MODUL
AKUNTANSI KEUANGAN
PEMERINTAH DAERAH DAN SKPD
Puji syukur kami panjatkan kepada Sang Pencipta atas perkenanNya, Modul
Akuntansi Keuangan Pemerintah Daerah ini akhirnya dapat diselesaikan dengan baik
oleh tim penyusun.
Modul ini merupakan salah satu bagian dari rangkaian paket materi
pembelajaran yang akan digunakan dalam Kursus Keuangan Daerah (KKD) Khusus
Penatausahaan/Akuntansi Keuangan Daerah tahun 2014 bagi pejabat/staf di lingkungan
Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) dan Satuan Kerja Pengelola Keuangan Daerah
(SKPKD), yang penyelenggaraannya merupakan hasil kerjasama antara 7 Center dan
Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan, Kementerian Keuangan Republik Indonesia.
Modul dalam paket tersebut dikelompokkan menjadi tiga bagian besar; bagian pertama
berisi materi-materi tinjauan pengelolaan keuangan daerah untuk menjelaskan
lingkungan akuntansi pemerintah daerah, bagian kedua berisi materi-materi sistem dan
prosedur penatausahaan dan akuntansi keuangan daerah, dan bagian ketiga berisi
materi akuntansi keuangan pemerintah daerah.
Akhirnya, kepada para penulis dan editor Modul ini, kami ucapkan terima kasih
tak terhingga dan semoga karya ini akan menjadi bagian amal saudara sekalian. Tak ada
gading yang tak retak, tak ada karya yang sempurna, kecuali karya dari Yang Maha
Berkarya. Kritik dan saran yang membangun dari peserta kursus, sesama pengajar dan
seluruh pembaca Modul sangat kami harapkan demi peningkatan kualitas Modul. Setiap
karya haruslah dipandang sebagai produk dinamis yang selalu punya peluang untuk
ditingkatkan mutunya. Wallahu’alam bissawab.
Direktur PKD,
Adriansyah
Istilah
Penjelasan
(Singkatan)
LO Laporan Operasional
LRA Laporan Realisasi Anggaran
LPE Laporan Perubahan Ekuitas
LPSAL Laporan Perubahan Sisa Anggaran Lebih
SAP Standar Akuntansi Pemerintahan
SKPD Satuan Kerja Perangkat Daerah
SKPKD Satuan Kerja Pengelolaan Keuangan Daerah
PPKD Pejabat Penatausahaan Keuangan Daerah
BUD Bendahara Umum Daerah
ALK Analisis Laporan Keuangan
a. Abstraksi:
Modul Akuntansi Keuangan Pemda dan SKPD ini dapat dikatakan memiliki
empat bagian besar dan sifatnya adalah sekuensial, artinya topik-topik yang
disampaikan disini diuraikan berdasarkan urutan materi yang harus dikuasai oleh
peserta untuk dapat mencapai kompetensi dasar mampu menyusun laporan
keuangan pemerintah daerah.
Empat bagian besar dari isi Modul ini meliputi pengantar akuntansi
pemerintahan, siklus akuntansi pemerintah daerah, prinsip-prinsip akuntansi
keuangan daerah, dan proses penyusunan laporan keuangan daerah. Dalam materi
konsep dasar akuntansi keuangan daerah ditekankan pada pemahaman persamaan
dasar akuntansi pemerintah daerah dan aturan debit-kredit serta analisis transaksi
dan pencatatan transaksi. Hal ini sangat penting dan memberikan landasan
pemahaman untuk dapat memahami materi selanjutnya.
Setelah memahami pengantar akuntansi pemerintahan dan siklus akuntansi,
materi berikutnya adalah peseta dikenalkan dengan prinsip dasar/kebijakan
akuntansi keuangan daerah yang meliputi item-item pos laporan keuangan
pemerintah daerah. Pengenalan prinsip/kebijakan akuntansi keuangan daerah
diuraikan dalam 5 aspek/atribut yaitu definisi, pengakuan, pengukuran, pencatatan,
penyajian dan pengungkapan.
Setelah pemahaman atas pengantar akuntansi pemerintahan dan siklus
akuntansi dan prinsip/kebijakan akuntansi pemerintah daerah, kemudian
dilanjutkan dengan proses penyusunan laporan keuangan daerah (SKPD, PPKD dan
Konsolidasi), meliputi langkah analisis dan pencatatan transaksi, pencatatan
penyesuaian akhir tahun , posting ke buku besar, penyusunan neraca saldo setelah
penyesuaian, dan berakhir dengan penyusunan laporan keuangan. Yang perlu
diingat dan disampaikan kepada peserta adalah bahwa teknik untuk mencatat
transaksi menggunakan teknik double entry sesuai Permendagri 64 tahun 2013
tentang Penerapan Standar Akuntansi Pemerintahan berbasis Akrual pada
Pemerintah Daerah.
Selain berisi materi, Modul ini juga dilengkapi dengan lembar kerja peserta
(LKP) per topik yang harus diisi oleh setiap peserta guna memperoleh sekaligus
mengecek/membuktikan bahwa pemahaman atas materi di setiap topik telah
diperoleh.
Dengan pola penyajian materi dengan disertai lembar kerja peserta tersebut
diharapkan peserta dapat mempraktekkan secara komprehensif proses penyusunan
laporan keuangan pemerintah daerah.
c. Peserta pelatihan
d. Materi Pelatihan
e. Metode Pelatihan
g. Evaluasi Pelatihan
DAFTAR ISI
v
DAFTAR LAMPIRAN............................................................................................................................vi
PENDAHULUAN ……………………………………………………………………………………………………………….….. vii
DAFTAR ISI............................................................................................................................... X
A. PENDAHULUAN..............................................................................................................177
B. PENGERTIAN.....................................................................................................................177
C. TUJUAN DAN MANFAAT................................................................................................178
D. METODE DAN TEKNIK ANALISIS.....................................................................................179
E. KETERBATASAN ANALISIS LAPORAN KEUANGAN..........................................................185
A. PENDAHULUAN..............................................................................................................189
1. Definisi Audit................................................................................................................189
2. Jenis-Jenis Auditor Berdasarkan Organisasinya (Entitas):.........................................190
B. DASAR-DASAR PEMERIKSAAN KEUANGAN....................................................................190
1. Pengertian, Tujuan dan Dasar Hukum Pemeriksaan Keuangan..................................190
2. Perbedaan Reviu dan Pemeriksaan Laporan Keuangan..............................................191
3. Ruang Lingkup Pemeriksaan Keuangan.......................................................................192
C. STANDAR PEMERIKSAAN KEUANGAN.............................................................................192
D. METODOLOGI DAN TAHAPAN PEMERIKSAAN KEUANGAN...........................................192
1. Metodologi Pemeriksaan.............................................................................................193
2. Asersi Manajemen........................................................................................................194
E. TEKNIK PEMERIKSAAN DAN PENGENDALIAN INTERN...................................................196
1. Bukti dan Prosedur Pemeriksaan..................................................................................196
2. Pengendalian Intern Dalam Pemeriksaan Keuangan...................................................199
F. TEMUAN DAN LAPORAN HASIL PEMERIKSAAN.............................................................200
G. TANGGAPAN MANAJEMEN ATAS TEMUAN...................................................................202
H. LAPORAN HASIL PEMERIKSAAN BPK..............................................................................202
1. Jenis-jenis Laporan Hasil Pemeriksaan.........................................................................203
2. Langkah-langkah Penyusunan dan Penyampaian Laporan Hasil Pemeriksaan..........206
3. Surat Representasi........................................................................................................206
I. KOMUNIKASI DALAM PEMERIKSAAN..............................................................................209
1. Pengertian dan Tujuan Komunikasi Dalam Pemeriksaan............................................210
2. Komunikasi Antara Pemeriksa dengan Auditi..............................................................211
3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Komunikasi dalam Pemeriksaan.........................212
4. Kiat-kiat Menghadapi Pemeriksa.................................................................................213
5. Pendekatan Dalam Menyelesaikan Temuan................................................................214
6. Memenangkan Negosiasi Dengan Pemeriksa..............................................................216
LAMPIRAN - LAMPIRAN..................................................................................................................287
a. Relevan (Relevance)
Laporan keuangan Pemerintah Daerah dikatakan relevan apabila
informasi yang termuat di dalamnya dapat mempengaruhi keputusan
pengguna laporan keuangan. Informasi yang relevan harus:
1) Memiliki manfaat umpan balik (feedback value), artinya bahwa laporan
keuangan Pemerintah Daerah harus memuat informasi yang
memungkinkan pengguna laporan untuk menegaskan atau mengoreksi
ekspektasinya di masa lalu;
2) Memiliki manfaat prediktif (predictive value), artinya bahwa laporan
keuangan harus memuat informasi yang dapat membantu pengguna
laporan untuk memprediksi masa yang akan datang berdasarkan hasil
masa lalu dan kejadian masa kini;
3) Tepat waktu (Timeliness), artinya bahwa laporan keuangan Pemerintah
Daerah harus disajikan tepat waktu sehingga dapat berpengaruh dan
berguna untuk pembuatan keputusan pengguna laporan keuangan; dan
b. Andal (Reliable)
Informasi dalam laporan keuangan Pemerintah Daerah harus bebas dari
pengertian yang menyesatkan dan kesalahan material, menyajikan setiap
kenyataan secara jujur, serta dapat diverifikasi. Informasi yang andal harus
memenuhi karakteristik:
1) Jujur (Representational Faithfullness), artinya bahwa laporan keuangan
Pemerintah Daerah harus memuat informasi yang menggambarkan
dengan jujur transaksi serta peristiwa yang seharusnya disajikan atau
yang secara wajar dapat diharapkan untuk disajikan;
2) Dapat diverifikasi (verifiability), artinya bahwa laporan keuangan
Pemerintah Daerah harus memuat informasi yang dapat diuji, dan
apabila pengujian dilakukan lebih dari sekali oleh pihak yang berbeda,
hasilnya harus tetap menunjukkan simpulan yang tidak jauh berbeda;
3) Netralitas (Neutral), artinya bahwa laporan keuangan Pemerintah
Daerah harus memuat informasi yang diarahkan untuk memenuhi
kebutuhan umum dan bias pada kebutuhan pihak tertentu. Tidak boleh
ada usaha untuk menyajikan informasi yang menguntungkan pihak
tertentu, sementara hal tersebut akan merugikan pihak lain.
3. Prinsip Realisasi;
Bagi pemerintah, pendapatan basis kas yang telah diotorisasikan
melalui anggaran pemerintah suatu periode akuntansi akan digunakan
untuk membayar utang dan belanja dalam periode
tersebut.Mengingat LRA masih merupakan laporan yang wajib disusun, maka
pendapatan atau belanja basis kas diakui setelah diotorisasi melalui
anggaran dan telah menambah atau mengurangi kas.Prinsip penandingan
biaya-pendapatan (matching-cost with revenue principle) dalam
Modul Akuntansi Keuangan Pemerintah Daerah 23
akuntansi pemerintah tidak mendapat penekanansebagaimana
dipraktekkan dalam akuntansi komersial.
5. Prinsip Periodisitas
Kegiatan akuntansi dan pelaporan keuangan entitas pelaporan perlu
dibagi menjadi periode-periode pelaporan sehingga kinerja entitas dapat
diukur dan posisi sumber daya yang dimilikinya dapat ditentukan. Periode
utama yang digunakan adalah tahunan, namun periode bulanan, triwulanan,
dan semesteran juga dianjurkan.
6. Prinsip Konsistensi
Perlakuan akuntansi yang sama diterapkan pada kejadian yang serupa dari
periode ke periode oleh suatu entitas pelaporan (prinsip konsistensi internal).
Hal ini tidak berarti bahwa tidak boleh terjadi perubahan dari satu
metode akuntansi ke metode akuntansi yang lain. Metode akuntansi yang
dipakai dapat diubah dengan syarat bahwa metode yang baru
diterapkan mampu memberikan informasi yang lebih baik dibanding
metode lama. Pengaruh atas perubahan penerapan metode ini
dungkapkan dalam Catatan atas Laporan Keuangan.
5. Neraca
Unsur yang dicakup dalam neraca terdiri dari aset, kewajiban, dan ekuitas dan
Masing-masing unsur didefinisikan sebagai berikut:
a. Aset adalah sumber daya ekonomi yang dikuasai dan atau dimiliki oleh
pemerintah daerah, sebagai akibat dari peristiwa masa lalu dan dari mana
manfaat ekonomi dan atau sosial di masa depan diharapkan dapat
diperoleh, baik oleh pemerintah daerah maupun masyarakat, serta dapat
diukur dalam satuan uang, termasuk sumber daya non keuangan yang
diperlukan untuk penyediaan jasa bagi masyarakat umum dan sumber-
sumber daya yang dipelihara karena alasan sejarah dan budaya.
b. Kewajiban adalah utang yang timbul dari peristiwa masa lalu yang
penyelesaiannya mengakibatkan aliran keluar sumber daya ekonomi
pemerintah daerah.
c. Ekuitas adalah kekayaan bersih pemerintah daerah yang merupakan selisih
antara aset dan kewajiban pemerintah daerah.
OPINI
JUMLA
LKPD WTP % WDP % TW % TMP % H
Sumber: BPKRI
Referensi:
Dalam akun-akun dari persamaan akuntansi di atas aturan debit dan kredit
untuk Aset berlawanan arah dengan kewajiban dan ekuitas. Apabila suatu akun
Aset bertambah, maka akun tersebut didebit dan jika berkurang, maka akun
yang bersangkutan dikredit, sebaliknya, untuk akun kewajiban dan ekuitas
dikredit untuk penambahan dan didebit untuk pengurangan.
Saldo normal (normal balance) dari suatu akun adalah posisi yang bertambah
menurut aturan debit dan kredit. Sebagai contoh adalah saldo normal dari akun
kas adalah saldo debit, karena suatu Aset bertambah dengan mencatat pada
posisi debit. Oleh karena itu, saldo normal adalah pada sisi yang positif, dimana
saldo normal dari Aset adalah pada sisi debit, sebaliknya kewajiban dan ekuitas
mempunyai saldo normal pada sisi kredit atau disebut akun-akun bersaldo
kredit. Saldo-saldo normal dari akun-akun neraca digambarkan sebagai berikut:
Ekuitas biasanya terdiri atas beberapa akun. Setiap akun ekuitas akan mempunyai
saldo normal pada sisi kredit, apabila akun tersebut merupakan unsur penambahan
dalam ekuitas contohnya yaitu pendapatan. Apabila suatu akun merupakan unsur
pengurangan dalam ekuitas, maka akun ini akan mempunyai saldo normal pada sisi
debit misalnya akun beban.
Sisi kiri dari akun disebut sisi debit dan sisi kanan disebut sisi kredit. Bentuk akun
yang lainnya yang lebih informatif dan lengkap adalah bentuk empat kolom yang
digunakan dalam praktik. Bentuk empat kolom ini merupakan pengembangan
dari akun bentuk T. Dua kolom tambahan diperlukan untuk menunjukkan saldo
jumlah debit dan saldo jumlah kredit dari setiap akun. Contoh dari akun bentuk
empat kolom dapat dilihat pada Tabel 1.
Akun Kas pada Tabel 1 mempunyai saldo debit sebesar Rp8.000.000 setelah transaksi
pertama diposting dari jurnal ke buku besar (akun) kas di kasda, dan mempunyai saldo
debit sebesar Rp8.500.000 setelah posting transaksi keempat.
Permendagri 64 tahun 2013 tentang Penerapan Standar Akuntansi Pemerintahan
Berbasis Akrual pada Pemerintah Daerah pada Lampiran II mendesain bentuk akun 4
kolom sebagai berikut:
PEMERINTAH PROVINSI/KABUPATEN/KOTA ……
BUKU BESAR
SKPD : ………………………………
KODE REKENING : ………………………………
NAMA REKENING : ………………………………
PAGU APBD : ………………………………
PAGU PERUBAHAN APBD : ………………………………
Bagan Akun Standar (BAS) untuk pemerintah pemerintah daerah sesuai Lampiran III
Pemendagri 64 tahun 2013 terdiri dari 5 level yang terdiri dari kode akun,
kelompok, jenis, obyek, hingga rincian obyeknya.
Panduan penyusunan BAS untuk pemerintah daerah sebagaimana diatur dalam
Pemendagri 64/2013 sebagaimana diuraikan berikut ini:
1. Akun Neraca
Aset
Aset adalah sumber daya ekonomi yang dikuasai dan/atau dimiliki oleh pemerintah
daerah sebagai akibat dari peristiwa masa lalu dan dari mana manfaat ekonomi
dan/atau sosial di masa depan diharapkan dapat diperoleh, baik oleh pemerintah
daerah maupun masyarakat, serta dapat diukur dalam satuan uang, termasuk sumber
daya nonkeuangan yang diperlukan untuk penyediaan jasa bagi masyarakat umum dan
sumber sumber daya yang dipelihara karena alasan sejarah dan budaya.
Kewajiban
Kewajiban adalah kewajiban yang timbul dari peristiwa masa lalu yang penyelesaiannya
mengakibatkan aliran keluar sumber daya ekonomi pemerintah daerah.
Klasifikasi dari akun Kewajiban sebagaimana tercantum pada tabel berikut:
Kodefikasi Kewajiban
Kode Akun Nama Akun
2.0.0.00.00 Kewajiban
2.1.0.00.00 Kewajiban Jangka Pendek.
2.1.1.00.00 Utang Perhitungan Pihak Ketiga (PFK)
2.1.2.00.00 Utang Bunga
Akun Belanja
Belanja adalah semua pengeluaran dari Rekening Kas Umum Daerah yang mengurangi
Saldo Anggaran Lebih dalam periode tahun anggaran bersangkutan yang tidak akan
diperoleh pembayarannya kembali oleh pemerintah daerah. Klasifikasi Akun Belanja
sebagaimana tercantum dalam tabel sebagai berikut:
Kodefikasi Akun Belanja
Kode Akun Nama Akun
5.0.0.00.00 BELANJA
5.1.0.00.00 BELANJA OPERASI
5.1.1.00.00 Belanja Pegawai
5.1.2.00.00 Belanja Barang dan Jasa
5.1.3.00.00 Belanja Bunga
5.1.4.00.00 Belanja Subsidi
5.1.5.00.00 Belanja Hibah
5.1.6.00.00 Belanja Bantuan Sosial
5.2.0.00.00 BELANJA MODAL
5.2.1.00.00 Belanja Modal Tanah
5.2.2.00.00 Belanja Modal Peralatan dan Mesin
5.2.3.00.00 Belanja Modal Gedung dan Bangunan
5.2.4.00.00 Belanja Modal Jalan, Irigasi dan Jaringan
5.2.5.00.00 Belanja Modal Aset Tetap Lainnya
Akun Transfer
Klasifikasi Akun Transfer sebagaimana tercantum dalam tabel berikut:
Kodefikasi Akun Transfer
Kode Akun Nama Akun
6.0.0.00.00 TRANSFER
6.1.0.00.00 TRANSFER BAGI HASIL PENDAPATAN
6.1.1.00.00 Transfer Bagi Hasil Pajak Daerah
6.1.2.00.00 Transfer Bagi Hasil Pendapatan Lainnya
6.2.0.00.00 TRANSFER BANTUAN KEUANGAN
6.2.1.00.00 Transfer Bantuan Keuangan ke Pemerintah Daerah Lainnya
6.2.2.00.00 Transfer Bantuan Keuangan ke Desa
6.2.3.00.00 Transfer Bantuan Keuangan Lainnya
6.2.4.00.00 Transfer Dana Otonomi Khusus
Pembiayaan Daerah adalah semua penerimaan yang perlu dibayar kembali dan/atau
pengeluaran yang akan diterima kembali, baik pada tahun anggaran yang bersangkutan
maupun pada tahun-tahun anggaran berikutnya. Klasifikasi Akun Pembiayaan
sebagaimana tercantum dalam tabel sebagai berikut:
Kodefikasi Akun Pembiayaan
Kode Akun Nama Akun
7.0.0.00.00 PEMBIAYAAN
7.1.0.00.00 PENERIMAAN PEMBIAYAAN
7.1.1.00.00 Penggunaan SiLPA
7.1.2.00.00 Pencairan Dana Cadangan
7.1.3.00.00 Hasil Penjualan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan
7.1.4.00.00 Pinjaman Dalam Negeri
7.1.5.00.00 Penerimaan Kembali Piutang
7.1.6.00.00 Penerimaan Kembali Investasi Non Permanen Lainnya
7.1.7.00.00 Pinjaman Luar Negeri
7.1.8.00.00 Penerimaan Utang Jangka Panjang Lainnya
7.2.0.00.00 PENGELUARAN PEMBIAYAAN
7.2.1.00.00 Pembentukan Dana Cadangan
7.2.2.00.00 Penyertaan Modal/Investasi Pemerintah Daerah
7.2.3.00.00 Pembayaran Pokok Pinjaman Dalam Negeri
7.2.4.00.00 Pemberian Pinjaman Daerah
7.2.5.00.00 Pengeluaran Investasi Non Permanen Lainnya
7.2.6.00.00 Pembayaran Pokok Pinjaman Luar Negeri
7.2.7.00.00 Pembayaran Utang Jangka Panjang Lainnya
Akun Beban
Beban adalah penurunan manfaat ekonomi atau potensi jasa dalam periode pelaporan
yang menurunkan ekuitas, yang dapat berupa pengeluaran atau konsumsi aset atau
timbulnya kewajiban. Klasifikasi Akun Beban sebagaimana tercantum dalam tabel
sebagai berikut:
Kodefikasi Akun Beban
Kode Akun Nama Akun
9.0.0.00.00 BEBAN
9.1.0.00.00 BEBAN OPERASI – LO
9.1.1.00.00 Beban Pegawai – LO
9.1.2.00.00 Beban Barang dan Jasa
9.1.3.00.00 Beban Bunga
9.1.4.00.00 Beban Subsidi
9.1.5.00.00 Beban Hibah
9.1.6.00.00 Beban Bantuan Sosial
9.1.7.00.00 Beban Penyusutan dan Amortisasi
9.1.8.00.00 Beban Penyisihan Piutang
9.1.9.00.00 Beban Lain-lain.
B. SIKLUS AKUNTANSI
Sistem akuntansi pemerintah daerah dilaksanakan oleh PPK SKPD dalam satu
rangkaian proses yang disebut siklus akuntansi pemerintah daerah. Sebagaimana
dinyatakan dalam pasal 6 Permendagri 64 tahun 2013, Sistem Akuntansi Pemerintah
Daerah dibedakan menjadi 2 yaitu:
1. Sistem akuntansi PPKD
2. Sistem akuntansi SKPD
Siklus akuntansi merupakan tahapan/langkah-langkah yang harus dilalui dalam
penyusunan laporan keuangan.
Langkah-langkah tersebut meliputi 8 Langkah, yaitu:
Penjelasan
9.1.2.25.03
10/10/2014 Honorarium Tenaga Ahli/Instruktur F XXX
/Narasumber
9.1.2.01.01
F XXX
Beban Persediaan alat tulis kantor
1.1.1.03.01
F XXX
Kas di Bendahara Pengeluaran
1.3.2.04.01
04/04/2014 F XXX
Kendaraan Dinas Bermotor Perorangan
3.1.3.01.01 RK PPKD F XXX
5.1.2.24.01 Honorarium Tenaga Ahli/
10/10/2014 A XXX
Narasumber/ Instruktur
10/10/2014 5.1.2.01.01 Belanja alat tulis kantor A XXX
3.1.2.05.01
10/10/2014 A XXX
Estimasi Perubahan SAL
5.2.2.04.01 Belanja modal Pengadaan
04/04/2014 A XXX
Kendaraan Dinas Bermotor Perorangan
3.1.2.05.01
04/04/2014 A XXX
Estimasi Perubahan SAL
Jurnal Penutup LO
Tanggal Nama Akun Debit Kredit
31/12/2014 8.1.2.01.01 Pelayanan kesehatan di Puskesmas - LO Rp27.000.000
3.1.1.02.01 Surplus/Defisit - LO Rp1.726.875.000
9.1.1.01.01 Gaji Pokok PNS / Uang Representasi - LO Rp941.980.654
9.1.1.01.02 Tunjangan Keluarga - LO Rp194.601.755
9.1.1.01.03 Tunjangan Jabatan - LO Rp135.713.962
9.1.1.01.04 Tunjangan Fungsional - LO Rp117.971.012
9.1.1.01.06 Tunjangan Beras - LO Rp80.205.622
9.1.1.01.07 Tunjangan PPh/Tunjangan Khusus – LO Rp17.026.995
9.1.2.01.01 Beban Persediaan alat tulis kantor Rp144.500.000
9.1.2.03.03 Beban Jasa listrik Rp15.325.000
9.1.2.25.03 Honorarium Tenaga Ahli/Instruktur/
Rp64.750.000
Narasumber
9.1.7.01.04 Beban Penyusutan Alat Angkutan Darat
Rp37.000.000
Bermotor
9.1.7.02.01 Beban Penyusutan Bangunan
Rp4.800.000
Gedung Tempat Kerja
Saldo
Kode dan Nama Akun Ref
Debit Kredit
1.1.1.02.01 Kas di Bendahara Penerimaan Rp Rp-
1.1.1.03.01 Kas di Bendahara Pengeluaran Rp Rp1.500.000,00
1.1.3.02.01 Piutang Retribusi Pelayanan Kesehatan Rp 1.500.000,00 Rp-
1.1.7.01.01 Persediaan Alat Tulis Kantor Rp500.000,00 Rp-
1.3.2.04.01 Kendaraan Dinas Bermotor Perorangan Rp110.000.000,00 Rp-
1.3.7.01.04
Akumulasi Penyusutan Alat Angkutan Darat Bermotor Rp- Rp37.000.000,00
1.3.7.02.01
Akumulasi Penyusutan Bangunan Gedung Tempat Kerja Rp- Rp4.800.000,00
2.1.1.03.01 Utang PPh 21 Rp- Rp3.885.000,00
2.1.1.04.01 Utang PPN Pusat Rp- Rp7.950.000,00
2.1.5.02.01 Utang Belanja Jasa Rp- Rp15.325.000,00
3.1.1.02.01 Surplus/Defisit - LO Rp1.726.875.000,00 Rp-
3.1.2.05.01 Estimasi Perubahan SAL Rp- Rp1.781.750.000,00
3.1.2.06.01 Surplus/Defisit - LRA Rp1.781.750.000,00 Rp-
3.1.3.01.01 RK PPKD Rp- Rp1.768.415.000,00
Referensi:
1. PP 71 Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan
2. Buletin Teknis (Bultek) Standar Akuntansi Pemerintahan No. 1 s/d 10
3. PMK 238 Tahun 2011 tentang Pedoman Umum Sistem Akuntansi
Pemerintahan
4. Permendagri 13 tahun 2006 jo Permendagri 59 tahun 2007 jo Permendagri
21 Tahun 2011 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah
5. Permendagri 64 tahun 2013 tentang Penerapan Standar Akuntansi
Pemerintahan berbasis Akrual pada Pemerintah Daerah
6. SE Ditjen BAKD No.900/079/BAKD/2008
7. Interpretasi Pernyataan Standar Akuntansi Pemerintahan No 2 dan 3
8. Mulyana, Budi, Handbook Akuntansi Keuangan Daerah Berbasis Akrual,
Berdasar SAP Akrual (PP 71/2010), 2012
Kode Uraian
Laporan Operasional
g. Penyajian
Pendapatan LRA disajikan di Laporan Realisasi Anggaran (LRA)
sedangkan Pendapatan LO disajikan di Laporan Operasional (LO).
2. Akuntansi Piutang
a. Definisi
Piutang adalah hak tagih pemerintah kepada pihak lain yang belum
diterima pembayarannya. Hak tagih tersebut bisa berasal dari
kewenangan pemda misalnya untuk memungut pajak daerah, retribusi
daerah, atau hak tagih karena memberikan pinjaman kepada pihak lain.
b. Jenis Piutang
Jenis Piutang adalah:
1) Piutang Pendapatan
Adalah piutang atas pendapatan pemerintah yang berupa
- Piutang Pajak
- Piutang restribusi
- Piutang hasil kekayaan daerah yang dipisahkan
- Piutang lain-lain PAD yang sah
- Piutang transfer pemerintah pusat
- Piutang bantuan kekayaan
- Piutang hibah
- Piutang pendapatan lainnya
2) Piutang Lainnya
Yang termasuk piutang lain-lain adalah:
- Bagian lancar tagihan jangka panjang
3) Pengakuan
Telah diterbitkan surat ketetapan; dan/atau
Kode
Tanggal Nama Akun Debit Kredit
Akun
2/2/2012 1... Piutang ... Xxx
8... Pendapatan-LO Xxx
d. Penyajian
Disajikan sebagai aset lancar di Neraca sebesar nilai yang jatuh
tempo dalam tahun berjalan dan yang akan ditagih dalam 12 bulan
ke depan berdasarkan surat ketentuan penyelesaian yang telah
ditetapkan;
Disajikan sebagai aset lainnya terhadap nilai yang akan dilunasi di
atas 12 bulan berikutnya.
Aset Lancar diungkapkan pula dalam Catatan atas Laporan
Keuangan.
2. Belanja Modal
Kode
Tanggal Nama Akun Debit Kredit
Akun
2/2/2012 5... Belanja ... Xxx
3... Estimasi Perubahan SAL Xxx
e. Penyajian
Belanja akan dilaporkan dalam Laporan Realisasi Anggaran (LRA) setelah
akun Pendapatan.
2. Akuntansi Beban
a. Definisi
Beban adalah penurunan manfaat ekonomi atau potensi jasa dalam
periode pelaporan yang menurunkan ekuitas, dapat berupa pengeluaran
atau konsumsi aset atau timbulnya kewajiban (PP No 71 tahun 2010)
b. Klasifikasi Beban
1) Beban Operasi
Beban Pegawai
Beban Barang
Beban Bunga
Beban Subsidi
Beban Hibah
Beban Bantuan Sosial
Beban Penyusutan Aset Tetap/Amortisasi
Beban Penyisihan Piutang
Beban Lain-lain
2) Beban Transfer
Beban Bagi Hasil Pajak
Beban bagi Hasil Pendapatan lainnya
Beban Transfer Bantuan Keuangan ke Pemerintah Daerah
Lainnya
d. Pencatatan Beban
Jurnal atas Beban dibuat dalam kaitannya pemerintah Daerah sebagai
entitas Keuangan, pencatatanya digunakan Double entry yang akan
menghasilkan Laporan Operasional (LO) dan Neraca Pemda
3. Akuntansi Persediaan
a. Definisi
Aset dalam bentuk barang atau perlengkapan (supplies) yang diperoleh
dengan maksud untuk mendukung kegiatan operasional pemerintah
atau barang-barang yang dimaksudkan untuk dijual dan atau diserahkan
dalam rangka pelayanan kepada masyarakat dalam kurun waktu 12
bulan dari tanggal pelaporan.
Contoh persediaan:
Persediaan ATK
Persediaan Benda Akun
Persediaan obat-obatan
Persediaan bibit
Persediaan pupuk
Persediaan bahan pembersih
Persediaan bahan bangunan
Persediaan amunisi
b. Prinsip Pengakuan dan Pengukuran
Persediaan dinilai dengan perhitungan fisik pada akhir periode
Persediaan yang berasal dari pembelian, maka di nilai berdasarkan
Biaya perolehan
Persediaan yang diperoleh dengan memproduksi sendiri maka dinilai
berdasarkan biaya Standar
Persediaan yang diperoleh dengan cara lain seperti hibah atu
rampasan dinilai sebesar Nilai wajar
Saldo persediaan tersebut dihitung berdasarkan harga pembelian
terakhir
c. Pencatatan Persediaan
Contoh jurnal yang dibuat di buku jurnal finansial saat pembelian
persediaan menggunakan mekanisme UP:
Kode
Tanggal Nama Akun Debit Kredit
Akun
2/3/2012 1... Persediaan ... Xxx
1... Kas di Bend. Xxx
Pengeluaran
2. Akuntansi Investasi
a. Definisi
Investasi adalah Aset yang dimaksudkan untuk memperoleh manfaat
ekonomik seperti bunga, dividen dan royalti, atau manfaat sosial
sehingga dapat meningkatkan kemampuan pemerintah dalam rangka
pelayanan kepada masyarakat.
b. Klasifikasi
Investasi diklasifikasikan menjadi:
Investasi jangka Pendek
Diharapkan dapat segera dicairkan dan dimaksudkan untuk dimiliki
selama setahun atau kurang ditujukan dalam rangka manajemen kas
Berisiko rendah atau bebas dari perubahan atau pengurangan harga
yang signifikan
Contoh : investasi dalam saham dan investasi dalam obligasi
Investasi Jangka Panjang
Dimaksudkan untuk mendapatkan manfaat ekonomi dan manfaat
sosial yang dimiliki lebih dari dua belas bulan
Sifat penanaman:
permanen : Investasi jangka panjang yang dimaksudkan
untuk dimiliki secara berkelanjutan
contoh: Penyertaan modal Pemerintah daerah
non permanen : Investasi Jangka Panjang yang simaksudkan
untuk dimiliki tidak berkelanjutan
contoh: Pinjaman Jangka Panjang kepada Entitas Lain, Dana
Bergulir, Investasi dalam proyek pembangunan
3. Akuntansi Kewajiban
a. Definisi
Utang yang timbul dari peristiwa masa lalu yang penyelesaiannya
mengakibatkan aliran keluar sumber daya ekonomi pemerintah
b. Klasifikasi Kewajiban
Kewajiban diklasifikasikan manjadi
1) Kewajiban Jangka Pendek
Adalah Kewajiban yang jatuh tempo kurang dari 12 bulan setelah
tanggal pelaporan.
Jenis Kewajiban Jangka Pendek:
o Utang Perhitungan Fihak Ketiga (PFK)
o Utang Bunga
o Bagian Lancar utang jangka panjang
o Pendapatan diterima dimuka
o Utang Beban
o Utang jangka pendek lainnya
2) Kewajiban Jangka Panjang
Adalah Kewajiban yang jatuh tempo lebih dari 12 bulan setelah
tanggal pelaporan
Jenis Kewajiban Jangka Panjang:
o Utang Dalam negeri
o Utang Luar negei
o Utang jangka panjang lainnya
c. Prinsip Pengakuan dan Pengukuran
Kewajiban diakui jika besar kemungkinan sumber daya ekonomi
akan dilakukan untuk menyelesaikan kewajiban yang ada sampai
saat pelaporan dan perubahan atas kewajiban tersebut mempunyai
nilai penyelesaian yang dapat diukur dengan andal
Kewajiban diakui pada saat dana pinjaman diterima dan/atau pada
saat kewajiban timbul
Kewajiban dicatat sebesar nilai nominal.
Kewajiban dalam mata uang asing dijabarkan dan dinyatakan dalam
mata uang rupiah. Menggunakan kurs tengah Bank Indonesia pada
tanggal neraca
c. Penyajian
Dana Cadangan perupakan akun yang dilaporkan di Neraca bagian aset.
2. Jurnal Penyesuaian
Jurnal penyesuaian dibuat setiap akhir tahun periode pelaporan di buku
jurnal finansial.
Tujuannya yaitu untuk mencatat akun terhutang/accrual,
ditangguhkan/defferal, koreksi, dan ayat jurnal lain yang diperlukan
untuk memutakhirkan akun-akun neraca dan akun-akun pendapatan LO
dan Beban.
Jurnal Penyesuaian
◦ Akun terhutang/accrual adalah untuk mengakui kewajiban yang
belum dibayar atau hak pemda yang belum diterima sampai dengan
akhir tahun anggaran
◦ Akun Tangguhan/ defferal adalah kas yang sudah diterima atau
dibayarkan tetapi sampai akhir tahun anggaran belum menjadi hak/
kewajiban Pemda
3. Jurnal Penutup
Adalah jurnal yang dibuat untuk tujuan mengenolkan seluruh saldo
akun-akun laporan operasional dan laporan realisasi anggaran.
Jurnal penutup ada 2, yaitu jurnal penutup LRA dan Jurnal Penutup LO.
Langkah pertama, membuat jurnal penutup LRA yaitu menutup jurnal
anggaran yang pertama kali dibuat, kemudian menutup akun akun
pendapatan, belanja, transfer dan pembiayaan ke akun surplus/defisit.
Kemudian saldo akun surplus/defisit ditutup ke akun Estimasi
perubahan SAL.
Langkah kedua, menutup akun-akun pendapatan LO dan beban ke akun
surplus/defisit. Kemudian saldo akun surplus/defisit ditutup ke akun
Ekuitas.
Referensi:
Perlu diingat bahwa tidak semua SKPD memiliki kewenangan untuk memungut
PAD. Kewenangan untuk memungut PAD berupa pajak daerah berada pada
SKPKD sedangkan SKPD tertentu memiliki kewenangan untuk memungut
retribusi.
ASET KEWAJIBAN
Aset Lancar Kewajiban Jangka Pendek
1.1.1.03.01 Kas di Bendahara Pengeluaran 1.500.000 2.1.1.03.01 Utang PPh 21 1.350.000
1.1.7.01.01 Persediaan Alat Tulis Kantor 500.000 2.1.1.04.01 Utang PPN Pusat 150.000
Total Aset Lancar 2.000.000 Total Kewajiban 1.500.000
Aset Tetap EKUITAS
1.3.1.11.04 Tanah Untuk Bangunan Tempat Kerja 250.000.000 3.1.1.01.01 Ekuitas 639.500.000
1.3.2.04.01 Kendaraan Dinas Bermotor Perorangan 149.000.000
1.3.3.01.01 Bangunan Gedung Kantor 240.000.000
Total Aset Tetap 639.000.000
TOTAL KEWAJIBAN DAN
TOTAL ASET 641.000.000 641.000.000
EKUITAS
Ringkasan DPA (Dokumen Pelaksanaan Anggaran) Dinas Kesehatan untuk T.A. 2014
sebagai berikut :
PENDAPATAN
PENDAPATAN ASLI DAERAH
Pendapatan Retribusi Daerah
4.1.2.01.01 Pelayanan kesehatan di Puskesmas – LRA 24.000.000
TOTAL PENDAPATAN 24.000.000
BELANJA
BELANJA OPERASI
Belanja Pegawai
5.1.1.01.01 Gaji Pokok PNS/ Uang Representasi 941.980.654
5.1.1.01.02 Tunjangan Keluarga 194.601.755
5.1.1.01.03 Tunjangan Jabatan 135.713.962
5.1.1.01.04 Tunjangan Fungsional 117.971.012
5.1.1.01.05 Tunjangan Fungsional Umum 12.500.000
5.1.1.01.06 Tunjangan Beras 80.205.622
5.1.1.01.07 Tunjangan PPh/Tunjangan Khusus 17.026.995
Total Belanja Pegawai 1.500.000.000
Belanja Barang dan Jasa
5.1.2.01.01 Belanja alat tulis kantor 150.000.000
Untuk menyederhanakan ilustrasi, transaksi yang terjadi selama Tahun Anggaran 2014 di
Dinas Perhubungan diringkaskan sebagai berikut :
01/01/20 001/DINKES/2014 Bendahara pengeluaran menyetorkan potongan PPh 21 dan PPN Pusat
14 masing-masing sebesar Rp1.350.000,- dan Rp150.000,- ke rekening Kas
Negara, berdasarkan bukti transaksi berupa SSP (Surat Setoran Pajak Pusat)
02/02/20 002/DINKES/2014 Bendahara pengeluaran menerima uang persediaan (UP) dari BUD sebesar
14 Rp50.000.000 berdasarkan bukti transaksi berupa SP2D UP
03/03/20 003/DINKES/2014 Total realisasi belanja gaji dan tunjangan selama setahun sebesar
14 Rp1.500.000.000,- berdasarkan bukti transaksi berupa SP2D-LS Gaji dan
Tunjangan.
Gaji Pokok PNS / Uang Representasi Rp941.980.654,-
Tunjangan Keluarga Rp194.601.755,-
Tunjangan Jabatan Rp135.713.962,-
Tunjangan Fungsional Rp117.971.012,-
Tunjangan Fungsional Umum Rp12.500.000,-
Tunjangan Beras Rp80.205.622,-
Tunjangan PPh/Tunjangan Khusus Rp17.026.995,-
04/04/20 004/DINKES/2014 Total realisasi belanja modal yang seluruhnya untuk pengadaan Peralatan
14 dan Mesin berupa Kendaraan Dinas Bermotor Perorangan sebesar
Rp110.000.000,- berdasarkan bukti transaksi berupa SP2D-LS Belanja Modal.
05/05/20 005/DINKES/2014 Total realisasi belanja barang dan jasa untuk konsumsi yaitu pembelian alat
14 tulis kantor yang dibayar secara LS sebesar Rp55.000.000,- berdasarkan
SP2D-LS Belanja Barang dan Jasa
06/06/20 006/DINKES/2014 Menerima pendapatan pendapatan retribusi pelayanan kesehatan di
14 Puskesmas yang diterima bendahara penerimaan sebesar Rp25.500.000,-.
Pendapatan tsb telah disetor seluruhnya ke rekening Kas Daerah,
berdasarkan bukti transaksi berupa STS (Surat Tanda Setoran).
07/07/20 007/DINKES/2014 Total SP2D GU yang diterima selama tahun berjalan meliputi pengesahan
14 belanja yang dibayar dengan UP dan sekaligus pengisian kembali UP yang
terpakai dengan rincian sbb:
Honorarium Tenaga Ahli Rp53.750.000,-
Pembelian Alat Tulis Kantor Rp62.500.000,-
08/08/20 008/DINKES/2014 Belanja UP yang terakhir telah disahkan dengan diterimanya SP2D GU Nihil
14 (bukti transaksi pengesahan belanja UP tanpa pengisian UP yang terpakai)
untuk belanja sbb:
Honorarium Tenaga Ahli Rp 11.000.000
Pembelian Alat Tulis Kantor Rp 27.500.000
09/09/20 009/DINKES/2014 Sisa UP telah disetor seluruhnya pada akhir tahun ke rekening Kas Daerah
14 sebesar Rp 11.500.000,- berdasarkan bukti transaksi berupa STS.
10/10/20 010/DINKES/2014 PPh 21 dan PPN Pusat yang dipotong/dipungut oleh bendahara pengeluaran
14 selama tahun berjalan telah disetor seluruhnya ke rekening Kas Negara
1.1.1.03.01
01/01/2014 F 1.500.000
Kas di Bendahara Pengeluaran
1.1.7.01.01 Persediaan Alat Tulis Kantor F 500.000
1.3.1.11.04 Tanah Untuk Bangunan
F 250.000.000
Tempat Kerja/Jasa
1.3.2.04.01 Kendaraan Dinas
F 149.000.000
Bermotor Perorangan
1.3.3.01.01 Bangunan Gedung Kantor F 240.000.000
2.1.1.03.01 Utang PPh 21 F 1.350.000
2.1.1.04.01 Utang PPN Pusat F 150.000
3.1.1.01.01 Ekuitas F 639.500.000
LANGKAH 2:
Analisis Transaksi dan Pencatatan Transaksi di Buku Jurnal
BUKU JURNAL
Gaji Pokok PNS / Uang Representasi – LO
9.1.1.01.02 Tunjangan Keluarga – LO F 194.601.755
9.1.1.01.03 Tunjangan Jabatan - LO F 135.713.962
9.1.1.01.04 Tunjangan Fungsional - LO F 117.971.012
9.1.1.01.05 Tunjangan Fungsional Umum - LO F 12.500.000
9.1.1.01.06 Tunjangan Beras - LO F 80.205.622
9.1.1.01.07 Tunjangan PPh/Tunjangan Khusus - LO F 17.026.995
3.1.3.01.01 RK PPKD F 1.500.000.000
03/03/2014 5.1.1.01.01 Gaji Pokok PNS/ Uang Representasi A 941.980.654
03/03/2014 5.1.1.01.02 Tunjangan Keluarga A 194.601.755
03/03/2014 5.1.1.01.03 Tunjangan Jabatan A 135.713.962
03/03/2014 5.1.1.01.04 Tunjangan Fungsional A 117.971.012
03/03/2014 5.1.1.01.05 Tunjangan Fungsional Umum A 12.500.000
03/03/2014 5.1.1.01.06 Tunjangan Beras A 80.205.622
03/03/2014 5.1.1.01.07 Tunjangan PPh/Tunjangan Khusus A 17.026.995
03/03/2014 3.1.2.05.01 Estimasi Perubahan SAL A 1.500.000.000
1.3.2.04.01
04/04/2014 F 110.000.000
Kendaraan Dinas Bermotor Perorangan
04/04/2014 3.1.3.01.01 RK PPKD F 110.000.000
5.2.2.04.01 Belanja modal Pengadaan Kendaraan 110.000.0
04/04/2014 A
Dinas Bermotor Perorangan 00
110.000.0
04/04/2014 3.1.2.05.01 Estimasi Perubahan SAL A
00
05/05/2014 9.1.2.01.01 Beban Persediaan alat tulis kantor F 55.000.000
05/05/2014 3.1.3.01.01 RK PPKD F 55.000.000
05/05/2014 5.1.2.01.01 Belanja alat tulis kantor A 55.000.000
05/05/2014 3.1.2.05.01 Estimasi Perubahan SAL A 55.000.000
06/06/2014 1.1.1.02.01 Kas di Bendahara Penerimaan F 25.500.000
8.1.2.01.01
06/06/2014 F 25.500.000
Pelayanan kesehatan di Puskesmas - LO
06/06/2014 3.1.3.01.01 RK PPKD F 25.500.000
06/06/2014 1.1.1.02.01 Kas di Bendahara Penerimaan F 25.500.000
07/07/2014 3.1.2.05.01 Estimasi Perubahan SAL A 25.500.000
4.1.2.01.01
07/07/2014 A 25.500.000
Pelayanan kesehatan di Puskesmas - LRA
9.1.2.25.03
08/08/2014 F 53.750.000
Honorarium Tenaga Ahli/Instruktur/Narasumber
08/08/2014 9.1.2.01.01 Beban Persediaan alat tulis kantor F 62.500.000
08/08/2014 1.1.1.03.01 Kas di Bendahara Pengeluaran F 116.250.000
09/09/2014 1.1.1.03.01 Kas di Bendahara Pengeluaran F 116.250.000
09/09/2014 3.1.3.01.01 RK PPKD F 116.250.000
5.1.2.24.01
08/08/2014 A 53.750.000
Honorarium Tenaga Ahli/Narasumber/Instruktur
08/08/2014 5.1.2.01.01 Belanja alat tulis kantor A 62.500.000
08/08/2014 3.1.2.05.01 Estimasi Perubahan SAL A 116.250.000
9.1.2.25.03
10/10/2014 F 11.000.000
Honorarium Tenaga Ahli/Instruktur/Narasumber
10/10/2014 9.1.2.01.01 Beban Persediaan alat tulis kantor F 27.500.000
10/10/2014 1.1.1.03.01 Kas di Bendahara Pengeluaran F 38.500.000
5.1.2.24.01
10/10/2014 A 11.000.000
Honorarium Tenaga Ahli/Narasumber/Instruktur
10/10/2014 5.1.2.01.01 Belanja alat tulis kantor A 27.500.000
10/10/2014 3.1.2.05.01 Estimasi Perubahan SAL A 38.500.000
11/11/2014 3.1.3.01.01 RK PPKD F 11.500.000
11/11/2014 1.1.1.03.01 Kas di Bendahara Pengeluaran F 11.500.000
12/12/2014 1.1.1.03.01 Kas di Bendahara Pengeluaran F 13.335.000
12/12/2014 2.1.1.03.01 Utang PPh 21 F 5.235.000
12/12/2014 2.1.1.04.01 Utang PPN Pusat F 8.100.000
12/12/2014 2.1.1.03.01 Utang PPh 21 F 5.235.000
12/12/2014 2.1.1.04.01 Utang PPN Pusat 8.100.000
12/12/2014 1.1.1.03.01 Kas di Bendahara Pengeluaran F 13.335.000
BUKU JURNAL
BUKU BESAR
01/01/201
Saldo Awal 0
4
31/12/201
Jurnal penyesuaian 0 4.800.000 4.800.000
4
Saldo
01/01/2014 0
Awal
Membeli
peralatan
04/04/2014 110.000.000 0 110.000.000
dan mesin
secara LS
LANGKAH 5:
Penyusunan Neraca Saldo Setelah Penyesuaian
Saldo
Kode dan Nama Akun Debit Kredit
1.1.7 1.1.7.01.01 Persediaan Alat Tulis Kantor Rp 1.000.000 Rp -
1.3.1 1.3.1.11.04 Tanah Untuk Bangunan Tempat Kerja/Jasa Rp 250.000.000 Rp -
1.3.2 1.3.2.04.01 Kendaraan Dinas Bermotor Perorangan Rp 259.000.000 Rp -
1.3.3 1.3.3.01.01 Bangunan Gedung Kantor Rp 240.000.000 Rp -
1.3.7 1.3.7.01.04 Akumulasi Penyusutan Alat Angkutan Darat Bermotor Rp - Rp33.070.000
1.3.7 1.3.7.02.01 Akumulasi Penyusutan Bangunan Gedung Tempat Kerja Rp - Rp4.800.000
2.1.5 2.1.5.02.01 Utang Belanja Jasa Rp - Rp15.325.000
3.1.1 3.1.1.01.01 Ekuitas Rp - Rp639.500.000
3.1.2 3.1.2.01.01 Estimasi Pendapatan Rp 24.000.000 Rp -
3.1.2 3.1.2.03.01 Apropriasi Belanja Rp - Rp 1.835.000.000
3.1.2 3.1.2.05.01 Estimasi Perubahan SAL Rp 16.750.000 Rp -
Ket: Jumlah kolom debit dan kredit pada Neraca Saldo di atas harus seimbang
(balance), apabila tidak, berarti ada kesalahan yang mungkin terjadi pada saat
mencatat jumlah pada jurnal, buku besar, atau pada saat memindahkan saldo
rekening buku besar ke neraca saldo, atau mungkin salah menempatkan posisi
saldo, misalnya yang seharusnya di debit tetapi ditempatkan di kredit, atau
sebaliknya.
Nomor
Uraian 2014
Urut
1 2 3
8.0.0 1 PENDAPATAN - LO
8.1.0 2 PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) - LO
8.1.1 3 Pendapatan Pajak Daerah - LO Rp-
8.1.2 4 Pendapatan Retribusi Daerah - LO Rp25.500.000
Pendapatan Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang
8.1.3 5 Rp-
Dipisahkan - LO
8.1.4 6 Lain-lain PAD Yang Sah - LO Rp-
7 Jumlah Pendapatan Asli Daerah (3 s.d. 6) Rp25.500.000
8.2.0 8 PENDAPATAN TRANSFER - LO
8.2.1 9 Pendapatan Transfer Pemerintah Pusat -LO Rp-
8.2.2 10 Pendapatan Transfer Pemerintah Pusat - Lainnya - LO Rp-
8.2.3 11 Pendapatan Transfer Pemerintah Daerah Lainnya - LO Rp-
12 Jumlah Pendapatan Transfer (9 s.d. 11) Rp-
8.3.0 13 LAIN-LAIN PENDAPATAN DAERAH YANG SAH - LO
8.3.1 14 Pendapatan Hibah - LO Rp-
8.3.3 15 Pendapatan Lainnya - LO Rp-
Jumlah Lain-lain Pendapatan Daerah yang Sah (14
16 Rp-
s.d. 15)
17 JUMLAH PENDAPATAN (7+12+16) Rp25.500.000
9.0.0 18 BEBAN
9.1.0 19 BEBAN OPERASI - LO
Rp
9.1.1 20 Beban Pegawai - LO
1.487.500.000
Rp
9.1.2 21 Beban Barang dan Jasa
224.575.000
Rp
9.1.3 22 Beban Bunga
-
9.1.4 23 Beban Subsidi Rp
Nomor
Uraian 2014
Urut
1 2 3
3.1.1 1 Ekuitas Awal Rp 639.500.000
2 Surplus/Defisit – LO Rp (1.736.945.000)
3 Dampak Kumulatif Perubahan Kebijakan/Kesalahan Mendasar:
0 4 Koreksi Nilai Persediaan Rp -
0 5 Selisih Revaluasi Aset Tetap Rp -
0 6 Lain-lain Rp -
Jumlah
No Uraian
Tahun 2014 Tahun 2013
1 2 3 4
1.0.0 1 ASET
1.1.0 2 ASET LANCAR
Rp Rp
1.1.1 3 Kas dan Setara Kas
- 1.500.000
Rp Rp
1.1.2 4 Investasi Jangka Pendek
- -
Rp Rp
1.1.3 5 Piutang Pendapatan
- -
Rp Rp
1.1.4 6 Piutang Lainnya
- -
Rp Rp
1.1.5 7 Penyisihan Piutang
- -
Rp Rp
1.1.6 8 Beban Dibayar Dimuka
- -
Rp Rp
1.1.7 9 Persediaan
1.000.000,00 500.000,00
Rp Rp
1.1.8 10 Aset Untuk Dikonsolidasikan
- -
Rp Rp
11 Jumlah Aset Lancar (3 s.d. 10)
1.000.000,00 2.000.000,00
1.2.0 12 INVESTASI JANGKA PANJANG
Rp Rp
1.2.1 13 Investasi Jangka Panjang Non Permanen
- -
Rp Rp
1.2.2 14 Investasi Jangka Panjang Permanen
- -
Jumlah Investasi Jangka Panjang (13 s.d. Rp Rp
15
14) - -
1.3.0 16 ASET TETAP
Rp Rp
1.3.1 17 Tanah
250.000.000,00 250.000.000,00
Rp Rp
1.3.2 18 Peralatan dan Mesin
259.000.000,00 149.000.000,00
Rp Rp
1.3.3 19 Gedung dan Bangunan
240.000.000,00 240.000.000,00
Rp Rp
1.3.4 20 Jalan, Irigasi, dan Jaringan
- -
Rp Rp
1.3.5 21 Aset Tetap Lainnya
- -
1.3.6 22 Konstruksi Dalam Pengerjaan Rp Rp
Anggaran Setelah
No Uraian Realisasi 2014 %
Perubahan 2014
1 2 3 4 5
4.0.0 1 PENDAPATAN - LRA
4.1.0 2 PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) - LRA
Rp Rp
4.1.1 3 Pendapatan Pajak Daerah - LRA
- -
Rp Rp
4.1.2 4 Pendapatan Retribusi Daerah - LRA 106%
24.000.000 25.500.000
Pendapatan Hasil Pengelolaan Kekayaan D Rp Rp
4.1.3 5
aerah yang Dipisahkan - LRA - -
Rp Rp
4.1.4 6 Lain-lain PAD Yang Sah - LRA
- -
Rp Rp
7 Jumlah Pendapatan Asli Daerah (3 s.d. 6)
24.000.000 25.500.000
4.2.0 8 PENDAPATAN TRANSFER - LRA
Pendapatan Transfer Pemerintah Pusat- Rp Rp
4.2.1 9
Dana Perimbangan - LRA - -
Pendapatan Transfer Pemerintah Pusat - La Rp Rp
4.2.2 10
innya - LRA - -
Pendapatan Transfer Pemerintah Daerah L Rp Rp
4.2.3 11
ainnya - LRA - -
Rp Rp
12 Jumlah Pendapatan Transfer (9 s.d. 11)
- -
LAIN-LAIN PENDAPATAN DAERAH YANG SAH
4.3.0 13
- LRA
Rp Rp
4.3.1 14 Pendapatan Hibah - LRA
- -
Rp Rp
4.3.2 15 Dana Darurat - LRA
- -
Rp Rp
4.3.3 16 Pendapatan Lainnya - LRA
- -
Jumlah Lain-lain Pendapatan Daerah Rp Rp
17
yang Sah (14 s.d. 16) - -
Rp Rp
18 JUMLAH PENDAPATAN (7+12+17)
24.000.000 25.500.000
31/12/2014 4.1.2.01.01
Rp25.500.000
Pelayanan kesehatan di Puskesmas – LRA
3.1.2.06.01 Surplus/Defisit - LRA 1.794.250.000
5.1.1.01.01 Gaji Pokok PNS/ Uang Representasi Rp941.980.654
5.1.1.01.02 Tunjangan Keluarga Rp194.601.755
5.1.1.01.03 Tunjangan Jabatan Rp135.713.962
5.1.1.01.04 Tunjangan Fungsional Rp117.971.012
5.1.1.01.05 Tunjangan Fungsional Umum Rp12.500.000
5.1.1.01.06 Tunjangan Beras Rp80.205.622
5.1.1.01.07 Tunjangan PPh/Tunjangan Khusus Rp17.026.995
5.1.2.01.01 Belanja alat tulis kantor Rp145.000.000
5.1.2.24.01
Rp64.750.000
Honorarium Tenaga Ahli/Narasumber/Instruktur
5.2.2.04.01
Belanja modal Pengadaan Kendaraan Dinas Rp110.000.000
Perorangan
Jurnal Penutup LO
Tanggal Nama Akun Debit Kredit
31/12/2014 8.1.2.01.01 Pelayanan kesehatan di Puskesmas - LO Rp27.000.000
3.1.1.02.01 Surplus/Defisit - LO 1.736.945.000
9.1.1.01.01 Rp941.980.65
Gaji Pokok PNS / Uang Representasi - LO 4
Rp194.601.75
9.1.1.01.02 Tunjangan Keluarga - LO 5
Rp135.713.96
9.1.1.01.03 Tunjangan Jabatan - LO 2
Rp117.971.01
9.1.1.01.04 Tunjangan Fungsional - LO 2
9.1.1.01.05 Tunjangan Fungsional Umum - LO Rp12.500.000
9.1.1.01.06 Tunjangan Beras - LO Rp80.205.622
9.1.1.01.07
Rp17.026.995
Tunjangan PPh/Tunjangan Khusus – LO
9.1.2.01.01 Beban Persediaan alat tulis kantor Rp144.500.00
LANGKAH 8:
Penyusunan Neraca Saldo setelah Penutupan
Referensi:
Akun Ekuitas di dalam SAP Akrual tidak dibagi lagi menjadi Ekuitas Dana
Lancar, Ekuitas Dana Diinvestasikan, dsb., karena akun Ekuitas di sini sudah
merupakan Ekuitas yg bersifat full accrual.
PPKD selaku BUD tidak memilik utang jangka pendek, seperti utang PFK,
karena potongan pajak pusat maupun iuran taspen, askes, dsb, telah disetor
seluruhnya ke para fihak yang terkait.
PPKD tidak memilik utang jangka panjang.
Semua sisa UP di Bendahara Pengeluaran SKPD telah disetor sd. akhir
tahun lalu (31 Des 2013).
Semua pendapatan yang diterima bendahara penerimaan SKPD telah
disetorkan ke rek Kasda sd. akhir tahun lalu (31 Des 2013).
Informasi Tambahan:
Anggaran
No. Urut Uraian
stlh Perubahan
(1) (2) (3)
1 PENDAPATAN
1.2 Pendapatan Dana Perimbangan
1.2.1 Pendapatan Dana Bagi Hasil 54.350.000.000
1.2.2 Pendapatan Dana Alokasi Umum 255.000.000.000
1.2.3 Pendapatan Dana Alokasi Khusus 45.500.000.000
Jumlah Dana Perimbangan 354.850.000.000
1.3 Lain-Lain Pendapatan Daerah yang Sah
1.3.1 Pendapatan Hibah -
Jumlah Lain-Lain Pendapatan Daerah yang -
Sah
Jumlah Pendapatan 354.850.000.000
2 BELANJA
2.2 Belanja Tidak Langsung
2.2.1 Belanja Bunga -
2.2.2 Belanja Subsidi -
2.2.3 Belanja Hibah -
2.2.4 Belanja Bantuan Sosial 3.500.000.000
2.2.5 Belanja Bagi Hasil -
2.2.6 Belanja Bantuan Keuangan 2.000.000.000
2.2.7 Belanja Tak Terduga 2.500.000.000
Jumlah Belanja 8.000.000.000
Surplus /Defisit: [1]-[2] 346.850.000.000
3. Pembiayaan
3.1. Penerimaan Pembiayaan
3.1.1 SiLPA Tahun Anggaran sebelumnya 35.750.654.000
3.1.2 Pencairan Dana Cadangan -
3.1.3 Hasil Penjualan Kekayaan Daerah yang -
Dipisahkan
3.1.4 Penerimaan Pinjaman Daerah 25.000.000.000
3.1.5 Penerimaan Piutang Daerah -
Jumlah Penerimaan Pembiayaan 60.750.654.000
3.2 Pengeluaran Pembiayaan
3.2.1 Pembentukan Dana Cadangan 5.000.000.000
3.2.2 Penyertaan Modal Daerah 2.500.000.000
3.2.3 Pembayaran Pokok Utang
3.2.4 Pemberian Pinjaman Daerah
Jumlah Pengeluaran Pembiayaan 7.500.000.000
*)
Perlu diingat bahwa SiLPA pada DPA PPKD belum mencerminkan SiLPA Pemda yang
sebenarnya, karena SiLPA di DPA PPKD bukan SiLPA dari APBD secara keseluruhan.
Tanggal Transaksi
1/1/2014 Jumlah total realisasi pendapatan dana perimbangan T.A. 2014
berdasarkan Nota Kredit Rekening Koran Bank adalah Rp dengan
rincian sbb.:
Pendapatan DBH 55.850.000.000
Pendapatan DAU 250.000.000.000
Pendapatan DAK 45.500.000.000
Jumlah 351.350.000.000
2/2/2014 Jumlah total pendapatan SKPD yang telah disetorkan ke rekening Kasda
berdasarkan STS dan Nota Kredit Rekening Koran Bank adalah Rp
35.467.546.000
Jumlah total SP2D LS yang diterbitkan kepada seluruh SKPD adalah Rp.
390.756.540.000
3/3/2014 Jumlah potongan dan penyetoran PFK yang dilakukan oleh BUD atas
SP2D LS yang diterbitkan kepada seluruh SKPD adalah sbb:
Jumlah dipungut Jumlah disetor
Potongan PPh dan PPN 32.650.386.000 32.540.654.000
Potongan Taspen 18.120.000.000 18.120.000.000
Potongan Askes 1.560.430.000 1.560.430.000
Jumlah 52.330.816.000 52.221.084.000
4/4/2014 Jumlah total SP2D UP/GU dan TU yang diterbitkan kepada seluruh
SKPD adalah Rp 3.576.000.000
5/5/2014 Jumlah total sisa UP dan TU yang disetorkan kembali oleh seluruh SKPD
ke rekening Kasda adalah Rp 124.760.000
6/6/2014 Jumlah total SP2D LS realisasi belanja tidak langsung PPKD terdiri dari:
Belanja Bantuan Sosial 3.500.000.000
Belanja Bantuan Keuangan 2.000.000.000
Jumlah 5.500.000.000
7/7/2014 Jumlah penerimaan pinjaman jangka panjang dari Pemerintah Pusat
berdasarkan bukti transfer dan/atau Nota Kredit Rekening Koran Bank
sebesar Rp 25.000.000.000
8/8/2014 Jumlah SP2D LS untuk pembentukan dana cadangan sebesar Rp
5.000.000.000
9/9/2014 Jumlah SP2D LS untuk penambahan penyertaan modal di perusahaan
daerah sebesar Rp2.500.000.000
31/12/2014 DAU yang belum diterima sd akhir tahun 2012 sebesar Rp
Diminta:
Susunlah Laporan Keuangan PPKD Kabupaten Adil Makmur Tahun 2014
meliputi:
a. Laporan Operasional
b. Laporan Perubahan Ekuitas
c. Neraca
d. Laporan Realisasi Anggaran
Rp
01/01/2014 Estimasi Pendapatan
3.1.2.01.01 354.850.000.000
Rp
Estimasi Penerimaan Pembiayaan
3.1.2.02.01 60.750.654.000
3.1.2.03.01 Apropriasi Belanja Rp 8.000.000.000
3.1.2.04.01 Apropriasi Pengeluaran Pembiayaan Rp 7.500.000.000
3.1.2.05.01 Estimasi Perubahan SAL Rp 400.100.654.000
LANGKAH 2:
Analisis Transaksi dan Pencatatan Transaksi di Buku Jurnal
PEMERINTAH KABUPATEN ADIL MAKMUR
BUKU JURNAL
PPKD
01/01/2014 F Rp351.350.000.000,0
1.1.1.01.01 Kas di Kas Daerah 0
Bagi Hasil dari Pertambangan Min Rp
01/01/2014 F
8.2.1.02.08 yak Bumi - LO 55.850.000.000,00
Rp
01/01/2014 F
8.2.1.03.01 Dana Alokasi Umum - LO 250.000.000.000,00
Rp
01/01/2014 F
8.2.1.04.18 DAK Bidang Pendidikan - LO 45.500.000.000,00
Rp
01/01/2014 3.1.2.05.01 A
Estimasi Perubahan SAL 351.350.000.000,00
Bagi Hasil dari Pertambangan Min Rp
01/01/2014 4.2.1.02.08 A
yak Bumi - LRA 55.850.000.000,00
Rp
01/01/2014 4.2.1.03.01 A
Dana Alokasi Umum - LRA 250.000.000.000,00
Rp
01/01/2014 4.2.1.04.18 A
DAK Bidang Pendidikan - LRA 45.500.000.000,00
Rp
02/02/2014 F
1.1.1.01.01 Kas di Kas Daerah 35.467.546.000,00
Rp
02/02/2014 F
1.1.8.01.01 RK SKPD…………. 35.467.546.000,00
1.1.8.01.01 RK SKPD…………. Rp
03/03/2014 F
390.756.540.000,00
1.1.1.01.01 Kas di Kas Daerah Rp
03/03/2014 F
390.756.540.000,00
1.1.1.01.01 Kas di Kas Daerah Rp
04/04/2014 F
52.330.816.000,00
2.1.1.03.01 Utang PPh 21 Rp
04/04/2014 F
19.590.231.600,00
2.1.1.04.01 Utang PPN Pusat Rp
04/04/2014 F
13.060.154.400,00
2.1.1.01.01 Utang Taspen Rp
04/04/2014 F
18.120.000.000,00
2.1.1.02.01 Utang Iuran Jaminan Kesehatan Rp
04/04/2014 F
1.560.430.000,00
2.1.1.03.01 Utang PPh 21 Rp
04/04/2014 F
19.590.231.600,00
2.1.1.04.01 Utang PPN Pusat Rp
04/04/2014 F
13.060.154.400,00
2.1.1.01.01 Utang Taspen Rp
04/04/2014 F
18.120.000.000,00
2.1.1.02.01 Utang Iuran Jaminan Kesehatan Rp
04/04/2014 F
1.560.430.000,00
1.1.1.01.01 Kas di Kas Daerah Rp
04/04/2014 F
52.330.816.000,00
1.1.8.01.01 RK SKPD…………. Rp
05/05/2014 F
3.576.000.000,00
1.1.1.01.01 Kas di Kas Daerah Rp
05/05/2014 F
3.576.000.000,00
1.1.1.01.01 Kas di Kas Daerah Rp
06/06/2014 F
124.760.000,00
1.1.8.01.01 RK SKPD…………. Rp
06/06/2014 F
124.760.000,00
Beban Bantuan Sosial kepada Org Rp
07/07/2014 9.1.6.01.01 F
anisasi Sosial Kemasyarakatan … 3.500.000.000,00
9.2.4.01.01 Beban Transfer Bantuan Keuanga Rp
07/07/2014 F
n ke Desa…. 2.000.000.000,00
1.1.1.01.01 Kas di Kas Daerah Rp
07/07/2014 F
5.500.000.000,00
07/07/2014 Belanja Bantuan Sosial kepada Or A
Rp
ganisasi Sosial Kemasyarakatan ...
3.500.000.000,00
5.1.6.01.01 .
6.2.2.01.01 Transfer Bantuan Keuangan ke D Rp
07/07/2014 A
esa ........... 2.000.000.000,00
Rp
07/07/2014 3.1.2.05.01 A
Estimasi Perubahan SAL 5.500.000.000,00
1.1.1.01.01 Kas di Kas Daerah Rp
08/08/2014 F
25.000.000.000,00
2.2.1.01.01 Utang Dalam Negeri Sektor Perba Rp
08/08/2014 F
nkan 25.000.000.000,00
Estimasi Perubahan SAL Rp
08/08/2014 3.1.2.05.01 A
25.000.000.000,00
7.1.4.01.01 Pinjaman Dalam Negeri dari Bank Rp
08/08/2014 A
............ 25.000.000.000,00
1.4.1.01.01 Dana Cadangan ...... Rp
09/09/2014 F
5.000.000.000,00
1.1.1.01.01 Kas di Kas Daerah Rp
09/09/2014 F
5.000.000.000,00
7.2.1.01.01 Pembentukan Dana Cadangan Rp
09/09/2014 A
5.000.000.000,00
Estimasi Perubahan SAL Rp
09/09/2014 3.1.2.05.01 A
5.000.000.000,00
1.2.2.01.02 Penyertaan Modal Kepada BUMD Rp
10/10/2014 F
2.500.000.000,00
1.1.1.01.01 Kas di Kas Daerah Rp
10/10/2014 F
2.500.000.000,00
7.2.2.02.01 Penyertaan Modal pada BUMD Rp
10/10/2014 A
2.500.000.000,00
Estimasi Perubahan SAL Rp
10/10/2014 3.1.2.05.01 A
2.500.000.000,00
LANGKAH 3:
Pencatatan Jurnal Penyesuaian di Buku Jurnal
PEMERINTAH KABUPATEN ADIL MAKMUR
BUKU JURNAL
PPKD
Nomor Kode
Tanggal Nama Akun Ref Debit Kredit
Bukti Akun
31/12/20 011/PPKD/2 1.1.3.05.0 Piutang Dana Alokasi Rp
F
14 013 3 Umum 5.000.000.000,00
31/12/20 011/PPKD/2 8.2.1.03.0 Dana Alokasi Umum - LO Rp
F
14 013 1 5.000.000.000,00
LANGKAH 4:
Posting ke Buku Besar
BUKU BESAR
SKPD : PPKD
KODE AKUN : 1.1.1.01.01
NAMA AKUN : Kas di Kas Daerah
Debit
35.750.654.
01/01/2014 Saldo Awal
000
351.350.000.0 387.100.654.
01/01/2014 Penerimaan Dana Perimbangan
00 - 000
35.467.546.0 422.568.200.
02/02/2014 Penerimaan setoran pendapatan
00 - 000
390.756.540. 31.811.660.
03/03/2014 Penerbitan SP2D LS
- 000 000
52.330.816.0 84.142.476.
04/04/2014 Potongan PFK
00 - 000
52.330.816. 31.811.660.
04/04/2014 Penyetoran PFK
- 000 000
Penerbitan SP2D UP/GU/TU 3.576.000. 28.235.660.
05/05/2014
kepada SKPD - 000 000
Penerimaan setoran sisa UP/TU 124.760.0 28.360.420.
06/06/2014
dari SKPD 00 - 000
Pemberian bantuan sosial dan 5.500.000. 22.860.420.
07/07/2014
bantuan keuangan - 000 000
Penerimaan pinjaman jangka 25.000.000.0 47.860.420.
08/08/2014
panjang dari Bank ... 00 - 000
5.000.000. 42.860.420.
09/09/2014 Pembentukan Dana Cadangan
- 000 000
2.500.000. 40.360.420.
10/10/2014 Penyertaan Modal pada BUMD
- 000 000
SKPD : PPKD
KODE AKUN : 1.1.3.05.03
NAMA AKUN : Piutang Dana Alokasi Umum
Debit
SKPD : PPKD
KODE AKUN : 1.1.8.01.01
NAMA AKUN : RK SKPD………….
Debit
SKPD : PPKD
KODE AKUN : 1.2.2.01.02
NAMA AKUN : Penyertaan Modal Kepada BUMD
Debit
10.000.
01/01/2014 Saldo Awal
000.000
2.500.00 12.500.0
10/10/2014 Penyertaan Modal pada BUMD
0.000 - 00.000
SKPD : PPKD
KODE AKUN : 1.4.1.01.01
NAMA AKUN : Dana Cadangan ......
Debit
SKPD : PPKD
KODE AKUN : 2.1.1.02.01
NAMA AKUN : Utang Iuran Jaminan Kesehatan
Kredit
SKPD : PPKD
KODE AKUN : 2.1.1.03.01
NAMA AKUN : Utang PPh 21
Kredit
SKPD : PPKD
KODE AKUN : 2.1.1.04.01
SKPD : PPKD
KODE AKUN : 2.1.2.04.01
NAMA AKUN : Utang Bunga kepada Bank
Kredit
SKPD : PPKD
KODE AKUN : 2.2.1.01.01
NAMA AKUN : Utang Dalam Negeri Sektor Perbankan
Kredit
SKPD : PPKD
KODE AKUN : 3.1.1.01.01
NAMA AKUN : Ekuitas
Kredit
SKPD : PPKD
KODE AKUN : 3.1.2.05.01
NAMA AKUN : Estimasi Perubahan SAL
Kredit
SKPD : PPKD
KODE AKUN : 4.2.1.02.08
NAMA AKUN : Bagi Hasil dari Pertambangan Minyak Bumi - LRA
Kredit
SKPD : PPKD
KODE AKUN : 4.2.1.03.01
NAMA AKUN : Dana Alokasi Umum - LRA
Kredit
SKPD : PPKD
KODE AKUN : 5.1.6.01.01
Belanja Bantuan Sosial kepada Organisasi Sosial Kemasyarakatan ...
NAMA AKUN :
.
Debit
SKPD : PPKD
KODE AKUN : 6.2.2.01.01
NAMA AKUN : Transfer Bantuan Keuangan ke Desa ...........
Debit
SKPD : PPKD
KODE AKUN : 7.1.4.01.01
NAMA AKUN : Pinjaman Dalam Negeri dari Bank ............
SKPD : PPKD
KODE AKUN : 7.2.1.01.01
NAMA AKUN : Pembentukan Dana Cadangan
Debit
SKPD : PPKD
KODE AKUN : 7.2.2.02.01
NAMA AKUN : Penyertaan Modal pada BUMD
Debit
SKPD : PPKD
Kredit
SKPD : PPKD
KODE AKUN : 8.2.1.03.01
NAMA AKUN : Dana Alokasi Umum - LO
Kredit
SKPD : PPKD
KODE AKUN : 8.2.1.04.18
NAMA AKUN : DAK Bidang Pendidikan - LO
Kredit
SKPD : PPKD
KODE AKUN : 9.2.4.01.01
NAMA AKUN : Beban Transfer Bantuan Keuangan ke Desa….
Debit
PPKD
LANGKAH 6:
Penyusunan Laporan Keuangan
No Uraian 2014
1 2 3
8.0.0 1 PENDAPATAN - LO
8.1.0 2 PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) - LO
8.1.1 3 Pendapatan Pajak Daerah - LO Rp -
8.1.2 4 Pendapatan Retribusi Daerah - LO Rp -
Pendapatan Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang Dipi
8.1.3 5 Rp -
sahkan - LO
8.1.4 6 Lain-lain PAD Yang Sah - LO Rp -
7 Jumlah Pendapatan Asli Daerah (3 s.d. 6) Rp -
8.2.0 8 PENDAPATAN TRANSFER - LO
8.2.1 9 Pendapatan Transfer Pemerintah Pusat -LO Rp 356.350.000.000
8.5.0 52 PENDAPATAN LUAR BIASA - LO
8.5.1 53 Pendapatan Luar Biasa - LO Rp -
54 Jumlah Pendapatan Luar Biasa (53) Rp -
9.4.0 55 BEBAN LUAR BIASA
9.4.1 56 Beban Luar Biasa Rp -
57 Jumlah Beban Luar Biasa (56) Rp -
No Uraian 2014
1 2 3
1 Ekuitas Awal Rp 45.750.654.000
2 Surplus/Defisit – LO Rp 350.600.000.000
3 Dampak Kumulatif Perubahan Kebijakan/Kesalahan Mendasar:
4 Koreksi Nilai Persediaan Rp -
5 Selisih Revaluasi Aset Tetap Rp -
6 Lain-lain Rp -
7.0.0 52 PEMBIAYAAN
7.1.0 53 PENERIMAAN PEMBIAYAAN
Rp Rp
7.1.1 54 Penggunaan SiLPA
35.750.654.000 35.750.654.000
100%
Rp Rp
7.1.2 55 Pencairan Dana Cadangan
- -
Hasil Penjualan Kekayaan Daerah yan Rp Rp
7.1.3 56 g Dipisahkan - -
Rp Rp
7.1.4 57 Pinjaman Dalam Negeri
25.000.000.000 25.000.000.000
100%
Rp Rp
7.1.5 58 Penerimaan Kembali Piutang
- -
Jumlah Penerimaan Pembiayaan Rp Rp
59 (54 s.d. 58) 60.750.654.000 60.750.654.000
LANGKAH 7:
Pencatatan Jurnal Penutup di Buku Jurnal
Bagi Hasil dari Pertambangan
4.2.1.02.08 Rp 55.850.000.000 Rp -
31/12/2014 Minyak Bumi - LRA
Belanja Bantuan Sosial kepada
5.1.6.01.01 Organisasi Sosial Kemasyarakat Rp 3.500.000.000
an ....
Transfer Bantuan Keuangan ke
6.2.2.01.01 Rp 2.000.000.000
Desa ...........
Pinjaman Dalam Negeri dari Ba
7.1.4.01.01 Rp 25.000.000.000 Rp -
nk ............
Rp
3.1.2.06.01 Surplus/Defisit - LRA 363.350.000.000
Jurnal Penutup LO
Beban Bantuan Sosial kepada O
9.1.6.01.01 rganisasi Sosial Kemasyarakata Rp 3.500.000.000
n …
Beban Transfer Bantuan Keuan
9.2.4.01.01 Rp 2.000.000.000
gan ke Desa….
Saldo Akhir
Kode dan Nama Akun Ref
Debit Kredit
1.1.1.01.01 Kas di Kas Daerah Rp 4.609.766.000,00 Rp -
1.1.3.05.03 Piutang Dana Alokasi Umum Rp 5.000.000.000,00 Rp -
1.1.8.01.01 RK SKPD…………. Rp 358.740.234.000,00 Rp -
1.2.2.01.02 Penyertaan Modal Kepada BUMD Rp 2.500.000.000,00 Rp -
1.4.1.01.01 Dana Cadangan ...... Rp 5.000.000.000,00 Rp -
2.1.1.01.01 Utang Taspen Rp - Rp -
2.1.1.02.01 Utang Iuran Jaminan Kesehatan Rp - Rp -
2.1.1.03.01 Utang PPh 21 Rp - Rp -
2.1.1.04.01 Utang PPN Pusat Rp - Rp -
2.1.2.04.01 Utang Bunga kepada Bank Rp - Rp 250.000.000,00
2.2.1.01.01
Utang Dalam Negeri Sektor Perbankan Rp - Rp 25.000.000.000,00
3.1.1.01.01 Ekuitas Rp - Rp 350.600.000.000,00
TOTAL Rp 375.850.000.000,00 Rp 375.850.000.000,00
Referensi:
1. PP 71 Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan
2. Buletin Teknis (Bultek) Standar Akuntansi Pemerintahan No. 1 s/d 10
3. PMK 238 Tahun 2011 tentang Pedoman Umum Sistem Akuntansi
Pemerintahan
4. Permendagri 64 tahun 2013 tentang Penerapan SAP Berbasis Akrual pada
Pemerintah Daerahn
5. Permendagri 13 tahun 2006 jo Permendagri 59 tahun 2007 jo Permendagri 21
Tahun 2011 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah
6. SE Ditjen BAKD No.900/079/BAKD/2008
7. Mulyana, Budi, Handbook Akuntansi Keuangan Daerah Berbasis Akrual,
Berdasar SAP Akrual (PP 71/2010), 2012
8. Halim, Abdul dan Muhammad Syam Kusufi, Akuntansi Keuangan Daerah – SAP
berbasis Akrual, Edisi 4, Penerbit Salemba Empat, Jakarta, 2012
dagri 64 tahun 2013 tentang Penerapan SAP Berbasis Akrual pada Pemerintah Daerah
Laporan Keuangan Konsolidasian adalah suatu laporan keuangan yang merupakan gabungan
keseluruhan laporan keuangan entitas pelaporan atau entitas akuntansi, sehingga tersaji sebagai
satu entitas tunggal. Laporan Keuangan Pemda disusun dengan melakukan proses konsolidasi dari
seluruh laporan keuangan entitas akuntansi yang terdapat pada Pemda.
Proses penyusunan laporan keuangan konsolidasian sesungguhnya merupakan
pekerjaan sederhana secara logika, karena pada dasarnya hanya menjumlahkan akun-
akun yang sifatnya sama di dalam laporan keuangan dari seluruh SKPD ditambah dengan
akun-akun yang ada dalam laporan keuangan PPKD. Khusus untuk penggabungan
neraca, ada akun yang harus dielimasi yaitu akun resiprokal yang hanya mencakup dua
akun, yaitu akun RK-PPKD lawan RK-SKPD. Problem dalam penyusunan laporan
keuangan konsolidasian lebih kepada volume pekerjaan yang relatif besar, sehingga
membutuhkan energi ekstra, kecermatan, ketelitian dan tentunya kesabaran dalam
melakukan verifikasi dan rekonsiliasi. Problem tersebut bisa diatasi secara signifikan
dengan menggunakan software aplikasi akuntansi, namun perlu diingat bahwa software
hanya sekedar tools atau alat bantu yang tidak sepenuhnya bisa menggantikan tugas-
tugas tenaga akuntansi.
Adapun tahapan penyusunan laporan keuangan konsolidasian berdasarkan Permendagri 64 tahun 2013
adalah sbb:
1. Menyiapkan kertas kerja (worksheet) dengan lajur sesuai dengan banyaknya SKPD dan PPKD sebagai
alat untuk menyusun Neraca Saldo Gabungan SKPD dan PPKD. Neraca Saldo SKPD dan Neraca Saldo
SKPD yang dimasukkan dalam kertas kerja konsolidasi adalah Neraca Saldo yang sudah
disesuaikan. Setelah memasukkan neraca saldo kedalam kertas kerja konsolidasi, fungsi akuntansi
PPKD membuat jurnal eliminasi untuk menghapus akun transitoris yaitu akun RK-PPKD lawan RK-
SKPD. Format kertas kerja untuk penyusunan neraca saldo Pemda adalah sebagai berikut:
NS.S.PENY-PPKD PENYESUAIAN
NS.S.PENY-SKPD A NS.S.PENY-SKPD B (ELIMINASI) NS.S.PENY-
KODE NAMA
REK PEMDA
REKENING
DEBET KREDIT DEBET KREDIT DEBET KREDIT DEBET KREDIT DEBIT KREDIT
1... Akun Asset XXX XXX XXX XXX XXX XXX XXX XXX XXX XXX
2... Akun Kewajiban XXX XXX XXX XXX XXX XXX XXX XXX XXX XXX
3... Akun Ekuitas XXX XXX XXX XXX XXX XXX XXX XXX XXX XXX
Akun Pendapatan-
4... LRA XXX XXX XXX XXX XXX XXX XXX XXX XXX XXX
5... Akun Belanja XXX XXX XXX XXX XXX XXX XXX XXX XXX XXX
6... Akun Transfer XXX XXX XXX XXX XXX XXX XXX XXX XXX XXX
7... Akun Pembiayaan XXX XXX XXX XXX XXX XXX XXX XXX XXX XXX
Akun Pendapatan-
8... LO XXX XXX XXX XXX XXX XXX XXX XXX XXX XXX
9... Akun Beban XXX XXX XXX XXX XXX XXX XXX XXX XXX XXX
Berdasarkan Neraca saldo setelah eliminasi, fungsi Akuntansi Pemda kemudian mengidentifikasi
akun-akun yang termasuk dalam komponen Laporan Realisasi Anggaran (LRA), Laporan
Operasional (LO) dan Neraca
Berikut adalah ilustrasi kertas kerja penyusunan LKK, dengan asumsi bahwa di dalam
setiap kertas kerja yang disajikan hanya terdiri dari dua entitas akuntansi yaitu,
entitas akuntansi PPKD dan entitas akuntansi gabungan seluruh SKPD.
Ilustrasi akan disajikan dengan sistematika sebagai berikut:
Kertas Kerja Penyusunan LRA Konsolidasian
Kertas Kerja Penyusunan LO Konsolidasian
Kertas Kerja Penyusunan LPE Konsolidasian
Kertas Kerja Penyusunan Neraca Konsolidasian
Saldo
Kode PPKD ∑SKPD Gabungan
Uraian
Rek (Realisasi) (Realisasi) (Pemda)
(Realisasi)
4. PENDAPATAN
4.1 Pendapatan Asli Daerah
Pendapatan pajak daerah 23.659.500 23.659.500
Pendapatan retribusi daerah 7.674.400 7.674.400
Pendapatan hasil pengelolaan Kekayaan 3.500.000 3.500.000
daerah yang Dipisahkan
Lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang 633.646 633.646
Sah
Jumlah PAD 35.467.546 35.467.546
4.2 Pendapatan Transfer
Dana Bagi Hasil 55.850.000 - 55.850.000
Dana Alokasi Umum 250.000.000 - 250.000.000
Dana Alokasi Khusus 45.500.000 - 45.500.000
Jumlah Pendapatan Transfer 351.350.000 - 351.350.000
4.3 Lain-lain Pendapatan Daerah yang Sah - - -
Saldo
Kode PPKD ∑SKPD Gabungan
Uraian
Rek (Realisasi) (Realisasi) (Pemda)
(Realisasi)
8. PENDAPATAN
8.1 Pendapatan Asli Daerah
Pendapatan pajak daerah1) 23.700.000 23.700.000
Pendapatan retribusi daerah2) 7.686.900 7.686.900
Pendapatan hasil pengelolaan Kekayaan 3.500.000 3.500.000
daerah yang Dipisahkan
Lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang 633.646 633.646
Keterangan LO:
1) Pendapatan pajak daerah tahun berjalan yang telah diterima sebesar
Rp23.659.500.000. Jumlah tersebut seluruhnya berasal dari pajak daerah
yang diakui tahun berjalan, dalam arti tidak ada yang berasal dari
pembayaran piutang pajak daerah tahun lalu. Untuk pengakuan
pendapatan-LO yg berbasis akrual, jumlah pajak daerah yang diterima
tersebut ditambah dengan piutang pendapatan pajak daerah tahun berjalan
yang belum diterima pembayarannya sebesar Rp 40.500.000, sehingga
jumlah pendapatan pajak daerah yang dilaporkan di LO seluruhnya
berjumlah Rp 23.700.000.000
2) Pendapatan retribusi daerah tahun berjalan yang ditelah diterima sebesar
Rp7.674.400.000. Jumlah tsb seluruhnya berasal dari retribusi daerah yang
diakui tahun berjalan, dalam arti tidak ada yang berasal dari pembayaran
piutang retriubsi tahun lalu. Untuk pengakuan pendapatan-LO yg berbasis
akrual, jumlah retribusi yang diterima tersebut ditambah dengan piutang
retribusi tahun berjalan yang belum diterima pembayarannya sebesar
Rp12.500.000, sehingga jumlah pendapatan retribusi yang dilaporkan di LO
seluruhnya berjumlah Rp7.686.900.000.
ASET
Aset Lancar
Kas di Kas Daerah 40.470.152 - 40.470.152
Kas di Bendahara Penerimaan - -
Kas di Bendahara Pengeluaran - -
Piutang Pajak Daerah 40.500 40.500
Piutang Retribusi 12.500 12.500
Piutang DAU 5.000.000 - 5.000.000
Persediaan 235.000 235.000
Total Aset Lancar 45.470.152 288.000 45.758.152
KEWAJIBAN
Kewajiban Jangka Pendek
Utang PFK3) 109.732 - 109.732
Utang Belanja 110.410 110.410
Utang Bunga 250.000 - 250.000
Total Kewajiban jangka Pendek 359.732 110.410 470.142
EKUITAS
Ekuitas Awal Tahun 45.750.654 750.550.000 796.300.654
Surplus (Defisit)-LO 350.600.000 (239.512.644) 111.087.356
RK-PPKD1) 358.740.234 358.740.234 -
TOTAL EKUITAS AKHIR TAHUN 396.350.654 869.777.590 907.388.010
Keterangan:
1)
∑RK-SKPD = ∑RK-PPKD = Total SP2D LS SKPD (+) Total SP2D UP/GU/TU SKPD (-) Pengembalian Sisa UP/GU/TU dari SKPD (-) Pendapatan SKPD
yang telah disetor ke Kasda.
2)
Penyusutan aset tetap di asumsikan baru diakui tahun ini, sehingga jumlah akumulasi penyusutan sama dengan jumlah beban
penyusutan yang diakui tahun ini.
3)
Utang PFK adalah uang potongan PPh/PPN yang belum disetor ke Kas Negara.
URAIAN 20X1
PPKD ∑SKPD LPE Konsolidasian
Ekuitas awal 45.750.654 750.550.000 796.300.654
Surplus/defisit LO 350.600.000 (239.512.644) 111.087.356
Dampak kumulatif Perubahan
Kebijakan/ Kesalahan mendasar
Koreksi Nilai Persediaan
Selisih Revaluasi Aset Tetap
Lain-lain
Ekuitas Akhir 396.350.654 511.037.356 907.388.010
1. Aktivitas Operasi
Aktivitas operasi adalah aktivitas penerimaan dan pengeluaran kas yang
ditujukanuntuk kegiatan operasional pemerintah selama satu periode
akuntansi.Arus kas bersih aktivitas operasi merupakan indikator yang
menunjukkankemampuan operasi pemerintah dalam menghasilkan kas yang
cukup untukmembiayai aktivitas operasionalnya di masa yang akan datang
tanpa mengandalkansumber pendanaan dari luar.
2. Aktivitas Investasi
Aktivitas investasi adalah aktivitas penerimaan dan pengeluaran kas
yang ditujukanuntuk perolehan dan pelepasan aset tetap serta investasi lainnya
yang tidaktermasuk dalam setara kas.Arus kas dari aktivitas investasi
mencerminkan penerimaan dan pengeluaran kasbruto dalam rangka perolehan
dan pelepasan sumber daya ekonomi yang bertujuanuntuk meningkatkan dan
mendukung pelayanan pemerintah kepada masyarakat dimasa yang akan
datang.
3. Aktivitas Pendanaan
Aktivitas Pendanaan adalah aktivitas penerimaan dan pengeluaran kas
yang yangberhubungan dengan pemberian piutang jangka panjang dan/atau
pelunasan utangjangka panjang yang mengakibatkan perubahan dalam jumlah
dan komposisi piutangjangka panjang dan utang jangka panjang.Arus kas dari
aktivitas pendanaan mencerminkan penerimaan dan pengeluaran kasyang
berhubungan dengan perolehan atau pemberian pinjaman jangka panjang.
4. Aktivitas Transitoris
Aktivitas transitoris adalah aktivitas penerimaan dan pengeluaran kas
yang tidaktermasuk dalam aktivitas operasi, investasi dan pendanaan. Arus kas
dari aktivitas transitoris mencerminkan penerimaan dan pengeluaran kas bruto
yang tidak mempengaruhi pendapatan, beban, dan pendanaan pemerintah.
Arus kas dari aktivitas transitoris antara lain transaksi Perhitungan Fihak
Ketiga (PFK), pemberian/penerimaan kembali uang persediaan kepada/dari
bendahara pengeluaran, serta kiriman uang.PFK menggambarkan kas yang
berasal dari jumlah dana yang dipotong dari Surat Perintah Membayar atau
diterima secara tunai untuk pihak ketiga misalnya potonganTaspen dan Askes.
Kiriman uang menggambarkan mutasi kas antar rekening kas umum
negara/daerah.
Arus masuk kas dari aktivitas transitoris meliputi penerimaan PFK dan
penerimaan transitoris seperti kiriman uang masuk dan penerimaan kembali
uang persediaan dari bendahara pengeluaran.
Arus keluar kas dari aktivitas transitoris meliputi pengeluaran PFK dan
pengeluaran transitoris seperti kiriman uang keluar dan pemberian uang
persediaan kepada bendahara pengeluaran.
1
Merujuk pada PP nomor 71 tahun 2010 paragraf 75.
Indikator pencapaian kinerja dapat dilihat melalui kinerja fiskal, seperti contoh
berikut:
(dalam jutaan rupiah)
Uraian APBD
(UU No/ tahun
Perda No/ tahun)
Pertumbuhan Ekonomi (Persen)
Tingkat Inflasi (persen)
Nilai Tukar rupiah (Rp/US$)
Suku Bunga SBI-3 Bulan (Persen)
Harga Minyak (US$ / barel)
Produksi Minyak (juta barel/hari)
Tidak tercapainya target Pendapatan Bukan Pajak pada periode ini antara lain
disebabkan:
a. terdapat beberapa pihak yang belum/tidak menyetor angsuran tuntutan
ganti rugi sebagaimana seharusnya,
b. realisasi pada jenis pendapatan penjualan, sewa, jasa dan bunga pada
periode ini tidak sesuai dengan target pada anggarannya.
4.4 Penerapan kebijakan akuntansi berkaitan dengan ketentuan yang ada dalam
Standar Akuntansi Pemerintah
Pada dasarnya seluruh kebijakan akuntansi dijelaskan dalam bagian 4.2 dari Bab IV.
Namun demikian, setiap entitas perlu mempertimbangkan jenis kegiatan- kegiatan
dan kebijakan-kebijakan yang perlu diungkapkan dalam Catatan atas Laporan
Keuangan. Sebagai contoh, pengungkapan informasi untuk pengakuan pendapatan
pajak, retribusi dan bentuk-bentuk lainnya dari iuran wajib, Kurs. Kebijakan
akuntansi dapat menjadi signifikan walaupun nilai akun-akun yang disajikan dalam
periode berjalan dan sebelumnya tidak material. Selain itu, perlu pula diungkapkan
kebijakan akuntansi yang dipilih dan diterapkan yang tidak diatur dalam Pernyataan
Standar ini.
Uraian mengenai kebijakan akuntansi yang penting, sedapat mungkin menjelaskan
berbagai kebijakan akuntansi atas elemen-elemen utama laporan keuangan seperti
pendapatan, belanja, aset, kewajiban, dan ekuitas. Dimuat dalam bagian 4.4 dari
CaLK, kebijakan akuntansi yang hendak dijelaskan pada intinya adalah penjelasan
mengenai basis dan kebijakan akuntansi yang mendasari pelaksanaan akuntansi
pemerintahan yang menghasilkan Laporan Keuangan. Kebijakan akuntansi yang
perlu dijelaskan adalah kebijakan-kebijakan yang diterapkan dalam mengakui,
mencatat dan melaporkan seluruh hal yang terkait dalam Laporan Keuangan.
Contoh penjelasan mengenai kebijakan akuntansi yang mencakup pendapatan,
belanja, pembiayaan, aset, kewajiban dan ekuitas adalah sebagai berikut:
a) Pengakuan Pendapatan pada saat kas diterima pada Kas Umum Daerah
b) Pengakuan Belanja pada saat kas dikeluarkan dari Kas Umum Daerah
c) Pengakuan Pembiayaan pada saat kas diterima pada/keluar dari Kas Umum
Daerah
d) Jenis-jenis sumber daya/kekayaan yang dapat dikelompokkan sebagai aset
secara umum dan aset secara khusus yang terdiri dari aset lancar, investasi,
aset tetap, dana cadangan. Selain itu, dalam bagian ini pun diuraikan cara
penilaiannya.
Tentang Aset Tetap misalnya, bagian ini menguraikan bahwa Aset tetap
mencakup seluruh aset yang dimanfaatkan oleh pemerintah maupun untuk
kepentingan publik yang mempunyai masa manfaat lebih dari satu tahun. Jenis-
jenis kewajiban yang dapat dikelompokkan kewajiban jangka pendek dan
kewajiban jangka panjang. Mengingat instrumen keuangan yang berkaitan
5.1.3 Aset
Berisi penjelasan akun aset seperti aset lancar, aset tetap, aset lain-lain.
Aset Tetap
Aset tetap adalah aset berwujud yang mempunyai masa manfaat lebih dari 12 bulan
untuk digunakan dalam kegiatan pemerintahan atau dimanfaatkan oleh masyarakat
umum. Nilai aset tetap per <tanggal neraca> sebesar Rp <nilai total aset tetap>
dengan perincian sebagai berikut:
Mutasi Saldo
Saldo
Nama Aset Tetap Akhir
Awal Tambah Kurang
1 2 3 4 5
Tanah
- Peralatan dan Mesin
- Gedung dan Bangunan
- Jalan, Irigasi dan Jaringan
- Aset Tetap Lainnya
Jujumlah
Referensi:
B. PENGERTIAN
Secara singkat analisis laporan keuangan dapat diartikan sebagai upaya untuk
mengidentifikasi ciri-ciri keuangan berdasarkan laporan keuangan suatu entitas
tertentu. Untuk itu, seseorang yang melakukan analisis atas laporan keuangan perlu
menguraikan pos-pos laporan tersebut menjadi unit informasi yang lebih rinci dan
melihat hubungan antara satu dengan yang lainnya guna mengetahui kondisi keuangan
entitas tersebut untuk dijadikan dasar dalam pengambilan keputusan.
Analisis laporan keuangan dilakukan dengan menggunakan metode dan teknik
analisis tertentu dalam melihat ukuran dan hubungan unsur laporan keuangan. Hasil
analisis tersebut diharapkan dapat meminimalkan bahkan menghilangkan penilaian yang
bersifat dugaan, ketidakpastian, pertimbangan pribadi dan lain sebagainya. Analisis
laporan keuangan dapat menunjukkan adanya kesalahan proses akuntansi. Dengan
demikian akan menambah keyakinan pengguna laporan atas data atau informasi yang
tersedia sehingga pengambilan keputusannya menjadi lebih akurat.
Karakteristik dari analisis laporan keuangan dapat disusun sebagai berikut:
• Fokus pada laporan keuangan utama
Fokus analisis ditujukan pada Laporan Realisasi Anggaran, Laporan Perubahan
SAL, Neraca, Laporan Operasional, Laporan Perubahan Ekuitas, Laporan Arus Kas
dan Catatan atas Laporan Keuangan.
• Memuat analisis hubungan
Dalam hal ini, analisis laporan keuangan menguraikan hubungan pos-pos dalam
satu laporan keuangan, hubungan pos-pos antar laporan keuangan, serta
perbandingan dan kecenderungan pos-pos tersebut.
Dari diagram di atas kemudian diprediksi kejadian untuk tahun-tahun yang akan
datang. Analisis ini juga dapat dipakai untuk mengidentifikasi adanya keanehan atau
ketidakteraturan yang terjadi. Dengan membandingkan garis kecenderungan dengan
sebaran titik-titik yang ‘tidak mengikuti aturan’ misalnya terlalu jauh dari garis
kecenderungan. Kemudian dapat diteliti penyebab terjadinya situasi tersebut.
Metode ini mempunyai kelemahan yaitu pembuatan garis kecenderungan
bersifat subyektif. Artinya, bila ada beberapa orang diminta untuk menarik garis
kecenderungan, maka kemungkinan akan diperoleh garis kecenderungan lebih dari satu,
sebab masing-masing orang mempunyai pilihan sendiri sesuai dengan anggapannya
garis mana yang mewakili diagram pencar (scatter plot). Oleh karena itu, metode ini
tidak dapat memberikan alasan yang kuat secara ilmiah untuk digunakan sebagai alat
analisis. Analisis selanjutnya akan menggunakan regresi sederhana maupun berganda
dengan memakai bantuan komputer.
Karakteristik analisis horizontal sebagai berikut:
1. Bertujuan untuk mengetahui arah atau kecenderungan suatu akun laporan
keuangan.
2. Membutuhkan data time series selama beberapa tahun.
3. Dilakukan dengan membandingkan (menghubungkan) angka-angka untuk akun yang
sama dari laporan beberapa tahun yang berurutan.
4. Analisis kecenderungan sederhana, dengan tahun dasar atau bergerak,
membandingkan angka-angka untuk akun yang sama dari laporan beberapa tahun
yang berurutan, tanpa mengidentifikasi variabel yang mempengaruhi perubahan
akun tersebut.
5. Analisis kecenderungan dengan diagram pencar dilakukan dengan penarikan garis
kecenderungan yang mendekati (mengikuti) pola dari sebaran titik-titik dalam grafik.
b. Analisis vertikal
Analisis vertikal merupakan analisis yang dilakukan hanya untuk satu periode laporan
keuangan, dengan cara melakukan antara akun-akun yang ada, dalam satu periode
pelaporan keuangan. Analisis vertikal yang dapat dilakukan atas unsur dalam laporan
keuangan, adalah sebagai berikut:
Hubungan antar akun Laporan Realisasi Anggaran (LRA) dan APBD sebagai berikut:
1. Bila anggaran direncanakan defisit (negatif), maka jumlah pembiayaan neto harus
positif, dengan jumlah minimal sama dengan jumlah defisit tersebut. (Jumlah
pembiayaan neto positif berarti jumlah penerimaan pembiayaan lebih besar dari
jumlah pengeluaran pembiayaan).
2. Pembiayaan neto negatif hanya diijinkan bila anggaran direncanakan surplus, dan
jumlah surplus minimal sama dengan jumlah pembiayaan neto yang negatif tersebut.
(Jumlah pembiayaan neto negatif berarti jumlah penerimaan pembiayaan lebih kecil
dari jumlah pengeluaran pembiayaan).
3. Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran (SiLPA) akan muncul dari beberapa kondisi berikut:
a. Bila jumlah pembiayaan neto positif lebih besar dari pada jumlah defisit, maka
selisihnya menjadi SiLPA.
b. Bila terjadi surplus dan pembiayaan neto positif.
c. Bila terjadi pembiayaan neto negatif tetapi surplusnya lebih besar.
Hubungan berikut dapat digunakan dalam menilai kebenaran angka dalam laporan arus
kas:
1. Saldo kas pada akhir tahun harus sama dengan jumlah kas pada akhir tahun di
Neraca.
2. Jumlah arus kas masuk bagi aktivitas operasi dapat sama dengan jumlah pendapatan
daerah dikurangi penjualan aset daerah yang tidak dipisahkan (dalam laporan
realisasi anggaran).
3. Jumlah arus kas keluar dari aktivitas operasi sama dengan jumlah total belanja
(dalam laporan realisasi anggaran) tetapi tidak termasuk belanja modal.
4. Jumlah arus kas masuk dari aktivitas investasi aset non-keuangan sama dengan
jumlah pendapatan dari penjualan aset daerah yang tidak dipisahkan (dalam laporan
realisasi anggaran).
5. Jumlah arus kas keluar dari aktivitas investasi aset non-keuangan sama dengan
jumlah belanja modal di laporan realisasi anggaran.
6. Jumlah arus kas masuk dari aktivitas pembiayaan harus sama dengan jumlah
penerimaan pembiayaan selain dari penerimaan kembali investasi dan penyertaan
dalam Laporan Realisasi Anggaran.
3. Analisis Rasio
Analisis rasio merupakan analisis yang digunakan untuk mengetahui hubungan akun-
akun yang ada dalam satu laporan keuangan atau akun-akun antara laporan keuangan
neraca dan laporan realisasi anggaran. Analisis rasio dapat dikelompokkan menjadi
beberapa jenis sebagai berikut:
1. Likuiditas, untuk mengukur kemampuan pemerintah daerah dalam membayar
utang (kewajiban) jangka pendek. Rasio ini bisa diukur dengan rasio lancar dan rasio
kas.
2. Solvabilitas, untuk mengukur kemampuan pemerintah daerah dalam membayar
semua utangnya yang akan jatuh tempo. Rasio ini bisa diukur dengan rasio uang
terhadap aset atau rasio utang terhadap ekuitas.
3. Leverage, untuk mengukur perbandingan antara ekuitas (kekayaan bersih
pemerintah daerah) dengan total utang.
4. Kemandirian, untuk mengukur tingkat kemandirian pemerintah daerah dalam
mendanai aktivitas sebagai indikator tingkat partisipasi masyarakat lokal terhadap
pembangunan daerah, indikator perkembangan ekonomi daerah dan kesejahteraan
Rasio kemandirian yang lebih tinggi menunjukkan ketergantungan daerah
yang lebih rendah terhadap pihak lain yang dapat memberikan dana
perimbangan dan pinjaman.
semakin besar rasio kemandirian berarti kemandirian keuangan pemda
semakin baik
Rasio pertumbuhan PAD yang lebih tinggi menunjukkan kemampuan daerah
yang lebih baik dalam memperoleh PAD dibandingkan dengan periode
sebelumnya
semakin besar rasio ini semakin baik
Rasio pinjaman yang lebih rendah menunjukkan kemampuan pemerintah
daerah yang lebih baik dalam menghimpun penerimaan selain yang
bersumber dari utang
Debt service coverage ratio (DSCR) yang lebih tinggi menunjukkan
kemampuan daerah yang lebih baik dalam memenuhi kewajibannya
membayar pokok, bunga dan biaya pinjaman lainnya
Rasio keselarasan belanja yang lebih rendah menunjukkan bahwa anggaran
belanja semakin banyak dialokasikan untuk kegiatan yang berhubungan
langsung dengan program pemerintah daerah
semakin kecil rasio ini semakin baik
Rasio ini untuk mengukur jumlah beban utang yang menjadi tanggungan tiap
anggota masyarakat dalam satu wilayah. Makin besar rasio ini semakin
buruk.
Rasio ini digunakan untuk mengukur seberapa besar persentase PAD yang
dapat digunakan untuk membayar beban bunga utang jangka panjang. Makin
besar rasio ini semakin buruk.
Rasio ini digunakan untuk mengukur kemampuan pemda dalam membayar
utangnya menggunakan PAD. Makin besar rasio ini makin baik.
Referensi:
a. Tahap Perencanaan
Tahap perencanaan pemeriksaan meliputi 10 langkah kegiatan, yaitu: (1)
Pemahaman Tujuan Pemeriksaan dan Harapan Penugasan, (2) Pemenuhan
Kebutuhan Pemeriksa, (3) Pemahaman atas Entitas, (4) Pemantauan Tindak Lanjut
Hasil Pemeriksaan Sebelumnya, (5) Pemahaman atas Sistem Pengendalian Intern,
(6) Pemahaman dan Penilaian Risiko, (7) Penetapan Materialitas Awal dan
Kesalahan Tertoleransi, (8) Penentuan Metode Uji Petik, (9) Pelaksanaan Prosedur
Analitis Awal, dan (10) Penyusunan Program Pemeriksaan dan Program Kegiatan
Perseorangan.
b. Tahap Pelaksanaan
Tahap pelaksanaan pemeriksaan meliputi tujuh langkah kegiatan, yaitu: (1)
Pelaksanaan Pengujian Analitis Terinci, (2) Pengujian Sistem Pengendalian Intern,
(3) Pengujian Substantif Atas Transaksi dan Saldo Akun, (4) Penyelesaian
Penugasan, (5) Penyusunan Konsep Temuan Pemeriksaan (TP), (6) Perolehan
Tanggapan Resmi dan Tertulis, dan (7) Penyampaian TP.
c. Tahap Pelaporan
Langkah pelaporan pemeriksaan meliputi lima langkah kegiatan, yaitu: (1)
Penyusunan Konsep Laporan Hasil Pemeriksaan, (2) Penyampaian Konsep Laporan
Hasil Pemeriksaan kepada Pejabat Entitas Yang Berwenang, (3) Pembahasan
Konsep Laporan Hasil Pemeriksaan dengan Pejabat Entitas Yang Berwenang, (4)
Perolehan Surat Representasi, dan (5) Penyusunan Konsep Akhir dan Penyampaian
Laporan Hasil Pemeriksaan.
2. Asersi Manajemen
Kewajaran laporan keuangan sangat ditentukan kualitas berbagai asersi
manajemen yang terkandung dalam laporan keuangan karena dalam pelaksanaan
pemeriksaan, tim pemeriksa BPK akan menguji asersi manajemen (Kepala Daerah dan
para Kepala SKPD/SKPKD/PPKD) atas laporan keuangan pemerintah daerah.
Asersi (assertion) adalah pernyataan manajemen yang terkandung di dalam
komponen laporan keuangan. Pernyataan tersebut dapat bersifat implisit atau eksplisit.
Berdasarkan Keputusan Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia Nomor 04/K/1-
III.2/5/2008 Tentang Petunjuk Pelaksanaan Pemeriksaan Keuangan Badan Pemeriksa
Sumber: http://inspektorat.purworejokab.go.id/wtp-bukan-berarti-bebas-korupsi/,
2012
OPINI
LKPD JUMLAH
WTP % WDP % TW % TMP %
3. Surat Representasi
Sesuai SPAP SA Seksi 333 [PSA No.17] Representasi Manajemen, pemeriksa harus
memperoleh surat representasi yang dilampiri dengan LKPD yang akan disampaikan
Kepala Daerah kepada DPRD. Surat representasi tersebut menggambarkan representasi
resmi dan tertulis dari pemerintah daerah atas berbagai keterangan, data, informasi,
dan laporan keuangan yang disampaikan selama proses pemeriksaan berlangsung. Surat
tersebut merupakan bentuk tanggung jawab pemerintah daerah.
Modul Akuntansi Keuangan Pemerintah Daerah 204
Hal tersebut akan mempengaruhi opini. Apabila surat representasi dan
lampirannya tidak diperoleh sampai dengan penerbitan laporan hasil pemeriksaan,
ketua tim pemeriksa dan atau pengendali teknis menyampaikan laporan hasil
pemeriksaan dengan opini tidak dapat menyatakan pendapat kepada penanggung
jawab untuk disetujui. Surat tersebut harus ditandatangani kepala daerah dan diberi
tanggal yang sama dengan tanggal pembahasan konsep LHP atau tanggal LHP.
Penjelasan:
Penting untuk dicatat bahwa semua faktor-faktor diatas tidak terlepas dari
pengaruh budaya nasional, lokal dan budaya organisasi.
Saudara diminta:
Susunlah Neraca Awal Kabupaten Mudah Sekali dengan menuliskan kode dan nama
akun beserta saldonya ke dalam format Neraca sebagai berikut:
Kode Kode
Akun Nama Akun Saldo Akun Nama Akun Saldo
ASET KEWAJIBAN
... ... ... ...
... ... ... ...
... ... ... ...
... ... ... ...
... ... ... ...
... ...
... ...
... ...
... ... EKUITAS
... ... ... ...
ASET Rp KEWAJIBAN Rp
Aset Lancar Kewajiban Jangka Pendek
Kas *) 1.500 Utang Perhitungan Pihak Ketiga 1.500
Persediaan 500
Total Aset Lancar 2.000
Aset Tetap EKUITAS
Tanah 250.000 Ekuitas** 639.500
Gedung dan Bangunan 240.000
Peralatan dan Mesin 149.000
Total Aset Tetap 639.000
RINGKASAN DPA
Ringkasan DPA (Dokumen Pelaksanaan Anggaran) Dinas Kesehatan untuk T.A. 2014
adalah sbb.:
Uraian Jumlah
Retribusi Rp 24.000.000
Belanja
TRANSAKSI
Untuk menyederhanakan ilustrasi, transaksi yang terjadi selama Tahun Anggaran 2014 di
Dinas Kesehatan diringkaskan sbb:
a) Bendahara pengeluaran menyetorkan potongan PPh/PPN sebesar Rp1.500.000
ke rekening Kas Negara, berdasarkan bukti transaksi berupa SSP (Surat Setoran
Pajak Pusat).
b) Bendahara pengeluaran menerima uang persediaan (UP) dari BUD sebesar
Rp50.000.000 berdasarkan bukti transaksi berupa SP2D UP.
c) Total realisasi belanja gaji dan tunjangan selama setahun sebesar
Rp1.487.500.000 berdasarkan bukti transaksi berupa SP2D-LS Gaji dan Tunjangan.
d) Total realisasi belanja modal yang seluruhnya untuk pengadaan peralatan dan
mesin sebesar Rp110.000.000 berdasarkan bukti transaksi berupa SP2D-LS Belanja
Barang dan Jasa.
e) Total realisasi belanja barang dan jasa berupa ATK yang dibayar secara UP
sebesar Rp25.000.000 dan sudah diterbitkan SP2D-GU nya.
f) Surat Ketetapan Retribusi (SKR) yang diterbitkan selama T.A 2014 sebesar
Rp27.000.000. Dari jumlah tersebut, pendapatan retribusi yang diterima
bendahara penerimaan sebesar Rp25.500.000. Pendapatan tsb telah disetor
seluruhnya ke rekening Kas Daerah, berdasarkan bukti transaksi berupa STS (Surat
Tanda Setoran).
g) Sisa UP disetor seluruhnya pada akhir tahun ke rekening Kas Daerah berdasarkan
bukti transaksi berupa STS.
Saldo
BUKU BESAR
131 Tanah 132 Peralatan dan Mesin 133 Gedung dan Bangunan
NERACA SALDO
SKPD: ................................
Saldo
Kode dan Nama Rekening Ref
Debit Kredit
111 Kas
113 Piutang Pendapatan
117 Persediaan
131 Tanah
132 Peralatan dan Mesin
133 Gedung dan Bangunan
137 Akumulasi Penyusutan
211 Utang Perhitungan Pihak Ketiga (PFK)
215 Utang Beban
311 Ekuitas
313 Ekuitas untuk Dikonsolidasikan (RK
PPKD)
812 Pendapatan Retribusi Daerah-LO
911 Beban Pegawai
912 Beban Barang
917 Beban Penyusutan
Saldo
…………………………
NIP ………………….
1 2 3 4
1 Ekuitas Awal
2 Surplus/Defisit – LO
3 Dampak Kumulatif Perubahan Kebijakan/Kesalahan
Mendasar:
4 Koreksi Nilai Persediaan
5 Selisih Revaluasi Aset Tetap
6 Lain-lain
7 Ekuitas Akhir (1 s.d. 6)
1 2 3 4
1 Saldo Anggaran Lebih Awal
2 Penggunaan SAL sbg Penerimaan Pemb. Th
Berjalan
3 Subtotal (1-2)
4 Sisa Lebih/Kurang Pembiayaan Anggaran
(SiLPA/SiKPA)
5 Subtotal (3+4)
6 Koreksi Kesalahan Pembukuan Tahun Sebelumnya
7 Lain-lain
8 Saldo Anggaran Lebih Akhir (5+6+7)
Dinas Pariwisata Pemerintah Kabupaten Bahari menerima DPA T.A. 2014 dengan
ringkasan anggaran sbb.:
Adapun Neraca awal Dinas Pariwisata per 1 Januari 2014 adalah sbb:
Aset Tetap
Tanah 600.000.000
Peralatan dan Mesin 750.000.000
Gedung dan 800.000.000
Bangunan
Total Aset Tetap 2.150.000.000
Belanja gaji dan tunjangan dan belanja modal harus dibayar secara langsung (LS),
sedangkan belanja honor dan belanja barang dan jasa dapat dibayarkan dengan
UP/TU.
3) Pendapatan retribusi yang diterima/disetor ke Kasda sebesar Rp
300.710.000
a) Persediaan yang masih ada pada akhir tahun yaitu ATK dan persediaan
obat-obatan dengan total sebesar Rp1.200.000. Adapun total pembelian
persediaan selama tahun berjalan sebesar Rp16.500.000
b) Pendapatan retribusi yang sudah menjadi hak pemda (telah diterbitkan
Surat Ketetapan Retribusi-nya) tetapi belum diterima pembayarannya dari wajib
retribusi sampai akhir tahun 2012 sebesar Rp2.500.000.
c) Beban penyusutan aset tetap, yang mulai diterapkan tahun ini, telah
dihitung berdasarkan metode garis lurus sebesar Rp53.750.000
DIMINTA:
1. Lakukan Pencatatan Transaksi di Buku Jurnal Finansial dan Buku Anggaran
2. Lakukan Pencatatan Penyesuaian di Buku Jurnal Finansial
3. Lakukan Posting ke buku besar
4. Susunlah Neraca Saldo setelah penyesuaian
5. Susunlah Laporan Keuangan meliputi :
a. Laporan Operasional (LO)
b. Laporan Perubahan Ekuitas (LPE)
c. Neraca
d. Laporan Realisasi Anggaran (LRA)
Kode
Akun Nama Akun H/D
1 Aset H
11 Aset Lancar H
111 Kas D
112 Investasi Jangka Pendek D
113 Piutang Pendapatan D
114 Piutang Lainnya D
115 Penyisihan Piutang D
116 Beban Dibayar Dimuka D
117 Persediaan D
199 Aset Untuk Dikonsolidasikan (RK SKPD) D
12 Investasi Jangka Panjang H
121 Investasi Jangka Panjang Non Permanen D
122 Investasi Jangka Panjang Permanen D
13 Aset Tetap H
131 Tanah D
132 Peralatan dan Mesin D
133 Gedung dan Bangunan D
134 Jalan, Irigasi, dan Jaringan D
135 Aset Tetap Lainya D
136 Konstruksi Dalam Pengerjaan D
137 Akumulasi Penyusutan D
14 Dana Cadangan H
141 Dana Cadangan D
15 Aset Lainnya H
151 Tagihan Jangka Panjang D
152 Kemitraan dengan Pihak Ketiga D
153 Aset Tidak Berwujud D
154 Aset Lain-lain D
2 Kewajiban H
21 Kewajiban Jangka Pendek H
211 Utang Perhitungan Pihak Ketiga (PFK) D
212 Utang Bunga D
213 Bagian Lancar Utang Jangka Panjang D
214 Pendapatan Diterima Dimuka D
215 Utang Beban D
216 Utang Jangka Pendek Lainnya D
JURNAL UMUM
SKPD : ...................................
Nomor
Tanggal Kode dan Nama Akun Ref Debit Kredit
Bukti
Saldo
BUKU BESAR
Modul Akuntansi Keuangan Pemerintah Daerah 250
Modul Akuntansi Keuangan Pemerintah Daerah 251
NERACA SALDO
NERACA SALDO
SKPD: ................................
Saldo
Kode dan Nama Rekening Ref
Debit Kredit
111 Kas
113 Piutang Pendapatan
117 Persediaan
131 Tanah
132 Peralatan dan Mesin
133 Gedung dan Bangunan
137 Akumulasi Penyusutan
211 Utang Perhitungan Pihak Ketiga (PFK)
215 Utang Beban
311 Ekuitas
313 Ekuitas untuk Dikonsolidasikan (RK PPKD)
812 Pendapatan Retribusi Daerah-LO
911 Beban Pegawai
912 Beban Barang
917 Beban Penyusutan
Saldo
…………………………
NIP ………………….
1 2 3
8 1 Pendapatan-LO
81 2 Pendapatan Asli Daerah (PAD)-LO
811 3 Pendapatan Pajak Daerah-LO
812 4 Pendapatan Retribusi Daerah-LO
813 5 Pendapatan Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan-LO
819 6 Lain-Lain PAD yang Sah-LO
7 Jumlah Pendapatan Asli Daerah (3 s.d. 6)
82 8 Pendapatan Transfer – LO
821 9 Pendapatan Transfer dari Pemerintah Pusat
822 10 Pendapatan Tranfer Pemerintah Pusat – Lainnya
823 11 Pendapatan Transfer Pemerintah Daerah Lainnya
829 12 Bantuan Keuangan
13 Jumlah Pendapatan Transfer (9 s.d. 12)
83 14 Lain-Lain Pendapatan Daerah Yang Sah-LO
831 15 Pendapatan Hibah
16
832 Pendapatan Lainnya
17 Jumlah Lain-lain Pendapatan Daerah yang Sah (15 s.d. 16)
84 18 Pendapatan Non Operasional-LO
85 19 Pos Luar Biasa
20 JUMLAH PENDAPATAN (7+13+17+18+19)
9 21 Beban
91 22 Beban Operasi
911 23 Beban Pegawai
912 24 Beban Barang
913 25 Beban Bunga
914 26 Beban Subsidi
915 27 Beban Hibah
916 28 Beban Bantuan Sosial
917 29 Beban Penyusutan
918 30 Beban Penyisihan Piutang
1 2 3 4
1 Ekuitas Awal
2 Surplus/Defisit – LO
3 Dampak Kumulatif Perubahan Kebijakan/Kesalahan Mendasar:
4 Koreksi Nilai Persediaan
5 Selisih Revaluasi Aset Tetap
6 Lain-lain
7 Ekuitas Akhir (1 s.d. 6)
1 2 3 4
1 Saldo Anggaran Lebih Awal
2 Penggunaan SAL sbg Penerimaan Pemb. Th Berjalan
3 Subtotal (1-2)
4 Sisa Lebih/Kurang Pembiayaan Anggaran (SiLPA/SiKPA)
5 Subtotal (3+4)
6 Koreksi Kesalahan Pembukuan Tahun Sebelumnya
7 Lain-lain
8 Saldo Anggaran Lebih Akhir (5+6+7)
TUGAS:
Untuk meningkatkan pemahaman akuntansi PPKD, silahkan Anda mengerjakan soal
berikut ini.
Anggaran
No. Urut Uraian
stlh Perubahan
(1) (2) (3)
1 PENDAPATAN
1.2 Pendapatan Dana Perimbangan
1.2.1 Pendapatan Dana Bagi Hasil 40.350.000.000
1.2.2 Pendapatan Dana Alokasi Umum 275.000.000.000
1.2.3 Pendapatan Dana Alokasi Khusus 25.000.000.000
Jumlah Dana Perimbangan 340.350.000.000
1.3 Lain-Lain Pendapatan Daerah yang Sah
1.3.1 Pendapatan Hibah -
Jumlah Lain-Lain Pendapatan Daerah -
yang Sah
3. Pembiayaan
3.1. Penerimaan Pembiayaan
3.1.1 SiLPA Tahun Anggaran sebelumnya 45.750.765.000
3.1.2 Pencairan Dana Cadangan -
3.1.3 Hasil Penjualan Kekayaan Daerah yang -
Dipisahkan
3.1.4 Penerimaan Pinjaman Daerah 20.000.000.000
3.1.5 Penerimaan Piutang Daerah -
Jumlah Penerimaan Pembiayaan 65.750.765.000
3.2 Pengeluaran Pembiayaan
3.2.1 Pembentukan Dana Cadangan
3.2.2 Penyertaan Modal Daerah 2.500.000.000
3.2.3 Pembayaran Pokok Utang
3.2.4 Pemberian Pinjaman Daerah
Jumlah Pengeluaran Pembiayaan 2.500.000.000
Pembiayaan Neto [3.1] –[3.2] 63.250.765.000
SILPA PPKD Akhir Tahun Anggaran 391.600.765.000
[Surplus/Defisit + Pembiayaan Neto]
Uraian Jumlah
(Rp)
Belanja Bantuan Sosial 5.000.000.000
Belanja Bantuan Keuangan 2.500.000.000
Belanja Tak Terduga 1.500.000.000
Jumlah 9.000.000.000
Diminta:
1 Aset H
11 Aset Lancar H
111 Kas D
112 Investasi Jangka Pendek D
113 Piutang Pendapatan D
114 Piutang Lainnya D
115 Penyisihan Piutang D
116 Beban Dibayar Dimuka D
117 Persediaan D
199 Aset Untuk Dikonsolidasikan (RK SKPD) D
12 Investasi Jangka Panjang H
121 Investasi Jangka Panjang Non Permanen D
122 Investasi Jangka Panjang Permanen D
13 Aset Tetap H
131 Tanah D
132 Peralatan dan Mesin D
133 Gedung dan Bangunan D
134 Jalan, Irigasi, dan Jaringan D
135 Aset Tetap Lainya D
136 Konstruksi Dalam Pengerjaan D
137 Akumulasi Penyusutan D
14 Dana Cadangan H
141 Dana Cadangan D
15 Aset Lainnya H
151 Tagihan Jangka Panjang D
152 Kemitraan dengan Pihak Ketiga D
153 Aset Tidak Berwujud D
154 Aset Lain-lain D
2 Kewajiban H
21 Kewajiban Jangka Pendek H
211 Utang Perhitungan Pihak Ketiga (PFK) D
212 Utang Bunga D
213 Bagian Lancar Utang Jangka Panjang D
214 Pendapatan Diterima Dimuka D
215 Utang Beban D
216 Utang Jangka Pendek Lainnya D
22 Kewajiban Jangka Panjang H
JURNAL UMUM
SKPD : ...................................
Nomor
Tanggal Kode dan Nama Akun Ref Debit Kredit
Bukti
Saldo
BUKU BESAR
Modul Akuntansi Keuangan Pemerintah Daerah 270
Modul Akuntansi Keuangan Pemerintah Daerah 271
NERACA SALDO
PPKD: ................................
Saldo
Kode dan Nama Rekening Ref
Debit Kredit
111 Kas
113 Piutang Pendapatan
117 Persediaan
131 Tanah
132 Peralatan dan Mesin
133 Gedung dan Bangunan
137 Akumulasi Penyusutan
211 Utang Perhitungan Pihak Ketiga (PFK)
215 Utang Beban
311 Ekuitas
313 Ekuitas untuk Dikonsolidasikan (RK PPKD)
812 Pendapatan Retribusi Daerah-LO
911 Beban Pegawai
912 Beban Barang
917 Beban Penyusutan
Saldo
…………………………
NIP ………………….
1 2 3
8 1 Pendapatan-LO
81 2 Pendapatan Asli Daerah (PAD)-LO
811 3 Pendapatan Pajak Daerah-LO
812 4 Pendapatan Retribusi Daerah-LO
813 5 Pendapatan Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan-LO
819 6 Lain-Lain PAD yang Sah-LO
7 Jumlah Pendapatan Asli Daerah (3 s.d. 6)
82 8 Pendapatan Transfer – LO
821 9 Pendapatan Transfer dari Pemerintah Pusat
822 10 Pendapatan Tranfer Pemerintah Pusat – Lainnya
823 11 Pendapatan Transfer Pemerintah Daerah Lainnya
829 12 Bantuan Keuangan
13 Jumlah Pendapatan Transfer (9 s.d. 12)
83 14 Lain-Lain Pendapatan Daerah Yang Sah-LO
831 15 Pendapatan Hibah
16
832 Pendapatan Lainnya
17 Jumlah Lain-lain Pendapatan Daerah yang Sah (15 s.d. 16)
84 18 Pendapatan Non Operasional-LO
85 19 Pos Luar Biasa
20 JUMLAH PENDAPATAN (7+13+17+18+19)
9 21 Beban
91 22 Beban Operasi
911 23 Beban Pegawai
912 24 Beban Barang
913 25 Beban Bunga
914 26 Beban Subsidi
915 27 Beban Hibah
916 28 Beban Bantuan Sosial
917 29 Beban Penyusutan
918 30 Beban Penyisihan Piutang
919 31 Beban Lain-lain
32 Jumlah Beban Operasi (23 s.d. 31)
92 33 Beban Transfer
921 34 Bagi Hasil Pajak
922 35 Bagi Hasil Pendapatan Lainnya
923 36 Transfer Bantuan Keuangan ke Pemerintah Daerah Lainnya
924 37 Transfer Bantuan Keuangan ke Desa
925 38 Transfer Bantuan Keuangan Lainnya
39 Jumlah Beban Transfer (34 s.d. 38)
93 40 Beban Non Operasional
94 41 Beban Luar Biasa
43 JUMLAH BEBAN (32+39+40+41)
44 SURPLUS/DEFISIT (20 – 43)
PPKD ...................................................
UNTUK PERIODE YANG BERAKHIR PADA TANGGAL 31 DESEMBER 2014 DAN 2013
(dalam rupiah)
1 2 3 4
1 Ekuitas Awal
2 Surplus/Defisit – LO
3 Dampak Kumulatif Perubahan Kebijakan/Kesalahan Mendasar:
4 Koreksi Nilai Persediaan
5 Selisih Revaluasi Aset Tetap
6 Lain-lain
7 Ekuitas Akhir (1 s.d. 6)
2 35 Kewajiban
21 36 Kewajiban Jangka Pendek
211 37 Utang Perhitungan Pihak Ketiga (PFK)
212 38 Utang Bunga
213 39 Bagian Lancar Utang Jangka Panjang
214 40 Pendapatan Diterima Dimuka
215 41 Utang Beban
216 42 Utang Jangka Pendek Lainnya
43 Jumlah Kewajiban Jangka Pendek (37 s.d. 42)
22 44 Kewajiban Jangka Panjang
221 45 Utang Dalam Negeri
223 46 Utang Luar Negeri
224 47 Utang Jangka Panjang Lainnya
48 Jumlah Kewajiban Jangka Panjang (45 s.d. 47)
49 JUMLAH KEWAJIBAN (43+48)
3 50 Ekuitas
31 51 Ekuitas
311 52 Ekuitas
312 53 Ekuitas SAL
313 54 Ekuitas untuk Dikonsolidasikan
55 JUMLAH EKUITAS (52 s.d. 54)
56 JUMLAH KEWAJIBAN DAN EKUITAS (49+55)
1 2 3 4
1 Saldo Anggaran Lebih Awal
2 Penggunaan SAL sbg Penerimaan Pemb. Th Berjalan
3 Subtotal (1-2)
4 Sisa Lebih/Kurang Pembiayaan Anggaran (SiLPA/SiKPA)
5 Subtotal (3+4)
6 Koreksi Kesalahan Pembukuan Tahun Sebelumnya
7 Lain-lain
8 Saldo Anggaran Lebih Akhir (5+6+7)
ILUSTRASI
ANALISIS LAPORAN KEUANGAN
PEMERINTAHAN KOTA ABC
TAHUN XXX
N
Rumus Analisis Laporan Keuangan Tahun xxx
o
6 9.148,48
ILUSTRASI KASUS
Video Case: LKPD 2011 Kabupaten Melawi (Kal-bar) mendapat Opini Tidak Wajar
Diskusikan kemungkinan penyebab sebuah kabupaten (misal Melawi pada taun 2011)
mendapat opini tidak wajar dan apa yang seyogyanya dilakukan oleh pemrintah daerah
untuk memperbaiki system pelaporan keuangan yang mereka miliki sehingga dapat
menyajikan laporan keuangan yang transparan, akuntabel dan sesuai dengan SAP.
B. Peraturan Perundangan
1. Undang-undang RI No 32/2004 tentang Pemerintah Daerah
2. Undang-Undang No. 15 tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan
Tanggung Jawab Keuangan Negara;
3. Undang-Undang No. 17 tahun 2003 tentang Keuangan Negara;
4. Peraturan Pemerintah No. 71 tahun 2010 tentang Standar Akuntansi
Pemerintahan Daerah;
5. PP 60/2008
6. Peraturan Pemerintah No. 58 tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan
Daerah;
7. Buletin Teknis (Bultek) Standar Akuntansi Pemerintahan No. 1 s/d 10
8. Interpretasi Standar Akuntansi Pemerintahan (IPSAP) No. 2 dan 3
9. Permendagri 13 tahun 2006 jo Permendagri 59 tahun 2007 jo Permendagri
21 Tahun 2011 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah
10. Permendagri No 64 tahun 2013 tentang Penerapan Standar Akuntansi
Pemerintahan berbasis Akrual pada Pemerintah Daerah
11. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 23 Tahun 2007 tentang Pedoman
Tata Cara Pengawasan atas Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah jo
Permendagri Nomor 8 Tahun 2009 tentang Perubahan Permendagri No 23
Tahun 2007
12. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 28 Tahun 2007 tentang Norma
Pengawasan dan Kode Etik Pejabat Pengawas Pemerintah
13. Peraturan Pemerintah No. 24 tahun 2005 tentang Standar Akuntansi
Pemerintahan Daerah;
14. PMK 238 Tahun 2011 tentang Pedoman Umum Sistem Akuntansi
Pemerintahan
15. SE Ditjen BAKD No.900/079/BAKD/2008
Modul Akuntansi Keuangan Pemerintah Daerah 284
LAMPIRAN - LAMPIRAN
Sumber : Dep. Dalam Negeri, Bagan Alir Siklus Pengelolaan Keuangan Daerah
berdasarkan Permendagri No 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan
Keuangan Daerah, 2006
Sumber : Dep. Dalam Negeri, Bagan Alir Siklus Pengelolaan Keuangan Daerah
berdasarkan Permendagri No 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan
Keuangan Daerah, 2006
Sumber : Dep. Dalam Negeri, Bagan Alir Siklus Pengelolaan Keuangan Daerah
berdasarkan Permendagri No 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan
Keuangan Daerah, 2006
Sumber : Dep. Dalam Negeri, Bagan Alir Siklus Pengelolaan Keuangan Daerah
berdasarkan Permendagri No 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan
Keuangan Daerah, 2006
Sumber : Dep. Dalam Negeri, Bagan Alir Siklus Pengelolaan Keuangan Daerah
berdasarkan Permendagri No 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan
Keuangan Daerah, 2006
Sumber : Dep. Dalam Negeri, Bagan Alir Siklus Pengelolaan Keuangan Daerah
berdasarkan Permendagri No 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan
Keuangan Daerah, 2006
Sumber : Dep. Dalam Negeri, Bagan Alir Siklus Pengelolaan Keuangan Daerah
berdasarkan Permendagri No 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan
Keuangan Daerah, 2006
Sumber : Dep. Dalam Negeri, Bagan Alir Siklus Pengelolaan Keuangan Daerah
berdasarkan Permendagri No 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan
Keuangan Daerah, 2006
Sumber : Dep. Dalam Negeri, Bagan Alir Siklus Pengelolaan Keuangan Daerah
berdasarkan Permendagri No 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan
Keuangan Daerah, 2006
Sumber : Dep. Dalam Negeri, Bagan Alir Siklus Pengelolaan Keuangan Daerah
berdasarkan Permendagri No 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan
Keuangan Daerah, 2006
Sumber : Dep. Dalam Negeri, Bagan Alir Siklus Pengelolaan Keuangan Daerah
berdasarkan Permendagri No 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan
Keuangan Daerah, 2006
Sumber : Dep. Dalam Negeri, Bagan Alir Siklus Pengelolaan Keuangan Daerah
berdasarkan Permendagri No 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan
Keuangan Daerah, 2006
Sumber : Dep. Dalam Negeri, Bagan Alir Siklus Pengelolaan Keuangan Daerah
berdasarkan Permendagri No 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan
Keuangan Daerah, 2006
Ketua Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) Hadi Poernomo mengatakan, temuan atas
ribuan kasus tersebut sebagian besar terjadi pada pemeriksaan LKPD sebanyak 1.793
kasus dengan nilai Rp1,15 triliun. "Selebihnya terjadi pada pemeriksaan BUMD," ungkap
Hadi di Jakarta, Selasa (2/4/2014).
"Masih terdapat empat pemda yang terlambat menyerahkan LKPD ke BPK. Selain itu,
kami juga telah memeriksa dua LKPD 2010 dan sembilan laporan keuangan PDAM
2011," ujarnya
Hadi menambahkan, terhadap 94 LKPD 2011, BPK memberikan opini wajar dengan
pengecualian (WDP) atas 33 LKPD, opini tidak wajar (TW) diberikan kepada tiga LKPD
dan tidak memberikan pendapat (TMP) pada 58 LKPD. Dikatakan, hasil pemeriksaan atas
LKPD menunjukkan bahwa pemda tingkat provinsi dan kota memperoleh opini yang
lebih baik dibandingkan dengan pemda kabupaten.
"Jadi, pemda kabupaten perlu didorong untuk memperbaiki pengelolaan dan pelaporan
keuangannya," ujar Hadi.
Secara garis besar, penyebab LKPD pemda tidak memperoleh opini WTP di 2011,
menurut Hadi, disebabkan oleh aset yang belum dilakukan inventarisasi dan penilaian.
Selain itu,pemda juga belum melakukan pembatasan lingkup pemeriksaan serta ada
kelemahan pada pengelolaan kas, piutang, persediaan, investasi belanja barang/jasa dan
belanja modal.