Anda di halaman 1dari 12

TUGAS KESEHATAN LINGKUNGAN:

Privy Methods & Water Carried Methods

DISUSUN OLEH :
Zisi Lioni Argista (10011181722093)
Intan Mega Pratiwi (10011181722097)
Tya Mutiara Octaviani (10011181722111)
Marisa Nurhaliza (10011281722061)
Athiyyah Aryaza Putri (10011281722071)
Risyad Aldiandaniel (10011381722164)

Dosen Pembimbing: DR. H.A. Fickry Faisya, S.K.M. M.Kes


FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
INDRALAYA
2017/2018
Privy Methods
(Kakus/Jamban)

Untuk mencegah penularan penyakit yang berbasis lingkungan, kita semua harus buang air besar
(BAB) di jamban. Menurut Entjang (2000), ada beberapa jenis jamban, antara lain:

A. Berdasarkan jenis/tipe yang dianjurkan


1. Pit Privy (Kakus lubang)

Jamban in, tidak memerlukan air untuk menggelontor kotoran. Untuk


mengurangi bau serta agar lalat dan kecoa tidak masuk, lubang jamban
perlu ditutup. Jamban cemplung ini sering dijumpai di daerah pedesaan.
Jamban ini dibuat dengan jalan membuat lubang ke dalam tanah dengan
diameter 80-120 cm sedalam 2,5-8 meter. Jamban cemplung tidak boleh
terlalu dalam, karena akan mengotori air tanah dibawahnya. Jarak dari
sumber minum sekurang-kurangnya 15 meter. Tempat jongkok berada
langsung di atas lubang penampungan kotoran dilengkapi tutup.

Keuntungan dari jenis jamban cubluk/cemplung:

 Dapat dibuat dengan biaya murah.


 Dapat dibuat di setiap tempat di dunia.

2. Aqua Privy (Kakus Air)


Jamban air merupakan modifikasi jamban yang
menggunakan tangki pembusuk. apabila tangkinya kedap
air, maka tanah, air tanah dan air permukaan tidak akan
terkontaminasi. Jamban air memerlukan penambahan air
setiap hari agar dapat beroperasi sebagaimana mestinya.

Untuk jamban ini agar berfungsi dengan baik, perlu


pemasukan air setiap hari,baik sedang dipergunakan atau
tidak. Bila airnya penuh dapat dialirkan ke sistem lain
misalnya sumur resapan.
3. Jamban Leher Angsa (Angsa latrine)
Jamban leher angsa atau jamban siram yang
menggunakan sekat air bukanlah jenis instalasi
pembuangan tinja yang tersendiri, melainkan lebih
merupakan modifikasi yang penting dari slab atau lantai
jamban biasa.
Jamban leher angsa terdiri dari lantai beton biasa yang
dilengkapi leher angsa. Slab dapat langsung dipasang diatas
lubang galian, lubang hasil pengeboran atau tangki
pembusukan.

Jamban ini perlu air untuk menggelontor kotoran. Air yang terdapat pada leher angsa
adalah untuk menghindarkan bau dan mencegah masuknya lalat dan kecoa. Jamban ini
berbentuk leher angsa sehingga akan selalu terisi air. Fungsi air ini sebagai sumbat sehingga
bau busuk dari kakus tidak tercium. Bila dipakai, tinjanya tertampung sebentar dan bila
disiram air, baru masuk ke bagian yang menurun untuk masuk ke tempat penampungannya.
Keuntungannya:

a. Baik untuk masyarakat kota karena memenuhi syarat keindahan.


b. Dapat ditempat di dalam rumah karena tidak bau sehingga pemakaiannya lebih praktis.
c. Memenuhi syarat estetika
d. Tidak menimbulkan bau
e. Aman untuk anak-anak
f. Mencegah kontak dengan lalat

B. Berdasarkan jenis atau tipe kurang saniter


1. Jamban bor (Bored hole latrine)

Jamban bor merupakan variasi dari jamaban cubluk yang lubangnya


dibuat dengan cara di bor. Lubangnya mempunyai penampang melintang
yang lebih kecil atau sama dengan diameter mata bor yang digunakan (10-
30 cm) dan lebih dalam.

Jamban ini tidak mencemari tanah dan air permukaan dan


menghindari penanganaan tinja segar. Bahaya lalat meningkat karena
terjadi pencemaran pada permukaan dinding lubang bagian atas yang tepat
dibawah lubang. Keruntuhan dinding lubang sering menjadi masalah gawat pada jamban
bor. Jamban bor murah dan mudah dalam pembuatannya apabila tersedia peralatan yang
diperlukan.

 Keuntungan :
 Tidak memerlukan pembersihan setiap hari untuk memindahkan tinja
 Lubangnya gelap dan tidak cocok bagi lalat untuk berkembangbiak
 Bila lokasinya 15m dari sumber air, tidak akan menimbulkan pencemaran air
 Kekurangan :
 Lubang tersebut cepat penuh karena kapasitasnya kecil
 Alat khusus yang digunakan untuk menggali lubang tidak selalu tersedia

2. Bucket Laterin (Kakus Keranjang)

Tinja ditampung dalam ember atau bejana lain


dan kemudian dibuang di tempat lain, misalnya
untuk penderita yang tak dapat meninggalkan tempat
tidur. Sistem jamban keranjang biasanya menarik
lalat dalam jumlah besar, tidak di lokasi jambannya,
tetapi di sepanjang perjalanan ke tempat
pembuangan. Penggunaan jenis jamban ini biasanya
menimbulkan bau.

3. Trench Laterin (Kakus Parit)

Dibuat lubang dalam tanah sedalam 30-40 cm


untuk tempat defaecatie. Tanah galiannya
dipakai untuk menimbunnya. Penggunaan
jamban parit sering mengakibatkan
pelanggaran standar dasar sanitasi, terutama
yang berhubungan dengan pencegahan
pencemaran tanah, pemberantasan lalat, dan
pencegahan pencapaian tinja oleh hewan.
4. Overhung laterin (Kakus diatas air)

Adalah jamban yang dibangun diatas


empang,sungai ataupun rawa. Jamban model ini
ada yang kotorannya tersebar begitu saja,yang
biasanya dipakai untuk makanan ikan.

Kerugian: Fases mengotori air permukaan


sehingga bibit penyakit yang terdapat di
dalamnya dapat tersebar kemana-mana dengan
air yang dapat menimbulkan wabah.

C. Berdasarkan tipe untuk situasi khusus


1. Kakus Kimia
Pembuatan dan pengoperasian jamban ini cukup mahal.
Jamban kimia terdiri dari sebuah tangki logam yang berisi
larutan soda kaustik yang merupakan campuran dari 11,3 kg
soda kaustik dan 50 liter air yang berfungsi untuk mencairkan
tinja sehingga siap dialirkan ke resapan. Tempat jongkok dan
penutupnya ditempatkan langsung diatas tangki. Tangki dibuat
dari campuran baja khusus yang tahan korosi dan mempunyai
kapasitas kira-kira 500 liter untuk setiap tempat jongkok.

Feses ditampung dalam suatu bejana yang berisi caustic soda


sehingga dihancurkan sekalian didensifeksi.Sebagai pembersih
tidak dipergunakan air,tetapi dengan kertas (toilet paper). Tinja
ditampung dalam suatu bejana yang berisi caustic soda
sehingga dihancurkan sekalian didesinfeksi. Biasanya
dipergunakan dalam kendaraan umum misalnya dalam pesawat
udara, dapat pula digunakan dalam rumah.

2. Kakus Sopa Sandas

Kakus ini salah satu variasi dari kakus India. Tempat penampungan berupa lubang yang
digali tidak terlalu dalam, diletakkan langsung di bawah lubang kakus tetapi diluar
bangunan kakus. Lubang kakus dihubungkan dengan pipa (paralon atau besi). Tempat
penampungan kotoran ditutup dengan tutup yang berengsel, untuk mengambil kotoran &
mencegah serangga masuk.

PENGGUNAAN :

 Jongkok di atas lubang untuk melaksanakan hajat


 Setelah selesai guyur dengan air secukupnya, pemakaian air tidak boleh berlebihan agar
kotoran dalam bak tetap kering
 Bak penampung setiap saat ditaburi tanah atau abu sebagai penyerap air.
 Apabila sudah penuh, pemakaian dihentikan dan diganti sebelahnya
 Kotoran ditutup rapat dan dijaga dlm keadaan kering untuk waktu tertentu sampai
menjadi kompos/pupuk

3. Jamban Kompos

Jamban kompos digunakan di daerah yang


penduduknya suka membuat kompos dari campuran tinja dan
sampah organik (jerami, limbah dapur, potongan rumput dan
sebagainya). Jamban ini memerlukan dua atau lebih lubang
sehingga biayanya mahal.

Bila dibuat dan dioperasikan tidak secara semestinya, jamban ini dapat menarik lalat
yang akan bertelur pada bahan isian, sehingga akan bau. Pemindahan bahan isian
dilakukan setelah terjadi proses dekomposisi dan penyusutan oleh bakteri anaerob.

Water Carried Methods

Cara pengolahan air limbah adalah Air limbah sebelum dilepas ke pembuangan akhir harus
menjalani pengolahan dahulu. Untuk dapat melaksanakan pengolahan air limbah yang efektif
diperlukan rencana pengelolaan yang baik. Adapun tujuan pengelolaan dari air limbah itu sendiri, antara
lain :

1) Mencegah pencemaran pada sumber air rumah tangga.

2) Melindungi hewan dan tanaman yang hidup didalam air.

3) Menghindari pencemaran tanah permukaan.

4) Menghilangkan tempat berkembangbiaknya bibit dan vektor penyakit.


Sementara itu, sistem pengelolaan air limbah yang diterapkan harus memenuhi persyaratan berikut :

1. Tidak mengakibatkan kontaminasi terhadap sumber-sumber air minum.

2. Tidak mengakibatkan pencemaran air permukaan.

3. Tidak menimbulkan pencemaran pada flora dan fauna yang hidup di air didalam penggunaannya
sehari-hari.

4. Tidak dihinggapi oleh vektor atau serangga yang menyebabkan penyakit.

5. Tidak terbuka dan harus ditutup.

6. Tidak menimbulkan bau atau aroma tidak sedap.

Berdasarkan metodenya, Water Carried Methods dibagi menjadi 4:

1. Pembungan dengan Pengenceran (Dilution) pada Badan Air yang Besar.

Air limbah diencerkan sampai mencapai konsentrasi yang cukup rendah kemudian baru
dibuang ke badan-badan air. Tetapi dengan makin bertambahnya penduduk, yang berarti
makin meningkatnya kegiatan manusia, maka jumlah air limbah yang harus dibuang terlalu
banyak dan diperlukan air pengenceran terlalu banyak pula maka cara ini tidak dapat
dipertahankan lagi.

Disamping itu, cara ini menimbulkan kerugian lain, diantaranya bahaya kontaminasi
terhadap badan-badan air masih tetap ada, pengendapan yang akhirnya menimbulkan
pendangkalan terhadap badan-badan air, seperti selokan, sungai, danau, dan sebagainya.
Selanjutnya dapat menimbulkan banjir.

Apabila hanya cara ini yang dapat diterapkan, maka persyaratan berikut harus dipenuhi:

1. Air sungai atau danau tidak boleh digunakan untuk keperluan lain.

2. Volume air mencukupi sehingga pengenceran berlangsung kurang dari 30-40 kali.

3. Air harus cukup mengandung oksigen. Dengan kata lain air harus mengalir ( tidak boleh
stagman) agar tidak menimbulkan bau.

2. Pembuangan dengan Menggunakan Cesspool (Riol)

Bentuk cesspool ini menyerupai sumur tetapi digunakan untuk pembuangan air limbah.
Dibuat pada tanah yang porous (berpasir) agar air buangan mudah meresap ke dalam tanah.
Bagian atas ditembok agar tidak tenbus air. Apabila cesspool sudah penuh (kurang lebih 6
bulan), lumpur didalamnya dapat diisap keluar atau dari semula dibuat cesspool secara
berangkai, sehingga bila yang satu penuh, air akan mengalir ke cesspool berikutnya. Jarak
cesspool dengan sumur air bersih adalah 45 meter dan minimal 6 meter dari pondasi rumah.

3. Pembuangan dengan Menggunakan Sumur Resapan (Seepage Pit)

Sumur resapan merupakan sumur tempat menampung air limbah yang telah mengalami
pengolahan dalam sistem lain, misalnya dari aqua privy atau septic tank. Dengan cara ini,
air hanya tinggal mengalami peresapan kedalam tanah. Sumur resapan ini dibuat pada
tanah yang porous, dengan diameter 1-2,5 m dan kedalaman 2.5 m. lama pemakaian dapat
mencapai sekitar 6-10 tahun.

Bangunan sumur resapan adalah salah satu rekayasa teknik konservasi air berupa
bangunan yang dibuat sedemikian rupa sehingga menyerupai bentuk sumur gali dengan
kedalaman tertentu yang berfungsi sebagai tempat menampung air hujan yang jatuh di atas
atap rumah atau daerah kedap air dan meresapkannya ke dalam tanah.

Sumur resapan berfungsi memberikan imbuhan air secara buatan dengan cara
menginjeksikan air hujan ke dalam tanah. Sasaran lokasi adalah daerah peresapan air di
kawasan budidaya, permukiman, perkantoran, pertokoan, industri, sarana dan prasarana
olah raga serta fasilitas umum lainnya.

Manfaat sumur resapan adalah:

1) Mengurangi aliran permukaan sehingga dapat mencegah / mengurangi terjadinya


banjir dan genangan air.
2) Mempertahankan dan meningkatkan tinggi permukaan air tanah.
3) Mengurangi erosi dan sedimentasi
4) Mengurangi / menahan intrusi air laut bagi daerah yang berdekatan dengan kawasan
pantai
5) Mencegah penurunan tanah (land subsidance)
6) Mengurangi konsentrasi pencemaran air tanah.

Bentuk dan jenis bangunan sumur resapan dapat berupa bangunan sumur resapan air
yang dibuat segiempat atau silinderdengan kedalaman tertentu dan dasar sumur terletak di
atas permukaan air tanah. Berbagai jenis konstruksi sumur resapan adalah:

1) Sumur tanpa pasangan di dinding sumur, dasar sumur tanpa diisi batu belah maupun
ijuk (kosong)
2) Sumur tanpa pasangan di dinding sumur, dasar sumur diisi dengan batu belah dan ijuk.
3) Sumur dengan susunan batu bata, batu kali atau bataki di dinding sumur, dasar sumur
diisi dengan batu belah dan ijuk atau kosong.
4) Sumur menggunakan buis beton di dinding sumur
5) Sumur menggunakan blawong (batu cadas yang dibentuk khusus untuk dinding sumur).

Konstruksi-konstruksi tersebut memiliki keunggulan dan kelemahan masing-masing,


pemilihannya tergantung pada keadaaan batuan / tanah (formasi batuan dan struktur tanah).

Pada tanah / batuan yang relatif stabil, konstruksi tanpa diperkuat dinding sumur
dengan dasar sumur diisi dengan batu belah dan ijuk tidak akan membahayakan bahkan
akan memperlancar meresapnya air melalui celah-celah bahan isian tersebut.

Pada tanah / batuan yang relatif labil, konstruksi dengan susunan batu bata / batu kali /
batako untuk memperkuat dinding sumur dengan dasar sumur diisi batu belah dan ijuk
akan lebih baik dan dapat direkomendasikan.

Pada tanah dengan / batuan yang sangat labil, konstruksi dengan menggunakan buis
beton atau blawong dianjurkan meskipun resapan air hanya berlangsung pada dasar sumur
saja.

Bangunan pelengkap lainnya yang diperlukan adalah bak kontrol, tutup sumur resapan
dan tutup bak kontrol, saluran masuklan dan keluaran / pembuangan (terbuka atau tertutup)
dan talang air (untuk rumah yang bertalang air).

Menurut Nurhasanah Sucahyo, peneliti senior Pusat Penelitian dan Pengembangan


Permukiman (Puslitbangkim), Badan Litbang Departemen PU, sistem resapan adalah
galian atau sumuran tanpa lapisan material kedap air, yang berfungsi menerima air limbah
dari septic tank dan meresapkannya ke tanah.

Bentuknya berupa bidang resapan empat persegi panjang dengan lebar minimal 0,5 m,
kedalaman efektif 0,45 m, dan panjang tergantung jumlah KK dan daya resap tanah. (Lihat
tabel.) Atau, untuk septic tank berkapasitas kecil (1 – 2 KK), bisa juga berupa sumur
resapan dengan diameter minimal 80 cm dan kedalaman efektif 1,0 m.

Kalau berupa sumur resapan, galian harus diisi penuh dengan pasir dan kerikil
berdiameter 1,5 – 5 cm dengan tebal lapisan 1,0 m. “Soalnya peresapan terkonsentrasi di
satu titik sehingga butuh lapisan kerikil lebih tebal untuk menetralisir air dari tangki
septik,” katanya.
4. Pembuangan dengan Menggunakan Sistem Septictank

Sistem Septic Tank sebenarnya adalah sumur rembesan atau sumur kotoran. Septic tank
merupakan sitem sanitasi yang terdiri dari pipa saluran dari kloset, bak penampungan
kotoran cair dan padat, bak resapan, serta pipa pelepasan air bersih dan udara.

Septic Tank bisa juga Sebuah bak penampung tinja ini biasanya kedalaman hanya 1-3
meter, bentuk ada yang persegi ada pula yang bundar. Kalau Septictank ini baknya harus
tertutup rapat dindingnya harus disemen agar tidak bocor.

Hal-hal yang yang harus diperhatikan saat pembuatan Septic Tank agar tidak
mencemari air dan tanah sekitarnya adalah :

1. Jarak minimal dari sumur air bersih sekurangnya 10m.

2. Untuk membuang air keluaran dari septic tank perlu dibuat daerah resapan dengan
lantai septic tank dibuat miring kearah ruang lumpur.

3. Septic Tank direncanakan utuk pembuangan kotoran rumah tangga dengan jumlah
air limbah antara 70-90 % dari volume penggunaan air bersih.

4. Waktu tinggal air limbah di dalam tangki diperkirakan minimal 24 jam.

5. Besarnya ruang lumpur diperkirakan untuk dapat menampung lumpur yang


dihasilkan setiap orang rata-rata 30-40 liter/orang/tahun dan waktu pengambilan lumpur
diperhitungkan 2-4 tahun.

6. Pipa air masuk kedalam tangki hendaknya selalu lebih tinggi kurang lebh 2.5 cm dari
pipa air keluar.

7. Septic tank harus dilengkapi dengan lubang pemeriksaan dan lubang penghawaan
untuk membuang gas hasil penguraian.

Agar septic tank tidak mudah penuh dan mampat, awet dan tahan lama perlu
diperhatikan:

1. Kemiringan Pipa Kemiringan pipa menentukan kelancaran proses pembuangan


limbah. Selisih ketinggian kloset dan permukaan air bak penampung kotoran minimal 2
%, artinya setiap 100cm terdapat perbedaan ketinggian 2cm.

2. Pemilihan Pipa yang tepat Pipa saluran sebaiknya berupa PVC. Ukuran minimal
adalah 4 inchi. Rumah yang memiliki jumlah toilet yang banyak sebaiknya menggunakan
pipa yang lebih besar. Perancangan saluran diusahakan dibuat lurus tanpa belokan, karena
belokan atau sudut dapat membuat mampat.
3. Sesuaikan Kapasitas Septic tank Untuk rumah tinggal dengan jumlah penghuni
empat orang, cukup dibuat septic tank dengan ukuran (1.5×1.5×2)m. bak endapan dan
sumur resapan bias dibuat dengan ukuran (1x1x2)m. semakin banyak penghuni rumah
maka semakin besar ukuran yang dibutuhkan.

4. Bak Harus Kuat dan Kedap Air Septic tank harus terbuat dari bahan yang tahan
terhadap korosi, rapat air dan tahan lama. Konstruksi septic tank harus kuat menahan gaya-
gaya yang timbul akibat tekanan air, tanah maupun beban lainnya.
DAFTAR PUSTAKA

http://jurnalkakus.blogspot.com/2015/08/metode-pembuangan-tinja.html
http://dinkes.sumutprov.go.id/artikel-207-jenis--jenis-jamban.html

http://city-selatiga.blogspot.co.id/2012/04/jenis-jenis-jamban-sehat.html

http://www.psychologymania.com/2012/09/jenis-jenis-jamban.html

http://atikasatriagarini.blogspot.co.id/2012/01/apa-aja-sih-macam-macam-jamban-itu.html

https://en.wikipedia.org/wiki/Pit_latrine

http://www.smallcrab.com/kesehatan/629-air-limbah-dan-pengelolaannya
https://bebasbanjir2025.wordpress.com/teknologi-pengendalian-banjir/sumur-resapan/
http://www.sumurjogja.com/2015/06/sumur-resapan-dan-septictank.html

Anda mungkin juga menyukai