“ABSES HEPAR”
Oleh:
Made Dyanti Enantya Suparta
H1A015043
Pembimbing:
dr. Hasan Amin, Sp. Rad.
1
DAFTAR ISI
PENDAHULUAN...................................................................................................3
TINJAUAN PUSTAKA..........................................................................................4
PENUTUP..............................................................................................................20
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................21
2
BAB I
PENDAHULUAN
Abses hepar didefinisikan sebagai massa berisi pus pada hepar yang dapat
menyebabkan cedera pada hepar atau infeksi intraabdominal yang berasal dari
sirkulasi porta. Sebagian besar abses ini disebabkan oleh piogen atau amoeba,
lebih jarang disebabkan oleh parasit dan fungi.1 Abses ini memiliki morbiditas dan
mortalitas yang tinggi apabila penyebab abses ini tidak terdeteksi dan tidak
ditatalaksanai segera.2 Patofisiologi dari abses ini berbeda-beda, tergantung
etiologi yang mendasari.3
Abses hepar memiliki manifestasi klinis bervariasi tergantung pada
mekanisme patogen. Gejala klasik berupa nyeri pada hipokondria kanan (89-
100%) dengan atau tanpa hepatomegalis. Gejala lainnya yaitu demam (67-100%)
dan menggigil (33-88%). Diagnosis dari abses hepar dapat ditentukan melalui
pemeriksaan imaging seperti ultrasonografi (US), x-ray, computed tomography
(CT), magnetic resonance imaging MRI), dan kedokteran nuklir (skintigrafi). 1,2
Diagnosis abses terkonfirmasi apabila ditemukan area kistik atau solid pada hepar
yang pada saat aspirasi ditemukan cairan dengan kultur positif.1
Tatalaksana untuk abses hepar adalah pemberian antibiotik dan drainase
abses. Drainase ini dapat dilakukan dengan bantuan US atau CT. aspirasi dengan
jarum digunakan apabila abses kurang dari 5 cm, apabila lebih dari 5 cm dapat
digunakan drainase perkutan dengan kateter. Pemberian antibiotik empiris dapat
dilakukan ketika organisme penyebab belum diketahui.1
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
4
pleksus hepatikus, dan bagian permukaan dipersarafi oleh nervi
intercostales inferior.4,5
5
terdapat zat-zata berbahaya maka terjadi proses oksidasi, reduksi, hidrolisis,
dan konjugasi sebelum dieksresikan melalui ginjal. 5,6
2.2 Definisi Abses Hepar
Abses hepar merupakan suatu proses terlokalisasi dari material
supuratif atau pus berkapsul pada hepar yang berawal dari cedera di hepar
atau sebuah infeksi intraabdomen yang menyebar melalui sirkulasi porta.
Abses hepar ini dapat diklasifikasikan menurut lokasi anatomi (keterlibatan
hemi-liver/segmen, kedalaman lesi) , jumlah yang terkena (single atau
multipel), rute infeksi (portal, bilier, contiguous), dan agen kausatif.
Berdasarkan agen kausatif dibagi menjadi bakteri, amoeba, parasit, dan
fungi. Penyebab tersering adalah bakteri atau amoeba.1,2
2.3 Epidemiologi Abses Hepar
Abses hepar piogenik memiliki insidensi bervariasi pada berbagai
negara, lebih dari 900 kasus dalam periode 10 tahun di negara-negara Asia
seperti Taiwan, Singapura, dan Korea Selatan. Sedangkan di Amerika
memiliki insidensi sebanyak 2.3 per 100.000, lebih dominan pada laki-laki
usia tua dengan faktor risiko yaitu diabetes dan kanker. Patogen tersering di
Amerika adalah Streptococcus milleri diikuti Klebsiella pneumoniae
sedangkan di Korea Selatan dan Taiwan, K. pneumoniae merupakan
penyebab tersering.3
Entamoeba histolytica merupakan protozoa yang menyebabkan
amebiasis (infeksi gastrointestinal) dengan manifestasi ekstra intestinal
tersering adalah abses hepar, dimana parasit tersebut terbawa ke hepar
melalui vena porta. Insidensi ini tersering di Asia dimana rata-rata mencapai
21 per 100.000 per tahun. Abses hepar amoeba ini jarang terjadi pada anak-
anak dan sering terjadi pada usia 30 – 60 tahun laki-laki sepuluh kali lebih
sering terjadi dibandingkan wanita.3 Di Amerika Serikat, kasus ini sering
ditemukan pada imigran yang berasal dari area endemis dan orang-orang
yang tinggal di perbatasan dengan Meksiko.
6
2.4 Faktor Risiko Abses Hepar
Terdapat beberapa faktor risiko yang berhubungan dengan
perkembangan abses hepar yaitu diabetes mellitus (DM), sirosis hepar,
immunocompromised, neoplasma, penggunaan obat proton pump inhibitor
(PPI), jenis kelamin terutama laki-laki dan usia lanjut. Pada beberapa
literatur menunjukkan DM sebagai penyakit penyerta pada 29.3%-44.3%
pasien abses hepar. Penderita DM menunjkkan adanya gangguan kemotaksis
dan fagositosis pada PMN sehingga melemahkan sistem perlindungan
imunitas terhadap infeksi dan cenderung membentuk abses. Kondisi lainnya
yang dapat memicu defisiensi imun dapat meningkatkan risiko abses hepar
dan pemberian PPI dapat meningkatkan pH gaster sehingga menurunkan
perlindungan terhadap bakteri.7
2.5 Etiologi Abses Hepar
Abses hepar piogenik biasanya disebabkan oleh bakteri anaerob
dan aerob gram negatif, tersering adalah Eschericia coli, Klebsiella
pneumoniae, bacteroides, enterokokus, streptokokus anaerob dan
streptokokus mikroaerofilik. Sedangkan pada anak-anak, bakteri penyebab
tersering adalah Staphylococcus aureus. Apabila primer penyaki dari
endokarditis bakterialis maupun infeksi pada gigi, maka bakteri tersering
adalah stafilokokus, Streptococcus hemolyticus, dan Streptococcus
milleri.2,7
Abses hepar amoeba disebabkan oleh parasit melalui jalur fekal-
oral dengan menelan minuman atau makanan yang terkontaminasi kista
Entamoeba hystolitica. Amoeba ini merupakan protozoa kelas rhizopoda
yang memiliki kaki semu atau disebut pseupodia. E. hystolitica memiliki 3
bentuk tropozoit, prakista, dan kista. Tropozoit memiliki sifat invasif,
tumbuh secara anaerob, dan aktif bergerak yang dapat memasuki organ
serta jaringan tubuh. Tropozoit hidup di dalam usus dan bermultiplikasi
dengan membelah diri atau menjadi kista. Kista memiliki sifat yang tidak
aktif bergerak, berdinding kaku dan berperan dalam penularan karena
tahan terhadap perubahan linkgkungan terutama yang memiliki 4 inti.7
7
2.6 Patofisiologi/ Patologi Abses Hepar
Abses hepar memiliki beberapa pembagian berdasarkan lokasi
anatomi (keterlibatan segmen atau hemi-liver atau kedalaman lesi), jumlah
luka (tunggal atau multipel), rute infeksi (portal, bilier, atau contiguous),
jenis terapi (antimikroba, guided puncture drainage, pembedahan) dan
agen kausatif terutama bakteri dan amoeba (teutama Entamoeba
hystolitica). Hepar merupakan organ tersering terjadinya abses. Abses
dapat berbentuk solid maupun multipel. Abses sering terjadi pada lobus
kanan karena anatomi hepar yaitu hepar lobus kanan memiliki vena porta.7
8
dll) maka sistem tersebut akan terganggu dan akan menyebabkan
perkembangan abses hepar.7
9
nekrosis jaringan hepar. Abses hepar amoeba biasanya soliter dan sering berada
pada lobus kanan. Abses biasanya mengandung pus steril dan jaringan nekrotik
hepar yang encer berwarna 4cokelat kemerahan (anchovy paste). Dinding dari
abses merupakan lapisan dari jaringan nekrotik hepar dan tropozoit yang ada.4,8
10
3. Leukositosis
4. Pada USG didapatkan rongga dalam hepar
5. Tes hemaglutinasi positif
6. Aspirasi pus
7. Respon baik terhadap obat amoebisid
b. Kriteria Ramachandran (minimal 3) :
1. Nyeri tekan disertai hepatomegali
2. Riwayat disentri
3. Leukositosis
4. Dibuktikan dengan adanya kelainan pada radiologi
5. Respon terhadap terapi amoebisid
c. Kriteria Lamont dan Pooler (minimal 3) :
1. Nyeri tekan disertai hepatomegali
2. Kelainan hematologi
3. Kelainan radiologi
4. Pus amoebik
5. Tes serologis positif
6. Kelainan sidikan hepar
7. Respon baik terhadao teraopi amoebisid
Diagnosis abses hepar membutuhkan pemeriksaan imaging yang ideal
sekitar 90% diagnosis dibuat, namun gold standar dari abses hepar pyogenik
adalah kultur dengan aspirasi jarum halus. Imaging dapat membantu
mengidentifikasi penyebab pada beberapa kasus. Pemeriksaan utama yang
dilakukan adalah ultrasound konvensional (US) dan CT. Kedua pemeriksaan ini
memiliki sensitivitas sebesar 96-100% untuk mendeteksi abses hepar. Adapula
yang mengatakan bahwa sensitivitas CT Scan lebih besar (97% sensitif)
dibandingkan US (85% sensitif) namun modalitas ini tidak semua dapat diakses.
Modalitas utama adalah US yang biasanya ditemukan sebagai hypo-echoic yang
dapat bervariasi tergantung adanya setum atau gas. Apabila US tidak dapat
menjadi modalitas diagnosis, maka dilakuan CT atau MRI atau contrast enhanced
US (CEUS).1,7,8
11
Apabila dilakukan foto polos abdomen biasanya didapatkan hasil adanya
gambaran gas di dekat daerah abses atau pada daerah di bawah diafragma, efusi
pleura kanan, dan hydatid cyst. Pada pemeriksaan US didapatkan gambaran yang
bervariasi, mulai dari hipoekoik sampai hiperekoik, terkadang disertai gelembung-
gelembung gas. US dengan kontras menunjukkan gambaran dinding yang lebih
hiperekoik pada fase arterial dan menghilang pada fase portal atau fase lanjutan.
Daerah nekrotik akibat abses biasanya tidak terlihat. Penggunaan kontras akan
menunjukkan suatu lesi, untuk mengukur ukuran area nekrosis dan melihat
gambaran sekat (septation). Jika di bawah 3 cm maupun abses berseptum tebal
tidak disarankan untuk drainase. Namun lesi bisa terlihat solid dan menyerupai
tumor apabila disebabkan oleh K. pneumoniae.7,8
12
gambar 4. USG dari lobus hepar dekstra pada Abses Hepar.8
13
Gambar 8. Pada USG didapatkan gambaran abses hipoekoik dengan
heterogen di sentral pada abses hepar amoeba
pada pemeriksaan CT non kontras, abses hepar memiliki atenuasi yang lebih
rendah dibandingkan dengan hepar normal. apabila diberikan kontras iodinasi
intravena (IV) maka menunjukkan peningkatan tepi dan peningkatan septasi
internal. CT 3 fase merupakan pilihan karena dapat melihat gambaran sentral yang
tidak terpaku pada kontras IV, menekankan pada batas dalam pada fase dini dan
fase lanjutan, gambaran hipointens halo eksternal akibat edema atau disebut
target sign pada fase lanjutan. Cluster sign merupakan ciri dari abses hepar
pyogenik yang terdiri dari beberapa lesi yang bergabung menjadi single
14
2,7
multiloculated cavity.
15
Gambar 11. Late arterial phase CT menunjukkan gambaran enhanchment
hipervaskular dan perifer dari abses (panah biru). (b) portal venous phase CT
menunjukan enhancing septation (bintang biru) dengan abses multiokular (panah
biru).7
16
Gambar 13. CT Scan dengan kontras menunjukkan lesi hipodens dengan
pseudokapsul. 2
Pada MRI, abses hepar akan terlihat gambaran hiperintens pada gambar
T2-weighted dan hipointens pada gambar T1-weighted non kontras, namun dapat
juga terlihat hiperintens pada T1-weighted tergantung pada kandungan
proteinaceous dari abses hepar. Setelah pemberian gadolinium, abses hepar
memiliki gambaran menyerupai CT. 7
Gambar 14. MRI (a)gambar T2WI sedikitnya 6 kavitas hiperintens kecil multipel
pada lobus kanan hepar (panah). (b) T1WI non kontras terlihat gambaran
hiperintens pada kavitas abses disertai debris protein. (c) T1WI post kontras
menunjukkan enhancment rim sekitar abses.7
17
2.8 Tatalaksana Abses Hepar
Abses hepar amoeba dapat diterapi dengan pemberian antiamoeba.
Pemberian yang dianjurkan adalah metronidazole, dehydroemetine (DHE),
atau kloroquin. Metronidazole biasanya efektif untuk amebiasis intestinal
maupun ekstraintestinal, dosis yang dianjurkan adalah 3x750 mg per hari
selama 5-10 hari, sedangkan dosis untuk anak 3550mg/kgBB/hari dibagi
tiga dosis. Pemberian kloroquin yang dianjurkan adalah 1g/hari selama 2
hari dilanjutkan dengan 500mg/hari selama 20 hari. Pemberian
medikamentosa biasanya dilihat perkembangan dalam 72 jam, apabila
tidak berhasil atau terancam ruptur maka dilakukan aspirasi dengan
bantuan US. Drainase perkutan dilakukan apabila diameter abses >3 cm ,
multiloculated, infeksi campuran, letak abses dekat permukaan kulit, dan
respon terhadap medikamentosa buruk dapat dipertimbangkan.
Pembedahan diindikasikan apabila abses tidak juga membaik setelah
dilakukan drainase perkutan atau terjadi kondisi mengancam jiwa seperti
perdarahan tanpa atau disertai ruptur hepar. 4,7
18
yaitu cefoperazone 1-2g/12 jam atau aminoglikkosida untuk bakteri gram
negatif yang resisten. Sedangkan antibiotik yang sensitif terhadap coccus
gram positif seperti penisilin atau sefalosporin. Metronidazol, klindamisin,
atau kloramfenikol dapat diberikan apabila bakteri penyebab adalah
bakteri anaerob terutama B. fragilis. Apabila pengobatan konservatif gagal
maka dilakukan drainase perkutan dengan tuntunan US dan CT, sedangkan
pembedahan merupakan pilihan terakhir yang dapat diberikan.
Tabel 1. Perbedaan abses hepar amoeba dan abses hepar piogenik
Abses Amoeba Abses Pyogenik
Patogen Entamoeba histolytica Klebsiella
pneumoniae,
Streptococcus milleri,
Eschericia coli,
Burkolderia
pseudomallei,
Staphylococcus
aureus, anaerob
Distribusi Dapat terjadi di Dapat terjadi di
seluruh dunia ; rata- seluruh dunia ; lebih
rata lebih tinggi pada ering pada orang
negara berkembang ; dewasa tua.
umumnya laki-laki 30-
50 tahun
Penyebab Sanitasi buruk, minum Sumber bilier seperti
air terkontaminasi. kandung empedu yang
terkena, infeksi
sistemik.
Patogenesis Inflamasi (neutrofil Nekrosis (neutrofil
banyak) tidak ada)
Imaging Umumnya berada di Dapat terjadi pada
lobus kanan hepar lobus manapun,
namun dapat pula tunggal atau multipel.
19
pada lobus kiri. Hot appearance pada
sulfur colloid scan.
Aspirasi jarum halus Makroskopik : tebal, Makroskopik :
berwarna cokelat, purulen, berbau tidak
tidak berbau, anchovy sedap
paste Kultur : avaibilitas
terbatas pada LMIC
Modalitas diagnostik Serologi, serum Kultur darah
lain antigen
tatalaksana Metronidazole, Drainase perkutan
drainase apabila disertai antibiotik.
terjadi koinfeksi atau Tatalaksana antibiotik
ancaman ruptur. saja apabila abses
kecil.
20
BAB III
PENUTUP
21
DAFTAR PUSTAKA
1. Akhondi H and Sabih D E. Liver Abscess. [internet] 2020. Cited at
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK538230/
5. Guyton AC and Hall JE. Hati sebagai suartu organ. Dalam : Buku Ajar
7. Mavilia MG, Molina M., and Wu GY. The Evolving Nature of Hepatic
2016 : pp.158-168
22
23