Peta dua atau tiga dimensi yang menunjukkan situasi dan kondisi riil masyarakat dan
kewilayahannya yang di dalamnya memuat data/informasi tentang jenis bahaya/ancaman,
kerentanan, risiko dan kapasitas masyarakat
Tujuan pembuatan peta BKRK:
Mengetahui situasi dan kondisi riil masyarakat. Mengetahui tingkat bahaya, kerentanan,
dan risiko kaitannya dengan bencana, masalah kesehatan, lingkungan dan sebagainya.
Mengidentifikasi kapasitas masyarakat dan sumber daya serta karakteristik geografis dan
demografis masyarakat berdasarkan tingkat bahaya, kerentanan dan risikonya.
Seluruh proses pembuatan peta BKRK harus melibatkan perwakilan stakeholder yang ada,
terutama masyarakat dan perangkat desa/kelurahan. Secara umum prosedur pemetaan
BKRK dibagi menjadi tiga tahapan, yaitu :
b. Transect Walk
Melakukan jalan transek melalui lintasan-lintasan lifeline dengan menggunakan
Basemap dan Kobo Collect, serta dilengkapi dengan data-data peta yang telah ada.
Selama melakukan jalan transek, tim harus melakukan survei/observasi langsung ke
lokasi rawan bahaya, kelompok-kelompok masyarakat rentan, tempat-tempat yang
rentan/berisiko, serta sumber-sumber daya/kapasitas yang dimiliki oleh masyarakat.
Proses penggalian data dapat dilakukan melalui wawancara, ocular survey dan lain
sebagainya dengan tahapan sebagai berikut :
- Setiap kelompok dengan membawa Kobo Collect dan perlengkapan lainnya
diminta melakukan transek.
- Pengorganisasian setiap kelompok adalah sebagai berikut: 1 orang bertugas
melakukan interview, 1 orang bertugas input data di kobo, 1 orang bertugas
sebagai pelaku occular/observasi.
- Sambil melaksanakan transect walk, tim melakukan identifikasi semua lifeline
(jalur hidup) di daerah tempat tinggal masyarakat serta mengidentifikasi bahaya,
kerentanan, risiko, dan kapasitas / sumber daya yang ada secara riil di
masyarakat.
- Berdasarkan dari transek tersebut, selanjutnya tim mengunduh data kobo di
server.
- Cleaning data kobo yang telah di download tersebut sehingga data tersebut siap
diguanakan.
Setelah memperoleh data maka dibuat peta berdasarkan hasil yang didapat dari
transect walk dengan tahapan sbb.:
Buat kesepakatan dengan semua tim tentang warna yang melambangkan tiap jenis
bahaya. Misalnya biru untuk bahaya banjir, merah untuk bahaya kebakaran, coklat
untuk bencana kekeringan dll.
Layout data-data tersebut di qgis hingga memperoleh hasil peta Spot
Lakukan kajian terhadap hasil peta.
Setelah diperoleh peta Spot maka berikutnya adalah membuat transek guna
mengetahui wilayah-wilayah yang rentan dengan tahapan sebagai berikut :
- Pemetaan ini untuk melihat hubungan antara letak geografis dan topografis
daerah tempat tinggal mereka dengan kondisi bahaya, kerentanan, risiko dan
kapasitas sumber daya yang ada.
- Berdasarkan Peta Spot yang ada, tim menentukan dan menyepakati pola
irisan transek.
- Berdasarkan pola irisan transek yang telah disepakati, irislah jalur topografi
yang telah dilalui pada saat melakukan transek. Irisan ini membentuk titik-
titik jalur lintasan garis, bulat, spiral dll. Saat menentukan lintasan transek
tersebut, kita harus yakin bahwa lintasan yang ditarik dari satu titik ke titik
lainnya telah memenuhi persyaratan sebagai berikut :
- Daerah/lokasi terjadinya bahaya.
- Daerah-daerah yang berisiko tinggi terkena dampak bencana.
- Daerah pada peta yang tinggi kepadatan penduduknya.
- Daerah pada peta di mana terletak sumber daya utama dan lifeline
utama.
- Daerah-daerah yang menunjukkan kerentanan dan kapasitas.
- Buat garis melintang topografis pada peta, dimulai dari titik A dan
berakhir di titik B, C, D.......... dst.
- Gambarlah peta transek pada masing-masing irisan topografi. Kemudian
kajilah secara detail masing-masing variabel dengan menggunakan data-data
yang telah ada. - Lakukan kajian terhadap peta.
Data yang terkumpul selama survei, dipresentasikan saat pertemuan warga untuk
pengakuan dan validitasi, selanjutnya diolah menjadi peta dasar digital/base map
computerized/digitalized. Peta dasar digital/terkomputerisasi selanjutnya digunakan
warga masyarakat untuk bahan penyusunan dan perencanaan kesiapsiagaan bencana dan
tanggap darurat bencana.
Di dalam kegiatan ini, masyarakat diminta untuk menampilkan gambar bahaya yang lebih
sistematis tentang daerah mereka. Lebih khusus lagi, mereka harus membuat penilaian
pada kondisi bahaya berdasarkan landasan tiap bahaya (hazard based).
Minta pendapat masyarakat untuk mengisi matrik bahaya tentang daerah tinggal mereka.
Mereka bisa mengambil contoh matrik berikut:
a. Matrik Bahaya 1
Dan Seterusnya
b. Matrik Bahaya 2
Bahaya Frekuensi Risiko Keterangan
Tinggi Sedang Rendah
Letusan Letusan Gunung Berapi V Terutama
gunung terakhir terjadi tahun Masyarakat
berapi 1980 dan akan meletus Kampung
20 tahun kemudian Pumpente
Angin Dan Angin dan Gelombang V Biasanya merusak
gelombang pasang terjadi pada pinggiran pantai
pasang bulan desember dan (abrasi pantai)
Januari dan jika angin
barat bertiup
membuat
masyarakat tidak
bisa menangkap
ikan
c. Matrik Bahaya 3
Bahaya Yang
Dampak Potensial Langkah Untuk Langkah Untuk
Mungkin
(Risiko) Bencana Mengurangi Risiko Mengurangi Ancaman
Terjadi
A. Letusan 1. Terancamnya 1.1 Membuat rambu Note saja :
gunung keselamatan jalur evakuasi dan
mensosialisasikan Merujuk kepada jenis
berapi penduduk desa.
kepada penduduk bahaya/ancaman,
2. Hancurnya 1.2 Membangun sistem untuk beberapa
pemukiman dan peringatan dini bahaya/ancaman yang
sumber penghidupan 1.3 Membuat dan diakibatkan oleh alam,
masyarakat menyusun rencana sepertinya tidak ada
3. Tidak kontigensi langkah yang bisa
berfungsinya peran 3.1 Menyusun SOP dilakukan untuk
dan fungsi mengurangi
3.2 Melakukan
pemerintahan desa bahaya/ancaman
simulasi tanggap
karena terjadi tersebut. Sedangkan
darurat bencana
kepanikan warga untuk bahaya/ancaman
letusan gunung
untuk segera yang diakibatkan oleh
berapi
mengungsi manusia maka kita
dapat melakukan
beberapa langkah
untuk mengurangi
ancaman.
B. Seluruh Warga Membuat tanggul Menertibkan
Gelombang Kampung Humpente masyarakat yang
(idem, diperbaiki
pasang (idem, diperbaiki mengambil material
dengan contoh diatas)
dengan contoh pantai secara ilegal
diatas)
Diskusikan dengan Masyarakat dan minta mereka untuk membahas lagi semua hasil data
terdahulu yakni peta spot - peta transek dan matrik bahaya.
Risiko Pernyataan
Frekuensi Risiko
Bahaya
TINGGI SEDANG RENDAH Umum
Bahaya A
Bahaya B
Bahaya C
Setelah dua kolom pertama diisi, tanyalah pada masyarakat tentang tingkat risiko untuk
tiap bahaya. Saat memperkirakan penilaian tingkat risiko, berikut ini adalah beberapa
faktor yang dapat membantu :
- Membuat pernyataan risiko umum (general risk statement) per daerah; dan
- Mengidentifikasi jenis bahaya apa yang akan direncanakan intervensinya untuk masa
mendatang. Hal ini bisa mereka kerjakan dengan cara membuat daftar berbagai
bahaya sesuai urutan prioritasnya, dimulai dari bahaya yang paling tinggi risikonya
sampai yang paling rendah risikonya.
Pernyataan risiko umum dilandasi oleh tingkat risiko yang ternilai dari suatu daerah.
Contoh:
Di dalam kegiatan ini, masyarakat diminta untuk menampilkan gambar kerentanan dan
kapasitas yang lebih sistematis tentang daerah mereka. Lebih khusus lagi, mereka harus
membuat penilaian pada kondisi bahaya berdasarkan landasan tiap bahaya (hazard based).
Minta pendapat masyarakat untuk mengisi matrik Kerentanan Kapasitas tentang daerah
tinggal mereka.
b. Analisa VCA
Analisa VCA ini merupakan kelanjutan dari kegiatan Matrik Analisis Ancaman,
Risiko, Kerentanan, dan Kapasitas yang kemudian dimasukan kedalam Matrik
Kerentanan Kapasitas berdasarkan 5 Kapital al : Kesehatan, Fisik dan Lingkungan,
Sosial Budaya, Sikap dan Motivasi, Kelembagaan dan Keorganisasian, dan Ekonomi
KERENTANAN KAPASITAS
KESEHATAN, FISIK DAN LINGKUNGAN
Drianase tersumbat. Puskesmas, Posyandu, bidan desa,klinik
Adanya Pendangkalan dan penyempitan kesehatan.
sungai. Mushola
Tingginya angka seseorang terserang
penyakit Ispa, Diare, dan Demam berdarah.
Tidak tersedianya tempat Sampah.
Banyaknya rumah yang terletak di bantaran
sungai dan muara sungai.
Sumber air bersih tercemar oleh banjir.
SOSIAL BUDAYA
SIKAP / MOTIVASI
Kegiatan 6: Pembobotan
Pembobotan ini untuk melihat Informasi wilayah berdasarkan data-data dari Transeck
Walk, Peta Spot dan matrik-matrik yang telah dibuat. Untuk kemudian disimpulkan
menjadi sebuah analisa.
MBOBOTAN
Jumlah Penduduk = 11.416 Jiwa
Jumlah KK = 1.427 KK
Jumlah Kel. Rentan = 405 Jiwa
Jumlah T. Penyelamat = 20 SIBAT
Jumlah T. Medis = 9 Tenaga Medis
Luas Area = 3.030 Hektar
Diartikan
BOBOT
adalah
1 2 3 4 5
Makin
Ada Ada, 3 Ada, 2 Ada, 1 Ada, 6 Ada, 1 tinggi nilai,
BANJIR tapi 3 tahun tahun tahun bulan bulan ancaman
kurang sekali sekali sekali sekali sekali makin
tinggi
Makin
Ada Ada, 1 Ada, 8 Ada, 6 Ada, 4 Ada, 2 tinggi nilai,
ANGIN tapi 1 tahun bulan bulan bulan bulan ancaman
PUTING kurang sekali sekali sekali sekali sekali makin
BELIUNG tinggi
1 2 3 4 5
Makin jauh
jarak akan
Jarak dari 100 - 501 – 1 – 10 >10
10 km 5 < 100 m makin
kecamatan 500 m 1000 m km km
tinggi
keretanan
Makin padat
Kepadatan penduduk
140- 181-
penduduk 450 orang < 140 221-260 > 260 makin
5 180 220
(org/km²) tinggi
kerentanan
Makin tinggi
% kelompok
Kelompok
2,76- 3,76- > rentan
rentan < 2,75% 5,3-7%
3,5 % 2 3,75% 5,2% 18,8% makin
(org/pddk)
tinggi
kerentanan
Makin tinggi
perbanding
Tenaga an tenaga
20 : 1: 1:
pengaman 1 : 661- 1: pengamana
11.416 = < 1 : 220 221- 440-
an 3 880 >881 n maka
1 : 571 441 660
(org/pddk) makin
tinggi
kerentanan
1: 1: Tenaga
Tenaga 7 : 11416 < 1 : 1- 1 : 2641 1:>
881 – 1761 - Medis
Medis = 1 : 1631 2 880 - 3520 3521
1760 2640 (org/pddk)
(org/pddk)
Jarak Jarak
Pemukima Pemukiman
100 - 200 - 500 – 1
n dengan 500 M 4 < 100 m >1Km dengan
200 m 400 m Km
fasilitas fasilitas
Kesehatan Kesehatan
Makin tinggi
perbanding
Pendidika
an
n/pelatiha
20 : pelatihan
n 1: 1 : 81- 1 : 120- 1:
11416 = < 1 : 40 kebencanaa
kebencana 5 41-80 120 160 >160
1 : 570 n maka
an
makin
(org/pddk)
tinggi
kerentanan
Dilok
asi
yang
Sebagi sanga
Sebag an Sebagia t
Makin
Sebagian ian besar n besar berba
Sebagian berbahaya
Kondisi Besar besar datar datar, haya
2 besar maka makin
Topografi datar dan datar dan landai (jarak
datar tinggi
landai dan landai, dan sunga
kerentanan
landai sedikit curam i
curam antar
a
<50m
)
Diloka Dilokasi
Di lokasi Dilokasi Diloka
si yang
Dekat yang yang si
yang relatif Makin
Jarak dengan aman dan cukup yang
aman aman
tidak berbahay dekat berbahaya
kepemukim waduk (jarak (jarak
5 berbahay a (di denga maka makin
an dari atau bendu Bendun
a (jarak pinggir n tinggi
bendungan bendunga ngan gan
bendunga bendung bendu kerentanan
n antara antara
n 500 m – an 100m- ngan
300- 200-
1 km) 200m) <100m
500m) 300m)
Ada, Tidak
Ada,
Menja adanya
Menjan Ada,
Ada, ngkau
Komunikasi Pengeras gkau namun komunikasi
Menjangk sebagi Tidak
Internal suara di 3 sebagia alat internal
au seluruh an ada
Penduduk Mushola n kecil tidak maka makin
penduduk besar
pendud berfungsi tinggi
pendu
uk kerentanan
duk
BOBOT
KESIMPULAN ANALISIS
Dari gambar ini dapat disimpulkan bahwa ancaman tertinggi bencana di Kampung
Toto Mulyo adalah Banjir yang disebabkan oleh bendungan yang berada ditengah kampung
Toto Mulyo dan sangat berdampak pada masyarakat yang memiliki pemukiman berada
dekat dengan bendungan (< 100 m) serta mengancam jalur utama perokonomian dan
kegiatan masyarakat, dari ancaman tersebut mengakibatkan timbulnya masalah kesehatan
seperti malaria, demam berdarah dan diare. Selain itu ancaman di Kampung Toto Mulyo
adalah Angin Putting beliung yang merusak infrastruktur dan Perkebunan warga namun
kejadiannya tidak terjadi setiap tahun, dan pernah terjadi pada tahun 2012.
Kapasitas yang dimiliki Kampung sangat minim dengan hanya ada 20 orang Tenaga
Sukarela PMI yang tergabung dalam Tim SIBAT yang telah mendapatkan pelatihan
pengurangan risiko terpadu berbasis masyarakat, bila di bandingkan dengan jumlah
populasi yang ada. Ada pun kapasitas penunjang yang tergambar pada grafik di atas adalah
adanya alat komunikasi yang dimiliki, baik internal maupun eksternal yang berfungsi
sebagai sarana untuk mengakses informasi terkait upaya pengurangan risiko bencana yang
ada di Kampung Toto Mulyo.
Di Desa Toto Mulyo tidak memiliki jalur evakuasi hanya terdapat 1 jalan utama
yang bisa dijadikan jalur evakuasi.