Anda di halaman 1dari 5

A.

Metode yang menggunakan jamban ( privy method )


Metode ini dapat dikayegorikan menjadi 3:
Kategori I
Merupakan metode dengan tipe utama atau tipe yang paling dianjurkan, apabila
dikerjakan secara semestinnya hampir memenuhi persayaratan sanitasi yang ada.
Yang termasuk dalam kategori ini adalah:

1) Jamban Cubluk
Dengan perhatian  sedikit pada penempatan dan kontruksi, jenis jamban ini tidak
akan mencemari tanah ataupun mengkontaminasi air permukaan serta air tanah.
Tinja tidak akan dapat dicapai oleh lalat, bau diabaikan dan tinja tidak terlihat.
Jamban cubluk terdiri dari lubang dalam tanah yang digali dengan tangan,
dilengkapi dengan lantai tempat berjongkok dan dibuat rumah jamban diatasnya.
Lubang berfungsi untuk mengisolasi dan menyimpan tinja manusia sedemikian
rupa sehingga bakteri yang berbahaya tidak dapat berpindah ke inang yang baru.
2) Jamban Air
Jamban air merupakan modifikasi jamban yang menggunakan tangki pembusuk.
apabila tangkinya kedap air, maka tanah, air tanah dan air permukaan tidak akan
terkontaminasi. Jamban air memerlukan penambahan air setiap hari agar dapat
beroperasi sebagaimana mestinya.
Jamban air terdiri dari sebuah tangki berisi air, di dalamnya terdapat pipa
pemasukan tinja yang tergantung pada lantai jamban. Tinja dan air seni jatuh
melalui pipa pemasukan ke dalam tangki dan mengalami dekomposisi anaerobik
seperti pada tangki pembusukan. Limpur hasil dekomposisi yang hanya
mengandung sekitar 25 % dari volume tinja yang dimasukkan, akan berakumulasi
dalam tangki dan harus dipindahkan secara berkala.
3) Jamban Leher Angsa
Jamban leher angsa atau jamban siram yang menggunakan sekat air bukanlah
jenis instalasi pembuangan tinja yang tersendiri, melainkan lebih merupakan
modifikasi yang penting dari slab atau lantai jamban biasa.
Jamban leher angsa terdiri dari lantai beton biasa yang dilengkapi leher angsa.
Slab dapat langsung dipasang diatas lubang galian, lubang hasil pengeboran atau
tangki pembusukan.

Kategori II
Merupakan metode jamban tipe yang kurang dianjurkan, karena kurang dapat
dijamin akan terpenuhinya persyaratan sanitasi yang ada dan masih mengandung
resiko yang cukup besar untuk terjadinya penularan faecal borne disiase. Yang
termasuk dalam kategori ini adalah:
1) Jamban Bor
Jamban bor merupakan variasi dari jamaban cubluk yang lubangnya dibuat
dengan cara di bor. Lubangnya mempunyai penampang melintang yang lebih
kecil atau sama dengan diameter mata bor yang digunakan (10-30 cm) dan lebih
dalam.
Jamban ini tidak mencemari tanah dan air permukaan dan menghindari
penanganaan tinja segar. Bahaya lalat meningkat karena terjadi pencemaran pada
permukaan dinding lubang bagian atas yang tepat dibawah lubang. Keruntuhan
dinding lubang sering menjadi masalah gawat pada jamban bor. Jamban bor
murah dan mudah dalam pembuatannya apabila tersedia peralatan yang
diperlukan.
2) Jamban Keranjang
Sistem jamban keranjang biasanya menarik lalat dalam jumlah besar, tidak
dilokasi jambannya, tetapi di sepanjang perjalanan ke tempat pembuangan.
Pembuangan jamban sangat memungkinkan penanganan tinnja segar. Penggunaan
jamban ini selalu ada bahaya terjadinya pencemaran tanah, air tanah dan air
permukaan. Penggunaan jamban jenis ini biasanya menimbulkan bau serta
pemandangan yang tidak sedap. Jamban ini dianjurkan pemakaiannya di daerah
yang menggunakan tinja sebagai pupuk tanaman.
3) Jamban Parit
Jenis jamban ini dapat digunakan secara saniter atau sangat tidak saniter,
tergantung pada kepatuhan pemakai pada ketentuan-ketentuan yang harus
diperhatikan. Lubang diatas tanah yang digunakan biasanya berbentuk bujur
sangkar dengan ukuran 30x30 cm dengan kedalaman 40 cm. Tanah hasil galian
ditumpuk disekitar lubang dengan harapan pemakai mau melemparkan tanah itu
untuk menutup tinja yang telah dibuang.
4) Jamban Gantung
Jamban gantung sering digunakan pada daerah yang sering atau secara berkala
tertutup air, terutama air laut atau di daerah pasang surut. Faktor penting yang
harus diperhatikan adalah kadar garam, air penerima, kedalaman dan derajat
pengenceran yang mungkin dicapai. Jenis jamban ini hanya dapat
dipertimbangkan penggunaannya sebagai pilihan terakhir pada keadaan yang tidak
biasa.

Kategori III
Merupakan tipe jamban yang baik diterapkan pada situasi-situasi khusus,
misalanya pada sarana transportasi, pada daerah pertanian dan sebagainya. Yang
termasuk jamban kategori ini adalah:
1) Kakus Kompos
Kakus kompos digunakan di daerah yang penduduknya suka membuat
komposdari campuran tinja dan sampah organik (jerami, limbah dapur, potongan
rumput dan sebagainya) di jamban yang digunakan.
Bila dibuat dan dioperasikan tidak secara semestinya jamban ini dapat menarik
lalat yang dapat bertelur pada bahan isian, dapat timbul masalah bau dari
penggunaan jamabn ini. Jamban kompos mudah pembuatannya tetapi
memerlukan pengoperasian dan pemeliharaan.
2) Jamban Kimia
Jamban kimia merupakan instalasi pembuangan tinja yang efisien dan memenuhi
semua kriteria jamban saniter, kecuali satu yaitu biaya. Jamban kimia terdiri dari
sebuah tangki logam yang berisi    larutan soda kaustik. Tempat jongkok dan
penutupnya ditempatkan langsung diatas tangki. Tangki dilengkapi dengan pipa
ventilasi yang ujungnya menjorok samapai keatas rumah. Tangki dibuat dari
campuran logam khusus yang tahan korosi dan mempunyai kapasitas kira-kira
500 liter untuk setiap tempat jongkok.
3) Jamban Kolam
Jamban ini dimanfaatkan oleh orang yang banyak mengusahakan kolam ikan.
Tinja yang dibuang, secara langsung digunakan untuk makanan ikan yang
dipeliharanya. Terjadi kontroversi dalam pemakaian jamban ini, karena disatu sisi
usaha ternak ikan dapat ditunjang dengan teknik pembuangan tinja ini, namun
disisi lain terjadi pencemaran bakteriologis pada air permukaan yang mengandung
resiko besar terjadinya penularan penyakit melalui tinja dan air dari penderita
kepada orang yang sehat.
4) Jamban Gas Bio
Jamban gas bio terdiri dari rumah jamban, tangki pencerna, penampung gas dan
sistem perpipaan untuk menyalurkan gas bio dari tangki pencerna ke
penampungan gas dan dari penampungan gas ke tempat pemakaian gas. Ke dalam
tangki pencerna, setiap hari dimasukkan tinja, sampah organik yang berupa
sampah daun dan kotoran kandang. Dalam tangki pencerna yang merupakan
campuran bahan organik akan mengalami proses dekomposisi secara anaerobik
dan menghasilkan gas bio.

B. Metode yang menggunakan atau memerlukan bantuan aliran air ( water


carried method ).
Berbagai metode yang termasuk dalam teknik pembuangan tinja dengan sistem
aliran air adalah:
Pembuangan dengan pengenceran di badan air yang besar.
Sistem pembuangan ini memanfaatkan kemampuan alami dari air untuk
melakukan pembersihan sendiri yang berdasarkan pada kemampuan dan jumlah
oksigen terlarut pada air penerima.Oksigen itu bereaksi dengan bahan organik
dalam limbah cair dan menstabilkannya dengan proses oksidasi. Bila tidak
terdapat cukup oksigen pada air penerima atau volume air penerima kecil untuk
memberikan sejumlah oksigen yang diperlukan, akan berlangsung dekomposisi
secara anaerobik yang pada tahap tertentu akan mengakibatkan gangguan
keseimbangan biologis normal pada lingkungan air. Air penerima akan menjadi
kotor dan berwarna hitam serta faunanya, terutama ikan yang memerlukan
oksigen untuk hidup akan hancur total.

Anda mungkin juga menyukai