Diabetes mellitus adalah suatu kelompok penyakit metabolik dengan
karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin atau keduanya. Angka kejadian diabetes mellitus di Indonesia menurut International Diabetes Federation tahun 2013 menempatkan Indonesia di urutan ke-7 dengan 8,5 juta penderita diabetes mellitus dan diperkirakan akan menjadi 14,1 juta penderita diabetes mellitus pada tahun 20351. Besarnya penderita diabetes mellitus di Indonesia menyebabkan tingginya morbiditas akibat komplikasi dari diabetes mellitus. Angka kematian dan angka amputasi pada kasus kaki diabetes masih tinggi, masing-masing sebesar 16% dan 25%. Sebanyak 14,3% akan meninggal dalarn setahun pasca amputasi, dan sebanyak 37% akan meninggal 3 tahun pasca amputasi2. Manifestasi klinis utama yang muncul berupa poliuri, polifagia, polidipsi, dan pennurunan berat badan tiba-tiba yang tidak dapat dijelaskan penyebabnya. Patogenesis terjadinya diabetes mellitus dapat dibedakan menurut klasifikasinya diabetes mellitus tipe 1 disebabkan oleh tidak adanya insulin dalam tubuh, sedangkan pada diabetes mellitus tipe 2 merupakan kondisi multifactorial yang disebabkan oleh resistensi insulin atau defek sekresi insulin3. Terjadinya masalah kaki diawali adanya hiperglikemia pada penyandang DM yang menyebabkan kelainan neuropati dan kelainan pada pernbuluh darah. Neuropati, baik neuropati sensorik maupun motorik dan autonom akan mengakibatkan berbagai perubahan pada kulit dan otot, yang kemudian menyebabkan terjadinya perubahan distribusi tekanan pada telapak kaki dan selanjutnya akan mempermudah terjadinya ulkus4. Hasil pengelolaan kaki diabetes yang sering mengecewakan baik bagi dokter pengelola maupun penyandang DM dan keluarganya bahkan sering kaki diabetes berakhir dengan kecacatan dan kematian menjadikan pengelolaan kaki diabetes sebagai poin penting yang harus dikembangkan dengan memanfaatkan kerjasama multidisipliner4.