Anda di halaman 1dari 39

1

MEMBUAT GARIS LURUS

Di Ilmu Ukur Tanah, pembuatan garis lurus diperlukan bila pengukuran jarak
menggunakan paeralatan sederhana ( pita ukur ), sedangkan jarak yang
akan diukur lebih panjang dari panjang pita ukur.
Peralatan yang digunakan :
1. Patok
2. Yallon

Misalkan akan membuat garis lurus antara titik A dan titik B, yang jaraknya melebihi
panjang pita ukur.

Yallon

C B
A
 
Yallon

A C B

Caranya :
1. Pasang patok di titik A dan B.
2. Pasang Yallon di titik A dan B
3. Dengan membidik dari Yallon A ke Yallnn B ( atau sebaliknya ) suruh seseorang
menemptkan Yallon C diantara titik A dan titik B sehingga Yallon A, Yallon C dan
Yalon C terlihat segaris.
4. Pasang patok di Yallon C
5. Kalau masih diperlukan, pasang patok D dan seterusnya, dengan cara yang
sama seperti memasang patok C.
2

Bila antara titik A dan titik B ada halangan :


A. Terhalang pohon / bangunan :

A D’ E’ F’ B

D
E
F

Peralatan yang digunakan : C


1. Patok
2. Yallon
3. Pita ukur
4. MAL sudut. MAL SUDUT 1

Caranya : 2
1. Pasang patok di titik A dan titik B
2. Pasang Yallon di titik A dan titik B
3. Psang patok dan Yallon di titik C yang dapat dilihat dari titik A dan titik B
4. Pasang patok-patok D, E, F yang terletak segaris dengan titik A dan C
5. Ukur panjang AD, panjang AE dan panjang AF
6. Ukur panjang AC dan CB
7. Buat MAL sudut ACB dengan batang-batang yang lurus, atau dari tali yang tidak
memanjang waktu ditarik., caranya :
- Tempatkan batang 1 di titik C dan berhimpit dengan garis CB
- Lekatkan batang 2 dengan batang 1 di titik C, dan berhimpit dengan garis CA
- Pasang batang 3 untuk memperkuat bentuk sudut ACB agar tidak berubah.
8. Dengan rumus segitiga sebangun hitung panjang DD’, EE’ dan FF’.
- DD’ = (AD/AC) x CB
- EE” = (AE/AC) x CB
- FF” = (AF/AC) x CB
9. Tempatkan MAL di titik F dengan batang 2 MAL berhimpit dengan garis AF,
dengan bantuan Yallon perpanjang sisi 2 MAL sebesar FF”, pasang patok F”
10. Tempatkan MAL di titik E dengan batang 2 MAL berhimpit dengan garis AE, dan
dengan bantuan Yallon perpanjang sisi 2 MAL sebesar EE’ , pasang patok E’
11. Demilian pula untuk patok D”
Maka berdasarkan teori Matematika titik-titik D’ , E’ , F’ terletak pada garis AB.
3

B. Terhalang gundukan tanah..

Dengan adanya gundukan tanah maka Yallon yang dipasang di titik B tidak terlihat dari
titik A, demikian juga sebaliknya.
Peralatan :
1. Patok
2. Yallon

,,C ,,D

,,A ,,D ,,B

,,C

,,A ,,C ,,D ,,B

Caranya :
1. Pasang patok dan Yallon di titik A dan B
2. Tempatkan Yallon D di lereng B, yang terlihat dari titik A
3. Tempatkan Yallon C di lereng A, yang terlihat dari titik B dan dibut segaris
dengan titik D, dengan aba-aba dari A
4. Pindahkan Yallon D sehingga terlihat segaris dengan titik C dengan aba-aba dari
titik B
5. Pindahkan Yallon C sehingga terlihat segaris dengan titik B dengan aba-aba dari
titik A
6. Dan seterusnya, sehingga Yallon C dan Yallon D terlihat segaris , baik dilihat dari
titik A maupun dari titik B.
7. Pasang patok C dan patok D untuk menggantikan posisi Yallon.
8. Bila jarak AC dan DB masih terlalu jauh, pasang patok tambahan seperlunya.
4

PENGUKURAN JARAK

1. DENGAN ALAT SEDERHANA..


a. JARAK < PANJANG PITA BILA / ALAT UKUR JARAK.
Misalkan akan mengukur jarak antaran titik A dan titik B.
Peralatan :
1. Patok.
2. Pita Ukur.

a b

B
A

Caranya :
1. Pasang patok di A dan B.
2. Ulur pita ukur dari A ke B.
3. Baca ukuran / angka pita ukur :
- Pada A, misalnya = ( a )
- Pada B misalnya = ( b )
Maka ; Jarak AB = ( a – b ) M

b. JARAK >> PANJANG PITA BILA / ALAT UKUR JARAK.


Misalkan akan mengukur jarak antaran titik A dan titik B.
Peralatan :
1. Patok.
2. Pita Ukur.
5

c d
a c

B
D
A C

Caranya :
1. Pasang patok tambahan ( C, D, …. ) antara A dan B, yang terletak pada
garis AB, dengan jarak antara patok < panjang pita ukur..
2. Ulur pita ukur dari A ke C.
3. Baca ukuran / angka pita ukur :
- Pada A, misalnya = ( a )
- Pada C, misalnya = ( c )
4. Ulur pita ukur dari C ke CD
5. Baca ukuran / angka pita ukur :
- Pada C, misalnya = ( c )
- Pada D, misalnya = ( d )
6. Ulangi langkah 4 dan 5 sampai selesai.
Maka :
Jarak AB = ( a – c ) + ( c – d ) + …… dst.

2. DENGAN ALAT OPTIS .


a. WATERPAS
Misalnya akan mengukur jarak antara titik A dan titik B.
Benang afas
Peralatan : Benang tengah
1. Patok
2. Watrpad + Statip Benang bawah
3. Baak Ukur

b.t

B
A
6

Baak Ukur
Waterpas b.a

b.b

Caranya :
1. Tempatkan Waterpas di A, dan distel ( didatarkan ).
2. Tempatkan Baak Ukur di B.
3. Bidik Baak Ukur dengan Waterpas, baca :
- Angka Baak Ukur yang terpotong benang silang teropong :
- Misalnya : Benang atas = b.a
Benang tengah = b.t
Beng bawah = b.b  
Maka :  
Jarak AB = ( a – b ) x 100 M
  11
b. TEODOLIT  
Misalnya akan mengukur jarak antara titik A dan titik B.  

Peralatan :  
1. Patok
10
 
2. Teodolit + Statip  
 
3. Baak Ukur  
 
BAAK UKUR  
 
  09
7

Baak Ukur

b.a
b.t
b.b
V
Teodolit

B
A

Caranya :
1. Tempatkan Teodolit di A, dan distel ( didatarkan ).
2. Tempatkan Baak Ukur di B.
3. Bidik Baak Ukur dengan Teodolit, baca :
- Angka Baak Ukur yang terpotong benang silang teropong :
Misalnya : Benang atas = b.a
Benang tengah = b.t
Beng bawah = b.b
- Sudut vertical teropong, misalnya = V
Maka :
Jarak AB = ( a – b ) x (sin(V))2 x 100 M

Jarak miring AB = ( a – b ) x sin(V) x 100 M

3. DENGAN ALAT OTOMATIS.


Misalkan yang akan diukur jarak ntara titik A dan titik B.
Peralatan :
1. Patok
2. Teodolit + statip
3. Pengukur Jarak Otomatis/ EDM
4. Target
8

Target

Teodolit + EDM

B
A

Caranya :
1. Pasang patok di A dan di B.
2. Tempatkan Teodolit di A dan distel/
3. Pasang EDM di atas Teodolit.
4. Tempatkan Target di B.
5. Bidik Target dengan Teodolit.
6. Baca “jarak”( misal = D ) dan “sudut kemiringan”, teropong ( misal = V )
pada EDM,

Maka :
Jarak AB = D x sin ( V ).
4. PENGUKURAN JARAK TIDAK LANGSUNG.
a. DENGAN ALAT SEDERHANA :
Misalnya akan mengukur jarak antara titik A dan titik B yang di antara titik A
dan titik B terdapat jurang atau sungai dan panjang AB lebih besar dari
panjang Pita Ukur.

Sungai / Jurang
A B

Peralatan :
1. Patok
4
MAL SIKU
9

2. Yallon
3. Pita Ukur 3
4. Mal sudut siku dari tali atau kayu’
5

C A B

D
E
Caranya :
1. Pasang patok dan Yallon di titik A dan titik B.
2. Dengan bantuan Yallon pasang patok C pada perpanjangan garis AB.
3. Ukur panjang AC.
4. Dengan bantuan Mal Siku pasang patok D, sehingga garis CD tegak lurus
dengan garis AC.
5. Ukur panjang CD.
6. Dengan bantuan Mal Siku buat garis AE tegak lurus garis AC.
7. Dengan bantuan Yallon pasang patok F sehingga terletak pada garis AE
dan garis DB.
8. Ukur panjang AF.
9. Dengan Rumus Segitiga Sebangun, jarak AB dapat dihitung :

CD × AC
Jarak AB =
(CD− AF)

b. DENGAN KOORDINAT TITIK. :


Misalnya akan mencari jarak antara titik A dan titik B yang koordinatnya telah
diketahui, yaitu :
- Koordinat titik A : ( XA ; YA ), koordinat titik B : ( XB ; YB )
Maka jarak AB dapat dihitung dengan Rumus :

Jarak AB = √ ( X A− X B )2 +(Y A −Y B)2


10

PENGUKURAN SUDUT

JENIS SUDUT PADA I. U. T.

1. SUDUT VERTIKAL ( v ).
Sudut Vertikal : adalah sudut yang dibentuk oleh perpotongan antara garis vertical
dengan sumbu teropong ( VIZIER ). Besarnya sudut diukur mulai dari garis vertical
berputar searah jarum jam sampai ke sumbu teropong.

2. SUDUT HORIZONTAL.
Sudut Horizontal pada I.U.T ada 2 ( dua ) macam :
a. SUDUT ARAH.( α ) :
Sudut Arah : sudut yang di bentuk oleh perpotongan antara Arah Utara dan
sebuah garis. Besarnya sudut diukur mulai dari Arah Utara berputar searah
jarum jam sampai ke garis yang memotongnya.

Utara

Utara
Utara

αBC
αAB B
αCD
A C D

Rumus Sudut Arah ( α ) :

αAB = ( HAB - Hutara )


Hutara = pembacaan sudut horizontal pada arah Utara, dari titik A.
HAB = pembacaan sudut horizontal pada arah garis AB, dari titik A

αBC = αAB + 180o – βABC


B

αCD = αBC + 180o – βBCD


11

dan seterusnya.
βABC = sudut dalam titik B
βBCD = sudut dalam titik C

b. SUDUT DALAM ( β ) :
Sudut Dalam : sudut yang dibentuk oleh perpotongan antara 2 ( dua ) buah garis.
Besarnya sudut diukur mulai dari garis pertama berputar searah jarum jam
sampai ke garis ke dua.

D
A C
β ABC

β BCD

Rumus Sudut Dalam ( β ) :

βABC = ( HBA – HBC ) βBCD = ( HCB – HCD )


dan seterusnya

HBA = pembacaan sudut horizontal garis BA dari titik B.


HBC = pembacaan sudut horizontal garis BC dari titik B.
ALAT PENGUKUR SUDUT..

Alat Pengukur Sudut pada I.U.T :

1. ALAT SEDERHANA.
Alat Pengukur Sudut sederhana adallah :
a. Busur Derajat, yang dapat untuk mengukur sudut Vertikal dan sudut Horizontal.
b. Kompas : yang hanya digunkan untuk mengukur sudut Horizontal.

2. ALAT OPTIS.
Alat Pengukur Sudut Optis adalah Teodolit, yang dapat mengukur sudut Vertikal
dan sudut Horizontal.
12

Satuan / besaran ukuran sudut

Satuan ukuran sudut dapat berupa :


1. Derajat :
- 1 derajat ( o ) = 60 menit ( ‘ ) = 3600 detik ( “ )
- Sudut lingkaran = 360o
2. Radial :
- Sudut lingkaran = 2π radial ( atau = 2π rad )
3. Grade :
- Sudut lingkaran = 400 grade ( atau = 400 grd )

CARA MENGUKUR SUDUT :


1. SUDUT VERTIKAL.
a. ALAT BUSUR DERAJAT
Misalnya akan mengukur sudut Vertikal sebuah atap rumah.

Peralatan :
1. Busur Derajat, yang telah dilengkapi alat pengatur ketegakan angka 0o
dengan angka 180o dan alat pembidik yang terletak di pusat lengkung
busur derajat.

vo
vo

270o 90o

Caranya :
0o
1. Arahkan pembidik, sedemikian sehingga
segaris dengan bidang atap.
180o 2. Dengan bantuan unting-unting setel busur
derajat sehingga angka 00 dan 180o
terletak satu garis.
3. Maka sudut kemiringan atap = angka pada
busur derajt yang berhimpit dengan
pembidik
13

b. ALAT TEODOLIT :
Misalnya akan mengukur kemiringan atap rumah ( V ATAP ) :

V1 D
VATAP
V2
A B
C

Peralatan
:
1. Pita ukur
2. Teodolit + statip.
Caranya :
1. Tempatkan Teodolit di depan rumah sedemikian sehingga dapai membidik
puncak atap ( E ) dan bagian terbawah atap ( D )
2. Ukur jarak alat ke titik D ( = AB ) dan jarak alat ke titik E ( = AC )
3. Dengan Teodolit bidik titik D, baca sudut vertical ( = V1 )
4. Bidik titik E, baca sudut vertical ( = V2 )
5. Hitung BD = AB x cotg V1 = AB / tg V1
6. Hitung CE = AC x cotg V2 = AC / tg V2
7. Maka sudut kemiringan atap ( VATAP ) dapat dihitung dengan Rumus :

(CE−BD)
VATAP = arc tg
( AC− AB)
14

2. SUDUT HORIZONTAL

a. ALAT TEODOLIT :
Misalnya akan mengukur sudut yang dibentuk garis AB yang berpotongan
dengan garis CD di titik Q.

Perlatan
1. Patok
2. Teodolit

.
D
A

HAQD

Q
Caranya : C
1. Pasang patok di A, di Q dan di D. B
2. Tempatkan Teodolit di titik Q.
3. Bidik patok A, baca sudut H, misal = HA
4. Bidik patok B, baca sudut H, misal = HB
5. Maka besarnya sudut AQD adalah ;

Sdt. AQD = ( HB – HA )

PENGUKURAN ELEVASI

Elevasi adalah ukuran ketinggian suatu titik terhadap bidang “datar” yang letaknya
tertentu.
Dalam Ilmu Ukur Tanah bidang tersebut disebut Bidang Referensi yang biasanya
adalah permukaan air laut rata-rata,
Sedangkan untuk mengukur elevasi sebuah titik harus ada titik yang sudah diketahui
elevasinya yang disebut sebagai Titik Referensi atau Titik Ikat . Bila karena sesuatu hal
sehingga sulit untuk mendapatlan Titik Referensi maka Juru Ukur boleh menetukan
15

sendiri elevasi dari titik yang diukur, kemudian hari bila telah mendapatkan Data Titik
Referensi hasil perhitungan direvisi menggunakan data tersebut.
Besaran elevasi yang ditetapkan oleh Juru Ukur dinamakan Titik Refernsi Lokal.

ALAT PENGUKUR ELEVASI.


Alat pengukur elevasi adapat berupa :
1. Alat Ukur Elevasi sederhana, yang berupa slang air dan pita ukur.
2. Alat Optis, yaitu Waterpas dan Teodolit
3. Alat Ukur elevasi Otomatis, yaitu Altimeter dan GPS.

MENGUKUR ELEVASI.
1. Dengan Alat Sederhana.:
Misalnya akan mengukur elevasi titik B, yang menggunakan Titik A sebagai Titik
Referensi sehingga Titik A telah diketahui elevasinya, misalnya + 100,000.
Peralatan :
1. Patok + bilah.
2. Slang air.
3. Pita Ukur

Bilah

Slang air HB
hA hA
B ∆h

A ( + 100,000 )
Teori :
Elevasi titik B = Elevasi titik A + ∆h
∆h = hA – hB , dimana : hA = keinggian muka air slang di titik A dan
hB = ketinggian muka air slang di titik B.

Caranya :
1. Pasang patok dan bilah pada titik A dan titik B
2. Isi slang air sampai penuh, tutup ujung-ujungnya dengan ditekuk dan diikat.
3. Ikat ujung-ujung slang pada bilah A dan bilah B yang ketinggiannya kira-kira
sama
4. Buka ujung-ujung slang air, tunggu sampai muka air di dalam slang tenang.
5. Stelah air tenang, ukur tinggi muka air slang dari titik A ( misal = hA ) dan muka
air slang dari titik B ( missal = hB )
6. Maka elevai titik B = + 100,000 + ( hA – hB ).
Atau bila dirumuskan :
16

Elevasi B = Elevasi A + ( hA - hB )

2. Dengan Waterpas :
Cara pengukuran elevasi dengan Waterpas ada 2 ( dua ) macam ;
a. Jarak AB < 50 M
b. Jarak 50 M > AB > 100 M
Misalnya akan mengukur elevasi titik B terhadap Titik Referensi A
Peralatan;
1. Patok
2. Waterpas + statip
3. Baak Ukur
4. Pita ukur
a. Jarak AB < 50 M :

Baak ukur
Waterpas
b.tB

t.aA

∆h

A ( + 100,000 )
Teori :
Elevasi B = Elevasi A + ∆h
∆h = ( t.aA – b.tB ), maka :

Elevasi B = Elevasi A + ( t.aA – b.tB )

Caranya :
1. Pasang patok di titik A dan titik B
2. Tempatkan Waterpas di titik A dan di stel
3. Ukur tinggi alat, misalkan = t.aA
4. Tempatkan Baak Ukur di titik B
5. Bidik Baak Ukur baca angka Baak yang terpotong benang tengah
teropong, misalkan = b.tB
Maka Elevasi B = + 100,000 + ( t.aA – b.tB )

b. Jarak 50 m < AB <100 M


17

b.tB
b.tA

∆h

A ( + 100,000 )

Teori :
Elevasi B = Elevasi A + ∆h
∆h = b.tA – b.tB , sehingga :

Elevasi B = Elevasi A + ( b.tA – b.tB )

Caranya :
1. Pasang patok di titik A dan titik B
2. Tempatkan Waterpas diantara titik A dan titik B
3. Tempatkan Baak Ukur di titik A dan titik B
4. Bidik Baak A, baca angka pada benang tengah, misalkan = b.tA
5. Bidik Baak B, baca angka pada benang tengah, misalkan = b.tB
Maka Elevasi B = + 100,000 + ( b.tA – b.tB ).

3. Dengan Teodolit.
Misalkan akan menghitung elevasi titik B dengan titik Referensi titik A.
Peralatan :
1. Patok
2. Teodolit + statip
3. Baak Ukur
4. Pita Ukur

Baak Ukur

DmAB b.aB
b.tB
b.bB
t AB

b.tB
Teodolit

t.aA
h
18

A ( + 100,000)

Teori:
Elevasi B = Elevasi A + ∆h
∆h = ( t.aA + ∆t ) – b.tB
∆t = cos (HAB) x DmAB
DmAB = ( b.ab – b.bB ) x 100 x sin (HAB)
Sehingga,

Elevasi B = Elevasi A + t.aA + ( b.aB – b.bB ) x 100 x sin (HAB) x cos (HAB) – b.tB
4. Dengan alat ukur Otomatis ( Altimeter ).
Kebanyakan Altimeter hanya menyajikan data elevasi dalam bentuk
angka bulat. Misalnya data yang seharusnya + 123,25 atau + 123,68
Aimeter akan menampilkan data + 124.
Cara menggunakannya, letakkan Altimeter pada titik yakan diukur
elevasinya, dan data elevasi titik tersebut akan muncul pada layar
Altimeter ( untuk Altimeter digital ), sedang untuk Altimeter mekanik data
elevasi akan ditunjukkan oleh jarum penunjuk.

PEMASANGAN PATOK TITIK BANGUNAN

TITIK LENGKUNGAN:
Lengkungan biasanya diperlukan pada bangunan jalan atau saluran atau tanggul
saluran, agar Pengguna jalan merasa nyaman dan aliran air tidak terganggu.
Titik-titik Utama Lengkungan adalah :
1. Titik Awal Lengkungan
2. Titik Tengah Lengkungan
3, Titik Akhir Lengkungan.
Titik-titik sisipan diperlukan untuk memperjelas arah dari lengkungan.

Data yang diperlukan untuk memasang titik lengkungan adalah :


1. Sudut belokan ( φ )
2. Jari-jari lengkungan ( R ).
19

MEMASANG TITIK UTAMA LENGKUNGAN .


Misalkan akan memasang titk-titik utama pada lengkung dengan jari-jari = R dan
sudut belokan = φ , dengan sudut belokan di P.

φ
1 Q
2

R R

Teori :

Titil Awal Lengkungan ( T1 ) adalah titik singgung garis lurus yang belum membelok
dengan lengkung, sedang Titik Akhir lengkungan ( T2 ) adalah titik singgung garis
lurus yang telah membelok dengan lengkung. Sehingga garis lurus sebeelum
membelok di titik T1 tegak lurus dengan jari-jari lengkung, dan garis lurus setelah
setelah membelok di titik T2 juga tegak lurus dengan jari-jari lengkung.
Maka :
R / PT1 = R / PT2 = tg (φ/2)
Jadi :
R
PT1 = PT2 = tg( φ/2)

R / PO = sin (φ/2) dan PT1 / PO = cos (φ/2)


Jadi :
20

R PT 1
PO = sin ⁡(φ/2) atau PO = cos ⁡(φ/ 2)

R 1−sin ⁡(∅ /2)


PQ = PO – R = sin ⁡(φ/2) - R = R ( sin ⁡(∅ / 2) ¿
Jadi :

1−sin ( ∅/ 2 )
PQ = R( sin ( ∅ /2 )
)

Peralatan :
1.Patok
2.Teodolit + statip
3. Pita Ukur

Caranya :
1. Pasang patok di titik P ( perpotongan garis sebelum dan sesudah membelok )
2. Tempatkan Teodolit di titik dan distel.
3. Ukur besar sudut belokan, misalkan = φ
4. Dengan nilai R yang sudah ditentukan, hitung PT1 dan PT2 serta PQ dengan
Rumus di atas.
Maka :
- Letak titik T1 :: pada garis sebelum berbelok sejauh PT1 dari titik P
- Letak titik T2 : pada garis setelah berbelok sejauh PT2 dari titik P
- Letak titik Q : pda garis bagi sudut φ , sejauh PQ dari titik Q

BILA TITIK BELOK ( P ) TERHALANG.


Ada kalanya pemasangan patok pasa titik belok ( P ) tidak dapat dilakukan karena
terhalang oleh jurang atau tanah yang cukup tinggi,
Maka untuk pemasangan patok T1 dan patok T2 dilakukan cara sebagai berikut :
1. Pasang patok A di garis sebelum membelok dan patok B pada garis setelah
membelok, sedekat mungkin dengan penghalang.
2. Ukur panjang AB.
3. Ukur sudut di A, misalnya = α
4. Ukur sudut di B, misalnya = β
R R
5. Hitung : tg(∝/2) + tg( β /2)

R R
Kalau
tg(∝/2)
+ tg( β /2)
> AB

6. Hitung besarnya sudut φ dengan jalan seperti berikut :


- Lihat segitiga APB :
- Sudut PAB = 180o- α ; dan sudut:PBA = 180o – β
21

- Maka ; φ = 180o – ( 180o – α ) – ( 180o – β ) = (α + β) – 180o

α
1

R R

7. Hitung panjang PT1 dan PT2 dengan Rumus

R
PT1 = PT2 =
tg( φ/2)

8. Dengan telah diketahui nilai sdt. PAB, sdt, PBA , φ dan panjang AB dapat
dihitung panjang PA dan PB dengan Rumus sinus dan sisi-sisi segitiga, sebagai
berikut :

AB PA PB
sin ⁡( φ/2) = sin ⁡(sdt . PBA ) = sin ⁡(sdt . PAB)
Maka :

AB ×sin ⁡(sdt . PBA ) AB ×sin ⁡(sdt . PAB )


PA = dan PB =
sin ⁡(∅ ÷ 2) sin ⁡( ∅ ÷ 2)
9. Sehingga :
- Panjang AT1 = PT1 – PA dan panjang BT2 = PT2 - PB

10. Jadi :
- Letak T1 di garis sebelum berbelok sejauh AT1 dari titik A.
- Letak T2 di garis serelah berbelok selauh BT2 dar titik B.

R R
11. Kalau::
tg(∝/2)
+ tg( β /2)
> atau = AB , maka lengkungan dihitung dengan
dua sudut belokan, yaitu sudut α dan sudut β.

MEMASANG TITIK SISIPAN LENGKUNGAN.


22

Karena jarak antara Titik Awal Lengkung dengan Titik Tengah Lengkung dan Titik
Akhir Lengkung cukup jauh, perlu adanya titik-titik tambahan / sisipan agar bentuk
lengkungan dapat terlihat jelas.
Penambahan titik lengkungan ada beberapa cara :
1. Menganggap garis T1T2 sebagai Sunbu Y
2. Menganggap garis PT1 / PT2 sebagai sumbu Y
3. Menggunakan MAL.

TITIK SISIPAN DENGAN T1T2 SEBAGAI SUMBU X


P

φ
Teori :
Q
1 Y1 - T1T2 sumbu X
Sb X - PO sumbu Y
T1 φ/2 Z T2 - Titik 1 terletak pada
lengkung
R - Koordinat titik 1
R X1 dan Y1

Nilai X1 dan Y1 dapat


O X1 S dihitung dengan cara
sebagai berikut :
Sb Y

Menentukan nilai X :
Nilai X ditentukan berdasarkan jumlah titik sisipan ( n ) yang akan ditambahkan
pada busur T2Q atau T1Q.
ZT 2 ZT 1
Nilai X= atau X =
n+1 (n+1)

ZT1 = ZT2 = R ×cos (φ /2¿)¿

Jadi :
R × cos(φ ⋰ 2)
X1 = dan Xi = i x ( X1 )
(n ±1)
23

Y1 = 1 S – OZ 1 S = √ R2−X 2

OZ = R ×sin (φ/2)

Jadi :

Yi = √ R2−X i2 - R ×sin ¿ ¿)

Contoh :
Hitung dan gambar letak Titik Awal,Titik Akhir dan 3 buah Titik Sisipan pada lengkung
dengan jari-jari lengkung R = 120 m dan sudut belokan φ = 100o.
Penyelesaian :
1. PT1 = PT2 = R ; (tg(φ/2)) = 120 m : tg (100o/2) =148 m
2. T1T2 = 2 x R x cos(φ/2) = 154,30 m.
3. ZT1 = ZT2 = 154,30 m : 2 = 77,15
4. Panjang X1 = (77.15) ; ( 3 + 1 ) = 19,28 m
5. Titik-titik sisipan

a. Titik 1 :
X1 = 1 x 19,28 m = 19,29 m.

Y1 = √ 1202−19,292 – 120 x sin (100o/2) = 26,51 m

b. itik 2 :
X2 = 2 x 19,29 m = 38,58 m

Y2 = √ 1202−38,582 – 120 x sin (100o/2) = 21,70 m

c. Titik 3 :

X3 = 3 x 19,29 m = 57,87 m

Y3 = √ 1202−57,872 – 120 x sin (100o/2) = 18,20

148 m
Q

Y1 =
24

Y2 =
Y3 =

T1 Z T2
X1 =
77,15 m X2 =

X3 =

TITIK SISIPAN DENGAN PT SEBAGAI SUMBU X :


Teori :
Kalau titik 1 terletak pada lengkung dengan jari-jari = R dan sudut belokan = φ
sedang koordinat titik 1 akan dihitung dengan PT 1 sebagai sumbu X, sehingga
sumbu Y adala garis tegak lurus garis PT1 yang terletak di titik T1..
Nilai X1 dan Y1 dapat dihitung dengan menggunakan Rumus hubungan antara sudut
dan busur, yaitu :

panjang busur ×1800


Besar sudut singgung ( sdt. PT1 1 ) =
2 πR
Maka : sdt .1” T1 1 = sdt. 1 WT1 dan karena sdt.T1 1” 1 = sdt. T1 1 W = 90o, jadi :
segitiga T1 1 1” sebangun dengan segitiga WT1 1

ω
1
1

T1 1” 1

Sumbu X

Sumbu Y
25

Kalau sdt. 1 T1 1” = sdt. 1 W T1 = ω , maka panjang tali busur T1 1 = 2R x sin(ω),


Lihat segitiga T1 1 1” :
T1 !” = X1 = T1 1 x cos(ω ) = 2R x sin(ω) x cos(ω)
1” 1 = Y1 = T1 1 x sin(ω) = 2R x sin(ω) x sin(ω) = 2R x (sin(ω))2

Maka Rumus untuk Xi dan Y1 adalah :


X1 = 2R x sin(ω) x cos(ω)

Yi = 2R x (sin(ω))2

Nilai ω :

(90 0−φ /2)


ω =
n−1

ωi = i x ω

Contoh :
Hitung dan gambar titik-titik sisipan pada sebuah lengkung belokan dengan jari-
jari ( R ) = 50 m, sudut belokan ( φ ) = 100o, kalau jumlah titik sisipan = 3 buah.
Penyelesaian :

1. PT1 = R / tg (φ/2) = 50 m / tg (100o/2) = 41,95 m.


2. ω = ( 90o – φ/2 ) / ( n+1 ) = ( 90o – 50o ) / 4 = 10o
3. Koordinat titik-titik sisipan :
a. Titik 1 :
X1 = 2 x 50m x sin(10o) x cos(10o) = 17,10 m
Y1 = 2 x 50m x (sin(10o))2 = 3,02 m
26

b. Titik 2 ;
X2 = 2 x 50m x sin(20o) x cos(20o) = 32,14 m
Y2 = 2 x 50m x (sin(20o))2 = 11,70 m
c. Titik 3 :
X3 = 2 x 50m x sin(30o) x cos(30o) = 43,30 m
Y1 = 2 x 50m x (sin(30o))2 = 25,00 m

X3=

X2=

X1=
T1 P
Y1= 1 Sumbu X
ω1=
Y2=
2 ω2=

Y3 =
ω3=
3

Sumbu Y

MEMASANG TITIK SISIPAN DENGAN MAL, UNTUK “R” KECIL ( < 40 M ).


Teori :
Bula pada suatu lengkungan dipasang titik-titik dengan panjang tali-busur yang sama
akan membentuk suatu pola tertentu, apabila tali busur diperpanjang dengan jarak yang
sama dengan panjang tali busur, ( lihat gambar )

D’
E’
C’ d x d
x x
d D d
d C E
d
B

R
d

A R
27

AB = BC = CD = DE = d dan BC’ = BC; CD’ = CD; BE’ = DE = d


ABC’CB dan BCD’DC dan CDE’ED merupakan segitiga sama kaki yang
berekor, dimana sisi-sisinya dan ekornya sama-sama sepanjang = d. dan sisi
lainnya sepanjang = x, serta ekornya segaris dengan salah satu sisi segitiga.

Bentuk ini adalah bentuk MAL LENGKUNG dengan jari-jari = R.

B d C’
A d

x
d

Ukuran MAL :
Karena segitiga AOB sebangun dengan segitiga CBC’ , maka :

AO CB CB× AB d×d d2
AB = CC ¿ sehingga : CC’ = AO = R = R

d2
Jadi : X =
R

Cara membuat MAL :


Misalkan MAL akn dibuat dari reng kayu, sedang panjang reng maksimum = 4 m
dan jari-jari lengkungan = 30 m.
Jadi : - panjang ABC = 2xd = 4,00 m
- panjang BC = d = 2,00 m
- panjang x = 22 : 30 = 0,13 m.
28

Cara menggunakan :
1. Untuk memasang titik sisipan 1 :
a. Tempatkan titik B Mal pada titik T1 lengkung
b. Tempatkan tengah-tengah sisi CC’ MAL pada garis sebelum belok
c. Maka titik 1 lengkung terletak pada ujung ekor MAL ( titik A MAL ).

2. Untuk memasang titik sisipan 2


a. Tempatkan titik A MAL pada titik T1 lengkung
b. Tempatkan titik B MAL pada titik 1 lengkung
c. Maka titik 2 lengkung terletak pada titik C MAL.
3. Untuk memasang titik sisipan 3
a. Tempatkan titik A MAL pada titik 1 lengkung
b. Tempatkan titik B MAL pada titik 2 lengkung
c. Maka titik 3 lengkung terletak pada titik C MAL.
4. Dan seterusnya, untuk titik-titik berikutnya.

C’ B A
T1 1
T1 1
C
C 2

3
PENGOLAHAN DATA UKUR.

Agar data ukur bermanfaat, maka harus diolah menjadi gambar dan data.

Yang dalam bentuk gambar adalah :


1. Gambar Situasi
2. Gambar penampang memanjang
3. Gambar penampang melintang
Yang dalam bentuk data :
1. Data koordinat
2. Data elevasi.

Urut-urutan langkah untuk menghitung koordinat :


1. Hitung jarak datar ( D )
2. Hitung sudut arah ( α )
3. Hitung ∆ X dan ∆Y
4. Hitung X dan
29

Rumus untuk menghitung koordinat :

Untuk menghtung koordinat sebuah titik diperlukan adanya titik referensi atau
titik ikat yang sudah diketahui koordinatnya.
Bila sulit untuk mendapatkan ttitik referensi Juru Ukur dapat menentukan
sendiri titik referensi termasuk nilai koordinatnya. Titik referensi yang
ditentukan oleh Juru Ukur dinamakan Titik Referensi Lokal.
Teori :

Misalkan akan menghitung koordinat B dengan titik referensi A dengan


koordinat XA dan YA. Sedang jarak datar AB = DAB dan sudut arah garis AB
= αAB. Lihat gambar di bawah :

Sumbu Y

B
YB

αAB DAB ∆YAB

A
YA
∆XAB

XA XB Sumbu X

XB = XA + ∆XAB

YB = YA + ∆YAB ,

Sedangkan
∆XAB = D x sin (αAB)

∆YAB = D x cos (αAB)

Jadi :
:

XB = XA + DAB x sin (αAB)


30

YB = YA + DAB x cos (αAB)

Contoh Data Ukur :

TABEL UKUR PESAWAT TEODOLIT

L Bac Bac
e Bacaan aan aan
t Baak Ukur Sdt. Sdt.
a V H
k

d
a
n
Titik
t bidi
i
n b.b
g
g
i

a
l
a
t
Utar 26 15
a
A
1 2,700 2,520 2,320 24 05 56 50
,
2
6
1,480 1,300 1,120 47 15 56 50
B
1 2,950 2,720 2,490 21 50 06 30
,
3
1
3,230 3,040 2,850 13 05 52 15
C
1 2,980 2,780 2,570 12 50 34 05
,
3
6
31

0,670 0,400 0,170 07 00 32 45


D
1 2,940 2,700 2,480 09 10 34 45
,
3
9

Koordinat titik A :
XA = + 200,000 ; YA = + 150,000 ; ZA = + 850,000

Contoh perhitungan hasil Pengukuran dengan pesawat Teodolit.


Perhitungan menggunakan data dari Tabel Ukur di atas.
1. Menghitung jarak datar ( D ):

Rumus : DAB = ( b.aAB – b.bAB ) x 100 x sin2 VAB.

DAB = ( 2,700 - 2,320 ) x 100 x sin2(89o 24’ 05”) = 46,353 m


DBA = ( 1,489 - 1,120 ) x 100 x sin2(87o 47’ 15”) = 46,436 m
Rata-rata DAB = 46,395 m.
DBC = ( 2,950 - 2,490 ) x 100 x sin2(91o 21’ 50”) = 49,859 m
DCB = ( 3,230 - 2,850 ) x 100 x sin2(88o 13’ 05”) = 49,841 m
Rata-rata DBC = 49,850 m
DCD = ( 2,980 - 2,570 ) x 100 x sin2(90o 12’ 50”) = 46,422 m
DDC = ( 0,670 - 0,170 ) x 100 x sin2(89o 07’ 00”) = 46,958 m
Rata-rata DCD = 46,690 m

2. Menghitung sudut arah ( α ):

Rumus : αAB = ( HAB – Hutara ) ; αBC = αAB + 180o – ( HBA - HBC )

αAB = ( 203o 56’ 50” – 288o 26’ 15” ) = 275o 30’ 25”
αBC = 275o 30’ 25”+ 180o – ( 203o 56’ 50” – 29o 06’ 30” ) = 280o 40’ 05”
αCD = 280o 40’ 05”+ 180o – ( 42o 52’ 15” – 224o 34’05” ) = 2820 21’ 55”

3. Menghitung ∆X dan ∆Y:

Rumus : ∆XAB = DAB x sin (αAB) ; ∆YAB = DAB x cos (αAB)

∆XAB = 46,395 m x sin (275o 30’ 25”) = - 6,276 m


32

∆YAB = 46,395 m x cos (275o 30’ 25”) = - 45,967 m

∆XBC = 49,850 m x sin (280o 40’ 05”) = - 6,387 m


∆YBC = 49,850 m x cos (280o 40’ 05”) = - 49,437 m

∆XCD = 46,690 m x sin (282o 21’ 55”) = - 7,508 m


∆YCD = 46,690 m x cos (282o 21’ 55”) = - 46,082 m

4. Menghitung X dan Y:

Rumus : XB = XA + ∆XAB ; YB = YA + ∆YAB

XB = + 200,000 + ( - 6,276 ) = + 193,724


YB = + 150,000 + ( - 45,967) = + 104,033

XC = + 193,724 + ( - 6,387 ) = + 187,337


YC = + 104,033 + ( - 49,437 ) = + 54,596

XD = + 187,337 + ( - 7,508 ) = + 160,171


YD = + 54,596 + ( - 46,082 ) = + 8, 506

5. Menghitung Elevasi:

Rumus : - Elevsi.B = Elevasi A + ∆h


- ∆h = t.aA + (b.aB – b.bB) x 100 x sin VAB x cos VAB - b.tB
Hitung ∆h :
∆hAB = 1,260 + (2,700 – 2,320)x100xsin(89032’30”)xcos(89o32’30”) – 2,520 =
= - 2,112
∆hBA = 1,310 + (1,480 – 1,100)x100xsin(87024’05”)xcos(87o24’05”) – 1,300 =
= 2,106
Rata-rata ∆hAB = - (2,112 + 2,108) : 2 = - 2,110

∆hBC = 1,310 + (2,950 – 2,490)x100xsin(91021’40”)xcos(91o21’40”) – 2,710 =


= - 2,674
∆hCB = 1,360 + (3,230 – 2,850)x100xsin(88o13’05”)xcos(88o13’05”) – 3,040 =
= 2,718
Rata-rata ∆hBC = - (2,574 + 2,718) : 2 = - 2,646

∆hCD = 1,360 + (2,980 – 2,570)x100xsin(90012’50”)xcos(90o12’50”) – 2,780 =


= - 1,802
∆hDC = 1,390 + (0,670 – 0,250)x100xsin(89007’00”)xcos(89o07’00”) – 0,400 =
= 1,767
Rata-rata ∆hCD = - (1,802 + 1,767) : 2 = - 1,785
33

Hitung Elevasi :

Elevasi A = + 800,000
Elevasi B = + 800,000 – 2,110 = + 797,890
Elevasi C = + 797,890 – 2,646 = + 795,244
Elevasi D = + 795,244 – 1,785 = + 793.459

HASIL PERHITUNGAN KOORDINAT DAN ELEVASI

KOORDNAT ELEV
TITIK ASI
X Y Z
+ + +
A 200,00 150,00 800,00
0 0 0
+ + +
B 193,72 104,03 797,89
4 3 0
+ + +
C 187,33 54,596 795,22
7 4
+ + +
D 160,17 8,506 793,45
1 9

MENGGAMBAR HASIL PENGKURAN


Gambar pengukuran yang harus disajikan tergantung dari bentuk “obyek” yang
diukur :
1. Bila “obyek” ukur luas :
Cukup Gambar Peta yang dilengkapi dengan :
- Kontur
- Elevasi titik-titik penting
- Arah Utara
- Keterangan tanda / kode dalam gambar
- Skala gambar

2. Bila “obyek” ukur memanjang :


3.
a. Peta Situasi, yang dilengkapi dengan :
- Kontur
- Elevasi titik-titik penting
34

- Arah Utara
- Keterangan tanda / kode dalam gambar
- Skala gambar

b. Potongan memanjang, yng dilengkapi dengan data / table :


- Jarak antar titik
- Jarak langsung
- Elevasi tiap titik
- Skala gambar
c. Potongan melintang, yang dilengkapi dengan data / table :
-Jarak antar titik
-Jarak langsung
-Elevasi tiap titik
-Skala gambar

Contoh :
GAMGAR PETA

GAMBAR PETA SITUASI


35

GAMBAR POTONGAN MEMANJANG


36

GAMBAR POTONGAN MELINTANG


37

DIKTAT PRAKTIS

ILMU UKUR TANAH


38

FAKULTAS TEKNIK DAN ILMU KOMPUTER


UNIVERSITAS SAIN AL QUR’AN

DAFTAR ISI :

MEMBUAT GARIS LURUS


PENGUKURAN JARAK :
- DENGAN ALAT SEDERHANA
- DENGAN ALAT OPTIS
- DENGAN ALAT OTOMATIS

PENGUKURAN SUDUT :
- DENGAN ALAT SEDERHANA
- DENGAN ALAT OPTIS

PENGUKURAN ELEVASI :
39

- DENGAN ALAT SEDERHANA


- DENGAN ALAT OPTIS
- DENGAN ALAT OTOMATIS
PEMASANGAN PATOK BANGUNAN :
- PEMASANGAN TITIK LENGKUNGAN.

MENGHITUNG HASIL PENGUKURAN :


- MENGHITUNG KOORDINAT
- MENGHITUNG ELEVASI
MENGGAMBAR HASIL PENGUKURAN :
- GAMBAR PETA / SITUASI
- PENAMPANG MEMANJANG
- PENAMPANG MELINTANG

Anda mungkin juga menyukai