Anda di halaman 1dari 34

LAPORAN PENDAHULUAN

KEPERAWATAN JIWA DENGAN GANGGUAN PERSEPSI SENSORI


HALUSINASI PENDENGARAN PADA NY.V

DI PANTI GRAMESIA KOTA CIREBON TAHUN 2020

Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Salah Tugas Keperawatan Jiwa

Disusun Oleh :

Nama: Wulan Septiani

Nim: JNR0200092

STUDI PROFESI NERS

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KUNINGAN

TAHUN AJARAN 2020


A. KONSEP DASAR HALUSINASI
1. Definisi Halusinasi
Halusinasi adalah persepsi klien yang salah terhadap lingkungan tanpa stimulus
yang nyata, memberi persepsi yang salah atau pendapat tentang sesuatu tanpa ada objek
atau rangsangan yang nyata dan hilangnya kemampuan manusia untuk membedakan
rangsangan internal pikiran dan rangsangan eksternal (Trimelia, 2011).

Halusinasi adalah salah satu gejala gangguan sensori persepsi yang dialami oleh
pasien gangguan jiwa. Pasien merasakan sensasi berupa suara, penglihatan,
pengecapan, perabaan, atau penghirup tanpa adanya stimulus yang nyata (Keliat, 2014).

Halusinasi adalah hilangnya kemampuan manusia dalam membedakan


rangsangan internal (pikiran) dan rangsangan eksternal (dunia luar). Klien memberi
persepsi atau pendapat tentang lingkungan tanpa ada objek atau rangsangan yang nyata.
Sebagai contoh klien mendengar suara padahal tidak ada orang yang berbicara (buku
ajar keperawatan : 105, farida kusmawati dkk, 2010).

Berdasarkan beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa halusinasi


adalah adanya gangguan persepsi sensori tentang suatu objek atau gambaran dan
pikiran sering terjadi yang dialami oleh pasien gangguan jiwa berupa suara,
penglihatan, pengecapan, perabaan, atau penghirup dengan persepsi yang salah
terhadap lingkungan tanpa stimulus yang nyata.

2. Etiologi
a. Faktor predisposisi
1. Faktor perkembangan
Perkembangan yang terganggu misalnya rendah control dan kehangatan keluarga
menyebabkan klien tidak mampu mandiri sejak kecil, yang menyebabkan mudah
frustasi, hilang percaya diri, dan lebih rentan terhadap strees.
2. Faktor sosiokultural
Seseorang yang merasa tidak terima lingkungannya sejak bayi (unwanted child)
akan merasa disingkirkan, kesepian, dan tidak percaya pada lingkungannya.
3. Faktor biokimia
Mempunyai pengaruh terhadap terjadinnya gangguan jiwa, adannya strees yang
berlebihan dialami seseorang maka di dalam tubuh akan dihasilkan suatu zat yang
dapat bersifat halusinogenik neurokimia, seperti bufennol dan dimetytranferase
(DMP). Akibat stress berkepanjangan menyebabkan teraktifasinya,
neurotransmitter otak, misalnya terjadi ketidakseimbangan asetyl kolin dan
dopamine.
4. Faktor psikologis
Tipe kepribadian lemah dan tidak bertanggungjawab mudah terjerumus pada
penyalahgunaan zat adiktif. Hal ini berpengaruh pada ketidak mampuan klien
dalam mengambil keputusan yang tepat demi masa depannya. Klien lebih
memilih kesenangan sesaat dan lari dari alam nyata kea lam khayal.
5. Faktor genetic dan pola asuh
Penelitian menunjukan bahwa anak sehat yang diasuh ortu skizofreinia cenderung
mengalami skizofreinia. hasil studi menunjukkan bahwa faktor keluarga
menunjukkan hubungan yang saling berpengaruh pada penyakit ini.
b. Faktor Presipitasi
1. Perilaku
Respon klien terhadap halusinasi dapat berupa curiga, ketakutan, perasaan tidak
aman, gelisah dan bingung, perilaku merusak diri, kurang perhatian, tidak mampu
mengambil keputusan serta tidak dapat membedakan keadaan nyata dan tidak
nyata. Menurut Rawlinsh Heacock, 1993 mencoba mememcahkan masalah
halusinasi berlandaskan atas hakikat keberadaan seorang individu sebagai
makhluk yang dibangun atas dasar unsur bio, psiko, sosial, spiritual. Sehingga
dapat dilihat dari 5 dimensi :
a. Dimensi fisik
Halusinasi dapat ditimbulkan oleh beberapa kondisi fisik seperti kelelahan
yang luar biasa, penggunaan obat-obatan, demam hingga delirium, intoksikasi
alcohol, dan kesulitan tidur dalam waktu lama.
b. Dimensi emosional
Perasaan cemas yang berlebihan atas dasar problem yang tidak dapat diatasi isi
halusinasi dapat berupa perintah memaksa dan menakutkan.
c. Dimensi intelektual
Dalam dimensi ini individu dengan halusinasi akan memperlihatkan adanya
penurunan ego. Awalnya halusinasi merupakan usaha dari ego sendiri
melawan impuks yang menekan, namun merupakan suatu hal yang
menimbulkan kewaspadaaan yang dapat mengambil seluruh perhatian klien
dan akan mengontrol semua perilaku klien.
d. Dimensi sosial
Klien mengalami gangguan interaksi sosial dalam fase awal dan comforting,
klien menganggap bahwa hidup di alam nyata sangat membahayakan. Klien
asik dengan halusinasinya, seolah-olah dia merupakan tempat untuk memenuhi
kebutuhan agar interaksi sosial, control diri, dan haarga diri yang tidak
didapatkan dalam dunia nyata. Isi halusinasi dijadikan system control oleh
individu tersebut, sehingga jika perintah halusinasi berupa ancaman,
dirinya atau orang lain cenderung untuk itu. Aspek penting dalam melakukan
intervensi keperawatan klien dengan mengupayakan suatu proses interaksi
yang menimbulkan pengalaman interpersonal yang memuaskan, serta
mengusahakan klien tidak menyendiri sehingga klien selalu berinteraksi
dengan lingkungannya dan halusinasi tidak berlangsung.
e. Dimensi spiritual
Secara spiritual klien halusinasi mulai dengan kehampaan hidup, rutinitas
tidak bermakna, hilangnya aktivitas ibadah dan berupaya secara spiritual untuk
menyucikan diri.
3. Proses Terjadinya Halusinasi
Halusinasi berkembang melalui 4 fase menurut Farida Kusmawati dkk, 106.2010 yaitu
sebagai berikut :
a) Fase Pertama
Disebut juga dengan fase comforting yaitu fase menyenangkan. Pada tahap ini
masukpada golongan non psikotik.
Karakteristik : klien mengalami stress, cemas, perasaan perpisahan, rasa bersalah,
kesepian yang memuncak, dan tidak dapat diselesaikan. Klien mulai melamun dan
memikirkan dan hal-hal yang menyenangkan, cara ini hanya menolong sementara.
Perilaku klien : tersenyum atau tertawa yang tidak sesuai, menggerakkan bibir tanpa
suara, pergerakkan mata cepat, respon verbal yang lambat jika sedang asyik dengan
halusinasinya,dan suka menyendiri.
b) Fase Kedua
Disebut dengan fase condemming atau ansietas berat yaitu halusinasi menjadi
menjijikan. Termasuk dalam psikotik ringan.
Karakteristik : pengalaman sensorik menjijikan dan menakutkan, kecemasan
meningkat, melamun dan berfikir sendiri jadi dominan. Mulai dirasakan ada bisikan
yang tidak jelas. Klien tidak ingin orang lain tahu dan ia tetap dapat mengontrolnya.
Perilaku klien : meningkatnya tada-tanda system saraf otonom seperti penigkatan
denyut jantung dan tekanan darah. Klien asyik dengan halusinasinya dan tidak bisa
membedakan realitas.
c) Fasa Ketiga
Disebut juga dengan fase controlling atau ansietas berat yaitu pengalaman sensori
menjadi berkuasa termasuk dalam gangguan psikotik.
Karakeristik : bisikan, suara, isi halusinasi semakin menonjol, menguasai dan
mengontrol klien. Klien menjadi terbiasa dan tidak berdaya terhadap halusinasinya.
Perilaku klien : kemauan dikendalikan halusinasi, rentang perhatian hanya beberapa
menit atau detik. Tanda-tanda fisik berupa klien berkeringat, tremor dan tidak
mampu mematuhi perintah.
d) Fase Keempat
Disebut juga dengan fase conquering atau panik yaitu klien lebur dengan
halusinasinya. Termasuk dalam psikotik berat.
Karakteristik : halusinasinya berubah jadi mengancam, memerintah, dan memarahi
klien.klien menjadi takut, tidak berdaya, hilang control, dan tidak dapat berhubungan
secara nyata dengan orang lain dilingkungan.
Perilaku klien : perilaku terror akibat panikj, potensi bunuh diri, perilaku kekerasan,
agitasi, menarik diri atau katatonik, tidak mampu merespon terhadap perintah
kompleks, dan tidak mampu berespon lebih dari satu orang.
4. Manifestasi Klinis
a) Fase Pertama ( comforting)
Pada fase ini klien mengalami kecemasan, stress, perasaan gelisah, kesepian. Klien
mungkin melamun atau memfokukan pikiran pada hal yang menyenangkan untuk
menghilangkan kecemasan dan stress. Cara ini menolong untuk sementara. Klien
masih mampu mengotrol kesadarnnya dan mengenal pikirannya, namun intensitas
persepsi meningkat.
Perilaku klien : tersenyum atau tertawa yang tidak sesuai, menggerakkan bibir tanpa
bersuara, pergerakan mata cepat, respon verbal yang lambat jika sedang asyik
dengan halusinasinya dan suka menyendiri.
b) Fase Kedua (comdemming)
Kecemasan meningkat dan berhubungan dengan pengalaman internal dan eksternal,
klien berada pada tingkat “listening” pada halusinasi. Pemikiran internal menjadi
menonjol, gambaran suara dan sensasi halusinasi dapat berupa bisikan yang tidak
jelas klien takut apabila orang lain mendengar dan klien merasa tak mampu
mengontrolnya. Klien membuat jarak antara dirinya dan halusinasi dengan
memproyeksikan seolah-olah halusinasi datang dari orang lain.
Perilaku klien : meningkatnya tanda-tanda sistem saraf otonom seperti peningkatan
denyut jantung dan tekanan darah. Klien asyik dengan halusinasinya dan tidak bisa
membedakan dengan realitas.
c) Fase Ketiga (controlling)
Halusinasi lebih menonjol, menguasai dan mengontrol klien menjadi terbiasa dan
tak berdaya pada halusinasinya. Termasuk dalam gangguan psikotik.
Karakteristik : bisikan, suara, isi halusinasi semakin menonjol, menguasai dan
mengontrol klien. Klien menjadi terbiasa dan tidak berdaya terhadap halusinasinya.
Perilaku klien : kemauan dikendalikan halusinasi, rentang perhatian hanya beberapa
menit atau detik. Tanda-tanda fisik berupa klien berkeringat, tremor dan tidak
mampu mematuhi perintah.
d) Fase Keempat (conquering)
Klien merasa terpaku dan tak berdaya melepaskan diri dari kontrol halusinasinya.
Halusinasi yang sebelumnya menyenangkan berubah menjadi mengancam,
memerintah dan memarahi klien tidak dapat berhubungan dengan orang lain karena
terlalu sibuk dengan halusinasinya klien berada dalam dunia yang menakutkan
dalam waktu singkat, beberapa jam atau selamanya. Proses ini menjadi kronik jika
tidak dilakukan intervensi.
Perilaku klien : perilaku teror akibat panik, potensi bunuh diri, perilaku kekerasan,
agitasi, menarik diri atau katatonik, tidak mampu merespon terhadap perintah
kompleks dan tidak mampu berespon lebih dari satu orang.

Klien dengan halusinasi cenderung menarik diri, sering didapatkan duduk terpaku
dengan pandangan mata pada satu arah tertentu, tersenyum atau berbicara sendiri,
secara tiba-tiba marah atau menyerang oranglain, gelisah, melakukan gerakan seperti
sedang menikmati sesuatu. Juga keterangan dari klien sendiri tentang halusinasi
yang dialaminya (apa yangdilihat, didengar atau dirasakan).
Berikut ini merupakan gejala klinis berdasarkan halusinasi
1) Tahap I (halusinasi bersifat menyenangkan)
Gejala klinis :
a. Menyeringai/ tertawa tidak sesuai
b. Menggerakkan bibir tanpa bicara
c. Gerakan mata cepat
d. Bicara lambat
e. Diam dan pikiran dipenuhi sesuatu yang mengasikkan

2) Tahap 2 (halusinasi bersifat menjijikkan)


Gejala klinis :
a. Cemas
b. Konsentrasi menurun
c. Ketidakmampuan membedakan nyata dan tidak nyata
3) Tahap 3 (halusinasi yang bersifat mengendalikan)
Gejala klinis :
a. Cenderung mengikuti halusinasi
b. Kesulitan berhubungan dengan orang lain
c. Perhatian atau konsentrasi menurun dan cepat berubah
d. Kecemasan berat (berkeringat, gemetar, tidak mampu mengikuti petunjuk)
4) Tahap 4 (halusinasi bersifat menaklukkan)
Gejala klinis :
a. Pasien mengikuti halusinasi
b. Tidak mampu mengendalikan diri
c. Tidak mampu mengikuti perintah nyata
d. Beresiko mencederai diri, orang lain dan lingkungan
5. Jenis-Jenis Halusinasi
a) Halusinasi Pendengaran
Mendengarkan suara-suara/kebisingan, paling sering suara orang. Suara berbentuk
kebisingan yang kurang jelas sampai kata-kata yang jelas berbicara tentang klien
bahkan sampai ke percakapan lengkap antara 2 orang atau lebih tentang orang yang
mengalami halusinasi. Pikiran yang terdengar dimana klien mendengar perkataan
bahwa pasien, disuruh untuk melakukan sesuatu kadang-kadang dapat
membahayakan.
b) Halusinasi Penglihatan
Stimulus visual dalam bentuk kilatan cahaya, gambar geometris, gambar kartun,
bayangan yang rumit atau kompleks, bayangan bisa menyenangkan atau menakutkan
seperti melihat monster.
c) Halusinasi Penghirup
Membaui bau-bauan tertentu seperti bau darah, urine, feses, umumnya bau-bauan
yang tidak menyenangkan. Halusinasi penghirup sering akibat stroke, tumor, kejang
atau demensta.

d) Halusinasi Pengecapan
Merasa mengecap seperti rasa darah, urine atau feses.
e) Halusinasi Perabaan
Mengalami nyeri atau ketidaknyamanan tanpa stimulus yang jelas, rasa tersetrum
listrik yang datang dari tanah, benda mati, atau orang lain.
f) Halusinasi Chenestetic
Merasakan fungsi tubuh seperti aliran darah di vena atau arteri, pencernaan makanan
atau pembentukan urine.
g) Halusinasi Kinesthetic
Merasakan pergerakan sementara berdiri tanpa bergerak.

6. Pohon Masalah

lingkungan

Perubahan persepsi sensosi: halusinasi

Isolasi sosial: menarik diri

7. Diagnosa Keperawatan
1. Risiko mencederai diri sendiri orang lain dan lingkungan berhubungan dengan
halusinasi.
2. Perubahan persepsi sensor: halusinasi berhubungan dengan menarik diri.

8. Rencana Tindakan Keperawatan


 Tindakan Keperawatan Pasien
1. Tujuan tindakan untuk pasien meliputi hal berikut
a. Pasien mengenali halusinasi yang dialaminya.
b. Pasien dapat mengontrol halusinasinya.
c. Pasien mengikuti program pengobatan secara optimal.
2. Tindakan Keperawatan
a. Membantu pasien mengenali halusinasi dengan cara berdiskusi dengan pasien
tentang isi halusinasi (apa yang didengar/dilihat), waktu terjadi halusinasi,
frekuensi, situasi yang menyebabkan halusinasi muncul, dan respons pasien
saat halusinasi muncul.
b. Melatih pasien mengontrol halusinasi. Untuk membantu pasien agar mampu
mengontrol halusinasi, anda dapat melatih pasien empat cara yang sudah
terbukti dapat mengendalikan halusinasi, yaitu sebagai berikut :
1) Menghardik halusinasi
2) Bercakap-cakap dengan orang lain
3) Melakukan aktivitas yang terjadwal
4) Menggunakan obat secara teratur
 Tindakan Keperawatan Untuk Keluarga
1. Tujuan
a. Keluarga dapat terlibat dalam perawatan pasien baik di rumah sakit maupun di
rumah.
b. Keluarga dapat menjadi sistem pendukung yang efektif untuk pasien
2. Tindakan Keperawatan
a. Diskusikan masalah yang dihadapi keluarga dalam merawat pasien
b. Berikan pendidikan kesehatan tentang pengertian halusinasi, jenis halusinasi
yang dialami pasien, tanda dan gejala halusinasi, proses terjadinya halusinasi,
serta cara merawat pasien halusinasi.
c. Berikan kesempatan kepada keluarga untuk memperagakan cara merawat
pasien dengan halusinasi langsung di hadapan pasien.
d. Buat perencanaan pulang dengan keluarga.
9. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi keberhasilan tindakan keperawatan yang sudah anda lakukan untuk
pasien halusinasi adalah sebagai berikut :
1. Paien mempercayai kepada perawat
2. Pasien menyadari bahwa yang dialaminya tidak ada objeknya dan merupakan
masalah yang harus diatasi.
3. Pasien dapat mengontrol halusinasi
4. Keluarga mampu merawat pasien di rumah, ditandai dengan hal berikut :
a. Keluarga mampu menjelaskan masalah halusinasi yang dialami oleh pasien.
b. Keluarga mampu menjelaskan cara merawat pasien di rumah.
c. Keluarga mampu memperagakan cara bersikap terhadap pasien.
d. Keluarga mampu menjelaskan fasilitas kesehatan yang dapat digunakan
untuk mengatasi masalah pasien.
e. Keluarga melaporkan keberhasilannya merawat pasien.

B. SPTK (STRATEGI PELAKSANAAAN TINDAKAN KEPERAWATAN)


1. Tindakan Keperawatan Kepada Pasien

SP 1 Pasien : Membantu pasien mengenal halusinasi, menjelaskan cara-cara


mengontrol halusinasi, mengajarkan pasien mengontrol halusinasi dengan cara
pertama: menghardik halusinasi
 ORIENTASI:
”Selamat pagi bapak, Saya Mahasiswa keperawatan UNDIP yang akan merawat
bapak Nama Saya nurhakim yudhi wibowo, senang dipanggil yudi. Nama bapak
siapa?Bapak Senang dipanggil apa”
”Bagaimana perasaan bapak hari ini? Apa keluhan bapak saat ini”
”Baiklah, bagaimana kalau kita bercakap-cakap tentang suara yang selama ini bapak
dengar tetapi tak tampak wujudnya? Di mana kita duduk? Di ruang tamu? Berapa
lama? Bagaimana kalau 30 menit”
 KERJA:
”Apakah bapak mendengar suara tanpa ada wujudnya?Apa yang dikatakan suara
itu?”
”Apakah terus-menerus terdengar atau sewaktu-waktu? Kapan yang paling sering D
dengar suara? Berapa kali sehari bapak alami? Pada keadaan apa suara itu terdengar?
Apakah pada waktu sendiri?”
”Apa yang bapak rasakan pada saat mendengar suara itu?”
”Apa yang bapak lakukan saat mendengar suara itu? Apakah dengan cara itu suara-
suara itu hilang? Bagaimana kalau kita belajar cara-cara untuk mencegah suara-suara
itu muncul?
”bapak , ada empat cara untuk mencegah suara-suara itu muncul. Pertama, dengan
menghardik suara tersebut. Kedua, dengan cara bercakap-cakap dengan orang lain.
Ketiga, melakukan kegiatan yang sudah terjadwal, dan yang ke empat minum obat
dengan teratur.”
”Bagaimana kalau kita belajar satu cara dulu, yaitu dengan menghardik”.
”Caranya sebagai berikut: saat suara-suara itu muncul, langsung
bapak bilang, pergi saya tidak mau dengar, … Saya tidak mau dengar. Kamu suara
palsu. Begitu diulang-ulang sampai suara itu tak terdengar lagi. Coba bapak
peragakan! Nah begitu, … bagus! Coba lagi! Ya bagus bapak D sudah bisa”
 TERMINASI:
”Bagaimana perasaan D setelah peragaan latihan tadi?” Kalau suara-suara itu
muncul lagi, silakan coba cara tersebut ! bagaimana kalu kita buat jadwal latihannya.
Mau jam berapa saja latihannya? (Saudara masukkan kegiatan latihan menghardik
halusinasi dalam jadwal kegiatan harian pasien). Bagaimana kalau kita bertemu lagi
untuk belajar dan latihan mengendalikan suara-suara dengan cara yang kedua? Jam
berapa D?Bagaimana kalau dua jam lagi? Berapa lama kita akan berlatih?Dimana
tempatnya”
”Baiklah, sampai jumpa.”

SP 2 Pasien : Melatih pasien mengontrol halusinasi dengan cara kedua: bercakap-


cakap dengan orang lain
 ORIENTASI:
“Selamat pagi bapak Bagaimana perasaan bapak hari ini? Apakah suara-suaranya
masih muncul ? Apakah sudah dipakai cara yang telah kita latih?Berkurangkan
suara-suaranya Bagus ! Sesuai janji kita tadi saya akan latih cara kedua untuk
mengontrol halusinasi dengan bercakap-cakap dengan orang lain. Kita akan latihan
selama 20 menit. Mau di mana? Di sini saja?
 KERJA:
“Cara kedua untuk mencegah/mengontrol halusinasi yang lain adalah dengan
bercakap-cakap dengan orang lain. Jadi kalau bapak mulai mendengar suara-suara,
langsung saja cari teman untuk diajak ngobrol. Minta teman untuk ngobrol dengan
bapak Contohnya begini; … tolong, saya mulai dengar suara-suara. Ayo ngobrol
dengan saya! Atau kalau ada orang dirumah misalnya istri,anak bapak katakan: bu,
ayo ngobrol dengan bapak sedang dengar suara-suara. Begitu bapak Coba bapak
lakukan seperti saya tadi lakukan. Ya, begitu. Bagus! Coba sekali lagi! Bagus! Nah,
latih terus ya bapak!”

 TERMINASI:
“Bagaimana perasaan bapak setelah latihan ini? Jadi sudah ada berapa cara yang
bapak pelajari untuk mencegah suara-suara itu? Bagus, cobalah kedua cara ini kalau
bapak mengalami halusinasi lagi. Bagaimana kalau kita masukkan dalam jadwal
kegiatan harian bapak. Mau jam berapa latihan bercakap-cakap? Nah nanti lakukan
secara teratur serta sewaktu-waktu suara itu muncul! Besok pagi saya akan ke mari
lagi. Bagaimana kalau kita latih cara yang ketiga yaitu melakukan aktivitas
terjadwal? Mau jam berapa? Bagaimana kalau jam 10.00? Mau di mana/Di sini lagi?
Sampai besok ya. Selamat pagi”

SP3 Pasien : Melatih pasien mengontrol halusinasi dengan cara


ketiga: melaksanakan aktivitas terjadwal
 ORIENTASI:
“Selamat pagi bapak Bagaimana perasaan bapak hari ini? Apakah suara-suaranya
masih muncul ? Apakah sudah dipakai dua cara yang telah kita latih ? Bagaimana
hasilnya ? Bagus ! Sesuai janji kita, hari ini kita akan belajar cara yang ketiga untuk
mencegah halusinasi yaitu melakukan kegiatan terjadwal. Mau di mana kita bicara?
Baik kita duduk di ruang tamu. Berapa lama kita bicara? Bagaimana kalau 30 menit?
Baiklah.”
 KERJA:
“Apa saja yang biasa bapak lakukan? Pagi-pagi apa kegiatannya, terus jam
berikutnya (terus ajak sampai didapatkan kegiatannya sampai malam). Wah banyak
sekali kegiatannya. Mari kita latih dua kegiatan hari ini (latih kegiatan
tersebut). Bagus sekali bapak bisa lakukan. Kegiatan ini dapat bapak lakukan untuk
mencegah suara tersebut muncul. Kegiatan yang lain akan kita latih lagi agar dari
pagi sampai malam ada kegiatan.
 TERMINASI:
“Bagaimana perasaan bapak setelah kita bercakap-cakap cara yang ketiga untuk
mencegah suara-suara? Bagus sekali! Coba sebutkan 3 cara yang telah kita latih
untuk mencegah suara-suara. Bagus sekali. Mari kita masukkan dalam jadwal
kegiatan harian bapak Coba lakukan sesuai jadwal ya!(Saudara dapat melatih
aktivitas yang lain pada pertemuan berikut sampai terpenuhi seluruh aktivitas dari
pagi sampai malam) Bagaimana kalau menjelang makan siang nanti, kita membahas
cara minum obat yang baik serta guna obat. Mau jam berapa? Bagaimana kalau jam
12.00 pagi?Di ruang makan ya! Sampai jumpa.”

SP 4 Pasien: Melatih pasien menggunakan obat secara teratur


 ORIENTASI:
“Selamat pagi bapak Bagaimana perasaan bapak hari ini? Apakah suara-suaranya
masih muncul ? Apakah sudah dipakai tiga cara yang telah kita latih ? Apakah
jadwal kegiatannya sudah dilaksanakan ? Apakah pagi ini sudah minum obat? Baik.
Hari ini kita akan mendiskusikan tentang obat-obatan yang bapak minum. Kita akan
diskusi selama 20 menit sambil menunggu makan siang. Di sini saja ya bapak?”
 KERJA:
“Bapak adakah bedanya setelah minum obat secara teratur. Apakah suara-suara
berkurang/hilang ? Minum obat sangat penting supaya suara-suara yang bapak
dengar dan mengganggu selama ini tidak muncul lagi. Berapa macam obat yang
bapak minum ? (Perawat menyiapkan obat pasien) Ini yang warna orange (CPZ) 3
kali sehari jam 7 pagi, jam 1 siang dan jam 7 malam gunanya untuk menghilangkan
suara-suara. Ini yang putih (THP)3 kali sehari jam nya sama gunanya untuk rileks
dan tidak kaku. Sedangkan yang merah jambu (HP) 3 kali sehari jam nya sama
gunanya untuk pikiran biar tenang. Kalau suara-suara sudah hilang obatnya tidak
boleh diberhentikan. Nanti konsultasikan dengan dokter, sebab kalau putus obat,
bapak akan kambuh dan sulit untuk mengembalikan ke keadaan semula. Kalau obat
habis bapak bisa minta ke dokter untuk mendapatkan obat lagi. bapak juga harus
teliti saat menggunakan obat-obatan ini. Pastikan obatnya benar, artinya bapak harus
memastikan bahwa itu obat yang benar-benar punya bapak Jangan keliru dengan
obat milik orang lain. Baca nama kemasannya. Pastikan obat diminum pada
waktunya, dengan cara yang benar. Yaitu diminum sesudah makan dan tepat
jamnya bapak juga harus perhatikan berapa jumlah obat sekali minum, dan harus
cukup minum 10 gelas per hari.
 TERMINASI:
“Bagaimana perasaan bapak setelah kita bercakap-cakap tentang obat? Sudah berapa
cara yang kita latih untuk mencegah suara-suara? Coba sebutkan! Bagus! (jika
jawaban benar). Mari kita masukkan jadwal minum obatnya pada jadwal
kegiatan bapak Jangan lupa pada waktunya minta obat pada perawat atau pada
keluarga kalau di rumah. Nah makanan sudah datang. Besok kita ketemu lagi untuk
melihat manfaat 4 cara mencegah suara yang telah kita bicarakan. Mau jam berapa?
Bagaimana kalau jam 10.00. sampai jumpa.”

2. Tindakan Keperawatan Kepada Keluarga


SP 1Keluarga : Pendidikan Kesehatan tentang pengertian halusinasi, jenis
halusinasi yang dialami pasien, tanda dan gejala halusinasi dan cara-cara
merawat pasien halusinasi.

 ORIENTASI:
“Selamat pagi Bapak/Ibu!”“Saya yudi perawat yang merawat Bapak”
“Bagaimana perasaan Ibu hari ini? Apa pendapat Ibu tentang Bapak?”
“Hari ini kita akan berdiskusi tentang apa masalah yang Bapak alami dan bantuan
apa yang Ibu bisa berikan.”
“Kita mau diskusi di mana? Bagaimana kalau di ruang tamu? Berapa lama waktu
Ibu? Bagaimana kalau 30 menit”
 KERJA:
“Apa yang Ibu rasakan menjadi masalah dalam merawat bapak Apa yang Ibu
lakukan?”
“Ya, gejala yang dialami oleh Bapak itu dinamakan halusinasi, yaitu mendengar atau
melihat sesuatu yang sebetulnya tidak ada bendanya.
”Tanda-tandanya bicara dan tertawa sendiri,atau marah-marah tanpa sebab”
“Jadi kalau anak Bapak/Ibu mengatakan mendengar suara-suara, sebenarnya suara
itu tidak ada.”
“Kalau Bapak mengatakan melihat bayangan-bayangan, sebenarnya bayangan itu
tidak ada.”
”Untuk itu kita diharapkan dapat membantunya dengan beberapa cara. Ada beberapa
cara untuk membantu ibu agar bisa mengendalikan halusinasi. Cara-cara tersebut
antara lain: Pertama, dihadapan Bapak, jangan membantah halusinasi atau
menyokongnya. Katakan saja Ibu percaya bahwa anak tersebut memang mendengar
suara atau melihat bayangan, tetapi Ibu sendiri tidak mendengar atau melihatnya”.
”Kedua, jangan biarkan Bapak melamun dan sendiri, karena kalau melamun
halusinasi akan muncul lagi. Upayakan ada orang mau bercakap-cakap dengannya.
Buat kegiatan keluarga seperti makan bersama, sholat bersama-sama. Tentang
kegiatan, saya telah melatih Bapak untuk membuat jadwal kegiatan sehari-hari.
Tolong Ibu pantau pelaksanaannya, ya dan berikan pujian jika dia lakukan!”
”Ketiga, bantu Bapak minum obat secara teratur. Jangan menghentikan obat tanpa
konsultasi. Terkait dengan obat ini, saya juga sudah melatih Bapak untuk minum
obat secara teratur. Jadi Ibu dapat mengingatkan kembali. Obatnya ada 3 macam, ini
yang orange namanya CPZ gunanya untuk menghilangkan suara-suara atau
bayangan. Diminum 3 X sehari pada jam 7 pagi, jam 1 siang dan jam 7 malam.
Yang putih namanya THP gunanya membuat rileks, jam minumnya sama dengan
CPZ tadi. Yang biru namanya HP gunanya menenangkan cara berpikir, jam
minumnya sama dengan CPZ. Obat perlu selalu diminum untuk mencegah
kekambuhan”
”Terakhir, bila ada tanda-tanda halusinasi mulai muncul, putus halusinasi Bapak
dengan cara menepuk punggung Bapak. Kemudian suruhlah Bapak menghardik
suara tersebut. Bapak sudah saya ajarkan cara menghardik halusinasi”.
”Sekarang, mari kita latihan memutus halusinasi Bapak. Sambil menepuk punggung
Bapak, katakan: bapak, sedang apa kamu?Kamu ingat kan apa yang diajarkan
perawat bila suara-suara itu datang? Ya..Usir suara itu, bapak Tutup telinga kamu
dan katakan pada suara itu ”saya tidak mau dengar”. Ucapkan berulang-ulang, pak”
”Sekarang coba Ibu praktekkan cara yang barusan saya ajarkan”
”Bagus Bu”
 TERMINASI:
“Bagaimana perasaan Ibu setelah kita berdiskusi dan latihan memutuskan halusinasi
Bapak?”
“Sekarang coba Ibu sebutkan kembali tiga cara merawat bapak?”
”Bagus sekali Bu. Bagaimana kalau dua hari lagi kita bertemu
untuk mempraktekkan cara memutus halusinasi langsung dihadapan Bapak?”
”Jam berapa kita bertemu?”
Baik, sampai Jumpa. Selamat pagi

SP 2 Keluarga: Melatih keluarga praktek merawat pasien langsungdihadapan


pasien
 ORIENTASI:
“Selamat pagi”
“Bagaimana perasaan Ibu pagi ini?””Apakah Ibu masih ingat bagaimana cara
memutus halusinasi Bapak yang sedang mengalami halusinasi?Bagus!”” Sesuai
dengan perjanjian kita, selama 20 menit ini kita akan mempraktekkan cara memutus
halusinasi langsung dihadapan Bapak”. ”mari kita datangi bapak”
 KERJA:
”Selamat pagi pak” ”pak, istri bapak sangat ingin membantu bapak mengendalikan
suara-suara yang sering bapak dengar. Untuk itu pagi ini istri bapak datang untuk
mempraktekkan cara memutus suara-suara yang bapak dengar. pak nanti kalau
sedang dengar suara-suara bicara atau tersenyum-senyum sendiri, maka Ibu akan
mengingatkan seperti ini” ”Sekarang, coba ibu peragakan cara memutus halusinasi
yang sedang bapak alami seperti yang sudah kita pelajari sebelumnya. Tepuk
punggung bapak lalu suruh bapak mengusir suara dengan menutup telinga dan
menghardik suara tersebut” (saudara mengobservasi apa yang dilakukan keluarga
terhadap pasien)Bagus sekali!Bagaimana pak? Senang dibantu Ibu? Nah Bapak/Ibu
ingin melihat jadwal harian bapak. (Pasien memperlihatkan dan dorong
istri/keluarga memberikan pujian) Baiklah, sekarang saya dan istri bapak ke ruang
perawat dulu” (Saudara dan keluarga meninggalkan pasien untuk melakukan
terminasi dengan keluarga
 TERMINASI:
“Bagaimana perasaan Ibu setelah mempraktekkan cara memutus halusinasi
langsung dihadapan Bapak?”
”Dingat-ingat pelajaran kita hari ini ya Bu. ibu dapat melakukan cara itu bila Bapak
mengalami halusinas”.
“bagaimana kalau kita bertemu dua hari lagi untuk membicarakan tentang jadwal
kegiatan harian Bapak. Jam berapa Ibu bisa datang?Tempatnya di sini ya. Sampai
jumpa.”

SP 3 Keluarga : Menjelaskan perawatan lanjutan


 ORIENTASI:
“Selamat pagi Bu, sesuai dengan janji kita kemarin dan sekarang ketemu untuk
membicarakan jadual bapak selama dirumah”
“Nah sekarang kita bicarakan jadwal bapak di rumah? Mari kita duduk di ruang
tamu!”
“Berapa lama Ibu ada waktu? Bagaimana kalau 30 menit?”
 KERJA:
“Ini jadwal kegiatan bapak yang telah disusun. Jadwal ini dapat dilanjutkan. Coba
Ibu lihat mungkinkah dilakukan. Siapa yang kira-kira akan memotivasi dan
mengingatkan?” Bu jadwal yang telah dibuat tolong dilanjutkan, baik jadwal
aktivitas maupun jadwal minum obatnya”
“Hal-hal yang perlu diperhatikan lebih lanjut adalah perilaku yang ditampilkan oleh
bapak selama di rumah.Misalnya kalau bapak terus menerus mendengar suara-suara
yang mengganggu dan tidak memperlihatkan
perbaikan, menolak minum obat atau memperlihatkan perilaku membahayakan
orang lain. Jika hal ini terjadi segera bawa kerumah sakit untuk dilakukan
pemeriksaan ulang dan di berikan tindakan”
 TERMINASI:
“Bagaimana Ibu? Ada yang ingin ditanyakan? Coba Ibu sebutkan cara-cara merawat
bapak Bagus(jika ada yang lupa segera diingatkan oleh perawat. Ini jadwalnya.
Sampai jumpa
DAFTAR PUSTAKA

Keliat,B.A.,Akemat,Helena,N.C.D.,danNurhaeni,H.2007.KeperawatanKesehatanJiwa
Komunitas:CMHN(BasicCourese).Jakarta:EGC.
Lab/UPFKedokteranJiwa.1994.PedomanDiagnosisdanTerapi.RSUDDr.SoetomoSurab
aya. Maramis,W.F.2010.CatatanIlmuKedokteranJiwa.AirlanggaUniversityPress:Surabaya.

StuartdanLaraia.2005.PrinciplesandPraticeofPsychiatricNursing.8thEdition.St.Louis:
Mosby.
Stuart,G.W.danSundeen,S.J.2002.BukuSakuKeperawatanJiwaEdisi3.Jakarta:EGC.
Suliswati,dkk.2004.KonsepDasarKeperawatanKesehatanJiwa.Jakarta:EGC.
Varcarolis.2006.FundamentalisofPsychiatricNursingEdisi5.St.Louis:Elsevier.
LAPORAN KASUS

KEPERAWATAN JIWA PADA NY.V DENGAN GANGGUAN PERSEPSI SENSORI


HALUSINASI PENDENGARAN

DI PANTI GRAMESIA KABUPATEN CIREBON

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Praktik Keperawatan Jiwa

Pada Program Profesi Ners Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kuningan

Dosen Pembimbing

Abdal Rohim, S.Kp., M.H

Disusun Oleh:

Wulan Septiani

JNR0200092

PROGRAM STUDI PROFESI NERS

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KUNINGAN

2020
Lampiran 1

PENGKAJIAN KEPERAWATAN KESEHATAN JIWA PADA


NY.V DENGAN GANGGUAN PERSEPSI SENSORI HALUSINASI
PENDENGARAN DI PANTI GRAMESIA KABUPATEN
CIREBON

Ruang Rawat : Ruang Kamar Perempuan


Tanggal dirawat : 18 Desember 2020

I. IDENTITAS KLIEN
Nama/Inisial : Ny.V Umur : 33 tahun
No.CM : 685 Jenis Kelamin
: P Tanggal Pengkajian : 4 Januari 2020

II. ALASAN MASUK


Klien dibawa ke panti gramesia oleh keluarga sejak ± 1 bulan, klien putus obat, bicara
sendiri, marah-marah, mudah tersinggung, keluyuran, makan kurang nafsu, dan
melamun. Sebelumnya klien pernah dibawa ke panti gramesia pada bulan Mei 2020
dengan kondisi bicara klien keras/tinggi, mudah tersinggung, emosi tinggi, dan
melamun.

III. FAKTOR PREDISPOSISI


1. Pernah mengalami gangguan jiwa masa lalu?
- Ya Tidak

2. Pengobatansebelumnya
- Berhasil Kurang berhasil - Tidak berhasil

Usia/Pelaku Korban/Usia Saksi/Usia


Aniaya fisik
Aniaya seksual
Penolakan
Kekerasan dalam keluarga
Tindakan Kriminal

Jelaskan 1,2,3 : tidak ada perilaku penganiyaan pada fisik klien


Masalah keperawatan: Tidak ada masalah keperawatan

3. Adakah anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa:


Ada - Tidak

Kalau ada :
Hubungan keluarga Gejala Riwayat Pengobatan/perawatan
Tidak ada data tidak ada tidak ada
Masalah keperawatan: Tidak ada masalah keperawatan
4. Pengalaman masa lalu yang tidak menyenangkan?
Klien mengatakan tidak memiliki perilaku yang tidak menyenangkan

Masalah keperawatan: Tidak ada masalah keperawatan

IV. PEMERIKSAAN FISIK


Tanda Vital : TD : 110/80 mmHg, N : 84 x/mnt, S: 36,5 x/mnt, P: 20 x/mnt
Ukuran : BB: klien mengatakan berat badan nya ± 60 kg TB: klien mengatakan tinggi
badan nya ±160 cm
Keluhan fisik : klien tidak mengeluh tentang fisik nya
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan

V. PSIKOSOSIAL
1. Genogram

Keterangan :

= Perempuan

= Laki-laki

= Meninggal

3 = Klien

2. Jelaskan : Ny.V anak ke 1 dari 2 bersaudara dan ayah Ny.V telah meninggal
Masalah keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan

3. Konsep diri
a. Gambaran Diri
Klien mengatakan dirinya sudah sehat dan emosi nya sudah stabil lagi, klien
mengatakan sedang menunggu dijemput oleh suami/keluarganya, klien ingin
sekali segera pulang karena sudah rindu dengan anak nya.
b. Identitas diri
Klien mengatakan bahwa dirinya hanya sebagai IRT yang baik yang melayani
suami nya dengan baik dan mengurus 1 anak nya.
c. Ideal Diri
Klien berharap segera pulang dari panti karena sudah ingin bertemu dengan
keluarga dan anak nya.
d. Harga Diri
Klien mengatakan selama berada disini klien terhambat untuk mengurus anak
dan melayani suami nya.
Masalah keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan

4. Hubungan sosial
a. Orang yang berarti/orang terdekat
Klien mengatakan yg berarti dalam hidup nya adalah anak nya.
b. Peran serta dalam kegiatankelompok/masyakat
Klien mengatakan tidak pernah mengikuti kegiatan dikelompok masyarakat
tempat klien tinggal.

c. Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain


Klien tidak memiliki hambatan dalam bersosialisasi

Masalah keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan

5. Spiritual
a. Nilai dan keyakinan
Klien beragama khatolik
b. Kegiatan ibadah/menjalankan keyakinan
Klien mengatakan setiap hari minggu pergi ke gereja bersama suami dan mertua
nya.

Masalah keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan

VI. STATUS MENTAL


1. Penampilan
Tidak rapi
Penggunaan pakaian tidak sesuai
Cara berpakaian tidak seperti biasa
Rapih

Jelaskan: klien berpenampilan rapih hanya saja klien jarang menyisir rambutnya.
Masalah keperawatan: Tidak ada masalah keperawatan
2. Pembicaraan
Cepat Inkoheren
Keras Lambat
Gagap Membisu

Jelaskan: jika klien berbicara suara nada klien terkadang tinggi dan cepat
Masalah keperawatan: Tidak ada masalah keperawatan
3. Aktivitas motorik
Lesu Gelisah
Tik Tremor
Tegang Agitasi
Grimasem Kompulsif

Jelaskan: klien terkadang selalu lesu kalau sedang duduk atau tidak ada teman
ngobrolnya.
Masalah keperawatan: Tidak ada masalah keperawatan
4. Alam perasaan
Sedih Putusasa

Ketakutan Gembira berlebihan

Khawatir

Jelaskan: klien mengatakan terkadang hati nya sedih teringat dengan anak nya dan
klien terkadang tertawa jika ada hal yang membuat nya lucu.
Masalah keperawatan: Tidak ada masalah keperawatan
5. Afek
Datar Labil

Tumpul Tidak sesuai

Jelaskan: klien terkadang labil emosi nya, kadang klien terlihat tertawa jika
diberikan stimulus hal yang lucu.
Masalah keperawatan: Tidak ada masalah keperawatan
6. Interaksi selama wawancara
Bermusuhan Kontak mata(-)
Tidak kooperatif Defensif
Mudah tersinggung Curiga

Jelaskan: klien mudah tersinggung jika ada perkataan nya yang kurang berkenan
dihati
Masalah keperawatan: Tidak ada masalah keperawatan
7. Persepsi
Halusinasi
Pendengaran Penghidu
Pengecapan Perabaan
Penglihatan

Jelaskan: klien tampak melamun, dan kadang tersenyum sendiri.


Masalah keperawatan: Halusinasi pendengaran
8. Proses pikir
Sirkumtansial Tangensial
Flight ofideas Blocking
Pengulanganpembicaraan Kehilangan asosiasi

Jelaskan: Tidak ada masalah


Masalah keperawatan: Tidak ada masalah keperawatan
9. Isipikir
Obsesi Ide yang terkait
Depersonalisasi Hipokondria
Fobia Pikiranmagis

Jelaskan: klien selalu menceritakan kalau klien ingin sekali memiliki uang banyak
karena klien ingin memenuhi kebutuhan pribadi nya.
Masalah keperawatan: Tidak ada masalah keperawatan

Waham
Agama Sisip Pikir
Nihilistik Kebesaran
Somatik Siar Pikir
Curiga Kontrol Pikir

Jelaskan: Tidak ada masalah


Masalah keperawatan: Tidak ada masalah keperawatan
10. Tingkat kesadaran
Bingung Sedasi Stupor

Jelaskan: tidak ada karena klien tampak bisa beradaptasi dengan keadaan sekarang
Masalah keperawatan: Tidak ada masalah keperawatan
11. Memori
Gangguan daya ingat jangka panjang
Gangguan daya ingat jangka pendek
Gangguan daya ingat saat ini
Konfabulasi

Jelaskan: tidak ada, klien tampak menceritakan kejadian yang dialami jangka
panjang dan jangka pendek
Masalah keperawatan: Tidak ada masalah keperawatan
12. Tingkat konsentrasi dan berhitung
Mudah beralih
Tidak mampu berkonsentrasi
Tidak mampu berhitung sederhana

Jelaskan : klien mudah beralihkan jika sedang mengobrol.


Masalah keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan
13. Kemampuan penilaian
Gangguan ringan Gangguan bermakna

Jelaskan: Tidak ada masalah


Masalah keperawatan: Tidak ada masalah keperawatan
14. Daya tilik diri
Mengingkari penyakit yang diderita
Menyalahkan hal-hal di luar dirinya

Jelaskan: Tidak ada masalah


Masalah keperawatan: Tidak ada masalah keperawatan

VII. KEBUTUHAN PERSIAPAN PULANG


1. Makan
Bantuan minimal Bantuan total tidak ada
bantuan

2. BAB/BAK
Bantuan minimal Bantuan total tidak ada
bantuan

3. Mandi
Bantuan minimal Bantuan total tidak ada
bantuan

4. Berpakaian/berhias
Bantuan minimal Bantuan minimal tidak ada
bantuan
5. Istirahat dan tidur
Tidur siang,lama: 14:00 s/d 16:00
Tidur malam, lama: 21:00 s/d 06:00
6. Penggunaan obat
Bantuan minimal Bantuan total tidak ada bantuan

7. Pemeliharaan kesehatan
Ya Tidak
Perawatan lanjutan √ ……
System pendukung √ ……

8. Aktifitas di dalam rumah


Ya Tidak
Mempersiapkan makanan √ ……
Menjaga kerapihan rumah √ …….
Mencuci pakaian √ ……
Mengatur keuangan √ ……

9. Aktifitas di luar rumah


Ya Tidak
Belanja √ …….
Transportasi √ …….
Lain-lain …... …….
Jelaskan : Klien melakukan aktivitas dengan sendirinya
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan

VIII. POLA DAN MEKANISME KOPING


Adaptif Maladaptif

Bicara dengan orang lain Minumal kohol


Mampu menyelesaikan masalah Reaksi lambat/berlebih
Aktifitas konstruktif Menghindar
Olahraga Mencederai diri
Lainnya Lainnya

Jelaskan: klien sering mengobrol dengan orang sekeliling nya.


Masalah Keperawatan: Tidak ada masalah keperawatan

IX. MASALAH PSIKOSOSIAL DAN LINGKUNGAN


Masalah dengan dukungan kelompok, spesifik : klien mengatakan bahwa
tetangga yang ada disekitarnya takut sering mendengar klien marah-marah,
emosi klien tinggi, bicara klien tinggi/kasar

Masalah berhubungan dengan lingkungan, spesifik : klien mengatakan


dilingkungannya diasingkan karena klien dianggap membahayakan

Masalah dengan pendidikan, spesifik : klien mengatakan pernah kuliah di salah


satu universitas swasta di Bandung dengan jurusan S1 Ekonomi klien berkuliah
4,5 tahun sampai lulus S1

Masalah dengan pekerjaan, spesifik : klien mengatakan pernah bekerja di bank


tapi setelah menikah klien tidak bekrja lagi dan memilih menjadi IRT menjaga
anaknya

Masalah dengan perumahan, spesifik : klien mengatakan pernah ngamuk marah-


marah dan emosi tinggi dengan suaminya

Masalah ekonomi, spesifik : klien mengatakan setelah pandemi suaminya tidak


bekerja lagi dan saat ini hanya berjualan ikan cupang dirumahnya, sehingga
penghasilannya berkurang apalagi saat ini sudah mempunyai anak

Masalah dengan pelayanan kesehatan, spesifik: klien mengatakan pernah


melakukan pengobatan sebelumnya di panti gramesia namun karena klien putus
obat klien kambuh lagi dan dibawa ke panti gramesia

Masalah lainnya, spesifik...............................................


X. ASPEK MEDIK
Diagnose Medik : Skizofrenia
Terapi Medis :

No Nama obat dosis pagi Siang Malam


1. Depakote 250 mg Ya - Ya
2. Clorilex 50 mg Ya - -
3. Hexymer 15 mg Ya - Ya
4. stelosi 40 mg Ya Ya Ya

XI. DAFTAR MASALAH KEPERAWATAN


1. Halusinasi pendengaran b.d gangguan persepsi sensori
2. Risiko perilaku kekerasan b.d mencederai diri sendiri, orang lain, dan lingkungan

XII. PENGETAHUAN KURANG TENTANG


Penyakit jiwa Sistem pendukung
Faktor presipitasi Penyakit Fisik
Koping Obat-obatan
Lainnya.................................................................................................................
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan

XIII. ANALISA DATA


DATA MASALAH
1. DS: Halusinasi pendengaran b.d gangguan persepsi
Klien mengatakan kesal dengan suami sensori
dan mertuanya yang tinggal serumah

DO:
Klien tampak bicara sendiri dan
melamun
2. DS: Risiko perilaku kekerasan b.d mencederai diri
Klien mengatakan kesal dengan suami sendiri, orang lain, dan lingkungan
dan mertuanya yang tinggal serumah

DO:
Klien tampak bicara sendiri dan marah-
marah

XIV. DAFTAR DIAGNOSA KEPERAWATAN


1. Halusinasi pendengaran b.d gangguan persepsi sensori ditandai dengan klien
kesal dengan suami dan mertuanya yang tinggal serumah
2. Risiko perilaku kekerasan b.d mencederai diri sendiri, orang lain, dan lingkungan
ditandai dengan klien kesal dengan suami dan mertuanya yang tinggal serumah
XV. RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN

No Diagnosa Tujuan Kriteria Tindakan


Tanggal Rasional TTD
Dx Keperawatan Standart Keperawatan
11-01- 1. Halusinasi Tupan : SP 1 SP 1
2020 pendengaran b.d Setelah 1. Bina hubungan 1. Dengan
gangguan dilakukan saling percaya membina
persepsi sensori tindakan 2. Bantu klien hubungan
mengenali saling percaya
keperawatan
halusinasi klien dapat
selama 3x 3. Latih mengontrol terbuka kepada
pertemuan, halusinasi dengan perawat
klien mampu : cara menghardik 2. Dengan
1. Mengenali Tahapan membantu
halusinasi tindakannya klien
yang meliputi : mengenali
dialaminya halusinasi
- Jelaskan cara
2. Klien dapat klien dapat
menghardik
mengontrol mengetahui
halusinasi
halusinasi tanda dan
- Peragakan cara
yang gejala
menghardik
dialaminya halusinasi
- Minta klien
3. Mengikuti 3. Dengan
memperagakan
program membantu
ulang
pengobatan klien melatih
- Pantau
secara halusinasi,
penerapan cara
optimal klien dapat
ini, beri
Tupen : mengontrol
penguatan
Setelah halusinasi
perilaku klien
dilakukan dengan cara
4. Masukan cara
menghardik.
tindakan kontrol halusinasi 4. Dengan
keperawatan dengan membantu
selama 1x menghardik klien
pertemuan dalam jadwal memasukkan
diharapkan harian klien jadwal harian,
klien sedikit klien dapat
dapat mengalihkan
SP 2
halusinasi
mengontrol 1. Validasi masalah dengan cara
halusinasi dan latihan menghardikny
pendengaran. sebelumnya a
2. Latih
bicara/bercakap-
cakap dengan SP 2
orang lain saat
halusinasi muncul 1. Dengan
3. Masukan cara memvalidasi
kontrol halusinasi dapat
dengan cara mengingat
berbincang- kembali
bincang dengan kegiatan
orang lain dalam kemarin
jadwal harian 2. Dengan
klien melatih
bicara/bercaka
SP 3 p-cakap
1. Validasi masalah dengan orang
dan latihan lain klien dapat
sebelumnya terhindar dari
2. Latih klien cara halusinasi
mengontrol 3. Dengan
halusinasi dengan membantu
kegiatan harian klien
agar halusinasi memasukkan
tidak muncul jadwal harian,
Tahapannya : klien dapat
mengalihkan
- Jelaskan
halusinasi
pentingnya
dengan
aktivitas yang
berbincang-
teratur untuk
bincang
mengatasi
dengan orang
halusinasi
lain
- Diskusikan
aktivitas yang
biasa dilakukan SP 3
oleh klien
- Latih klien 1. Dengan
melakukan memvalidasi
aktivitas dapat
- Susun jadwal mengingat
aktivitas sehari- kembali
hari sesuai kegiatan
dengan aktivitas kemarin
yang telah dilatih 2. Dengan
(dari bangun pagi melatih klien
sampai tidur cara
malam) mengontrol
- Pantau halusinasi
pelaksanaan dengan
jadwal kegiatan, kegiatan harian
berikan klien mampu
pengaturan mengontrol
terhadap perilaku halusinasi
pasien yang 3. Dengan
positif. melakukan
3. Masukan cara
kontrol halusinasi kegiatan
dengan cara sehari-hari
kegiatan sehari- dalam jadwal
hari dalam jadwal harian, klien
harian klien dapat
mengontrol
halusinasi dan
SP 4 halusinasi
dapat
1. Validasi masalah berkurang
dan latihan
sebelumnya SP 4
2. Jelaskan cara
1. Dengan
mengontrol
memvalidasi
halusinasi dengan
dapat
teratur minum
mengingat
obat
kembali
Tahapannya :
kegiatan
- Jelaskan manfaat kemarin
penggunaan obat 2. Dengan
pada pasien mengkonsumsi
dengan gangguan obat secara
jiwa teraturhalusina
- Jelaskan akibat si dapat
bila tidak terkontrol
digunakan sesuai 3. Dengan
program mengkonsumsi
- Menyarankan obat sesuai
pada klien untuk jadwal harian
melakukan akan
control jika obat membantu
yang diberikan mengurangi
telah habis tingkat
3. Masukan cara halusinasi yang
kontrol halusinasi dialami pasien.
dengan cara teratur
minum obat dalam
harian klien.
2. Risiko perilaku Tupan : SP 1 SP 1
kekerasan b.d Setelah 1. Bina hubungan 1. Dengan
mencederai diri dilakukan saling percaya membina
sendiri, orang tindakan 2. Identifikasi hubungan
penyebab, saling percaya
lain, dan keperawatan
perasaan marah, klien dapat
lingkungan selama 3x tanda, dan gejala terbuka kepada
pertemuan, yang dirasakan kepada
klien mampu : 3. Kontrol marah perawat
1. Mengenali dengan teknik 2. Dengan
risiko nafas dalam bercerita klien
perilaku mampu
kekesan SP 2 mengidentifika
yang 1. Latih mengontrol si tentang
dialaminya risiko perilaku penyebab
2. Klien dapat kekerasan dengan masalahnya
mengontrol memukul 3. Klien mampu
amarahnya kasur/bantal mengontrol
3. Mengikuti amarahnya
program
SP 3
pengobatan
secara 1. Latih SP 2
optimal mengungkapkan
Tupen : rasa marah secara 1. Mengalihkan
verbal menolak rasa marah
Setelah dengan baik, pada
meminta dengan kasur/bantal
dilakukan
baik,
tindakan mengungkapkan
keperawatan SP 3
perasaan dengan
1. Mampu
selama 1x baik
mengontrol
pertemuan marah dengan
diharapkan SP 4 mengungkapka
klien dapat 1. Latih mengontrol n hal-hal yang
mengontrol risiko perilaku baik
amarahnya. kekerasan secara
spritual
SP 4
SP 5
1. Latih RPK dengan 1. Mampu
obat mengontrol
amarah dengan
beribadah
sesuai dengan
agamanya

SP 5
1. Meminum obat
secara teratur
dapat
mempercepat
penyembuhan.
XVI. IMPLEMENTASI DAN CATATAN PERKEMBANGAN

Dx. TTD
Tanggal Implementasi Evaluasi
Kep
12-01- 1. SP 1 S : Klien mengatakan kesal dengan
2020 - Membina hubungan saling percaya suami dan mertuanya yang tinggal
- Melatih mengontrol halusinasi serumah
dengan cara menghardik O : Klien tampak bicara sendiri dan
Tahapan tindakannya meliputi : melamun
- Jelaskan cara menghardik A : Halusinasi pendengaran
halusinasi P : - Bina hubungan saling percaya
- Peragakan cara menghardik - Latih mengontrol halusinasi dengan
- Minta klien memperagakan ulang cara menghardik
- Pantau penerapan cara ini, beri I : - Membina hubungan saling percaya
penguatan perilaku klien
- Melatih mengontrol halusinasi
dengan cara menghardik
E : Klien masih tampak bicara sendiri
dan sedikit melamun
R : Lanjutkan SP 2
2. SP 1 S : Klien mengatakan kesal dengan
suami dan mertuanya yang tinggal
- Membina hubungan saling percaya serumah
bantu pasien mengenal penyebab O : Klien tampak bicara sendiri dan
perilaku kekerasan marah-marah
- Mengontrol marah dengan teknik A : Risiko perilaku kekerasan
nafas dalam P : Bina hubungan saling percaya bantu
pasien mengenal penyebab perilaku
kekerasan
I : Membina hubungan saling percaya
bantu pasien mengenal penyebab
perilaku kekerasan
E : Klien masih tampak bicara sendiri
dan sedkit marah-marah
R : Lanjutkan SP 2 dan SP 3
13-01- 1. SP 2 S : Klien mengatakan masih kesal
2020 dengan suami dan mertuanya yang
- Melatih bicara/bercakap-cakap tinggal serumah
dengan orang lain saat halusinasi O : Klien masih tampak bicara sendiri
muncul dan melamun
A : Halusinasi pendengaran

P : - Latih bicara/bercakap-cakap
dengan orang lain saat halusinasi
muncul
I : - Melatih bicara/bercakap-cakap
dengan orang lain saat halusinasi
muncul

E : Klien masih tampak bicara sendiri


dan sedikit melamun
R : Lanjutkan SP 3 dan SP 4
2. SP 2 S : Klien mengatakan kesal dengan
suami dan mertuanya yang tinggal
- Melatih mengontrol risiko perilaku serumah
kekerasan dengan memukul O : Klien tampak bicara sendiri dan
kasur/bantal marah-marah
A : Risiko perilaku kekerasan
SP 3 P : - Latih mengontrol risiko perilaku
- Melatih mengungkapkan rasa marah kekerasan dengan memukul
secara verbal menolak dengan baik, kasur/bantal
meminta dengan baik, - Latih mengungkapkan rasa marah
mengungkapkan perasaan dengan secara verbal menolak dengan baik,
baik meminta dengan baik,
mengungkapkan perasaan dengan
baik
I : - Melatih mengontrol risiko perilaku
kekerasan dengan memukul
kasur/bantal
- Melatih mengungkapkan rasa
marah secara verbal menolak
dengan baik, meminta dengan baik,
mengungkapkan perasaan dengan
baik
E : Klien masih tampak bicara sendiri
dan sedikit marah-marah
R : Lanjutkan SP 4 dan SP 5
14-01- 1. SP 3 S : Klien mengatakan kadang-kadang
2020 - Memasukan cara kontrol halusinasi masih kesal dengan suami dan
dengan cara kegiatan sehari-hari mertuanya yang tinggal serumah
dalam jadwal harian klien O : Klien masih sedikit tampak bicara
sendiri dan melamun
SP 4 A : Halusinasi pendengaran

- Menjelaskan cara mengontrol P : - Masukan cara kontrol halusinasi


halusinasi dengan teratur minum dengan cara kegiatan sehari-hari
obat dalam jadwal harian klien
Tahapannya :
- Jelaskan cara mengontrol halusinasi
- Jelaskan manfaat penggunaan obat dengan teratur minum obat
pada pasien dengan gangguan jiwa I : - Memasukan cara kontrol halusinasi
- Jelaskan akibat bila tidak dengan cara kegiatan sehari-hari
digunakan sesuai program dalam jadwal harian klien
- Menyarankan pada klien untuk
melakukan control jika obat yang - Menjelaskan cara mengontrol
diberikan telah habis halusinasi dengan teratur minum
obat
E : Klien masih sedikit tampak bicara
sendiri dan sedikit melamun
R : Intervensi dihentikan
(Dilanjutkan oleh perawat panti
gramesia)
2. SP 4 S : Klien mengatakan kadang-kadang
- Melatih mengontrol risiko perilaku masih kesal dengan suami dan
kekerasan secara spritual mertuanya yang tinggal serumah
O : Klien tampak sedikit bicara sendiri
SP 5 dan masih sedikit marah-marah
- Melatih RPK dengan obat A : Risiko perilaku kekerasan

P : - Latih mengontrol risiko perilaku


kekerasan secara spritual

- Latih RPK dengan obat


I : - Melatih mengontrol risiko perilaku
kekerasan secara spritual

- Melatih RPK dengan obat


E : Klien masih tampak bicara sendiri
dan masih sedikit marah-marah
R : Intervensi dihentikan
(Dilanjutkan oleh perawat panti
gramesia)

Anda mungkin juga menyukai