KASUS ANOSMIA
Disusun Oleh:
Wulan Septiani
JNR0200092
2020
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahirrobil’alamin, puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena telah
memberikan kesempatan pada penulis untuk menyelesaikan modul ini dengan baik dan tepat
pada waktunya.. Atas rahmat dan hidayah-NYA lah penulis dapat menyelesaikan modul yang
berjudul “Konsep Menopause” tepat waktu.
Modul ini dibuat dengan berbagai observasi dan beberapa bantuan dari berbagai pihak
untuk membantu menyelesaikan tantangan dan hambatan selama mengerjakan modul ini. Oleh
karena itu, saya mengucapkan terima kasih kepada semua puhak yang telah membantu dalam
penyusunan modul ini.
Penulis menyadari modul ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, dengan
segala kerendahan hati penulis mengharapkan kritik dan saran untuk lebih sempurnanya modul
ini. Besar harapan penulis, semoga modul ini dapat bermanfaat dan menjadi bahan kajian ilmu
pengetahuan kepada seluruh pembaca.
Wulan Septiani
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL.....................................................................................
KATA PENGANTAR................................................................................i
DAFTAR ISI...............................................................................................ii
KONSEP TEORI………………………………………………………….
A. Tujuan umum……………………………………………………….1
B. Tujuan khusus....................................................................................1
C. Anatomi Fisiologi .............................................................................1
A. Definisi...............................................................................................4
B. Etiologi ..............................................................................................6
C. Tanda dan gejala.................................................................................8
D. Penatakalsanaan.................................................................................9
E. Komplikasi………………………………………………………….9
F. Pemeriksaan Penunjang.....................................................................10
G. Asuhan Keperawatan ........................................................................11
H. Studi kasus………………………………………………………….15
PENUTUP.......................................................................................
A. Kesimpulan ........................................................................................16
B. Saran...................................................................................................17
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................18
A. Tujuan Umum
Setelah menyelesaikan modul ini diharapkan saya bisa memahami dan menerapkan
asuhan keperawatan pada pasien dengan Anosmia (Sistem Sensori Persepsi).
B. Tujuan Khusus
1. Menguraikan anatomi dan fisiologi
2. Menjelaskan patofisiologi Anosmia
3. Menjelaskan pengkajian pada klien dengan Anosmia
4. Merumuskan diagnosa keperawatan dengan Anosmia
5. Menyusun rencana asuhan keperawatan
6. Mengimplementasikan rencana keperawatan
7. Melakukan evaluasi asuhan keperawatan
8. Mendemostrasikan pengkajian fisik pada klien dengan Anosmia
C. Anatomi Fisiologi
a. Anatomi
b. Fisiologi
Manusia memiliki kira–kira 10.000 sel reseptor berbentuk rambut. Bila molekul udara
masuk, maka sel–sel ini mengirimkan impuls saraf (Loncent, 1988). Pada mekanisme
terdapat gangguan atau kerusakan dari sel–sel olfaktorus menyebabkan reseptor dapat
mengirimkan impuls menuju susunan saraf pusat. Ataupun terdapat kerusakan dari sarafnya
sehingga tidak dapat mendistribusikan impuls reseptor menuju efektor, ataupun terdapat
kerusakan dari saraf pusat di otak sehingga tidak dapat menterjemahkan informasi impuls
yang masuk ( Keliat,.2015).
D. Definisi Anosmia
Indera penghindu merupakan fungsi dari nervus olfaktorius, sangat erat
hubungannya dengan nervus trigeminus karena keduanya sering bekerja bersama.
Sensitivitas sensor olfaktorius juga dipengaruhi oleh umur dan jenis kelamin. Pada
wanita lebih tajam secara virtual daripada pria disemua aspek. Belum ada penjelasan
yang pasti tentang hal tersebut, namun karena faktor hormonal adalah isu yang paling
banyak diperdebatkan. Macam gangguan penciuman adalah anosmia, agnosia, parsial
anosmia, hiposmia, disosmia dan presbiosmia (Hummel et al,2011)
Anosmia merupakan salah satu penyakit pada indera penciuman yang
mengakibatkan gangguan pada pembauan adalah anosmia. Istilah anosmia berasal
dari kosa kata Yunani “an” (tidak) dan “osmia” (membau). Dari kosa kata ini
diperoleh suatu terminologi, anosmia adalah hilang atau terganggunya kemampuan
indra penciuman dalam membaui suatu objek karena beberapa sebab. Penyebab
terbanyak adalah usia tua. Separuh penduduk Amerika berusia di atas 65 tahun dan
tiga perempat di atas usia 80 tahun menderita anosmia dalam derajat yang berbeda-
beda (Endang, 1990)
Anosmia adalah kerusakan pada sistem olfaktori yang menyebabkan
ketidakmampuan untuk mencium bau. Anosmia dapat disebabkan karena adanya
hambatan dalam hidung oleh lender yang melapisi bagian dalam hidung. Hambatan
ini membuat epitel penciuman menjadi terhambat. Epitel penciuman berfungsi untuk
menangkap bau yang kemudian mengirimkan sinyal ke otak. Penyebab adanya
hambatan dalam hidung bisa disebabkan karena penyakit atau cedera otak. Pada
kasus cedera otak, menyebabkan perubahan otak dalam tengkorak dan memotong
saraf-saraf olfaktori yang melalui ciribform plate.
Beberapa bagian utama hidung yang terlibat dalam fungsi penghidu adalah
neuroepitel olfaktorius, bulbus olfaktorius dan korteks olfaktorius. Neuroepitel
olfaktorius terletak dibagian atap rongga hidung dank arena itu tidak terkena aliran
udara nafas secara langsung (Delank KW, 1994). Neuroepitel olfaktorius merupakan
epitel kolumnar berlapis semu yang berwarna kecoklatan , warna ini disebabkan
pigmen granul pada sitoplasma kompleks golgi (Allanger JJ, 2002).
Anosmia juga bisa disebabkan karena faktor usia, dimana individu dewasa
pertengahan mengalami penurunan fungsi penciuman. Anosmia dapat pula terjadi
pada usia muda, misalnya karena pukulan keras pada kepala, flu yang tak kunjung
sembuh, zat kimia beracun, dan beberapa penyebab lain yang membahayakan jiwa.
Diketahui, bagian dalam hidung terlapisi mukosa atau lapisan lembut yang lembap.
Sel-sel di dalam mukosa bersentuhan dengan bagian saraf penciuman yang disebut
axons, lalu masuk rongga dalam yang dinamakan foramina. Foramina ini
berhubungan dengan tengkorak kepala. Sel-sel dan axons-nya berjumlah sekitar 20-
24, tersusun sedemikian rupa dan bekerja sinergis dalam mendeteksi aroma. Ujung-
ujung saraf tadi berakhir dalam suatu struktur berbentuk gelembung-gelembung
penciuman. Oleh karena itu, benturan keras di bagian kepala bisa mengakibatkan
anosmia. Selain terkena benturan, kerusakan saraf indra penciuman juga dapat terjadi
karena tekanan tumor di area hidung atau kepala. Kondisi ini bisa mencetuskan
anosmia total atau kacaunya kinerja saraf, hingga terjadi kesalahan persepsi
mengenai aroma. Bau sampah misalnya, dikira bau tempe goreng. Halusinasi bau ini
pun bisa terjadi karena gangguan pada otak, misalnya akibat epilepsy (Afnan.2017)
Bahaya anosmia adalah penderita tak dapat mendeteksi bahaya dari makanan.
Misalnya, apakah makanan itu sudah rusak atau basi. Ancaman lainnya, mereka tidak
dapat mendeteksi bau gas berbahaya. Hidung mereka leluasa saja menghirup racun
yang melayang-layang di udara, hingga si racun bebas menyusup ke paru-paru.
Selebihnya, karena tak mampu merasakan aroma, mereka juga tak dapat menikmati
makanan dan minuman yang mereka konsumsi. Dalam banyak kasus, penderita
anosmia sering kali menarik diri, lantaran mereka tidak yakin bahwa tubuh mereka
tidak menimbulkan bau yang mengganggu orang lain.
E. Etilogi
1. Defek konduktif
a. Proses inflamasi / peradangan dapat mengakibatkan gangguan pembauan.
b. Adanya massa / tumor dapat menyumbat rongga hidung sehinga menghalangi
aliran adorant / ke epitel olfaktorius.
c. Abnormalitas development (misalnya ensefalokel, kista dermoid) juga dapat
menyebabkan obstruksi.
d. Pasien pasca laringektomi atau trakheotomi dapat menderita hisposmia karena
berkurang atau tidak adanya aliran udara yang melalui hidung.
B. Diagnosa Keperawatan
1. Perubahan persepsi sensori penciuman berhubungan dengan kerusakan sel
olfaktori akibat infeksi sinus hidung yang serius
2. Perubahan pola nutrisi berhubungan dengan anoreksia
C. Intervensi Keperawatan
Edukasi
1. Anjurkan posisi
duduk, jika mampu
2. Ajarkan diet yang
diprogramkan
Kolaborasi
1. Kolaborasi
pemberian medikasi
sebelum makan
(mis, pereda nyeri,
antiemetik) jika
perlu
2. Kolaborasi dengan
ahli gizi untuk
menentukan jumlah
kalori dan jenis
nutrient yang
dibutuhkan, jika
perlu.
D. Studi Kasus
Seorang laki-laki berusia 26 tahun datang ke rumah sakit dengan keluhan tidak dapat
mencium bau sama sekali, dank lien juga mengatakan berat badan menurun, hal ini sudah
dirasakan selama 14 hari sehingga klien merasa sangat cemah. Dengan TTV TD : 110/80
N: 80 R : 21 S:36,2
A. Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan di atas maka dapat ditarik simpulan bahwa anosmia adalah
ketidakmampuan penciuman/ penghidu sebagian atau total kehilangan sensasi
penciuman. Anosmia terjadi akibat obstruksi saluran kelenjar hidung atau kerusakan
syaraf. Anosmia biasanya disebabkan proses natural dari penuaan ataupun kebanyakan
karena common cold (influenza), anosmia dapat Banyak obat-obatan yang dapat
mengubah kemampuan penghidu. Sensasi penghidu menghilang karena kelainan seperti
tumor osteoma atau meningioma, sinus nasal atau operasi otak. Dapat juga disebabkan
karena defisiensi zinc/ seng. Rokok tobacco adalah konsentrasi terbanyak dari polusi
yang dapat menyebabkan seorang menderita anosmia. Faktor siklus hormonal atau
gangguan dental juga dapat menyebabkan anosmia. Anosmia dapat juga terjadi karena
beberapa bagian otak yang mengalami gangguan fungsi
B. Saran
1. Hindari penggunaan obat yang dapat menyebabkan anosmia.
2. Mengurangi atau menghindari merokok karena sebagai salah satu penyebab anosmia.
3. Perbanyak makan yang mengandung zinc atau seng dan vitamin A.
4. Tingkatkan peran serta keluarga dalam upaya penyembuhan maupun pencegahan
anosmia.
5. Segera periksakan ke dokter apabila terjadi gangguan pada indera penciuman untuk
mengetahui diagnosis awal.
DAFTAR PUSTAKA
Nurarif, Amin Huda dan Hardhi Kusuma. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan
Berdasarkan Diagnosa Medis dan NANDA NIC-NOC Edisi Revisi Jilid 3. Jogjakarta :
Mediaction
Keliat, Budi Anna, dkk. 2015. NANDA Internasional Inc. Diagnosis Keperawatan:
Definisi dan Klasifikasi 2015-2017,Ed.10. Jakarta: EGC
Firdausi, Afnan. 2017. Sistem Olfaktori. Fakultas Pendidikan Psikologi Universitas Negeri
Jakarta
Akil, M. Amsyar.2007. Penghindu dan Pengecap. Fakultas Kedokteran Universitas
Hasannudin
Huriyati E dan Nelvia T. 2013. Gangguan Fungsi Penghindu dan Pemeriksaannya.
Buku Nanda Internasional diagnosis keperawatan definisi dan klasifikasi
2012-2014.
Effy Huriyati, Dkk Jurnal Gangguan Fungsi Penghindu Dan Pemeriksaannya 2009 :
Padang
Neurologi edisi delapan, 2005. Jakarta:Penerbit Erlangga
Nur Farida Me and Body Mengenai Bagian-bagian Tubuhku.2013 Jakarta :Penerbit
Gramedia Widiasarana Indonesia.