Anda di halaman 1dari 12

`

LAPORAN KASUS

PENYAKIT GINJAL KRONIS DENGAN EDEMA PARU

Oleh:

dr. Mohamad Zainul Abidin

DOKTER INTERNSHIP

RSU MITRA DELIMA

KABUPATEN MALANG

2021

Pembimbing:

dr. Fauziah

\
BAB 1

PENDAHULUAN

Penyakit ginjal kronis (PGK) merupakan masalah kesehatan masyarakat

global dengan prevalensi dan insidens gagal ginjal yang meningkat, prognosis

yang buruk dan biaya yang tinggi. Prevalensi PGK meningkat seiring

meningkatnya jumlah penduduk usia lanjut dan kejadian penyakit diabetes melitus

serta hipertensi. Sekitar 1 dari 10 populasi global mengalami PGK pada stadium

tertentu. (Infodatin, 2017)

Hasil systematic review dan metaanalysis yang dilakukan oleh Hill et al,

2016, mendapatkan prevalensi global PGK sebesar 13,4%. Menurut hasil Global

Burden of Disease tahun 2010, PGK merupakan penyebab kematian peringkat ke-

27 di dunia tahun 1990 dan meningkat menjadi urutan ke-18 pada tahun 2010.

Sedangkan di Indonesia, perawatan penyakit ginjal merupakan ranking kedua

pembiayaan terbesar dari BPJS kesehatan setelah penyakit jantung. (Infodatin,

2017)

Oleh karena itu, dengan berdasar permasalahan diatas, penting untuk

disampaikan supaya tenaga medis bisa menagani pasien dengan PGK dan

komplikasinya secara komprehensif.

1
BAB 2

LAPORAN KASUS

Pasien datang keluhan sesak sejak 1 hari ini, dirasakan terus menerus dan

memberat. Keluhan disertai batuk kering sejak pagi ini. Sebelumnya pasien

merasakan sesak hilang timbul dari 1 minggu ini, membaik dengan minum obat

(nama obat lupa). Demam (-) pilek (-) nyeri telan (-) nyeri ulu hati (-). Pasien juga

mengeluh kedua kaki bengkak sejak pagi hari ini setelah minum air sekitar 1 botol

air mineral besar.

Pasien sudah berobat ke praktik dokter, jam 21.00 malam ini, disuruh terapi O2

RPD: DM (-) HT (+) tidak minum obat, Asma (+) tidak pernah kontrol. Pasien

biasa minum obat bodrex bila pusing, sering minum jamu-jamuan (+) pil setelan

(-) pil pegel linu (-) minum2an kemasan (+)

Screening :

Px tinggal di Ketawang - Gondanglegi

Px tinggal bersama dengan suami dan ketiga anaknya

Riwayat kontak px covid disangkal

Riwayat demam batuk pilek sesak dalam keluarga disangkal

2
O:

GCS 456

TD 126/106

HR 98

RR 38

S: 36,4

SpO2: 89% room air -> NRBM 95%

K/L: Anemis-/- ikterik-/- dispneu (+) cyanosis (-/-)

Struma-, Pem KGB (-)

Tho: pulmo:

ves/ves

Rh +/+ wh-/-

+/+ -/-

+/+ -/-

Cor: murmur-gallop-S1S2

Abdomen: soefl, Bu+ N, NT (-)

Eks: akral Hangat +/+

3
Pitting Edema -/-

+/+

Pemeriksaan penunjang

Gula darah acak --> Hasil : 252 [ ]

Urea --> Hasil : 293 [ 15 - 43 ]

Serum Creatinin --> Hasil : 18.9 [ P 0.7 - 1.2 L. 0.8 - 1.5 ]

.Clorida --> Hasil : 100 [ 96 - 108 mmol/L ]

.Kalium --> Hasil : 6.59 [ 3,40 - 4,50 mmol/L ]

.Natrium --> Hasil : 137 [ 134 - 146 mmol/L ]

Be --> Hasil : -23.1 [ ]

Beecf --> Hasil : -25.2 [ ]

HCO3 --> Hasil : 6.7 [ ]

Hct --> Hasil : 18 [ 34 - 52 % ]

PCO2 --> Hasil : 28.8 [ 32,0 - 45,0 mmHg ]

pH --> Hasil : 6.974 [ 7,350 - 7,450 ]

PO2 --> Hasil : 95.7 [ 75,0 - 100,0 mmHg ]

SO2 --> Hasil : 92.5 [ > 94 % ]

cthb --> Hasil : 6.2 [ ]

4
Lekosit --> Hasil : 10.4 [ 4.0 - 11.0 ]

Neutropil --> Hasil : 77.0 [ 49.0 - 67.0 ]

.Limposit --> Hasil : 16.5 [ 25.0 - 33.0 ]

Monosit --> Hasil : 3.1 [ 3.0 - 7.0 ]

Eosinopil --> Hasil : 1.5 [ 1.0 - 2.0 ]

Basofil --> Hasil : 1.9 [ 0.0 - 1.0 ]

.Eritrosit --> Hasil : 2.32 [ 3.80 - 5.30 ]

.Hemoglobin --> Hasil : 6.7 [ P13,0 - 18,0 L14,0 -18,0 ]

Hematokrit --> Hasil : 19.9 [ L 40 -54 P 35 - 47 ]

MCV --> Hasil : 85.80 [ 87.00 - 100 ]

MCH --> Hasil : 28.90 [ 28.00 - 36.00 ]

MCHC --> Hasil : 33.70 [ 31.00 - 37.00 ]

RDW --> Hasil : 12 [ 10 - 16.5 ]

Trombosit --> Hasil : 344 [ 150 - 450 ]

MPV --> Hasil : 6 [ 5 - 10 ]

.Laju Endap Darah 1 --> Hasil : 114 [ 0 - 1 ]

.Laju Endap Darah 2 --> Hasil : 117 [ 1 - 7 ]

.Hbs Ag --> Hasil : Negatif [ Negatif ]

5
.metode 1 --> Hasil : Non Reaktif [ Non Reaktif ]

Anti HCV --> Hasil : Negatif [ Negatif ]

Pemriksaan Radiologi :

Thorax A P

Hasil Pemeriksaan : Cor : normal

Pulmo : Perselubungan di parahiler dan paracardial

Sinus phrenicocostalis kanan kiri tajam, tulang dan soft tissue tak nampak kelainan

Kesimpulan :Cardiomegali + edema paru.

. A:

1. obs dyspneu td ALO

2. acute on CKD

P:

IVFD NS lifeline

O2 NRBM 15lpm

Inj ranitidin 50mg

Inj furosemide 40mg

Pasang DC

KIE perburukan

6
BAB 3

PEMBAHASAN

Penyakit Ginjal Kronis (PGK) menurut NKF-K/DOQI 2002 adalah

kerusakan ginjal selama > 3 bulan yaitu bila dijumpai kelainan struktur atau fungsi

ginjal dengan atau tanpa penurunan GFR, dengan salah satu manifestasi: kelainan

patologi, atau petanda kerusakan ginjal, termasuk kelainan komposisi darah atau

urine, atau kelainan radiologi; atau GFR < 60ml/mnt/1,73 m 3 > 3 bulan dengan

atau tanpa kerusakan ginjal.

Ginjal mengalami kerusakan seiring dengan semakin meluasnya sclerosis

yang terjadi. Petanda dari kerusakan ginjal adalah albuminuria, sedimen urin

abnormal, kelainan elektrolit atau kelainan-kelainan yang disebabkan gangguan

tubular, histologi yang abnormal, kelainan structural dari pencitraan (Askandar,

2015)

Tabel 3.1 Faktor resiko menurut NKF tahun 2012

Faktor Klinis Faktor Sosiodemografi


Hipertensi Usia yang lebih tua
Diabetes Penghasilan rendah / pendidikan
Penyakit autoimun Status etnis minoritas AS: Amerika Afrika,
Amerika
Infeksi sistemik Penduduk India, Hispanik, Asia, atau
Pasifik
Infeksi saluran kemih Paparan kimia dan lingkungan tertentu
Batu kemih kondisi
Obstruksi saluran kemih bawah
Neoplasia
Riwayat keluarga penyakit ginjal kronis
Pemulihan dari gagal ginjal akut
Pengurangan massa ginjal
Paparan obat-obatan tertentu
Berat badan lahir rendah

7
Nefropati diabetik merupakan salah satu penyebab tersering dari penyakit

ginjal kronik. Proses ini diawali oleh kondisi hiperglikemia yang dapat

menyebabkan terjadinya glikasi non enzimatik asam amino dan protein. Terjadi

reaksi antara glukosa dengan protein yang akan menghasilkan produk AGEs

(Advanced Glycosylation Products). Proses pembentukan AGEs dan ROS

(reactive oxygen species) akan menyebabkan efek metaboli dan hemodinamik

yang akan menyebabkan stimulasi system Renin Angiotensin Aldosetron yang

akan menyebabkan hipertensi. Hal ini menjelaskan penyebab hipertensi pada

pasien ini disebabkan oleh proses nefropati diabetes yang telah dialami

sebelumnya. Penimbunan AGEs dalam glomerulus maupun tubulus ginjal dalam

jangka panjang akan merusak seluruh glomerulus dan menyebabkan gagal ginjal.

Sehingga berbagai macam manifestasi akibat fungsi ginjal yang menurun akan

terlihat nyata. (Rini et al, 2016)

pasien datang keluhan sesak sejak 1 hari, dirasakan terus menerus dan memberat.

Keluhan disertai batuk kering sejak pagi ini. Sebelumnya pasien merasakan sesak

hilang timbul dari 1 minggu ini, membaik dengan minum obat (nama obat lupa).

Demam (-) pilek (-) nyeri telan (-) nyeri ulu hati (-). Pasien juga mengeluh kedua

kaki bengkak sejak pagi hari ini setelah minum air sekitar 1 botol air mineral besar.

dari pemeriksaan fisik didapatkan peningkatan frekuensi nafas. serta pemeriksaan

fisik didapatkan rhonki pada kedua lapang paru. dan dari foto rontgen didapatkan

gambaran ALO. sehingga kemudian didiagnosis obs. dyspneu dt ALO dd

pneumonia serta acute on CKD. kemudian pasien mendapat terapi IVFD NS

lifeline, O2 NRBM 15lpm, Inj ranitidin 50mg, Inj furos

8
emide 40mg, Pasang DC serta KIE perburukan.

BAB 4

9
RINGKASAN

Ny A, perempuan usia 52 th, bertempat tinggal di Lamongan datang ke

IGD RSML pada hari Senin 22 Mei 2018. Pasien mengeluhkan pasien datang

dengan keluhan sesak semenjak sekitar 1 jam smrs, sehabis makan sahur, pasien

juga mengeluhkan badan lemas. Selain itu pasien jgua mengeluh sesak yang

dirasakan tidak dipengaruhi aktivitas. Kaki dan tangan pasien juga dikeluhkan

bengkak sejak 1 minggu ini. Pasien memiliki riwayat Hipertensi dan Diabetes

Melitus yang merupakan fakto resiko dari PGK. Kemudian dilakukan pemeriksaan

penunjang laboratorium dan radiologi. Dari anamnesis, pemeriksaan fisik, dan

pemeriksaan penunjang, maka pasien tersebut didiagnosis PGK disertai

komplikasinya yaitu edema paru. PGK memiliki berbagai komplikasi yang

diakibatkan karena fungsi dari ginjal yang menurun, salah satunya adalah kongesti

cairan apabila pasien mendapat intake berlebihan, sehingga menimbulkan

manifestasi edema paru. Oleh karena itu, PGK perlu dilakukan hemodialysis rutin

dan pengaturan pola hidup yang sesuai supaya kualitas hidup tetap terjaga serta

tidak menimbulkan komplikasi-komplikasi yang dapat menjadi lebih buruk.

10
DAFTAR PUSTAKA

Arici M, 2014, Management of Chronic Kidney DIesease : Clinical Assessment of


a Patient with Chronic Kidney Disease, pp.15

Askandar et al, 2015, Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Ed 2, AIrlangga University
Press

Denic A et al, 2017, Single-Nephron Glomerular Filtration Rate in Healthy Adults,


NEJM,pp2349-2357
Fauci et al, 2008, Harrison’s principle of internal medicine, Ed 17th vol 2, pp
1761-1771

Inker, Et Al, 2014, Kdoqi Us Commentary On The 2012 Kdigo Clinical Practice
Guideline For The Evaluation And Management Of Ckd Kdigo, 2017,
Kdigo 2017 Clinical Practice Guideline UpdateFor The Diagnosis,
Evaluation, Prevention, And Treatment Of Chronic Kidney Disease–
Mineral And Bone Disorder (Ckd-Mbd) Vol 7
Infodatin, 2017, Situasi Penyakit Ginjal Kronis, Pusat data dan informasi
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, ISSN 2442-7659
Lukela et al, 2014, Management of Chronic Kidney Disease, UMHS Chronic Kidney
Disease Guideline, pp1-27
KHA, 2015, Chronic Kidney Disease (CKD) Management in General Practice, Ed
3 <diakses tanggal 5 Juli 2018
https://kidney.org.au/cms_uploads/docs/ckd-management-in-gp-handbook-
3rd-edition.pdf>

KDIGO, 2012, Diagnosis and evaluation of anemia in CKD, Kidney International


Supplement, pp288-291

Muntner P, Jones TM, Hyre AD, et al. Association of serum intact parathyroid
hormone with lower estimated glomerular filtration rate. Clin J Am Soc
Nephrol 2009; 4:186.

NKF, 2016, Hiperkalemia, <diakses tanggal 5 Juli 2018


https://www.kidney.org/sites/default/files/02-10-7259%20Hyperkalemia
%20Tool.pdf>
NKF/KADOQI, 2002, Clinical Practice Guidelines For Chronic Kidney
Disease:Evaluation, Classification And Stratification, National Kidney
Foundation
Rini Et Al, 2016, Laki Laki 58 Tahun Dengan Gagal Ginjal Kronik Ec. Nefropathy
Diabetik Dan Ulkus Diabetik, Jpm Ruwa Jurai Vol 2, Pp 53-56
RIvandi dan Ade, 2015, Hubungan Diabetes Melitus Dengan Kejadian Gagal Ginjal
Kronik, Majority VOl 4 No 9, pp27-33

Wei SY, Chang YY, Mau LW, et al. Chronic kidney disease care program
improves quality of pre-end-stage renal disease care and reduces medical
costs. Nephrology (Carlton) 2010; 15:108.

Anda mungkin juga menyukai