Disusun Oleh :
Nim: JNR0200092
Halusinasi adalah salah satu gejala gangguan sensori persepsi yang dialami oleh
pasien gangguan jiwa. Pasien merasakan sensasi berupa suara, penglihatan,
pengecapan, perabaan, atau penghirup tanpa adanya stimulus yang nyata (Keliat, 2014).
2. Etiologi
a. Faktor predisposisi
1. Faktor perkembangan
Perkembangan yang terganggu misalnya rendah control dan kehangatan keluarga
menyebabkan klien tidak mampu mandiri sejak kecil, yang menyebabkan mudah
frustasi, hilang percaya diri, dan lebih rentan terhadap strees.
2. Faktor sosiokultural
Seseorang yang merasa tidak terima lingkungannya sejak bayi (unwanted child)
akan merasa disingkirkan, kesepian, dan tidak percaya pada lingkungannya.
3. Faktor biokimia
Mempunyai pengaruh terhadap terjadinnya gangguan jiwa, adannya strees yang
berlebihan dialami seseorang maka di dalam tubuh akan dihasilkan suatu zat yang
dapat bersifat halusinogenik neurokimia, seperti bufennol dan dimetytranferase
(DMP). Akibat stress berkepanjangan menyebabkan teraktifasinya,
neurotransmitter otak, misalnya terjadi ketidakseimbangan asetyl kolin dan
dopamine.
4. Faktor psikologis
Tipe kepribadian lemah dan tidak bertanggungjawab mudah terjerumus pada
penyalahgunaan zat adiktif. Hal ini berpengaruh pada ketidak mampuan klien
dalam mengambil keputusan yang tepat demi masa depannya. Klien lebih
memilih kesenangan sesaat dan lari dari alam nyata kea lam khayal.
5. Faktor genetic dan pola asuh
Penelitian menunjukan bahwa anak sehat yang diasuh ortu skizofreinia cenderung
mengalami skizofreinia. hasil studi menunjukkan bahwa faktor keluarga
menunjukkan hubungan yang saling berpengaruh pada penyakit ini.
b. Faktor Presipitasi
1. Perilaku
Respon klien terhadap halusinasi dapat berupa curiga, ketakutan, perasaan tidak
aman, gelisah dan bingung, perilaku merusak diri, kurang perhatian, tidak mampu
mengambil keputusan serta tidak dapat membedakan keadaan nyata dan tidak
nyata. Menurut Rawlinsh Heacock, 1993 mencoba mememcahkan masalah
halusinasi berlandaskan atas hakikat keberadaan seorang individu sebagai
makhluk yang dibangun atas dasar unsur bio, psiko, sosial, spiritual. Sehingga
dapat dilihat dari 5 dimensi :
a. Dimensi fisik
Halusinasi dapat ditimbulkan oleh beberapa kondisi fisik seperti kelelahan
yang luar biasa, penggunaan obat-obatan, demam hingga delirium, intoksikasi
alcohol, dan kesulitan tidur dalam waktu lama.
b. Dimensi emosional
Perasaan cemas yang berlebihan atas dasar problem yang tidak dapat diatasi isi
halusinasi dapat berupa perintah memaksa dan menakutkan.
c. Dimensi intelektual
Dalam dimensi ini individu dengan halusinasi akan memperlihatkan adanya
penurunan ego. Awalnya halusinasi merupakan usaha dari ego sendiri
melawan impuks yang menekan, namun merupakan suatu hal yang
menimbulkan kewaspadaaan yang dapat mengambil seluruh perhatian klien
dan akan mengontrol semua perilaku klien.
d. Dimensi sosial
Klien mengalami gangguan interaksi sosial dalam fase awal dan comforting,
klien menganggap bahwa hidup di alam nyata sangat membahayakan. Klien
asik dengan halusinasinya, seolah-olah dia merupakan tempat untuk memenuhi
kebutuhan agar interaksi sosial, control diri, dan haarga diri yang tidak
didapatkan dalam dunia nyata. Isi halusinasi dijadikan system control oleh
individu tersebut, sehingga jika perintah halusinasi berupa ancaman,
dirinya atau orang lain cenderung untuk itu. Aspek penting dalam melakukan
intervensi keperawatan klien dengan mengupayakan suatu proses interaksi
yang menimbulkan pengalaman interpersonal yang memuaskan, serta
mengusahakan klien tidak menyendiri sehingga klien selalu berinteraksi
dengan lingkungannya dan halusinasi tidak berlangsung.
e. Dimensi spiritual
Secara spiritual klien halusinasi mulai dengan kehampaan hidup, rutinitas
tidak bermakna, hilangnya aktivitas ibadah dan berupaya secara spiritual untuk
menyucikan diri.
3. Proses Terjadinya Halusinasi
Halusinasi berkembang melalui 4 fase menurut Farida Kusmawati dkk, 106.2010 yaitu
sebagai berikut :
a) Fase Pertama
Disebut juga dengan fase comforting yaitu fase menyenangkan. Pada tahap ini
masukpada golongan non psikotik.
Karakteristik : klien mengalami stress, cemas, perasaan perpisahan, rasa bersalah,
kesepian yang memuncak, dan tidak dapat diselesaikan. Klien mulai melamun dan
memikirkan dan hal-hal yang menyenangkan, cara ini hanya menolong sementara.
Perilaku klien : tersenyum atau tertawa yang tidak sesuai, menggerakkan bibir tanpa
suara, pergerakkan mata cepat, respon verbal yang lambat jika sedang asyik dengan
halusinasinya,dan suka menyendiri.
b) Fase Kedua
Disebut dengan fase condemming atau ansietas berat yaitu halusinasi menjadi
menjijikan. Termasuk dalam psikotik ringan.
Karakteristik : pengalaman sensorik menjijikan dan menakutkan, kecemasan
meningkat, melamun dan berfikir sendiri jadi dominan. Mulai dirasakan ada bisikan
yang tidak jelas. Klien tidak ingin orang lain tahu dan ia tetap dapat mengontrolnya.
Perilaku klien : meningkatnya tada-tanda system saraf otonom seperti penigkatan
denyut jantung dan tekanan darah. Klien asyik dengan halusinasinya dan tidak bisa
membedakan realitas.
c) Fasa Ketiga
Disebut juga dengan fase controlling atau ansietas berat yaitu pengalaman sensori
menjadi berkuasa termasuk dalam gangguan psikotik.
Karakeristik : bisikan, suara, isi halusinasi semakin menonjol, menguasai dan
mengontrol klien. Klien menjadi terbiasa dan tidak berdaya terhadap halusinasinya.
Perilaku klien : kemauan dikendalikan halusinasi, rentang perhatian hanya beberapa
menit atau detik. Tanda-tanda fisik berupa klien berkeringat, tremor dan tidak
mampu mematuhi perintah.
d) Fase Keempat
Disebut juga dengan fase conquering atau panik yaitu klien lebur dengan
halusinasinya. Termasuk dalam psikotik berat.
Karakteristik : halusinasinya berubah jadi mengancam, memerintah, dan memarahi
klien.klien menjadi takut, tidak berdaya, hilang control, dan tidak dapat berhubungan
secara nyata dengan orang lain dilingkungan.
Perilaku klien : perilaku terror akibat panikj, potensi bunuh diri, perilaku kekerasan,
agitasi, menarik diri atau katatonik, tidak mampu merespon terhadap perintah
kompleks, dan tidak mampu berespon lebih dari satu orang.
4. Manifestasi Klinis
a) Fase Pertama ( comforting)
Pada fase ini klien mengalami kecemasan, stress, perasaan gelisah, kesepian. Klien
mungkin melamun atau memfokukan pikiran pada hal yang menyenangkan untuk
menghilangkan kecemasan dan stress. Cara ini menolong untuk sementara. Klien
masih mampu mengotrol kesadarnnya dan mengenal pikirannya, namun intensitas
persepsi meningkat.
Perilaku klien : tersenyum atau tertawa yang tidak sesuai, menggerakkan bibir tanpa
bersuara, pergerakan mata cepat, respon verbal yang lambat jika sedang asyik
dengan halusinasinya dan suka menyendiri.
b) Fase Kedua (comdemming)
Kecemasan meningkat dan berhubungan dengan pengalaman internal dan eksternal,
klien berada pada tingkat “listening” pada halusinasi. Pemikiran internal menjadi
menonjol, gambaran suara dan sensasi halusinasi dapat berupa bisikan yang tidak
jelas klien takut apabila orang lain mendengar dan klien merasa tak mampu
mengontrolnya. Klien membuat jarak antara dirinya dan halusinasi dengan
memproyeksikan seolah-olah halusinasi datang dari orang lain.
Perilaku klien : meningkatnya tanda-tanda sistem saraf otonom seperti peningkatan
denyut jantung dan tekanan darah. Klien asyik dengan halusinasinya dan tidak bisa
membedakan dengan realitas.
c) Fase Ketiga (controlling)
Halusinasi lebih menonjol, menguasai dan mengontrol klien menjadi terbiasa dan
tak berdaya pada halusinasinya. Termasuk dalam gangguan psikotik.
Karakteristik : bisikan, suara, isi halusinasi semakin menonjol, menguasai dan
mengontrol klien. Klien menjadi terbiasa dan tidak berdaya terhadap halusinasinya.
Perilaku klien : kemauan dikendalikan halusinasi, rentang perhatian hanya beberapa
menit atau detik. Tanda-tanda fisik berupa klien berkeringat, tremor dan tidak
mampu mematuhi perintah.
d) Fase Keempat (conquering)
Klien merasa terpaku dan tak berdaya melepaskan diri dari kontrol halusinasinya.
Halusinasi yang sebelumnya menyenangkan berubah menjadi mengancam,
memerintah dan memarahi klien tidak dapat berhubungan dengan orang lain karena
terlalu sibuk dengan halusinasinya klien berada dalam dunia yang menakutkan
dalam waktu singkat, beberapa jam atau selamanya. Proses ini menjadi kronik jika
tidak dilakukan intervensi.
Perilaku klien : perilaku teror akibat panik, potensi bunuh diri, perilaku kekerasan,
agitasi, menarik diri atau katatonik, tidak mampu merespon terhadap perintah
kompleks dan tidak mampu berespon lebih dari satu orang.
Klien dengan halusinasi cenderung menarik diri, sering didapatkan duduk terpaku
dengan pandangan mata pada satu arah tertentu, tersenyum atau berbicara sendiri,
secara tiba-tiba marah atau menyerang oranglain, gelisah, melakukan gerakan seperti
sedang menikmati sesuatu. Juga keterangan dari klien sendiri tentang halusinasi
yang dialaminya (apa yangdilihat, didengar atau dirasakan).
Berikut ini merupakan gejala klinis berdasarkan halusinasi
1) Tahap I (halusinasi bersifat menyenangkan)
Gejala klinis :
a. Menyeringai/ tertawa tidak sesuai
b. Menggerakkan bibir tanpa bicara
c. Gerakan mata cepat
d. Bicara lambat
e. Diam dan pikiran dipenuhi sesuatu yang mengasikkan
d) Halusinasi Pengecapan
Merasa mengecap seperti rasa darah, urine atau feses.
e) Halusinasi Perabaan
Mengalami nyeri atau ketidaknyamanan tanpa stimulus yang jelas, rasa tersetrum
listrik yang datang dari tanah, benda mati, atau orang lain.
f) Halusinasi Chenestetic
Merasakan fungsi tubuh seperti aliran darah di vena atau arteri, pencernaan makanan
atau pembentukan urine.
g) Halusinasi Kinesthetic
Merasakan pergerakan sementara berdiri tanpa bergerak.
6. Pohon Masalah
lingkungan
7. Diagnosa Keperawatan
1. Risiko mencederai diri sendiri orang lain dan lingkungan berhubungan dengan
halusinasi.
2. Perubahan persepsi sensor: halusinasi berhubungan dengan menarik diri.
TERMINASI:
“Bagaimana perasaan bapak setelah latihan ini? Jadi sudah ada berapa cara yang
bapak pelajari untuk mencegah suara-suara itu? Bagus, cobalah kedua cara ini kalau
bapak mengalami halusinasi lagi. Bagaimana kalau kita masukkan dalam jadwal
kegiatan harian bapak. Mau jam berapa latihan bercakap-cakap? Nah nanti lakukan
secara teratur serta sewaktu-waktu suara itu muncul! Besok pagi saya akan ke mari
lagi. Bagaimana kalau kita latih cara yang ketiga yaitu melakukan aktivitas
terjadwal? Mau jam berapa? Bagaimana kalau jam 10.00? Mau di mana/Di sini lagi?
Sampai besok ya. Selamat pagi”
ORIENTASI:
“Selamat pagi Bapak/Ibu!”“Saya yudi perawat yang merawat Bapak”
“Bagaimana perasaan Ibu hari ini? Apa pendapat Ibu tentang Bapak?”
“Hari ini kita akan berdiskusi tentang apa masalah yang Bapak alami dan bantuan
apa yang Ibu bisa berikan.”
“Kita mau diskusi di mana? Bagaimana kalau di ruang tamu? Berapa lama waktu
Ibu? Bagaimana kalau 30 menit”
KERJA:
“Apa yang Ibu rasakan menjadi masalah dalam merawat bapak Apa yang Ibu
lakukan?”
“Ya, gejala yang dialami oleh Bapak itu dinamakan halusinasi, yaitu mendengar atau
melihat sesuatu yang sebetulnya tidak ada bendanya.
”Tanda-tandanya bicara dan tertawa sendiri,atau marah-marah tanpa sebab”
“Jadi kalau anak Bapak/Ibu mengatakan mendengar suara-suara, sebenarnya suara
itu tidak ada.”
“Kalau Bapak mengatakan melihat bayangan-bayangan, sebenarnya bayangan itu
tidak ada.”
”Untuk itu kita diharapkan dapat membantunya dengan beberapa cara. Ada beberapa
cara untuk membantu ibu agar bisa mengendalikan halusinasi. Cara-cara tersebut
antara lain: Pertama, dihadapan Bapak, jangan membantah halusinasi atau
menyokongnya. Katakan saja Ibu percaya bahwa anak tersebut memang mendengar
suara atau melihat bayangan, tetapi Ibu sendiri tidak mendengar atau melihatnya”.
”Kedua, jangan biarkan Bapak melamun dan sendiri, karena kalau melamun
halusinasi akan muncul lagi. Upayakan ada orang mau bercakap-cakap dengannya.
Buat kegiatan keluarga seperti makan bersama, sholat bersama-sama. Tentang
kegiatan, saya telah melatih Bapak untuk membuat jadwal kegiatan sehari-hari.
Tolong Ibu pantau pelaksanaannya, ya dan berikan pujian jika dia lakukan!”
”Ketiga, bantu Bapak minum obat secara teratur. Jangan menghentikan obat tanpa
konsultasi. Terkait dengan obat ini, saya juga sudah melatih Bapak untuk minum
obat secara teratur. Jadi Ibu dapat mengingatkan kembali. Obatnya ada 3 macam, ini
yang orange namanya CPZ gunanya untuk menghilangkan suara-suara atau
bayangan. Diminum 3 X sehari pada jam 7 pagi, jam 1 siang dan jam 7 malam.
Yang putih namanya THP gunanya membuat rileks, jam minumnya sama dengan
CPZ tadi. Yang biru namanya HP gunanya menenangkan cara berpikir, jam
minumnya sama dengan CPZ. Obat perlu selalu diminum untuk mencegah
kekambuhan”
”Terakhir, bila ada tanda-tanda halusinasi mulai muncul, putus halusinasi Bapak
dengan cara menepuk punggung Bapak. Kemudian suruhlah Bapak menghardik
suara tersebut. Bapak sudah saya ajarkan cara menghardik halusinasi”.
”Sekarang, mari kita latihan memutus halusinasi Bapak. Sambil menepuk punggung
Bapak, katakan: bapak, sedang apa kamu?Kamu ingat kan apa yang diajarkan
perawat bila suara-suara itu datang? Ya..Usir suara itu, bapak Tutup telinga kamu
dan katakan pada suara itu ”saya tidak mau dengar”. Ucapkan berulang-ulang, pak”
”Sekarang coba Ibu praktekkan cara yang barusan saya ajarkan”
”Bagus Bu”
TERMINASI:
“Bagaimana perasaan Ibu setelah kita berdiskusi dan latihan memutuskan halusinasi
Bapak?”
“Sekarang coba Ibu sebutkan kembali tiga cara merawat bapak?”
”Bagus sekali Bu. Bagaimana kalau dua hari lagi kita bertemu
untuk mempraktekkan cara memutus halusinasi langsung dihadapan Bapak?”
”Jam berapa kita bertemu?”
Baik, sampai Jumpa. Selamat pagi
Keliat,B.A.,Akemat,Helena,N.C.D.,danNurhaeni,H.2007.KeperawatanKesehatanJiwa
Komunitas:CMHN(BasicCourese).Jakarta:EGC.
Lab/UPFKedokteranJiwa.1994.PedomanDiagnosisdanTerapi.RSUDDr.SoetomoSurab
aya. Maramis,W.F.2010.CatatanIlmuKedokteranJiwa.AirlanggaUniversityPress:Surabaya.
StuartdanLaraia.2005.PrinciplesandPraticeofPsychiatricNursing.8thEdition.St.Louis:
Mosby.
Stuart,G.W.danSundeen,S.J.2002.BukuSakuKeperawatanJiwaEdisi3.Jakarta:EGC.
Suliswati,dkk.2004.KonsepDasarKeperawatanKesehatanJiwa.Jakarta:EGC.
Varcarolis.2006.FundamentalisofPsychiatricNursingEdisi5.St.Louis:Elsevier.
LAPORAN KASUS
Dosen Pembimbing
Disusun Oleh:
Wulan Septiani
JNR0200092
2020
Lampiran 1
I. IDENTITAS KLIEN
Nama/Inisial : Ny.V Umur : 33 tahun
No.CM : 685 Jenis Kelamin
: P Tanggal Pengkajian : 4 Januari 2020
2. Pengobatansebelumnya
- Berhasil Kurang berhasil - Tidak berhasil
Kalau ada :
Hubungan keluarga Gejala Riwayat Pengobatan/perawatan
Tidak ada data tidak ada tidak ada
Masalah keperawatan: Tidak ada masalah keperawatan
4. Pengalaman masa lalu yang tidak menyenangkan?
Klien mengatakan tidak memiliki perilaku yang tidak menyenangkan
V. PSIKOSOSIAL
1. Genogram
Keterangan :
= Perempuan
= Laki-laki
= Meninggal
3 = Klien
2. Jelaskan : Ny.V anak ke 1 dari 2 bersaudara dan ayah Ny.V telah meninggal
Masalah keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan
3. Konsep diri
a. Gambaran Diri
Klien mengatakan dirinya sudah sehat dan emosi nya sudah stabil lagi, klien
mengatakan sedang menunggu dijemput oleh suami/keluarganya, klien ingin
sekali segera pulang karena sudah rindu dengan anak nya.
b. Identitas diri
Klien mengatakan bahwa dirinya hanya sebagai IRT yang baik yang melayani
suami nya dengan baik dan mengurus 1 anak nya.
c. Ideal Diri
Klien berharap segera pulang dari panti karena sudah ingin bertemu dengan
keluarga dan anak nya.
d. Harga Diri
Klien mengatakan selama berada disini klien terhambat untuk mengurus anak
dan melayani suami nya.
Masalah keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan
4. Hubungan sosial
a. Orang yang berarti/orang terdekat
Klien mengatakan yg berarti dalam hidup nya adalah anak nya.
b. Peran serta dalam kegiatankelompok/masyakat
Klien mengatakan tidak pernah mengikuti kegiatan dikelompok masyarakat
tempat klien tinggal.
5. Spiritual
a. Nilai dan keyakinan
Klien beragama khatolik
b. Kegiatan ibadah/menjalankan keyakinan
Klien mengatakan setiap hari minggu pergi ke gereja bersama suami dan mertua
nya.
Jelaskan: klien berpenampilan rapih hanya saja klien jarang menyisir rambutnya.
Masalah keperawatan: Tidak ada masalah keperawatan
2. Pembicaraan
Cepat Inkoheren
Keras Lambat
Gagap Membisu
Jelaskan: jika klien berbicara suara nada klien terkadang tinggi dan cepat
Masalah keperawatan: Tidak ada masalah keperawatan
3. Aktivitas motorik
Lesu Gelisah
Tik Tremor
Tegang Agitasi
Grimasem Kompulsif
Jelaskan: klien terkadang selalu lesu kalau sedang duduk atau tidak ada teman
ngobrolnya.
Masalah keperawatan: Tidak ada masalah keperawatan
4. Alam perasaan
Sedih Putusasa
Khawatir
Jelaskan: klien mengatakan terkadang hati nya sedih teringat dengan anak nya dan
klien terkadang tertawa jika ada hal yang membuat nya lucu.
Masalah keperawatan: Tidak ada masalah keperawatan
5. Afek
Datar Labil
Jelaskan: klien terkadang labil emosi nya, kadang klien terlihat tertawa jika
diberikan stimulus hal yang lucu.
Masalah keperawatan: Tidak ada masalah keperawatan
6. Interaksi selama wawancara
Bermusuhan Kontak mata(-)
Tidak kooperatif Defensif
Mudah tersinggung Curiga
Jelaskan: klien mudah tersinggung jika ada perkataan nya yang kurang berkenan
dihati
Masalah keperawatan: Tidak ada masalah keperawatan
7. Persepsi
Halusinasi
Pendengaran Penghidu
Pengecapan Perabaan
Penglihatan
Jelaskan: klien selalu menceritakan kalau klien ingin sekali memiliki uang banyak
karena klien ingin memenuhi kebutuhan pribadi nya.
Masalah keperawatan: Tidak ada masalah keperawatan
Waham
Agama Sisip Pikir
Nihilistik Kebesaran
Somatik Siar Pikir
Curiga Kontrol Pikir
Jelaskan: tidak ada karena klien tampak bisa beradaptasi dengan keadaan sekarang
Masalah keperawatan: Tidak ada masalah keperawatan
11. Memori
Gangguan daya ingat jangka panjang
Gangguan daya ingat jangka pendek
Gangguan daya ingat saat ini
Konfabulasi
Jelaskan: tidak ada, klien tampak menceritakan kejadian yang dialami jangka
panjang dan jangka pendek
Masalah keperawatan: Tidak ada masalah keperawatan
12. Tingkat konsentrasi dan berhitung
Mudah beralih
Tidak mampu berkonsentrasi
Tidak mampu berhitung sederhana
2. BAB/BAK
Bantuan minimal Bantuan total tidak ada
bantuan
3. Mandi
Bantuan minimal Bantuan total tidak ada
bantuan
4. Berpakaian/berhias
Bantuan minimal Bantuan minimal tidak ada
bantuan
5. Istirahat dan tidur
Tidur siang,lama: 14:00 s/d 16:00
Tidur malam, lama: 21:00 s/d 06:00
6. Penggunaan obat
Bantuan minimal Bantuan total tidak ada bantuan
7. Pemeliharaan kesehatan
Ya Tidak
Perawatan lanjutan √ ……
System pendukung √ ……
DO:
Klien tampak bicara sendiri dan
melamun
2. DS: Risiko perilaku kekerasan b.d mencederai diri
Klien mengatakan kesal dengan suami sendiri, orang lain, dan lingkungan
dan mertuanya yang tinggal serumah
DO:
Klien tampak bicara sendiri dan marah-
marah
SP 5
1. Meminum obat
secara teratur
dapat
mempercepat
penyembuhan.
XVI. IMPLEMENTASI DAN CATATAN PERKEMBANGAN
Dx. TTD
Tanggal Implementasi Evaluasi
Kep
12-01- 1. SP 1 S : Klien mengatakan kesal dengan
2020 - Membina hubungan saling percaya suami dan mertuanya yang tinggal
- Melatih mengontrol halusinasi serumah
dengan cara menghardik O : Klien tampak bicara sendiri dan
Tahapan tindakannya meliputi : melamun
- Jelaskan cara menghardik A : Halusinasi pendengaran
halusinasi P : - Bina hubungan saling percaya
- Peragakan cara menghardik - Latih mengontrol halusinasi dengan
- Minta klien memperagakan ulang cara menghardik
- Pantau penerapan cara ini, beri I : - Membina hubungan saling percaya
penguatan perilaku klien
- Melatih mengontrol halusinasi
dengan cara menghardik
E : Klien masih tampak bicara sendiri
dan sedikit melamun
R : Lanjutkan SP 2
2. SP 1 S : Klien mengatakan kesal dengan
suami dan mertuanya yang tinggal
- Membina hubungan saling percaya serumah
bantu pasien mengenal penyebab O : Klien tampak bicara sendiri dan
perilaku kekerasan marah-marah
- Mengontrol marah dengan teknik A : Risiko perilaku kekerasan
nafas dalam P : Bina hubungan saling percaya bantu
pasien mengenal penyebab perilaku
kekerasan
I : Membina hubungan saling percaya
bantu pasien mengenal penyebab
perilaku kekerasan
E : Klien masih tampak bicara sendiri
dan sedkit marah-marah
R : Lanjutkan SP 2 dan SP 3
13-01- 1. SP 2 S : Klien mengatakan masih kesal
2020 dengan suami dan mertuanya yang
- Melatih bicara/bercakap-cakap tinggal serumah
dengan orang lain saat halusinasi O : Klien masih tampak bicara sendiri
muncul dan melamun
A : Halusinasi pendengaran
P : - Latih bicara/bercakap-cakap
dengan orang lain saat halusinasi
muncul
I : - Melatih bicara/bercakap-cakap
dengan orang lain saat halusinasi
muncul