Anda di halaman 1dari 23

Rancang Bangun Teknologi Pengolahan Limbah

Mengandung Logam Berat


Design of Waste Treatment Technology Contain Heavy Metals
OMAN SULAEMAN*, DINDA RITA K. HARTAJA, IKBAL, RUDI NUGROHO

Pusat Teknologi Lingkungan, Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi. Puspiptek Area, Gedung 820 Geostek, Tangerang
Selatan, Banten 15314

Telp. 021-75791381 Fax. 021-75791403 *e-mail : oman.sulaeman@bppt..go.id.

PENDAHULUAN

Logam berat merupakan parameter yang banyak ditemui di dalam air limbah. Jenis logam
berat yang umum ditemui di dalam air limbah antara lain arsen (As), Timbal (Pb), Merkuri
(Hg), Kadmium (Cd), Kromium (Cr), Zink (Zn), Tembaga (Cu), Perak (Ag), dan Nikel (Ni).

Logam berat yang terbawa ke perairan dapat mengalami bioakumulasi di dalam tubuh
makhluk hidup. Melalui rantai makanan, logam berat dapat masuk ke dalam tubuh manusia.
Karena sifat bioakumulasi tersebut, apabila manusia memakan makanan yang berasal dari
perairan yang tercemar logam berat, maka konsentrasi tertinggi logam berat akan ada di
tubuh manusia. Konsentrasi logam berat yang berlebihan di dalam tubuh sangat berbahaya
karena dapat menimbulkan berbagai gangguan kesehatan.

Peraturan dan perundang-undangan yang dapat dijadikan dasar untuk pelaksanaan program
ini adalah antara lain: (1) Permen LH Nomor 5 Tahun 2014 tentang Baku Mutu Air Limbah, (2)
Pergub DKI No 69 Tahun 2013 tentang Baku Mutu Air Limbah.

Keberadaan logam berat di dalam air limbah menjadi perhatian karena pada konsentrasi yang
tinggi logam berat bersifat toksik. Di dalam instalasi yang memanfaatkan proses pengolahan
secara biologi, keberadaan logam berat dalam konsentrasi tinggi menjadi musuh bagi reaktor.
Toksisitas logam berat dapat mengganggu metabolisme bakteri di dalam reaktor sehingga
otomatis kinerja reaktor juga akan terganggu. Jika konsentrasi logam berat tidak diperhatikan,
bukan hanya terancam tidak lolos baku mutu air limbah, biaya dan waktu yang diperlukan
untuk pemulihan reaktor juga tidak sedikit.

Berdasarkan permasalahan di atas, maka diperlukan pengolahan limbah mengandung logam


berat agar tidak mencemari lingkungan air. Reddhithota, dkk (2007) menyebutkan bahwa
metode elektrokoagulasi merupakan metode pengolahan limbah yang murah dan efektif.
Elektrokoagulasi merupakan metode elektrokimia untuk pengolahan air dimana pada anoda

Bunga Rampai Teknologi Hijau dalam Rangka Rendah Karbon 51


Bab 5. Rancang Bangun Teknologi ... Oman Sulaeman, dkk. ISBN : 978-602-402-076-6

terjadi pelepasan koagulan aktif berupa ion logam ke dalam larutan, sedangkan pada katoda
terjadi reaksi elektrolisis berupa pelepasan gas hidrogen (Hotl et al, 2005).

Pada penelitian ini, metode elektrokoagulasi diaplikasikan pada pengolahan limbah


laboratorium dan limbah elektroplating, dimana elektroda yang digunakan adalah aluminium
(sebagai anoda dan katoda). Metode elektrokoagulasi memiliki beberapa keunggulan
diantaranya yaitu merupakan metode yang sederhana, efisien, baik digunakan untuk
menghilangkan senyawa organik, tanpa penambahan bahan kimia.

Menurut Putero, dkk (2008) faktor – faktor yang mempengaruhi proses elektrokoagulasi
antara lain: kerapatan arus listrik, waktu operasi, tegangan, kadar asam, ketebalan plat, dan
jarak elektroda.

BAHAN DAN METODE

1. Bahan dan Alat

Penelitian dan perakitan reaktor dilakukan di laboratorium Pusat Teknologi Lingkungan, Badan
Pengkajian dan Penerapan Teknologi Kawasan Puspiptek Serpong Tangerang Selatan. Bahan
yang di gunakan antara lain :

 Lempeng aluminium : digunakan untuk anoda maupun katoda dalam reaktor


elektrokaogulasi
 Air limbah : limbah yang digunakan merupakan limbah laboratorium

Peralatan proses penelitian yang digunakan terdiri dari:

 Reaktor Elektrokoagulasi
 Reaktor Pengendap
 Multimedia Filter
 Power Supply DC

2. Metode Penelitian

Penelitian di mulai dari meindentifikasi permasalahan, membuat desain, merencanakan


mekanisme kerja alat, perhitungan komponen, kemudian melakukan pengujian, diharapkan
dengan pengujian yang dilakukan didapat data penelitian sebagai bahan evaluasi kinerja unit
eketrokoagulagi. Adapun alur kerja di gambarkan dalam gambar 5.1.

52 Bunga Rampai Teknologi Hijau dalam Rangka Rendah Karbon


Bab 5. Rancang Bangun Teknologi ... Oman Sulaeman, dkk. ISBN : 978-602-402-076-6

Gambar 5.1. Rancangan penelitian

Bunga Rampai Teknologi Hijau dalam Rangka Rendah Karbon 53


Bab 5. Rancang Bangun Teknologi ... Oman Sulaeman, dkk. ISBN : 978-602-402-076-6

3. Cara Kerja

a. Perencanaan Alur Kerja Unit Elektrokoagulasi

Percobaan yang dilakukan pada tahun 2015 digunakan sebagai dasar dalam perencanaan
reaktor elektrokoagulasi yang akan digunakan dalam penelitian ini. Dari evaluasi dan
perhitungan percobaan tahun sebelumnya, maka diperoleh hasil desain alur kerja reaktor
elektrokoagulasi seperti terlihat pada gambar di bawah ini.

Gambar 5.2. Perencanaa alur kerja unit Elektrokoagulasi

b. Desain Reaktor

Desain Reaktor Elektrokoagulasi

Reaktor elektrokoagulasi yang akan digunakan merupakan reaktor dengan tipe upflow
yakni air limbah dialirkan dari bawah reaktor hingga atas reaktor kemudian terjadi luapan
sebagai outletnya. Pada saat aliran mengalir dari bawah hingga atas reaktor, disitulah
terjadi proses pengolahan. Kemudian setelah itu limbah akan meluap ke bak pengendap.
Berikut ini adalah gambar desain reaktor elektrokoagulasi yang akan digunakan dalam
penelitian kali ini.

54 Bunga Rampai Teknologi Hijau dalam Rangka Rendah Karbon


Bab 5. Rancang Bangun Teknologi ... Oman Sulaeman, dkk. ISBN : 978-602-402-076-6

Gambar 5.3. Desain Reaktor Elektrokoagulasi

Spesifikasi reaktor adalah sebagai berikut

 Bentuk : Rectangular
 Ukuran : 60cm x 50cm x 65cm
 Bahan : FRP tahan panas hingga 80oC
 Elektroda : Anoda & Katoda menggunaka aluminium
 Aliran sistem upflow
 Dilengkapi dengan dudukan aluminium, inlet, outlet dan drain

Desain Reaktor Sedimentasi

Sedimentasi adalah suatu proses yang bertujuan untuk memisahkan / mengendapkan zat -
zat padat atau tersuspensi non koloidal dalam air. Pengendapan dapat dilakukan dengan
memanfaatkan gaya gravitasi.

Cara yang sederhana adalah dengan membiarkan padatan mengendap dengan sendirinya.
Setelah partikel - partikel mengendap maka air yang jernih dapat dipisahkan dari padatan
yang semula tersuspensi di dalamnya. Cara lain yang lebih cepat dengan melewatkan air
pada sebuah bak dengan kecepatan tertentu sehingga padatan terpisah dari aliran air
tersebut dan jatuh ke dalam bak pengendap.

Di dalam proses elektrokoagulasi, akan terbentuk partikel yang mengendap (endapan) dan
partikel yang mengapung (scum). Oleh karena itu, pada reaktor sedimentasi ini dilengkapi
dengan penampung scum (scum ditch) dan screaper yang berfungsi mengarahkan scum ke
dalam penampung scum.

Bunga Rampai Teknologi Hijau dalam Rangka Rendah Karbon 55


Bab 5. Rancang Bangun Teknologi ... Oman Sulaeman, dkk. ISBN : 978-602-402-076-6

Berikut ini adalah gambar desain reaktor sedimentasi yang akan digunakan dalam
penelitian kali ini.

Gambar 5.4. Desain Reaktor Sedimentasi

Spesifikasi reaktor adalah sebagai berikut

 Bentuk : Rectangular
 Ukuran : 120cm x 50cm x 115cm
 Bahan : FRP
 Dilengkapi dengan penampung scum, screaper, baffle, inlet, outlet, dan drain

56 Bunga Rampai Teknologi Hijau dalam Rangka Rendah Karbon


Bab 5. Rancang Bangun Teknologi ... Oman Sulaeman, dkk. ISBN : 978-602-402-076-6

Desain Tangki Umpan, Tangki Air Olahan, Tangki Penampung Lumpur

Gambar 5.5. Desain Tangki umpan, tangki air olahan, tangki penampung lumpur

Spesifikasi reaktor adalah sebagai berikut

 Bentuk : Rectangular
 Ukuran : 30 cm x 50 cm x 70 cm
 Bahan : acrylik
 Dilengkapi dengan, inlet, outlet, dan drain

Desain Filter Pasir dan Filter Karbon Aktif

Dalam penelitian kali ini, adsorpsi logam berat dilakukan dengan menggunakan karbon
aktif dan silika yang diletakkan dalam sebuah reaktor. Desain reaktor adsorpsi yang
digunakan adalah sebagai berikut:

Bunga Rampai Teknologi Hijau dalam Rangka Rendah Karbon 57


Bab 5. Rancang Bangun Teknologi ... Oman Sulaeman, dkk. ISBN : 978-602-402-076-6

Gambar 5.6. Desain Reaktor Sistem Adsorpsi

Spesifikasi reaktor adalah sebagai berikut

 Bentuk : Rectangular
 Ukuran : 50cm x 40cm x 65cm
 Bahan : FRP
 Media : Silika dan Karbon Aktif
 Aliran sistem upflow
 Dilengkapi dengan strainer, weir, inlet, outlet dan drain

Desain Skeed

Gambar 5.7. Desain skeed unit elektrokoagulasi

58 Bunga Rampai Teknologi Hijau dalam Rangka Rendah Karbon


Bab 5. Rancang Bangun Teknologi ... Oman Sulaeman, dkk. ISBN : 978-602-402-076-6

Spesifikasi skeed adalah sebagai berikut

 Ukuran : 135 cm x 190 cm x 160 cm


 Bahan : hollow 40mm x 60mm
 Dilengkapi dengan, roda

c. Desain Kelistrikan

Komponen Kelistrikan Elektrokoagulasi terdiri dari:

Tabel 5.1. Komponen Utama Kelistrikan Sistem Elektrokoagulasi

No. Nama Komponen Spesifikasi Jumlah


1 MCB 16 A 1 Buah
10 A 1 Buah
4A 1 Buah
2A 2 Buah
2 Kontaktor 3 x 10 A 4 Buah
3 Overload 12 A 1 Buah
4 Pilot Lamp 220 VAC 6 Buah
5 Selector Switch 10 A 5 Buah

Dalam perancangan ini MCB digunakan sebagai pembagi arus sekaligus sebagai pengaman
hubungan pendek arus listrik. MCB ukuran 16 A digunakan sebagai sumber arus utama.
Dari MCB utama tersebut kemudian dibagikan ke 4 buah MCB dengan rincian sebagai
berikut:

 MCB 10 A : digunakan untuk power supply DC


 MCB 4 A : digunakan untuk motor skimmer
 MCB 2 A : digunakan untuk pompa filtrasi
 MCB 2 A : digunakan untuk pompa umpan

Kontaktor dalam perancangan ini digunakan sebagai saklar magnetis tiap komponen.
Kontaktor yang digunakan memiliki 3 buah kontak utama dan 2 buah kontak bantu
masing-masing NO dan NC. Kontaktor yang digunakan berkapasitas 3 x 10 A.

Overload digunakan untuk beban yang membutuhkan tingkat proteksi arus yang tinggi.
Dalam perancangan ini overload dipasang pada kontaktor power supply DC. Overload yang
dipasang memiliki variasi arus mulai dari 3 A sampai 12 A.

Pilotlamp dipasang sebagai indikator masing-masing beban telah bekerja. Pilotlamp


dihubungkan ke kontak bantu NO masing-masing kontaktor. Dalam perancangan ini

Bunga Rampai Teknologi Hijau dalam Rangka Rendah Karbon 59


Bab 5. Rancang Bangun Teknologi ... Oman Sulaeman, dkk. ISBN : 978-602-402-076-6

terdapat 6 buah pilotlamp. 4 buah untuk beban, 1 buah indikator otomatis, dan 1 buah
untuk indikator Line hidup.

Empat Selector Switch dipasang untuk menghidupkan kontaktor sedangkan 1 Selector


Switch digunakan untuk menghidupka rellay yang mana rellay tersebut berfungsi untuk
menghiddupkan sistem secara otomatis. Switch Selector dipasang pada Line yang menuju
koil kontaktor yakni berfungsi untuk memutus dan menyambung arus. Gambar 5.8 berikut
ini adalah gambar Wiring Diagram sistem Elektrokoagulasi.

LINE 220 VAC

16 A

16 A

10 A 4A 2A 2A

PI LOT
LAMP

NO NO NO NO

A1 A1

Rella y Rellay
A2 A2

NO NO NO NO

NC NO A1 NC NO A1 NC NO A1 NC NO A1

NC NO A2 NC NO A2 NC NO A2 NC NO A2

Ove rload 12 A PILOT


NO NO NC NC LAMP

PI LOT PILOT PILOT PILOT


LAMP LAMP LAMP LAMP

M M M M

DC
Pompa Feed Pompa Filter Scrape r
Inve rte r

NETRAL

Gambar 5.8. Wiring Diagram sistem Elektrokoagulasi

60 Bunga Rampai Teknologi Hijau dalam Rangka Rendah Karbon


Bab 5. Rancang Bangun Teknologi ... Oman Sulaeman, dkk. ISBN : 978-602-402-076-6

d. Analisis Data

Secara umum, persamaan reaksi yang terjadi pada anoda dan katoda dapat ditulis sebagai
berikut:

Senyawa dominan yang dihasilkan dari interaksi kation logam dengan ion hidroksi
tergantung pada kondisi pH larutan. Untuk kasus anoda alumuniummaka reaksi yang
terjadi adalah:

Kation bermuatan tinggi (seperti Al3+) mendestabilisasi beberapa partikel koloid


denganmembentuk polivalen polihidroksi komplek. Senyawa komplek ini mempunyaisisi
yang mudah diadsorbsi, membentuk gumpalan (aggregates) dengan polutan. Pelepasan
gas hidrogen akan membantu pencampuran dan pembentukan flok. Flok yang dihasilkan
oleh gas hidrogen akan diflotasikan kepermukaan reaktor.

Ada beberapa macam interaksi spesies dalam larutan pada proses elektrokoagulasi, yaitu:

 Migrasi ke elektroda yang bermuatan berlawanan (electrophoresis) dan


penggabungan (aggregation) untuk membentuk senyawa netral.
 Kation atau ion hidroksi (OH-) membentuk endapan dengan polutan.
 Logam kation berinteraksi dengan OH- membentuk hidroksi, yang mempunyai sisi
yang mengadsorbsi polutan (bridge coagulation)
 Hidroksi membentuk struktur besar dan membersihkan polutan (sweepcoagulation)
 Oksidasi polutan sehingga mengurangi toxicitinya
 Penghilangan melalui elektroflotasi dan adhesi gelembung udara.

Proses ini dapat mengambil lebih dari 99% kation beberapa logam beratdan dapat juga
membunuh mikroorganisme dalam air. Proses ini juga dapatmengendapkan koloid-koloid
yang bermuatan dan menghilangkan ion-ion lain,koloid-koloid, dan emulsi-emulsi dalam
jumlah yang signifikan.

Bunga Rampai Teknologi Hijau dalam Rangka Rendah Karbon 61


Bab 5. Rancang Bangun Teknologi ... Oman Sulaeman, dkk. ISBN : 978-602-402-076-6

Elektrokoagulasi seringkali dapat menetralisir muatan-muatan partikel dan ion, sehingga


bisa mengendapkan kontaminan-kontaminan, menurunkan konsentrasi lebih rendah dari
yang bisa dicapai dengan pengendapan kimiawi, dan dapat menggantikan dan/atau
mengurangi penggunaan bahan-bahan kimia yang mahal (garam logam, polimer).

Meskipun mekanisme elektrokoagulasi mirip dengan koagulasi kimiawi dalam hal spesies
kation yang berperan dalam netralisasi muatan-muatan permukaan, tetapi karakteristik
flok yang dihasilkan oleh elektrokoagulasi berbeda secara dramatis dengan flok yang
dihasilkan oleh koagulasi kimiawi. Flok dari elektrokoagulasi cenderung mengandung
sedikit ikatan air, lebih stabil dan lebih mudah disaring.

HASIL DAN PEMBAHASAN

1. Karakteristik Limbah

Air limbah laboratorium dapat mengandung bermacam – macam spesi kimia bergantung
kepada jenis laboratorium yang dioperasikan, misalnya laboratorium klinik, laboratorium non-
klinik, atau laboratorium radiasi. Spesifikasi kimia yang terdapat dalam air limbah
kemungkinan dapat bersifat asam (baik asam lemah maupun asam kuat), basa (basa lemah
atau basa kuat), amfoter (berkelakuan sebagai asam atau basa bergantung kepada kondisi
lingkungan). Selain itu spesi tersebut dapat berupa bahan kimia organik maupun anorganik.

Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 101 Tahun 2014 tentang Pengelolaan Limbah
Bahan Berbahaya dan Beracun limbah laboratorium tergolong ke dalam limbah B3. Terdapat
dua klasifikasi limbah B3 yaitu kategori 1 dan kategori 2. Suatu limbah dinyatakan sebagai B3
kategori 1 apabila memenuhi paling tidak satu kriteria dalam Tabel 5.2. di bawah ini:

Tabel 5.2. Kriteria limbah B3 kategori 1

Karakteristik limbah
Organoleptic Toxic
 Mudah meledak (explosive)  Memiliki nilai toxicity characteristik leaching
 Mudah menyala (flammable) procedure (TCLP) : TCLP > A (lampiran 3
 Bersifat korosif (corrosive) PP101/2014)
 Bersifat infeksius (infectius)  Memiliki nilai lethal dose-50 (LD50) dalam
 Bersifat reaktif (reactive) kisaran (satuan mg/kg bobot hewan uji): LD50
 Beracun (toxic) ≤ 50

Sedangkan suatu limbah B3 dinyatakan sebagai kategori 2 apabila tidak memiliki karakteristik
sebagai kategori 1 namun memiliki karakteristik seperti tertera dalam Tabel 5.3 berikut ini.

62 Bunga Rampai Teknologi Hijau dalam Rangka Rendah Karbon


Bab 5. Rancang Bangun Teknologi ... Oman Sulaeman, dkk. ISBN : 978-602-402-076-6

Tabel 5.3. Kriteria limbah B3 kategori 2

 Memiliki nilai toxicity characteristik leaching procedure


(TCLP) : B<TCLP≤A (lampiran 3 PP101/2014)
Karakteristik limbah
 Memiliki nilai lethal dose-50 (LD50) dalam kisaran (satuan
mg/kg bobot hewan uji): 50 < LD50 ≤ 5000

Sesuai dengan Lampiran 1 dari PP 101/2014 limbah laboratorim dapat berasal dari sumber
spesifik atau sumber tidak spesifik. Hal-hal yang menjadi pertimbangan dalam menempatkan
limbah laboratorium sebagai Limbah B3 kategori 1 atau kategori 2 ditunjukkan pada Tabel 5.4.

Tabel 5.4. Lampiran 1 dari PP101/2014

Kode
Kegiatan Sumber Keterangan limbah Kategori
limbah
Laboratorium Tidak spesifik Mengandung bahan B3 A106d 1

Infeksius A337-1 1

 Laboratorium Produk farmasi kadaluarsa A337-2 1


rumah sakit
Rumah sakit dan klinik Bahan kimia kadaluarsa A337-3 1
dan pelayanan  Fasilitas
Alat terkontaminasi B3 A337-4 1
kesehatan insinerator
(kode 37)  IPAL rumah Mengandung logam berat A337-5 1
sakit dan
klinik Kemasan produk farmasi B337-1 2

Sludge IPAL B337-2 2

Laboratorium Bahan kimia kadaluarsa A338-1 1


Seluruh jenis
riset dan
laboratorium Alat terkontaminasi B3 A338-2 1
komersial
kecuali dari
termasuk Residu sampel B3 A338-3 1
kegiatan kode
industri
37
(kode 38) Sludge IPAL A338-4 1

Pada Tabel 5.5. dan Tabel 5.6. ditunjukkan tipikal karekteristik air limbah untuk laboratorium
kimia dan laboratorium kesehatan.

Bunga Rampai Teknologi Hijau dalam Rangka Rendah Karbon 63


Bab 5. Rancang Bangun Teknologi ... Oman Sulaeman, dkk. ISBN : 978-602-402-076-6

Tabel 5.5. Karakteristik air limbah laboratorium kimia

Paremeter Satuan Nilai


pH - 2,45
TDS (total dissolved solid) mg/L 8997
TSS (total suspended solid) mg/L 367
Kekeruhan (turbidity) NTU 45,64
COD (chemical oxygen demand) mg/L 2668,55
Nilai KmnO4 mg/L 23,91
Fe mg/L 75,54
Mn mg/L 1,8799
Cr mg/L 3,3681
o
Suhu C 26

Tabel 5.6. Karakteristik air limbah laboratorium kesehatan

Paremeter Satuan Nilai


pH - 2,00
TDS (total dissolved solid) mg/L 11.246
DO (dissolved oxygen) mg/L 3,94
COD (chemical oxygen demand) mg/L 988
Fe mg/L 20,91

Pada percobaan kali ini, air limbah yang digunakan adalah limbah yang berasal dari sisa analisa
beberapa laboratorium lingkungan yang berada di wilayah Jakarta. Secara teori, karakteristik
air limbah yang digunakan adalah mengandung logam berat khususnya kromium, karena
sebagian besar sisa analisa laboratoriumnya adalah sisa pengujian COD. Untuk mengetahui
besarnya kandungan logam berat yang terkandung di dalam air limbah tersebut, maka
dilakukan analisa terhadap air limbah tersebut. Pengujian sampel dilakukan di laboratorium
Balai Teknologi Lingkungan BPPT, dengan hasil sebagai berikut:

Tabel 5.7. Uji Karakteristik Sampel Limbah Laboratorium

No Parameter Satuan Baku Mutu Kons. Air Limbah


1. COD mg/l 100 6570
2. DHL mg/l 652
3. Krom (Cr) mg/l 0.5 3.81
4. Perak (Ag) mg/l 0.5 1.15
5. Timbal (Pb) mg/l 0.1 0.03
6. Raksa (Hg) mg/l 0.02 0.003
Sumber : Hasil Analisa, 2016

64 Bunga Rampai Teknologi Hijau dalam Rangka Rendah Karbon


Bab 5. Rancang Bangun Teknologi ... Oman Sulaeman, dkk. ISBN : 978-602-402-076-6

Dari hasil analisa di atas, parameter yang melebihi baku mutu adalah Krom (Cr) dan Perak
(Ag). Hal ini dikarenakan sebagian besar limbah berasal dari sisa analisa COD. Untuk
mengetahui efektifitas elektrokoagulasi dalam menghilangkan logam berat pada air limbah,
maka digunakan 2 parameter logam yang melebihi baku mutu.

2. Teknologi Elektrokoagulasi untuk Mengolah Limbah Mengandung Logam Berat

Koagulasi adalah sebuah proses yang digunakan untuk destabilisasi dan penggumpalan
partikel – partikel kecil menjadi partikel yang lebih besar. Kontaminan – kontaminan air
seperti ion – ion logam berat dan koloid (organik dan anorganik) terdapat dalam larutan
utamanya disebabkan oleh muatan listrik. Molekul koloid dapat didestabilisasi dengan cara
menambahkan ion – ion yang muatannya berlawanan dengan muatan koloid tersebut.
Destabilisasi koloid tesebut akan menghasilkan flok dan kemudian dipisahkan dengan flotasi,
sedimentasi dan/atau filtrasi.

Koagulasi secara kimia merupakan proses pengolahan limbah menggunakan bahan koagulan
seperti alum atau feri klorida dan bahan aditif lain seperti polielektrolit yang ditambahkan
dengan dosis tertentu untuk menghasilkan persenyawaan yang berpartikel besar sehingga
mudah dipisahkan secara fisika. Kekurangan dari koagulasi secara kimia antara lain:

 merupakan proses dengan tahap yang banyak sehingga memerlukan area lahan
yang luas dan ketersediaan bahan kimia secara terus – menerus (continous).
 cenderung menghasilkan lumpur relatif banyak, dengan kandungan air yang tinggi
sehingga memperlambat proses filtrasi dan mempersulit proses penghilangan air
(dewater).
 cenderung meningkatkan kandungan TDS dalam effluent, sehingga menyebabkan
proses ini tidak dapat digunakan dalam aplikasi industri.
 biaya pengolahan yang tinggi

Koagulasi secara listrik (elektrokoagulasi) yaitu proses koagulasi yang terbentuk melalui
pelarutan logam dari anoda yang kemudian berinteraksi secara simultan dengan ion hidroksi
dan gas hidrogen yang dihasilkan dari katoda. Hasil interaksi kation logam dengan ion
hidroksida dan gas hidrogen inilah yang kemudian bertindak sebagai koagulan.

Prinsip kerja electrocoagulation (EC) adalah proses destabilisasi kontaminan tersuspensi dan
teremulsi didalam media larutan dengan menggunakan arus listrik. Proses elektrokoagulasi
terbentuk melalui pelarutan logam dari anoda yang kemudian berinteraksi secara simultan
dengan ion hidroksi dan gas hidrogen yang dihasilkan dari katoda. Elektrokoagulasi telah ada
sejak tahun 1889 yang dikenalkan oleh Vik et al dengan membuat suatu instalasi pengolahan
untuk limbah rumah tangga (sewage). Tahun 1909 di United Stated, J.T. Harries telah
mematenkan pengolahan air limbah dengan sistem elektrolisis menggunakan anoda

Bunga Rampai Teknologi Hijau dalam Rangka Rendah Karbon 65


Bab 5. Rancang Bangun Teknologi ... Oman Sulaeman, dkk. ISBN : 978-602-402-076-6

alumunium dan besi. Matteson (1995) memperkenalkan “Electronic Coagulator” dimana arus
listrik yang diberikan ke anoda akan melarutkan Alumunium ke dalam larutan yang kemudian
bereaksi dengan ion hidroksi (dari katoda) membentuk aluminium hidroksi. Hidroksi
mengflokulasi dan mengkoagulasi partikel tersuspensi sehingga terjadi proses pemisahan zat
padat dari air limbah.

Kation bermuatan tinggi mendestabilisasi beberapa partikel koloid dengan membentuk


polivalen polihidroksi komplek. Senyawa komplek ini mempunyai sisi yang mudah diadsorbsi,
membentuk gumpalan (aggregates) dengan polutan. Pelepasan gas hidrogen akan membantu
pencampuran dan pembentukan flok. Flok yang dihasilkan oleh gas hidrogen akan diflotasikan
kepermukaan reaktor.

Ada beberapa interaksi spesies dalam larutan pada proses elektrokoagulasi, yaitu :

 Migrasi ke elektroda yang bermuatan berlawanan (electrophoresis) dan penggabungan


(aggregation) untuk membentuk senyawa netral.
 Kation atau ion hidroksi (OH-) membentuk endapan dengan polutan.
 Logam kation berinteraksi dengan OH membentuk hidroksi, yang mempunyai sisi yang
mengadsorbsi polutan (bridge coagulation)
 Hidroksi membentuk struktur besar dan membersihkan polutan (sweep coagulation)
 Oksidasi polutan sehingga mengurangi toxicitinya
 Penghilangan melalui elektroflotasi dan adhesi gelembung udara.

Proses ini dapat mengambil lebih dari 99 % kation beberapa logam berat dan dapat juga
membunuh mikroorganisme dalam air. Proses ini juga dapat mengendapkan koloid-koloid
yang bermuatan dan menghilangkan ion-ion lain, koloid-koloid, dan emulsi-emulsi dalam
jumlah yang signifikan. (Renk, 1989; Duffey, 1983; Fraco, 1974). Kelebihan Elektrokoagulasi
antara lain adalah :

 Biaya proses lebih murah


 Lahan yang dibutuhkan relatif kecil
 Proses pengerjaan/pemakaian alat sangat sederhana
 Hampir sama sekali tidak membutuhkan Bahan Kimia
 Mampu mengolah berbagai macam jenis limbah cair
 Sludge yang dihasilkan lebih sedikit
 Resiko pengerjaan sangat kecil
 Waktu pengerjaan lebih cepat

Pada percobaan kali ini, pengolahan air limbah yang digunakan adalah gabungan proses
elektrokoagulasi, sedimentasi, filtrasi dengan saringan pasir dan adsorpsi dengan filter karbon

66 Bunga Rampai Teknologi Hijau dalam Rangka Rendah Karbon


Bab 5. Rancang Bangun Teknologi ... Oman Sulaeman, dkk. ISBN : 978-602-402-076-6

aktif. Unit ini diaplikasikan untuk mengolah air limbah laboratorium. Diagram proses
pengolahannya dapat dilihat seperti pada Gambar 9.

Air limbah yang mengandung logam berat berasal dari air limbah laboratoriom dikumpulkan
dan ditampung di dalam tangki penampung air limbah. Selanjutnya air limbah dipompa ke
dalam tangki antara. Dari tangki tersebut, air limbah dipompa ke reaktor elektrokoagulasi
untuk menggumpalkan dan mengendapkan kotoran padatan tersuspensi serta logam berat
yang ada di dalam air limbah.

Gambar 5.9. Diagram Pengolahan Air Limbah Laboratorium Dengan Proses Elektrokoagulasi

Dari tangki reaktor elektrokoagulasi air limbah dialirkan ke tangki sedimentasi. Di dalam tangki
sedimentasi, kotoran padatan yang telah menggumpal akan mengapung di permukaan dan
selajutnya di skrap masuk ke ruang lumpur dan ditampung di tangki penampung lumpur. Air
olahannya kemudian dialirkan ke filter pasir untuk memisahkan kotoran padatan yang masih
melayang. Filter pasir yang digunakan adalah dengan sistem aliran Up Flow (aliran dari bawah
ke atas). Air limpasan dari filter pasir kemudian dilairkan ke tangki adsorpsi karbon aktif untuk
mengadsorp logam berat yang masih tersisa. Selanjutnya air yang keluar dari tangki adsorpsi
merupakan air olahan dan ditampung di tangki air olahan. Berikut ini adalah hasil unit rancang
bangun teknologi pengolahan limbah mengandung logam berat.

Bunga Rampai Teknologi Hijau dalam Rangka Rendah Karbon 67


Bab 5. Rancang Bangun Teknologi ... Oman Sulaeman, dkk. ISBN : 978-602-402-076-6

Gambar 5.10. Hasil Rancang Bangun Sistem Elektrokoagulasi

Gambar 5.11. Lempengan Alumunium pada Reaktor Elektrokoagulasi

3. Uji Coba Kinerja Alat

Kegiatan pengujian kinerja unit elektrokoagulasi ini bertujuan untuk mengetahui kinerja unit
elektrokoagulasi dalam menurunkan parameter air limbah, yaitu: chemical oxygen demand
(COD) dan perak (Ag) dan Krom.

68 Bunga Rampai Teknologi Hijau dalam Rangka Rendah Karbon


Bab 5. Rancang Bangun Teknologi ... Oman Sulaeman, dkk. ISBN : 978-602-402-076-6

Pada uji coba kinerja sistem elektrokoagulasi, kondisi operasional yang digunakan adalah
sebagai berikut:

 Debit air limbah : 200 liter/menit


 Waktu kontak reaktor elektrokoagulasi : 30 menit
 Arus Listrik : 20 Ampere
 Voltage : 4,5 Volt
 Waktu tinggal di reaktor sedimentasi : 3 jam = 180 menit

Dari data di atas, maka perhitungan energi dalam percobaan ini adalah, sebagai berikut:

 Daya : 4,5 Volt x 20 ampere = 90 Watt


 Energi : 90 watt x 3,5 jam = 315 Wh
 Volume Elektrokoagulasi : 100 liter
 Volume Sedimentasi : 400 liter
 Energi / Volume : 315 Wh / 500 liter = 0.63 kWh/m3

Jika diasumsikan biaya listrik per kWh adalah Rp 1.300,- maka biaya kebutuhan listrik per 1 m3
pengolahan limbah sebesar Rp 1.300,- x 0.63 kWh/m3 = Rp 819,- / m3.

4. Hasil Analisa Pengujian Kandungan Logam Berat

Dalam penelitian ini difokuskan hanya mengamati 2 logam berat, yaitu Kromium dan Perak.
Karena dalam uji pendahuluan sampel yang akan dijadikan air baku dalam penelitian ini,
kedua logam ini terdeteksi yang paling tinggi diantara logam – logam yang lain. Adapun hasil
pengujian kinerja terhadap air limbah laboraturium adalah sebagai berikut:

a. Kromium (Cr)

Gambar 5.12. Grafik Analisa Penurunan Konsentrasi Kromium

Bunga Rampai Teknologi Hijau dalam Rangka Rendah Karbon 69


Bab 5. Rancang Bangun Teknologi ... Oman Sulaeman, dkk. ISBN : 978-602-402-076-6

Dari grafik diatas, diketahui bahwa proses elektrokoagulasi dan adsorbsi logam mampu
menurunkan kadar kromium hingga 88%. Rata – rata konsentrasi kromium di inlet sebesar
3.48 mg/l mampu diturunkan hingga rata – rata konsentrasi pada outlet sebesar 0.245
mg/l. Grafik diatas menunjukkan bahwa konsentrasi kromium pada outlet / hasi akhir telah
memenuhi baku mutu lingkungan.

Untuk efisiensi kinerja reaktor elektrokoagulasi untuk penurunkan konsentrasi kromium


adalah 50%. Sedangkan pada reaktor sedimentasi efisiensinya adalah 31%, dan reaktor
adsorbsi adalah 63%.

b. Perak (Ag)

Gambar 5.13. Grafik Analisa Penurunan Konsentrasi Perak

Dari grafik diatas, diketahui bahwa proses elektrokoagulasi dan adsobsi logam mampu
menurunkan kadar perak hingga 95%. Rata – Rata Konsentrasi perak di inlet sebesar 1.07
mg/l mampu diturunkan hingga konsentrasi 0.07 mg/l. Grafik diatas menunjukkan bahwa
konsentrasi perak pada outlet / hasi akhir telah memenuhi baku mutu lingkungan.

Untuk efisiensi kinerja reaktor elektrokoagulasi untuk penurunkan konsentrasi perak


adalah 63%. Sedangkan pada reaktor sedimentasi efisiensinya adalah 81%, dan reaktor
adsorbsi adalah 22%.

70 Bunga Rampai Teknologi Hijau dalam Rangka Rendah Karbon


Bab 5. Rancang Bangun Teknologi ... Oman Sulaeman, dkk. ISBN : 978-602-402-076-6

c. Chemical Oxygen Demand (COD)

Gambar 5.14. Grafik Analisa Penurunan Konsentrasi COD

Dari grafik diatas, diketahui bahwa proses elektrokoagulasi dan adsobsi logam mampu
menurunkan kadar COD 80%. Konsentrasi COD di inlet sebesar 2014 mg/l mampu
diturunkan hingga konsentrasi 375 mg/l. Tetapi jika dilihat dari grafik diatas, konsentrasi
COD pada outlet masih diatas baku mutu yang diijinkan. Sehingga perlu pengolahan lebih
lanjut sebelum dibuang ke badan lingkungan.

KESIMPULAN

 Untuk konsentrasi Krom dan Perak di dalam air olahan sudah memenuhi baku mutu yakni
0,5 mg/l. Tetapi untuk COD masih belum memenuhi baku mutu air limbah yakni masih
lebih besar 100 mg/l. Hal ini dapat disimpulkan bahwa alat tersebut cocok digunakan untuk
pengolahan pendahuluan (Pretreatment) air limbah yang mengandung polutan zat organik
dan logam berat (Cr dan Ag), selanjutnya air olahan dari alat tersebut diolah dengan
menggunakan proses biologis.

 Berdasarkan hasil pegujian yang telah dilakukan, teknologi Elektrokoagulasi ini mampu
menurunkan parameter chemical oxygen demand (COD) dan perak (Ag) dan Krom.
Walaupun masih perlu penyempurnaan, namun secara umum teknologi ini sudah siap
diaplikasi dengan kondisi lingkungan yang sebenarnya yaitu untuk mengolah air limbah
yang dihasilkan dari laboratorium.

Bunga Rampai Teknologi Hijau dalam Rangka Rendah Karbon 71


Bab 5. Rancang Bangun Teknologi ... Oman Sulaeman, dkk. ISBN : 978-602-402-076-6

Ucapan Terimakasih

Terimakasih kepada seluruh Troika DIPA PPTL 2016 yang telah memberikan support dan
bimbingan secara terus- menerus sehingga pengujian pengolahan limbah ini berhasil
dilakukan dengan baik.

DAFTAR PUSTAKA

1. Asli Baysal, Nil Ozbek and Suleyman Akman (2013). Determination of Trace Metals in
Waste Water and Their Removal Processes, Waste Water – Treatment Technologies
and Recent Analytical Developments, Prof. Fernando Sebastián García Einschlag (Ed.),
ISBN: 978-953-51-0882-5, InTech, DOI: 10.5772/52025.

2. Ayers,D.M., Davis, A.P., Gietka, P.M., “ Removal Heavy Metals From Wastewater”,
Engineering Research Center Report, University Of Maaryland, 1994.

3. Benefiled, L.D., Judkins, J.F., and Weand, B.L., "Process Chemistry For Water And Waste
Treatment", Prentice Hall, Inc., Englewood, 1982.

4. Cheremisinoff, Paul N., Handbook of Water and Wastewater Treatment Technology,


Marcel Dekker, Inc., New York, 1995.

5. Degremot, “ Water Treatment Handbook “, Lavoisier Publishing, Sixth edition, 1991.

6. Design Criteria for Waterworks Facilities, Japan Water Works Association (JWWA),
1978.

7. Eilbeck, W.J, Mattock, G., "Chemical Processes in wastewater Treatment", Ellis


Horwood Series In Water and Wastewater Technology, London.1987

8. H.K. Alluri et.al., « Biosorption: An eco-friendly alternative for heavy metal removal”,
African Journal of Biotechnology, vol. 6 (25) (pp. 2924-2931), 28 December 2007.

9. https://www2.chemistry.msu.edu/courses/cem837/Anodic%20Stripping%20Voltamme
try.pdf (diakses 5 September 2014)

10. Metcalf and Eddy, 2004, Wastewater Engineering 4th edition, McGraw Hill
International Editions, New York.

11. Mukimin A. 2006. Pengolahan limbah industri berbasis logam dengan teknologi
elektrokoagulasi flotasi. [Thesis]. Semarang: Universitas Diponegoro.

12. Purba M. 2002. Kimia untuk SMA Kelas XII. Jakarta: Erlangga

13. Vepsalainen M. 2012. Electrocoagulation in the treatment of industrial waters and


wastwaters. [Disertasi]. Finland: Lappeenranta University of Technology

72 Bunga Rampai Teknologi Hijau dalam Rangka Rendah Karbon


Bab 5. Rancang Bangun Teknologi ... Oman Sulaeman, dkk. ISBN : 978-602-402-076-6

PROFIL PENULIS

Oman Sulaeman lahir di Jakarta, 04 februari 1976 dan menyelesaikan


jenjang pendidikan D3 pada tahun 2006 di AMIK Bina Sarana
Informatika dan melanjutkan pendidikan kejenjang S1 (sarjana) pada
tahun 2014 di STMIK Nusa Mandiri. Pria kelahiran 1976 ini pertama kali
bergabung dengan Pusat Teknologi Lingkungan, TPSA – BPPT pada
tahun 2009. Aktif pada kegiatan di elompok air salah satu kelompok
yang ada di Pusat Teknologi Lingkungan. Dapat mengoperasikan
program seperti autocad, photoshop, schet up, visual basic, html dan
beberapa program design lainnya. Pada kegiatan di pusat teknologi
lingkungan melaksanakan kegiatan dipa dan non-dipa, seperti menjadi salah satu tim dalam
kegiatan sistem perencanaan air, air limbah dan drainase untuk teknopark pelalawan, serta
aktif dalam kegiatan dalam merawat arsinum dan ipal yang ada di gedung geostech.

Dinda Rita K. Hartaja lahir di Semarang pada tanggal 31 Maret 1987.


Latar belakang pendidikan sarjana (S1) Teknik Lingkungan Universitas
Diponegoro, dengan mengambil judul skripsi Studi Kehilangan Air
Akibat Kebocoran Pipa PDAM. Selain itu, sejak tahun 2010 hingga 2012
mengawali karir sebagai konsultan dan HSE di sebuah perusahaan
swasta. Semenjak tahun 2013, bekerja di Badan Pengkajian dan Penerapan
Teknologi (BPPT) pada unit kerja Pusat Teknologi Lingkungan (PTL).
Selama bekerja di BPPT telah terlibat aktif dalam berbagai kegiatan
pengkajian dan penerapan teknologi baik bersifat penelitian/ kajian, teknologi transfer antar
lembaga/ negara, dan diseminasi teknologi. Beberapa kegiatan terkait yang pernah dilakukan
antara lain Pembangunan IPAL Gedung Geostek (2013), Uji Coba Kinerja Pilot Plant IPAL
Lindi (2014), Pengolahan Limbah Mengandung Logam Berat (2015-2016).

Ikbal, lahir di Lintau, Sumatera Barat pada tanggal 9 April 1959.


Menyelesaikan pendidikan S1 di Jurusan Teknik Kimia, Universitas
Gadjah Mada, Yogyakarta. Menamatkan S2 tahun 1992, S3 tahun 1995 di
Graduate School of Engineering, Kumamoto University, Jepang. Judul Tesis S3
“Development of Anaerobic Precess for the Treatment of Organic Waste and
Wastewater”. Tahun 2001 sampai 2004, mengikuti program Post Doctoral di
Kumamoto University, Jepang. Bekerja di Badan Pengkajian dan Penerapan
Teknologi (BPPT) dari tahun 1986 sampai sekarang. Tahun 2010 sampai
2013 menjabat Kepala Balai Teknologi Lingkungan, BPPT. Saat ini sebagai
Perekayasa di Pusat Teknologi Lingkungan. Menulis beberapa karya ilmiah tentang
pengembangan proses anaerobik untuk mengolah limbah organik, dimuat dalam majalah luar
negeri dan dalam negeri.

Bunga Rampai Teknologi Hijau dalam Rangka Rendah Karbon 73

Anda mungkin juga menyukai