Anda di halaman 1dari 15

Pengertian Peta BKRK

Peta dua atau tiga dimensi yang menunjukkan situasi dan kondisi riil masyarakat dan
kewilayahannya yang di dalamnya memuat data/informasi tentang jenis bahaya/ancaman,
kerentanan, risiko dan kapasitas masyarakat
Tujuan pembuatan peta BKRK:

Mengetahui situasi dan kondisi riil masyarakat. Mengetahui tingkat bahaya, kerentanan,
dan risiko kaitannya dengan bencana, masalah kesehatan, lingkungan dan sebagainya.
Mengidentifikasi kapasitas masyarakat dan sumber daya serta karakteristik geografis dan
demografis masyarakat berdasarkan tingkat bahaya, kerentanan dan risikonya.

Manfaat peta BKRK bagi masyarakat di daerah rawan bencana

Memberikan pemahaman tentang kerentanan dan kapasitas yang ada di masyarakat.


Memberikan penyadaran kepada masyarakat terhadap bahaya/risiko dan kerentanan
wilayah tempat tinggalnya. Sebagai dasar untuk merencanakan upaya pengurangan risiko
serta mobilisasi langkahlangkah kesiapsiagaan dan tanggap darurat bencana.

Unsur-unsur dalam peta BKRK

Unsur-unsur yang perlu harus ditampilkan dalam peta mencakup :

 Gambaran geografi dan topografi.


 Infrastruktur/struktur publik (jalan raya, jembatan, jaringan telepon, pipa air,
dll.).
 Tipe-tipe fasilitas (fasilitas kesehatan, sosial, sekolah, warung/toko, perusahaan,
dll.).
 Lahan yang digunakan.
 Jumlah dan tipe rumah.
 Sumber daya alam.
 Livestock (penghidupan masyarakat).
 Sumber-sumber air.
 Area topografi.
 Sumber daya, pemukiman, fasilitas publik (sekolah, masjid, taman, lapangan dll.).
 Area yang terancam atau yang terparah terkena dampak saat bencana atau yang
mengalami kerentanan lainnya.
 Sarana ekonomi produktif masyarakat seperti: pertanian, pasar, tambak, dll.

Bagaimana prosedur pembuatan peta BKRK

Seluruh proses pembuatan peta BKRK harus melibatkan perwakilan stakeholder yang ada,
terutama masyarakat dan perangkat desa/kelurahan. Secara umum prosedur pemetaan
BKRK dibagi menjadi tiga tahapan, yaitu :

Tahap pertama : Perencanaan Kegiatan Pemetaan


Pada tahapan ini, seluruh tim yang terlibat melakukan identifikasi sumber daya yang
diperlukan untuk pemetaan BKRK ; pengadaan sarana dan prasarana/material pemetaan ;
pembagian tugas anggota tim serta membahas prosedur dan mekanisme proses pemetaan.
Tahap kedua:
a. Pembuatan Peta Dasar (BaseMap)
Peta dasar dipergunakan sebagai referensi atau informasi melihat gambaran wilayah
yang akan dipetakan. Dalam pembuatan Peta dasar ini ada dua metode yaitu dengan
mengunduh peta citra satelit atau foto udara dengan pesawat tanpa awak :
1. Mengunduh Peta Citra Satelit
Cara ini lebih mudah karena cukup mengunjungi website penyedia peta citra satelit
di https://openstreetmap.org atau yang lainnya
2. Foto Udara dengan Pesawat Tanpa Awak
Cara ini lebih rumit karena haus menyediakan beberapa perangkat diantara Drone
(Pesawat Tanpa Awak), HP/Tab sebagai kontrolnya, software pengolah foto udara
sehingga memakan waktu lebih lama tetapi akan mendapatkan hasil foto terbaru
dan lebih jelas.

b. Transect Walk
Melakukan jalan transek melalui lintasan-lintasan lifeline dengan menggunakan
Basemap dan Kobo Collect, serta dilengkapi dengan data-data peta yang telah ada.
Selama melakukan jalan transek, tim harus melakukan survei/observasi langsung ke
lokasi rawan bahaya, kelompok-kelompok masyarakat rentan, tempat-tempat yang
rentan/berisiko, serta sumber-sumber daya/kapasitas yang dimiliki oleh masyarakat.
Proses penggalian data dapat dilakukan melalui wawancara, ocular survey dan lain
sebagainya dengan tahapan sebagai berikut :
- Setiap kelompok dengan membawa Kobo Collect dan perlengkapan lainnya
diminta melakukan transek.
- Pengorganisasian setiap kelompok adalah sebagai berikut: 1 orang bertugas
melakukan interview, 1 orang bertugas input data di kobo, 1 orang bertugas
sebagai pelaku occular/observasi.
- Sambil melaksanakan transect walk, tim melakukan identifikasi semua lifeline
(jalur hidup) di daerah tempat tinggal masyarakat serta mengidentifikasi bahaya,
kerentanan, risiko, dan kapasitas / sumber daya yang ada secara riil di
masyarakat.
- Berdasarkan dari transek tersebut, selanjutnya tim mengunduh data kobo di
server.
- Cleaning data kobo yang telah di download tersebut sehingga data tersebut siap
diguanakan.

Setelah memperoleh data maka dibuat peta berdasarkan hasil yang didapat dari
transect walk dengan tahapan sbb.:

c. Pembuatan Peta Spot


 Berdasarkan hasil transect walk serta data-data identifikasi BKRK wilayah
desa/kelurahan, selanjutnya tim mendigitasi mengunakan software Josm.
 Tim menentukan dan mendiskusikan peta spot pada lifeline utama (jalan, sungai,
jalur komunikasi, jaringan listrik dsb.) sesuai dengan situasi riil yang ada di
desa/kelurahan. Buatlah juga daftar berbagai jenis bahaya, risiko, kerentanan,
kapasitas sumber daya yang ada di seluruh wilayah desa/kelurahan.
 Setelah data digitasi sudah selesai kemudian export data tersebut kedalam
Software QGIS, kemudian kelompokkan data-data tersebut berdasarkan :
- Mengandung data tentang Lifeline utama : sungai, jalan raya, gang/lorong,
gunung, danau, rawa
- Mengandung data tentang visual tentang infrastruktur dan fasilitas publik
(sekolah, puskesmas, masjid, balai desa, makam dll.).
- Mengandung data tentang sumber- sumber kehidupan penduduk (sawah,
kebun, tambak, dll.).
- Mengandung data tentang pemukiman penduduk.
- Mengandung data tentang bahaya, risiko, kerentanan, kapasitas sumber daya
dan jalur-jalur evakuasi serta legenda (keterangan).

 Buat kesepakatan dengan semua tim tentang warna yang melambangkan tiap jenis
bahaya. Misalnya biru untuk bahaya banjir, merah untuk bahaya kebakaran, coklat
untuk bencana kekeringan dll.
 Layout data-data tersebut di qgis hingga memperoleh hasil peta Spot
 Lakukan kajian terhadap hasil peta.
Setelah diperoleh peta Spot maka berikutnya adalah membuat transek guna
mengetahui wilayah-wilayah yang rentan dengan tahapan sebagai berikut :
- Pemetaan ini untuk melihat hubungan antara letak geografis dan topografis
daerah tempat tinggal mereka dengan kondisi bahaya, kerentanan, risiko dan
kapasitas sumber daya yang ada.
- Berdasarkan Peta Spot yang ada, tim menentukan dan menyepakati pola
irisan transek.
- Berdasarkan pola irisan transek yang telah disepakati, irislah jalur topografi
yang telah dilalui pada saat melakukan transek. Irisan ini membentuk titik-
titik jalur lintasan garis, bulat, spiral dll. Saat menentukan lintasan transek
tersebut, kita harus yakin bahwa lintasan yang ditarik dari satu titik ke titik
lainnya telah memenuhi persyaratan sebagai berikut :
- Daerah/lokasi terjadinya bahaya.
- Daerah-daerah yang berisiko tinggi terkena dampak bencana.
- Daerah pada peta yang tinggi kepadatan penduduknya.
- Daerah pada peta di mana terletak sumber daya utama dan lifeline
utama.
- Daerah-daerah yang menunjukkan kerentanan dan kapasitas.
- Buat garis melintang topografis pada peta, dimulai dari titik A dan
berakhir di titik B, C, D.......... dst.
- Gambarlah peta transek pada masing-masing irisan topografi. Kemudian
kajilah secara detail masing-masing variabel dengan menggunakan data-data
yang telah ada. - Lakukan kajian terhadap peta.

Tahap ketiga: Analisis BKRK


Data-data yang diperoleh selama jalan transek menggunakan Kobo dan data-data
dokumentasi lainnya, selanjutnya dianalisis dan dibahas. Hasil analisis data selanjutnya
digunakan sebagai referensi utama untuk menganalisa peta BKRK. Beberapa bahaya/risiko
yang tidak disadari masyarakat dapat dimunculkan saat menganalisa peta seperti erosi,
sumber-sumber malaria, demam berdarah, longsor dll.

Data yang terkumpul selama survei, dipresentasikan saat pertemuan warga untuk
pengakuan dan validitasi, selanjutnya diolah menjadi peta dasar digital/base map
computerized/digitalized. Peta dasar digital/terkomputerisasi selanjutnya digunakan
warga masyarakat untuk bahan penyusunan dan perencanaan kesiapsiagaan bencana dan
tanggap darurat bencana.

Tahapan dalam melakukan analisis peta adalah sbb.:


Kegiatan 1: analisis / sintesis untuk kegiatan pemetaan bahaya geografis
 Menampilkan peta Spot secara geografis sehingga akan tampil “gambaran besar”
tentang daerah yang dipetakan
 Meminta masyarakat untuk mengajukan pendapat atas peta keseluruhan. Perhatikan
pula bahaya yang muncul dan daerah mana yang terancam bencana. Pada tahapan ini
seringkali timbul perbedaan pendapat di masyarakat sehingga perlu dicapai kesamaan
pendapat karena masyarakat sendirilah yang tahu bagaimana kondisi geografis
wilayahnya
 Buat penilaian yang luas tentang lifeline yang terkena bahaya. Lihat alur dari berbagai
lifeline ini. Beberapa poin untuk dipertimbangkan adalah sbb:
- Bagaimana lifeline tersebut memotong batas geografis dan batas hukum
administratif.
- Meski masyarakat seringkali memandang bahaya hanya dari lingkup daerahnya,
ternyata dampak bahaya tersebut umumnya meluas.

Kegiatan 2: Penilaian bahaya menggunakan pembuatan matrik bahaya


Pembuatan matrik bahaya merupakan kegiatan lanjutan dari pemetaan bahaya geografis
dengan beberapa persyaratan tambahan.

Di dalam kegiatan ini, masyarakat diminta untuk menampilkan gambar bahaya yang lebih
sistematis tentang daerah mereka. Lebih khusus lagi, mereka harus membuat penilaian
pada kondisi bahaya berdasarkan landasan tiap bahaya (hazard based).

Minta pendapat masyarakat untuk mengisi matrik bahaya tentang daerah tinggal mereka.
Mereka bisa mengambil contoh matrik berikut:

a. Matrik Bahaya 1

Daerah Populasi Life line Sumber Infrastruktur Struktur yang


yang paling yang yang mata yang paling
mungkin berisiko paling pencaharian mungkin mungkin
terkena terkena mungkin yang paling terkena terkena
terkena mungkin
terkena
A. Letusan Gunung Berapi
Kampung Manusia Seluruh Hasil Seluruh Seluruh
Pumpente masyaraka pertanian (Ubi Infrastruktur Infrastruktur dan
t Kampung kayu dan dan Masyarakat yang
Lind. I
Pumpente kelapa) Masyarakat ada di wilayah
Lind.II yang ada di Kampung
wilayah Pumpente
Kampung
Pumpente

B. Angin Dan Gelombang pasang


Kampung 1.Manusia 1.Rumah 1.Ikan laut Seluruh Seluruh
Pumpente warga Infrastruktur Infrastruktur
dan dan Masyarakat
Lind. I
Masyarakat yang ada di
Lind. II yang ada di wilayah
wilayah Kampung
Kampung Pumpente
Pumpente

Dan Seterusnya

b. Matrik Bahaya 2
Bahaya Frekuensi Risiko Keterangan
Tinggi Sedang Rendah
Letusan Letusan Gunung Berapi V Terutama
gunung terakhir terjadi tahun Masyarakat
berapi 1980 dan akan meletus Kampung
20 tahun kemudian Pumpente
Angin Dan Angin dan Gelombang V Biasanya merusak
gelombang pasang terjadi pada pinggiran pantai
pasang bulan desember dan (abrasi pantai)
Januari dan jika angin
barat bertiup
membuat
masyarakat tidak
bisa menangkap
ikan

c. Matrik Bahaya 3
Bahaya Yang
Dampak Potensial Langkah Untuk Langkah Untuk
Mungkin
(Risiko) Bencana Mengurangi Risiko Mengurangi Ancaman
Terjadi
A. Letusan 1. Terancamnya 1.1 Membuat rambu Note saja :
gunung keselamatan jalur evakuasi dan
mensosialisasikan Merujuk kepada jenis
berapi penduduk desa.
kepada penduduk bahaya/ancaman,
2. Hancurnya 1.2 Membangun sistem untuk beberapa
pemukiman dan peringatan dini bahaya/ancaman yang
sumber penghidupan 1.3 Membuat dan diakibatkan oleh alam,
masyarakat menyusun rencana sepertinya tidak ada
3. Tidak kontigensi langkah yang bisa
berfungsinya peran 3.1 Menyusun SOP dilakukan untuk
dan fungsi mengurangi
3.2 Melakukan
pemerintahan desa bahaya/ancaman
simulasi tanggap
karena terjadi tersebut. Sedangkan
darurat bencana
kepanikan warga untuk bahaya/ancaman
letusan gunung
untuk segera yang diakibatkan oleh
berapi
mengungsi manusia maka kita
dapat melakukan
beberapa langkah
untuk mengurangi
ancaman.
B. Seluruh Warga Membuat tanggul Menertibkan
Gelombang Kampung Humpente masyarakat yang
(idem, diperbaiki
pasang (idem, diperbaiki mengambil material
dengan contoh diatas)
dengan contoh pantai secara ilegal
diatas)

Kegiatan 3 : Penilaian risiko


Penilaian risiko terdiri dari mengenali bahaya yang mungkin terjadi, menentukan
kemungkinan peristiwa bahaya terjadi, memperkirakan dampak potensial bahaya di
tengah masyarakat yang terkena bencana, menentukan berbagai langkah untuk
mengurangi risiko serta mengambil tindakan untuk mengurangi ancaman.

Diskusikan dengan Masyarakat dan minta mereka untuk membahas lagi semua hasil data
terdahulu yakni peta spot - peta transek dan matrik bahaya.

Risiko Pernyataan
Frekuensi Risiko
Bahaya
TINGGI SEDANG RENDAH Umum

Bahaya A

Bahaya B

Bahaya C

Setelah dua kolom pertama diisi, tanyalah pada masyarakat tentang tingkat risiko untuk
tiap bahaya. Saat memperkirakan penilaian tingkat risiko, berikut ini adalah beberapa
faktor yang dapat membantu :

- Frekuensi peristiwa per bahaya.


- Letak geografis dari daerah yang terkena bahaya. (Misal: banjir yang terjadi di dekat
daerah rawa bisa jauh lebih parah dibandingkan banjir yang terjadi di daerah yang
datar).
- Kondisi lingkungan dari daerah yang tertimpa bencana (daerah di kaki gunung yang
gundul lebih berbahaya saat terkena banjir dibandingkan daerah yang dikelilingi hutan
yang lebat).
- Struktur dan sistem tanggap/respon di tempat kejadian.
- Kemudian isilah kolom risiko. Kalau sudah selesai minta kelompok tersebut untuk
membahas matriknya.
- Lakukan sintesis singkat tentang penugasan ini (lihat analisis/sintesis untuk kegiatan
penilaian risiko).

Kegiatan 4 : Analisis /sintesis untuk kegiatan penilaian risiko

Pertama, masyarakat terlebih dulu harus mengerjakan dua hal berikut:

- Membuat pernyataan risiko umum (general risk statement) per daerah; dan
- Mengidentifikasi jenis bahaya apa yang akan direncanakan intervensinya untuk masa
mendatang. Hal ini bisa mereka kerjakan dengan cara membuat daftar berbagai
bahaya sesuai urutan prioritasnya, dimulai dari bahaya yang paling tinggi risikonya
sampai yang paling rendah risikonya.
Pernyataan risiko umum dilandasi oleh tingkat risiko yang ternilai dari suatu daerah.
Contoh:

“Risiko terjadinya bahaya di desa Muncul Tenggelam sangat tinggi karena


daerah tersebut hampir semuanya terdiri dari rawa. Kondisi ini diperburuk oleh
adanya kenyataan bahwa bukit di sekelilingnya gundul. Meski ada beberapa
bendungan, namun kondisi bendungan di sana rata-rata buruk sehingga jika ada
tekanan air (banjir) secara terus menerus, maka akan terjadilah erosi.”

Kegiatan 5: Penilaian Kerentanan dan Kapasitas menggunakan pembuatan matrik


Kerentanan Kapasitas

Pembuatan matrik Kerentanan Kapasitas merupakan kegiatan lanjutan dari Penilaian


bahaya.

Di dalam kegiatan ini, masyarakat diminta untuk menampilkan gambar kerentanan dan
kapasitas yang lebih sistematis tentang daerah mereka. Lebih khusus lagi, mereka harus
membuat penilaian pada kondisi bahaya berdasarkan landasan tiap bahaya (hazard based).

Minta pendapat masyarakat untuk mengisi matrik Kerentanan Kapasitas tentang daerah
tinggal mereka.

Mereka bisa mengambil contoh matrik berikut:

a. Matrik Analisis Ancaman, Risiko, Kerentanan, dan Kapasitas


BAHAYA RISIKO KERENTANAN KAPASITAS
1. Lahan sawah dan 1.1.Lahan sawah dan 1. Tingginya
perkebunan yang perkebunan warga kesadaran
terendam yaitu : yang berada di masyarakat untuk
Rk.03 ada sekitar 10ha, sepanjang pinggir gotong royong
Rk.04 sekitar 6 ha., Rk.05 sungai. 2. Adanya 20 Anggota
1.2.Lokasi perkebunan/ tim TSR/SIBAT
ada sekitar 10 ha. Sawah
sawah ini berada 3. Adanya Puskesmas
dan perkebunan didaerah yang dan Bidan Desa
2. Akses jalan utama dan rendah
1.3.Adanya
jembatan terendam dan
pendangkalan sungai
terputus oleh luapan air
di sepanjang
dari bendungan
aliran sungai
sepanjang 60 meter
dengan ketinggian
kurang lebih 5 meter 1.1. Struktur bendungan
BANJIR yang tidak sesuai
dengan kondisi
jembatan dan jalan
1.2. Jembatan lebih
rendah dibandingkan
dengan muara
bendungan
1.3. Banyaknya tumpukan
sampah disepanjang
pinggiran
sungai/bendungan
1.4. Bangunan jembatan
alternative yang
lebih rendah dari
permukaan air
bendungan

Angin Puting 1. Rusaknya 1.1. Perkebunan Adanya 20 Anggota


Beliung Perkebunan di Rk.01 tersebut terletak SIBAT
10 ha. dan Rk.03 8 pada lintasan angin
ha. putting beliung
1.2. Terletak di daerah
yang datar dan
terbuka
1.3. Jenis tanaman
karet ini
merupakan hasil
setekan/tidak
memiliki akar
tunjang yang kuat

b. Analisa VCA
Analisa VCA ini merupakan kelanjutan dari kegiatan Matrik Analisis Ancaman,
Risiko, Kerentanan, dan Kapasitas yang kemudian dimasukan kedalam Matrik
Kerentanan Kapasitas berdasarkan 5 Kapital al : Kesehatan, Fisik dan Lingkungan,
Sosial Budaya, Sikap dan Motivasi, Kelembagaan dan Keorganisasian, dan Ekonomi
KERENTANAN KAPASITAS
KESEHATAN, FISIK DAN LINGKUNGAN
 Drianase tersumbat.  Puskesmas, Posyandu, bidan desa,klinik
 Adanya Pendangkalan dan penyempitan kesehatan.
sungai.  Mushola
 Tingginya angka seseorang terserang
penyakit Ispa, Diare, dan Demam berdarah.
 Tidak tersedianya tempat Sampah.
 Banyaknya rumah yang terletak di bantaran
sungai dan muara sungai.
 Sumber air bersih tercemar oleh banjir.

SOSIAL BUDAYA

 Kurangnya Kesadaran masyarakat akan  Adanya gotong royong setiap minggu di


lingkungan. lingkungan Kelurahan Sukamaju.
 Kurangnya kesadaran Masyarakat dalam  Adanya jadwal giliran nsiskamling ditiap Rt.
membuang sampah.

SIKAP / MOTIVASI

 Kurangnya motivasi dan pengetahuan  Masih adanya motivasi masyarakat untuk


tentang kebersihan dan kesehatan. saling mengingatkan sesama tentang
kebersihan lingkungan
KELEMBAGAAN / KEORGANISASIAN
 Adanya struktur kepemerintahan kampung
 Masyarakat belum dapat menerima informasi  Adanya Badan Permusyawaratan Kampung
tentang bencana secara maksimal. ( BPK )
 Belum terbangunnya koordinasi antar  PKK
lembaga terhadap masyarakat  Karang Taruna
 Kurangnya sosialisasi kepada masyarakat  Puskesmas dan Posyandu. Memiliki
tentang lembaga atau organisasi hubungan kordinasi yang baik terhadap
kemasyarakatan yang ada. masyarakat.
 Terbentuknya SIBAT Kampung Toto Mulyo
EKONOMI
 Kurangnya lapangan pekerjaan.  Adanya pasar tradisional dan Kebun
 Masih adanya pekerja kasar, seperti kuli sebagai mata pencaharian.
panggul, supir.  Adanya pembagian RASKIN untuk warga
 Adanya pengangguran yang kurang mampu yang disalurkan oleh
pemerintah.

Kegiatan 6: Pembobotan
Pembobotan ini untuk melihat Informasi wilayah berdasarkan data-data dari Transeck
Walk, Peta Spot dan matrik-matrik yang telah dibuat. Untuk kemudian disimpulkan
menjadi sebuah analisa.
MBOBOTAN
Jumlah Penduduk = 11.416 Jiwa
Jumlah KK = 1.427 KK
Jumlah Kel. Rentan = 405 Jiwa
Jumlah T. Penyelamat = 20 SIBAT
Jumlah T. Medis = 9 Tenaga Medis
Luas Area = 3.030 Hektar

Diartikan
BOBOT
adalah

Jawaba Bobo Sanga


Ancaman Sangat Renda
n t Sedang Tinggi t
rendah h
Tinggi

1 2 3 4 5

Makin
Ada Ada, 3 Ada, 2 Ada, 1 Ada, 6 Ada, 1 tinggi nilai,
BANJIR tapi 3 tahun tahun tahun bulan bulan ancaman
kurang  sekali sekali sekali sekali sekali makin
tinggi
Makin
 Ada Ada, 1 Ada, 8 Ada, 6 Ada, 4 Ada, 2 tinggi nilai,
ANGIN tapi 1 tahun bulan bulan bulan bulan ancaman
PUTING kurang sekali sekali sekali sekali sekali makin
BELIUNG tinggi

WARIABEL JAWABAN B BOBOT Diartikan


O adalah
(Sangat
baik dan
baik (nilai
1-2) akan
menjadi
kapasitas,
Kurang
B baik dan
O tidak baik
T (nilai 4-5)
akan
menjadi
kerentanan
)

1 2 3 4 5

Makin jauh
jarak akan
Jarak dari 100 - 501 – 1 – 10 >10
10 km 5 < 100 m makin
kecamatan 500 m 1000 m km km
tinggi
keretanan
Makin padat
Kepadatan penduduk
140- 181-
penduduk 450 orang < 140 221-260 > 260 makin
5 180 220
(org/km²) tinggi
kerentanan
Makin tinggi
% kelompok
Kelompok
2,76- 3,76- > rentan
rentan < 2,75% 5,3-7%
3,5 % 2 3,75% 5,2% 18,8% makin
(org/pddk)
tinggi
kerentanan
Makin tinggi
perbanding
Tenaga an tenaga
20 : 1: 1:
pengaman 1 : 661- 1: pengamana
11.416 = < 1 : 220 221- 440-
an 3 880 >881 n maka
1 : 571 441 660
(org/pddk) makin
tinggi
kerentanan

1: 1: Tenaga
Tenaga 7 : 11416 < 1 : 1- 1 : 2641 1:>
881 – 1761 - Medis
Medis = 1 : 1631 2 880 - 3520 3521
1760 2640 (org/pddk)
(org/pddk)
Jarak Jarak
Pemukima Pemukiman
100 - 200 - 500 – 1
n dengan 500 M 4 < 100 m >1Km dengan
200 m 400 m Km
fasilitas fasilitas
Kesehatan Kesehatan
Makin tinggi
perbanding
Pendidika
an
n/pelatiha
20 : pelatihan
n 1: 1 : 81- 1 : 120- 1:
11416 = < 1 : 40 kebencanaa
kebencana 5 41-80 120 160 >160
1 : 570 n maka
an
makin
(org/pddk)
tinggi
kerentanan
Dilok
asi
yang
Sebagi sanga
Sebag an Sebagia t
Makin
Sebagian ian besar n besar berba
Sebagian berbahaya
Kondisi Besar besar datar datar, haya
2 besar maka makin
Topografi datar dan datar dan landai (jarak
datar tinggi
landai dan landai, dan sunga
kerentanan
landai sedikit curam i
curam antar
a
<50m
)
Diloka Dilokasi
Di lokasi Dilokasi Diloka
si yang
Dekat yang yang si
yang relatif Makin
Jarak dengan aman dan cukup yang
aman aman
tidak berbahay dekat berbahaya
kepemukim waduk (jarak (jarak
5 berbahay a (di denga maka makin
an dari atau bendu Bendun
a (jarak pinggir n tinggi
bendungan bendunga ngan gan
bendunga bendung bendu kerentanan
n antara antara
n 500 m – an 100m- ngan
300- 200-
1 km) 200m) <100m
500m) 300m)

Ada, Tidak
Ada,
Menja adanya
Menjan Ada,
Ada, ngkau
Komunikasi Pengeras gkau namun komunikasi
Menjangk sebagi Tidak
Internal suara di 3 sebagia alat internal
au seluruh an ada
Penduduk Mushola n kecil tidak maka makin
penduduk besar
pendud berfungsi tinggi
pendu
uk kerentanan
duk

Komunikasi 11416 : 2 ≤ 1: 2 1: 3- 1 : 6- 8 1 : 8- 12 > 1: Tidak


Eksternal 2080 = 1 : 5 12 adanya
Penduduk 5 komunikasi
eksternal
maka makin
tinggi
kerentanan
Belu
m
Ada, ada
sudah dan
Ada,
tersos belu
sudah Baru Tidak
ialisas m
tersosiali ada di adanya
i, Ada, ada
sasi, dalam jalur
Jalur Belum tidak belum di
5 memiliki rencana evakuasi
Evakuasi ada memi tersosi dala
rambu pemban maka makin
liki alisasi, m
dan gunan tinggi
ramb renca
penerang desa kerentanan
u dan na
an
pener pemb
angan angun
an
desa
Makin tinggi
perbanding
Angkutan
an tenaga
(kendaraa
11416:14 1 : 4- 1 : 8- 1 : 12- > pengamana
n 3 ≤1 : 3
01= 1: 8 7 11 15 1:16 n maka
bermotor/
makin
pddk)
tinggi
kerentanan

BOBOT
KESIMPULAN ANALISIS

Dari gambar ini dapat disimpulkan bahwa ancaman tertinggi bencana di Kampung
Toto Mulyo adalah Banjir yang disebabkan oleh bendungan yang berada ditengah kampung
Toto Mulyo dan sangat berdampak pada masyarakat yang memiliki pemukiman berada
dekat dengan bendungan (< 100 m) serta mengancam jalur utama perokonomian dan
kegiatan masyarakat, dari ancaman tersebut mengakibatkan timbulnya masalah kesehatan
seperti malaria, demam berdarah dan diare. Selain itu ancaman di Kampung Toto Mulyo
adalah Angin Putting beliung yang merusak infrastruktur dan Perkebunan warga namun
kejadiannya tidak terjadi setiap tahun, dan pernah terjadi pada tahun 2012.

Faktor kerentanan yang tergambar adalah letak pemukiman masyarakat yang


sangat dekat dengan bendungan(< 100 m) jarak menuju kecamatan yang cukup jauh (>
10km), Kepadatan penduduk per 20 m² sebanyak 450 jiwa. Jarak pemukiman masyarakat
dengan fasilitas kesehatan cukup jauh sehingga dalam mendapatkan akses pelayanan
kurang di rasakan oleh masyarkat, keadaan tersebut juga semakin komplek dengan
kurangnya tenaga medis dibanding dengan banyaknya jumlah penduduk serta kurangnya
pendidikan/pelatihan di bidang kebencanaan. Saat ini di Kampung Toto Mulyo terdapat
sarana medis berupa Puskesmas rawat inap yang memberikan pelayanan kesehatan bagi
seluruh masyarakat. Kelompok rentan (balita, ibu hamil dan lansia) berjumlah 22% dari
total populasi Kampung Murni Jaya Kecamatan Gunung Terang Kabupaten Tulang Bawang
Barat.

Kapasitas yang dimiliki Kampung sangat minim dengan hanya ada 20 orang Tenaga
Sukarela PMI yang tergabung dalam Tim SIBAT yang telah mendapatkan pelatihan
pengurangan risiko terpadu berbasis masyarakat, bila di bandingkan dengan jumlah
populasi yang ada. Ada pun kapasitas penunjang yang tergambar pada grafik di atas adalah
adanya alat komunikasi yang dimiliki, baik internal maupun eksternal yang berfungsi
sebagai sarana untuk mengakses informasi terkait upaya pengurangan risiko bencana yang
ada di Kampung Toto Mulyo.

Di Desa Toto Mulyo tidak memiliki jalur evakuasi hanya terdapat 1 jalan utama
yang bisa dijadikan jalur evakuasi.

Anda mungkin juga menyukai