Penyusun :
KABUPATEN MALANG
2021
4
BAB I
PENDAHULUAN
pusat pelayanan kesehatan di seluruh dunia. WHO telah menetapkan dekade ini
tahun 2011 fraktur di Indonesia terdapat 45.987 orang yang mengalami fraktur,
prevalensi kejadian fraktur yang paling tinggi adalah fraktur femur yaitu terdapat
19.729 orang yang mengalami fraktur, sedangkan ada 14.037 orang yang
mengalami fraktur cruris dan terdapat 3.776 orang mengalami fraktur tibia
lintas. Kecelakaan lalu lintas ini, selain menyebabkan fraktur, menurut WHO,
juga menyebabkan kematian 1,25 juta orang setiap tahunnya, dimana sebagian
besar korbannya adalah remaja atau dewasa muda (Sjamsuhidajat R, Jong WD,
2010).
tulang rawan bisa komplet atau inkomplet atau diskontinuitas tulang yang
disebabkan oleh gaya yang melebihi elastisitas tulang. Fraktur sebagian besar
diakibatkan oleh dari trauma, beberapa fraktur sekunder terhadap proses penyakit
Courtney M. 2004).
4
komplikasi yang terjadi dalam rangka menunjang pengambilan keputusan terapi
pada pasien.
4
BAB II
LAPORAN KASUS
SOAP IGD:
S: pasien mengeluh luka pada jari III, terkena tombak saat kerja di Ttempat kerjanya
sekitar 30 menit SMRS, nyeri saat digerakkan (+) berdarah (+) Batuk (-), pilek (-),
MOI: pasien bekerja memakai tombak untuk memecah lem antar material, kemudian
Screening;
O:
Kesadaran : 456
KU: cukup
TD: 110/70
Nadi: 89x/menit
RR: 21x/menit
Tax: 36,7C
5
SpO2: 99%
Skala nyeri 4
Abd: BU + normal. nyeri tekan epigastrium (-) soefl hepar lien tidak teraba
St lokalis digiti III pedis: Vulnus App (+) batas (-)tegas, bleeding (+), tampak
tulang(+)
F/nyeri (+)
M/ ROM terbatas
2.1.1 Laboratorium
Hematologi rutin
6
MCHC 33.90 32 – 36 g/dl
RDW 11 10 – 16 %
MPV 5 5 – 10 fl
LED 1 11 0–1
LED 2 23 1–7
Hemostasis
HbsAg (-)
GDA 122
7
8
2.2 DIAGNOSIS KERJA
9
2.3 RENCANA TERAPI
- Imobilisasi
- MRS
- Injeksi antrain
- Konsul Sp.OT
o Diagnosis keluhannya
10
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
a. Tulang panjang
Yang termasuk tulang panjang misalnya femur, tibia, ulna dan humerus,
dimana daerah batas disebut diafisis dan daerah yang berdekatan dengan garis
efifisis disebut metafisis. Daerah ini merupakan suatu daerah yang sangat sering
ditemukan adanya kelainan atau penyakit, oleh karena daerah ini merupakan
daerah metabolik yang aktif dan banyak mengandung pembuluh darah. Kerusakan
b. Tulang pendek
Contoh dari tulang pendek antara lain tulang vertebra dan tulang-tulang
karpal.
c. Tulang pipih
Yang termasuk tulang pipih antara lain tulang iga, tulang scavula dan
tengah dan makin ke ujung tulang menjadi semakin tipis. Pada ujung tulang
14
dan lapisan profunda disebut endosteum. Bagain tengah os longum disebut
Tulang terdiri atas daerah yang kompak pada bagian luar yang
dandiluarnya dilapisi oleh periostenum. Pada anak lebih tebal daripada orang
Regio Cruris tersusun dari dua tulang yaitu os tibia dan os fibula.
Gambar 3.1
Anatomi os tibia (tampak anterior, lateral dan posterior)
15
Os tibia merupakan tulang yang berukuran besar, memiliki beberapa
tuberculum intercondilare medial dan lateral, dan facies posterior. (Putz, R and
Pabst, R, 2002)
articularis capitis fibulae, caput fibulae, collum fibulae, crsita medialis, margo
16
corpus fibulae,facies articularis malleolus lateralis,fossa maleoli lateralis, sulcus
Gambar 3.3
Otot-otot yang membungkus os tibia dan fibula
17
(Putz, R and Pabst, R, 2002)
Gambar 3.4
Arteri dan nervus pada regio cruris (tampak anterior)
Arteri terbesar pada regio cruris adalah arteri tibialis anterior. Arteri ini
akan berjalan ke inferior menuju tarsal dan akan bercang menjadi arteri dorsalis
pedis. Arteri ini penting dalam mengevaluasi fungsi perfusi setelah terjadinya
fraktur pada ekstremitas inferior. Di sebelah lateral arteri tibialis anterior terdapat
nervus fibularis profundus yang juga jalan bersama menuju tarsal. Nervus yang
terletak di bagian paling lateral adalah n. Fibularis superfisialis. (Putz, R and Pabst,
R, 2002)
18
3.2 Definisi Fraktur
(AOTRAUMA, 2013)
19
(AOTRAUMA, 2013)
Gambar 3.5
Penomoran sistem kerangka
• A - Ekstra artikular
• B - Artikular parsial
• C - Complete artikular
3) Fraktur Diaphyseal;
• A - Sederhana
• B - Wedge
• C - Kompleks
20
(AOTRAUMA, 2013)
Gambar 3.6
Fraktur proksimal, diaphyseal, dan distal
(AOTRAUMA, 2013)
Gambar 3.7
Fraktur segmen proksimal dan distal
21
• Fraktur diafisis
(AOTRAUMA, 2013)
Gambar 3.8
Fraktur diafisis
22
Kriteria Gustilo Anderson pada patah tulang terbuka
Gambar 3.9
Klasifikasi patah tulang terbuka menurut Gustilo Anderson
Derajat II : garis patah sederhana dengan luka > 1 cm, bersih, tanpa
kerusakan jaringan lunak yang luas atau terjadinya flap atau avulsi
Derajat III : patah tulang yang disertai dengan kerusakan jaringan lunak luas
Derajat IIIA : bila patah tulang derajat III yang masih dapat ditutup dengan
jaringan lunak
Derajat IIIB : bila patah tulang derajat III yang tidak dapat ditutup dengan
kontaminasi serius.
23
3.4 Epidemiologi
bertambahnya usia, dimana pada usia dewasa (≥ 20 tahun) paling tinggi sebanyak
59.5% dibanding pada remaja (16-19 tahun) sebanyak 31.8%, dan anak-anak (1-
16 tahun) 8.7%.6 Tempat paling sering terjadinya fraktur pada tulang adalah pada
tibia (49.1%), lalu diikuti oleh tarsal (25.3%), metatarsal (8.8%), femur (7.2%),
fibula (6.6%), pelvis (1.6%), sesamoids (0.9%), dan vertebra (0.6%).7 Stres
3.5 Etiologi
Fraktur terjadi bila ada suatu trauma yang mengenai tulang, dimana
Ekstrinsik meliputi kecepatan dan durasi trauma yang mengenai tulang, arah
dan kerusakan jaringan lunak. Benturan yang lebih keras disertai dengan
24
Trauma tidak langsung mengakibatkan fraktur terletak jauh dari titik trauma
dan jaringan sekitar fraktur tidak mengalami kerusakan berat. Pada olahragawan,
penari dan tentara dapat pula terjadi fraktur pada tibia, fibula atau metatarsal yang
Selain trauma, adanya proses patologi pada tulang seperti tumor atau pada
penyakit Paget dengan energi yang minimal saja akan mengakibatkan fraktur.
Sedang pada orang normal hal tersebut belum tentu menimbulkan fraktur
tinggi untuk osteoporosis sekunder: kelainan kronis hati dan ginjal yang
parah, obat steroid (> 7,5 mg untuk lebih dari 6 bulan), malabsorpsi
(Mangone G, 2010)
- Hilangnya fungsi
25
Tanda-tanda pasti:
- False movement
- Krepitasi
Bedah, 1994).
Inspeksi (look):
- Pembengkakan
Palpasi (feel):
Gerakan (move):
b. Pemeriksaan Radiologi
- Plain X Ray
2 waktu yang berbeda (saat setelah trauma dan 10 hari setelah trauma)
Bedah, 1994).
26
- Arthrography
tidak dapat dibuat dengan pasti pada film polos. (The Royal Children’s
Hospital Melbourne)
- MRI
3.7 Penatalaksanaan
27
pemeriksaan klinis dan radiologi. Pada awal pengobatan perlu
selama pengobatan.
penyembuhan tulang yang solid seperti pen, kawat, skrup dan plat.
28
reposisi deformitas, mengurangi fraktur dan dislokasi,
utama yaitu:
29
Penatalaksanaan awal fraktur meliputi reposisi dan imobilisasi fraktur
dengan splint. Status neurologis dan vaskuler di bagian distal harus diperiksa baik
sebelum maupun sesudah reposisi dan imobilisasi. Pada pasien dengan multiple
dengan menggunakan gips atau dilakukan operasi dengan ORIF maupun OREF.
Tehnik reposisi terdiri dari reposisi tertutup dan terbuka. Reposisi tertutup
dapat dilakukan dengan fiksasi eksterna atau traksi kulit dan skeletal. Cara lain
(shortening), fraktur unstabel serta kerusakan hebat pada kulit dan jaringan
sekitar
Jenis Fiksasi :
Traksi :
30
2. Skin traksi
yaitu gangguan sirkulasi darah pada beban > 12 kg, trauma saraf
masuknya pin
Gambar 3.10
Fiksasi eksternal
31
Indikasi OREF :
4. Fraktur Kominutif
5. Fraktur Pelvis
7. Non Union
8. Trauma multiple
Keuntungan cara ini adalah reposisi anatomis dan mobilisasi dini tanpa
fiksasi luar.
Indikasi ORIF :
1. Fraktur yang tak bisa sembuh atau bahaya avasculair nekrosis tinggi,
2. Fraktur yang tidak bisa direposisi tertutup. Misalnya fraktur avulse dan
fraktur dislokasi.
pergelangan kaki.
32
4. Fraktur yang berdasarkan pengalaman memberi hasil yang lebih baik
Gambar 3.11
Internal Fiksasi
3. REHABILITASI
atropi atau kontraktur. Bila keadaan mmeungkinkan, harus segera dimulai melakukan
Proses penyembuhan fraktur pada tulang kortikal terdiri atas lima fase, yaitu :
(Bianca ,Lumpp)
1. Fase Inflamasi
Dengan adanya patah tulang, tubuh mengalami respon yang sama dengan bila
ada cedera di lain tempat dalam tubuh. Terjadi perdarahan dalam jaringan
33
yang cedera dan terjadi pembentukan hematoma pada tempat patah tulang.
darah. Tempat cedera akan diinvasi oleh makrofag (sel darah putih besar),
dan nyeri. Tahap inflamasi berlangsung beberapa hari dan hilang dengan
(berkembang dari osteosit, sel endotel, dan sel periosteum) akan menghasilkan
Terbentuk jaringan ikat fibrus dan tulang rawan (osteoid). Dari periosteum,
gerakan mikro minimal pada tempat patah tulang. Tetapi gerakan yang
berlebihan akan merusak sruktur kalus. Tulang yang sedang aktif tumbuh
Pada saat ini terjadi reaksi jaringan lunak sekitar fraktur sebagai suatu
aktivitas seluler dalam kanalis medularis. Apabila terjadi robekan yang hebat
pada periosteum, maka penyembuhan sel berasal dari diferansiasi sel – sel
34
mesenkimal yang berdiferensiasi kedalam jaringan lunak. Pada tahap awal
dari penyembuhan fraktur ini terjadi penambahan jumlah dari sel – sel
yang sifatnya lebih cepat dari tumor ganas. Jaringan seluler tidak terbentuk
minggu, kalus dari fraktur akan membentuk suatu massa yang meliputi
Pada fase ini dimulai pada minggu ke 2 – 3 setelah terjadinya fraktur dan
mencapai sisi lain sampai celah sudah terhubungkan. Fragmen patahan tulang
digabungkan dengan jaringan fibrus, tulang rawan, dan tulang serat matur.
Setelah pembentukan jaringan seluler yang tumbuh dari setiap fragmen sel
dasar yang berasal dari osteoblast dan kemudian pada kondroblast membentuk
waktu tiga sampai empat minggu agar fragmen tulang tergabung dalam tulang
35
rawan atau jaringan fibrus. Secara klinis fargmen tulang tidak bisa lagi
digerakkan.
Bentuk tulang ini disebut moven bone. Pada pemeriksaan radiolgis kalus
atau woven bone sudah terlihat dan merupakan indikasi radiologik pertama
4. Fase Osifikasi
Woven bone akan membentuk kalus primer dan secara perlahan – lahan
diubah menjadi tulang yang lebih matang oleh aktivitas osteoblas yang
menjadi struktur lamellar dan kelebihan kalus akan di resorpsi secara bertahap.
Pada fase 3 dan 4 dimulai pada minggu ke 4 – 8 dan berakhir pada minggu
empat bulan. Mineral terus menerus ditimbun sampai tulang benar-benar telah
5. Fase remodeling
Bilamana union telah lengkap, maka tulang yang baru membentuk bagian
yang menyerupai bulbus yang meliputi tulang tetapi tanpa kanalis medularis.
dan tetap terjadi proses osteoblastik pada tulang dan kalus eksterna secara
36
kompak dan berisi sistem Haversian dan kalus bagian dalam akan mengalami
Gambar 3.12
Penyembuhan Fraktur
plate, tidak dapat memicu kalus. Namun, pembentukan tulang baru dengan
osteoblas timbul secara langsung diantara fragmen. Gap antar permukaan fraktur
diselubungi oleh kapiler baru dan sel osteoprogenitor tumbuh dimulai dari
pangkal dan tulang baru terdapat pada permukaan luar (gap healing). Saat celah
atau gap sangat kecil, osteogenesis memproduksi tulang lamelar, gap yang lebar
remodeling untuk menjadi tulang lamelar. Setelah 3‒4 minggu, fraktur sudah
cukup kuat untuk melakukan penetrasi dan bridging mungkin kadang ditemukan
37
tanpa adanya fase pertengahan atau contact healing (Mangone G, Postiglione M,
Pasquetti P, 2010).
tulang, dengan peningkatan stres kalus berkembang lebih kuat sebagai contoh dari
hukum Wolff. Dengan penggunaan fiksasi metal, disisi lain, tidak terdapatnya
kalus berarti tulang akan bergantung pada implan metal dalam jangka waktu yang
cukup lama. Karena, implan akan mengurangi stress, yang mungkin dapat
3.8 Komplikasi
Komplikasi fraktur menurut Smeltzer dan Bare (2001) dan Price (2005)
antara lain:
1. Komplikasi awal fraktur antara lain: syok, sindrom emboli lemak, sindrom
a) Syok
rusak, dapat terjadi pada fraktur ekstrimitas, thoraks, pelvis dan vertebra.
Pada saat terjadi fraktur globula lemak dapat masuk kedalam pembuluh
darah karena tekanan sumsum tulang lebih tinggi dari tekanan kapiler atau
38
memobilisasi asam lemak dan memudahkan terjasinya globula lemak pada
aliran darah.
c) Kompartement Sindrom
Merupakan masalah yang terjadi saat perfusi jaringan dalam otot kurang
cidera remuk).
d) Kerusakan Arteri
Pecahnya arteri karena trauma bias ditandai denagan tidak ada nadi, CRT
menurun, syanosis bagian distal, hematoma yang lebar, dan dingin pada
posisi pada yang sakit, tindakan reduksi, dan pembedahan. Infeksi Sistem
pertahanan tubuh rusak bila ada trauma pada jaringan. Pada trauma
orthopedic infeksi dimulai pada kulit (superficial) dan masuk ke dalam. Ini
biasanya terjadi pada kasus fraktur terbuka, tapi bias juga karena
2001).
39
2. Komplikasi dalam waktu lama atau lanjut fraktur antara lain: mal union,
a) Malunion
Malunion dalam suatu keadaan dimana tulang yang patah telah sembuh
b) Delayed Union
c) Nonunion
sambungan yang lengkap, kuat, dan stabil setelah 6-9 bulan. Nonunion di
tandai dengan adanya pergerakan yang berlebih pada sisi fraktur yang
keparahan serta tata laksana dari tim medis terhadap pasien dengan korban
40
fraktur. Jika penanganannya cepat, maka prognosisnya akan lebih baik. Begitu
juga sebaliknya. Sedangkan dari tingkat keparahan, jika fraktur yang di alami
ringan, maka proses penyembuhan akan berlangsung dengan cepat dengan prognosis
yang baik. Tapi jikalau pada kasus yang berat prognosisnya juga akan buruk.bahkan jikalau
parah, tindakan yang dapat di ambil adalah cacat fisik hingga amputasi.Selain itu
penderita dengan usia yang lebih muda akan lebih bagus prognosisnya di banding
41
BAB IV
PEMBAHASAN
42
BAB V
KESIMPULAN
tulang rawan bisa komplet atau inkomplet atau diskontinuitas tulang yang
disebabkan oleh gaya yang melebihi elastisitas tulang. Fraktur sebagian besar
diakibatkan oleh dari trauma, beberapa fraktur sekunder terhadap proses penyakit
pada pasien.
proses biologis alami yang akan terjadi pada setiap patah tulang, tidak peduli apa
yang telah dikerjakan dokter pada patahan tulang tersebut. Pada permulaan akan
pembuluh darah pada tulang dan periost yang disebut dengan fase hematoma,
kemudian berubah menjadi fase jaringan fibrosis, lalu penyatuan klinis, dan pada
44
Daftar Pustaka
Abdurrahman, Sjarwani Achmad, dkk, 1994, Pedoman Diagnosis dan Terapi Ilmu
Universitas Airlangga.
Abdurrahman, Sjarwani Achmad, dkk, 1994, Pedoman Diagnosis dan Terapi Ilmu
Universitas Airlangga
http://www.aona.com
American Foot and Ankle College Surgeon. Bone healing. Diunduh dari
UK : Hodder Arnold.
2013
:EGC
45
Brunner and Suddart. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Edisi 8. Editor:
http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/108/jtptunimus-gdl-sitifatima-5395-
207.bab-r.pdf
31-61
Desember 2009
http://cnx.org/content/m27924/latest/20-Reading%20-%20Kalfas.pdf pada
Maulana R, 2015. Tibia Stress Fracture. Jurnal Kedokteran Syiah Kuala. Volume
15. 2015
Putz, R and Pabst, R, 2002; Sobotta Anatomi Ekstremitas Bawah; edisi 21,
http://emedicine.medscape.com/article/1270717-overview
46
Rasjad, Chairuddin. Pengantar Ilmu Bedah Ortopedi. Jakarta : PT. Yarsif
Watampone. 2007
Sjamsuhidajat R, De Jong Wim. (2011). Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi ke-2.
Tim ,Coughlin. Principles of Bone Healing: Bone Healing Process. Diunduh dari
pukul 14.00
47