INFLASI
Inflasi diartikan sebagai meningkatnya harga-harga secara umum dan terus-menerus. Kenaikan
harga dari satu atau dua barang saja tidak dapat disebut inflasi kecuali bila kenaikan itu meluas
(atau mengakibatkan kenaikan harga) pada barang lainnya. Kebalikan dari inflasi disebut deflasi.
Indikator yang sering digunakan untuk mengukur tingkat inflasi adalah Indeks Harga Konsumen
(IHK). Perubahan IHK dari waktu ke waktu menunjukkan pergerakan harga dari paket barang dan
jasa yang dikonsumsi masyarakat.
a) Teori Kuantitas
Teori Kuantitas, yang dikemukakan oleh Irving Fisher, memaparkan bahwa terjadinya inflasi
hanya disebabkan oleh satu faktor, yaitu akibat adanya kenaikan jumlah uang yang beredar
(JUB). Inti dari teori ini adalah sebagai berikut:
• Inflasi akan terjadi jika ada penambahan jumlah uang yang beredar, baik penambahan uang
kartal atau penambahan uang giral.
• Laju inflasi ditentukan oleh laju pertambahan jumlah uang yang beredar dan oleh psikologi
atau harapan masyarakat tentang kenaikan harga di masa yang akan datang.
b) Teori Keynes
Teori yang dikemukakan oleh J.M. Keynes menjelaskan bahwa inflasi terjadi karena suatu
masyarakat cenderung ingin hidup di luar batas kemampuan ekonominya. Keadaan seperti ini
ditunjukkan oleh permintaan masyarakat akan barang-barang yang melebihi jumlah barang-
barang yang tersedia. Hal ini menimbulkan inflationary gap. Ketika inflationary gap tetap ada,
maka selama itu pula proses inflasi terjadi dan berkelanjutan.
Keynes juga berpendapat bahwa kenaikan harga tidak hanya ditentukan oleh kenaikan jumlah
uang yang beredar saja, namun juga ditentukan oleh kenaikan biaya produksi.
c) Teori Strukturalis
Teori Strukturalis merupakan teori yang menjelaskan fenomena inflasi dalam jangka panjang.
Menurut teori ini, ada dua ketegaran atau kekakuan utama dalam perekonomian negara sedang
berkembang yang dapat menimbulkan inflasi, yaitu ketegaran persediaan bahan makanan
(umumnya di negara berkembang penawaran bahan makanan lebih lambat jika dibandingkan
pertambahan jumlah penduduk dan pendapatan per kapitanya) dan penerimaan ekspor
(menunjukkan peningkatan nilai penerimaan ekspor selalu lebih lamban daripada nilai
impornya).
2. DAMPAK INFLASI
Berikut ini adalah akibat-akibat yang ditimbulkan inflasi terhadap kegiatan ekonomi masyarakat.
• Dampak Inflasi terhadap Pendapatan
Inflasi dapat mengubah pendapatan masyarakat. Perubahan dapat bersifat menguntungkan atau
merugikan. Pada kondisi inflasi ringan, inflasi dapat mendorong perkembangan ekonomi. Inflasi
dapat mendorong para pengusaha memperluas produksinya. Dengan demikian, akan tumbuh
kesempatan kerja baru sekaligus bertambahnya pendapatan seseorang. Namun, bagi masyarakat
yang berpenghasilan tetap, inflasi akan menyebabkan mereka rugi karena penghasilan yang tetap
itu jika ditukarkan dengan barang dan jasa akan semakin sedikit.
• Dampak Inflasi terhadap Ekspor
Pada keadaan inflasi, daya saing untuk barang ekspor berkurang. Berkurangnya daya saing terjadi
karena harga barang ekspor semakin mahal. Inflasi dapat menyulitkan para eksportir dan negara.
Negara mengalami kerugian karena daya saing barang ekspor berkurang, yang mengakibatkan
jumlah penjualan berkurang. Devisa yang diperoleh juga semakin kecil.
• Dampak Inflasi terhadap Minat Orang untuk Menabung
Pada masa inflasi, pendapatan rill para penabung berkurang karena jumlah bunga yang diterima
pada kenyataannya berkurang karena laju inflasi. Misalnya, bulan Januari tahun 2015 seseorang
menyetor uangnya ke bank dalam bentuk deposito satu tahun. Deposito tersebut menghasilkan
bunga sebesar, misalnya, 15% per tahun. Apabila tingkat inflasi sepanjang Januari 2015-Januari
2016 cukup tinggi, katakanlah 11%, maka pendapatan dari uang yang didepositokan tinggal 4%.
Minat orang untuk menabung akan berkurang.
• Dampak Inflasi terhadap Kalkulasi Harga Pokok
Keadaan inflasi menyebabkan perhitungan untuk menetapkan harga pokok dapat terlalu kecil atau
bahkan terlalu besar. Oleh karena persentase dari inflasi tidak teratur, sulit memastikan berapa
persen inflasi untuk masa tertentu. Akibatnya, penetapan harga pokok dan harga jual sering tidak
tepat. Keadaan inflasi ini dapat mengacaukan perekonomian, terutama untuk produsen.
Menurut sifatnya, tingkat inflasi di tiap-tiap negara bisa berbeda. Dalam ilmu ekonomi, besarnya
tingkat inflasi dapat dibagi dalam 3 kategori, yaitu sebagai berikut.
a. Inflasi Merayap (Creeping Inflation)
Inflasi yang masuk kategori merayap biasanya kurang dari 10% per tahun. Kenaikan harga berjalan
secara lambat, dengan persentase yang kecil serta dalam jangka waktu relatif lama.
b. Inflasi Menengah (Galloping Inflation)
Inflasi yang masuk kategori menengah adalah inflasi yang cukup besar (biasanya double
digit atau triple digit) atau antara 10-30% setahun dan kadang berjalan dalam waktu yang relatif
pendek. Harga-harga pada minggu atau bulan ini lebih tinggi dari minggu atau bulan lalu dan
seterusnya. Efeknya terhadap perekonomian juga lebih besar daripada inflasi merayap.
c. Inflasi Tinggi (Hyper Inflation)
Jenis inflasi ini mempunyai dampak yang signifikan terhadap perekonomian masyarakat. Inflasi yang
masuk kategori tinggi merupakan inflasi yang paling parah akibatnya. Nilai uang merosot dengan
sangat tajam sehingga ingin segera ditukarkan dengan barang. Masyarakat sudah tidak lagi punya
keinginan untuk memegang atau menyimpan uang. Biasanya keadaan ini timbul akibat adanya
perang atau keadaan darurat, yang mana belanja pemerintah dibiayai dengan mencetak uang.
Adapun berdasarkan penyebabnya, jenis inflasi dapat dibedakan atas :
a) Inflasi Tarikan Permintaan
Inflasi ini biasanya terjadi pada masa perekonomian berkembang dengan pesat. Kesempatan kerja
yang tinggi menciptakan tingkat pendapatan yang tinggi dan selanjutnya menimbulkan pengeluaran
yang melebihi kemampuan dalam memproduksi barang dan jasa.
b) Inflasi Desakan Biaya
Inflasi ini berlangsung dalam masa perekonomian berkembang dengan pesat, namun jumlah
angkatan kerja terbilang rendah. Apabila perusahaan menghadapi permintaan yang bertambah,
mereka akan berusaha menggenjot produksi dengan cara memberikan gaji dan upah yang lebih
tinggi kepada pekerjanya dan mencari pekerja baru dengan tawaran upah tinggi. Langkah ini
mengakibatkan peningkatan biaya produksi, hingga akhirnya akan menyebabkan kenaikan harga-
harga berbagai barang (inflasi).
c) Inflasi Diimpor
Inflasi dapat juga bersumber dari kenaikan harga barang-barang yang diimpor. Inflasi ini akan
mewujud apabila barang-barang impor yang mengalami kenaikan harga mempunyai peranan
penting dalam kegiatan perusahaan-perusahaan.
Inflasi juga dapat dibagi berdasarkan besarnya cakupan pengaruh terhadap harga, yakni :
• Inflasi Tertutup (closed inflation)
Kenaikan harga yang terjadi hanya berkaitan dengan satu atau dua barang tertentu saja.
• Inflasi Terbuka (open inflation)
Kenaikan harga terjadi pada semua barang secara umum.
• Inflasi Tidak Terkendali (hyper inflation)
Inflasi berlangsung sedemikian hebatnya sehingga setiap saat harga-harga terus berubah dan
meningkat. Akibatnya, warga masyarakat enggan memegang atau menyimpan uang karena nilainya
terus merosot.
Istilah ‘laju inflasi’ mengacu pada persentase kenaikan harga rata-rata tahun tertentu yang diteliti
terhadap tahun dasar (tahun tertentu yang dijadikan patokan). Kenaikan harga tersebut terjadi pada
berbagai indeks harga. Adapun indeks harga merupakan perbandingan antara harga rata-rata tahun
hitung terhadap harga rata-rata tahun dasar, jadi bukan terbatas pada harga barang tertentu saja.
Ada tiga macam indeks harga yang digunakan untuk menghitung laju inflasi, yaitu :
Indeks Harga Konsumen (IHK) atau biasa disebut juga Consumer Price Index, secara sederhana,
merupakan perbandingan antara harga suatu paket komoditas dari suatu kelompok barang atau
jasa (market basket) pada suatu periode waktu terhadap harganya pada periode waktu yang telah
ditentukan (tahun dasar). Jadi IHK mengubah harga berbagai barang dan jasa menjadi sebuah
indeks tunggal yang mengukur seluruh tingkat harga. Berdasarkan IHK inilah kemudian didapat
besaran angka inflasi/deflasi, yaitu besarnya persentase perubahan IHK antar periode. Angka
inflasi/deflasi mencerminkan kemampuan daya beli dari uang yang dibelanjakan untuk memenuhi
kebutuhan sehari-hari. Semakin tinggi inflasi maka semakin rendah daya beli uang dan dengan
sendirinya kian rendah pula daya beli masyarakat terhadap barang dan jasa kebutuhan rumah
tangga. Laju inflasi yang tidak terlalu tinggi akan membuat stabilitas tetap terjaga dan roda
perekonomian dapat terus bergulir.
IHK merupakan indeks yang digunakan BPS (Badan Pusat Statistik) untuk menghitung laju inflasi
Indonesia. BPS selaku badan pemerintah yang bertugas mengeluarkan laporan IHK tiap bulannya
menggolongkan dan mengelompokkan barang konsumsi di Indonesia menjadi 7 (tujuh) kelompok,
yaitu :
1) Bahan Makanan
2) Makanan Jadi, Minuman, Rokok, dan Tembakau
3) Perumahan, Air, Listrik, Gas, dan Bahan bakar
4) Sandang
5) Kesehatan
6) Pendidikan, Rekreasi, dan Olahraga
7) Transportasi, Komunikasi, dan Jasa Keuangan
Indeks Harga Perdagangan Besar (IHPB) adalah indeks yang mengukur rata-rata perubahan harga
antar waktu dari suatu paket jenis barang pada tingkat perdagangan besar atau penjualan dalam
jumlah besar. IHPB menggunakan data dari harga-harga barang dalam perdagangan besar (grosir)
bukan harga barang secara eceran. IHPB merupakan salah satu indikator untuk melihat
perkembangan perekonomian secara umum serta sebagai bahan dalam analisa pasar atau pun
moneter. IHPB disajikan dalam bentuk indeks umum dan juga sektoral yang meliputi pertanian,
pertambangan, industri, impor, dan ekspor.
Inflasi yang rendah dapat meningkatkan pendapatan nasional dan membuat minat orang untuk
menabung lebih tinggi.
Para penerima pendapatan tetap seperti pegawai negeri, karyawan perusahaan swasta, serta buruh
semakin bergairah dalam bekerja dan melakukan investasi untuk meningkatkan kualitas hidup
mereka. Inflasi yang stabil membuat perencanaan keuangan masyarakat lebih baik, daya beli
menguat, kebutuhan hidup terpenuhi, investasi lancar karena penanaman modal tidak bersifat
spekulatif, dan kredit pun lancar. Jika inflasi rendah dapat dipertahankan, maka dalam jangka
panjang akan menyebabkan pendapatan riil masyarakat tetap stabil sehingga standar hidup menjadi
lebih baik. Adapun bagi dunia usaha perdagangan, inflasi rendah akan menjaga laporan keuangan
perusahaan bernilai positif. Sementara, neraca keuangan negara tetap stabil.
Inflasi tak terkendali (hiperinflasi), dapat menurunkan taraf perekonomian masyarakat secara luas
sehingga menjadi penyebab lesunya pertumbuhan ekonomi negara. Dampak konkretnya, antara
lain, harga-harga barang meningkat dan daya beli masyarakat menurun. Dunia usaha pun tak
bergairah karena bahan baku dan biaya produksi melonjak naik. Akibatnya, perusahaan mungkin
melakukan pemutusan hubungan kerja yang mengakibatkan bertambahnya pengangguran.
Inflasi berdampak buruk terhadap perekonomian. Inflasi dapat berpengaruh terhadap distribusi
pendapatan, alokasi faktor produksi, dan produk nasional.
Dampak terhadap Pendapatan (Equity Effect)
Inflasi dapat merugikan sebagian anggota masyarakat, tetapi juga dapat menguntungkan sebagian
anggota masyarakat lainnya. Berikut ini diberikan contoh beberapa orang yang dirugikan dengan
adanya inflasi.
a) Orang yang memiliki pendapatan tetap sebesar Rp.10.000.000,00 per tahun, dengan adanya laju
inflasi sebesar 10% per tahun maka ia akan menderita kerugian pendapatan riil sebesar
Rp.1.000.000,00.
b) Orang yang menumpuk kekayaan dalam bentuk uang kas juga akan menderita kerugian jika
terjadi inflasi karena nilai uangnya menurun.
c) Orang yang memberikan pinjaman dengan bunga yang lebih rendah dibanding tingkat inflasi juga
mengalami kerugian akibat adanya inflasi. Misalnya, dia memberi pinjaman dengan bunga 15% per
tahun, sementara laju inflasi adalah 20% per tahun, maka sebenarnya nilai riil dari piutangnya akan
lebih rendah.
Siapakah orang yang diuntungkan oleh adanya inflasi ? Orang yang mendapat keuntungan dari
adanya inflasi adalah orang yang mendapat kenaikan pendapatan lebih besar dari laju inflasi. Selain
itu juga mereka yang menyimpan kekayaannya dalam bentuk tanah atau rumah dimana persentase
kenaikan harganya lebih besar daripada laju inflasi.
Dengan demikian inflasi telah menyebabkan terjadinya perubahan dalam pola pembagian
pendapatan dan kekayaan masyarakat.