Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

AKHLAK DAN TASAWUF

Diajukan Untuk Memenuhi Tugas

Mata Kuliah Akhlak dan Tasawwuf

Dosen pengampu Dr.H.Moh.Mahbub.S.Ag.M.Si

Disusun Oleh :

Kelompok 4 :

Dwi Nur Syaputra(206131058)

Naufal Irfan Pramana(206131045)

Nadzif Aisyul Syafri(206131065)

Dini Nur Alifah(206131048)

FAKULTAS ADAB DAN BAHASA

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SURAKARTA 2020

iii
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarokatuh

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan sehingga kami
dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tampa pertolongan-Nya tentunya
kami tidak akan sanggup untuk menyelesaikan makalah ini degan baik. Sholawat serta salam
semoga terlimpah curahkan kepada baginda tercinta kita yaitu Nabi Muhammad SAW yang
kita nanti-nantikan syafa’atnya di akhirat nanti. Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas
mata kuliah Akhlak dan Tasawwuf. Selain itu tujuan dari penyusunan makalah ini untuk
menamba wawasan tentang Akhlak dan Tasawuf bagi pembaca dan penulis.

Kami mengucapkan terima kasih kepada Dr.H.Moh.Mahbub.S.Ag.M.Si selaku dosen


pengampu mata kuliah Akhlak dan Tasawwuf yang telah membimbing kami agar dapat
menyelesaikan makalah ini.

Akhirnya kami menyadari bahwasanya makalah ini sangat jauh dari kata kesempurnaan.
Oleh karena itu, dengan segala kerendahan hati, kami menerima kritik dan saran agar
penyusunan makalah selanjutnya menjadi lebih baik. Untuk itu kami mengucapkan banyak
terima kasih dan semoga karya tulis ini bermanfaat bagi para pembaca.

Surakarta 14 Oktober 2020

penyusun

iii
DAFTAR ISI

COVER..............................................................................................................................i

KATA PENGANTAR.......................................................................................................ii

DAFTAR ISI......................................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah......................................................................................4


B. Rumusan Masalah................................................................................................4
C. Tujuan....................................................................................................................5
D. Manfaat..................................................................................................................5

BAB II PEMBAHASAN

A. Dasar-Dasar Tasawwuf Dalam Al-Qur’an.........................................................7


B. Tasawwuf Pada Masa Rosulullah.......................................................................10
C. Tasawuf Pada Masa Sahabat Rosulullah...........................................................11
D. Unsur-Unsur Yang Mempengaruhi Tasawwuf Hindu, Budha, Persia, Yunani
, Nasrani dan Arab................................................................................................14

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan............................................................................................................16
B. Saran......................................................................................................................16

DAFTAR PUSTAKA

4
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dapat kita ketahui bahwa dalam era globalisasi ini banyak pemuda yang sudah
kehilangan akhlakulkarimahnya sehingga perlu pemahaman dan pembelajaran untuk
mengkaji akhlak dan tasawwuf. Akhlak merupakan sesuatu yang berperan dalam
penguatan nilai karakter dari seseorang, sehingga dapat menjadi benteng diri dari segala
hal yang mengarah kepada keburukan. Dengan akhlak manusia akan ditunjukkan dan
diajarkan cara-cara membentuk pribadi yang mulia, menuntun kepada perbuatan yang
baik dan terpuji.

Ilmu Tasawwuf adalah ilmu untuk melatih jiwa dengan berbagai kegiatan yang
dapat membebaskan dirinya dari pengaruh kehidupan dunia, sehingga tercermin ahlak
yang mulia dan dekat dengan Allah Swt. Inilah esensi atau hakikat tasawuf itu sendiri.
Tasawuf  bertujuan untuk memperoleh suatu hubungan khusus langsung dari Tuhan.
Hubungan yang dimaksud mempunyai makna dengan penuh kesadaran. Bahwa manusia
sedang berada di hadirat Tuhan. Kesadaran tersebut akan menuju kontek komunikasi dan
dialog antara ruh manusia dengan Tuhan. Hal ini dapat dilakukan dengan cara manusia
perlu mengasingkan dirinya. Keberadaannya yang dekat dengan Tuhan akan berbentuk
“Ijtihad” (bersatu dengan Tuhan) demikian menjadi inti persoalan “sufisme” baik pada
agama Islam maupun diluarnya.

B. Rumusan Masalah

1. Apa dasar-dasar Tasawwuf dalam al-Qur’an ?


2. Bagaimana Tasawwuf pada masa Rasulullah ?
3. Bagaimana Tasawwuf pada masa sahabat Rosullulah ?
4. Apa unsur-unsur yang mempengaruhi Tasawwuf Hindu, Budha, Persia, Yunani,
Nasrani dan Arab ?

5
C. Tujuan

1. Untuk mengetahui dasar-dasar Tasawwuf dalam al-Qur’an

2. Menjelaskan Tasawwuf pada massa Rosulullah

3. Menjelaskan Tasawwuf pada massa sahabat Rosulullah

4. Untuk mengetahui unsur-unsur yang mempengaruhi Tasawwuf Hindu, Budha, Persia,


Yunani, Nasrani dan Arab

D. Manfaat

1. Kita dapat mengetahui dasar-dasar Tasawwuf dalam al-Qur’an

2. Kita dapat mengetahui Tasawwuuf pada masa Rosulullah


3. Kita dapat mengetahui Tasawwuf pada masa sahabat Rosulullah
4. Kita dapat mengetahui unsur-unsur yang mempengaruhi Tasawwuf Hindu, Budha,
Persia, Yunani, Nasrani dan Arab

6
BAB II

PEMBAHASAN

A. Dasar-Dasar Tasawwuf Dalam Al-Qur’an

Kajian tentang tasawwuf semakin banyak diminati orang. Sebagai bukti,


misalnya, semakin banyaknya buku yang membahas tasawwuf yang banyak kita
temui telah mengisi berbagai perpustakan terutama di negara-negara yang
berpenduduk muslim, juga negara-negara barat sekalipun yang mayoritas
masyarakatnya adalah nonmuslim.

Ketertarikan mereka terhadap tasawwuf dapat dilihat pada dua kecenderungan,


yaitu pertama karena kecenderungan terhadap kebutuhan fitrah atau naluriah. Kedua
karena kecenderungan pada persoalan akademis. Kecenderungan pertaman
mengisyaratkan bahwa manusia membutuhkan sentuhan-sentuhan spiritual atau
rohani. Kecenderungan kedua mengisyaratkan bahwa kajian tasawuf menarik untuk
dikaji secara akademis-keilmuan.

Kemudian untuk melihat dasar-dasar tentang tasawwuf, dirasa penting untuk


mengetahui landasan-landasan naqli dari tasawuf. Landasan naqli yang di maksudkan
adalah landasan Al-Qur’an dan Al-Hadis. Hal ini penting karena Al-Qur’an dan Al-
Hadis merupakan kerangka acuan pokok yang selalu dipegang umat islam.

1. Landasan Al-Qur’an
Al-Quran merupakan kitab Allah Swt. Yang di dalamnya terkandung muatan-
muatan ajaran islam, baik akidah , syariah, maupun muamalah. Ketiga muatan
tersebut banyak tercermin dalam ayat-ayat yang termaktub dalam Al-Quran. Ayat-
ayat Al-Quran itu, di satu sisi memang perlu dipahami secara tekstual lahiriah, namun
di sisi lain, ada juga wajib dipahami secara kontektual rohaniah. Sebab jika dipahami
hanya salah satunya saja, ayat-ayat Al-Quran akan terasa kaku, kurang dinamis.

7
Mengenai tasawuf, beberapa sufi menyandarkan pengertian dan dasar-dasarnya
kepada ayat-ayat Al-Quran. Ajaran tasawwuf diidentikkan dengan ajaran islam
walaupun agama lain juga memiliki hal yang serupa dengan tasawuf. Berikut adalah
ayat-auat Al-Quran yang berkenaan dengan dasar tasawuf menurut para sufi:
a. Q.S Asy-Syuura [42] :20

Ayat ini dijadikan landasan akan urgensi kezuhudan dalam kehidupan dunia,
adalah firman Allah yang artinya :

“Barang siapa yang menghendaki keuntungan di akhirat akan Kami tambah


keuntungan itu baginya dan barang siapa yang menghendaki keuntungan di dunia
Kami berikan kepadanya sebagian dari keuntungan dunia dan tidak ada baginya
suatu bahagianpun di akhirat.”
b. Q.S Al-Hadid [57] : 20
Artinya:
“Ketahuilah, bahwa Sesungguhnya kehidupan dunia ini hanyalah permainan dan
suatu yang melalaikan, perhiasan dan bermegah- megah antara kamu serta
berbangga-banggaan tentang banyaknya harta dan anak, seperti hujan yang
tanam-tanamannya mengagumkan para petani; Kemudian tanaman itu menjadi
kering dan kamu lihat warnanya kuning Kemudian menjadi hancur. dan di
akhirat (nanti) ada azab yang keras dan ampunan dari Allah serta keridhaan-
Nya. dan kehidupan dunia Ini tidak lain hanyalah kesenangan yang menipu.”
Ayat ini menandaskan bahwa kebanyakan manusia melaksanakan amalan-
amalan yang menjauhkannya dari amalan-amalan yang bermanfaat untuk diri dan
keluarganya, sehingga mereka dapat kita temukan menjajakan diri dalam
kubangan hitamnya kesenangan dan gelapnya hawa nafus mulai dari kesenangan
dalam berpakaian yang indah, tempat tinggal yang megah dan segala hal yang
dapat menyenangkan hawa nafsu, berbangga-bangga dengan nasab dan banyaknya
harta serta keturunan (anak dan cucu). Akan tetapi semua hal tesebut bersifat
sementara dan dapat menjadi penyebab utama terseretnya seseorang kedalam azab
yang sangat pedih pada hari ditegakkannya keadilan di sisi Allah, karena semua
hal tersebut hanyalah kesenangan yang melalaikan, sementara rahmat Allah hanya
terarah kepada mereka yang menjauhkan diri dari hal-hal yang melallaikan
tersebut.

8
c. Q.S Ath-Thalaq [65] : 3
Artinya:
“Dan memberinya rezki dari arah yang tiada disangka-sangkanya. dan
barangsiapa yang bertawakkal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan
(keperluan)nya. Sesungguhnya Allah melaksanakan urusan yang
(dikehendaki)Nya. Sesungguhnya Allah Telah mengadakan ketentuan bagi tiap-
tiap sesuatu.”
Q.S ath-Thaaq ini menjadi landasan kesufian yang berkenaan dengan
kewajiban seorang mu’min untuk senantiasa bertawakkal dan berserah diri hanya
kepada Allah swt semata serta mencukupkan bagi dirinya cukup Allah sebagai
tempat menggantungkan segala urusan.
d. Q.S As-Sajadah [32] : 16
Ayat Al-Qur’an yang menjadi landasan munculnya kezuhudan dan menjadi
jalan kesufian adalah ayat-ayat yang berbicara tentang rasa takut kepadan Allah
dan hanya berharap kepada-Nya yaitu Q.S as-Sajadah [32] ayat 16 yang artinya :
“Lambung mereka jauh dari tempat tidurnya dan mereka selalu berdoa kepada
Rabbnya dengan penuh rasa takut dan harap”
Maksud dari perkataan Allah Swt : “Lambung mereka jauh dari tempat
tidurnya” adalah bahwa mereka tidak tidur di waktu biasanya orang tidur untuk
mengerjakan shalat malam.
e. Q.S at-Taubah [9] ayat : 24
Artinya:
Katakanlah: “Jika bapa-bapa , anak-anak , saudara-saudara, isteri-isteri, kaum
keluargamu, harta kekayaan yang kamu usahakan, perniagaan yang kamu
khawatiri kerugiannya, dan tempat tinggal yang kamu sukai, adalah lebih kamu
cintai dari Allah dan Rasul-Nya dan dari berjihad di jalan nya, Maka tunggulah
sampai Allah mendatangkan Keputusan-Nya”. dan Allah tidak memberi petunjuk
kepada orang-orang yang fasik.
Ayat ini menunjukkan bahwa kecintaan terhadap Allah, Rasul-Nya dan
berjihad di jalan-Nya harus menjadi prioritas utama di atas segala hal, bahkan
kecintaan kepada Allah dan Rasul-Nya harus melebihi di atas kecintaan kepada
ayah, ibu, anak, istri, keluarga, harta, perniagaan dan segala hal yang bersifat
duniawi, atau dengan kata lain bahwa seseorang yang ingin mendapatkan
kebahagiaan hidup di dunia dan mendambakan tempat terbaik diakhirat
9
hendaknya menjadikan Allah dan Rasul-Nya sebagai kecintaan tertinggi dalam
dirinya.

2. Tasawwuf Pada Masa Rosulullah


Pada masa Rosulullah dan masa sebelum datangnya agama islam, tasawwuf
belum ada. Istilah sufipun pertama kali digunakan oleh Abu Hasim (W. 780 M)
seorang zahis Syiria.
Awal munculnya islam di Jazirah Arab, agama islam yang di dakwahkan oleh
nabi Muhammad Saw. Tampak begitu sederhana. Formulasi ajaranya begitu mudah di
pahami karena Nabi Muhammad Saw sendiri masih menjadi panutan utama atau
Uswatun Hasanah bagi umat islam. Ajaran dan contoh teladannya dapat di berikan
secara langsung tanpa perantara. Gelar atau julikan “Al-Amin” yang sandangkan
kepada beliau sejak masa remaja, beliau selalu mendapat tempat di tengah-tengah hati
masyarakat Arab khususnya masyarakat Quraisy, sehingga sikap, tingkah laku, sifat,
dan semua pola hidup (sirah) beliau menjadi tumpuan dan suri tauladan masyarakat
waktu itu.
Selanjutnya, dalam kehidupan Nabi Muhammad Saw. Juga terdapat petunjuk
yang menggambarkan bahwa dirinya adalah seorang sufi. Nabi Muhammad Saw.
Telah melakukan pengasingan diri di gua Hira menjelang datangnya wahyu. Beliau
menjauhi pola hidup kebendaan saat orang Arab tengah tenggelam di dalamnya.
Selama di gua Hira, Rosulullah Saw. Hanyalah bertafakkur, beribadah, dan hidup
sebagai seorang zahid.
Semua ajaran tasawuf sudah muncul sejak zaman nabi Muhammad Saw. Seperti yang
di sabdakan Nabi Muhammad Saw :
“Sembahlah Allah seolah olah engkau melihatnya, maka ia pasti melihatmu.”(HR.
Bukhari dan Muslim)
Dari hadist ini dapat di pahami bahwa Rosulullah Saw ini telah menguji atau
merujukpada ranah tassawuf yang kita kenal saat ini dengan istilah makrifat.
Ibadah Nabi Muhammad Saw juga sebagai cikal bakal tasawwuf. Nabi adalah
orang yang tekun beribadah. Dalam suatu riwayat dari Aisyah RA disebutkan bahwa
pada suatu malam Nabi Saw mengerjakan sholat malam, di dalam sholat lututnya
bergetar karena panjang dan banyak rakaat sholatnya.

10
3. Tasawwuf Pada Massa Sahabat Rosulullah
Salah satu yang menjadi sumber tasawuf oleh para sufi adalah kehidupan para
sahabat nabi. Para sahabat telah menunjukkan keteguhan iman, ketakwaan, kezuhudan
dan budi pekerti luhur yang patut dicontoh. Itu sebabnya para penganut tasawuf tidak
pernah mengabaikan kehidupan kerohanian para sahabat yang menumbuhkan
kehidupan sufi diabad-abad sesudahnya.
Kehidupan tasawuf para sahabat dijadikan acuan oleh para sufi karena mereka
adalah murid langsung Nabi Muhammad Saw. Dalam segala perbuatan dan ucapan
sahabat juga senantiasa mengikuti kehidupan Rasulullah Saw. Oleh karena itu
perilaku kehidupan mereka dapat dikatakan sama dengan perilaku kehidupan
Rasulullah Saw, kecuali hal-hal yang memang khusus bagi Nabi Saw.
Kehidupan para sahabat adalah kehidupan yang paling dekat dan paling mirip
dengan kehidupan yang dicontohkan oleh Nabi Muhammad SAW. Karena mereka
menyaksikan secara langsung apa yang diperbuat dan dituturkan oleh Nabi SAW.
Berikut adalah kehidupan tasawuf empat sahabat Nabi Muhammad Saw yang
dijadikan panutan para sufi:
a. Abu Bakar as-Siddiq.
Pada mulanya ia adalah salah seorang Quraisy yang kaya. Setelah masuk
islam, ia menjadi orang yang sangat sederhana. Ketika menghadapi perang Tabuk,
Rasulullah Saw bertanya kepada para sahabat, Siapa yang bersedia memberikan
harta bendanya dijalan Allah Saw. Abu Bakar lah yang pertama menjawab”Saya ya
Rasulullah.” Akhirnya Abu Bakar memberikan seluruh harta bendanya untuk jalan
Allah Saw. Melihat demikian, Nabi Saw bertanya kepada”Apalagi yang tinggal
untukmu wahai Abu Bakar?” ia menjawab”Cukup bagiku Allah dan Rasul-Nya.”
Diriwayatkan bahwa selama enam hari dalam seminggu Abu Bakar selalu
dalam keadaan lapar. Pada suatu hari Rasulullah Saw pergi kemesjid. Disana Nabi
Saw bertemu Abu Bakar dan Umar bin Khattab, kemudian ia bertanya”Kenapa
anda berdua sudah ada di mesjid?” Kedua sahabat itu menjawab”Karena
menghibur lapar.”
Diceritakan pula bahwa Abu Bakar hanya memiliki sehelai pakaian. Ia
berkata”Jika seorang hamba begitu dipesonakan oleh hiasan dunia, Allah
membencinya sampai ia meninggalkan perhiasan itu.” Oleh karena itu Abu Bakar
memilih takwa sebagai ”pakaiannya.” Ia menghiasi dirinya dengan sifat-sifat

11
rendah hati, santun, sabar, dan selalu mendekatkan diri kepada Allah SWT dengan
ibadah dan zikir.
b. Umar bin Khattab
Umar bin Khattab yang terkenal dengan keheningan jiwa dan kebersihan
kalbunya, sehingga Rasulullah Saw berkata”Allah telah menjadikan kebenaran
pada lidah dan hati Umar.” Ia terkenal dengan kezuhudan dan kesederhanaannya.
Diriwayatkan, pada suatu ketika setelah ia menjabat sebagai khalifah, ia berpidato
dengan memakai baju bertambal dua belas sobekan.
Diceritakan, Abdullah bin Umar, putra Umar bin Khatab, ketika masih kecil
bermain dengan anak-anak yang lain. Anak-anak itu semua mengejek Abdullah
karena pakaian yang dipakainya penuh dengan tambalan. Hal ini disampaikannya
kepada ayahnya yang ketika itu menjabat sebagai khalifah. Umar merasa sedih
karena pada saat itu tidak mempunyai uang untuk membeli pakaian anaknya. Oleh
karena itu ia membuat surat kepada pegawai Baitulmal (Pembendaharaan Negara)
diminta dipinjami uang dan pada bulan depan akan dibayar dengan jalan
memotong gajinya.
Pegawai Baitulmal menjawab surat itu dengan mengajukan suatu
pertanyaan, apakah Umar yakin umurnya akan sampai bulan depan. Maka dengan
perasaan terharu dengan diiringi derai air mata , Umar menulis lagi sepucuk surat
kepada pegawai Baitul Mal bahwa ia tidak lagi meminjam uang karena tidak yakin
umurnya sampai bulan yang akan datang.
Disebutkan dalam buku-buku tasawuf dan biografinya, Umar menghabiskan
malamnya beribadah. Hal demikian dilakukan untuk mengibangi waktu siangnya
yang banyak disita untuk urusan kepentingan umat. Ia merasa bahwa pada waktu
malamlah ia mempunyai kesempatan yang luas untuk menghadapkan hati dan
wajahnya kepada Allah Swt.
c. Usman bin Affan
Usman bin Affan yang menjadi teladan para sufi dalam banyak hal. Usman
adalah seorang yang zuhud, tawaduk (merendahkan diri dihadapan Allah Swt),
banyak mengingat Allah Swt, banyak membaca ayat-ayat Allah Swt, dan memiliki
akhlak yang terpuji. Diriwayatkan ketika menghadapi Perang Tabuk, sementara
kaum muslimin sedang menghadapi paceklik, Usman memberikan bantuan yang
besar berupa kendaraan dan perbekalan tentara.

12
Diriwayatkan pula, Usman telah membeli sebuah telaga milik seorang
Yahudi untuk kaum muslimin. Hal ini dilakukan karena air telaga tersebut tidak
boleh diambil oleh kaum muslimin.
Dimasa pemerintahan Abu Bakar terjadi kemarau panjang. Banyak rakyat
yang mengadu kepada khalifah dengan menerangkan kesulitan hidup mereka.
Seandainya rakyat tidak segera dibantu, kelaparan akan banyak merenggut nyawa.
Pada saat paceklik ini Usman menyumbangkan bahan makanan sebanyak seribu
ekor unta.
Tentang ibadahnya, diriwayatkan bahwa usman terbunuh ketika sedang
membaca Al-Qur’an. Tebasan pedang para pemberontak mengenainya ketika
sedang membaca surah Al-Baqarah ayat 137 yang artinya”Maka Allah akan
memelihara kamu dari mereka. Dan Dia lah Yang Maha Mendengar lagi Maha
Mengetahui.” ketika itu ia tidak sedikitpun beranjak dari tempatnya, bahkan tidak
mengijinkan orang mendekatinya. Ketika ia rebah berlumur darah, mushaf
(kumpulan lembaran) Al-Qur’an itu masih tetap berada ditangannya.
d. Ali bin Abi Talib
Ali bin Abi Talib yang tidak kurang pula keteladanannya dalam dunia
kerohanian. Ia mendapat tempat khusus di kalangan para sufi. Bagi mereka Ali
merupakan guru kerohanian yang utama. Ali mendapat warisan khusus tentang ini
dari Nabi Saw. Abu Ali ar-Ruzbari , seorang tokoh sufi, mengatakan bahwa Ali
dianugerahi Ilmu Laduni. Ilmu itu, sebelumnya, secara khusus diberikan Allah
SWT kepada Nabi Khaidir AS, seperti firmannya yang artinya”dan telah Kami
ajarkan padanya ilmu dari sisi Kami.” (QS.Al Kahfi:65).
Kezuhudan dan kerendahan hati Ali terlihat pada kehidupannya yang
sederhana. Ia tidak malu memakai pakaian yang bertambal, bahkan ia sendiri yang
menambal pakiannya yang robek.
Suatu waktu ia tengah menjinjing daging di Pasar, lalu orang
menyapanya”Apakah tuan tidak malu memapa daging itu ya Amirulmukminin
(Khalifah)?” Kemudian dijawabnya”Yang saya bawa ini adalah barang halal,
kenapa saya harus malu?”.

Abu Nasr As-Sarraj at-Tusi berkomentar tentang Ali. Katanya:”Di antara


para sahabat Rasulullah SAW Amirulmukminin Ali bin Abi Talib memiliki
keistimewahan tersendiri dengan pengertian-pengertiannya yang agung, isyarat-
13
isyaratnya yang halus, kata-katanya yang unik, uraian dan ungkapannya tentang
tauhid, makrifat, iman, ilmu, hal-hal yang luhur, dan sebagainya yang menjadi
pegangan serta teladan para sufi.

4. Unsur-Unsur Yang Mempengaruhi Tasawwuf Hindu,Budha, Persia, Yunani,


Nasrani dan Arab
Orang Barat berkata bahwa sumber Tasawuf berasal dari Unsur islam dan
Unsur di luar islam. Unsur dari luar islam meliputi Unsur Hindu/Budha, Unsur Persia,
Unsur Yunani, dan Unsur Masehi. Berikut penjelasan dari unsur-unsur tersebut.
a. Unsur Islam
Tasawuf berasal dari ajaran-ajaran islam yang bersumber dari al-Quran dan
Hadits. Yang mengandung pelajaran yang bersifat lahiriah dan batiniah. Ajaran
yang bersifat batiniah itulah yang melahirkan tasawuf.
Banyak perintah dalam al-Quran yang menyeru kita untuk bertaubat dan
mensucikan diri dari dosa. Selain itu terdapat hadits yang juga menyeru kita untuk
bertaubat dan mensucikan diri dari dosa, bahkan juga contoh yang diajarkan
langsung oleh Rasulullah. Kondisi masyarakat yang ada pada masa Rasulullah juga
mendorong lahirnya tasawuf dalam ajaran islam. Masyarakat yang mencontoh
perbuatan Rasulullah dan melaksanakan perintah beliau untuk selalu mencintai
Allah juga berperan dalam melahirkan tasawuf.
b. Unsur Luar Islam
Orang Barat mengatakan bahwa tasawuf dalam islam dipengaruhi oleh
agama-agama sebelum islam yang sudah ada dan dikenal oleh bangsa Arab
sebelum masuknya islam. Hal ini boleh kita benarkan secara akademik, akan tetapi
secara akidah kita perlu mengkajinya terlebih dahulu. Berikut penjelasan mengenai
beberapa unsur di luar islam yang diduga mempengaruhi tasawuf islam.

c. Unsur Hindu/Budha
Terdapat kesamaan dalam ajaran Hindu Budha dengan ajaran tasawuf.
Diantaranya yaitu mengenai cara ibadah dan mujahadah tasawuf dengan Hindu.
Begitu juga dengan paham reinkarnasi, cara kelepasan dari dunia versi
Hindu/Budha dengan persatuan diri dengan jalan mengingat Allah.
Salah satu maqomat Sufiah al-Fana tampaknya ada persamaan dengan ajaran
tentang Nirwana dalam Agama Hindhu. Gold Ziher mengatakan bahwa ada
14
hubungan persamaan antara tokoh Sidharta Gautama dengan Ibrahim bin
Adhamtokoh sufi. Dan menurut Qomar Kailani pendapat inilah yang paling
ekstrim. Karena kalau diterima, berarti Agama Hindhu/Budha sudah ada di Arab
sejak jaman Nabi. Namun hal ini perlu di kaji lagi karena tidak ada bukti mengenai
kebenaran dari hal tersebut.
d. Unsur Persia
Arab dan Persia sudah memiliki hubungan sejak lama, yaitu dalam bidang
politik, pemikiran, kemasyarakatan dan sastra. Akan tetapi tidak ada dalil yang
kuat yang menyatakan bahwa kehidupan rohani Persia telah masuk ke tanah Arab.
Namun juga terdapat kesamaan antara istilah zuhud di Arab dengan zuhud menurut
agama Manu dan Mazdaq dan hakikat Nabi Muhammad SAW. menyerupai paham
Harmuz dalam agama Zarathustra.
e. Unsur Yunani
Berpikir filsafat Yunani telah masuk pada dunia dimana berkembangnya pada
akhir Daulah Abbasiyah. Sehingga metode filsafat ini pun timbul mempengaruhi
pola pikir orang Islam yang ingin dekat dengan sang Khaliknya. Unsur ini
kemudian melahirkan salah satu aliran tasawuf yaitu tasawuf falsafi. Seperti yang
kita ketahui bahwa filsafat bekerja dengan mengukur segala sesuatu menggunakan
akal pikiran. Tokoh yang mengembangkan aliran tasawuf ini diantaranya adalah al-
Farabi, al-Kindi, Ibn Sina, Ibn Arabi, al-Hallaj, Suhrawardi dan lain-lain.
f. Unsur Masehi (Nasrani)
Abuddin Nata dalam bukunya yang berjudul Akhlak Tasawuf mengatakan
bahwa unsur-unsur tasawuf Nasrani yang diduga mempengaruhi pemikiran tasawuf
islam adalah sikap fakir

15
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Ilmu Tasawwuf adalah ilmu untuk melatih jiwa dengan berbagai kegiatan yang
dapat membebaskan dirinya dari pengaruh kehidupan dunia, sehingga tercermin ahlak
yang mulia dan dekat dengan Allah Swt. Inilah esensi atau hakikat tasawuf itu sendiri.
Tasawuf bertujuan untuk memperoleh suatu hubungan khusus langsung dari Tuhan.
Mengenai tasawuf, beberapa sufi menyandarkan pengertian dan dasar-dasarnya
kepada ayat-ayat Al-Quran. Ajaran tasawwuf diidentikkan dengan ajaran islam walaupun
agama lain juga memiliki hal yang serupa dengan tasawuf.
Pada masa Rosulullah dan masa sebelum datangnya agama islam, tasawwuf belum
ada. Istilah sufipun pertama kali digunakan oleh Abu Hasim (W. 780 M) seorang zahis
Syiria. Namun dalam kehidupan Nabi Muhammad Saw. Juga terdapat petunjuk yang
menggambarkan bahwa dirinya adalah seorang sufi
Salah satu yang menjadi sumber tasawuf oleh para sufi adalah kehidupan para
sahabat Nabi. Para sahabat telah menunjukkan keteguhan iman, ketakwaan, kezuhudan
dan budi pekerti luhur yang patut dicontoh.
Orang Barat berkata bahwa sumber Tasawuf berasal dari Unsur islam dan Unsur di
luar islam. Unsur dari luar islam meliputi Unsur Hindu/Budha, Unsur Persia, Unsur
Yunani, dan Unsur Masehi
B. Saran

Kami berharap dengan terselesaikan makalah ini dapat menambah wawasan dan
juga pengetahuan baik bagi pembaca maupun penulis. Selain itu dengan terselesaikan
makalah ini dapat menjadikan panduan dalam menerapkan segala hal yang patut untuk di
tiru dalam kehidupan sehari-hari.

Menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna, kedepannya kami
akan lebih fokus dan detail dalam menjelaskan tentang makalah di atas dengan sumber –
sumber yang lebih banyak yang akan dapat di pertanggung jawabkan. Oleh karena itu
kritik dan saran yang membangun dari para pembaca sangat penulis harapkan untuk

16
perbaikan ke depannya, dan semoga makalah ini dapat memberikan manfaat dan dapat
ilmu baru dalam bidang tasawuf falsafi kepada pembaca secara umum.

DAFTAR PUSTAKA

Juwannur Arova. Akhlak dan Tasawwuf. 2018.


https://ikoetaku.wordpress.com/2011/01/07/unsur-unsur-luar-islam-yang-diduga-
mempengaruhi-tasawuf-islam/

Pecihitam.org. Pengertian Tasawwuf dan Dasar-Dasarnya Dalam Islam. 2019. [Internet]


tersedia di https://ikoetaku.wordpress.com/2011/01/07/unsur-unsur-luar-islam-yang-diduga-
mempengaruhi-tasawuf-islam/

Ebnue El-Mulbar. Dasar-Dasar Tasawwuf dari Al-Quran dan Hadist. 2008. [Internet]
tersedia di https://ikoetaku.wordpress.com/2011/01/07/unsur-unsur-luar-islam-yang-diduga-
mempengaruhi-tasawuf-islam/

Tipstriksib. Sejarah Ilmu Tasawuf dalam Islam Pada Masa Nabi Muhammad SAW dan
Sahabat Rasulullah SAW. 2018. [Internet] tersedia di.
https://ikoetaku.wordpress.com/2011/01/07/unsur-unsur-luar-islam-yang-diduga-
mempengaruhi-tasawuf-islam/

Sufi Muda. Tasawuf adalah Ajaran Rasulullah SAW dan Para Sahabat. 2012. [Internet]
tersedia https://ikoetaku.wordpress.com/2011/01/07/unsur-unsur-luar-islam-yang-diduga-
mempengaruhi-tasawuf-islam/

Arjunes. Pengertian Tasawuf dan Sumber Tasawuf serta Unsur yang Mempengaruhi
Tasawuf. 2017. [Internet] tersedia di https://ikoetaku.wordpress.com/2011/01/07/

Abdurrahman. Unsur-Unsur Luar Islam Yang Diduga Mempengaruhi Tasawuf Islam. 2011.
[Internet] tersedia di https://ikoetaku.wordpress.com/2011/01/07/unsur-unsur-luar-islam-
yang-diduga-mempengaruhi-tasawuf-islam/

Nata, Abudin. 2006. Akhlak dan tasawwuf. Jakarta : PT RadjaGrafindo Persada

17

Anda mungkin juga menyukai