Disusun Oleh :
Kelompok 8
2021
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-
Nya sehingga saya dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul Asuhan
Keperawatan pada Leukimia Limfositik anak ini tepat pada waktunya.
Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas ibu
Ns. Andi Lis AG , M. Kep pada mata kuliah Keperawatan Anak. Selain itu,
makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan tentang Asuhan
Keperawatan pada Leukimia Limfositik anak bagi para pembaca dan juga bagi
penulis.
Saya mengucapkan terima kasih kepada ibu Ns. Andi Lis AG , M. Kep selaku
dosen mata kuliah Keperawatan Anak yang telah memberikan tugas ini sehingga
dapat menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang saya
tekuni.
Saya juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi
sebagian pengetahuannya sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini.
Saya menyadari, makalah yang saya tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh
karena itu, kritik dan saran yang membangun akan saya nantikan demi
kesempurnaan makalah ini.
Penulis
1
DAFTAR ISI
B. Tujuan ....................................................................................................... 4
B. Etiologi ...................................................................................................... 5
C. Patofisiologi .............................................................................................. 6
D. Pathway ..................................................................................................... 8
F. Komplikasi ................................................................................................ 9
G. Penatalaksanaan ........................................................................................ 9
A. Kesimpulan ............................................................................................... 24
B. Saran .......................................................................................................... 24
DAFTAR PUSTAKA
2
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Leukemia adalah penyakit keganasan dari sumsum tulang dan darah
ditandai dengan proliferasi sel darah putih dengan manifestasi adanya sel
abnormal dalam darah tepi (Permono dan Ugrasena, 2006). Leukemia
limfoblastik akut (LLA) merupakan penyakit keganasan yang paling
sering terjadi pada anak. Faktor predisposisi LLA belum dapat
diidentifikasi secara pasti, namun terdapat beberapa faktor yang diduga
sebagai faktor predisposisi yaitu genetik, sinar radioaktif dan infeksi virus
(American Cancer Society, 2015).
Leukemia Limfositik Akut (LLA) merupakan jenis leukemia dengan
karakteristik adanya proliferasi dan akumulasi sel-sel patologis dari sistem
limfopoetik yang mengakibatkan organomegali dan kegagalan organ. LLA
sering ditemukan pada anak-anak (82%) dari pada umur dewasa (18%).
Tanpa pengobatan sebagian anak-anak hidup 2-3 bulan setelah terdiagnosa
diakibatkan oleh kegagalan sumsum tulang (NANDA,2015).
Leukemia akut penyakit keganasan tersering pada anak. Angka
kejadiannya mencapai sepertiga dari keganasan pada anak. Terdapat dua
kelompok besar leukemia akut, yaitu leukemia limfoblastik akut (LLA)
dan mieloblastik akut (LMA). Leukemia limfoblastik akut (LLA) adalah
leukemia tersering terjadi pada anak. Sedangkan proporsi LMA sebesar
15%-20% dengan insiden 7,1 per satu juta populasi. (Supriyadi, 2013)
Berdasarkan laporan World Health Organization (WHO) tahun 2013,
insiden kanker meningkat dari 12,7 juta kasus tahun 2008 jadi 14,1 juta
kasus tahun 2012 dan kematian meningkat dari 7,6 juta orang tahun 2008
menjadi 8,2 juta pada tahun 2012. Leukemia merupakan jenis kanker yang
paling sering pada anak dengan insiden 31,5% dari semua kanker pada
anak di bawah usia 15 tahun di Negara industry dan sebanyak 15,7% di
Negara berkembang, tipe leukemia yang paling sering pada anak-anak
3
adalah Leukemia Limfositik Akut (LLA), yang terjadi sekitar 80% dari
kasus leukemia dan diikuti hamper 20% dari Leukimia Mieloid Akut
(LMA) (WHO,2009).
B. Tujuan
1. Agar mahasiswa mampu memahami konsep penyakit leukemia
2. Agar mahasiswa mampu memahami asuhan keperawatan pada pasien
leukemia
C. Metode Penulisan
Dalam penulisan makalah ini kami mengunakan metode deskriptif, yang
diperoleh dari literatur dari berbagai media, baik buku maupun internet
yang di sajikan dalam bentuk makalah atau jurnal.
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
5
d. Kelainan kromoson, misal nya pada down sindrom leukemia
biasanya mengenai sel-sel darah putih. Penyebab dari sebagian
besar jenis leukemia tidak diketahui. Pemaparan terhadap
penyinaran radiasi dan bahan kimia tertentu (misalnya benzena)
dan pemakain obat anti kanker, meningalkan resoko terjadinya
leukemia. Orang yang memiliki kelainan genetic tertentu (misalnya
down sindrom dan sindrom fanconi), juga lebih peka terhadap
leukemia.
3. Patofisiologi
Leukemia adalah jenis gangguan pada sistem hematopoitek yang
terkait dengan sum-sum tulang dan pembuluh limfe ditandai dengan
tidak terkendalinya proliferasi dari leukemia dan prosedurnya.
Sejumlah besar sel pertama menggumpal pada tempat asalnya
(granulosit dalam sumsum tulang limfosit di dalam limfenodi) dan
menyebar ke organ hematopoetik dan berlanjut ke organ yang lebih
besar (splenomegaly, hepatomegaly). Proliferasi dari satu jenis sel
sering mengganggu produksi normal sel hematopetik lainya dan
mengarah ke pengembangan / pembelahan sel yang cepat dan ke
sitopenia (Friehling et al, 2015).
Adanya proliferasi sel blast, produksi eritrosit dan platelet
terganggu sehingga akan menimbulkan anemia dan trombositopenia,
sistem retikuloendotelial akan terpengaruh dan menyebabkan
gangguan sistem pertahanan tubuh dan mudah mengalami infeksi,
manifestasi akan teanpak pada gambar gagalnya bone marrow dan
infiltrasi organ, sistem saraf pusat. Gangguan pada nutrisi dan
metabolism, depresi sumsum tulang yang akan berdampak pada
penurunan leukosit, eritrosit, factor pembekuan dan peningkatan
tekanan jaringan, dan adanya infiltrasi pada eksra medular akan
berakibat terjadinya pembesaran hati, linfe, dan nyeri persendian
(Friehling et al, 2015)
6
Sistem HL-A individu ini diturunkan menurut hokum genetik,
sehingga adanya peranan faktor ras dan keluarga dalam etiologi
leukemia tidak dapat diabaikan disebut dengan Istilah HL-A (Human
n Leucocyte Lotus-A) antigen terhadap jaringan telah ditetapkan
(WHO), Prosesnya meliputi : normalnya tulang marrow diganti
dengan tumor yang malignan, imaturnya sel blast (David, 2015).
Sel-sel leukemia menyusup ke dalm sumsum tulang, mengganti
unsur-unsur sel yang normal. Akibatnya timbul anemia dan dihasilkan
eritrosit dalam jumlah yang tidak mencukupi. Timbulnya perdarahan
akibat menurunya jumlah trombosit yang bersirkulasi. Inflasi juga
terjadi lebih sering karena berkurangnya jumlah leukosit. Penyusupan
sel-sel leukemia ke dalam semua orgna-organ vital menimbulkan
hepatomegaly, splenomegaly dan lomfadenopati. Timbul disfungsi
sum-sum tulang, menyebabkan turunya jumlah eritrosit, neutrophil
dan trombosit. Sel-sel leukemia menyusipi limfonodus, limfa, hati,
tulang dan susunan saraf pusat (David,2015).
Disemua tipe leukemia sel yang beproliferasi dapat menekan
produksi dan elemen di darah yang menyusup sumsum tulang dengan
berlomba-lomba untuk menghilangkan sel normal yang berfungsi
sebagai nutrisi untuk metabolisme. Tanda dan gejala dari leukemia
merupakan hasil dari filtrasi sumsum tulang, dengan 3 manifesatsi
yaitu anemia dan penurunan RBC, infeksi dari neutropenia, dan
pendarahan karena produksi platelet yang menurun. Invasi sel
leukemia yang berangsur-angsur pada sumsum menimbulkan nyeri.
Ginjal, hati dan kelenjar limfe mengalami pembesaran dan
akhirnya fibrosis, leukemia juga berpengaruh pada SSP dimana
terjadinya peningkatan tekanan intra kranial sehingga menyebabkan
nyeri pada kepala, latergi, papil edema, penurunan kesadaran dan
kaku kuduk (Friehling et al, 2015).
Gejala dan tanda aklinis yang paling umum muncul pada LLA
yang paling sering muncul adalah demam (60%) lesu dan mudah lelah
7
(50%), pucat (40%), manifestasi perdarahan (petekie, purpura) (48%),
serta nyeri tulang (23%). Hepatosplenomegali terjadi kebanyakan
penderita tetapi umumnya tidak menimbulkan keluhan. Pemeriksaan
laboratorium menunjukan anemia, trombositopenia dan neutropenia
yang menggambarkan kegagalan sumsum tulang dalam memproduksi
sel-sel tersebut. Dapat juga terjadi eosinophilia relative (Lanzkowsky,
2011).
4. Pathway
5. Manifestasi Klinis
Gejala klinis LLA sangat bervariasi. Umumnya menggambarkan
kegagalan sum-sum tulang. Gejala klinis berhubungan dengan anemia
(mudah lelah, latergi, pusing, sesak, nyeri dada), infeksi dan
pendarahan. Selain itu juga ditemukan anoreksia, nyeri tulang dan
sendi, hipermetabolisme. Nyeri tulang bisa dijumpai terutama pada
sternum, tibia dan femur (NANDA,2015).
8
6. Komplikasi
a. terapi agresif pada kanker dimasa anak-anak telah mengalami
keberhasilan, namun mengalami keganasan baru dimasa
selanjutnya disbanding anak yang tidak menderita leukemia.
b. Regimen, terapi termaksud depresi sumsum telang dihubungkan
dengan depresi sumsum tulang temporer dan peningkatan infeksi
berat tanpa menimbulkan kematian.
c. Terapi remisi yang berhasil, sel-sel leukemik masih tetap ada,
meninggalkan gejala sisa (Corwin, 2009)
7. Penatalaksanaan
Pengobatan pada anak dengan LLA tergantung pada gejala, umur,
kromosom dan tipe penyakit, pengobatan LLA yang utama adalah
kemotrapi terdiri dari 6 fase yaitu:
a. Fase induksi
Terjadinya pengurangan secara lengkap dan pengurangan lebih
50% sel leukemia pada sumsung tulang yang disebut dengan
remisi.
b. Terapi profilatik
Berfungsi untuk mencegah sel leukemia masuk kedalam sistem
saraf pusat.
c. Terapi konsolidasi
Membasmi sisa sel leukemia di ikuti dengan terapi intensifikasi
lanjutan untuk mencegah resistensi sel leukemia.
d. Kemoterapi
Pengobatan umumnya terjadi secara bertahap, meskipun tidak
semua fase di gunakan.
e. Radioterapi
menggunakan sinar berenerfi tinggi untuk membunuh se-sel
leukemia.
9
Alat radioterapi
10
Pemeriksaan Darah Tepi, pemerikssan sum-sum tulang dan contoh pemeriksaan
biopsy
11
3) Riwayat penyakit keluarga : Adakah keluarga yang pernah
mengalami penyakit LLA karena merupakan penyakit ginetik
(keturunan)
4) Riwayat pada faktor-faktor pencetus : Seperti pada dosis besar,
radiasi dan obat-obatan tertentu secara kronis.
5) Manifestasi dari hasil pemeriksaan : Biasanya di tandai dengan
pembesaran sum-sum tulang dengan sel-sel leukemia yang
selanjutnya menekan fungsi sum-sum tulang, sehingga
menyebabkan gejala seperti dinawah ini.
- Anemia, ditandai dengan penurunan berat badan, kelelahan,
pucat, malaise, kelemahan, dan anoreksia.
- Trombositopenia, ditandai dengan perdarahan gusi, mudah
memar, dan petekie.
- Netropenia, itandai dengan demam tanpa adanya infeksi,
berkeringat di malam hari (Nursalam dkk, 2008:100).
2. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan umum : Kesadaran compos mentis
b. Kepala : ditemukan adanya tekanan intracranial atau paralisis saraf
kranialis (sakit kepala, muntah)
c. Mata : bentuk mata simetris, konjungtiva pucat, anemis, berwarna
pink muda, fungsi penglihatan baik.
d. Hidung : Biasanya pada hidung bentuk simetris, tidak ada lesi, dan
tidak ada pendarahan.
e. Telinga : bentuk simetris, fungsi pendengaran baik.
f. Mulut : Biasanya pada wajah klien leukemia sering terjadi
perdarahan pada gusi, membrane mukosa pucat.
g. Thorax : terdapat dipsnoe, tidak ada nyeri tekan.
h. Abdomen : Biasanya pasien mengalami hepatomegaly (pembesaran
hati), spenomegali (pembesaran limpa), limfadenopati (pembesaran
kelenjar getah bening), bising usus hiperaktif..
i. Kulit : kulit pucat, bersih, dan tidak kering.
12
j. Ekstremitas : Biasanya pada ekstremitas pada ujung jari (akral)
pucat dan terasa dingin serta persendian dan tulang nyeri sehingga
yang sulit digerakkan.
3. Pemeriksaan Diagnostik
Untuk menegakkan diagnose, perlu dilakukan pemeriksaan
laboratorium yaitu :
a. Darah tepi : adanya pensitopenia, limfositosis yang kadang-
kadang menyebabkan gambaran darah tepi monoton terdapat sel
belst, yang merupakan gejala patogonomik untuk leukemia.
b. Sum-sum tulang : dari pemeriksaan sum-sum tulang akan
ditemukan gambaran yang monoton yaitu hanya terdiri dari sel
lomfopoetik sedangkan sistem yang lain terdesak (apabila
skunder)
c. Pemeriksaan lain : biopsy limpa, kimia darah, cairan cerebrospinal
dan sitogenik.
4. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah penilaian klinik mengenai respon
klien terhadap masalah kesehatan /proses kehidupan yang aktual dan
potensial yang bertujuan untuk mengidentifikasi respon klien
individu, keluarga dan komunitas terhadap situasi yang berkaitan
dengan kesehatan.
Masalah keperawatan menurut SDKI :
a. Perfusi perifer tidak efektif berhubungan dengan penurunan suplai
darah ke perifer (anemia) ditandai dengan nadi perifer menurun
atau tidak teraba, warna kulit pucat, pengisian kapiler > 3 detik,
akral teraba dingin.
b. Defisit nutrisi berhubungan dengan proliferative gastrointestinal
dan efek toksik obat kemoterapi ditandai dengan berat badan
menurun minimal 10% di bawah rentang ideal, mual-muntah,
bising usus hiperaktif, membrane mukosa pucat.
13
c. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera biologis
(infiltrasi leukosit jaringan sistemik) ditandai dengan klien
mengeluh nyeri di daerah tulang (skala 6) tampak meringis,
gelisah, frekuensi nadi meningkat, proses berfikir terganggu.
d. Gangguan pola tidur berhubungan dengan hambatan lingkungan
(nyeri, prosedur pemeriksaan, dan tindakan kemoterapi) ditandai
dengan mengeluh sulit tidur, mengeluh sering terjaga, mengeluh
pola tidur berubah.
e. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan kerusakan
integritas tulang, penurunan kekuatan otot (depresi sum-sum
tulang), kontraktur ditandai dengan kekuatan otot menurun.
f. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan efek tindakan
(kemoterapi, dan terapi radiasi) ditandai dengan fungsi/ struktur
tubuh berubah, mengungkapkan perasaan negatife tentang
perubahan tubuh, mengungkapkan perubahan gaya hidup, focus
pada penampilan dan kekuatan masa lalu.
5. Perencanaan Keperawatan
perencanaan adalah suatu proses didalam pemecahan masalah
yang merupakan keputusan awal tentang sesuatu apa yang akan di
lakukan, bagaimana dilakukan, kapan dilakukan, siapa yang
melakukan dari semua tindakan keperawatan (Dermawan, 2013).
14
tidak teraba, warna kulit meningkat (5) gangguan sirkulasi.
pucat pengisian kapiler - Warna kulit pucat 3. Monitor panas, kemerahan,
> 3detik, akral teraba menurun(5) nyeri, atau bengkak pada
dingin,. - Pengisian kapiler ektremitas.
Batasan karakteristik : membaik (5) Terapeutik
- Nadi perifer menurun - Akral membaik(5) 1. Hindari pemasangan infus
atau tidak teraba atau pengambilan darah di
- Warna kulit pucat. area keterbatasan perfusi.
- Akral teraba dingin. 2. Hindari pengukuran tekanan
darah pada ektremitas
dengan keterbatasan perifer.
3. Lakukan hidrasi
Edukasi
1. Ajarkan program diet kepada
orang tua untuk
memperbaiki sirkulasi (mis.
Rendah lemak jenuh, minyak
ikan, omega 3).
2. Informasikan kepada orang
tua jika ada tanda dan gejala
darurat yang harus
dilaporkan (mis. Rasa sakit
yang tidak hilang saat
istirahat, hilangnya rasa).
2. Defisit nutrisi (D.0019) Setelah dilakukan Manajemen nutrisi (I.03119)
berhubungan dengan tindakan keperawatan Observasi
proliferative 3x 24 jam masalah 1. Indetifikasi status nutrisi.
gastrointestinal dan efek status nutrisi membaik 2. Indetifikasi alergi dan
toksik obat kemoterapi (L.03030). intoleransi makanan.
ditandai dengan berat Kriteria hasil : 3. Identifikasi makanan yang
badan menurun minimal 1. Porsi makanan yang disukai.
15
10% di bawah rentang dihabiskan 4. Identifikasi kebutuhan kalori
ideal, mual-muntah, meningkat (5) dan jenis nutrien.
bising usus hiperaktif, 2. Pengetahuan tentang 5. Monitor asupan makanan.
membrane mukosa standar asupan 6. Monitor berat badan.
pucat. nutrisi yang tepat 7. Monitor hasil pemeriksaan
Batasan karatkteristik : meningkat (5). di laboratorium.
- Berat badan menurun 3. Berat badan Terapeutik
minimal 10% dibawah membaik (5). 1. Lakukan oral hygiene
rentang ideal. 4. Indeks Masa Tubuh sebelum makan, jika perlu.
- Mual-muntah. (IMT) membaik (5). 2. Fasilitasi program diet (mis.
- Membran mukosa 5. Bising usus membaik Piramida makanan).
pucat. (5). 3. Sajikan makanan secara
6. Membrane mukosa menarik dan suhu yang
membaik (5). sesuai.
4. Berikan makanan tinggi
kalori dan tinggi protein.
Edukasi
1. anjurkan klien untuk posisi
duduk, jika mampu.
2. Ajarkan diet pada orang tua
yang diprogramkan.
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian
medikasi sebelum makan
(mis. pereda nyeri, mietik)
jika perlu.
2. Kolaborasi dengan ahli gizi
untuk menentukan jumlah
kalori dan jenis nutrien yang
dibutukan.
16
3. Nyeri akut (D.0077) Setelah dilakukan Manajemen nyeri (I.08238)
berhubungan dengan tindakan keperawatan Observasi
agen pencedera biologis 3x 24 jam masalah 1. Identifikasi lokasi,
(infiltrasi leukosit tingkat nyeri menurun karakteristik, durasi,
jaringan sistemik) (I.08066). frekuensi, kualitas intensitas
ditandai dengan klien Kriteria hasil : nyeri.
mengeluh nyeri di 1. Keluhan nyeri 2. Identifikasi skala nyeri.
daerah tulang (skala 6) menurun skala 0-2 3. Identifikasi respon nyeri non
tampak meringis, (5). verbal.
gelisah, frekuensi nadi 2. Meringis menurun 4. Identifikasi factor yang
meningkat, proses (5). memperberat dan
berfikir terganggu. 3. Gelisah menurun memperingan nyeri.
Batasan karakteristik: (5). 5. Identifikasi pengetahuan dan
- Klien mengeluh nyeri 4. Frekuensi nadi keyakinan tentang nyeri.
(skala 6). membaik (5). 6. Identifikasi pengaruh budaya
- Klien tampak 5. Proses berpikir terhadap nyeri.
meringis. membaik (5). 7. Identifikasi pengaruh nyeri
- Gelisah pada kualitas hidup.
- Frekuensi nadi 8. Monitor keberhasilan terapi
meningkat. komplementer yang sudah
- Proses berfikir diberikann.
terganggu 9. Monitor efek samping
penggunakan analgetik.
Terapeutik
1. Berikan teknik
nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri (mis.
Terapi music, terapi pijat,
kompres hangat/dingin,
terapi bermain).
2. Konrol lingkungan yang
17
memperberat rasa nyeri 9
mis. Suhu ruangan,
pencahayaan, kebisingan).
3. Fasilitasi istirahat dan tidur.
4. Pertimbangkan jenis dan
sumber nyeri dala pemilihan
strategi meredakan nyeri.
Edukasi
1. Jelaskan penyebab, periode,
dan pemicu nyeri.
2. Jelaskan strategi meredakan
nyeri.
3. Anjurkan kepada orang tua
untuk memonitor nyeri
secara mandiri.
4. Anjurkan kepada orang tua
dalam menggunakan
analgetik secara tepat
5. Ajarkan kepada orang tua
teknik non farmakologis
untuk mengurangi rasa nyeri
(mis. Terapi music, terapi
pijat, kompres
hangat/dingin, terapi
bermain).
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian
analgetik, jika perlu.
18
4. Gangguan pola tidur Setelah dilakukan Dukungan tidur (I.05174)
(D.0055). berhubungan tindakan keperawatan Observasi
dengan hambatan 3x 24 jam masalah pola 1. Identifikasi pola aktivitas
lingkungan (nyeri, tidur membaik dan tidur.
prosedur pemeriksaan, (L.05045). 2. Identifikasi factor
dan tindakan Kriteria hasil : penganggu tidur (fisik atau
kemoterapi) ditandai 1. Keluhan sulit tidur psikologi).
dengan mengeluh sulit meningkat (5) 3. Mendekati waktu tidur,
tidur, mengeluh sering 2. Keluahan sering (banyak minum air sebelum
terjaga, mengeluh pola terjaga meningkat(5) tidur).
tidur berubah. Keluhan pola tidur 4. Identifikasi obat tidur yang
Batasan karakteristik: berubah meningkat (5) dikonsumsi.
- Klien mengeluh sulit Terapeutik
tidur. 1. Modifikasi lingkungan (mis.
- Mengeluh sering Pencahayaan, kebisingan,
terjaga. suhu, matras dan tempat
- Mengeluh pola tidur tidur).
berubah. 2. Batasi waktu tidur siang,
jika perlu.
3. Fasilitasi menghilangkan
stress sebelum tidur.
4. Tetapkan jadwal tidur rutin.
5. Lakukan prosedur untuk
meningkatkan kenyamanan
(mis. Pijat,
pengaturanposisi)
6. Sesuaikan jadwal pemberian
obat/tindakan pemberian
tindakan untuk menunjang
siklus tidur-terjaga.
19
Edukasi
1. Jelaskan kepada orang tua
dan klien pentingnya tidur
cukup selama sakit.
2. Anjurkan kepada orang tua
dan klien unuk menepati
kebiasaan waktu tidur.
3. Anjurkan kepada orang tua
untuk penggunaan obat tidur
yang tidak mengandung
supresor terhadap tidur
REM.
4. Ajarkan pada orang tua
faktor-faktor yang
berkontribusi terhadap
gangguan tidur pada anak
(mis. Psikologis).
5. Ajarkan kepada orang tua
relaksasi otot autogenik atau
cara nonfarmakologi (mis.
Terapi music, terapi pijat,
kompres hangat/dingin,
terapi bermain).
20
sum-sum tulang), 1. Pergerakan 3. Monitor kondisi umum
kontraktur ditandai ektremitas meningkat selama melakukan ambulasi.
dengan kekuatan otot (5). Terapeutik
menurun, mengeluh sulit 2. Kekuatan otot 1. Fasilitasi aktivitas ambulasi
menggerakan meningkat (5). dengan alat bantu (mis.
ekstremitas. 3. Rentang gerak Tongkat, kruk).
Batasan karakteristik : (ROM) meningkat 2. Fasilitasi melakukan
- Kekuatan otot (5). mobilisasi fisik, jika perlu.
menurun. 4. Kaku sendi 3. Libatkan keluarga untuk
- Klien mengeluh sulit (menurun). membantu klien dalam
menggerakan 5. Gerakan terbatas meningkatkan ambulasi.
ektremitas. menurun (5). Edukasi
6. Kelemhahan fisik 1. Jelaskan pada orang tua dan
menurun (5). klien tujuan dan prosedur
ambulasi.
2. Anjurkan kepada orang tua
untuk melakukan ambulasi
dini.
3. Ajarkan ambulasi sederhana
yang harus dilakukan ( mis.
Berjalan dari tempat tidur ke
kursi roda, berjalan dari
tempat tidur ke kamar
mandi, berjalan sesuai
toleransi).
6. Gangguan citra tubuh Setelah dilakukan Promosi citra tubuh (I.09305)
(D.0083) berhubungan tindakan keperawatan Observasi
dengan efek tindakan 3x 24 jam masalah citra 1. Identifikasi harapan citra
(kemoterapi, dan terapi tubuh meningkat tubuh berdasarkan tahap
radiasi) ditandai dengan (L.09067) perkembangan.
fungsi/ struktur tubuh Kriteria hasil : 2. Identifikasi budaya, agama,
21
berubah, 1. Verbalisasi perasaan jenis kelamin, dan umur
mengungkapkan negatif tentang terkait citra tubuh.
perasaan negatif tentang perubahan tubuh 3. Monitor frekuensi
perubahan tubuh, menurun (5) pernyataan kritik terhadap
mengungkapkan 2. Verbalisasi diri sendiri.
perubahan gaya hidup, perubahan gaya 4. Monitor apakah pasien bisa
focus pada penampilan hidup menurun(5) melihat bagian tubuh yang
dan kekuatan masa lalu. 3. Focus pada berubah.
Batasan karakteristik: penampilan dan Terapeutik
- Fungsi/struktur tubuh kekuatan masa lalu 1. Diskusikan perubahan citra
berubah. menurun (5). tubuh dan fungsinya.
- Mengungkapkan 4. Respon nonverbal 2. Diskusikan perbedaan
perasaan negatif pada perubahan penampilan fisik terhadap
tentang perubahan tubuh membaik (5) harga diri.
tubuh. 3. Diskusikan kondisi stress
- Mengungkapkan yang mempengaruhi citra
perubahan gaya tubuh ( mis. Luka, penyakit).
hidup. 4. Diskusikan cara
- Focus pada mengembangkan harapan
penampilan dan citra tubuh secara realistis.
kekuatan masa lalu. 5. Diskusikan persepsi pasien
dan keluarga tentang
perubahan citra tubuh.
Edukasi
1. Jelaskan kepada keluarga
tentang perawatan
perubahan citra tubuh
2. Anjurkan klien
mengungkapkan gambaran
diri terhadap citra tubuh.
3. Anjurkan menggunakan alat
22
bantu (mis. Pakaian).
4. Anjurkan mengikutin
kelompok pendukung
(teman sebaya).
5. Latih fungsi tubuh yang
dimiliki.
6. latih pengungkapan
kemampuan diri kepada
orang lain maupun
kelompok.
6. Evaluasi Keperawatan
23
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
limfositik akut merupakan penyakit keganasan sel-sel darah yang berasal
dari sum-sum tulang dan ditandai dengan proliferasi maligna sel leukosit
immaturea, pada darah tapi terlihat adanya pertumbuhan sel-sel yang
abnormal (Friehlig et al, 2015). Penyebab dari sebagian besar jenis leukemia
tidak diketahui. Orang yang memiliki kelainan genetic tertentu (misalnya
down sindrom dan sindrom fanconi), juga lebih peka terhadap leukemia.
Leukemia adalah jenis gangguan pada sistem hematopoitek yang terkait
dengan sum-sum tulang dan pembuluh limfe ditandai dengan tidak
terkendalinya proliferasi dari leukemia dan prosedurnya. Adanya proliferasi
sel blast, produksi eritrosit dan platelet terganggu sehingga akan menimbulkan
anemia dan trombositopenia, sistem retikuloendotelial akan terpengaruh dan
menyebabkan gangguan sistem pertahanan tubuh dan mudah mengalami
infeksi, manifestasi akan teanpak pada gambar gagalnya bone marrow dan
infiltrasi organ, sistem saraf pusat. Gangguan pada nutrisi dan metabolism,
depresi sumsum tulang yang akan berdampak pada penurunan leukosit,
eritrosit, factor pembekuan dan peningkatan tekanan jaringan, dan adanya
infiltrasi pada eksra medular akan berakibat terjadinya pembesaran hati, linfe,
dan nyeri persendian (Friehling et al, 2015) .
B. Saran
Dari kesimpulan yang ada maka kita sebagai calon perawat harus terus
meningkatkan kompetensi dirinya, salah satunya melalui pendidikan
keperawatan yang berkelanjutan, sehingga kita tidak mengalami
ketertinggalan dari keperawatan internasional.
24
DAFTAR PUSTAKA
25
Samudin A. (2019). “Karya Tulis Ilmiah Asuhan Keperawatan Anak
Dengan Leukemia Limfositik Akut Di Ruang Melati RSUD Abdul Wahab
Sjahranie Samarinda”. Online file:///C:/Users/user/Downloads/Untitled.pdf
(diakses 27-01-2021)
26