Anda di halaman 1dari 17

PEMODELAN SISTEM TRANSPORTASI

Materi :

- Pemodelan transportasi :
✓ Model Bangkitan perjalanan;
✓ Model distribusi perjalanan;
✓ Model pemilihan moda (alat) transportasi;
✓ Model pemilihan rute perjalanan (pembebanan);
- Skema alir pemodelan transportasi;
- Prinsip dasar pemodelan;
- Syarat yang perlu dipertimbangkan dalam merancang model;
PEMODELAN TRANSPORTASI

Pemodelan transportasi yang biasa dilakukan adalah menggunakan model


perencanaan empat tahap, yaitu tahap bangkitan perjalanan, tahap
distribusi perjalanan, tahap pemilihan moda angkutan, dan tahap
pemilihan rute perjalanan (pembebanan perjalanan). Keluaran model
adalah berupa penilaian terhadap pengembangan transportasi jangka
pendek, menengah dan jangka panjang.

(1). Model bangkitan perjalanan (trip generation),


Akan mensimulasikan jumlah perjalanan yang dibangkitkan atau
ditarik dari masing-masing zona studi. Model ini akan memprediksi
jumlah perjalanan yang berawal dari setiap zona dan jumlah
perjalanan yang berakhir disetiap zona, untuk setiap maksud
perjalanan. Dasar yang digunakan dalam analisis ini adalah
karakteristik tata guna lahan, dan karakteristik sosio-ekonomi.
(2). Model distribusi perjalanan (trip distribution),
Akan mensimulasikan bagaimana perjalanan tersebut akan
didistribusikan. Proses ini dimaksudkan untuk mendistribusikan atau
mengalokasikan jumlah perjalanan yang berasal dari setiap zona dan
diantara seluruh zona tujuan yang memungkinkan.

(3). Model Pemilihan Moda Transportasi (Moda Split),


✓ Akan meramalkan bagaimana perjalanan tersebut terbagi diantara
moda-moda transportasi yang tersedia.
✓ Proses ini dimaksudkan untuk memperkirakan jumlah penumpang
yang akan memakai setiap moda yang tersedia, dimana secara
umum menjadi 2 (dua) kategori yaitu moda angkutan umum dan
moda pribadi.
✓ Pemilihan moda dihipotesiskan bergantung pada tujuan perjalanan
dan karakteristik moda yang mencerminkan biaya yang
disamaratakan, dimana faktor yang penting adalah : waktu
keseluruhan perjalanan untuk masing-masing alternatif moda; total
biaya; kenyamanan; dan keselamatan.
(4). Model Pembebanan Lalulintas (trip Assignment),
❖ Akan meramalkan rute/koridor jaringan jalan yang akan dipilih,
sehingga menghasilkan estimasi volume lalulintas pada jaringan
jalan.
❖ Model ini merupakan proses terakhir dalam estimasi permintaan
perjalanan yang bertujuan untuk menentukan perjalanan yang akan
dibuat diantara setiap pasang zona, dengan moda tertentu, pada
rute tertentu di dalam jaringan transportasi yang ada.
❖ Asumsi yang digunakan adalah bahwa pengguna jalan akan memilih
jalur gerak dengan waktu tempuh minimum dan memenuhi kondisi
dimana waktu perjalanan berkaitan dengan volume lalulintas di jalur
gerak tersebut yang dihubungkan oleh suatu fungsi antara
kecepatan dan volume.
Model Bangkitan

Pengumpulan
Data Model Distribusi

Pengumpulan Data Model Pemilihan Moda


Primer

Model Pembebanan
Pengumpulan Data Survei-Survei
Sekunder
Validasi Model

Model Jaringan

Gambar : Skema Alir Pemodelan Transportasi


PRINSIP DASAR DALAM PEMODELAN TRANSPORTASI

Pada dasarnya suatu model transportasi dibuat untuk mencapai lima


tujuan, yaitu :

(1). Memprediksi kebutuhan transportasi masa depan.


Untuk memenuhi tujuan ini setiap model harus mengandung variabel-
variabel yang mempengaruhi kebutuhan transportasi masa depan. Contoh :
salah satu model matematik untuk menentukan jumlah gerakan perjalanan
adalah :
Pmk = 3,47 Mk + 0,12
Dengan Pmk adalah jumlah perjalanan menggunakan mobil pribadi yang
digerakkan oleh sebuah keluarga, dan Mk adalah jumlah mobil yang dimiliki
oleh keluarga bersangkutan.
Model ini menganggap walau bagaimanapun keadaan sosial ekonomi, namun
jumlah perjalanan dengan mobil pribadi tetap dan tidak berubah.
Pmk = 1,12 Mk + 0,00033 Gk – 0,112 Nkb + 0,14
Dengan Gk adalah jumlah pendapatan keluarga, dan Nkb adalah
perbandingan biaya menggunakan mobil pribadi dengan menggunakan bus.
(2). Untuk membuat penilaian terhadap beberapa alternatif solusi dengan
mudah.
Misalnya, untuk menghindari kemacetan di pusat kota, beberapa solusi telah
diajukan, seperti memperbaiki pelayanan bus, membatasi jumlah
tempat parkir, atau menaikkan biaya parkir. Model yang baik haruslah
mampu menilai dampak usulan secara satu persatu dan secara gabungan.

(3). Untuk mengkaji dan memahami bagaimana kisi-kisi yang ada dalam
suatu kawasan perkotaan, dapat saling berhubungan dan
mempengaruhi transportasi.

Misalnya, bagaimana tarif tol yang tinggi dikenakan kepada mobil pribadi
untuk mengurangi penggunaan mobil pribadi. Walaupun secara logika
tindakan seperti ini mungkin akan mengurangi penggunaan mobil pribadi,
namun tanpa mempertimbangkan moda angkutan lain tentu solusi tersebut
tidak akan efektif. Untuk itu, dalam kasus ini model tersebut harus memiliki
variabel bebas, seperti biaya menggunakan mobil pribadi, bus, kereta
api, dan kondisi pelayanan bus atau kereta api di jalur yang sama.
(4). Untuk membantu memahami bentuk perjalanan dan
transportasi.

Misalnya, apakah yang mendasari seseorang memilih tujuan


perjalanannya, mengapa orang suka melewati jalan tertentu dan tidak
suka kepada jalan yang lain, apakah kondisi yang menyebabkan
seseorang meninggalkan kendaraannya di rumah dan pergi ke suatu
tempat menggunakan angkutan umum.

(5). Untuk membantu dalam pengambilan keputusan yang


kadang kala – hanya menggunakan logika.

Oleh sebab itu, model harus tepat dan mudah dipahami dan dimengerti.
Hasil model dalam bentuk grafik dengan warna yang menarik akan lebih
membantu dalam menerangkan model.
Beberapa Syarat Yang Perlu Dipertimbangkan
Dalam Merancang Model

(1). Mudah dan sederhana.


Sebaiknya model yang dirancang sederhana dan mudah dipahami supaya
model tersebut dapat dilaksanakan dengan baik.

(2). Sesuai dengan tujuan model dibangun.


Model yang dibangun harus sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai.

(3). Teruji.
Model yang dibangun harus mampu merumuskan keadaan sesungguhnya
dengan baik.

(4). Ketepatan.
Model yang dibangun harus tepat dengan tingkat kesalahan yang dapat
diterima. Misalnya, jika keterkaitan/hubungan antara satu variabel dengan
variabel yang lain ≤ 60 %, maka model ini tidak dapat diterima.
(5). Sesuai.
Model yang dibangun harus sesuai dengan data yang tersedia. Disamping itu,
keluaran model harus bermakna dan dapat digunakan oleh model berikutnya.
Misalnya, dalam model empat langkah keluaran model langkah pertama
(bangkitan perjalanan) harus dapat digunakan oleh model langkah kedua
(distribusi perjalanan). Keluaran model langkah kedua, harus dapat
digunakan oleh model langkah ketiga, dan keluaran model langkah ketiga
harus dapat digunakan oleh model langkah keempat.

(6). Peka.
Model yang dibangun harus peka terhadap perubahan yang akan dikaji.
Misalnya, jika dampak terhadap tarif tol yang tinggi untuk mobil pribadi
hendak dikaji, maka model yang dibangun harus peka terhadap perubahan
ini dan mampu menunjukkan persentase pengurangan pengguna mobil
pribadi, serta persentase kenaikan orang menggunakan bus/angkutan
umum.

(7). Mampu meniru kondisi sesungguhnya.


Model yang dibangun harus mampu menghasilkan keluaran perjalanan
menyerupai keadaan sesungguhnya.
(8). Mampu memberikan jawaban yang bermanfaat untuk membuat-
keputusan.
Model yang dibangun harus mampu memberikan jawaban yang diperlukan
untuk membuat keputusan. Misalnya, jika kajian dibuat sebagai alternatif
solusi bagi meningkatkan kapasitas semua ruas jalan dan persimpangan di
suatu kota, maka model yang dibangun harus mampu memberikan aliran lalu
lintas normal disetiap ruas jalan dan persimpangan..

(9). Biaya.
Biaya yang digunakan untuk membangun model harus se-efisien mungkin,
minimal lebih rendah dari biaya pengumpulan data.
PRINSIP DASAR MODEL BANGKITAN PERJALANAN

Model Bangkitan Perjalanan merupakan model pertama dalam metodologi


perancangan transportasi. Perjalanan yang dimaksudkan adalah perjalanan satu
arah saja, dari satu tempat asal ke satu tempat tujuan.

Tujuan utama analisis model bangkitan perjalanan ialah untuk mencari


hubungan antara perbuatan melakukan perjalanan dengan keadaan tata guna lahan
dan sosial ekonomi yang dapat dirumuskan dalam satu persamaan matematik.
Persamaan matematik tersebut akan digunakan untuk meramalkan/memprediksi
jumlah perjalanan masa depan, berdasarkan ramalan/prediksi tata guna lahan dan
sosial ekonomi.

Morlok menyatakan, bahwa banyaknya perjalanan pada tahun rencana sangat


ditentukan oleh karakteristik tata guna lahan dan karakteristik sosio ekonomi
tiap-tiap kawasan yang terdapat dalam ruang lingkup wilayah kajian tertentu.
Secara sederhana dapat diartikan bahwa jumlah perjalanan adalah fungsi dari tata
guna lahan/kawasan/zona yang menghasilkan perjalanan tersebut, dengan
persamaan fungsinya adalah :
Qtrip = f(TGL)
.
Bangkitan perjalanan dapat dibagi atas dua bagian, yaitu : keluaran perjalanan
dan tarikan perjalanan. Yang dimaksud dengan keluaran perjalanan adalah
jumlah hitungan perjalanan yang keluar dari suatu zona akibat adanya aktifitas di
zona lain. Misalnya, perjalanan keluar untuk bekerja dari zona kediaman menuju
ke zona perkantoran.

Sedangkan tarikan perjalanan adalah jumlah hitungan perjalanan yang ditarik


masuk ke dalam suatu zona, akibat aktifitas yang ada dalam zona tersebut.
Misalnya, aktifitas pengurusan dan pelayanan dalam suatu zona akan menarik
pekerja menuju ke dalam zona tersebut.

Model ini akan merumuskan hubungan antara tata guna lahan, seperti : luas
lantai, luas bangunan perkantoran, dan jumlah kediaman, dengan perjalanan yang
keluar dan masuk ke dalam suatu kawasan. Oleh sebab itu, apabila suatu kawasan
akan dibangun, maka jumlah perjalanan yang masuk dan keluar dari kawasan
tersebut dapat diprediksi.

Tarikan
i j

Bangkitan
Jenis – Jenis Perjalanan
❖ Secara umum semua perjalanan dapat dikelompokkan ke dalam dua
jenis perjalanan, yaitu : perjalanan berdasarkan rumah, dan
perjalanan bukan berdasarkan rumah.

❖ Perjalanan berdasarkan rumah adalah semua perjalanan yang


berawal atau berakhir di rumah. Misalnya, perjalanan pergi bekerja, ke
sekolah, ke pasar, berziarah, rekreasi, dsb. Biasanya perjalanan
berdasarkan rumah berkisar antara 80% s.d 90% dari jumlah
keseluruhan perjalanan (Hutchingson, 1974).

❖ Perjalanan bukan berdasarkan rumah adalah semua perjalanan


yang tidak berawal atau berakhir di rumah. Misalnya, perjalanan
berdagang yang berawal dari satu toko ke toko lain, atau dari satu
kantor ke kantor lain, atau dari suatu kantor ke pasar, dsb. Lazimnya
jenis perjalanan bukan berdasarkan rumah dilakukan dalam waktu
yang berbeda dengan jenis perjalanan berdasarkan rumah.
Kebanyakan perjalanan berdasarkan rumah dilakukan pada waktu pagi
dan sore hari. Sedangkan perjalanan bukan berdasarkan rumah
kebanyakan dilakukan pada siang hari.
Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Keluaran Perjalanan
❖ Bagi perjalanan berdasarkan rumah, keluaran perjalanan banyak
dipengaruhi oleh faktor keluarga yang mendiami rumah di suatu
kawasan. keluarga yang berpendapatan tinggi akan melakukan
perjalanan lebih banyak bila dibandingkan dengan keluarga
berpendapatan rendah. Demikian juga, keluarga besar akan
melakukan perjalanan lebih banyak dari keluarga kecil.

❖ Kepemilikan kendaraan pada kebiasaannya juga akan melakukan


perjalanan lebih banyak dari yang tidak memiliki kendaraan. Demikian
juga, jumlah orang yang bekerja dalam suatu keluarga akan
mempengaruhi jumlah keluaran perjalanan.

❖ Dalam Model, biasanya faktor yang mempengaruhi keluaran


perjalanan, biasanya ditentukan oleh :

1. Pendapatan keluarga;
2. Kepemilikan kendaraan; dan
3. Jumlah keluarga.
Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Tarikan Perjalanan
❖ Faktor-faktor yg mempengaruhi tarikan perjalanan biasanya adalah :

1. Perkantoran;
2. Pasar;
3. Sekolah;
4. Pusat Perbelanjaan;
5. Industri & Perdagangan;
6. Taman Rekreasi, dsb.
THANK FOR YOU

KUIS

Anda mungkin juga menyukai