Di Ilmu Ukur Tanah, pembuatan garis lurus diperlukan bila pengukuran jarak
menggunakan paeralatan sederhana ( pita ukur ), sedangkan jarak yang
akan diukur lebih panjang dari panjang pita ukur.
Peralatan yang digunakan :
1. Patok
2. Yallon
Misalkan akan membuat garis lurus antara titik A dan titik B, yang jaraknya melebihi
panjang pita ukur.
Yallon
C B
A
Yallon
A C B
Caranya :
1. Pasang patok di titik A dan B.
2. Pasang Yallon di titik A dan B
3. Dengan membidik dari Yallon A ke Yallnn B ( atau sebaliknya ) suruh seseorang
menemptkan Yallon C diantara titik A dan titik B sehingga Yallon A, Yallon C dan
Yalon C terlihat segaris.
4. Pasang patok di Yallon C
5. Kalau masih diperlukan, pasang patok D dan seterusnya, dengan cara yang
sama seperti memasang patok C.
2
A D’ E’ F’ B
D
E
F
Caranya : 2
1. Pasang patok di titik A dan titik B
2. Pasang Yallon di titik A dan titik B
3. Psang patok dan Yallon di titik C yang dapat dilihat dari titik A dan titik B
4. Pasang patok-patok D, E, F yang terletak segaris dengan titik A dan C
5. Ukur panjang AD, panjang AE dan panjang AF
6. Ukur panjang AC dan CB
7. Buat MAL sudut ACB dengan batang-batang yang lurus, atau dari tali yang tidak
memanjang waktu ditarik., caranya :
- Tempatkan batang 1 di titik C dan berhimpit dengan garis CB
- Lekatkan batang 2 dengan batang 1 di titik C, dan berhimpit dengan garis CA
- Pasang batang 3 untuk memperkuat bentuk sudut ACB agar tidak berubah.
8. Dengan rumus segitiga sebangun hitung panjang DD’, EE’ dan FF’.
- DD’ = (AD/AC) x CB
- EE” = (AE/AC) x CB
- FF” = (AF/AC) x CB
9. Tempatkan MAL di titik F dengan batang 2 MAL berhimpit dengan garis AF,
dengan bantuan Yallon perpanjang sisi 2 MAL sebesar FF”, pasang patok F”
10. Tempatkan MAL di titik E dengan batang 2 MAL berhimpit dengan garis AE, dan
dengan bantuan Yallon perpanjang sisi 2 MAL sebesar EE’ , pasang patok E’
11. Demilian pula untuk patok D”
Maka berdasarkan teori Matematika titik-titik D’ , E’ , F’ terletak pada garis AB.
3
Dengan adanya gundukan tanah maka Yallon yang dipasang di titik B tidak terlihat dari
titik A, demikian juga sebaliknya.
Peralatan :
1. Patok
2. Yallon
,,C ,,D
,,C
Caranya :
1. Pasang patok dan Yallon di titik A dan B
2. Tempatkan Yallon D di lereng B, yang terlihat dari titik A
3. Tempatkan Yallon C di lereng A, yang terlihat dari titik B dan dibut segaris
dengan titik D, dengan aba-aba dari A
4. Pindahkan Yallon D sehingga terlihat segaris dengan titik C dengan aba-aba dari
titik B
5. Pindahkan Yallon C sehingga terlihat segaris dengan titik B dengan aba-aba dari
titik A
6. Dan seterusnya, sehingga Yallon C dan Yallon D terlihat segaris , baik dilihat dari
titik A maupun dari titik B.
7. Pasang patok C dan patok D untuk menggantikan posisi Yallon.
8. Bila jarak AC dan DB masih terlalu jauh, pasang patok tambahan seperlunya.
4
PENGUKURAN JARAK
a b
B
A
Caranya :
1. Pasang patok di A dan B.
2. Ulur pita ukur dari A ke B.
3. Baca ukuran / angka pita ukur :
- Pada A, misalnya = ( a )
- Pada B misalnya = ( b )
Maka ; Jarak AB = ( a – b ) M
c d
a c
B
D
A C
Caranya :
1. Pasang patok tambahan ( C, D, …. ) antara A dan B, yang terletak pada
garis AB, dengan jarak antara patok < panjang pita ukur..
2. Ulur pita ukur dari A ke C.
3. Baca ukuran / angka pita ukur :
- Pada A, misalnya = ( a )
- Pada C, misalnya = ( c )
4. Ulur pita ukur dari C ke CD
5. Baca ukuran / angka pita ukur :
- Pada C, misalnya = ( c )
- Pada D, misalnya = ( d )
6. Ulangi langkah 4 dan 5 sampai selesai.
Maka :
Jarak AB = ( a – c ) + ( c – d ) + …… dst.
b.t
B
A
6
Baak Ukur
Waterpas b.a
b.b
Caranya :
1. Tempatkan Waterpas di A, dan distel ( didatarkan ).
2. Tempatkan Baak Ukur di B.
3. Bidik Baak Ukur dengan Waterpas, baca :
- Angka Baak Ukur yang terpotong benang silang teropong :
- Misalnya : Benang atas = b.a
Benang tengah = b.t
Beng bawah = b.b
Maka :
Jarak AB = ( a – b ) x 100 M
11
b. TEODOLIT
Misalnya akan mengukur jarak antara titik A dan titik B.
Peralatan :
1. Patok
10
2. Teodolit + Statip
3. Baak Ukur
BAAK UKUR
09
7
Baak Ukur
b.a
b.t
b.b
V
Teodolit
B
A
Caranya :
1. Tempatkan Teodolit di A, dan distel ( didatarkan ).
2. Tempatkan Baak Ukur di B.
3. Bidik Baak Ukur dengan Teodolit, baca :
- Angka Baak Ukur yang terpotong benang silang teropong :
Misalnya : Benang atas = b.a
Benang tengah = b.t
Beng bawah = b.b
- Sudut vertical teropong, misalnya = V
Maka :
Jarak AB = ( a – b ) x (sin(V))2 x 100 M
Target
Teodolit + EDM
B
A
Caranya :
1. Pasang patok di A dan di B.
2. Tempatkan Teodolit di A dan distel/
3. Pasang EDM di atas Teodolit.
4. Tempatkan Target di B.
5. Bidik Target dengan Teodolit.
6. Baca “jarak”( misal = D ) dan “sudut kemiringan”, teropong ( misal = V )
pada EDM,
Maka :
Jarak AB = D x sin ( V ).
4. PENGUKURAN JARAK TIDAK LANGSUNG.
a. DENGAN ALAT SEDERHANA :
Misalnya akan mengukur jarak antara titik A dan titik B yang di antara titik A
dan titik B terdapat jurang atau sungai dan panjang AB lebih besar dari
panjang Pita Ukur.
Sungai / Jurang
A B
Peralatan :
1. Patok
4
MAL SIKU
9
2. Yallon
3. Pita Ukur 3
4. Mal sudut siku dari tali atau kayu’
5
C A B
D
E
Caranya :
1. Pasang patok dan Yallon di titik A dan titik B.
2. Dengan bantuan Yallon pasang patok C pada perpanjangan garis AB.
3. Ukur panjang AC.
4. Dengan bantuan Mal Siku pasang patok D, sehingga garis CD tegak lurus
dengan garis AC.
5. Ukur panjang CD.
6. Dengan bantuan Mal Siku buat garis AE tegak lurus garis AC.
7. Dengan bantuan Yallon pasang patok F sehingga terletak pada garis AE
dan garis DB.
8. Ukur panjang AF.
9. Dengan Rumus Segitiga Sebangun, jarak AB dapat dihitung :
CD × AC
Jarak AB =
(CD− AF)
PENGUKURAN SUDUT
1. SUDUT VERTIKAL ( v ).
Sudut Vertikal : adalah sudut yang dibentuk oleh perpotongan antara garis vertical
dengan sumbu teropong ( VIZIER ). Besarnya sudut diukur mulai dari garis vertical
berputar searah jarum jam sampai ke sumbu teropong.
2. SUDUT HORIZONTAL.
Sudut Horizontal pada I.U.T ada 2 ( dua ) macam :
a. SUDUT ARAH.( α ) :
Sudut Arah : sudut yang di bentuk oleh perpotongan antara Arah Utara dan
sebuah garis. Besarnya sudut diukur mulai dari Arah Utara berputar searah
jarum jam sampai ke garis yang memotongnya.
Utara
Utara
Utara
αBC
αAB B
αCD
A C D
dan seterusnya.
βABC = sudut dalam titik B
βBCD = sudut dalam titik C
b. SUDUT DALAM ( β ) :
Sudut Dalam : sudut yang dibentuk oleh perpotongan antara 2 ( dua ) buah garis.
Besarnya sudut diukur mulai dari garis pertama berputar searah jarum jam
sampai ke garis ke dua.
D
A C
β ABC
β BCD
1. ALAT SEDERHANA.
Alat Pengukur Sudut sederhana adallah :
a. Busur Derajat, yang dapat untuk mengukur sudut Vertikal dan sudut Horizontal.
b. Kompas : yang hanya digunkan untuk mengukur sudut Horizontal.
2. ALAT OPTIS.
Alat Pengukur Sudut Optis adalah Teodolit, yang dapat mengukur sudut Vertikal
dan sudut Horizontal.
12
Peralatan :
1. Busur Derajat, yang telah dilengkapi alat pengatur ketegakan angka 0o
dengan angka 180o dan alat pembidik yang terletak di pusat lengkung
busur derajat.
vo
vo
270o 90o
Caranya :
0o
1. Arahkan pembidik, sedemikian sehingga
segaris dengan bidang atap.
180o 2. Dengan bantuan unting-unting setel busur
derajat sehingga angka 00 dan 180o
terletak satu garis.
3. Maka sudut kemiringan atap = angka pada
busur derajt yang berhimpit dengan
pembidik
13
b. ALAT TEODOLIT :
Misalnya akan mengukur kemiringan atap rumah ( V ATAP ) :
V1 D
VATAP
V2
A B
C
Peralatan
:
1. Pita ukur
2. Teodolit + statip.
Caranya :
1. Tempatkan Teodolit di depan rumah sedemikian sehingga dapai membidik
puncak atap ( E ) dan bagian terbawah atap ( D )
2. Ukur jarak alat ke titik D ( = AB ) dan jarak alat ke titik E ( = AC )
3. Dengan Teodolit bidik titik D, baca sudut vertical ( = V1 )
4. Bidik titik E, baca sudut vertical ( = V2 )
5. Hitung BD = AB x cotg V1 = AB / tg V1
6. Hitung CE = AC x cotg V2 = AC / tg V2
7. Maka sudut kemiringan atap ( VATAP ) dapat dihitung dengan Rumus :
(CE−BD)
VATAP = arc tg
( AC− AB)
14
2. SUDUT HORIZONTAL
a. ALAT TEODOLIT :
Misalnya akan mengukur sudut yang dibentuk garis AB yang berpotongan
dengan garis CD di titik Q.
Perlatan
1. Patok
2. Teodolit
.
D
A
HAQD
Q
Caranya : C
1. Pasang patok di A, di Q dan di D. B
2. Tempatkan Teodolit di titik Q.
3. Bidik patok A, baca sudut H, misal = HA
4. Bidik patok B, baca sudut H, misal = HB
5. Maka besarnya sudut AQD adalah ;
Sdt. AQD = ( HB – HA )
PENGUKURAN ELEVASI
Elevasi adalah ukuran ketinggian suatu titik terhadap bidang “datar” yang letaknya
tertentu.
Dalam Ilmu Ukur Tanah bidang tersebut disebut Bidang Referensi yang biasanya
adalah permukaan air laut rata-rata,
Sedangkan untuk mengukur elevasi sebuah titik harus ada titik yang sudah diketahui
elevasinya yang disebut sebagai Titik Referensi atau Titik Ikat . Bila karena sesuatu hal
sehingga sulit untuk mendapatlan Titik Referensi maka Juru Ukur boleh menetukan
15
sendiri elevasi dari titik yang diukur, kemudian hari bila telah mendapatkan Data Titik
Referensi hasil perhitungan direvisi menggunakan data tersebut.
Besaran elevasi yang ditetapkan oleh Juru Ukur dinamakan Titik Refernsi Lokal.
MENGUKUR ELEVASI.
1. Dengan Alat Sederhana.:
Misalnya akan mengukur elevasi titik B, yang menggunakan Titik A sebagai Titik
Referensi sehingga Titik A telah diketahui elevasinya, misalnya + 100,000.
Peralatan :
1. Patok + bilah.
2. Slang air.
3. Pita Ukur
Bilah
Slang air HB
hA hA
B ∆h
A ( + 100,000 )
Teori :
Elevasi titik B = Elevasi titik A + ∆h
∆h = hA – hB , dimana : hA = keinggian muka air slang di titik A dan
hB = ketinggian muka air slang di titik B.
Caranya :
1. Pasang patok dan bilah pada titik A dan titik B
2. Isi slang air sampai penuh, tutup ujung-ujungnya dengan ditekuk dan diikat.
3. Ikat ujung-ujung slang pada bilah A dan bilah B yang ketinggiannya kira-kira
sama
4. Buka ujung-ujung slang air, tunggu sampai muka air di dalam slang tenang.
5. Stelah air tenang, ukur tinggi muka air slang dari titik A ( misal = hA ) dan muka
air slang dari titik B ( missal = hB )
6. Maka elevai titik B = + 100,000 + ( hA – hB ).
Atau bila dirumuskan :
16
Elevasi B = Elevasi A + ( hA - hB )
2. Dengan Waterpas :
Cara pengukuran elevasi dengan Waterpas ada 2 ( dua ) macam ;
a. Jarak AB < 50 M
b. Jarak 50 M > AB > 100 M
Misalnya akan mengukur elevasi titik B terhadap Titik Referensi A
Peralatan;
1. Patok
2. Waterpas + statip
3. Baak Ukur
4. Pita ukur
a. Jarak AB < 50 M :
Baak ukur
Waterpas
b.tB
t.aA
∆h
A ( + 100,000 )
Teori :
Elevasi B = Elevasi A + ∆h
∆h = ( t.aA – b.tB ), maka :
Caranya :
1. Pasang patok di titik A dan titik B
2. Tempatkan Waterpas di titik A dan di stel
3. Ukur tinggi alat, misalkan = t.aA
4. Tempatkan Baak Ukur di titik B
5. Bidik Baak Ukur baca angka Baak yang terpotong benang tengah
teropong, misalkan = b.tB
Maka Elevasi B = + 100,000 + ( t.aA – b.tB )
b.tB
b.tA
∆h
A ( + 100,000 )
Teori :
Elevasi B = Elevasi A + ∆h
∆h = b.tA – b.tB , sehingga :
Caranya :
1. Pasang patok di titik A dan titik B
2. Tempatkan Waterpas diantara titik A dan titik B
3. Tempatkan Baak Ukur di titik A dan titik B
4. Bidik Baak A, baca angka pada benang tengah, misalkan = b.tA
5. Bidik Baak B, baca angka pada benang tengah, misalkan = b.tB
Maka Elevasi B = + 100,000 + ( b.tA – b.tB ).
3. Dengan Teodolit.
Misalkan akan menghitung elevasi titik B dengan titik Referensi titik A.
Peralatan :
1. Patok
2. Teodolit + statip
3. Baak Ukur
4. Pita Ukur
Baak Ukur
DmAB b.aB
b.tB
b.bB
t AB
b.tB
Teodolit
t.aA
h
18
A ( + 100,000)
Teori:
Elevasi B = Elevasi A + ∆h
∆h = ( t.aA + ∆t ) – b.tB
∆t = cos (HAB) x DmAB
DmAB = ( b.ab – b.bB ) x 100 x sin (HAB)
Sehingga,
Elevasi B = Elevasi A + t.aA + ( b.aB – b.bB ) x 100 x sin (HAB) x cos (HAB) – b.tB
4. Dengan alat ukur Otomatis ( Altimeter ).
Kebanyakan Altimeter hanya menyajikan data elevasi dalam bentuk
angka bulat. Misalnya data yang seharusnya + 123,25 atau + 123,68
Aimeter akan menampilkan data + 124.
Cara menggunakannya, letakkan Altimeter pada titik yakan diukur
elevasinya, dan data elevasi titik tersebut akan muncul pada layar
Altimeter ( untuk Altimeter digital ), sedang untuk Altimeter mekanik data
elevasi akan ditunjukkan oleh jarum penunjuk.
TITIK LENGKUNGAN:
Lengkungan biasanya diperlukan pada bangunan jalan atau saluran atau tanggul
saluran, agar Pengguna jalan merasa nyaman dan aliran air tidak terganggu.
Titik-titik Utama Lengkungan adalah :
1. Titik Awal Lengkungan
2. Titik Tengah Lengkungan
3, Titik Akhir Lengkungan.
Titik-titik sisipan diperlukan untuk memperjelas arah dari lengkungan.
φ
1 Q
2
R R
Teori :
Titil Awal Lengkungan ( T1 ) adalah titik singgung garis lurus yang belum membelok
dengan lengkung, sedang Titik Akhir lengkungan ( T2 ) adalah titik singgung garis
lurus yang telah membelok dengan lengkung. Sehingga garis lurus sebeelum
membelok di titik T1 tegak lurus dengan jari-jari lengkung, dan garis lurus setelah
setelah membelok di titik T2 juga tegak lurus dengan jari-jari lengkung.
Maka :
R / PT1 = R / PT2 = tg (φ/2)
Jadi :
R
PT1 = PT2 = tg( φ/2)
R PT 1
PO = sin (φ/2) atau PO = cos (φ/ 2)
1−sin ( ∅/ 2 )
PQ = R( sin ( ∅ /2 )
)
Peralatan :
1.Patok
2.Teodolit + statip
3. Pita Ukur
Caranya :
1. Pasang patok di titik P ( perpotongan garis sebelum dan sesudah membelok )
2. Tempatkan Teodolit di titik dan distel.
3. Ukur besar sudut belokan, misalkan = φ
4. Dengan nilai R yang sudah ditentukan, hitung PT1 dan PT2 serta PQ dengan
Rumus di atas.
Maka :
- Letak titik T1 :: pada garis sebelum berbelok sejauh PT1 dari titik P
- Letak titik T2 : pada garis setelah berbelok sejauh PT2 dari titik P
- Letak titik Q : pda garis bagi sudut φ , sejauh PQ dari titik Q
R R
Kalau
tg(∝/2)
+ tg( β /2)
> AB
α
1
R R
R
PT1 = PT2 =
tg( φ/2)
8. Dengan telah diketahui nilai sdt. PAB, sdt, PBA , φ dan panjang AB dapat
dihitung panjang PA dan PB dengan Rumus sinus dan sisi-sisi segitiga, sebagai
berikut :
AB PA PB
sin ( φ/2) = sin (sdt . PBA ) = sin (sdt . PAB)
Maka :
10. Jadi :
- Letak T1 di garis sebelum berbelok sejauh AT1 dari titik A.
- Letak T2 di garis serelah berbelok selauh BT2 dar titik B.
R R
11. Kalau::
tg(∝/2)
+ tg( β /2)
> atau = AB , maka lengkungan dihitung dengan
dua sudut belokan, yaitu sudut α dan sudut β.
Karena jarak antara Titik Awal Lengkung dengan Titik Tengah Lengkung dan Titik
Akhir Lengkung cukup jauh, perlu adanya titik-titik tambahan / sisipan agar bentuk
lengkungan dapat terlihat jelas.
Penambahan titik lengkungan ada beberapa cara :
1. Menganggap garis T1T2 sebagai Sunbu Y
2. Menganggap garis PT1 / PT2 sebagai sumbu Y
3. Menggunakan MAL.
φ
Teori :
Q
1 Y1 - T1T2 sumbu X
Sb X - PO sumbu Y
T1 φ/2 Z T2 - Titik 1 terletak pada
lengkung
R - Koordinat titik 1
R X1 dan Y1
Menentukan nilai X :
Nilai X ditentukan berdasarkan jumlah titik sisipan ( n ) yang akan ditambahkan
pada busur T2Q atau T1Q.
ZT 2 ZT 1
Nilai X= atau X =
n+1 (n+1)
Jadi :
R × cos(φ ⋰ 2)
X1 = dan Xi = i x ( X1 )
(n ±1)
23
Y1 = 1 S – OZ 1 S = √ R2−X 2
OZ = R ×sin (φ/2)
Jadi :
Yi = √ R2−X i2 - R ×sin ¿ ¿)
Contoh :
Hitung dan gambar letak Titik Awal,Titik Akhir dan 3 buah Titik Sisipan pada lengkung
dengan jari-jari lengkung R = 120 m dan sudut belokan φ = 100o.
Penyelesaian :
1. PT1 = PT2 = R ; (tg(φ/2)) = 120 m : tg (100o/2) =148 m
2. T1T2 = 2 x R x cos(φ/2) = 154,30 m.
3. ZT1 = ZT2 = 154,30 m : 2 = 77,15
4. Panjang X1 = (77.15) ; ( 3 + 1 ) = 19,28 m
5. Titik-titik sisipan
a. Titik 1 :
X1 = 1 x 19,28 m = 19,29 m.
b. itik 2 :
X2 = 2 x 19,29 m = 38,58 m
c. Titik 3 :
X3 = 3 x 19,29 m = 57,87 m
148 m
Q
Y1 =
24
Y2 =
Y3 =
T1 Z T2
X1 =
77,15 m X2 =
X3 =
ω
1
1
T1 1” 1
Sumbu X
Sumbu Y
25
Yi = 2R x (sin(ω))2
Nilai ω :
ωi = i x ω
Contoh :
Hitung dan gambar titik-titik sisipan pada sebuah lengkung belokan dengan jari-
jari ( R ) = 50 m, sudut belokan ( φ ) = 100o, kalau jumlah titik sisipan = 3 buah.
Penyelesaian :
b. Titik 2 ;
X2 = 2 x 50m x sin(20o) x cos(20o) = 32,14 m
Y2 = 2 x 50m x (sin(20o))2 = 11,70 m
c. Titik 3 :
X3 = 2 x 50m x sin(30o) x cos(30o) = 43,30 m
Y1 = 2 x 50m x (sin(30o))2 = 25,00 m
X3=
X2=
X1=
T1 P
Y1= 1 Sumbu X
ω1=
Y2=
2 ω2=
Y3 =
ω3=
3
Sumbu Y
D’
E’
C’ d x d
x x
d D d
d C E
d
B
R
d
A R
27
B d C’
A d
x
d
Ukuran MAL :
Karena segitiga AOB sebangun dengan segitiga CBC’ , maka :
AO CB CB× AB d×d d2
AB = CC ¿ sehingga : CC’ = AO = R = R
d2
Jadi : X =
R
Cara menggunakan :
1. Untuk memasang titik sisipan 1 :
a. Tempatkan titik B Mal pada titik T1 lengkung
b. Tempatkan tengah-tengah sisi CC’ MAL pada garis sebelum belok
c. Maka titik 1 lengkung terletak pada ujung ekor MAL ( titik A MAL ).
C’ B A
T1 1
T1 1
C
C 2
3
PENGOLAHAN DATA UKUR.
Agar data ukur bermanfaat, maka harus diolah menjadi gambar dan data.
Untuk menghtung koordinat sebuah titik diperlukan adanya titik referensi atau
titik ikat yang sudah diketahui koordinatnya.
Bila sulit untuk mendapatkan ttitik referensi Juru Ukur dapat menentukan
sendiri titik referensi termasuk nilai koordinatnya. Titik referensi yang
ditentukan oleh Juru Ukur dinamakan Titik Referensi Lokal.
Teori :
Sumbu Y
B
YB
A
YA
∆XAB
XA XB Sumbu X
XB = XA + ∆XAB
YB = YA + ∆YAB ,
Sedangkan
∆XAB = D x sin (αAB)
Jadi :
:
L Bac Bac
e Bacaan aan aan
t Baak Ukur Sdt. Sdt.
a V H
k
d
a
n
Titik
t bidi
i
n b.b
g
g
i
a
l
a
t
Utar 26 15
a
A
1 2,700 2,520 2,320 24 05 56 50
,
2
6
1,480 1,300 1,120 47 15 56 50
B
1 2,950 2,720 2,490 21 50 06 30
,
3
1
3,230 3,040 2,850 13 05 52 15
C
1 2,980 2,780 2,570 12 50 34 05
,
3
6
31
Koordinat titik A :
XA = + 200,000 ; YA = + 150,000 ; ZA = + 850,000
αAB = ( 203o 56’ 50” – 288o 26’ 15” ) = 275o 30’ 25”
αBC = 275o 30’ 25”+ 180o – ( 203o 56’ 50” – 29o 06’ 30” ) = 280o 40’ 05”
αCD = 280o 40’ 05”+ 180o – ( 42o 52’ 15” – 224o 34’05” ) = 2820 21’ 55”
4. Menghitung X dan Y:
5. Menghitung Elevasi:
Hitung Elevasi :
Elevasi A = + 800,000
Elevasi B = + 800,000 – 2,110 = + 797,890
Elevasi C = + 797,890 – 2,646 = + 795,244
Elevasi D = + 795,244 – 1,785 = + 793.459
KOORDNAT ELEV
TITIK ASI
X Y Z
+ + +
A 200,00 150,00 800,00
0 0 0
+ + +
B 193,72 104,03 797,89
4 3 0
+ + +
C 187,33 54,596 795,22
7 4
+ + +
D 160,17 8,506 793,45
1 9
- Arah Utara
- Keterangan tanda / kode dalam gambar
- Skala gambar
Contoh :
GAMGAR PETA
DIKTAT PRAKTIS
DAFTAR ISI :
PENGUKURAN SUDUT :
- DENGAN ALAT SEDERHANA
- DENGAN ALAT OPTIS
PENGUKURAN ELEVASI :
39