Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN PENDAHULUAN

PERSALINAN NORMAL
RUMAH SAKIT UMUM KUNINGAN MEDIKAL CENTER

WULAN SEPTIANI
JNR0200092

PROGRAM PROFESI NERS REGULER


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KUNINGAN
2021
A. Konsep Dasar Persalinan Normal
I. Definisi
Persalinan adalah proses alamiah membuka dan menipisnya serviks dan
turunnya janin ke dalam jalan lahir. Persalinan normal adalah proses pengeluaran
janin secara alamiah yang kehamilannya sudah cukup bulan (37-42minggu), lahir
spontan tanpa komplikasi pada ibu maupun janin (Dwi Asri H & Cristine Clervo P,
2010).
Persalinan adalah proses pengeluaran kelahiran hasil konsepsi yang dapat hidup
diluar uterus melalui vagina ke dunia luar yang terjadi pada kehamilan yang cukup
bulan (37-42 minggu) dengan ditandai adanya kontraksi uterus yang menyebabkan
terjadinya penipisan, dilatasi serviks, dan mendorong janin keluar melalui jalan lahir
dengan presentase belakang kepala tanpa alat atau bantuan (lahir spontan) serta tidak
ada komplikasi pada ibu dan janin (Indah & Firdayanti, 2019).

II. Fisiologi Proses Persalinan


Pada akhir kehamilan kadar progesteron menurun menjadikan otot rahim
sensitif sehingga menimbulkan his. Perubahan keseimbangan estrogen dan
progesteron dapat mengubah sensitivitas otot rahim, sehingga sering terjadi kontraksi
Braxton Hicks. Di akhir kehamilan kadar progesteron menurun sehingga oxitocin
bertambah dan meningkatkan aktivitas otototot rahim yang memicu terjadinya
kontraksi sehingga terdapat tandatanda persalinan.Otot rahim mempunyai kemampuan
meregang dalam batas tertentu. Setelah melewati batas tertentu terjadi kontraksi
sehingga persalinan dapat dimulai. Bila dindingnya teregang oleh isi yang bertambah
maka timbul kontraksi untuk mengeluarkan isinya.(Th. Endang Purwoastuti, S. Pd,
APP & Elisabeth Siwi Walyani, Amd. Keb., 2015).
III. Tanda dan Gejala

IV. Manifestasi Klinis


Lightening merupakan sebutan bahwa kepala janin sudah turun ke pintu bawah
panggul, lightening mulai dirasakan kira-kira 2 minggu menjelang persalinan,
lightening menimbulkan rasa tidak nyaman akibat tekanan bagian presentasi pada
struktur di area pelvis minor. Hal-hal yang spesifik berikut yang dialami ibu: ibu jadi
sering berkemih, karena kandug kemih ditekan sehingga ruang yang tersisa untuk
ekspansi berkurang, perasaan tidak nyaman akibat tekanan panggul yang menyeluruh,
yang membuat ibu merasa tidak enak dan timbul sensasi terus-menerus bahwa sesuatu
perlu dikeluarkan, kram pada tungkai yang disebabkan oleh tekanan bagian presentasi
pada syaraf yang menjalar melalui foramen ischiadikum mayor dan menuju ke
tungkai (Icemi Sukarni K & Wahyu P, 2013).
Kontraksi Braxton-Hicks. Pada stadium akhir kehamilan otot uterus bersiap
untuk persalinan dan pelahiran melalui kontraksi dan relaksasi pada interval tertentu.
Kontraksi Braxton-Hicks biasanya tidak nyeri kontraksi tersebut juga disebut
persalinan palsu. Kontraksi persalinan palsu umumnya dirasakan rendah di abdomen.
Kontraksi persalinan palsu terjadi dalam pola yang tidak teratur, dan intensitasnya
tidak bertambah secara bermakna dari waktu kewaktu. Persalinan palsu dapat
mengganggu kontraksi tersebut datang dan pergi, dan perubahan posisi atau aktivitas
dapat meredakan ketidaknyamanan yang ditimbulkan. Pada persalinan sejati kontraksi
uterus yang terjadi secara involunter berlangsung secara teratur, semakin kuat dari
waktu ke waktu, dan memulai kerja persalinan yang sebenarnya. Kontraksi tersebut
terjadi jarak sekita 20 sampai 30 menit, hingga pada jarak 2 sampai 3 menit. Kontraksi
persalinan sejatinya biasanya berlangsung 30 detik pada awalnya dan durasinya
meningkat seiring kemajuan persalinan.
Kontraksi Uterus, kontraksi otot uterus pada persalinan akan menyebabkan rasa
nyeri yang hebat ada beberapa kemungkinan penyebab terjadinya nyeri saat kontraksi
seperti hipoksia pada miometrium yang sedang berkontraksi, peritoneum yang berada
diatas fundus mengalami peregangan, peregangan serviks pada saat dilatasi atau
pendataran serviks. setiap kontraksi serabut otot uterus menegang saat kontraksi
berakhir dan uterus istirahat, otot tetap lebih sedikit lebih pendek dibanding pada awal
kontraksi. Kondisi ini disebut retraksi otot, saat proses ini terus berlangsung
sepangjang jam-jam persalinan otot yang memendek menarik titik resistensi terendah
menyebabkan penipisan dan kemudian dilatasi serviks. Penekanan dari kantung
ketuban yang menegang atau bagian presentasi janin membantu mempertahankan
dilatasi serviks. Setiap kontraksi persalinan memiliki tiga fase:
1. Increment: fase ini, ketika kontraksi berkembang dari fase istirahat menuju
kekuatan penuh, terhitung lebih lama dibanding kombinasi dua fase lain.
2. Acme: fase ini merupakan masa ketika kontraksi berada pada intensitas
maksimum. Fase ini menjadi lebih lama seiring kemajuan persalinan.
3. Decrement: selama fase ini, kontraksi uterus menurun, hingga fase istirahat
dicapai (Caroline Bunker Rosdahl & Mary T. Kowalski, Buku Ajar Keperawatan
Dasar Keperawatan Maternal & Bayi Baru Lahir, Edisi 10, 2012).
Ketuban pecah pada akhir kala 1 persalinan. Apabila terjadi sebelum awitan
persalinan, disebut ketuban pecah dini (KPD). Kurang lebih 80% wanita yang
mendekati usia kehamilan cukup bulan dan mengalami KPD mulai mengalami
persalinan spontan mereka dalam waktu 24 jam.
Bloody show (pengeluaran lendir disertai darah melalui vagina) dengan his
permulaan, terjadi perubahan pada serviks yang menimbulkan pendataran dan
pembukaaan, lendir yang terdapat dikanalis servikalis lepas, kapiler pembuluh pecah,
yang menjadi pendarahan sedikit (Ai Nurasiah & dkk, 2012). Sumbatan mukus yang
menyekat serviks selama kehamilan tepat sebelum persalinan, serviks membuka
secara perlahan dan sumbatan tersebut lepas. Pada saat bersamaan beberapa kapiler
serviks ruptur membuat mukus yanglengket menjadi warna merah muda. Proses ini
disebutshow atau bloody show dan mengindikasikan bahwa persalinan akan segara
terjadi (Caroline Bunker Rosdahl & Mary T. Kowalski, 2014).
Lonjakan energi, banyak wanita mengalami lonjakan energi kurang lebih 24
sampai 48 jam sebelum awitan persalinan. Setelah beberapa hari dan minggu merasa
letih secara fisik dan lelah karena hamil, mereka terjaga pada suatu hari dan
menemukan diri mereka bertenaga penuh. Para wanita merasa enerjik melakukan
sbelum kedatangan bayi, selama beberapa jam sehingga mereka semangat melakukan
berbagai aktifitas yang sebelumnya tidak mampu mereka lakukan, akibatnya mereka
memasuki masa persalinan dalam keadaan letih (Icemi Sukarni K & Wahyu P, 2013).

V. Penatalaksanaan
Pembagian kala dalam persalinan normal dibagi 4 kala yaitu :
1. Kala I (Kala Pembukaan)
Persalinan kala satu dimulai sejak terjadinya kontraksi uterus teratur dan
meningkat (frekuensi dan kekuatanya) hingga serviks membuka lengkap (10 cm).
kala satu persalinan terdiri dari dua fase yaitu fase laten dan fase aktif
1) Fase laten
Pada fase ini pembukaan sangat lambat ialah dari 0 sampai 3cm mengambil
waktu kurang lebih 8 jam
2) Fase aktif Pada fase aktif pembukaan lebih cepat, fase ini dapat dibagi dalam 3
fase lagi yaitu:
a) Fase accelerasi (fase percepatan) dari pembukaan 3 cm sampai 4 cm yang
dicapai dalam 2 jam
b) Fase kemajuan dari pembukaan 4 cm sampai 9 selama 2 jam
c) Fase deccelerasi (kurangnya kecepatan) dari pembukaan 9 cm sampai 10
cm selama 2 jam.
Asuhan Persalinan Kala I
1) Menghadirkan orang yang dianggap penting oleh ibu seperti suami, keluarga,
orang terdekat, yang dapat menemani ibu dan memberikan support pada ibu.
2) Mengatur aktivitas dan posisi ibu sesuai dengan keinginannya dengan
kesanggupannya, posisi tidur sebaiknya tidak dilakukan dalam terlentang lurus
3) Membimbing ibu untuk rileks sewaktu ada his dan dianjurkan untuk menarik
nafas panjang, tahan nafas sebentar dan dikeluarkan dengan meniup sewaktu
his.
4) Menjaga privisi Ibu antara orang lain menggunakan penutup tirai, tidak
menghadirkan orang tanpa seizin ibu.
5) Menjelaskan tentang kemajuan persalinan, perubahan yang terjadi pada tubuh
ibu serta prosedur yang akan dilaksanakan dan hasil - hasil pemeriksaan.
6) Menjaga kebersihan diri dengan cara mandi, membasuh sekitar kemaluan
sesudah BAB/BAK.
7) Mengtasi rasa panas dan banyak keringat, dapat diatasi dengan menggunakan
kipas angina, AC didalam kamar.
8) Melakukan massase pada daerah punggung atau mengusap perut ibu dengan
lembut.
9) Pemberian cukup minum atau kebutuhan energy dan mencegah dehidrasi
10) Mempertahankan kandung kemih tetap kosong dan ibu dianjurkan untuk
berkemih sesering mungkin.

2. Kala II Persalinan
Kala dua persalinan dimulai ketika pembukaan serviks sudah lengkap (10 cm) dan
berakhir dengan lahirnya bayi. Kala dua dikenal juga sebagai kala pengeluaran.
a. Tanda gejala kala II Persalinan
1) Ibu merasakan ingin meneran bersamaan dengan terjadinya kontraksi
2) Ibu merasakan makin meningkatnya tekanan pada rectum atau
vaginnyaPerineum terlihat menonjol
3) Vulva vagina, dan spingter ani terlihat membuka
4) Peningkatan pengeluaran lendir dan darah
Asuhan Persalinan Kala II
Menyiapkan Pertolongan Persalinan
1) Memastikan perlengkapan, bahan dan obat – obatan esensial siap digunakan.
Mematahkan ampul oksitosin 10 unit dan menempatkan tabung suntik steril
sekali pakai kedalam partus set.
2) Mengenakan baju penutup atau celemek plastic yang bersih
3) Melepaskan semua perhiasan yang dipakai dibawah siku, mencuci kedua
tangan dengan sabin dan air bersih yang mengalir dan mengeringkan tangan
dengan handuk satu kali pakai / pribadi yang bersih.
4) Memakai satu sarung dengan DTT atau steril untuk pemeriksaan dalam
5) Mengisap oksitosin 10 unit kedalam atbung suntik (dengan memakai sarung
tangan disinfeksi tingkat tinggi atau steril) dan meletakkan kembali di partus
set steril tanpa mengkontaminasi tabung suntik.
Memastikan Pembukaan Lengkap
6) Membersihkan vulva dan perineum, menyekanya dengan hati – hati dari depan
ke belakang dengan menggunakan kapas atau kasa yang sudah dibasahi air
disinfeksi tingkat tinggi. Jika mulut vagina, perineum atau anus terkontaminasi
oleh kotorang ibu, membersihkannya dengan seksama dengan cara menyeka
dari depan ke belakang. Membuang kapas atau kasa yang terkontaminasa
dalam wadah yang benar. Mengganti sarung tangan jika terkontaminasi
(meletakkan kedua sarung tangan tersebut dengan benar di dalam larutan
dekontaminasi)
7) Dengan menggunakan teknik aseptic, melakukan pemeriksaan dalam untuk
memastikan bahwa pembukaan serviks sudah lengkap. Bila selaput ketuban
belum pecah dan pembukaan sudah lengkap lakukan amniotomi.
8) Mendekontaminasi sarung tangan dengan cara mencelupkan tangan yang
masih memakai sarung tangan kotor kedalam larutan klorin 0,5% dan
kemudian melepaslannya dalam keadaan terbalik serta merendamnya didalam
larutan klorin 0,5% selama 10 menit. Mencuci kedua tangan.
9) Memeriksa denyut jantung janin (DJJ) setelah kontraksi berakhir untuk
memastikan bahwa DJJ dalam batas normal (120 – 160 x/menit). Mengambil
tindakan yang sesuai jika DJJ tidak normal, Mendokumentasi hasil – hasil
pemeriksaan dalam, DJJ dan semua hasil penilaian serta asuhan lainnya pada
partograf.
Menyiapkan ibu dan keluarga untuk membantu proses pimpinan meneran
10) Memberitahu ibu pembukaan sudah lengkap dan keadaan janin baik.
Membantu ibu berada dalam posisi yang nyaman sesuai keinginannya.
11) Meminta bantuan keluarga untuk menyiapkan posisi ibu untuk meneran. (pada
saat his, bantu ibu dalam posisi setengah duduk dan pastikan ia merasa
nyaman)
12) Melakukan pimpinan meneran saat ibu mempunyai derongan yang kuat untuk
meneran
13) Menilai DJJ setiap kontraksi uterus selesa
Persiapan Pertolongan Kelahiran Bayi
14) Jika kepala bayi telah membuka vulva dengan diameter 5 – 6 cm, meletakan
handuk bersih diatas perut untuk mengeringkan bayi.
15) Meletakan kain yang bersih dilipat 1/3 bagian, dibawah bokong ibu.
16) Membuka tutup partus set dan memastikan kembali kelengkapan alat
17) Memakai sarung tangan DTT atau sterril pada kedua tangan

B. Pengkajian
Adapun pengkajian yang dilakukan pada persalinan normal: memantau kontraksi
uterus, his adalah gelombang kontraksi ritmis otot polos dinding uterus yang dimulai dari
daerah fundus uteri, di mana tuba falopi memasuki dinding uterus. Kontraksi dimulai
seperti tertusuk-tusuk, lalu mencapai puncak kemudian hilang, karakteristik kontraksi
persalinan palsu terjadi dalam pola yang tidak teratur, dan intensitasnya tidak bertambah
secara bermakna dari waktu kewaktu, kontraksi tersebut datang dan pergi. Pada
persalinan sejati kontraksi uterus yang terjadi secara involunter berlangsung secara
teratur, semakin kuat dari waktu ke waktu. Kontraksi tersebut terjadi dari waktu sekitar
20-30 menit hingga pada waktu 2-3 menit. Pada awalnya kontraksi persalinan sejati
biasanya berlangsung 30 detik dan durasinya meningkat seiring kemajuan persalinan.
Rasa nyeri pada persalinan terjadi ketika otot-otot rahim berkontraksi, bersamaan
dengan setiap kontraksi, kandung kemih, rektum tulang belakang, dan tulang pubic
menerima tekanan kuat dari rahim, berat dari kepala bayi ketika bergerak ke bawah
saluran lahir juga menyebabkan tekanan. Rasa sakit kontraksi dimulai dari bagian bawah
punggung, kemudian menyebar ke bagian bawah perut mungkin juga menyebar ke kaki.
Pada saat sebelum atau sesudah kontraksi, sering kali muncul lendir bercampur darah
yang keluar dari vagina sebagai tanda persalinan, hal ini disebabkan karena terlepasnya
sumbatan pada perlindungan leher rahim, karena serviks mulai membuka dan mendatar
(Wahyudi, 2017).
Palpasi abdomen dilakukan untuk memastikan bahwa posisi janin sudah benar untuk
persalinan yang normal. Posisi janin dianggap benar kalau posisi kepala janin di bawah.
Palpasi vagina, pemeriksaan vagina akan memperlihatkan, keadaaan selaput ketuban
apakah sudah ruptur atau belum, penipisan dan dilatasi serviks. Pembukaan serviks,
besarnya pembukaan dalam cm dicatat kedaalam partograf dengan tanda X. Pemeriksaan
dalam dilakukan setiap 4 jam kecuali bila ada indikasi. Pada fase aktif kecepatan
pembukaan sekurang-kurangnya 1cm/ jam.
Denyut jantung janin dapat diperiksa setiap setengah jam, yang diamati adalah
frekuensi dalam satu menit dan keteraturan denyut jantung janin dicatat dibagian atas,
ada penebalan garis pada angka 120 dan 160 yang menandakan batas normal pada
denyut jantung janin, kalau diamati ada denyut jantung janin abnormal, dengarkanlah
setiap 15 menit, selama 1 menit segera setelah his hilang.
Warna dan selaput ketuban, apakah selaput ketuban sudah pecah? Bila sudah pecah
dicatat pada partograf sesuai dengan kualitas air ketuban tersebut, bila jernih ditulis
dengan C, bila bercampur dengan feases M (Meconium straid), dan bila air ketuban tidak
ada atau kering A (absent). (Wahyu Purwaningsih & Siti Fatmawati , 2010).

C. Diagnosa
1. Nyeri melahirkan berhubungan dengan nyeri, perineum tertekan,kontraksi uterus
ditandai dengan proses persalinan Resiko Cidera Pada Janin berhubungan dengan
kelelahan
2. Resiko cedera pada janin ditandai dengan persalinan kala I dan II, kelelahan.
3. Resiko cedera pada ibu ditandai dengan persalinan kala I dan II, cemas berlebihan,
ketuban pecah .
4. Keletihan berhubungan dengan merasa letih, mengalami peningkatan energi, lelah
karena hamil ditandai dengan kehamilan
(Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2017)
D. Rencana Keperawatan
Diagnosa Tujuan Intervensi
Nyeri melahirkan Tingkat nyeri Manajemen nyeri
berhubungan dengan 1. Nyeri yang 1. Identifikasi lokasi,
nyeri, perineum dilaporkan tidak ada karakteristik, durasi,
tertekan,kontraksi 2. Dapat beristirahat frekuensi, kualitas,
uterus ditandai dengan 3. Frekusi nafas normal intensitas nyeri.
proses persalinan 4. Tekanan darah 2. Identifikasi skala.
normal 3. Identifikasi faktor
5. Mengerang dan yang memperberat
menangis tidak ada rasa nyeri
6. Berkeringat tidak 4. Berikan terapi
berlebihan komplementer untuk
mengurangi rasa nyeri
(mis. Terapi musik)
5. Kontrol lingkungan
yang memperberat
rasa nyeri.
6. Ajarkan terapi
komplementer untuk
mengurangi nyeri
(mis. Relaksasi)
7. Kolaborasi pemberian
analgesik jika
diperlukan
Resiko cedera pada Status janin intrapartum Pemantauan frekuensi denyut
janin ditandai dengan 1. Dasar denyut jantung
persalinan kala I dan II, jantung janin (120- 1. Identifikasi adanya
kelelahan. 160) tidak penggunaan obat, diet,
terganggu. dan merokok.
2. Posisi janin tidak 2. Monitor tanda vital
terganggu. ibu.
3. Warna cairan 3. Anjurkan berbaring
ketuban tidak ditempat tidur.
terganggu. 4. Atur posisi pasien.
5. Periksa denyut
jantung janin selama
satu menit.
6. Jelaskan tentang
tindakan yang
dilakukan.
Resiko cedera pada ibu Tingkat kecemasan Teknik menenangkan
ditandai dengan 1. Dapat istirahat. 1. Buat kontrak
persalinan kala I dan II, 2. Perasaan gelisah 2. Diskusikan masalah
cemas berlebihan, tidak ada. yang dialami.
ketuban pecah . 3. Tekanan darah 3. Ciptakan ruangan
normal yang tenang dan
4. Berkeringat dingin nyaman.
tidak ada. 4. Minta untuk
5. Wajah tegang tidak mendengarkan musik
ada yang lembut dan yang
6. Rasa cemas yang disukai.
disampaikan secara 5. Mimbing untuk
lisan tidak ada berdoa, berdzikir,
membaca kitab suci,
ibadah sesuai dengan
agama yang dianut.
6. Lakukan hingga
perasaan menjadi
tenang.
Keletihan berhubungan Status Maternal: antepartum Manajemen energy
dengan merasa letih, 1. Tekanan darah 1. Identifikasi gangguan
mengalami peningkatan normal fungsi tubuh yang
energi, lelah karena 2. Hb normal mengakibatkan
hamil ditandai dengan 3. Tidak ada mual kelelahan
kehamilan 4. Tidak muntah 2. Sediakan lingkungan
5. Nyeriabdomen nyaman dan rendah
berkurang stimulus (mis.cahaya,
suara, kunjungan)
3. Anjurkan tirah barang
4. Monitor pola dan jam
tidur
Sumber: SDKI (2016) & Nursing Outcomes Classification (2013), Nursing Interventions
Classification (2013).

E. Daftar Pustaka
Ai Nurasiah, S., & dkk. (2012). ASUHAN PERSALINAN NORMAL BAGI BIDAN.
Bandung: PT Refika Aditama.
Asri, D. dan Cristine Clervo. 2010. Asuhan Persalinan Normal. Yogyakarta: Nuha
Medika
Caroline Bunker Rosdahl, & Mary T. Kowalski. (2012). Buku Ajar Keperawatan
Dasar Keperawatan Maternal & Bayi Baru Lahir, Edisi 10. jakarta : EGC.
Elisabeth Siwi Walyani, Amd. Keb Dan Th. Endang Purwoastuti, S.Pd, APP, 2015.
Asuhan Kebidanan Masa Nifas Dan Menyusui, Bagian Program Dan
Kebijakan Teknik Masa Nifas, Yogyakarta: Pustaka Rihama.
Icemi Sukarni K, & Wahyu P. (2013). Buku Ajar KEPERAWATAN MATERNITAS.
Yogyakarta: Nuha Medika.
Indah, Firdayanti, & Nadyah. (2019). Manajemen Asuhan Kebidanan Intranatal Pada
Ny “N” dengan Usia Kehamilan Preterm di RSUD Syekh Yusuf Gowa
Tanggal 01 Juli 2018. Jurnal Midwifery, 1(1), 1–14.
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia
Definisi dan Indikator Diagnostik. Jakarta: Dewan Pengurus PPNI Tim Pokja
SDKI DPP PPNI. (2016). Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia (1st ed.).
Jakarta: Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia.
Retrieved from http://www.inna-ppni.or.id
Tim Pokja SIKI DPP PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (I).
Jakarta. Retrieved from http://www.inna-ppni.or.id
Tim Pokja SLKI DPP PPNI. (2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia: Definisi
dan Kriteria Hasil Keperawatan (1st ed.). Jakarta: Dewan Pengurus Pusat Persatuan
Perawat Nasional Indonesia. Retrieved from http://www.innappni.or.id

Anda mungkin juga menyukai