Anda di halaman 1dari 4

Implementasi Algoritma Genetika Untuk

Menentukan Rute Terbaik Jalur Bus Rapid Transit


(BRT)
Irmma Dwijayanti
Departemen Teknik Elektro dan
Teknologi Informasi
Universitas Gadjah Mada
Yogyakarta, Indonesia
irmma.dwijayanti@mail.ugm.ac.id

Abstrak- Bus Rapid Transit (BRT) merupakan angkutan halte yang lain. Algoritma genetika pertama kali
umum berbasis bus yang memiliki kapasitas dan kualitas tinggi diperkenalkan oleh John Holland tahun 1975 melalui
dalam pemberian layanannya. Salah satunya adalah adanya bukunya yang berjudul “Adaption in Natural and Artificial
jalur khusus bagi BRT dengan tujuan meningkatkan kecepatan Systems” [3]. Algoritma genetika diartikan sebagai optimasi
perjalanan bus. Sistem BRT sangat mengutamakan dalam algoritma, didasarkan pada pengkodean parameter yang
pelayanan penumpang namun tidak jarang juga adanya bertujuan untuk menemukan solusi melalui pencarian
penundaan atau keterlambatan kedatangan bus. Walaupun random atau acak [4]. Metode ini sudah biasa digunakan
sudah memiliki jalur khusus, kemacetan lalu lintas juga kerap
untuk menemukan solusi paling signifikan dan terbaik dalam
ditemukan. Oleh karena itu, dalam penelitian ini akan dilakukan
kumpulan data. Penggunaan algoritma genetika dapat
implementasi algoritma genetika untuk menentukan rute terbaik
jalur BRT. Algoritma genetika merupakan algoritma yang
menghasilkan banyak solusi berdasarkan titik populasi dan
menggunakan prinsip evolusi untuk mencari solusi tidak hanya satu titik saja sehingga memiliki peluang lebih
permasalahan . kecil untuk terjebak pada optimal lokal [5].
Dalam penelitian ini bertujuan untuk dapat
Kata Kunci—Algoritma Genetika, Optimasi, Rute Terbaik, mengimplementasikan Algoritma Genetika dalam
Bus Rapid Transit, BRT,
menghasilkan beberapa solusi mengenai rute terbaik yang
I. PENDAHULUAN dapat digunakan oleh Bus Rapid Transit (BRT) agar dapat
meminimalkan penundaan perjalanan yang dapat
Transportasi umum adalah salah satu kebutuhan menyebabkan terganggunya perputaran waktu kedatangan
masyarakat yang sangat menunjang aktivitas sehari-hari bus. Algoritma genetika dipilih karena algoritma ini tidak
terutama di sebuah perkotaan yang semakin berkembang. memiliki kriteria khusus yang dijumpai pada algoritma
Pada umumnya, tranportasi umum sangat penting dalam heuristik lainnya dalam menyaring kualitas solusi serta dapat
mendukung mobilitas masyarakat dari satu tempat ke tempat memberikan beberapa alternatif solusi tetapi memiliki nilai
lain. Selain itu juga dapat mengurangi penggunaan obyektif yang sama [6].
kendaraan pribadi sehingga dapat mengurangi kemacetan
lalu lintas terutama di kota-kota besar. II. METODE PENGEMBANGAN
Bus Rapid Transit (BRT) merupakan angkutan massal Algoritma genetika merupakan perkembangan di dunia
berbasis bus dengan kapasitas dan kualitas tinggi untuk kota- komputer dalam bidang kecerdasan buatan atau Artificial
kota yang berkembang pesat. BRT memberikan pelayanan Intelligence (AI). Algoritma genetika adalah teknik
mobilitas yang cepat, andal dan tidak memerlukan biaya pencarian adaptif berdasarkan prinsip dan mekanisme seleksi
mahal untuk menggunakannya [1]. Setiap BRT memiliki alam dan “survival of the fittest” dari evolusi alam yang
jalur khusus sehingga dapat meningkatkan kecepatan terinspirasi dari teori Darwin [7]. Algoritma genetika adalah
perjalanan bus. Umumnya BRT di suatu kota memiliki alat yang sangat cocok untuk digunakan sebagai algoritma
banyak armada dimana masing-masing armada memiliki rute pencarian [7].
yang dilewati. Biasanya selang waktu kedatangan antarbus Alur proses algoritma genetika sederhana dalam
sekitar 5-10 menit pada waktu normal dan 10-15 pada waktu penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 1. Terdapat 6
sibuk [2]. Sehingga bagi penumpang yang ingin melakukan komponen utama dalam algoritma genetika yaitu Teknik
perjalanan menggunakan BRT harus berada di halte yang Penyandian, Pembangkitan Populasi Awal, Seleksi,
sesuai dengan rute yang akan dituju karena apabila salah Crossover, Mutasi dan Elitism [8].
halte atau terlambat maka penumpang harus menunggu
kedatangan bus selanjutnya. Walaupun memiliki jalur A. Teknik Penyandian
khusus, setiap BRT juga harus memperhatikan resiko Teknik penyandian yang dimaksud adalah penyandian
penundaan yang disebabkan kemacetan lalu lintas, gen dari individu. Gen adalah bagian dari individu, dalam
pergerakan belok dan kendaraan yang diparkir [1]. Masalah satu individu akan terdiri dari beberapa gen. Satu gen
tersebut dapat mengganggu siklus perputaran bus.
biasanya akan mewakili satu variable [9]. Gen dapat
Dengan memanfaatkan perkembangan teknologi, dinyatakan dalam bentuk bit, bilangan real, daftar aturan,
masalah tersebut dapat diselesaikan dengan elemen permutasi, elemen program dan lainnya yang dapat
mengimplementasikan algoritma genetika untuk diimplementasikan untuk operator genetika [8]. Dalam
mendapatkan rute terbaik jalur BRT. Rute terbaik yang penelitian ini variabel akan direpresentasikan menggunakan
dimaksud adalah rute terpendek melewati dari satu halte ke bilangan real.
B. Pembangkitan Populasi Awal melewati sejumlah n halte dalam setiap rute. Setiap halte
Tahap ini adalah proses yang digunakan untuk akan dilewati satu kali dalam satu putaran sehingga BRT
membangkitkan populasi awal secara acak untuk tidak boleh kembali. dari halte terakhir, BRT baru akan
kembali lagi ke halte awal. Dalam hal ini, untuk mengukur
mendapatkan solusi awal [8]. Hasil dari pembangkitan
rute digunakan kriteria jarak antara halte satu ke halte yang
populasi ini yaitu terdiri dari sejumlah individu sebagai
lain. Tujuan yang ingin dicapai adalah mencari rute terbaik
solusi awal yang diinginkan. Terdapat beberapa Teknik agar dapat mempercepat perputaran BRT. AG akan
dalam pembangkitan populasi awal. Dalam penelitian ini diimplementasikan menggunakan Google Colaboratory.
akan digunakan teknik permutasi gen.
Dalam kasus ini akan digunakan 5 buah halte yang akan
C. Seleksi dilewati: A, B, C, D, E. Masing-masing halte akan
Seleksi adalah proses pemilihan individu-individu dari dinyatakan dengan koordinat x dan y. Representasi yang
populasi awal yang akan dipilih untuk proses crossover dan digunakan adalah representasi permutasi dimana urutan kota
mutasi. Seleksi bertujuan untuk mendapatkan calon induk akan merepresentasikan urutan halte yang dilewati.
yang baik. Induk yang baik dinilai dari nilai fitness suatu Dikarenakan menggunakan bahasa pemrograman phyton
individu, semakin tinggi nilai fitness yang dimiliki maka maka urutan akan dimulai dari 0,1,2,.. dan seterusnya.
semakin besar kemungkinan untu terpilih. Untuk itu, A B C D E
sebelum dilakukan tahap seleksi maka perlu dilakukan
menghitung nilai fitness masing-masing individu. Terdapat
2 metode seleksi yaitu mesin roullete dan turnamen [8]. (0,0 (2,4) (5,6) (7,4) (5,2)
Dalam penelitian ini akan digunakan metode seleksi dengan
turnamen.
D. Crossover atau Perkawinan Silang A. Inisialisasi Populasi Secara Acak
Crossover adalah proses kawin silang antara dua induk Dalam inisialisasi populasi ini digunakan metode
(parent) terpilih dari proses seleksi sebelumnya yang random permutation untuk membangkitkan populasi
bertujuan untuk menambah individu baru (child). Proses awal. Membangkitkan sejumlah individu dalam satu
crossover dilakukan dengan probabilitas crossover yang populasi, misalnya 5 individu dibangkitkan dimana
sudah ditentukan. Dalam penelitian ini akan digunakan masing-masing individu terdiri dari 5 gen sesuai dengan
metode Partial-Mapped Crossover (PMX). PMX diciptakan jumlah halte.
oleh Goldeberg dan Lingle yang merupakan rumusan [0 3 4 1 2]
modifikasi dari pindah silang poin. [2 1 0 4 3]
[2 1 4 0 3]
E. Mutasi [1 3 4 2 0]
Proses selanjutnya adalah mutasi. Mutasi merupakan [1 0 4 3 2]
proses memunculkan kembali gen yang mungkin hilang dari
populasi akibat dari proses seleksi dan menyediakan gen B. Menentukan Fungsi Obyektif
yang tidak ada dalam populasi awal [8]. Individu anak Selanjutnya akan menilai kualitas rute yang dibentuk
dimutasi dengan menambahkan nilai random yang sangat menggunakan kriteria jarak. Menghitung jarak antar halte
kecil dan probabilitas yang rendah. akan diukur menggunakan jarak Euclidian dengan rumus
sebagai berikut:
F. Elitism
Elitism merupakan proses menyeleksi individu terbaik
diambil dari populasi untuk disalin ke generasi berikutnya.
Elitism bertujuan untuk mempertahankan kualitas tertinggi Nilai fitness masing-masing individu akan dihitung
tidak hilang selama proses evolusi. berdasarkan jarak antar halte dari satu halte ke halte yang
lain. Hasil fitness masing-masing individu sebagai
berikut:

Gambar 1 Diagram Alur Algoritma Genetika [8]


C. Seleksi
III. IMPLEMENTASI ALGORITMA GENETIKA UNTUK Dalam kasus ini, proses seleksi menggunakan metode
MENENTUKAN RUTE TERBAIK JALUR BRT turnamen yaitu menetapkan nilai ukuran turnamen untuk
Algoritma genetika (AG) akan diimplementasikan untuk individu yang dipilih secara random. Parameter yang
menentukan rute terbaik jalur BRT supaya dapat digunakan dalam metode turnamen adalah antara 2 sampai
mempercepat perputaran bus. Jalur BRT didefinisikan N (jumlah individu dalam populasi) [8]. Untuk
dengan studi kasus sebagai berikut: Sebuah BRT harus
implementasi ini menggunakan ukuran parameter 2 dan
jumlah parent yang dipilih adalah 2.

D. Croosover
Proses Crossover menggunakan metode Partial-Mapped
Crossover (PMX) yaitu dengan cara membagi parent
menjadi dua segment atau pemetaan secara acak. Kemudian
menukar substring diantara induk sehingga menghasilkan Gambar 2 Halaman Fakta
child. Selanjutnya tentukan hubungan mapping pemetaan
untuk menentukan individu. Dikarenakan dalam kasus ini IV. ANALISIS & HASIL
menggunakan metode permutasi maka dalam satu individu Pada bagian ini akan dijelaskan hasil dari proses
tidak boleh ada variabel yang sama. implementasi algoritma genetika untuk menentukan rute
terbaik jalur BRT. Untuk menguji hasil dari implementasi
maka perlu ditentukan parameter probabilitas crossover,
probabilitas mutasi, ukuran populasi dan maksimal generasi.
Hasil dari pengujian tersebut merupakan solusi yang
diberikan untuk rute terbaik jalur BRT. Rute terbaik
ditunjukan oleh individu yang memiliki nilai fitness paling
kecil. Beberapa solusi dapat dilihat pada Gambar 3-5.

E. Mutasi
Setelah melakukan crossover maka selanjutnya
melakukan mutasi. Mutasi menggunakan metode Swap,
dimana memilih 2 indeks halte kemudian keduanya ditukar
tempatnya. Pemilihan halte dilakukan secara random sampai
terpilih halte yang berbeda.

Gambar 3 Hasil Implementasi I

F. Elitism
Hasil child yang didapatkan dari proses croosover
kemudian akan digunakan untuk proses replacement
menggunakan fungsi Elitism. Elitism yaitu proses
menggantikan individu yang lebih rendah kualitasnya dalam
populasi yang akan digantikan oleh childnya.

Gambar 4 Hasil Implementasi II


DAFTAR PUSTAKA
[1] ITDP, “BUS RAPID TRANSIT,” The Institute for
Transportation & Development Policy, 2020. http://www.itdp-
indonesia.org/bus-rapid-transit/.
[2] Kompas.com, “Ada Rute Panjang dan Rute Pendek,” 2010.
https://health.kompas.com/read/2010/12/31/17350957/ada.rute.pa
njang.dan.rute.pendek.
[3] J. Holland, Adaption in Natural and Artifial Systems: An
Introducy Analysis with Applications to Biology, Control, and
Artificial Intelligence. MIT. MIT Press, 1992.
[4] T. Timucin and S. Birogul, “Implementation of Operating Room
Scheduling with Genetic Algorithm and the Importance of Repair
Gambar 5 Hasil Implementasi III
Operator,” ISMSIT 2018 - 2nd Int. Symp. Multidiscip. Stud.
V. KESIMPULAN Innov. Technol. Proc., pp. 0–5, 2018, doi:
10.1109/ISMSIT.2018.8566697.
Kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian ini adalah
algoritma genetika dapat diimplementasikan untuk [5] H. P. Hariyadi, T. Widiyaningtyas, M. Z. Arifin, and S. Sendari,
menentukan rute terbaik jalur Bus Rapid Transit (BRT). “Implementation of Genetic Algorithm to academic scheduling
Sehingga dapat dihasilkan beberapa alternatif solusi untuk system,” IEEE Reg. 10 Annu. Int. Conf. Proceedings/TENCON,
permasalahan penundaan perjalanan yang dapat pp. 2013–2016, 2017, doi: 10.1109/TENCON.2016.7848378.
menyebabkan terganggunya perputaran waktu kedatangan [6] D. R. S. D. D. E. William Tanujaya, “Penerapan Algoritma
bus. Dalam implementasi yang sudah dilakukan, rute terbaik Genetik Untuk Penyelesaian Masalah Vehicle Routing Di
dapat dilihat dari nilai obyektif individu yang paling rendah.
Pt.Mif,” Widya Tek., vol. 10, no. 1, pp. 92–102, 2011.
Kriteria yang digunakan dalam menentukan rute adalah jarak
antara halte satu ke halte selanjutnya. Untuk itu penelitian [7] C. O. Escolano, E. P. Dadios, and A. M. Fillone, “An integrated
selanjutnya dapat mengembangkan menggunakan tambahan and optimal scheduling of a public transport system in metro
kriteria yang lain misalnya kriteria penumpang. Manila using genetic algorithm,” 2014 Int. Conf. Humanoid,
Nanotechnology, Inf. Technol. Commun. Control. Environ.
ACKNOWLEDGEMENT Manag. HNICEM 2014 - 7th HNICEM 2014 Jt. with 6th Int.
Penelitian implementasi algoritma genetika untuk Symp. Comput. Intell. Intell. Informatics, co-located with 10th
menentukan rute terbaik jalur BRT ini didukung oleh ERDT Conf., no. November, 2014, doi:
https://github.com/hpurnomo/Metaheuristics/blob/master/Ex 10.1109/HNICEM.2014.7016207.
ample_GA_TSP.ipynb
[8] E. Satriyanto, “Algoritma Genetika,” 2009.
https://github.com/Rakhid16/Python-
TPOT/blob/master/Algoritma Genetika.pdf (accessed Oct. 27,
2020).
[9] A. Laksono, M. Utami, and Y. Sugiarti, “Sistem Penjadwalan
Kuliah Menggunakan Metode Algoritma Genetika (Studi Kasus:
Fakultas Kedokteran Dan Kesehatan Universitas Muhammadiyah
Jakarta),” Stud. Inform. J. Sist. Inf., vol. 9, no. 2, pp. 177–188,
2018.

Anda mungkin juga menyukai