Selain dari materi yang tersajikan ini, kalian dapat mempelajari dari sumber yang lain yakni :
Buku Paket IPA halaman 93 – 115,
Buku Modul IPA terpadu halaman 42 – 49,
Buku pendamping lain atau internet
a. Reproduksi aseksual
Reproduksi aseksual pada hewan adalah perbanyakan hewan tanpa melewati proses fertilisasi dan
menggunakan bagian tubuh hewan untuk menghasilkan individu baru. Reproduksi aseksual disebut juga
reproduksi vegetatif. Keturunan yang dihasilkan dari reproduksi aseksual memiliki sifat atau karakter yang
sama dengan sifat induk. Reproduksi aseksual dibedakan atas reproduksi aseksual alami dan reproduksi
aseksual buatan.
Membelah diri Pada organisme bersel satu, seperti Amoeba, Paramecium, Euglena,
proses pembelahan sel sebenarnya merupakan suatu
perkembangbiakan. Pembelahan pada Amoeba dimulai dengan adanya
pemanjangan tubuh Amoeba yang selanjutnya inti sel akan membelah
menjadi dua diikuti pembagian plasma dari Amoeba. Oleh
karena itu, kita sering menyebut bahwa perkembangbiakan makhluk
hidup bersel satu dilakukan dengan cara membelah diri.
Tunas Proses perkembangan tunas menjadi hewan dewasa disebut
dengan blastogenesis.
Tunas yang tumbuh dapat terlepas dari hewan induknya apabila
kuncup telah matang.
Cara reproduksi aseksual dengan tunas dapat kita jumpai
pada Hydra dan Porifera.
Parthenogenesis Partenogenesis yaitu terbentukanya individu baru dari telur yang tidak
dibuahi.
Pada hewan tertentu, misalnya lebah, ovum yang dibuahi akan tumbuh
dan berkembang menjadi lebah betina, sedangkan yang tidak dibuahi
akan tumbuh menjadi lebah jantan. Lebah betina bersifat steril dan
memiliki tugas sebagai pekerja dalam kawanan lebah. Lebah jantan
bersifat fertil. Lebah jantan mampu menghasilkan sel kelamin yang
digunakan untuk membuahi sel telur yang dihasilkan oleh lebah ratu.
Lebah ratu adalah lebah yang menghasilkan telur-telur yang menjadi
lebah betina dan lebah jantan.
Partenogenesis dapat terjadi pada hewan seperti lebah, semut, tawon,
kutu daun, dan kutu air.
Sporulasi Sporulasi adalah cara reproduksi aseksual dengan melakukan
pembelahan berganda yang menghasilkan spora.
Contoh hewan yang dapat melakukan reproduksi aseksual dengan
sporulasi adalah Plasmodium sp.
b. Reproduksi seksual
Pada umumnya, sistem reproduksi hewan vertebrata adalah generatif (seksual).
Jenis kelamin vertebrata juga sudah dapat dibedakan antara vertebrata jantan dan vertebrata betina.
Reproduksi seksual terjadi melalui proses perkawinan antara hewan jantan dan hewan betina. Melalui
proses ini akan terjadi proses fertilisasi, yaitu proses peleburan inti sel sperma dan inti sel telur.
Proses fertilisasi ini akan menghasilkan zigot.
Selanjutnya, zigot akan berkembang menjadi embrio (calon anak) dan pada tahap selanjutnya embrio akan
berkembang menjadi individu baru.
Proses fertilisasi dapat terjadi melalui dua cara, yaitu fertilisasi internal dan fertilisasi eksternal.
Fertilisasi internal terjadi apabila proses peleburan antara inti sel telur dan inti sel sperma terjadi di dalam
tubuh hewan betina. Contohnya pada hewan aves (burung), reptilian dan mamalia.
Fertilisasi eksternal terjadi apabila proses peleburan antara sel telur dan sel sperma terjadi di luar tubuh
hewan betina. Contohnya pada hewan yang hidupnya di lingkungan perairan, misalnya ikan dan katak
Berdasarkan cara perkembangan dan kelahiran embrionya hewan yang bereproduksi secara seksual
dibagi menjadi tiga jenis, yaitu: ovipar, ovovivipar dan vivipar
Ovovivipar Disebut juga hewan bertelur dan Ular boa, ular sanca, hiu,
beranak kadal, ikan pari, cucut
Zigot tumbuh menjadi embrio di dalam pasir, dan platypus
telur dan menetas di dalam tubuh
induknya.
Makanan diperoleh embrio berasal dari
dalam telur bukan dari tubuh induknya
Tidak memiliki kelenjar susu
Tidak menyusui anaknya
Anak keluar dengan proses dilahirkan
Vivipar Disebut juga hewan beranak Kambing, kerbau, sapi,
Janin tumbuh di dalam rahim induk kucing, monyet, gajah,
betina harimau, kuda, tikus, dan
Janin memperoleh makanan dari anjing
induknya
Mempunyai kelenjar susu
Menyusui anaknya
Janin ada di dalam tubuh induk
Siklus hidup Ubur-ubur (jelly fish) Pada satu siklus hidup, ubur- ubur (Aurelia Aurita) dapat
bereproduksi secara seksual dan secara aseksual.
Ubur- ubur seringkali dijumpai dalam bentuk medusa dan
berada dalam tahap generatif, yaitu dapat
menghasilkan sel kelamin.
Sel kelamin dilepaskan ke air dan dapat mengalami fertilisasi.
Zigot akan berkembang menjadi larva bersilia (planula). Jika
berada pada tempat yang sesuai, larva akan tumbuh menjadi
skifistoma. Pada bentuk polip, ubur- ubur dapat
berkembangbiak secara aseksual melalui tunas. Polip akan
berkembang dan tersusun atas strobilus. Polip strobilus
mengalami reproduksi aseksual yaitu dapat terlepas menjadi
efira yang selanjutnya tumbuh menjadi bentuk medusa
kembali.
Metamorfosis Katak Telur.
Katak dapat bertelur dalam jumlah yang banyak sekali, namun
tidak semua telur dapat menetas menjadi katak. Hal ini
dipengaruhi factor internal ( kualitas telur yang dihasilkan
Induk katak ) dan factor eksternal ( arus air, predator telur
dan ulah manusia ). Telur katak akan menetas menjadi larva
katak setelah 21 hari.
Kecebong ( tadpole ),
Telur yang menetas menjadi larva / kecebong mengandalkan
kuning telur dari sisa telurnya sebagai sumber makanan
sampai berumur 7 – 10 hari. Pada usia ini kecebong memiliki
organ tubuh yang sempurna dan bisa mencari makanan
sendiri. Kecebong bernapas dengan insang hingga usia
mencapai 4 minggu.
Berudu ,
Pada usia 6 minggu kecebong mulai berubah menjadi berudu
dan Nampak jati diri sebagai katak dengan tumbuhnya 2 kaki
belakang dan disusul 2 kaki depan serta ekor semakin
mengecil hingga tampak seperti katak muda pada usia 9
minggu.
Katak muda,
Pada usia 12 minggu ekor katak sudah mulai tidak tampak
dan katak mulai bernapas dengan paru-paru dan bias hidup di
daratan dan mencari makan di daratan.
Katak dewasa,
Setelah usianya mencapai 16 minggu katak menjadi dewasa
hidup dan mencari makan di darat. Dan mulai menghasilkan
sel kelamian untuk bereproduksi. Pada saat bertelur katak
akan mencari tempat di air untuk meletakkan telurnya dan
terjadi fertilisasi di dalam air.
Metamorfosis nyamuk Nyamuk dewasa akan meletakkan telurnya pada tempat yang
berair. Didalam air telur akan menetas menjadi larva,
selanjutnya larva akan tumbuh menjadi pupa. Pupa akan
tumbuh menjadi nyamuk muda dan meninggalkan air untuk
mencari makanan. Nyamuk muda akan tumbuh menjadi
nyamuk dewasa dan dapat menghasilkan sel kelamin.
1. Adaptasi
Adaptasi merupakan salah satu ciri dari makhluk hidup. Adaptasi dilakukan agar makhluk hidup
dapat ber tahan hidup. Adaptasi yaitu kemampuan makhluk hidup untuk menyesuaikan diri dengan
lingkungannya. Apabila lingkungan berubah, makhluk hidup harus mampu menyesuaikan diri.
Adaptasi untuk Memperoleh Energi
Melalui proses adaptasi, hewan memiliki kemampuan yang berbeda dalam memperoleh makanan,
memakan dan mencerna makanan. Berdasarkan jenis makanannya, hewan dibagi menjadi hewan
herbivora, karnivora dan omnivora.
Omnivora Hewan yang memakan hewan lain dan juga tumbuhan disebut
omnivora. Misalnya beruang dan rakun.
Adaptasi dibedakan dalam tiga macam yaitu adaptasi morfologi, Adaptasi fisiologi, dan adaptasi
tingkah laku.
a. Adaptasi Morfologi,
Adaptasi morfologi adalah penyesuaian diri makhluk hidup yang berhubungan dengan bentuk
luar dan organ dalam tubuh makhluk hidup.
Contoh-contoh adaptasi morfologi
Tumbuhan Hidrofit
Tumbuhan hidrofit adalah tumbuhan yang hidup di air, misalnya
enceng gondok (Euchornia crasipes), paku air (Azolla pinata) dan
teratai. Tumbuhan ini memiliki tangkai daun yang menggembung
membentuk rongga-rongga udara yang berisi
udara sehingga dapat mengapung. Tumbuhan yang hidup di air
umumnya mempunyai lapisan kutikula yang tipis dan mudah
ditembus air. Melalui permukaan tubuh yang tipis inilah
tumbuhan dapat mengambil air dan zat-zat hara melalui
seluruh permukaan tubuhnya. Tumbuhan yang sebagian
tubuhnya berada di dalam air dan sebagian di atas air memiliki
sistem perakaran serabut sebagai alat melekat dan sistem
jaringan pengangkut pada tumbuhan air tidak berkembang
dengan baik. Stomata terletak di permukaan daun sebelah atas
serta memiliki jumlah daun yang banyak, lebar dan tipis.
Orang di daerah pegunungan Jumlah sel darah merah pada orang yang tinggal di dataran
cenderung memiliki kulit berwarna tinggi (pegunungan) cenderung lebih banyak. Hal ini disebabkan
kemerahan kadar O2 di pegunungan lebih sedikit dibandingkan di dataran
rendah. Kadar O2 yang rendah membuat tubuh membentuk sel
darah merah lebih banyak untuk mengikat O2 lebih banyak. Itulah
sebabnya orang yang tinggal di daerah pegunungan cenderung
mempunyai kulit berwarna kemerahan.
Adaptasi fisiologi pada tumbuhan :
Bunga menghasilkan kelenjar madu, warna bunga yang mencolok,
bau bung akas ( harum atau kurang sedap )
Tumbuhan herbainsektivora menghasilkan enzim protease untuk
mencerna protein dari makanannya.
2. Seleksi Alam.
Pernahkah kamu mendengar tentang seleksi alam? Tahukah kamu apa yang diseleksi oleh alam dan apa
pula hasil dari seleksi alam? Di alam terdapat hubungan mangsa dan predator. Umumnya predator
bergantung pada warna dan bentuk tubuh mangsa dalam mengenali mangsanya. Keberadaan mangsa yang
tidak mencolok cenderung menyulitkan predator untuk menangkapnya. Ada hewan-hewan yang
menjadi sedikit jumlahnya karena tidak mampu mempertahankan diri dari predator serta tidak dapat
melakukan reproduksi. Ada pula hewan yang tetap hidup karena mampu bertahan dari serangan predator.
Keadaan alam yang berubah turut menyeleksi keberadaan makhluk hidup. Makhluk hidup yang memiliki
Kemampuan adaptasi yang tinggi akan mampu bertahan hidup. Adapun makhluk hidup yang tidak mampu
beradaptasi tidak akan bertahan hidup. Teori tersebut dinamakan “Seleksi Alam” yang ditemukan oleh
Charles Darwin pada 1859 dalam bukunya yang berjudul The Originof Species by Means of Natural
Selection.
Menurut Darwin, hewan zarapah yang memiliki leher panjang merupakan hasil seleksi alam. Pada awalnya
terdapat dua jenis, yaitu zarafah leher pendek dan zarafah leher panjang. Zarafah leher pendek tidak dapat
mengambil makanan berupa daun-daun pada pohon yang tinggi. Adapun zarafah leher panjang mudah
mengambil makanan pada pohon yang tinggi. Akibatnya, zarafah leher pendek tidak mendapatkan
makanan hingga akhirnya mati. Adapun zarafah leher panjang mampu bertahan hidup hingga se karang