan Mojolaban Sukoharjo?

C. Tujuan Penelitian

a. Tujuan umum

Untuk mengetahui Hubungan Intensitas Kebisingan terhadap Stres Kerja.

b. Tujuan khusus

1) Untuk mengetahui intensitas kebisingan di penggilingan padi

Mojolaban.

2) Untuk mengetahui hubungan intensitas kebisingan terhadap stres kerja

di penggilingan padi Mojolaban.

D. Manfaat Penelitian

a. Teoritis

Diharapkan sebagai pembuktian teori bahwa intensitas kebisingan

mempengaruhi stres kerja.

5
6

b. Aplikatif

1) Diharapkan para tenaga kerja lebih memperhatikan kesehatannya

dengan menggunakan waktu beristirahat yang diberikan dari pemilik

penggilingan padi dengan baik.

2) Diharapkan pemilik penggilingan padi memperhatikan kesehatan para

tenaga kerja yang terpapar kebisingan dengan memberikannya waktu

istirahat dan memperhatikan intensitas kebisingan lingkungan kerja

agar tidak melebihi NAB.

6
BAB II

LANDASAN TEORI

A. Tinjauan Pustaka

1. Kebisingan

a. Pengertian Kebisingan

Kebisingan adalah bunyi yang tidak dikehendaki karena tidak

sesuai dengan konteks ruang dan waktu sehingga dapat menimbulkan

gangguan terhadap kenyamanan dan kesehatan manusia Dwi P.

Sasongko (2000). Definisi lain adalah bunyi yang didengar sebagai

rangsangan-rangsangan pada telinga oleh getaran-getaran melalui media

elastis manakala bunyi-bunyi tersebut tidak diinginkan (Suma’mur

P.K., 2009). Kebisingan adalah terjadinya bunyi yang tidak dikehendaki

sehingga mengganggu atau membahayakan kesehatan. Kebisingan

adalah suara-suara yang tidak dikehendakibagi manusia (Benny L.

Priatna dan Adhi Ari Utomo, 2002).

Selain itu Kebisingan atau noise pollution sering disebut

sebagai suara atau bunyi yang tidak dikehendaki atau dapat diartikan

pula sebagai suara yang salah pada tempat dan waktu yang salah

(Budiman Chandra, 2007). Sedangkan definisi kebisingan menurut

Kepmenaker (1999) adalah semua suara yang tidak dikehendaki yang

bersumber dari alat-alat proses produksi dan atau alat-alat kerja yang

pada tingkat tertentu dapat menimbulkan gangguan pendengaran.


Terdapat dua hal yang menentukan kualitas suatu bunyi, yaitu

frekuensi suara dan intensitas suara Biasanya suatu kebisingan terdiri

dari campuran sejumlah gelombang-gelombang sederhana dari

beraneka frekuensi. Telinga manusia mampu mendengar frekuensi

antara 16 – 20.000 Hz (Suma’mur PK, 2009). Sedangkan intensitas

kebisingan yang dianjurkan berdasarkan Kep. Men. No. 51 tahun 1999

adalah 85 dBA untuk 8 jam kerja/hari atau 40 jam seminggu.

b. Jenis-jenis Kebisingan

Menurut Sihar Tigor Benjamin Tambunan (2005) di tempat

kerja, kebisingan diklasifikasikan ke dalam dua jenis golongan besar,

yaitu kebisingan tetap (steady noise) dan kebisingan tidak tetap (non-

steady noise). Sedangkan kebisingan tetap (steady noise) dipisahkan

lagi menjadi dua jenis, yaitu :

1) Kebisingan dengan frekuensi terputus (discrete frequency noise)

Kebisingan ini berupa “nada-nada” murni pada frekuensi yang

beragam, contohnya suara mesin, suara kipas dan sebagainya.

2) Broad band noise

Kebisingan dengan frekuensi terputus dan broad band noise

sama-sama digolongkan sebagai kebisingan tetap (steady noise).

Perbedaannya adalah broad band noise terjadi pada frekuensi yang

lebih bervariasi (bukan “nada” murni).

Sementara itu, kebisingan tidak tetap (unsteady noise) dibagi lagi

menjadi :
1) Kebisingan fluktuatif (fluctuating noise)

Kebisingan yang selalu berubah-ubah selama rentang waktu

tertentu.

2) Intermittent noise

Sesuai dengan terjemahannya, intermittent noise adalah

kebisingan yang terputus-putus dan besarnya dapat berubah-

ubah, contohnya kebisingan lalu lintas.

3) Impulsive noise

Kebisingan impulsif dihasilkan oleh suara-suara berintensitas

tinggi (memekakkan telinga) dalam waktu relatif singkat, misalnya

suara ledakan senjata api dan alat-alat sejenisnya.

c. Pengaruh Intensitas Kebisingan

Setiap tenaga kerja memiliki kepekaan sendiri-sendiri terhadap

kebisingan, terutama nada yang tinggi, karena dimungkinkan adanya

reaksi psikologis seperti stres, kelelahan, hilang efisiensi dan

ketidaktenangan (Sutaryono, 2002). Lebih dari itu Mike Wardhani,dkk

(2004), menyatakan pengaruh utama dari kebisingan kepada kesehatan

(efek fisiologis) adalah kerusakan pada indra pendengar yang

menyebabkan ketulian. Selain itu (Soeripto M, 2008) menyatakan

kebisingan dapat mempengaruhi stabilitas mental dan reaksi

psikologis, menimbulkan rasa khawatir, jengkel dan lain-lain. Yang

dimaksud dengan stabilitas mental adalah kemampuan seseorang

untuk berfungsi atau bertindak normal. Kebisingan memang


tidak dapat menimbulkan mental illness, namun dapat memperberat

problem mental yang sudah ada. Reaksi psikologis yang timbul dari

kebisingan antara lain :

- Marah

- Mudah tersinggung

- Gugup atau nervousitas

- Jengkel atau annoyance

Intensitas kebisingan yang masih dibawah NAB secara fisiologis

tidak menyebabkan kerusakan pendengaran. Namun demikian,

kehadirannya sering dapat menyebabkan penurunan performansi

kerja, sebagai salah satu penyebab stres dan gangguan kesehatan

lainnya. Stres yang disebabkan karena pemaparan kebisingan dapat

menyebabkan terjadinya kelelahan dini, kegelisahan dan depresi.

Secara spesifik stres karena kebisingan tersebut dapat menyebabkan

antara lain (Tarwaka dkk, 2004) :

- Stres menuju keadaan cepat marah, sakit kepala dan gangguan tidur

- Gangguan reaksi psikomotor

- Kehilangan konsentrasi

- Gangguan komunikasi antara lawan bicara

- Penurunan performansi kerja yang kesemuanya itu akan bermuara

pada kehilangan efisiensi dan produktivitas kerja

2. Stres Kerja

a. Pengertian Stres Kerja


Dalam bahasa biologi dan kedokteran. Stres dapat diartikan sebagai

proses tubuh untuk beradaptasi terhadap pengaruh luar dan perubahan

lingkungan terhadap tubuh Levi (dikutip Tarwaka, 2004). Menurut

Charles D, Spielberger (2000) menyebutkan bahwa stres adalah

tuntutan-tuntutan eksternal yang mengenai seseorang, misalnya obyek-

obyek dalam lingkungan atau suatu stimulus yang secara obyektif

adalah berbahaya. Stres juga biasa diartikan sebagai tekanan,

ketegangan atau gangguan yang tidak menyenangkan yang berasal dari

luar diri seseorang. Beehr dan Franz (dikutip Bambang Tarupolo,

2002), mendefinisikan stres kerja sebagai suatu proses yang

menyebabkan orang merasa sakit, tidak nyaman atau tegang karena

pekerjaan, tempat kerja atau situasi kerja yang tertentu.

b. Faktor Penyebab Stres Kerja

Ashar Sunyoto (2001), mengelompokkan faktor-faktor penyebab stres

dalam pekerjaan yaitu :

1) Faktor-faktor intrinsik dalam pekerjaan Meliputi tuntutan fisik dan

tuntutan tugas. Tuntutan fisik berupa bising, vibrasi (getaran),

higene. Sedangkan tuntutan tugas mencakup:

(a) Kerja shift atau kerja malam

Kerja shift merupakan sumber utama dari stres bagi para pekerja

pabrik. Para pekerja shift lebih sering mengeluh tentang

kelelahan dan gangguan perut daripada para pekerja pagi, siang


dan dampak dari kerja shift terhadap kebiasaan makan yang

mungkin menyebabkan gangguan perut.

(b) Beban kerja

Beban kerja berlebih dan beban kerja terlalu sedikit merupakan

pembangkit stres.

(c) Paparan terhadap risiko dan bahaya

Risiko dan bahaya dikaitkan dengan jabatan tertentu merupakan

sumber stres. Makin besar kesadaran akan bahaya dalam

pekerjaannya makin besar depresi dan kecemasan pada tenaga

kerja.

2) Peran individu dalam organisasi

Setiap tenaga kerja mempunyai kelompok tugasnya yang harus

dilakukan sesuai dengan aturan-aturan yang ada dan sesuai yang

diharapkan atasannya. Namun tenaga kerja tidak selalu berhasil

memainkan perannya sehingga timbul:

(a) Konflik peran

(b) Ketaksaan peran

Ketaksaan peran dirasakan jika seseorang tenaga kerja tidak

memiliki cukup informasi untuk dapat melaksanakan tugasnya,

atau tidak mengerti atau tidak merealisasikan harapan-harapan

yang berkaitan dengan peran tertentu.

3) Pengembangan karier
Pengembangan karir merupakan pembangkit stres potensial yang

mencakup ketidakpastian pekerjaan, promosi berlebih dan promosi

yang kurang.

4) Hubungan dalam pekerjaan

Harus hidup dengan orang lain merupakan salah satu aspek dari

kehidupan yang penuh stres. Hubungan yang baik antar anggota dari

satu kelompok kerja dianggap sebagai faktor utama dalam kesehatan

individu dan organisaasi.

5) Struktur dan iklim organisasi

Kepuasan dan ketidakpastian kerja berkaitan dengan penilaian dari

struktur dan iklim organisasi. Faktor stres yang ditemui terpusat pada

sejauh mana tenaga kerja dapat terlibat atau barperan serta dalam

organisasi.

6) Tuntutan dari luar organisasi atau pekerjaan

Kategori pembangkit stres potensial ini mencakup segala unsur

kehidupan seorang yang dapat berinteraksi dengan peristiwa-

peristiwa kehidupan dan kerja didalam satu organisasi dan dengan

demikian memberikan tekanan pada individu. Isu tentang keluarga,

krisis kehidupan, kesulitan keuangan, keyakinan-keyakinan pribadi

dan organisasi yang bertentangan, konflik antara tuntutan keluarga

dan tuntutan perusahaan semuanya dapat merupakan tekanan pada

individu dalam pekerjaannya.

7) Ciri individu
Stres ditentukan oleh individunya sendiri, sejauhmana ia melihat

situasinya sebagai penuh stres.

c. Gejala Stres Kerja

Menurut Ashar Sunyoto (2001) gejala-gejala stres di tempat kerja

sebagai berikut:

1) Tanda-tanda suasana hati (mood )

Berupa menjadi overexcited, cemas, merasa tidak pasti, sulit tidur

malam hari, menjadi mudah bingung dan lupa, menjadi sangat tidak

enak dan gelisah, menjadi gugup.

2) Tanda-tanda otot kerangka (musculoskeletal)

Berupa jari-jari dan tangan gemetar, tidak dapat duduk diam atau

berdiri di tempat, mengembangkan tic (gerakan tidak sengaja),

kepala mulai sakit, merasa otot menjadi tegang atau kaku,

menggagap ketika bicara, leher menjadi kaku.

3) Tanda-tanda organ-organ dalam badan (viseral)

Berupa perut terganggu, merasa jantung berdebar, banyak keringat,

tangan berkeringat, merasa kepala ringan atau akan pingsan,

mengalami kedinginan, wajah menjadi panas, mulut menjadi kering,

mendengar bunyi berdering dalam kuping.

Carry Cooper dan Alison Straw (Dalam Dwi Retnaningtyas 2005)

membagi gejala stres kerja menjadi tiga yaitu :

1) Gejala fisik
Gejala stres menyangkut fisik bisa mencakup: nafas memburu,

mulut dan kerongkongan kering, tangan lembab, merasa panas,

otot tegang, pencernaan terganggu, mencret- mencret, sembelit,

letih yang tak beralasan, sakit kepala, salah urat, gelisah

2) Gejala-gejala dalam wujud perilaku

Banyak gejala stres yang menjelma dalam wujud perilaku,

mencakup:

(a) Perasaan, berupa: bingung, cemas, dan sedih, jengkel, salah

paham, tak berdaya, tak mampu berbuat apa-apa, gelisah,

gagal, tak menarik, kehilangan semangat.

(b) Kesulitan dalam: berkonsentrasi, berfikir jernih, membuat

keputusan.

(c) Hilangnya: kreatifitas, gairah dalam penampilan, minat

terhadap orang lain.

3) Gejala-gejala di tempat kerja

Sebagian besar waktu bagi pekerja berada di tempat kerja, dan

jika dalam keadaan stres, gejala-gejala dapat mempengaruhi kita

di tempat kerja, antara lain:

(a) Kepuasan kerja rendah

(b) Kinerja yang menurun

(c) Semangat dan energi hilang

(d) Komunikasi tidak lancar

(e) Pengambilan keputusan jelek


(f) Kreatifitas dan inovasi berkurang

(g) Bergulat pada tugas-tugas yang tidak produktif.

Gejala-gejala stres kerja dapat berupa letih dan lelah,

kecewa, perasaan tidak berdaya, gangguan tidur,

kegelisahan, ketegangan, kecemasan, cepat marah,

kehilangan rasa percaya diri, perasaan kesepian atau

keterasingan, makan terlalu sedikit, mudah tersinggung,

berdebar-debar dan sulit berkonsentrasi (Bambang

Tarupolo, 2002).

d. Faktor Yang Mempengaruhi Stres Kerja

Adapun faktor yang mempengaruhi stres kerja antara lain adalah :

1) Faktor dari individu

a) Usia

Kebanyakan kinerja fisik mencapai puncak dalam usia

pertengahan 20-an dan kemudian menurun dengan bertambahnya

usia menyatakan batas usia lansia adalah 60 tahun ke atas

(Margatan, Arcole,1996). Sedangkan di Indonesia umur 55 tahun

sudah dianggap sebagai batas lanjut usia. Dengan menanjaknya

umur, maka kemampuan jasmani dan rohani pun akan menurun

secara perlahan–lahan tapi pasti. Aktivitas hidup juga berkurang,

yang mengakibatkan semakin bertambahnya ketidakmampuan

tubuh dalam berbagai hal. Proses menjadi tua disertai kurangnya


kemampuan kerja oleh karena perubahan-perubahan pada alat-alat

tubuh, sistem kardiovaskular, hormonal (Suma’mur P.K., 2009).

b) Jenis Kelamin

Adriana Pusparini dalam Sugeng Budiono A.M dkk (2003)

menjelaskan bahwa kekuatan fisik tubuh wanita rata-rata sekitar

2/3 dari pria. Sedang kemampuan untuk bergerak sekitar 35-80%

tergantung pada tugas dan otot yang terlibat. Kebanyakan, namun

tidak seluruhnya, pasien dengan keluhan letih saja tidak memiliki

kelainan organik yang serius. Beberapa pasien mengalami

sindrom kelelahan kronis, diartikan sebagai onset baru dari

kelelahan yang persisten/kambuh tanpa ada kelelahan

sebelumnya, yang tidak berkurang dengan istirahat dan cukup

berat sampai dapat mengurangi kemampuan dalam aktivitas

sehari-hari sebanyak 50% dari semula, selama ≥ 6 bulan. Sindrom

ini mengenai wanita dua kali lebih sering daripada pria dan sangat

umum ditemukan (Patrick Davey, 2005).

c) Status gizi

Keadaan gizi yang baik merupakan salah satu ciri kesehatan yang

baik, sehingga tenaga kerja yang produktif terwujud. Status gizi

merupakan salah satu penyebab kelelahan. Seorang tenaga kerja

dengan keadaan gizi yang baik akan memiliki kapasitas kerja dan

ketahanan tubuh yang lebih baik, begitu juga sebaliknya (Sugeng

Budiono A.M dkk, 2003). Pada keadaan gizi buruk, dengan beban
kerja berat akan mengganggu kerja dan menurunkan efisiensi dan

ketahanan tubuh sehingga mudah terjangkit penyakit sehingga

mempercepat timbulnya kelelahan. Tubuh memerlukan zat-zat

dari makanan untuk pemeliharaan tubuh, dan diperlukan juga

untuk pekerjaan yang meningkat sepadan dengan lebih beratnya

pekerjaan (Suma’mur P.K., 2009).

d) Kondisi kesehatan

Kondisi atau keadaan sejahtera dari badan, jiwa dan sosial yang

memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan

ekonomis. (Undang-undang No.23 Tahun 1992 Bab 1 pasal 1).

e) Keadaan psikologis

Faktor psikologi memainkan peran besar, karena penyakit dan

kelelahan itu dapat timbul dari konflik mental yang terjadi di

lingkungan pekerjaan, akhirnya dapat mempengaruhi kondisi fisik

pekerja (Sugeng Budiono A.M dkk, 2003). Masalah psikologis

dan kesakitan–kesakitan lainnya amatlah mudah untuk mengidap

suatu bentuk kelelahan kronis dan sangatlah sulit melepaskan

keterkaitannya dengan masalah kejiwaan

2) Faktor dari luar

a) Beban kerja

Setiap beban kerja yang diterima oleh seseorang harus sesuai

atau seimbang baik terhadap kemampuan fisik, kemampuan


kognitif maupun keterbatasan manusia yang menerima beban

tersebut (Tarwaka, dkk. 2004). Begitu juga dengan oksigen,

bahwa setiap individu mempunyai keterbatasan maksimum

untuk oksigen yang dikonsumsi. Semakin meningkatnya beban

kerja, maka konsumsi oksigen akan meningkat secara

proporsional sampai didapat kondisi maksimumnya. Beban kerja

yang lebih tinggi yang tidak dapat dilaksanakan dalam kondisi

aerobik, disebabkan oleh kandungan oksigen yang tidak

mencukupi untuk suatu proses aerobik. Akibatnya adalah

manifestasi rasa lelah yang ditandai dengan meningkatnya

kandungan asam laktat (Eko Nurmianto, 2003).

b) Lingkungan kerja (fisik)

Kebisingan

Kebisingan dapat mengganggu konsentrasi pekerja pada

pekerjaannya, terutama suara yang bernada tinggi, karena dapat

menimbulkan reaksi psikologis dan kelelahan (Budiman

Chandra, 2007). Eksposur terhadap kebisingan yang berlebihan

dapat menimbulkan pengaruh pada perilaku seperti kehilangan

konsentrasi, kehilangan keseimbangan dan disorientasi

(berkaitan dengan pengaruh kebisingan pada cairan di dalam

saluran semisirkular telinga dalam) dan juga kelelahan (John

Ridley, 2003).
3. Hubungan antara Intensitas Kebisingan terhadap Stres Kerja

Kondisi fisik di lingkungan kerja mempunyai pengaruh terhadap faal dan

psikologis diri seorang tenaga kerja. Salah satu kondisi fisik adalah suara

bising selain dapat menimbulkan gangguan sementara atau tetap pada alat

pendengaran kita, juga dapat merupakan sumber stres yang menyebabkan

peningkatan dari kesiagaan dan ketidakseimbangan psikologis kita.

Dalam artikel Stres kerja pengertian dan pengenalan stres menurut

Ivancevich & Matteson (2000) bependapat bahwa bising yang berlebih

(sekitar 80 desibel) yang berulangkali didengar, untuk jangka waktu yang

lamadapat menimbulkan stress.


B. Kerangka Pemikiran

Intensitas Sensasi suara gemuruh


kebisingan tinggi dan berdenging

stimulasi nucleus
ventralateralis thalamus

menguatkan sistem inhibisi


yang berada pada thalamus

Kelelahan mental

Persyarafan otonom
terganggu
Faktor intern
- Jenis kelamin Faktor ekstern
- Usia - Status gizi
Stres Kerja
- Beban kerja - Kondisi kesehatan
- Lingkungan kerja - Psikologis

Gambar 1. Kerangka Pemikiran

C. Hipotesis

Ada Pengaruh Intensitas Kebisingan terhadap Stres Kerja pada

Tenaga Kerja Penggilingan Padi di Kecamatan Mojolaban Sukoharjo.


BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan jenis penelitian observasional analitik

yaitu penelitian yang menjelaskan adanya pengaruh antara variabel-variabel

melalui pengujian hipotesis yang telah di rumuskan sebelumnya. Berdasarkan

pendekatannya, maka penelitian ini menggunakan pendekatan Cross

Sectional karena variabel sebab dan akibat yang terjadi pada objek penelitian

diukur dan dikumpulkan dalam waktu yang bersamaan dan dilakukan pada

situasi saat yang sama (Soekidjo Notoatmojo, 2002).

B. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di penggilingan padi di kecamatan

Mojolaban Sukoharjo, pada bulan Mei - Juni 2010.

C. Populasi Penelitian

Populasi adalah suatu kelompok atau kumpulan subjek atau objek

yang akan dikenai generalisasi hasil penelitian. Populasi yang digunakan

dalam penelitian ini adalah semua tenaga kerja penggilingan padi di

kecamatan Mojolaban sebanyak 21 orang.


24

D. Sampel Penelitian

Sampel adalah sebagian atau wakil dari suatu populasi yang akan

diteliti. Teknik sampling yang digunakan menggunakan purposive sampling,

yang berarti pemilihan sekelompok subjek dengan jumlah yang telah

ditentukan terlebih dahulu berdasarkan ciri-ciri atau sifat-sifat tertentu yang

dipandang mempunyai sangkut paut yang erat dengan ciri-ciri atau sifat-sifat

populasi yang sudah diketahui sebelumnya (Sutrisno Hadi, 2004).

Populasi yang diambil untuk dijadikan sampel penelitian adalah

yang memenuhi kriteria inklusi sebagai berikut:

a. Jenis kelamin Laki-laki

b. Usia 20-50 tahun

c. Beban kerja

d. Lingkungan kerja

Populasi tenaga kerja yang ada di penggilingan padi Mojolaban

adalah 21 orang. Untuk mengambil sampel dari populasi yang ada yaitu

dengan menggunakan purposive sampling atau pengambilan sampel sesuai

kriteria inklusi diatas. Sehingga dari populasi yang berjumlah 21 orang

tersebut terpilih 17 orang yang menjadi sampel untuk penelitian ini,


25

E. Kerangka Konsep

Variabel pengganggu terkendali


- Jenis kelamin
- Usia
- Beban kerja
- Lingkungan kerja

Variabel bebas Variabel terikat


Kebisingan Stres Kerja

Variabel pengganggu tidak terkendali


- Status gizi
- Kondisi kesehatan
- Psikologis

Gambar 2. Kerangka Konsep

F. Identifikasi Variabel Penelitian

1. Variabel Bebas

Variabel bebas adalah variabel yang menjadi sebab timbulnya

atau berubahnya variabel terikat. Variabel bebas dalam penelitian ini

adalah intensitas kebisingan.

2. Variabel Terikat

Variabel terikat adalah variabel yang dipengaruhi atau yang

menjadi akibat karena adanya variabel bebas. Variabel terikat dalam

penelitian ini adalah stres kerja.

3. Variabel Pengganggu
26

Variabel pengganggu adalah variabel yang mempengaruhi

hubungan antara variabel bebas dan variabel terikat.

Variabel pengganggu dalam penelitian ini ada dua, yaitu:

a. Variabel pengganggu terkendali : jenis kelamin, usia, beban kerja, dan

lingkungan kerja.

b. Variabel pengganggu tidak terkendali : status gizi, kondisi kesehatan

dan keadaan psikologis.

G. Definisi Operasional Variabel Penelitian

1. Intensitas Kebisingan

Intensitas kebisingan adalah bunyi atau suara yang

keberadaannya tidak dikehendaki yang bersumber dari alat-alat proses

produksi dan atau alat-alat kerja yang pada tingkat tertentu dapat

menimbulkan gangguan pendengaran.

Alat ukur : Sound Level Meter

Satuan : dB(A)

Hasil pengukuran dikelompokkan menjadi 2 kelompok yaitu kebisingan

di atas 85 dB(A) dan kebisingan di bawah 85 dB(A).

Skala pengukuran : nominal

2. Stres kerja

Stres kerja adalah suatu tanggapan dalam menyesuaikan diri

yang dipengaruhi oleh perbedaan individu dan proses psikologis, sebagai

konsekuensi dari tindakan lingkungan.


27

Alat ukur : Kuasioner Bourdon Wiersma Test

Hasil pengukuran dikelompokkan menjadi 2 kelompok yaitu stres (skor

tingkat ketelitian yang terendah) dan tidak stres (skor tingkat ketelitian

yang tertinggi).

Skala pengukuran : nominal

3. Usia

Usia adalah waktu yang dihitung berdasarkan tahun kelahiran,

hingga saat penelitian dilakukan, yang dihitung dalam tahun. Data yang

diperoleh dengan cara pengisian kuesioner penjaringan sampel dan

identitas diri tenaga kerja. Usia tenaga kerja yang diteliti yaitu sekitar 20-

50 tahun.

4. Jenis kelamin

Jenis kelamin adalah istilah yang membedakan antara laki-laki

dan perempuan secara biologis dan dibawa sejak lahir dengan sejumlah

sifat yang diterima orang sebagai karakteristik laki-laki dan perempuan.

Jenis kelamin yang diambil dalam penelitian ini adalah yang berjenis

kelamin laki-laki.

5. Lama kerja

Lama kerja adalah waktu kerja dari tenaga kerja selama satu hari

yang dapat diketahui dari observasi yang dilakukan selama penelitian,

yaitu selama 7 (tujuh) jam kerja dalam sehari.


28

H. Desain Penelitian

Populasi
Purposive sampling

Subjek

Intensitas Kebisingan Intensitas Kebisingan


di atas 85 dB(A) di bawah 85 dB(A)

Stres Tidak Stres Stres Tidak Stres


(X1) (X2) (X3) (X4)

Fisher Exact
Probability Test

Gambar 3. Desain Penelitian

Keterangan :

X1 : subjek yang mengalami stres kerja yang bekerja di tempat yang

mempunyai intensitas kebisingan di atas 85 dB(A).

X2 : subjek yang tidak mengalami stres kerja yang bekerja di tempat yang

mempunyai intensitas kebisingan di atas 85 dB(A).

X3 : subjek yang mengalami stres kerja yang bekerja di tempat yang

mempunyai intensitas kebisingan di bawah 85 dB(A).

X4 : subjek yang tidak mengalami stres kerja yang bekerja di

tempat yang mempunyai intensitas kebisingan di bawah 85 dB(A).


29

I. Teknik Pengambilan Data

Pada penelitian ini pengambilan data dilakukan dengan pengambilan

data primer yang meliputi intensitas kebisingan, pengukuran stres kerja, serta

hasil wawancara dengan menggunakan kuesioner.

J. Pengumpulan Data

Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan melalui tahap-

tahap sebagai berikut :

1. Tahap Persiapan

Survei pendahuluan ke tempat penelitian untuk melihat kondisi

tempat kerja, proses kerja, serta kondisi tenaga kerja. Kemudian

mempersiapkan proposal penelitian. Pengumpulan data ini dimulai

setelah proposal penelitian disahkan oleh pembimbing serta izin dari

pemilik penggilingan padi di Kecamatan Mojolaban Sukoharjo.

2. Tahap Pelaksanaan

Pengumpulan data dilakukan selama satu bulan. Tahap

pelaksanaan pengumpulan data dilakukan dengan langkah-langkah

sebagai berikut:

a. Setelah mendapat izin dari pemilik penggilingan padi di kecamatan

Mojolaban peneliti menjelaskan tentang tujuan dari penelitian serta

mengkonfirmasikan mengenai instrumen yang dipakai dalam

penelitian ini.
30

b. Mewawancarai satu persatu tenaga kerja yang ada mengenai

identitas diri serta faktor-faktor yang dapat mempengaruhi stres kerja

kaitannya dengan intensitas kebisingan.

c. Menentukan sampel penelitian.

d. Melakukan pengukuran intensitas kebisingan dan stres kerja.

e. Merekap data perolehan hasil penelitian.

3. Tahap Penyelesaian

Mengumpulkan semua data, mengolah, menganalisa dan menyimpulkan.

K. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian merupakan peralatan untuk mendapatkan data

sesuai dengan tujuan penelitian. Dalam penelitian ini peralatan yang

digunakan untuk pengambilan data beserta pendukungnya adalah :

1. Sound level meter, yaitu alat untuk mengukur intensitas kebisingan.

Merek alat : Sound Level Meter RION NA-20

Satuan : dBA

Teknik pengukurannya adalah:

a. Putar switch ke A.

b. Putar FILTER-CAL-INT ke arah INT.

c. Putar level switch sesuai dengan tingkat kebisingan yang terukur.

d. Gunakan meter dynamic characteristic selector switch “FAST”

karena jenis kebisingannya continue.


31

e. Pengukuran dilakukan selama 1-2 menit, mikropon diarahkan ke

sumber kebisingan.

f. Jarak sound level meter dengan sumber bising adalah sesuai dengan

posisi tenaga kerja selama kerja.

g. Angka skala dibaca setelah panah penunjuk dalam keadaan stabil.

2. Kuasioner Bourdon wiersma test, yaitu test tentang pengukuran

kecepatan, ketepatan dan konstansi untuk mengetahui stres kerja dengan

melingkari kelompok 4 titik tiap baris dan kolom pada formulir Bourdon

wiersma.

Teknik pengukurannya adalah :

a. Subjek atau responden diminta untuk melingkari kelompok 4 titik

dan harus ditekankan bahwa baris demi baris harus dikerjakan dari

kiri ke kanan dan suruh mengerjakan dengan teliti dan cepat dalam

batasan waktu tertentu (dengan waktu maksimal setengah menit

dipersingkat mungkin secara seragam dalam melingkari tiap

barisnya) serta tidak boleh ada kelompok 4 titik yang terlompati.

b. Setiap baris diperiksa dan dihitung, penilaian ketelitian yaitu jumlah

kesalahan yang dihitung dari banyaknya kelompok 4 titik yang

dilompati atas yang dicoret bukan kelompok 4 titik sehingga didapat

skor nilai tingkat ketelitian.

3. Lembar hasil pengukuran, yaitu daftar yang berisi pencatatan data

kebisingan.

4. Alat tulis, yaitu untuk mencatat hasil dari pengukuran.


32

5. Stopwatch, yaitu alat pengukur waktu yang digunakan untuk pengukuran

kebisingan dan stres kerja.

L. Teknik Pengolahan dan Analisis Data

Teknik pengolahan dan analisis data dilakukan dengan uji statistik

Fisher exact probability test dengan menggunakan program komputer SPSS

versi 14.0, dengan interpretasi hasil sebagai berikut :

1. Jika p value ≤ 0,01 maka hasil uji dinyatakan sangat signifikan.

2. Jika p value > 0,01 tetapi ≤ 0,05 maka hasil uji dinyatakan signifikan.

3. Jika p value > 0,05 maka hasil uji dinyatakan tidak signifikan.

(Luknis Sabri, 2008).


33

BAB IV

HASIL PENELITIAN

A. Gambaran Umum Perusahaan

PB Lumbung dan PB Sri Mulyo merupakan industri kecil yang

bergerak di bidang penggilingan padi. PB Lumbung terletak di Dukuh

Premban RT 02/6 Klumprit, Mojolaban. Pemilik penggilingan padi PB

Lumbung ini adalah Bapak Hartono yang mendirikan penggilingan padi ini

sejak tahun 2003. Dalam proses produksinya PB Lumbung menggunakan 5

unit mesin yang terdiri dari 2 unit mesin pecah gabah dan 3 unit mesin

pemutih. Setiap harinya industri ini beroperasi selama 8 jam yaitu dari jam

08.00-16.00 dengan istirahat 1 jam, yaitu dari jam 12.00-13.00. Dalam satu

minggu industri ini libur satu hari, yaitu pada hari minggu dan pada tanggal

merah juga ikut libur. Jumlah tenaga kerja industri ini semuanya adalah 12

orang.

PB Sri Mulyo terletak di Dukuh Candirejo RT 02/5 Klumprit,

Mojolaban. Pemilik penggilingan padi PB Sri Mulyo ini adalah Bapak Sri

Yanto yang mendirikan penggilingan padi ini sejak tahun 1992. Dalam proses

produksinya PB Sri Mulyo menngunakan 3 unit mesin yang terdiri dari 1 unit

mesin pecah gabah, 1 unit mesin pemutih dan 1 unit mesin wuluh. Setiap

harinya industri ini beroperasi selama 8 jam yaitu dari jam 08.00-16.00

dengan istirahat 1 jam, yaitu dari jam 12.00-13.00. Dalam satu minggu
34

industri ini libur satu hari, yaitu pada hari minggu dan pada tanggal merah

juga ikut libur. Jumlah tenaga kerja industri ini semuanya adalah 9 orang.

Dari pengamatan yang peneliti lakukan selama penelitian dapat

diketahui bahwa tenaga kerja yang ada tidak ada yang memakai masker,

padahal pada tempat kerja tersebut kadar debu padinya cukup banyak. Selain

itu kebisingan yang ditimbulkan dari semua mesin yang beroperasi cukup

tinggi dan tenaga kerja tidak ada yang memakai ear plug, hal tersebut peneliti

ketahui dari pengukuran yang peneliti lakukan.

B. Karakteristik Subjek Penelitian

1. Umur dan Jenis Kelamin

Dari hasil wawancara diketahui bahwa rata-rata umur responden

pada penelitian ini 38,47 tahun dengan umur minimal responden adalah 23

tahun dan umur maksimal responden adalah 49 tahun. Standar deviasi

umur responden adalah 8,308. Sedangkan jenis kelamin dari tenaga kerja

yang menjadi sampel adalah laki-laki sejumlah 17 orang. Adapun sebaran

responden berdasar usia dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 1.1. Distribusi frekuensi responden berdasarkan umur


Umur (Tahun) Frekuensi Prosentase (%)
23 1 5,9
25 2 11,8
33 1 5,9
36 1 5,9
37 1 5,9
38 3 17,6
40 2 11,8
42 1 5,9
45 1 5,9
Bersambung...
35

Sambungan...
48 2 11,8
49 2 11,8
Jumlah 17 100

C. Hasil Pengukuran Intensitas Kebisingan Tempat Kerja

Pengukuran intensitas kebisingan pada tempat kerja dilakukan dalam

8 (delapan) titik pengukuran. Pengukuran dilakukan di dalam ruang mesin

penggilingan padi dan di luar ruangan yaitu di tempat penjemuran padi. Hasil

pengukuran tersebut dapat dilihat pada tabel berikut ini :

Tabel 1.2. Hasil Pengukuran Intensitas Kebisingan di dalam ruang.

No. Jam Leq (dBA)


1 08.30 92,23
2 09.30 91,44
3 10.30 93,52
4 11.30 94,72
5 13.30 96,80
6 14.30 96,32
7 15.30 91,61
Terendah 91,44
Tertinggi 96,80

Tabel 1.3. Hasil Pengukuran Intensitas Kebisingan di luar ruang.

No. Jam Leq (dBA)


1 08.30 74,39
2 09.30 72,56
3 10.30 74,66
4 11.30 75,33
5 13.30 76,80
6 14.30 74,11
7 15.30 69,52
Terendah 69,52
Tertinggi 76,80

intensitas kebisingan tertinggi didapatkan pada jam 14.30 WIB yaitu

96,80 dBA dan intensitas kebisingan terendah didapatkan pada jam 09.30
36

WIB yaitu 91,44 dBA. Dan intensitas kebisingan tertinggi didapatkan pada

jam 13.30 WIB yaitu 76,80 dBA dan intensitas kebisingan terendah

didapatkan pada jam 15.30 WIB yaitu 69,52 dBA.Selama penelitian

dilakukan tidak ada penambahan mesin dan alat-alat lainnya yang dapat

menambah intensitas kebisingan. Selain itu selama penelitian dilakukan alat

yang beroperasi untuk produksi sama, sehingga intensitas kebisingan tidak

jauh berbeda dibandingkan hari-hari lainnya.

D. Hasil Pengukuran Stres Kerja pada Tenaga Kerja

Pengukuran stres kerja dilakukan setelah kerja. Pengukuran

dilakukan terhadap tenaga kerja yang bekerja di dalam ruang mesin

penggilingan padi yang mempunyai intensitas kebisingan di atas 85 dB (A)

dan tenaga kerja yang bekerja di luar ruangan yaitu di tempat penjemuran padi

yang mempunyai intensitas kebisingan di bawah 85 dB(A). Hasil pengukuran

tersebut dapat dilihat pada tabel berikut ini :

Tabel 1.4. Hasil Pengukuran Stres Kerja Tenaga Kerja yang Terpapar

Intensitas Kebisingan di Atas 85 dB(A)

Nama Skor (Tingkat ketelitian) Stres Tidak Stres


A 42 √
B 27 √
C 45 √
D 56 √
E 41 √
F 13 √
G 57 √
H 46 √
37

Tabel 1.5. Hasil Pengukuran Stres Kerja Tenaga Kerja yang Terpapar

Intensitas Kebisingan di Bawah 85 db(A)

Nama Skor (Tingkat ketelitian) Stres Tidak Stres


I 6 √
J 10 √
K 24 √
L 22 √
M 13 √
N 7 √
O 9 √
P 20 √
Q 11 √

Pada tenaga kerja yang terpapar intensitas kebisingan di atas 85

db(A) dengan skor (tingkat ketelitian) nilai tertinggi 57 dan terendah 13,

didapatkan nilai tengahnya 35 sehingga untuk skor > 35 bahwa tenaga kerja

mengalami stres kerja dan skor < 35 bahwa tenaga kerja tidak mengalami

stres kerja. Sedangkan untuk tenaga kerja yang terpapar intensitas kebisingan

di bawah 85 db(A) dengan skor (tingkat ketelitian) nilai tertinggi 24 dan

terendah 6, didapatkan nilai tengahnya 15 sehingga untuk skor > 15 bahwa

tenaga kerja mengalami stres kerja dan skor < 15 bahwa tenaga kerja tidak

mengalami stres kerja.

E. Hasil Pengujian Fisher Exact Probability test Statistik Intensitas

Kebisingan terhadap Stres Kerja

Untuk menganalisa pengaruh intensitas kebisingan terhadap stres

kerja dapat diketahui dengan pengujian menggunakan program SPSS versi

14.0, yaitu sebagai berikut:


38

Tabel 1.6. Hasil uji fisher exact probability test stres kerja pada pekerja

Variabel Value Exact Sig. (1-sided) contingency

Kebisingan
4,735 .044 .467
Stres kerja

Bila dilihat dari hasil menunjukkan bahwa harga (X²) hitung 4,735

sedangkan harga (X²) tabel pada db = 2-1 : 1, exact test 1-sided yaitu

0,044 pada taraf signifikansi 0,05 adalah 0,044. Hal ini berarti bahwa X²

hitung > X². Maka dapat disimpulkan bahwa ada hubungan signifikan

antara intensitas kebisingan dengan stres kerja. Semakin tinggi intensitas

kebisingan semakin meningkatkan stres kerja pada tenaga kerja.

Hasil pengukuran intensitas kebisingan terhadap stres kerja didapat

hasil untuk tenaga kerja yang terpapar intensitas kebisingan > 85 dB(A)

yaitu 6 tenaga kerja mengalami stres kerja dan 2 tenaga kerja tidak stres

kerja,

Sedangkan untuk tenaga kerja yang terpapar intensitas kebisingan <

85 dB(A) yaitu 2 tenaga kerja mengalami stres kerja dan 7 tenaga kerja

tidak mengalami stress kerja. Dengan data sebagai berikut, dalam

prosentase :

Tabel 1.7. Hasil pengukuran intensitas kebisingan terhadap stres kerja

Kriteria Stres Kerja Tidak Stres Kerja


Terpapar bising > 85 dB(A) 75% 25%
Terpapar bising < 85 dB(A) 22,25% 77,25%
BAB V

PEMBAHASAN

A. Karakteristik Subjek Penelitian

Pemilihan responden berjenis kelamin sama yaitu laki-laki,

dimaksudkan untuk memperoleh karakteristik responden yang hampir sama.

Untuk homogenitas.

Tenaga kerja yang diteliti atau yang digunakan sebagai sampel

adalah yang berusia 20-50 tahun dimana, kebanyakan kinerja fisik mencapai

puncak dalam usia pertengahan 20-an dan kemudian menurun dengan

bertambahnya usia menyatakan batas usia lansia adalah 60 tahun ke atas

(Margatan, Arcole,1996). Sedangkan di Indonesia umur 55 tahun sudah

dianggap sebagai batas lanjut usia.

Lama kerja tenaga kerja yang menjadi sampel adalah 8 jam per hari,

dengan waktu istirahat selama 1 jam sehingga lama terpapar kebisingan

selama 7 jam per hari.

Dengan menyamakan karakteristik responden tersebut dimaksudkan

agar dapat diketahui stres kerja yang disebabkan oleh faktor kebisingan.

B. Intensitas Kebisingan Tempat Kerja

Intensitas kebisingan yang diperoleh dari 8 titik pengukuran selama

sehari di dalam ruangan yang tertinggi adalah 96,80 dBA dan di luar ruangan

yang tertinggi adalah 76,80 dBA. Berdasarkan Kepmenaker No KEP

39
51/MEN/1999 tentang Nilai Ambang Batas (NAB) Faktor Fisika di Tempat

Kerja yang menyebutkan bahwa Nilai Ambang Batas untuk pemajanan 8 jam

per hari atau 40 jam dalam satu minggu adalah sebesar 85

dBA (Sugeng Budiono A.M dkk, 2003). Dari hasil pengukuran dapat

disimpulkan bahwa intensitas kebisingan pada tempat kerja tersebut melebihi

Nilai Ambang Batas (NAB) yang diperkenankan. Dalam bekerja semua

tenaga kerja tidak memakai ear plug. Sehingga intensitas kebisingan yang

melebihi Nilai Ambang Batas tersebut dapat menyebabkan gangguan

kesehatan. Menurut Dwi P. Sasongko (2000), bahwa kebisingan yang

melebihi nilai ambang batas (NAB) dapat menyebabkan berbagai gangguan

terhadap kesehatan tenaga kerja seperti gangguan komunikasi, psikologis,

fisiologis, keseimbangan (pusing), dan ketulian. Sehingga untuk menghindari

tersebut perlu adanya pengendalian. Pengendalian yang bisa dilakukan adalah

dengan memakai alat pelindung telinga, seperti ear plug.

C. Analisis Pengaruh Intensitas Kebisingan terhadap Stres Kerja

Dalam penelitian ini peneliti berusaha untuk mendapatkan hasil

bahwa intensitas kebisingan berpengaruh terhadap stres kerja. Dari hasil

analisis data ditemukan terjadinya stres kerja pada tenaga kerja penggilingan

padi di Kecamatan Mojolaban Sukoharjo. Hal ini terlihat dari pengaruh yang

signifikan antara intensitas kebisingan terhadap stres kerja, peneliti secara

rinci mendapatkan bukti bahwa timbulnya stres kerja dengan


40

p value = 0,044. Dan nilai signifikan harus < 0,05, yang telah sama

dengan penelitian yang dilakukan oleh Andi Mursali, dr. (2007) yang

menyebutkan bahwa ada hubungan yang bermakna/signifikan antara

intensitas kebisingan dan stres kerja, maka ada pengaruh yang signifikan

antara intensitas kebisingan terhadap stres kerja pada tenaga kerja.


BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

1. Karakteristik responden adalah berjenis kelamin laki-laki dengan usia

antara 20-50 tahun, dan lama kerja 7 jam per hari.

2. Intensitas kebisingan tempat kerja di dalam ruangan mesin penggilingan

melebihi nilai ambang batas (NAB) yang diperkenankan, intensitas

kebisingan tertinggi yaitu 96,80 dBA. Sedangkan untuk intensitas

tertinggi di luar ruangan 76,80 dBA di bawah NAB.

3. Hasil pengujian statistik fisher exact probability menunjukkan bahwa :

Didapatkan data p value yaitu 0,044 yang berarti p<0,05 yang artinya

ada hubungan yang signifikan antara intensitas kebisingan dengan stres

kerja.

Dengan besarnya pengaruh 0,467 atau 46,7% dilihat dari nilai (coefisien

contingency).
B. Saran

1. Bagi tenaga kerja sebaiknya menggunakan alat pelindung telinga atau

ear plug untuk mencegah stres kerja akibat intensitas kebisingan yang

ditimbulkan oleh mesin penggilingan padi.

2. Bagi peneliti selanjutnya, sebaiknya dilakukan penelitian yang lebih teliti

dengan memperhatikan faktor-faktor yang mempengaruhi stres kerja

lainnya.
DAFTAR PUSTAKA

Andi Mursali, dr. 2007, Hubungan Bising Dengan Stres Pada Pekerja di
Perusahaan Pemintalan Benang BKM, Abstrak.
http://agungpia.multiply.com/journal/item/35/Stress_Kerja. diakses 23
Juni 2010

Anhar Hadian, 2000, Bising Bisa Timbulkan Tuli, http://www.indomedia.com.

Ashar Sunyoto. 2001. Psikologi Industri dan Organisasi. Jakarta: Universitas


Indonesia.

Bambang Tarupolo. 2002. Warta Kesehatan Kerja Media Komunikasi


Kesehatan Kerja edisi 2.

Benny L, Pratama dan Adhi Ari Utomo dalam Edhie Sarwono, dkk, 2002,
Green Company Pedoman Pengelolaan Lingkungan, Keselamatan dan
Kesehatan Kerja (LK3), Jakarta: PT Astra International Tbk.

Budiman Candra. 2007, Pengantar Kesehatan Lingkungan, Jakarta: EGC.

Charles D, Spielberger, Gibson et al, 2000. Artikel Stres Kerja pengertian dan
pengenalan
http://agungpia.multiply.com/journal/item/35/Stress_Kerja_pengertian
_dan_pengenalan.Stress_Kerja_pengertian_dan_pengenalan_files\jour
nal.pg, diakses 25 April 2010.

Carry Cooper dan Alison Straw. 1995. Stres Manajemen Sukses Dalam
Sepekan. Editor: Fathudin. Jakarta: Kesaint Blanc.

Departemen Kesehatan RI, 2002, Paradigma Sehat Menuju Indonesia Sehat


2010, Jakarta: Depkes RI.

Dwi P. Sasongko, 2000, Kebisingan Lingkungan, Semarang: Badan Penerbit


Universitas Diponegoro Semarang.

Dwi Retnaningtyas. 2005. Hubungan Antara Stres Kerja Dengan


Produktivitas Kerja Di Bagian Linting Rokok PT Gentong Gotri
Semarang. Skripsi. Fakultas Ilmu Keolahragaan Unnes.

Eko Nurmianto, 2003, Ergonomi Konsep Dasar dan Aplikasinya, Surabaya:


Guna Widya.

John Ridley. 2003. Kesehatan dan Keselamatan Kerja. Jakarta.


Luknis Sabri, Sutanto Priyo Hastono. 2008. Statistik Kesehatan. Jakarta : PT.
Raja Grafindo Persada.

Margatan, Arcole. 1996, Kiat Hidup Sehat Bagi Usia Lanjut, Solo: CV Aneka.

Mike Wardhani, Suci Mahanani, Widhi Eviyanti. 2004. Editor Wahyu


Purwanto. Evaluasi Kebisingan, Temperatur dan
Pencahayaan.Proceding Seminar Nasional Ergonomi 2. Yogyakarta.

Patrick Davey. 2005. At a Glance Medicine. Jakarta : Erlangga.

Sihar Tigor Benjamin Tambunan, 2005, Kebisingan Di Tempat Kerja


(Occupational Noise), Yogyakarta: Andi.

Soekidjo Notoatmodjo, 2002, Metodologi Penelitian Kesehatan, Jakarta:


Rineka Cipta.

, 2003, Ilmu Kesehatan Masyarakat (prinsip-prinsip


dasar), Jakarta: Rineka Cipta

Soeripto Moeljosoedarmo, 2008, Higene Industri, Jakarta: FKUI.

Sugeng Budiono A.M, R.M.S. Jusuf, Adriana Pusparini, 2003, Bunga Rampai
Hiperkes dan Keselamatan Kerja, Semarang: Badan Penerbit
Universitas Diponegoro.

Suma’mur PK. PK. 2009. Higiene Perusahaan Dan Kesehatan Kerja. Jakarta:
CV. Sagung Seto.

Sutaryono. 2002. Hubungan antara tekanan panas, kebisingan dan


penerangan dengan kelelahan pada tenaga kerja di PT. Aneka Adho
Logam Karya Ceper klaten, Skripsi. Semarang : UNDIP.

Tarwaka, Solichul HA. Bakri, Lilik Sudiajeng, 2004. Ergonomi Untuk


Keselamatan, Kesehatan Kerja dan Produktivitas. Surakarta : UNIBA
PRESS.

Tim Penyusun. 2007. Buku Pedoman Praktikum Kesehatan Kerja Semester ll.
Surakarta : Universitas Sebelas Maret.

Anda mungkin juga menyukai