Nim :-
Semester : 1
JURUSAN FARMASI
Puji danSyukur kami panjat kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa Atas Berkat dan
perlindungannya yang di berikan kepada kami sehingga laporan hasil pengamatan dengan judul
“ANALISIS GRAVIMETRI: PENENTUAN KADAR AIR, ANALISI ALKALIMETRI DAN
ARGENTOMETRI”telah kami selesaikan dengan baik dan tepat waktu.
DAFTAR ISI
PRAKTIKUM 8 ...........................................................
PRAKTIKUM 10 ...........................................................
PRAKTIKUM 11 ...........................................................
I. JUDUL PRAKTIKUM
PERCOBAAN VIII
Mahasiswa mampu mempraktekkan analisa kuantitatif gravimetric yaitu menetukan kadar air
dari sampel
Gravimetric merupakan suatu metode analisis kuantitatif suatu zat/kompenen yang telah
diketahui dengan mengukur/menimbang berat komponen tersebut dalam keadaan murni
setelah melalui proses pemisahaan. Salah satu pemisahaan yang termasuk dalam analisa
gravimetric yaitu penentuan kadar air. Dalam farmasi, penentuan kadar air sering
dilakukan pada simplissa yang akan di eksrtaksi atau simplisa yang akan digunakan
sebagai bahan obat untuk menghindari proses pembusukan atau tumbuhnya jamur pada
bahan tanaman tersebut karena adanya kadar air. Batas kadar air yang ditoleransi untuk
simplisa yaitu tidak lebih daari 10%. Pengukuran kadar air adalah pengukuran
kandungan air yang berada didalam simplisa suatu tanaman maupun hewan dengan
menggunakan oven.
Rumus:
W 1−W 2
Kadar air = × 100 %
W 1−W 3
Keterangan :
IV. METODELOGI
A . HASIL PENGAMATAN
W 1−W 2
Kadar air ¿ ×100 %
W 1−W 3
27,4919−27,4631
= 27,4919−25,6549
× 100 %
0,0288
= 1,837 ×100 %
2,88
= 1,837
=1,567%
24,8852−24,8815
= 24,8852−23,9946 × 100%
0,0103
= 0,8906 × 100
0,03
= 0,8906
=1,1565%
B. PEMBAHASAN
Pada praktikum pengujian kandungan air dengan metode pengovenan. Dalam praktikum kali ini
kita menggunakn sampel daun dan kulit kayu. Sampel terlebih dahulu di masukkan ke dalam
oven selama 30 menit, lalu keluarkan dan masukkann kedalam desikator guna untuk
mendinginkan sampel setelah itu sampel di timbang menggunakan timbangan analitik. Setelah
itu kita hitung kadar air daun dan kulit kayu, di mana setelah di oven kadar air daun adalah
1,1565% dan kadar kulit 1,5677%
VI. PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil praktikum kita dapat simpulkan bahwa kadar air kulit kayu lebih besar
dari pada kadar air daun.
B. Saran
Pada saat melakukan praktikum di laboratorium kita harus memperhatikan K3, dan
menerapkan protocol kesehatan agar terhindar dari hal-hal yang tidak di inginkan.
DAFTAR PUSTAKA
http://farisjaisyulaziz.blogspot.com/2015/04/kadar-air-dan penentuan-kadar..
LAMPIRAN
Perhitungankadar air kulit batang kayu
W 1−W 2
Kadar air ¿ ×100 %
W 1−W 3
27,4919−27,4631
= × 100 %
27,4919−25,6549
0,0288
= ×100 %
1,837
2,88
=
1,837
=1,567%
W 1−W 2
Kadar air = × 100 %
W 1−W 3
24,8852−24,8815
= × 100%
24,8852−23,9946
0,0103
= × 100
0,8906
0,03
=
0,8906
=1,1565%
I. JUDUL PRAKTIKUM
PERCOBAAN X
TITRASI ALKALIMETRI
Alkalimetri merupakan cara penetralan jumlah basa larutan attau konsentrasi larutan basa
melalui titrimetric. Metode alkalimetri merupakan reaksi penetralan asam dengan basa. Titrasi
asam basa menetapakan beraneka ragam zat yang bersifat asam dengan basa, baik oerganik
maupun anorganik(Underwood, 2002). Menurut Hardijadi(1993) titrasi merupakan penetapan
kadar suatu larutan dengan mengambil volume tertentu dengan mengukur volume suatu pereaksi
yang diketahui kadrnya dengan tepat berekasi dengan sejumlah lartan tertentu. Indicator asam-
bas adalah zat yang dapat berubah warnanya apabila pH lingkungannnya berubah. Misalnya biru
brom timol (bb)dalam larutan asam dinamakan warna asam dan indicator (kuning untuk bb)
sedangkan warna yang ditunjukkan dalam keadaan basa, satiap indicator asam -basa mempunyai
trayeknya sendiri (vogel, 1994).
IV. METODELOGI
A. ALAT DAN BAHAN
Alat : erlenmeyer, batang pengaduk, corong kaca, beaker gelas 50ml,pipet tetes,pipet
ukur 10ml, burut
Bahan : larutan sampel cuka, NaOH 0,1 N, indicator pp, dan aquades
B. PROSEDUR KERJA
A. HASIL PENGAMATAN
1. DATA PENGAMATAN
V 1×M 1
M2 = V2
×100 %
2,37 ×0,1
M2= 10
× 100 %
M2= O,O237 %
C. PEMBAHASAN
Pada praktikum penetuan kadar asam asesat dalam cuka,terlebih dahulu kita mengambil
sampel yaitu cuka 10 ml,lalu masukan ke dalam Erlenmeyer lalu tambahkan 5 tetes
indicator pp. lalu dititrasi dengan larutan NaOH 0,1 N, titasi hingga mencapai titik
ekuivalen dengan ditandai perubahan warna yaitu merah jambu
V. PENUTUP
A. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil percobaan kita dapat simpulkan bahwa larutan asam asetat dalam
cuka yang di titrasi dengan larutan NaOH 0,1N menhasilkan warna merah jambu.
B. SARAN
Pada pelaksanaan praktikum mahasiswa harus berhati-hati dalam melakukan titrasi,
agar kita dapat mendapatkan hasil yang maksimal.
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
perhitungan
Kadar asam cuka
V 1×M 1
M2 = V2
×100 %
2,37 ×0,1
M2= 10
× 100 %
M2= O,O237 %
I. JUDUL PRAKTIKUM
PERCOBAAN XI
ANALISIS TITRIMETRI : PENENTUAN KADAR Cl_ DENGAN ARGENTOMETRI
Mahasiswa mampu mendemonstrasikan analisis kuantitatif titrimetric yaitu penentuan kadar Cl_
Argentometri yaitu titrasi penentuan analit yang berupa ion halide (Cl, l_, Br_) dengan
menggunakan larutan standar perak nitrat (AgNO3). Prinsip dari titrasi ini yaitu reaksi
pengendapan zat dengan larutan baku AgNO3 dengan reaksi :
1. Metode Mohr
Metode ini dapat digunakan untuk menetapkan kadar klorida dan bromida dalam
suasana netral dengan larutan baku perak nitrat dengan penambahan larutan kalium
kromat sebagai indikator. Titrasi ini harus dilangsungkan dalam suasana netral atau
sedikit alkali lemah, dengan pH 6,5 – 9, karena paada suasana asam akan terjadi reaksi
pembentukan senyawa dikromat.
2. Metode Fajans
Pada metode ini digunakan indikator adsorpsi, yang mana pada titik ekivalen, indikator
teradsorpsi oleh endapan. Indikator ini tidak memberikan perubahan warna terhadap
larutan, tetapi pada permukaan endapan. Jika AgNO3 ditambahkan pada larutan NaCl
yang mengandung flourescein maka titik akhir titrasi akan diamati dengan perubahan
warna dari kuning cerah ke merah muda. Warna endapan yang terlihat akan tampak
berwarna sedangkan larutannya tampak tidak berwarna hal ini disebabkan adanya
indikator adsorpsi yang teradsorp pada permukaan endapan AgCl. Warna dari endapan
akan termodifikasi saat indikator terarsorpsi pada permukaan endapan. Reaksi adsorpsi
ini dapat dilihat dengan contoh indikator yang bermuatan negatif seperti flourescein.
3. Metode Volhard
Mwtode Volhard dapat digunakan untuk menetapkan kadar klorida, bromida, dan iodida
dalam suasana asam. Caranya dengan menambahkan larutan baku perak nitrat dititrasi
kembali dengan larutan baku tiosianat. Indikator yang digunakan adalah besi (III)
nitrat atau besi (III) ammonium sulfat.
IV. METODELOGI
A. ALAT DAN BAHAN
Alat : erlenmeyer, batang pengaduk, corong kaca, beaker glass 50 ml, pipet tetes, pipet
ukur 10 ml, buret
B. PROSEDUR KERJA
1. Dipipet 20 ml sampel dengan pipet volume
2. Dimasukkan ke dalam erlenmeyer
3. Ditambahkan 1 ml indicator K2CrO4
4. Dititrasi dengan larutan standar AgNO3 0,1 N sampai terjadi perubahan warna dari
kuning menjadi kuning kemerahan.
VxNx35,45 x 1000
Kadar Cl =
ml sampel
= 21,27mg Cl /L (ppm)
A. HASIL PENGAMATAN
1. Data pengamatan
Rata-rata 1,2 ml
2. Perhitungan
VxNx35,45 x 1000
Kadar Cl =
ml sampel
= 21,27 mg Cl /L (ppm)
B. PEMBAHASAN
"Dasar analisa kualitatif dengan metode argentometri yaitu
merupakan suatu titrasi ion perak dan ion-ion hydrogen.Titrasi argentometri adalah titrasi
dengan menggunakan larutan perak nitratsebagai titran, dimana terbentuk garam perak yang
sukar larut. Pada analisa argentometri ada bebeapa cara pengendapan yang dikenal yaitu
Mohr,Volhard,dan Fajans. Titrasi pengendapan atau
argentometri didasarkan atas terjadinya pengendapan kuantitatif,
yang dilakukan dengan penambahan larutan pengukur yangdiketahui kadarnya pada larutan
senyawa yang hendak dititrasi. Titik akhir tercapai bila semua bagian amembentuk endapan.
V. PENUTUP
A. KESIMPULAN
SARAN
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
Perhitungan
Kadar Cl = VxNx35,45x1000/(ml sampel)
= 1,2x0,1x35,45x1000/(20 ml)
= 21,27 mg Cl /L (ppm)