Balut Bidai
Balut Bidai
PENDAHULUAN
TINJAUAN TEORI
A. Tehnik Bidai
5. Macam-macam bidai
a. Bidai keras (Rigid splint)
Jenis ini terbuat dari bahan yang keras, umumnya terbuat dari kayu,
alumunium, karton, plastik atau bahan lain yang kuat dan ringan. Pada
dasarnya merupakan bidai yang paling baik dan sempurna dalam
keadaan darurat. Kesulitannya adalah mendapatkan bahan yang
memenuhi syarat di lapangan. Contoh: bidai kayu, bidai udara, bidai
vakum.
c. Soft splint
Jenis ini terbuat dari bahan yang lembut. Jenis soft splint meliputi
splint udara, bantal, dan mitella. Soft splint sebaiknya tidak
dipergunakan pada fraktur angulasi, karenakan meningkatkan tekanan
secara otomatis. Saat akan menggunakan splint udara, harus secara
rutin diperiksa tekananya untuk memastikan bahwa splint tidak terlalu
kencang/ kendor. Splint udara baik untuk fraktur pada lengan bawah
dan tungkai bawah. Splint udara berguna untuk memperlambat
perdarahan, tetapi dapat meingkatkan tekanan seperti peningkatan
suhu/tekanan. Kelemahan dari splint udara adalah nadi tidak daat di
monitor bilasplint terpasang, dapat menimbulkan sindrom kopartemen
dan menimbulkan sakit pada kulit dan nyeri bila dibuka.
Bantal adalah splint yang baik untuk trauma pada lutut atau kaki dan
digunakan untuk stabilisasi dislokasi bahu.
Mitela adalah sangat baik untuk fiksasi trauma klavikula, bahu, lengan
atas, siku, dan kadang-kadang telapak tangan. Beberapa trauma pada
ahu menyebabkan bahu tidak dapat di dekatkan pada dinding dada
tanpa menggunakan paksaan. Dalam kasus ini bantal digunakan untuk
menjembatani gap yang ada antara dinding dada dan lengan atas.
6. Komplikasi Pembidaian
Jika dilakukan tidak sesuai dengan standar tindakan, beberapa hal berikut
bisa ditimbulkan oleh tindakan pembidaian :
a. Cedera pembuluh darah, saraf atau jaringan lain di sekitar fraktur
oleh ujung fragmen fraktur, jika dilakukan upaya meluruskan atau
manipulasi lainnya pada bagian tubuh yang mengalami fraktur saat
memasang bidai.
b. Gangguan sirkulasi atau saraf akibat pembidaian yang terlalu ketat.
7. Prinsip pembidaian
a. Lakukan pembidaian pada bagian badan yang mengalamai cedera;
b. Lakukan juga pembidaian pada kecurigaan patah tulang, jadi tidak
perlu harus dipastikan dulu ada atau tidaknya patah tulang;
c. Melewati minimal 2 sendi yang berbatasan. (proksimal dan distal
daerahfraktur). Sendi yang masuk dalam pembidaian adalah sendi di
bawah dan di atas patah tulang. Sebagai contoh, jika tungkai
bawahmengalami fraktur, maka bidai harus bisa mengimobilisasi
pergelangan kaki maupun lutut.
8. Persiapan pasien
a. Diberi penjelasan tentang tindakan yang akan dilakukan
b. Posisi pasien diatur sesuai kebutuhan dan keadaan
9. Persiapan alat
a. Pelindung diri (masker/sarung tangan)
b. Bidai dengan ukuran sesuai kebutuhan
c. Kasa steril dan desinfektan
d. Verban/ Mitella
10. Pelaksanaan pemasangan splinting
a. Petugas menggnakan masker da sarung tangan
b. Petugas 1 mengangkat daerah yang akan di pasang bidai
c. Petugas 2 meletakkan bidai melewati dua persendian anggota gerak
d. Jumlah dan ukuran bidai yang dipakai disesuaikan dengan lokasi patah
tulang
e. Petugas 1 mempertahankan posisi, sementara petugas 2 mengikat
bidai.
f. Pengikatan tidak boleh terlalu kencang atau kendor
g. Mengatur posisi klien, sesuaikan dengan kondisi luka
h. Pada fraktur terbuka atau tertutup dengan luka, rawat luka terlebih
dahulu dan tutup luka dengan kasa steril
i. Mencatat respon dan tindakan yang telah dilakukan dalam catat
perawat.
Tindakan pertolongan
1. Pasanglah bidai di sepanjang lengan atas dan berikan balutan untuk
mengikatnya. Kemudian dengan siku terlipat dan lengan bawah
merapat ke dada, lengan digantungkan ke leher.
2. Apabila patah tulang terjadi di dekat sendi siku, biasanya siku tidak
dapat dilipat. Dalam hal ini dipasang juga bidai yang meliputi
lengan bawah, dan biarkan lengan dalam keadaan lurus tanpa perlu
digantungkan ke leher
Tindakan pertolongan:
1. Pasanglah sepasang bidai di sepanjang lengan bawah. Bidai ini dapat
dibuat dari dua bilah papan, dengan sebilah papan di sisi luar dan sebilah
lagi di sisi dalam lengan. Dapat pula dipergunakan bidai dengan setumpuk
kertas koran membungkus lengan.
2. Berikan alas perban antara lengan dan bidai untuk mengurangi rasa sakit.
3. Ikat bidai-bidai tersebut dengan pembalut
4. Periksa apakah ikatan longgar atau terlalu keras menjepit lengan sehingga
pasien merasa lengannya menjadi lebih sakit.
5. Gantungkan lengan yang patah ke leher dengan memakai mitella.
3) Bidai pada Kasus Patah Tulang Paha
Seperti pada tulang lengan atas maka paha hanya memiliki sebatang tulang panjang,
sehingga tanda-tanda patah tulang paha tidak jauh berbeda dengan pada lengan atas.
Tindakan pertolongan:
Sepasang bidai dipasang memanjang dari pinggul hingga ke kaki.
1. Apabila bagian yang patah berada di bagian atas paha maka bidai sisi luar harus
dipasang sampai pinggang.
2. Apabila bagian yang patah berada di bagian bawah paha maka bidai cukup
sampai panggul.
B. Tehnik membalut pada klien cedera
Luka dan patah tulang akibat kecelakaan atau trauma merupakan slah satu kondisi yang
sering terjadi. Dan pertolongan luka yang paling sering dapat dilakukan pertama adalah
dengan melakukan pembalutan
Prinsip membalut ialah untuk menahan sesuatu agar tidak bergeser dai tempatnya.
Sehingga tujuan pembalutan ialah
1) Mempertahankan bidai, kasa penutup dan lain-lain
2) Immobilisasi, dengan menunjang bagian tubuh yang cedera dan menjaga agar bagian
tubuh yang yang cedera tidak bergerak
3) Sebagai penekan untuk menhentikan perdarahan dan menahan pembengkakan
4) Mempertahankan keadaan asepsis
2. Macam-macam pembalut
a. Plester
Plester biasanya dipergunakan untuk menutup luka yang telah diberi antiseptik,
juga dapat dipakai merekatkan penutup luka dan difiksasi pada sendi yang terkilir
b. Pembalut segitiga (Mitella)
Pembalut segitiga disebut juga mitella yang terbuat dari kain segitiga sama kaki,
dengan ukuran panjang kakinya masing-masing 90 cm. Fungsinya untuk
menggantung bagian tubuh dan menggantung lengan yang cedera.
c. Pembalut pita
Pembalut pita dapat terbuat dari kain katun, kain planel, kain kasa (verban), bahan
elastik (elastik verban). Ukuran pembalut pita bermacam-macam meliputi 2,5 cm
(untuk membalut jari-jari), 5 cm (untuk membalut pergelangan tangan dan kaki),
7,5 cm (untuk membalut kepala, lengan, betis), 10 cm (untk membalut paha dan
pinggul) dan 15 cm (untuk membalut dada, punggung dan perut).
Jika ada luka terbuka, maka sebelum dibalut perlu diberi desinfektan atau di balut
dengan pembalut yang mengandung desinfektan. Demikian pula jika terjadi
dislokasi, maka perlu dilakukan reposisi terlebih dahulu.
Teknik balutan yang dapat digunakan pada hampir semua bagian tubuh,
terutama pada daerah persendian. Pada kasus terkilir, ligamentum yang
sering robek ialah yang terletak di lateral, karena itu kaki diletakkan dalam
posisi eversi/rotasi eksterna untuk mengistirahatkan dan mendekatkan kedua
ujung ligamentum tersebut baru kemudian dibalut.
4. Balutan rekurens (recurrent bandage)
Balutan ini dapat dilakukan pada kepala atau ujung jari, misalnya pada luka
di puncak kepala.
a) Membalut dada
1. Macam-macam pendarahan
a. Pendarahan luar
Ada 3 macam pendarahan luar :
1) Pendarahan dari pembuluh rambut (Kapiler), tanda-tandanya: Perdahan tidak
hebat, keluar perlahan-lahan berupa rembesan, biasanya pendarahan berhenti
sendiri walaupun tidak diobati, mudah ntuk menghentikan denga perawatan
luka biasa.
2) Perdarahan dari pembuluh darah balik (Vena), tanda-tandanya: Warna darah
merah tua, pancaran darah tidak begitu hebat dibanding pendarahan arteri,
pendarahan mudah untuk dihentikan, dengan cara menekandan meninggikan
anggota badan yang luka lebih tinggi dari jantung.
3) Perdarahan dari pembuluh nadi (Arteri), tanda-tandanya: Warna darah merah
muda, keluar secara memancar sesuai irama jantung, biasanya pendarahan
sukar untuk dihentikan.
b. Perdarahan dalam
Perdaran dalam adalah perdarahan yang terjadi didalam rongga dada, rongga
tengkorak dan rongga perut. Biasanya tidak tampak darah mengalir keluar, tapi
terkadang dapat juga darah keluar melalui lubang hidung, telinga, mulut, dan
pelepasan. Perdarhan dalam dapat disebabkan:
1) Pukulan keras, terbentur hebat
2) Luka tusuk dan luka tembak.
3) Pecahnya pembuluh darah karena suatu penyakit
4) Robeknya pembuluh darah akibat terkena ujung tulang yang patah
Tanda-tanda yang mudah dikenali pada perdarahan dalam:
Teknik penjahitan ini dapat dilakukan pada semua luka, dan apabila tidak ada
teknik penjahitan lain yang memungkinkan untuk diterapkan. Terbanyak
digunakan karena sederhana dan mudah. Tiap jahitan disimpul sendiri. Dapat
dilakukan pada kulit atau bagian tubuh lain, dan cocok untuk daerah yang
banyak bergerak karena tiap jahitan saling menunjang satu dengan lain.
Digunakan juga untuk jahitan situasi.
Jahitan matras dibagi menjadi dua, yaitu matras vertical dan matras horizontal.
Prinsip teknik penjahitan ini sama, yang berbeda adalah hasil akhir tampilan
permukaan. Teknik ini sangat berguna dalam memaksimalkan eversi luka,
mengurangi ruang mati, dan mengurangi ketegangan luka
2. Prosedur Hecting
a. Persiapan Alat
1) Hanscoen
2) Duk bolong steril
3) Kasa steril
4) Lidokain steril
5) Supratul
6) Betadine solution
7) Alcohol 70 %
8) Benang silk untuk kulit
9) Benang catgut untuk pembuluh darah
10) Bak instrumen steril berisi :
a) Pinset chirugis
b) Pinset anatomi
c) Klem arteri kecil
d) Naldvoulder
e) Jarum kulit
f) Gunting
g) .Cairan Na Cl
h) Cairan H2O2 hodrogen peroksida
b. Penatalaksanaan
1) Perawat menyiapkan alat kedekat pasien dan menjelasakan kepasien
atau keluarga pasien (informed concern)
2) Perawat memakaia handscoen
3) Dep luka dengan kasa steril, kemudian bersihkan dengan cairan NaCl.
Apabila kotor siram dengan H2O2
4) Olesi daerah luka dengan betadine
5) Olesi dengan kapas alcohol, lalu suntikan lidokain injeksi ± 2 cc
disekitar pingiran luka tunggu ± 5 menit
6) Dep lagi luka dengan kasa steril kemudian bila ada pembuluh darah
yang terpotong diklem diikiat dengan benang catgut
7) Pegang bibir luka dengan pinset chirugis, kalau ada kotoran ambil
dengan pinset anatomi
8) Pasang jarum kulit dan benang kulit dinalvolder, lalu jahit bibir luka
dengan rapi, setelah luka ditutup olesi dengan betadine. Kemudian beri
supratul,lalu tutup dengan kasa steril dan verband.
9) Bersihkan daerah bekas luka
10) duk bolong dibuka
11) konseling pada pasien (anjuran untuk menjaga sterilitas didaerah luka)
BAB III
PENUTUP
DAFTAR PUSTAKA