Anda di halaman 1dari 5

TUGAS VI

PENDIDIKAN AGAMA
SYARIAH/HUKUM

DOSEN PEMBIMBING
Dra. Murniyetti, M.Ag

OLEH:
Alfissa Indah Putri
NIM:20061048

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN TEKNIK BANGUNAN


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2020
Kedudukan Syariah Dalam Agama Islam
Syari’ah memiliki kedudukan yang sangat penting dalam islam. Syariah secara etimologis
berarti peraturan atau undang-undang, yaitu peraturan-peraturan mengenai tingkah laku yang
mengikat, harus dipatuhi dan dilaksanakan sebagaimana mestinya. Secara terminologis syariah
dapat berarti luas dan khusus. Dalam pengertian yang luas, syariah Islam berarti seluruh
ketentuan ajaran agama Islam yang bersumber dari Al-qur’an dan hadits yang berarti meliputi
aqidah, akhlak, dan amaliyah (perbuatan nyata). Dalam pengertian yang khusus, syariah
berarti ketentuan-ketentuan atau peraturan agama Islam yang mencakup hanya bidang
amaliyah saja (perbuatan nyata) dari umat Islam dan tidak termasuk di dalamnya bidang
aqidah dan bidang akhlak.
Syari’ah memiliki dasar dasar hukum seperti diantaranya hakim seperti maka yang
dimaksud dengan al-Hakim adalah Allah Swt. Sebab Allah Swt yang telah menciptakan
segala-galanya, termasuk menciptakan hukum bagi manusia,hukum ada dua hukum( ada
taklifi dan wahdi) yang masing masing memiliki dasar hukum,dan mahkum bih( didalam nya
ada mahkum fihi, mahkum Alaih,
Konsep Ibadah Dalam Islam
Konsep ibadah dalam islam terbagi dua:
1. Ibadah Mahdhah
Penghambaan yang murni hanya merupakan hubungan antara hamba dengan Allah Swt
secara langsung. Dalam pelaksanaannya harus berdasarkan kepada perintah al-Quran dan
mencontoh pada pelaksanaan Rasulullah Saw. Tidak boleh dibuat-buat dan jika dibuat-buat
atau diada- adakan. Jika seseorang melakukan yang demikian maka apa yang ia lakukan tidak
ada artinya. Ibadah mahdhah memeliki beberapa karakteristik, yaitu:
a) Berdasarkan kepada dalil;
b) Mengikuti ketentuan Rasulullah Saw;
c) Bersifat suprarasional (ghairu al-mu`alalah) dan
d) Ketaatan kepada Allah Swt.
2. Ibadah Gairu Mahdhah
Penghambaan yang tidak saja mengatur hubungan hamba dengan Allah Swt tapi juga
mengatur hubungan atau interaksi antara hamba dengan makhluk lainnya. Contoh: bersedekah,
tolong-menolong, jual-beli, dll. Pada ibadah gairu mahdhah tidak ada ketentuan pasti tentang
pelaksanaannya. Yang terpenting adalah, segala amalan yang dilakukan dengan iman dan
ikhlas maka bernilai ibadah disisi Allah Swt.
Karakteristik ibadah ghairu mahdhah:
a) Dijelaskan oleh dalil global dan tidak ada dalil yang melarang;
b) Tidak mesti meniru Rasulullah Saw;
c) Bersifat rasional (mu`allalah) dan
d) Azasnya “mashalahah atau manfa`ah”

1
Fungsi Syariah Dalam Kehidupan
Pada hakikatnya, Islam sangat menghormati dan menghargai hak setiap manusia, bahkan
kepada kita sebagai mu’min tidak dibenarkan memaksa orang-orang kafir untuk masuk Islam.
Berdakwah untuk menyampaikan kebenaran-Nya adalah kewajiban. Namun demikian jika
memaksa maka akan terkesan seolah-olah kita butuh dengan keislaman mereka, padahal
bagaimana mungkin kita butuh keislaman orang lain, sedangkan Allah SWT saja tidak butuh
dengan keislaman seseorang. Tetapi bila seseorang dengan kesadarannya sendiri akhirnya
masuk Islam, maka wajib dipaksa oleh Ulul Amri untuk melaksanakan Syariat Islam. Ada
banyak fungsi dari syariat diantaranya:
1. “melindungi jiwa”. Syariat Islam sangat melindungi keselamatan jiwa seseorang
dengan menetapkan sanksi hukum yang sangat berat, contohnya hukum “qishash”
2. “perlindungan terhadap keturunan”. Islam sangat melindungi keturunan di antaranya
dengan menetapkan hukum “Dera” seratus kali bagi pezina ghoiru muhshon (perjaka
atau gadis) dan rajam (lempar batu) bagi pezina muhshon (suami/istri, duda/jand) (Al
Hadits).
3. “melindungi akal”. Permasalahan perlindungan akal ini sangat menjadi perhatian
Islam.
4. “melindungi harta”. Yakni dengan membuat aturan yang jelas untuk bisa menjadi hak
setiap orang agar terlindungi hartanya di antaranya dengan menetapkan hukum potong
tangan bagi pencuri.
5. “melindungi kehormatan seseorang”. Termasuk melindungi nama baik seseorang dan
lain sebagainya, sehingga setiap orang berhak dilindungi kehormatannya di mata orang
lain dari upaya pihak-pihak lain melemparkan fitnah, misalnya. Kecuali kalau mereka
sendiri melakukan kejahatan.

Tingakatan Mashlahat Yang Dapat Diwujudkan Oleh Syari`ah


Tingkatan kemashalatan terbagi atas:
• Kemashlahatan Dunia
Ulama sepakat bahwa kemashalahatan dalam kehidupan dunia dapat dibagi kepada tiga
tingkatan, yaitu: dharuriyah (primer), hajiyah (sekunder) dan tahsiniyah (tersier). Pada
masing-masing tingkatan memiliki karakteristik dan standar yang berbeda. Berikut penjelasan
masing-masing tingkatan tersebut lebih rinci.
1. Daruriyyah (Primer)
Dharuriyah (pimer) merupakan tingkatan yang paling mendasar. Segala yang dibutuhkan
pada tingkatan ini mesti terwujud. Jika tidak maka kehidupan di dunia ini tidak akan berjalan
dengan semestinya. Manusia akan menghadapi permasalahan ataupun kesengsaraan yang
menghantarkan umat manusia pada kesengsaraan dan berujung pada kebinasaan. Untuk
terpenuhinya kemashlahatan manusia pada tingkatan ini, ada lima hal yang mesti ada dalam
kehidupan, yaitu: agama, jiwa, akal, harta dan keturunan.Syariat Islam sagat menjaga lima hal
ini sehigga disyariatkanlah atau ditetapkanlah seperangkat hukum untuk menjaganya.

2
2. Hajiyyah - Sekunder
Kemaslhahatan hajiyyah (sekunder) adalah kemashlahatan yang berkaitan dengan
kebutuhan-kebutuhan yang bila mana tidak terwujud maka tidak sampai mengancam
kehidupan manusia, akan tetapi hanya menyebabkan manusia dalam kesusahan atau kesulitan.
Agar manusia terhindar dari kesusahan-kesusahan tersbut, maka Islam mensyariatkan rukhsah.
Rukhshah adalah keringanan hukum yang diberikan oleh Allah Swt kepada manusia jika
mereka menghadapai kondisi yang susah untuk melakukan perintah sesuai dengan
ketentuannya.
Seperti Islam mensyriatkan rukhsah dengan kebolehan men-jama` (menggabungkan)
shalat pada perjalanan. Begitu juga dengan men- qashar (meringkas) rakaat shalat jika
seandanya perjalanan yang ditempuh cukup jauh sesuai dengan batasan yang telah ditentukan
oleh syara’. Ataupun kebolehan jual beli salam yang barang dagannyannya belum ada tapi
sudah dilakukan transaksi. Dibolehkan jual beli dalam bentuk ini untuk memudahkan bagi
para pihak dalam melakukan aktivitas dagang mereka. Sebab pada hakikatnya, jual beli harus
dihadirkan barang dagangan yang merupakan rukun jual beli. Tapi karena lain sistuasi, jual
beli salam dibolehkan dengan tujuan memberikan kemdahan bagi manusia.
3. Tahsiniyyah - Tersier
Mashlahat tahsiniyah adalah kemashalatan dalam tingkatan kemewahan. Keberadaannya
merupakan pelengkap bagi kemashalatan lain, jika tidak terpenuhi maka tidak akan
mengancam kehidupan manusia dan juga tidak akan menyebabkan mereka kesusahan dalam
kehidupan. Hal ini biasanya adalah kepatutan menurut adat istiadat, menghindarkan hal-hal
yang tidak enak dipandang mata dan berhias dengan keindahan yang sesuai dengan tuntuan
norma dan akhlak yang berlaku.
Mashlahat tahsiniyah terdapat dalam berbagai bidang kehidupan, seperti ibadah,
muamalah dan lain sebagainya. Allah Swt. telah menyariatkan hal-hal yang berhubungan
dengan kebutuhan tahsiniyyah. Dalam perkara ibadah, Islam menyariatkan bersuci baik dari
najis atau dari hadas, baik dari badan maupun pada tempat dan lingkungan. Islam
menganjurkan berhias ketika hendak ke mesjid, menganjurkan memperbanyak ibadah sunat.
Masalah muamalah, Islam melarang boros, kikir, menaikkan harga, monopoli dan lain-lain

• Mashlahat Akhirat
Sedangkan yang menjadi kemashalahatan pada kehidupan akhirat adalah dimasukkan ke
dalam surga sehinggga seseorang mendapatkan berbagai kenikmatan didalamnya. Kemudian
dijauhkan dari api neraka yang menyala-nyala sehingga terhindar dari siksanya.

3
Daftar Pustaka
1. Modul yang diberikan ibu Dra. Murniyetti, M.Ag
2. https://almanhaj.or.id/2267-pengertian-ibadah-dalam-islam.html
3. https://www.republika.co.id/berita/47171/Tujuan_Syariat_Islam
4. https://ahmadmusliminblog.wordpress.com/2017/04/23/ruang-lingkup-dan-tingkatan-
maslahat/

Anda mungkin juga menyukai