Anda di halaman 1dari 48

PENGELOLAAN AIR KOTOR DAN KOTORAN

Djamal Thaib, B.Sc, S.IP, M.Sc, HIU.


Universitas Binawan
PEMBUANGAN AIR KOTOR
DAN KOTORAN

Sarana baik untuk berkembang biak serangga


dan tikus

Tempat berkembang biak kuman - bakteri


penyakit sal. Pencernaan

Menimbulkan aroma yang tidak menyenangkan

Menimbulkan pencemaran lingkungan


mengotori air permukaan
PERSYARATAN YANG DIPERLUKAN

Tidak menimbulkan kontaminasi air

Permukaan, ground water

Tidak menimbulkan kontaminasitanah


permukaan
PERSYARATAN YANG DIPERLUKAN
Kotoran tidak diperkenankan terlihat dari luar
Tidak mmenimbulkan bau atau
Pemandangan yang tidak menyenangkan
Metode yang digunakan sederhana dan
Konstruksinya permanen
Tersedia air bersih dalam jumlah cukup untuk
pembersihan
PEMBUANGAN TINJA

• Tinja adalah bahan buangan yang


dikeluarkan dari tubuh manusia melalui anus
sebagai sisa dari proses pencernaan (tractus
digestifus).
• Dari berbagai jenis kotoran manusia, yang
penting adalah tinja (faeces) dan air seni
(urine) karena memiliki karakteristik yang
dapat menjadi sumber berbagai penyakit
saluran pencernaan.
• Kotoran manusia merupakan masalah
yang sangat penting, jika
pembuangannya tidak baik maka dapat
mencemari lingkungan dan bahaya bagi
kesehatan.
• Penyebaran penyakit yang bersumber
pada kotoran manusia (faeces) dapat
melalui berbagai macam cara.
PERANAN TINJA DALAM PENYEBARAN
PENYAKIT SANGAT BESAR.

• Dapat langsung mengkontaminasi makanan,


minuman, sayuran, air, tanah, serangga (lalat,
kecoa, dsb),
• Bagian tubuh kita dapat terkontaminasi oleh
tinja tsb.
• Benda-benda yang terkontaminasi tinja
penderita penyakit
• Kurangnya perhatian terhadap pengelolaan
tinja, akan mempercepat penyebaran
penyakit-penyakit yang ditularkan lewat tinja.
• Penyakit disebarkan oleh tinja antara lain:
tipus, disentri, kolera, bermacam-macam
cacing (cacing gelang, cacing kremi, cacing
tambang, cacing pita), schistosomiasis, dsb.
PENGERTIAN JAMBAN

• Jamban adalah bangunan yang digunakan untuk


membuang dan mengumpulkan kotoran manusia dalam
suatu tempat tertentu, kotoran menyebabkan penyakit
dan mengotori lingkungan.
• Penyediaan sarana jamban merupakan bagian dari
usaha sanitasi yang cukup penting peranannya.
• Dari sudut kesehatan lingkungan pembuangan kotoran
yang tidak saniter akan dapat mencemari lingkungan
(tanah dan sumber air).
• Untuk mencegah kontaminasi tinja, pembuangan
kotoran manusia harus dikelola dengan baik.
Suatu jamban tersebut sehat jika memenuhi
persyaratan-persyaratan sebagai berikut :
(Depkes RI, 1995)

• Tidak mencemari sumber air minum (untuk ini


dibuat lubang penampungan kotoran paling
sedikit berjarak 10 meter dari sumber air).
• Tidak berbau dan tinja tidak dapat dijamah oleh
serangga maupun tikus.
• Air seni, air pembersih dan penggelontoran
tidak mencemari tanah disekitarnya.
Suatu jamban tersebut sehat jika memenuhi
persyaratan-persyaratan sebagai berikut :
(Depkes RI, 1995)

• Mudah dibersihkan, aman digunakan dan harus


terbuat dari bahan yang kuat dan tahan lama.
• Dilengkapi dinding dan atap pelindung, dinding
kedap air dan berwarna terang.
• Luas ruangan cukup.
• Ventilasi cukup baik.
• Tersedia air dan alat pembersih.
• Cukup penerangan.
JENIS-JENIS JAMBAN

• Jamban cemplung (Pit latrine)

Jamban cemplung ini sering dijumpai di daerah


pedesaan.
Jamban ini dibuat dengan jalan membuat lubang
ke dalam tanah dengan diameter 80-120 cm
sedalam 2,5-8 meter.
Jamban cemplung tidak boleh terlalu dalam,
karena akan mengotori air tanah dibawahnya.
Jarak dari sumber minum sekurangnya 15 meter.
JENIS-JENIS JAMBAN

Menurut Entjang (2000), macam-macam


tempat pembuangan tinja, antara lain:

• Jamban air (Water latrine)


Jamban ini terdiri dari bak yang kedap air,
diisi air di dalam tanah sebagai tempat
pembuangan tinja.
Proses pembusukan sama seperti
pembusukan tinja dalam air kali.
• Jamban leher angsa (Angsa latrine)

Jamban ini berbentuk leher angsa


sehingga akan selalu terisi air. Fungsi air
ini sebagai sumbat sehingga bau busuk
dari kakus tidak tercium.
Bila dipakai, tinjanya tertampung sebentar
dan bila disiram air, baru masuk ke bagian
yang menurun untuk masuk ke tempat
penampungannya.
• Jamban bor (Bored hole latrine)

Tipe ini sama dengan jamban cemplung


hanya ukurannya lebih kecil karena untuk
pemakaian yang tidak lama, misalnya
untuk perkampungan sementara.
Kerugiannya bila air permukaan banyak
mudah terjadi pengotoran tanah
permukaan (meluap).
• Jamban keranjang (Bucket latrine)

Tinja ditampung dalam ember atau bejana


lain dan kemudian dibuang di tempat lain,
misalnya untuk penderita yang tak dapat
meninggalkan tempat tidur. Sistem jamban
keranjang biasanya menarik lalat dalam
jumlah besar, tidak di lokasi jambannya,
tetapi di sepanjang perjalanan ke tempat
pembuangan. Penggunaan jenis jamban ini
biasanya menimbulkan bau.
• Jamban parit (Trench latrine)

Dibuat lubang dalam tanah sedalam 30-40


cm untuk tempat defaecatie. Tanah
galiannya dipakai untuk menimbunnya.
Penggunaan jamban parit sering
mengakibat kan pelanggaran standar
dasar sanitasi, terutama yang
berhubungan dengan pencegahan
pencemaran tanah, pemberantasan lalat,
dan pencegahan pencapaian tinja oleh
hewan.
• Jamban empang / gantung (Overhung
latrine)

Jamban ini semacam rumah-rumahan


dibuat di atas kolam, selokan, kali, rawa
dan sebagainya. Kerugiannya mengotori
air permukaan sehingga bibit penyakit
yang terdapat didalamnya dapat tersebar
kemana-mana dengan air, yang dapat
menimbulkan wabah.
• Jamban kimia (Chemical toilet)

Tinja ditampung dalam suatu bejana


yang berisi caustic soda sehingga
dihancurkan sekalian didesinfeksi.
Biasanya dipergunakan dalam
kendaraan umum misalnya dalam
pesawat udara, dapat pula digunakan
dalam rumah.
Septic tank (tangki septik)

adalah suatu bak berbentuk empat persegi panjang


yang biasanya terletak di bawah muka tanah dan
menerima atau menampung kotoran dan air
penggelontor yang berasal dari toilet glontor,
termasuk juga segala buangan limbah rumah
tangga.
• Periode tinggal (detention time) di dalam tangki
adalah 1-3 hari.
• Zat padat akan diendapkan pada bagian tangki,
akan dicernakan secara anaerobik (digested
anaerobically) dan suatu lapisan busa tebal akan
terbentuk dipermukaan.
• Walaupun proses pencernaan zat padat
berlangsung secara efektif, namun pengambilan
lumpur yang terakumumlasi perlu dilakukan
secara periodik antara 1-5 tahun sekali.
• Efluen yang berasal dari tangki septik masih
berbahaya sehingga perlu di alirkan ke tangki
peresapan (soakaways) atau bidang peresapan
(leaching/ drain fields).
• Efluen tersebut tidak boleh langsung disalurkan
pada saluran drainase ataupun badan-badan air
tanpa mengolah efluen tersebut terlebih dahulu.
• Pada umumnya tangki septik digunakan untuk
mengolah air limbah rumah tangga secara
individual, namun dapat juga digunakan sebagai
fasilitas sanitasi komunal/umum untuk suatu
lingkungan dengan penduduk sampai 300 jiwa.
• Jarak antara resapan dan sumber air untuk
keamanannya disyaratkan minimal 10 m
(tergantung aliran air tanah / porositas tanah).
•Primary treatment consists of temporarily
holding the sewage in a quiescent basin where
heavy solids can settle to the bottom while oil,
grease and lighter solids float to the surface. The
settled and floating materials are removed and
the remaining liquid may be discharged or
subjected to secondary treatment.
•Secondary treatment removes dissolved
and suspended biological matter. Secondary
treatment is typically performed by indigenous,
water-borne micro-organisms in a managed
habitat. Secondary treatment may require a
separation process to remove the micro-
organisms from the treated water prior to
discharge or tertiary treatment.
•Tertiary treatment is sometimes defined as
anything more than primary and secondary treatment in
order to allow rejection into a highly sensitive or fragile
ecosystem (estuaries, low-flow rivers, coral reefs,...).
Treated water is sometimes disinfected chemically or
physically (for example, by lagoons and microfiltration)
prior to discharge into a stream, river, bay, lagoon or
wetland, or it can be used for the irrigation of a golf
course, green way or park. If it is sufficiently clean, it can
also be used for groundwater recharge or agricultural
purposes.
Skema umum sistem pembuangan gravitasi
Sistem pembuangan bertekanan
EFEK SIFON DAN PERANAN PIPA VEN PADA
SISTEM PEMBUANGAN
JENIS PERANGKAP

a. Perangkap yang di
pasang pada alat
plambing dan pipa
pembuangan.
b. Perangkap yang menjadi satu dengan alat plambing.

Contoh dari mangkuk Contoh bak peturasan


kloset jenis sifon bagi pria (digantung di
orang barat dinding)
c. Perangkap yang di pasang di luar gedung
• Penangkap lemak
• Penangkap lemak
Penangkap bahan bakar dan minyak pada bengkel
Perangkap plastik, rambut dll.
Sistem pembuangan dengan tangki septik

Kotak distribusi
Komponen sistem pembuangan
Syarat jarak komponen sistem tangki septik
Terima kasih

SANIND-17

Anda mungkin juga menyukai