A. KONSEP DASAR
1. DEFINISI
Kegagalan jantung kongestif adalah suatu kegagalan pemompaan (di mana
cardiac output tidak mencukupi kebutuhan metabolik tubuh), hal ini mungkin
terjadi sebagai akibat akhir dari gangguan jantung, pembuluh darah atau kapasitas
oksigen yang terbawa dalam darah yang mengakibatkan jantung tidak dapat
mencukupi kebutuhan oksigen pada berbagai organ. (Ni Luh Gede Yasmin, 1993)
Gagal jantung kongestif (CHF) adalah keadaan patofisiologis
berupa kelainan fungsi jantung, sehingga jantung tidak mampu memompa darah
untuk memenuhi kebutuhan metabolisme jaringan atau kemampuannya hanya
adakalau disertai peninggian volume diastolik secara abnormal. Penamaan gagal
jantung kongestif yang sering digunakan kalau terjadi gagal jantung sisi kiri dan
sisi kanan. (Mansjoer, 2001)
Pengertian lain menyebutkan bahwa dekompensasi cordis adalah
ketidakmampuan jantung memompakan darah untuk memenuhi kebutuhan
metabolisme dan kebutuhan oksigen jaringan. (Doenges, 2008)
Dari pengertian diatas dapat diambil kesimpulan bahwa dekompensasi cordis
merupakan keadaan jantung yang sudah tidak mampu lagi memompa darah sesuai
dengan kebutuhan tubuh.
2. ANATOMI FISIOLOGI
Jantung terdiri dari 4 ruang, yaitu dua ruang yang berdinding tipis disebut
atrium (serambi), dan 2 ruang yang berdinding tebal disebut ventrikel (bilik),
yaitu sebagai berikut :
1. Atrium
Atrium kanan berfungsi sebagai penampungan darah yang rendah oksigen
dari seluruh tubuh. Darah tersebut mengalir melalui vena kava superior,
vena kava inferior, serta sinus koronarius yang berasal dari jantung sendiri.
Dari atrium kanan kemudian darah di pompakan ke ventrikel kanan.
Atrium kiri menerima darah yang kaya akan oksigen dari paru melalui 4
buah vena pulmonalis. Kemudian darah dialirkan ke ventrikel kiri. Antara
kedua atrium dipisahkan oleh sekat yang disebut septum atrium.
2. Ventrikel
Ventrikel kanan, menerima darah dari atrium kanan yang kemudian
dipompakan ke paru melalui arteri pulmonalis.
Ventrikel kiri, menerima darah dari atrium kiri kemudian memompakannya
ke seluruh tubuh melalui aorta. Kedua ventrikel dipisahkan oleh sekat yang
disebut septum ventrikel.
Lingkaran sirkulasi jantung dapat dibagi menjadi dua bagian besar yaitu
sirkulasi sistemik dan sirkulasi pulmonal. Namun demikian terdapat juga sirkulasi
koroner yang juga berperan sangat penting bagi sirkulasi jantung, yaitu
mempunyai fungsi sebagai berikut :
1. Sirkulasi Sistemik
Mengalirkan darah ke berbagai organ tubuh.
Memenuhi kebutuhan organ yang berbeda.
Memerlukan tekanan permulaan yang besar.
Banyak mengalami tahanan.
Kolom hidrostatik panjang.
2. Sirkulasi Pulmonal
Hanya mengalirkan darah ke paru.
Hanya berfungsi untuk paru-paru.
Mempunyai tekanan permulaan yang rendah.
Hanya sedikit mengalami tahanan.
Kolom hidrostatiknya pendek.
3. Sirkulasi Koroner
Efisiensi jantung sebagi pompa tergantung dari nutrisi dan oksigenasi yang
cukup pada otot jantung itu sendiri. Sirkulasi koroner meliputi seluruh
permukaan jantung dan membawa oksigen untk miokardium melalui
cabang-cabang intramiokardial yang kecil-kecil.
Aliran darah koroner meningkat pada:
Peningkatan aktifitas
Jantung berdenyut
Rangsang sistem saraf simpatis
3. ETIOLOGI
Menurut Price (1994) decompensasi cordis adalah sebagai berikut:
1) Kelainan mekanis.
a. Peningkatan beban tekanan
Sentral (stenosis aorta dan sebagainya)
Perifer (hipertensi sistemik dan sebagainya)
b. Peningkatan beban volume (regurgitasi katub, pirau, peningkatan beban
awal dan sebagainya)
c. Obstruksi terhadap pengisian ventrikel (stenosis mitralis atau trikus pidalis).
d. Tamponade perikardium.
e. Restriksi endokardium atau miokardium.
f. Aneurisme ventrikel.
g. Dis sinergi ventrikel.
2) Kelainan miokardium
a. Primer
Kardiomiopati.
Miokarditis.
Kelainan metabolik.
Toksisitas, (alkohol, obat dan sebagainya).
Presbikardia.
b. Kelainan dis-dinamik sekunder (sekunder terhadap kelainan mekanis) .
Kekurangan oksigen (penyakit jantung koroner).
Kelainan metabolik.
Inflamasi.
Penyakit sistemik.
Penyakit paru obstruktif menahun.
3) Berubahnya irama jantung atau urutan konduksi.
Henti jantung.
Fibrilasi.
Takikardi atau bradikardi yang berat.
Asinkronisasi listrik, gangguan konduksi.
5. Patofisiologi
Kelainan intrinsic pada kontraktilitas miokardium yang khas pada gagal
jantung iskemik, mengganggu kemampuan pengosongan ventrikel yang
efektif. Kontraktilitas ventrikel kiri yang menurun mengurangi curah sekuncup,
dan meningkatkan volume residu ventrikel. Dengan meningkatnya EDV (volume
akhir diastolic ventrikel), maka terjadi pula pengingkatan tekanan akhir diastolic
ventrikel kiri (LVEDP). Derajat peningkatan tekanan tergantung dari kelenturan
ventrikel. Dengan meningkatnya LVEDP, maka terjadi pula peningkatan tekanan
atrium kiri (LAP) karena atrium dan ventrikel berhubungan langsung selama
diastole. Peningkatan LAP diteruskan ke belakang ke dalam anyaman vascular
paru-paru, meningkatkan tekanan kapiler dan vena paru-paru. Jika tekanan
hidrostatik dari anyaman kapiler paru-paru melebihi tekanan onkotik vascular,
maka akan terjadi transudasi cairan ke dalam intertisial. Jika kecepatan transudasi
cairan melebihi kecepatan drainase limfatik, maka akan terjadi edema intertisial.
Peningkatan tekanan lebih lanjut dapat mengakibatkan cairan merembes ke dalam
alveoli dan terjadilah edema paru-paru.
Tekanan arteria paru-paru dapat meningkat sebagai respon terhadap
peningkatan kronis tekanan vena paru. Hipertensi pulmonary meningkatkan
tahanan terhadap ejeksi ventrikel kanan. Serentetan kejadian seperti yang terjadi
pada jantung kiri, juga akan terjadi pada jantung kanan, di mana akhirnya akan
terjadi kongesti sistemik dan edema.
Perkembangan dari kongesti sistemik atau paru-paru dan edema dapat
dieksaserbasi oleh regurgitasi fungsional dari katup-katup trikuspidalis atau
mitralis bergantian. Regurgitasi fungsional dapat disebabkan oleh dilatasi dari
annulus katup atrioventrikularis, atau perubahan-perubahan pada orientasi otot
papilaris dan korda tendinae yang terjadi sekunder akibat dilatasi ruang (smeltzer
2001).
6. Pemeriksaan Penunjang
1) Foto torax dapat mengungkapkan adanya pembesaran jantung, oedema atau
efusi pleura yang menegaskan diagnosa CHF
2) EKG (Ekokardiogram) dapat mengetahui hipertrofi atrial atau ventrikuler,
penyimpanan aksis, iskemia dan kerusakan pola, sinus takikardi, iskemi,
infark/fibrilasi atrium, ventrikel hipertrofi, disfungsi penyakit katub jantung,
tachicardi, hipertrofi bilik jantung dan iskemi (jika disebabkan AMI
3) Pemeriksaan Lab meliputi : Elektrolit serum yang mengungkapkan kadar
natrium yang rendah sehingga hasil hemodelusi darah dari adanya kelebihan
retensi air, K, Na, Cl, Ureum, gula darah
4) Kateterisasi jantung. Tekanan abnormal menunjukkan indikasi dan membantu
membedakan gagal jantung sisi kanan dan kiri, stenosis katub atau insufisiensi
serta mengkaji potensi arteri koroner.
7. Komplikasi
Penyakit Congestive Heart Failure (CHF) apabila tidak ditangani dengan
baik akan menimbulkan komplikasi serius seperti syok kardiogenik, episode
tromboemboli, efusi perikardium dan tamponade perikardium. Meskipun berbagai
macam penyakit jantung seperti gangguan katup telah menurun akibat teknologi
penatalaksanaan yang canggih, namun Congestive Heart Failure CHF masih tetap
merupakan ancaman kesehatan yang dapat menimbulkan kematian (Brunner dan
Suddarth, 2002).
8. Penatalaksanaan
1. Terapi Non farmakologis
a. Dukung istirahat dan pembatasan aktivitas fisik untuk mengurangi beban
kerja jantung.
b. Pembatasan cairan (kurang lebih 1200-1500 cc/hari)
c. Pembatasan natrium untuk mencegah, mengontrol atau menghilangkan
oedema.
d. Pendidikan Kesehatan
1) Informasikan pada klien, keluarga dan pemberi perawatan tentang
penyakit dan penanganannya.
2) Informasi difokuskan pada: monitoring BB setiap hari dan intake
natrium.
3) Diet yang sesuai untuk lansia CHF: pemberian makanan tambahan yang
banyak mengandung kalium seperti; pisang, jeruk, dll.
4) Teknik konservasi energi dan latihan aktivitas yang dapat ditoleransi
dengan bantuan terapis.
2. Terapi farmakologis
1. Glikosida jantung
Digitalis, meningkatkan kekuatan kontraksi otot jantung dan memperlambat
frekuensi jantung.
Efek yang dihasilkan: peningkatan curah jantung, penurunan tekanan vena
dan volume darah dan peningkatan diurisi dan mengurangi oedema.
2. Terapi diuretik
Diberikan untuk memacu ekskresi natrium dan air melalui ginjal.
Penggunaan harus hati-hati karena efek samping hiponatremia dan
hipokalemia
3. Terapi vasodilator
Obat-obat vasoaktif digunakan untuk mengurangi impadasi tekanan
terhadap penyemburan darah oleh ventrikel. Obat ini memperbaiki
pengosongan ventrikel dan peningkatan kapasitas vena sehingga tekanan
pengisian ventrikel kiri dapat diturunkan
2) Pengkajian Sekunder
Menurut Doenges (2000: 52) pengkajian fokusnya adalah sebagai berikut :
1. Aktivitas/istirahat
a. Gejala : Keletihan/kelelahan terus menerus sepanjang hari,
insomnia, nyeri dada dengan aktivitas, dispnea pada saat istirahat.
b. Tanda : Gelisah, perubahan status mental mis : letargi, tanda vital
berubah pada aktivitas.
2. Sirkulasi
a. Gejala : Riwayat HT, IM baru/akut, episode GJK sebelumnya,
penyakit jantung , bedah jantung , endokarditis, anemia, syok septic,
bengkak pada kaki, telapak kaki, abdomen.
b. Tanda :
1) TD ; mungkin rendah (gagal pemompaan).
2) Tekanan Nadi ; mungkin sempit.
3) Irama Jantung ; Disritmia.
4) Frekuensi jantung ; Takikardia.
5) Nadi apical ; PMI mungkin menyebar dan merubah
6) posisi secara inferior ke kiri.
7) Bunyi jantung ; S3 (gallop) adalah diagnostik, S4 dapat
8) terjadi, S1 dan S2 mungkin melemah.
9) Murmur sistolik dan diastolic.
10) Warna ; kebiruan, pucat abu-abu, sianotik.
11) Punggung kuku ; pucat atau sianotik dengan pengisian
12) kapiler lambat.
13) Hepar ; pembesaran/dapat teraba.
14) Bunyi napas ; krekels, ronkhi.
15) Edema ; mungkin dependen, umum atau pitting
16) khususnya pada ekstremitas.
3. Integritas ego
a. Gejala : Ansietas, kuatir dan takut. Stres yang berhubungan dengan
penyakit/keperihatinan finansial (pekerjaan/biaya perawatan medis)
b. Tanda : Berbagai manifestasi perilaku, misalnya : ansietas, marah,
ketakutan dan mudah tersinggung.
4. Eliminasi
Gejala : Penurunan berkemih, urine berwana gelap, berkemih
malam hari (nokturia), diare/konstipasi.
5. Makanan/cairan
a. Gejala : Kehilangan nafsu makan, mual/muntah, penambahan berat
badan signifikan, pembengkakan pada ekstremitas bawah,
pakaian/sepatu terasa sesak, diet tinggi garam/makanan yang telah
diproses dan penggunaan diuretic.
b. Tanda : Penambahan berat badan cepat dan distensi abdomen (asites)
serta edema (umum, dependen, tekanan dan pitting).
6. Higiene
a. Gejala : Keletihan/kelemahan, kelelahan selama aktivitas Perawatan
diri.
b. Tanda : Penampilan menandakan kelalaian perawatan personal.
7. Neurosensori
a. Gejala : Kelemahan, pening, episode pingsan.
b. Tanda : Letargi, kusut pikir, diorientasi, perubahan perilaku dan
mudah tersinggung.
8. Nyeri/Kenyamanan
a. Gejala : Nyeri dada, angina akut atau kronis, nyeri abdomen kanan
atas dan sakit pada otot.
b. Tanda : Tidak tenang, gelisah, focus menyempit danperilaku
melindungi diri.
9. Pernapasan
a. Gejala : Dispnea saat aktivitas, tidur sambil duduk atau dengan
beberapa bantal, batuk dengn/tanpa pembentukan sputum, riwayat
penyakit kronis, penggunaan bantuan pernapasan.
b. Tanda :
1) Pernapasan; takipnea, napas dangkal, penggunaan otot asesori
pernpasan.
2) Batuk : Kering/nyaring/non produktif atau mungkin batuk terus
menerus dengan/tanpa pemebentukan sputum.
3) Sputum : Mungkin bersemu darah, merah muda/berbuih (edema
pulmonal)
4) Bunyi napas : Mungkin tidak terdengar.
5) Fungsi mental : Mungkin menurun, kegelisahan, letargi.
6) Warna kulit : Pucat dan sianosis.
10. Keamanan
Gejala : Perubahan dalam fungsi mental, kehilangankekuatan/tonus
otot, kulit lecet.
11. Interaksi sosial
Gejala : Penurunan keikutsertaan dalam aktivitas sosial yang biasa
dilakukan.
12. Pembelajaran/pengajaran
a. Gejala : menggunakan/lupa menggunakan obat-obat jantung, misalnya
: penyekat saluran kalsium.
b. Tanda : Bukti tentang ketidak berhasilan untuk meningkatkan.
2. Diagnosa keperawatan
1. Penurunan curah jantung berhubungan dengan ; Perubahan kontraktilitas
miokardial/perubahan inotropik, Perubahan frekuensi, irama dan konduksi
listrik, Perubahan structural.
2. Aktivitas intoleran berhubungan dengan : Ketidak seimbangan antar suplai
okigen. Kelemahan umum, Tirah baring lama/immobilisasi.
3. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan : menurunnya laju filtrasi
glomerulus (menurunnya curah jantung)/meningkatnya produksi ADH dan
retensi natrium/air.
4. Resiko tinggi gangguan pertukaran gas berhubungan dengan : perubahan
menbran kapiler-alveolus.
3. Intervensi Keperawatan
2. Aktivitas intoleran berhubungan Setelah dilakukan tindakan a.Periksa tanda vital sebelum
dengan : Ketidak seimbangan perawatan selama 3x24 jam dan segera setelah aktivitas,
antar suplai oksigen. Kelemahan ADL terpenuhi dengan khususnya bila klien
umum, Tirah baring kriteria hasil : Klien akan menggunakan
lama/immobilisasi. Ditandai berpartisipasi pada ktivitas vasodilator,diuretic dan
dengan : Kelemahan, kelelahan, yang diinginkan, memenuhi penyekat beta.
Perubahan tanda vital, adanya perawatan diri sendiri, Rasional : Hipotensi ortostatik
disrirmia, Dispnea, pucat, Mencapai peningkatan dapat terjadi dengan aktivitas
berkeringat. toleransi aktivitas yang dapat karena efek obat (vasodilasi),
diukur, dibuktikan oelh perpindahan cairan (diuretic)
menurunnya kelemahan dan atau pengaruh fungsi jantung.
kelelahan. b.Catat respons kardiopulmonal
terhadap aktivitas, catat
takikardi, diritmia, dispnea
berkeringat dan pucat.
Rasional :
Penurunan/ketidakmampuan
miokardium untuk
meningkatkan volume sekuncup
selama aktivitas dpat
menyebabkan peningkatan
segera frekuensi jantung dan
kebutuhan oksigen juga
peningkatan kelelahan dan
kelemahan.
c.Evaluasi peningkatan intoleran
aktivitas.
Rasional : Dapat menunjukkan
peningkatan dekompensasi
jantung daripada kelebihan
aktivitas.
d. Implementasi program
rehabilitasi jantung/aktivitas
(kolaborasi)
Rasional : Peningkatan bertahap
pada aktivitas menghindari kerja
jantung/konsumsi oksigen
berlebihan. Penguatan dan
perbaikan fungsi jantung
dibawah stress, bila fungsi
jantung tidak dapat membaik
kembali
3. Kelebihan volume cairan Setelah dilakukan tindakan a.Pantau pengeluaran urine,
berhubungan dengan : perawatan selama 3x24 jam catat jumlah dan warna saat
menurunnya laju filtrasi kelebihan volume cairan dimana diuresis terjadi.
glomerulus (menurunnya curah teratasi, dengan kriteria hasil : Rasional : Pengeluaran urine
jantung)/meningkatnya produksi Klien akan mungkin sedikit dan pekat
ADH dan retensi natrium dan mendemonstrasikan volume karena penurunan perfusi ginjal.
air. ditandai dengan : cairan stabil dengan Posisi terlentang membantu
Ortopnea, bunyi jantung S3, keseimbangan masukan dan diuresis sehingga pengeluaran
Oliguria, edema, Peningkatan pengeluaran, bunyi nafas urine dapat ditingkatkan selama
berat badan, hipertensi, Distres bersih/jelas, tanda vital dalam tirah baring.
pernapasan, bunyi jantung rentang yang dapat diterima, b.Pantau/hitung keseimbangan
abnormal. berat badan stabil dan tidak pemaukan dan pengeluaran
ada edema., Menyatakan selama 24 jam
pemahaman tentang Rasional : Terapi diuretic dapat
pembatasan cairan individual. disebabkan oleh kehilangan
cairan tiba-tiba/berlebihan
(hipovolemia) meskipun
edema/asites masih ada.
c.Pertahakan duduk atau tirah
baring dengan posisi semifowler
selama fase akut.
Rasional : Posisi tersebut
meningkatkan filtrasi ginjal dan
menurunkan produksi ADH
sehingga meningkatkan diuresis.
d.Pantau TD dan CVP (bila ada)
Rasional : Hipertensi dan
peningkatan CVP menunjukkan
kelebihan cairan dan dapat
menunjukkan terjadinya
peningkatan kongesti paru, gagal
jantung.
e.Kaji bisisng usus. Catat
keluhan anoreksia, mual,
distensi abdomen dan konstipasi.
Rasional : Kongesti visceral
(terjadi pada GJK lanjut) dapat
mengganggu fungsi
gaster/intestinal.
f.Pemberian obat sesuai indikasi
(kolaborasi)
g.Konsul dengan ahli diet.
Rasional : perlu memberikan
diet yang dapat diterima klien
yang memenuhi kebutuhan
kalori dalam pembatasan
natrium
4. Resiko tinggi gangguan Setelah dilakukan tindakan a.Pantau bunyi nafas, catat
pertukaran gas berhubungan perawatan selama 3x24 jam krekles
dengan : perubahan membran gangguan pertukaran gas Rasional : menyatakan adnya
kapiler-alveolus. tidak terjadi, dengan kriteria kongesti paru/pengumpulan
hasil : Klien akan secret menunjukkan kebutuhan
mendemonstrasikan ventilasi untuk intervensi lanjut.
dan oksigenisasi dekuat pada b.Ajarkan/anjurkan klien batuk
jaringan ditunjukkan oleh efektif, nafas dalam.
oksimetri dalam rentang Rasional : membersihkan jalan
normal dan bebas gejala nafas dan memudahkan aliran
distress pernapasan., oksigen.
Berpartisipasi dalam program c.Dorong perubahan posisi.
pengobatan dalam batas Rasional : Membantu mencegah
kemampuan/situasi. atelektasis dan pneumonia.
d.Kolaborasi dalam
Pantau/gambarkan seri GDA,
nadi oksimetri.
Rasional : Hipoksemia dapat
terjadi berat selama edema paru.
e.Berikan obat/oksigen
tambahan sesuai indikasi
DAFTAR PUSTAKA
1. PENGKAJIAN
A. Identitas Pasien
Nama : Ny. I
Umur : 64 tahun
TTL : Perdagangan, 06 Februari 1956
Jenis Kelamin : Perempuan
TB : 160 cm
BB : 55 KG
Agama : Islam
Pendidikan : SD
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
No. Med. Rec : 2477890
Diagnosa Medis : CHF
Tanggal Masuk : 04 Oktober 2020
Tanggal Pengkajian : 06 Oktober 2020
Golongan Darah :O
Alamat : Jl. Asahan km 6 Siantar
B. Pengkajian Primer
a. AIRWAY : Ada sumbatan jalan nafas oleh lender/ sputum. RR : 21 x/
menit, cepat dan dangkal.
b. BREATHING :Irama pernafasan :cepat, Kedalaman: dangkal.
RR : 21 x/ menit.
c. CIRCULATION : TD: 120/80 mmHg, Nadi : 87 x/menit, CRT : <3
detik, akral teraba dingin, EKG menunjukkan hasil Atrial Fibrilasi.
Membran mukosa pucat.
d. DISABILITY : Reaksi pupil kiri/kanan (+) terhadap cahaya, besar pupil
kanan 2/kiri 2. Tingkat kesadaran composmentis. GCS 15: E: 4, M: 6, V:
5.
e. EXPOSURE/ENVIRONMENT/EVENT: -
C. Pengkajian Sekunder
a. Riwayat Kesehatan Sekarang
Keluhan saat ini pasien mengatakan badan lemas, sesak nafas saat
beraktivitas seperti tertimpan beban berat, sesak di area lapang dada,
skala sesak 3, lamanya 5 menit. Nyeri dada sisi kiri seperti ditusuk-
tusuk, skala nyeri 4, frekuensi hilang timbul, lamanya 5 menit. Batuk
sudah 3 hari yang lalu dengan produktif sputum warna putih, konsistensi
encer. Masalah ini dirasakan secara bertahap ketika aktivitas, dan untuk
upaya mengatasinya dengan beristirahat, dan minum obat.
d. Pengkajian Fisik
Keadaan umum pasien sakit sedang, kesadaran pasien compos metis,
tidak ada pembesaran kelenjar getah bening, berat badan pasien 55 kg
(BB ideal: 54-66 kg), tinggi badan pasien 160 cm (IMT: 21,48/ normal).
Tekanan darah pasien 120/80 mmHg, nadi 87 x/menit, pernafasan 21
x/menit, suhu 36,5
- Sistem penglihatan
Fungsi penglihatan pasien normal, tidak terdapat tanda-tanda radang,
tidak ada kelainan otot-otot mata, pupil bereaksi terhadap rangsang
cahaya, posisi mata simetris, kelopak mata normal, pergerakan bola
mata normal. Konjungtiva an anemis, kornea normal, sklera anikterik,
pupil isokor, pasien tidak menggunakan kacamata, dan tidak
menggunakan lensa kontak.
- Sistem pernafasan
Jalan nafas pasien ada sumbatan sekret, pernafasan sesak, tidak
menggunakan otot bantu pernafasan, frekuensi nafas 21x/menit, irama
teratur, jenis pernafasan spontan, kedalaman dangkal. Pasien batuk
dengan produktif sputum warna putih, konsistensi encer, tidak
terdapat darah, suara nafas ronchi, tidak ada nyeri saat bernafas, dan
tidak menggunakan oksigen tambahan
- Sistem kardiovaskuler
Nadi pasien 86 x/menit, irama teratur, denyut nadi kuat, tekanan darah
120/80 mmHg, tidak ada distensi vena jugularis, temperatur kulit
hangat, warna kulit pucat, pengisian kapiler <2 detik, terdapat edema
pada tungkai bawah grade +1. Kecepatan denyut apical 90 x/menit,
irama tidak teratur, S1 dan S2 terdengar lemah, nyeri dada sisi kiri
saat aktivita, karakteristik seperti ditusuk-tusuk, skala nyeri 4,
frekuensi hilang timbul, lamanya nyeri 5 menit, pasien tampak
meringis saat nyeri muncul.
- Sistem hematologi
Tidak ada perdarahan, warna kulit pucat, Hb 11.3 g/dl.
- Sistem saraf pusat
Pasien tidak ada keluhan sakit kepala, tigkat kesadaran compos
mentis, GCS E: 4, M: 6, V: 5, tidak ada tanda-tanda peningkatan TIK,
tidak ada gangguan sistem persyarafan, pemeriksaan refleks fisiologis
normal, dan refleks patologis tidak.
- Sistem pencernaan
Gigi pasien tidak caries, tidak menggunakan gigi palsu, tidak ada
stomatitis, lidah tidak kotor, salifa normal, tidak ada muntah, tidak ada
mual. Tidak ada nyeri daerah perut, bising usus 10 x/menit, tidak ada
diare, tidak konstipasi, hepar tak teraba, dan abdomen lembek.
- Sistem endokrin
Pasien tidak ada pembesaran kelenjar tiroid, nafas tidak berbau keton,
tidak ada luka gangren.
- Sistem urogenital
Balance cairan selama 24 jam. Intake: 2000 ml (infus: 600 ml, minum:
1400 ml) - Output: 1300 ml ( BAK: 800 ml, IWL: 500 ml). Jadi
balance cairan +700 ml. Perubahan pola kemih pasien nocturia, warna
kuning jernih, tidak ada distensi kandung kemih, tidak keluhan sakit
pinggang, dan tidak ada nyeri.
- Sistem integumen
Turgor kulit pasien baik, temperatur kulit hangat, warna kulit pucat,
keadaan kulit baik, tidak ada kelainan kulit, tidak ada tanda-tanda
peradangan pada kondisi pemasangan infus.
- Sistem muskuloskletal
Pasien terdapat kesulitan dalam pergerakan, sakit pada sendi kaki, tidak
ada fraktur, tidak ada kelainan bentuk tulang sendi, tidak ada kelainan
struktur tulang belakang, keadaan tonus otot baik, ekstremitas bawah
tampak bengkak grade +1, kekuatan
5555 5555
3333 3333
2. ANALISA DATA
5555 5555
3333 3333
TTV
TD: 120/80 mmHg,
N: 87 x/menit,
RR:21 x/menit,
S: 36,5
3. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Penurunan curah jantung berhubungan dengan ketidakmampuan
jantung memompa sejumlah darah untuk mencukupi kebutuhan
jaringan tubuh di
1. Nama : Ny.I
Tanggal Masuk : 04 Oktober 2020
Umur : 64 Tahun
Bahasa Yang Digunakan : Bahasa Indonesia
Pendidikan : SD
Status Perkawinan : Janda
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Agama : Islam
Tanggal&Jam Pengambilan Data : 06 Oktober 2020/10.00 WIB
2. Riwayat Kesehatan :
a. Riwayat Kesehatan Sekarang :
Keluhan saat ini pasien mengatakan badan lemas, sesak nafas saat beraktivitas
seperti tertimpan beban berat, sesak di area lapang dada, skala sesak 3,
lamanya 5 menit. Nyeri dada sisi kiri seperti ditusuk- tusuk, skala nyeri 4,
frekuensi hilang timbul, lamanya 5 menit. Batuk sudah 3 hari yang lalu dengan
produktif sputum warna putih, konsistensi encer. Masalah ini dirasakan secara
bertahap ketika aktivitas, dan untuk upaya mengatasinya dengan beristirahat,
dan minum obat.
b.Riwayat Kesehatan yang lalu dan Riwayat Keluarga : Menurut keluarga pasien
memiliki riwayat hipertensi sejak 2 tahun yang lalu tetapi sudah sembuh 3
bulan yang lalu. Pasien tidak memiliki riwayat alergi obat, makanan, binatang,
dan lingkungan.
Pasien anak kedua dari empat bersaudara. Orang tua pasien sudah meninggal.
Suami pasien yaitu Tn. S meninggal karena penyakit prostad. Adik pertama
pasien yaitu Ny. M sudah meninggal karena penyakit hipertensi. Anak kedua
pasien yaitu Ny.M memiliki katarak dan sudah dioperasi. Pasien saat ini
memiliki penyakit CHF. Pasien memiliki empat orang anak dan empat orang
anaknya sudah tidak tinggal serumah. Pasien tinggal dirumah sendiri.
3. Pengkajian
a. AIRWAY : Ada sumbatan jalan nafas oleh lender/ sputum. RR : 21 x/
menit, cepat dan dangkal.
b. BREATHING :Irama pernafasan :cepat, Kedalaman: dangkal. RR : 21 x/
menit.
c. CIRCULATION : TD: 120/80 mmHg, Nadi : 87 x/menit, CRT : <3 detik,
akral teraba dingin, EKG menunjukkan hasil Atrial Fibrilasi. Membran
mukosa pucat.
d. DISABILITY : Reaksi pupil kiri/kanan (+) terhadap cahaya, besar pupil
kanan 2/kiri 2. Tingkat kesadaran composmentis. GCS: E: 4, M: 6, V: 5.
e. EXPOSURE/ENVIRONMENT/EVENT: -
lain-lain
: ……………………………………………………………..
Aritmia takhikardi
√ bradikardi palpitasi
:………………………………………………………………
lain-lain : ………………………………………………………………….
lain-lain
:………………………………………………………………………………..
7. Data penunjang (EKG, EEG, Laborotorium, Pemeriksaan Radiologi, dan lain-
lain).
8.Rumusan Masalah
Medan, ,2020
Penguji, Mahasiswa,