Anda di halaman 1dari 2

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Hidrosefalus adalah suatu keadaan patologis otak yang mengakibatkan bertambahnya cairan
serebrospinalis, disebabkan baik oleh produksi yang berlebihan maupun gangguan absorpsi,
dengan atau pernah disertai tekanan intrakanial yang meninggi sehingga terjadi pelebaran
ruangan ruangan tempat aliran cairan serebrospinalis (Darto Suharso,/2009).

Hidrosefalus pada anak dapat didiagnosis dan diterapi sejak dini. Diagnosis dapat ditegakkan
dengan melihat adanya empat tanda hipertensi intrakranial. Pemeriksaan penunjang seperti
USG dapat membantu penegakan diagnosis di masa prenatal maupun postnatal, sedangkan CT
Scan dan MRI pada masa postnatal..Terapi pada kasus ini sebaiknya dilakukan secepat mungkin.
Pada kebanyakan kasus, pasien memerlukan tindakan operasi shunting namun terdapat pula
pilihan atau terapi alternatif non-shunting seperti terapi etiologik dan penetrasi membran.
Prognosis ditentukan oleh berbagai macam faktor, di antaranya adalah kondisi yang menyertai,
durasi dan tingkat keparahan, serta respon pasien terhadap terapi. Tingkat kematian pada
pasien hidrosefalus dengan terapi shunting masih tinggi karena berbagai komplikasi yang
terjadi, salah satunya adalah infeksi pasca operasi ( Satyanegara, 2010 )

Menurut penelitian WHO tahun 2012 untuk wilayah ASEAN jumlah penderita Hidrosefalus di
beberapa negara adalah sebagai berikut, di Singapura pada anak 0-9 th : 0,5%, Malaysia: anak
5-12 th 15%, India: anak 2-4 th 4%, di Indonesia berdasarkan penelitian dari Fakultas Ilmu
Kedokteran Universitas Indonesia terdapat 3%.Menurut data dari RSUD Ulin Banjarmasin tahun
2015 dan 2016,di ruang bedah umun terdapat 12 kasus dan 14 kasus,sedangkan pada tahun
2017 Januari-Maret 4 kasus.
Secara statistik ditemukan bahwa dengan penanganan bedah dan penatalaksanaan medis yang
baik sekalipun, didapatkan hanya sekitar 40% dari penderita hidrosefalus mempunyai
kecerdasan yang normal dan sekitar 60% mengalami cacat kecerdasan dan fungsi motorik yang
bermakna. Dari data statistik tersebut dapat dilihat bahwa walaupun dengan penanganan
bedah saraf dan pelaksanaan bedah saraf dan pelaksanaan medis yang baik ternyata sekitar
60% penderita masih memiliki sekuel gangguan yang cukup bermakna.

B. Manfaat

a) memberikan gambaran tentang asuhan keperawatan yang baik pada klien


hidrocephalus melalui proses asuhan keperawatan.
b) Merumuskan masalah keperawatan yang muncul.
c) Mengetahui lebih dalam penyebab serta tanda dan gejala yang ada.

C. Tujuan

a) Khususnya mahasiswa dapat meningkatkan pengetahuan mengenai asuhan


keperawatan hidrocephalus agar pelaksanaan keperawatan pada klien dapat
ditingkatkan lebih baik lagi.
b) Meningkatkan pemahaman dalam peningkatan mutu asuhan keperawatan pada klien
dengan hidrocephalus.

Anda mungkin juga menyukai