Anda di halaman 1dari 10

STRATEGI PENCAPAIAN INDIKATOR PERILAKU KESEHATAN PADA INDEKS

PEMBANGUNAN KESEHATAN MASYARAKAT (IPKM) DI KABUPATEN BONDOWOSO

The Strategy of Achievement of Health Behavior Indicators Public Health


Development Index in Bondowoso

1
Isa Ma’rufi, 1Irma Prasetyowati, 1Iken Nafikadini
1
Dosen Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Jember.
Jl. Kalimantan I/93 KampusTegalBoto
Email: isa_marufi@yahoo.com

Abstract

Public Health Development Index is a composite indicator that describes the progress
of the health development in an area. The purpose of this research is to examine the
strategy of achievement of health behavior indicators Public Health Development Index in
Bondowoso. This type of research was descriptive, with variable parameters indicators of
health behavior are behavior of smoking, hand-washing behavior correctly, using toilets
for defecation, physical activity sufficiently, and brushing teeth properly. The
analysis used SWOT analysis and Public Health Development Index in 2013. Value index of
indicators for health behavior was 0,575. The highest proportion of value behavioral
health is the proportion of hand washing correctly (74,2) and lowest proportion is
physical activity sufficiently (71,4), with a value of the index parameter is the proportion
of hand washing correctly is 0.140 and proportion of brushing teeth properly is 0.135.
Health behavior index achievement strategies with the improvement of preventive and
promotive activities in accordance with BOK until the basic health access is convenient
to be realized.

Keyword:health behavior, Public Health Development Index, the strategy of achievement

Abstrak

Indeks Pembangunan Kesehatan Masyarakat (IPKM) adalah indikator komposit yang


menggambarkan kemajuan pembangunan kesehatan di suatu wilayah.Tujuan penelitian
ini adalah mengkaji strategi pencapaian indikator perilaku kesehatan dalam IPKM di
Kabupaten Bondowoso.Jenis penelitian adalah deskriptif dengan variabel parameter
indikator perilaku kesehatan adalah perilaku merokok, perilaku cuci tangan dengan benar,
buang air besar di jamban, aktivitas fisik cukup dan menggosok gigi dengan benar.Analisis
yang digunakan adalah analisis SWOT dan Model IPKM 2013.Nilai indeks indikator untuk
perilaku kesehatan adalah 0,575.Nilai proporsi tertinggi dari perilaku kesehatan adalah
proporsi cuci tangan dengan benar sebesar 74,2 dan terendah adalah proporsi aktivitas
fisik cukup sebesar 71,4, dengan nilai indeks parameter proporsi cuci tangan dengan
benar sebesar 0,140 dan proporsi menggosok gigi dengan benar sebesar 0,135. Strategi
pencapaian indeks perilaku kesehatan dengan peningkatan kegiatan Promotif dan
Preventif sesuai dengan BOK sehingga akses kesehatan dasar mudah untuk diwujudkan.
147 Jurnal IKESMA Volume 13 Nomor 2 September 2017
Kata kunci: Perilaku Kesehatan, IPKM, Strategi Pencapaian Indikator.
1PENDAHULUAN tingginya penyakit yang Kesehatan
berbasis
Isa Ma’rufi, Irma Prasetyowati, dan Iken Nafikadini adalah Bagian Dosen Fakultas
Masyarakat Universitas Jember lingkungan dan perilaku kesehatan, seperti
Indikator perilaku kesehatan tubercolosis, kusta dan diare. Berdasarkan
merupakan salah satu dari tujuh indikator 146 data Dinas Kesehatan Kabupaten
dalam Indeks Pembangunan Kesehatan Bondowoso Pada tahun 2012
Masyarakat (IPKM). Indikator perilaku AngkaPenemuanKasus (CDR) sebesar
kesehatan dalam IPKM mempunyai lima 68,47%. Kesembuhan TB Parusebanyak
parameter, yaitu perilaku merokok, 546penderitadanpengobatanlengkapseban
perilaku cuci tangan dengan benar, buang yak1penderitadarijumlahpenderita BTA
air bersih di jamban, aktivitas fisik cukup (+) yang diobatisebesar579penderita,
dan menggosok gigi dengan sehinggaAngkaKeberhasilan (Succes
1 3
benar. Perilaku kesehatan merupakan Rate/SR) sebesar 94,47%. Kesembuhan
suatu respon dari seseorang berkaitan penderita TB Paru ini sangat ditentukan
dengan masalah kesehatan, penggunaan oleh ketaatan penderita dalam meminum
pelayanan kesehatan, pola hidup, maupun obat TB Paru. Masalah kesehatan yang lain
2
lingkungan sekitar yang mempengaruh. yaitu kusta, penemuan penderita baru
Indeks Pembangunan Kesehatan kusta di Kabupaten Bondowoso Tahun
Masyarakat (IPKM) adalah indikator 2013 sebanyak 53 kasus baik kusta kering
komposit yang menggambarkan kemajuan dan basah (PB dan MB) dengan 31 kasus
pembangunan kesehatan di suatu laki-laki dan 22 kasus perempuan. Angka
wilayah.Indikator ini dapat dengan mudah Penemuan Kasus Baru Kusta (NCDR)
dan dapat langsung diukur untuk adalah 3 per 100.000 penduduk.
mendapatkan masalah kesehatan Sedangkan Angka Prevalensi Kusta adalah
masyarakat.Serangkaian indikator dalam 7,06 per 10.000 penduduk.4
IPKM ini secara langsung maupun tidak Sasaran Strategis Kementerian
langsung dapat meningkatkan umur Kesehatan terkait perilaku kesehatan
harapan hidup yang panjang dan adalah pertama, meningkatnya persentase
sehat.Prinsip umum yang digunakan kabupaten dan kota yang memiliki
dalam IPKM adalah sederhana, mudah, kebijakan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat
dapat diukur, bermanfaat, dapat (PHBS) sebesar 80%. Kedua, persentase
dipercaya, dan tepat waktu.Indikator- kabupaten/kota yang memenuhi kualitas
indikator terpilih dalam IPKM lebih kesehatan lingkungan sebesar 40%. Ketiga,
menunjukkan dampak dari pembangunan menurunnya prevalensi merokok pada
kesehatan tahun sebelumnya dan menjadi pada usia ≤ 18 tahun sebesar 5,4%.
acuan dasar dalam perencanaan dan Mencapai sasaran tersebut tidaklah mudah,
penyusunan strategi dan program perlu berbagai upaya pendekatan, strategi
kesehatan.1 dan program yang jelas dan terukur di
Alasanpenentuan indikator setiap wilayah kabupaten, sehingga
perilaku kesehatan yang dikaji yaitu sasaran yang telah ditetapkan kementerian
terkait masih kesehatan tersebut tercapai.5
rendahnyaperilakukesehatan Arah kebijakan dan strategi
masyarakatBondowosodalamberperilakus pembangunan kesehatan nasional 2015-
ehat, dan hal ini berdampak baik secara 2019 merupakan bagian dari Rencana
langsung maupun tidak langsung Pembangunan Jangka Panjang bidang
terhadap status kesehatan di Kabupaten Kesehatan (RPJPK) 2005-2025, yang
Bondowoso.Hal ini bisa dilihat dari bertujuan meningkatkan kesadaran,
kemauan, kemampuan hidup sehat bagi berjumlah 20 orang yang diambil
setiap orang agar peningkatan derajat berdasarkan perwakilan dari instansi yang
kesehatan masyarakat yang setinggi- terkait terhadap perilaku kesehatan, yaitu
tingginya dapat terwujud, melalui dinas kesehatan kabupaten Bondowoso,
terciptanya masyarakat, bangsa dan Puskesmas, Rumah Sakit dan Lembaga
negara Indonesia yang ditandai oleh Swadaya Masyarakat (LSM).
penduduknya yang hidup dengan perilaku Variabel pada penelitian ini
dan dalam lingkungan sehat, memiliki adalahperilaku kesehatan dengan sub
kemampuan untuk menjangkau variabel
Isa Ma’rufi perilaku
: Strategi merokok,
Pencapaian perilaku
Indikator cuci 148
Perilaku.....
pelayanan kesehatan yang bermutu, tangan dengan benar, perilaku buang air
secara adil dan merata, serta memiliki bersih di jamban, perilaku aktivitas fisik
derajat kesehatan yang setinggi-tingginya cukup dan perilaku menggosok gigi dengan
di seluruh wilayah Republik lndonesia. benar.Berdasarkan sumber datanya,
Sasaran pembangunan kesehatan yang penelitian ini menggunakan data primer
akan dicapai pada tahun 2025 adalah dan sekunder, data primer berupa
meningkatnya derajat kesehatan permasalahan dan strategi pencapaian
masyarakat yang ditunjukkan oleh indikator perilaku sehat, sedang data
meningkatnya Umur Harapan Hidup, sekunder berupa perilaku kesehatan.
menurunnya Angka Kematian Bayi, Analisis data yang digunakan adalah
menurunnya Angka Kematian Ibu, deskriptif dengan pendekatan analisis
menurunnya prevalensi gizi kurang pada SWOT dan model IPKM 2013, data
6
balita. disajikan dalam bentuk tabel dan narasi.
Berdasarkan latarbelakang Langkah-langkah dalam
tersebut, penelitian ini diperlukan dalam penghitungan model IPKM 2013 adalah
upaya penyusunan strategi dalam sebagai berikut:
pencapaian perilaku kesehatan pada 1. Pada level kabupaten/kota dilakukan
Indeks Pembangunan Kesehatan analisis indikator untuk mendapatkan
Masyarakat (IPKM) di Kabupaten angka prevalensi/proporsi/cakupan,
Bondowoso, sehingga strategi yang telah untuk selanjutnya disebut nilai
disusun tersebut mampu mencapai indikator.
sasaran strategi kementerian kesehatan 2. Nilai indikator yang mempunyai arti
secara umum dan sasaran kesehatan negatif dilakukan penyetaraan
Kabupaten Bondowoso secara khusus. sehingga indikator mempunyai arti
positif. Sebagai contoh pada indikator
prevalensi dilakukan penyetaraan
METODE dengan menggunakan rumus (100-
Jenis penelitian ini adalah penelitian angka prevalensi). indikator prevalensi
deskriptif dimana peneliti melakukan tersebut mempunyai arti yang setara
penilaian terhadap indikatar perilaku dengan cakupan, bahwa semakin tinggi
kesehatan dalam IPKM dan strategi nilai indikator prevalensi yang sudah
pencapainnya, hasil penilaian tersebut disetarakan maka semakin baik.
kemudian dipakai dalam menyusun 3. Masing-masing indikator ditentukan
perencanaan dan strategi pemenuhan nilai bobotnya.
terhadap perilaku kesehatan di kabupaten 4. Indikator dikelompokkan ke dalam 7
Bondowoso. Penelitian dilaksanakan di kelompok indikator berdasarkan
semua kecamatan di Kabupaten subtansi.
Bondowoso.Informan penelitian
5. Menetapkan nilai Indeks standar
kelompok minimum
indikator =
dan maksimum berdasarkan nilai nilai indeks indikator dengan proporsi
(Nilai Indeks Indikator(1) * Proporsi Bobot(1) ) + (Nilai Indeks Indikator(2) * Proporsi Bobot(2) )
indikator dan nilai ideal. bobot yang ada dalam satu kelompok.
+ .......................
6. Menghitung nilai indikator untuk + (Nilai Indeks Indikator (7) * Proporsi Bobot(7)

masing-masing indikator dengan


rumus:
(nilai indikator–nilai standar minimum)
Nilai Indeks Indikator =
(nilai standar maksimum –
nilai standar minimum)

7. Menghitung proporsi bobot tiap


indikator dalam satu kelompok,
dengan cara:
Bobot indikator
149 JurnalBobot
Proporsi IKESMA Volume=13 Nomor 2 September 2017
Indikator
Total bobot kelompok
8. Menghitung
indikator indeks masing-masing
kelompok indikator dengan cara
menjumlahkan seluruh hasil perkalian
HASILDAN PEMBAHASAN sedang.Nilai proporsi tertinggi dari
Indikator Perilaku Kesehatan perilaku kesehatan adalah proporsi cuci
tangan dengan benar sebesar 74,2 dan
Berdasarkan penilaian indikator terendah adalah proporsi aktivitas fisik
dengan analisis IPKM 2013, didapat nilai cukup sebesar 71,4, dengan nilai indeks
indeks indikator untuk perilaku kesehatan parameter proporsi cuci tangan dengan
adalah 0,575.Nilai indikator 0,575 kalau benar sebesar 0,140 dan indeks
dilihat berdasarkan rentang nilai IPKM menggosok gigi dengan benar sebesar
yaitu antara 0-1, maka dapat disimpulkan 0,135.
nilai indeks perilaku kesehatan adalah

Tabel 1. Hasil Proporsi, Indeks Parameter dan Indeks Indikator Perilaku Kesehatan
No Parameter Nilai Indeks Indeks
parameter kelompok
indikator
1 Proporsi Merokok 72.1 0.0917650
2 Proporsi Cuci tangan dengan 74.2 0.1403545
benar
3 Proporsi Buang air bersih di 64.3 0.1172679 0.575513
jamban
4 Proporsi Aktivitas fisik cukup 50.5 0.0904657
5 Proporsi Menggosok gigi 71.4 0.1356600
dengan benar

Hendrik L. Blummmenyebutkan adalah keturunan,lingkungan, pelayanan


terdapat empat pilar yang mempengaruhi kesehatan, dan perilaku.2Faktor yang
derajat kesehatanseseorang, diantaranya paling besar pengaruhnya adalah
lingkungan dan perilaku. Perilaku yang Perilaku kesehatan yang lain
paling menonjol adalah gaya hidup seperti adalah perilaku buang air besar
merokok dan personal hygine, seperti cuci sembarangan, hal ini karena perilkau
tangan dengan benar, buang air bersih di buang air besar sembarangan sangat
jamban dan menggosok gigi dengan benar. merugikan kesehatan, inidapat memicu
Perilaku kesehatan adalah timbulnya berbagai penyakit, salah
suaturespons seseorang satunya adalah diare. Penyakitdiare
(organisme)terhadap stimulus atau objek merupakan salah satu masalah kesehatan
yangberkaitan dengan sakit dan masyarakat, hal ini dibuktikandengan
penyakit,sistem pelayanan kesehatan, masih tinggi angka kejadian diare di
makanandan minuman, serta Kabupaten Bondowoso sebesar 29,7%.
lingkungan.Perilaku kesehatan Tinja yang dibuang di tempat terbuka
dapatdiklasifikasikan menjadi 3 akibat tidak membuang hajat pada
kelompok,yaitu : Pertama, Perilaku tempatnya dapatdigunakan oleh lalat yang
pemeliharaan kesehatan, yaitu perilaku berperan dalam penularan penyakit
atau usaha-usahaseseorang untuk melaluitinja (faecal borne disease), lalat
memelihara ataumenjaga kesehatan agar senang menempatkan telurnya
tidak sakitdan usaha untuk padakotoran manusia yang terbuka,
penyembuhanbilamana sakit. Kedua, kemudian lalat hinggap di kotoran
Perilaku pencarian dan penggunaansistem danmakanan manusia.11
atau fasilitas pelayanankesehatan, yaitu Perilaku hidup bersih sehat(PHBS)
perilaku yangmenyangkut upaya atau adalah
Isa Ma’rufi upaya
: Strategi Pencapaian untukmemberikan
Indikator Perilaku ..... 150
tindakanseseorang pada saat menderita pengalaman belajar ataumenciptakan
penyakit dan atau kecelakaan.Perilaku ini suatu kondisi bagiperorangan, keluarga,
dimulai dari mengobatisendiri sampai kelompok danmasyarakat, dengan
mencari pengobatankeluar negeri.Ketiga, membuka jalurkomunikasi, memberikan
perilaku kesehatan lingkungan, informasi danmelakukan edukasi untuk
yaitubagaimana seseorang meningkatkanpengetahuan, sikap dan
meresponslingkungan, baik lingkungan perilaku melaluipendekatan pimpinan
fisikmaupun sosial budaya, dansebagainya, (advocacy), binasuasana (social support)
sehingga lingkungantersebut tidak danpemberdayaan
memengaruhikesehatannya.8 masyarakat(empowerment). Masyarakat
Salah satu perilaku kesehatan dapatmengenali dan mengatasi
adalah gaya hidup kebiasaan merokok. masalahnyasendiri, dan dapat
Perilaku merokok adalah perilaku yang menerapkan cara-carahidup sehat dengan
dinilai sangat merugikan dilihat dari menjaga,memelihara dan meningkatkan
berbagai sudut pandang baik bagi diri kesehatannya.2
9
sendiri maupun orang lain disekitarnya.
Perilaku merokok merupakan perilaku Analisis SWOT Perilaku Kesehatan
yang berbahaya bagi kesehatan, tetapi Analisis SWOT adalah metode
masih banyak orang yang melakukannya, perencanaan strategis yang digunakan
bahkan orang mulai merokok ketika dia untuk mengevaluasi strengths (kekuatan),
masih remaja. Perilaku manusia adalah weaknesses (kelemahan), opportunities
aktivitas yang timbul karena adanya (peluang) dan threats (ancaman) dalam
stimulus dan respon serta dapat diamati suatu proyek atau suatu spekulasi
9,10
secara langsung maupun tidak langsung. bisnis.Analisis SWOT memandu untuk
mengidentifikasi positif dan negatif di
151 Jurnal IKESMA Volume 13 Nomor 2 September 2017
dalam organisasi atau perusahaan (SW) opportunities (peluang) ataupun threats
dan di luar itu dalam lingkungan eksternal (ancaman).
(OT). Tujuan Analisis SWOT dalam
“SWOT analysis is a systematic perilaku kesehatan ini adalah melakukan
identification of these faktors and the suatu analisis dari permasalahan perilaku
strategy that reflects the best match kesehatan. Parameter yang dianalisis
between them. It is based on the logic that dalam SWOT merupakan analisis dari
an effective strategy maximizes a business’s kekuatan dan kelemahan dari peerintah
Strengths and Opportunities but at the daerah dan masyarakat terkait perilaku
same time minimizes its Weaknesses and kesehatan serta peluang dan ancaman di
Threats.”[12] “SWOT analysis is the lingkungan eksternalnya. faktor internal
identification of a firm’s Strengths and dan eksternal yang baik dan
Weaknesses and its enviromental Threats menguntungkan untuk mencapai tujuan
and Opportunities.”13 “SWOT analysis is the tersebut. Tujuan spesisik dari analisis
comparison of Strengths, Weaknesses, SWOT dalam kajian ini adalah:
Opportunities and Treaths is normally 1. Mengidentifikasi kondisi internal dan
referred “. 14 eksternal yang terlibat sebagai input
Sebuah analisis SWOT adalah alat untuk merancang proses, sehingga
perencanaan strategis yang melibatkan proses yang dirancang dapat berjalan
kekuatan, kelemahan, peluang dan optimal, efektif, dan efisien.
ancaman perusahaan, atau SWOT. 2. Untuk menganalisis suatu kondisi
Kekuatan adalah beberapa hal bisnis yang dimana akan dibuat sebuah rencana
baik atau kelebihan yang dimilikioleh untuk melakukan sesuatu
perusahaan, seperti pekerja yang penuh 3. Mengetahui keuntungan yang dimiliki
dedikasi, desain produk inovatif atau perusahaan kompetittor
lokasi ritel yang baik, sementara 4. Menganalisis prospek perusahaan
kelemahan adalah beberapa hal bisnis untuk penjualan, keuntungan, dan
yang buruk atau kekurangan itu. Ancaman pengembangan produk yang
atau faktor eksternal yang mungkin dihasilkan `
membahayakan bisnis, seperti pesaing dan 5. Menyiapkan perusahaan untuk siap
peraturan pemerintah yang tidak dalam menghadapi permasalahan yang
menguntungkan, sementara peluang terjadi
adalah faktor eksternal yang mungkin 6. Menyiapkan untuk menghadapi
akanmenguntungkan perusahaan, adanya kemungkinan dalam
termasuk pasar yang belum dimanfaatkan perencanaan pengembangan di dalam
atau peraturan yang menguntungkan. perusahaan.
Setelah membuat daftar kekuatan, Hasil analisis SWOT terhadap
kelemahan, peluang dan ancaman, kekuatan, kelemahan, peluang dan
manajer memikirkan cara bisnis dapat ancaman dari perilaku kesehatan adalah:
memaksimalkan kekuatan dan Kekuatan :
menggunakannya untuk mengurangi 1. Telah terbentuk Tim Reaksi Cepat
kelemahan, memanfaatkan peluang, dan (TRC).
menghindari atau meminimalkan 2. Puskesmas memiliki juknis
ancaman. Analisis SWOT menempatkan program pengendalian penyakit
posisi masa depan dengan modal dasar menular dan tidak menular dan
kekuatan dan kelemahan yang kemudian bencana.
digunakan untuk memperkirakan apa saja
3. Ketersediaan sarana air bersih 3. Tersedianya lembaga potensial
yang menyeluruh. dalam memobilisasi sasaran
4. Komitmenbersamauntukmeningka imunisasi yaitu TNI-AD di tingkat
tkan derajatkesehatan. kecamatan (koramil) dan desa
5. Kerjasamaantarpetugasdinkes,pus (Babinsa).
kesmasdanRSyangbaik. 4. TerdapatnyaDesasiagaaktif di
setiapDesa di Kab. Bodowoso
Kelemahan: 5. Sebagian besar keluarga sudah
1. Persentase cakupan mempunyai akses terhadap air
DesaUniversal Child minum terlindungi.
Immunization(UCI) masih rendah,
yaitu baru 91,78% yang tercapai Ancaman:
dari target 100%. 1. Cakupan Universal Child
2. Kepemilikan jamban yang masih Imunization (UCI) yang belum
belum mencapai target. dilakukan secara maksimal
3. Pemberantasan penyakit menular sehingga muncul angka yang
masih belum dilakukan secara stagnan di setiap tahunnya akan
maksimal. berpotensi timbulnya kasus-kasus
4. KondisikesehatanlingkungandiKab Penyakit yang Dapat Dicegah
upatenBondowosomasihbelum Dengan Imunisasi (PD3I).
menggembirakan yang 2. Masalah utama yang harus segera
ditunjukkan dari indikator rumah ditangani adalah masih tingginya
sehat baru. penyakit penyakit infeksi/
5. Masihrendahnyakeluarga yang menular di masyarakat.
mempunyai sistem pengelolaan 3. Penularan infeksi penyakit
air limbah sehat, yaitu 42,8%. menular utamanya tubercolusis
6. Sebagian besar Puskesmas tidak paru, demam berdarah, HIV/AIDS,
mempunyai IPAL (Instalasi Polio, Malaria, ISPA, Pneumonia,
Pengolahan Air Limbah). Kusta, Lepstopirosis,
7. Rumah bebas jentik yang masih Anthrax,Diare, Chikungunya, Flu
belum mencapai target 80%. Burung, Filariasis yang masih
8. Diabetes mellitus, strok yang sering terjadi.
cenderung meningkat sehingga 4. Semakin meningkatnya angka
tetap masih menjadi masalah penyakit degeneratif apabila tidak
kesehatan masyarakat. adanya penanganan yang serius
dari setiap SKPD sektor kesehatan
Peluang: di Kabupaten Bondowoso.
1. Adanya dukungan aktif Upaya 5. Terjadi peningkatan penyakit tidak
Kesehatan Berbasis Masyarakat menular yang berkontribusi besar
(Desa Siaga, Posyandu Lansia, terhadap kesakitan dan kematian,
Balita, Polindes, Poskesdes, Bindu utamanya pada penduduk sosial
Penyakit Tidak Menular dan ekonomi
Isa Ma’rufi : Strategi menengah
Pencapaian atas.Perilaku ..... 152
Indikator
Jumantik). 6. Pemanfaatan dan kualitas Upaya
2. Organisasi profesi mendukung Kesehatan Bersumberdaya
kegiatan identifikasi faktor risiko Masyarakat (UKBM), seperti
penyakit menular dan penyakit Posyandu dan Poskesdes masih
tidak menular. rendah sehingga mengakibatkan
tingginya angka kesakitan di 3. Penguatan
153 mutuVolume
Jurnal IKESMA program di 2 September 2017
13 Nomor
masyarakat. fasyankes, khususnya RS
7. Masih banyaknya wilayah dengan danPuskesmas untuk menghadapi
kondisi sanitasi yang buruk, tantangan penyakit baik menular
seperti tidak memiliki tempat maupun tidak menular.
sampah sehat sebesar 48,4% . 4. Optimalisasi tata laksana
penanganan penyakit menular dan
Strategi Pencapaian Indikator Perilaku tidak menular di fasilitas
Kesehatan pelayanan kesehatan.
Alternatif Strategi (SO) 5. Peningkatan kapasitas tenaga
1. Meningkatkan efektifitas kegiatan dan teknis program melalui pelatihan
sarana penelitian dan pengembangan yang bermutu yang dikelola oleh
di bidang kesehatan sesuai dengan lembaga pelatihan kesehatan yang
Kebijakan Kementerian Kesehatan terstandar.
dan Rencana Kebijakan Prioritas 6. Meningkatkan pemberdayaan
Badan Penelitian dan Pengembangan masyarakat melalui pendampingan
Kesehatan Tahun 2015- 2019. UKBM oleh tenaga kesehatan
2. Membuat upaya inovatif dalam terlatih dan berkompeten.
pengendalian penyakit, baik penyakit
menular maupun tidak menular, serta Alternatif Strategi (WO)
penanggulangan masalah kesehatan 1. Meningkatkan cakupan Desa UCI
lainnya dengan melibatkan kalangan melalui mobilisasi imunisasi
akademisi dan lembaga riset bersama TNI-AD.
kesehatan. 2. Meningkatkan kegiatan
3. Optimalisasi pencapaian program- pemberdayaan masyarakat dengan
program kesehatan dengan metode pemicuan.
melibatkan peran aktif masyarakat 3. Meningkatkan koordinasi dan
dalam Upaya Kesehatan Berbasis kemitraan termasuk
Masyarakat serta lembaga potensial membangkitkan gerakan
seperti Koramil dan Babinsa. gotongroyonguntukmeningkatkan
4. Meningkatkan koordinasi kemitraan derajatkesehatan di masyarakat.
dengan organisasi profesi dan LSM di 4. Pemantauandanmemfasilitasiterci
bidang kesehatan. ptanya sistem pengelolaan air
5. Menggalakkan kepatuhan pelaksanaan limbah di masyarakat
juknis program pengendalian penyakit 5. PeningkatanSaranadanPrasaranaS
menular, tidak menular, dan bencana anitasi di
di Puskesmas fasilitaspelayanankesehatandasar
maupunlanjutan
Alternatif Strategi (ST) 6. Perbaikanderajatkesehatandengan
1. Penguatan Manajemen Bencana penggalaanstandarisasirumahseha
dan Surveilans Epidemiologi. t yang bekerjasamadengan sector
2. Peningkatan respon petugas terkait
kesehatan dalam Tim Reaksi Cepat 7. Peningkatanpromosidansurveilans
terhadap KLB, bencana, masalah terhadappenyakitdegeneratif
kesehatan, masyarakat, dan berita
yang meresahkan masyarakat. Alternatig Strategi (WT)
1. Peningkatan sosialisasi program DAFTAR RUJUKAN
kesehatan.
2. Penguatan dukungan masyarakat [1] Kemeteterian Kesehatan RI. 2014.
sipil dalam pengendalian penyakit Indeks Pembangunan Kesehatan
menular maupun tidak menular. Masyarakat. Jakarta: Badan
3. Memanfaatkan acara-acara yang Penelitian dan Pengembangan
dilaksanakan Pemerintah Daerah Kesehatan.
sebagai media perantara dalam [2] Notoatmodjo S. 2007. Promosi
rangka memperbaiki kondisi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Isa Ma’rufi : Strategi Pe
sanitasi dan perilaku hidup bersih Jakarta: Rineka Cipta.
dan sehat masyarakat. [3] Dinas Kesehatan Bondowoso. 2013.
Profil Kesehatan kabupaten
Bondowoso 2013. Bondowoso:
SIMPULAN DAN SARAN Dinas Kesehatan Kabupaten
Bondowoso.
Hasil penelitian dapat disimpulkan [4] Dinas Kesehatan Bondowoso. 2012.
pertama, berdasarkan penilaian indikator Profil Kesehatan Kabupaten
dengan analisis IPKM 2013, didapat nilai Bondowoso 2012. Bondowoso:
indeks indikator untuk perilaku kesehatan Dinas KesehatanKabupaten
adalah 0,575.Nilai proporsi tertinggi dari Bondowoso.
perilaku kesehatan adalah proporsi cuci [5] Kementerian Kesehatan RI. 2015.
tangan dengan benar sebesar 74,2 dan Rencana Strategis Kementerian
terendah adalah proporsi aktivitas fisik Kesehatan Tahun 2015-2019.
cukup sebesar 71,4, dengan nilai indek Jakarta: Kementerian Kesehatan RI.
parameter proporsi cuci tangan dengan [6] Departemen Kesehatan RI. 2009.
benar sebesar 0,140 dan proporsi Rencana Pembangunan Jangka
menggosok gigi dengan benar sebesar Panjang Bidang Kesehatan 2005-
0,135. Kedua, hasil analisis SWOT 2025. Jakarta: Departemen
menunjukkan bahwa adanya peluang Kesehatan RI.
untuk meningkatkan indeks perilaku [7] Aula LE. 2010. Stop Merokok.
kesehatan karena terdapat desa siaga aktif Jogjakarta : Garailmu.
di setiap desa di kabupaten Bondowoso [8] Notoatmodjo S. 2010. “Ilmu Perilaku
dan adanya dukungan aktif Upaya Kesehatan”. Jakarta. Rineka Cipta.
Kesehatan Berbasis Masyarakat (desa [9] Sunaryo, (2004). Psikologi untuk
siaga, Posyandu, Posbindu). Keperawatan. Jakarta : EGC.
Disarankan pertama, peningkatan [10] Samrotul F, Yoyok F. 2012. Faktor-
kegiatan Promotif dan Preventif sesuai faktor yang mempengaruhi perilaku
dengan BOK sehingga akses kesehatan merokok pada Mahasiswa Laki-Laki
dasar mudah untuk diwujudkan. Kedua, di Asrama Putra. Jurnal STIKES, Vol.
Perbaikan sistem UKBM dan pelayanan 5 No. 1.
kesehatan di masyarakat seperti [11] Soemirat, J., 2002. Kesehatan
Posyandu, Posbindu, Poskestren, Lingkungan, cetakan kelima.
Poskesdes, dan Pos Obat Desa. Ketiga, Yogyakarta : GadjahMada University
Advokasi peningkatan dana operasional Press.
dan kegiatan Puskesmas. [12] John AP and Richard BR JR.
1998.Strategic Management, 3rd
ed.USA : Richard D. Irwin, Illions.
[14] Hitt MA. 2001. ManajemenStrategis: An Integred Approach, 9rd ed..
Daya Saing dan Globalisasi. Jakarta: Canada: Soth-Western Cengage
Salemba Empat. Learning.
[15] Charles W. L. Hill and Gareth R.
Jones. 2012. Strategic Manajement:

Anda mungkin juga menyukai