Anda di halaman 1dari 3

Nama : Maria Galla’

NIM : P10119083

Kasus-kasus di Sulawesi bagaimana kerusakan lingkungan hidup dapat


menimbulkan bencana terhadap daerah sekitarnya.

1. Alih fungsi lahan kemudian dimanfaatkan untuk aktivitas pertambangan. Ada


75 izin usaha pertambangan di Konawe Utara, Sulawesi Tenggara. Izin itu
diberikan tanpa mempertimbangkan daya dukung lingkungan. Aktivitas
pertambangan ini telah menghancurkan kawasan hutan, dan merusak daerah
aliran sungai, terutama di kawasan hulu. Intensitas hujan yang tinggi menjadi
kombinasi banjir besar tahun 2019 di Konawe Utara. Yang lebih
memprihatinkan adalah pemerintah daerah menganggap izin tambang itu
sebagai andalan sumber pendapatan daerah. Padahal ditilik lebih dalam, sektor
ini tidak signifikan memberikan dampak positif bagi masyarakat. Karena itu,
tidak ada pilihan lain yang harus dilakukan oleh Pemerintah Daerah Sulawesi
Tenggara, yakni hentikan seluruh aktivitas pertambangan di provinsi itu.
Kemudian, lakukan audit untuk mengetahui praktik pertambangan yang
merusak lingkungan. Pemerintah daerah harus tegas. Pemerintah daerah jangan
menjadi bagian dari masalah yang menimbulkan kerusakan alam dan
penderitaan bagi warga Sulawesi Tenggara. Hal ini mengakibatkan terjadinya
banjir besar yang meluluhlantakkan sejumlah desa di provinsi itu, banjir
bandang yang terjadi di Konawe Utara ini membawa sedimen lumpur dari
gunung, dari area tambang nikel di hulu dan menyapu daerah hilir, tempat
mayoritas penduduk bermukim.
2. Bencana ekologis yang terjadi di Sulawesi Selatan disebabkan eksploitasi
sumber daya alam dan perusakan lingkungan yang berlebihan dalam meraup
keuntungan tanpa memikirkan keberlanjutan lingkungan dan keselamatan hidup
rakyat. Selain itu, rentetan bencana ekologis di Sulsel dari tahun ke tahun
semakin meningkat. Sepanjang sejarah di Sulsel, bencana ekologis yang paling
parah pada Januari 2019 yang menimbulkan banyak kerugian baik secara
materil maupun non materil. Terjadinya bencana banjir pada tahun 2019 di
beberapa daerah di Sulawesi Selatan disebabkan karena jumlah tutupan hutan
Daerah Aliran Sungai (DAS) Jeneberang di Kabupaten Gowa hanya sebesar
16,82 persen. Seharusnya luas tutupan hutan sebagai 'catchment area' atau
daerah resapan air 30 persen dari luas DAS Jeneberang. Akibatnya, bencana
banjir terjadi hingga menyasar di beberapa kabupaten kota di Sulawesi selatan
seperti, Kota Makassar, Kabupaten Gowa, Kabupaten Takalar dan Kabupaten
Jeneponto pada awal Januari 2019.
3. Banjir bandang pada tahun 2014 menimpa 4 wilayah di Sulawesi Utara, yaitu
Manado, Tomohon, Minahasa, dan Minahasa Utara dengan wilayah terparah
terkena dampak banjir bandang di Manado. Banjir bandang menyebabkan
puluhan ribu orang menjadi korban banjir bandang dan melakukan pengungsian
akibat banjir bandang. Banjir Bandang ini juga mengakibatkan puluhan ribu
rumah mengalami kerusakan. Selain itu, banjir bandang menyebabkan
kerusakan pada sarana dan prasarana di wilayah yang terkena bencana. Banjir
bandang ini juga disusul terjadinya longsor yang mengakibatkan kerugian
dengan perkiraan sebesar 1,8 triliun Rupiah. Banjir bandang ini disebabkan
hilangnya hutan dan sungai-sungai kecil di sekitar Manado, serta rusaknya
daerah resapan akibat pembangunan kota yang serampangan menyebabkan
sejumlah sungai di Manado tak mampu lagi menahan debit air hujan. Selain itu
banjir bandang ini diperparah, karena air laut yang sedang pasang.
4. Terjadinya banjir bandang di Sigi, Sulawesi Tengah pada tahun 2019
mengakibatkan 90% rumah penduduk terimbun lumpur bercampur pasir,
Wahana Lingkungan Hidup (WALHI) Sulawesi Tengah mengatakan
berdasarkan investigasi awal, pihaknya menduga kuat banjir bandang itu
diakibatkan oleh kerusakan hutan akibat aktivitas penebangan liar di hulu
sungai. Batang-batang kayu dalam ukuran besar yang terbawa banjir ditemukan
memiliki bekas potongan mesin.

Anda mungkin juga menyukai