Materi 3 Agregat
Materi 3 Agregat
III - 1
Pembatasan ukuran nominal agregat adalah untuk melengkapi jaminan terbungkusnya
tulangan dan mengurangi adanya kekeroposan pada beton. Catatan pembatasan ukuran
maksimum nominal agregat adalah merupakan keputusan sarjana di lapangan yang
menetapkan bahwa pada saat pengecoran, beton mudah dikerjakan dan dipadatkan tanpa
kemungkinan terjadi adanya kekeroposan atau rongga-rongga udara didalamnya.
III - 2
Tabel 3.2 Syarat kekerasan Agregat
Kekerasan dengan bejana Rudolf bagian Kekerasan denan
hancur menembus ayakan 2 mm bejana geser Los
Kelas dan mutu Maks % Angeles bagian
beton hancur menembus
Fraksi butir Fraksi butir
ayakan 1.7 mm,
19 – 30 mm 9.5 – 19 mm
maks %
Beton klas I
22 - 30 24 - 32 4 – 50
mutu BO dan B1
Beton kelas II
beton mutu K125, 14 – 22 16 – 24 27 – 40
K175, K225
Beton kelas III
beton mutu diatas
< 14 < 16 < 27
K125 atau beton
pratekan
⎡ ⎛ f ' ck ⎞⎤
f’c = ⎢0,76 + 0,2 log⎜ 15 ⎟⎥ f ' ck
⎣ ⎝ ⎠⎦
dimana :
f’ck = kekuatan tekan hancur karakteristik dari kubus 15x15x15 cm3
f’c = kekuatan tekan hancur karakteristik dari silinder Ø 15 – 30 cm
III - 3
a. Kadar lumpur Atau bagian butir yang lebih kecil dari 75 mikron (ayakan no 200)
dalam % berat maksimum:
Untuk beton yang mengalami abrasi, 3 %.
Untuk beton jenis lainnya, 5.0 %.
b. Kadar gumpalan tanah liat dan partikel yang mudah direpihkan (Friable partikel),
maksimum 0,5 %.
c. Kandungan arang dan lignit
d. Bebas dari zat organik yang merugikan beton.
e. Tidak boleh mengandung bahan yang reaktif terhadap alkali jika agregat halus
digunakan untuk membuat beton yang akan mengalami basah dan lembab terus
menerus atau yang akan berhubungan dengan tanah basah. Agregat yang reaktif
terhadap alkali boleh untuk membuat beton dengan semen yang kadar alkalinya
dihitung setara Natrium Oksida (Na2O + 0,658 K2O) tidak lebih dari 0,6 %, atau
dengan menambahkan bahan yang dapat mencegah terjadinya pemuaian yang dapat
membahayakan oleh karena reaksi alkali-agregat tersebut.
f. Sifat kekal, diuji dengan larutan garam sulfat
1) Jika dipakai Natrium Sulfat, bagian hancur maksimum 10 %.
2) Jika dipakai Magnesium Sulfat, bagian hancur maksimum 15 %.
g. Susunan besar butir (grading)
Agregat halus harus mempunyai susunan besar butir dalam batas-batas berikut :
Tabel 3.3 Persentase lolos agregat pada ayakan
Ukuran lubang ayakan (mm) Persen lolos kumulatif
9,60 100
4,80 95 – 100
2,40 80 – 100
1,20 50 – 85
0,60 25 – 60
0,30 10 – 30
0,15 2 – 10
III - 4
Agregat halus tidak boleh mengandung bagian yang lolos lebih dari 45 % pada
suatu ukuran ayakan dan tertahan pada ayakan berikutnya. Modulus kehalusan tidak
boleh kurang dari 2,3 dan lebih dari 3,1.
III - 5
e. Agregat kasar tidak boleh mengandung lumpur lebih dari 1% (terhadap berat
kering) dan apabila mengandung lebih dari 1%, agregat kasar tersebut harus dicuci.
f. Kekerasan dari agregat kasar diperiksa dengan bejana penguji dari Rudeloff dengan
beban pengji 20 ton dan harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut :
1) Tidak terjadi pembubukan sampai fraksi 9,5-19 mm lebih dari 24% berat.
2) Tidak terjadi pembubukan sampai fraksi 19-30 mm lebih dari 22% berat.
g. Agregat kasar harus terdiri dari butir-butir yang beraneka ragam besarnya dan
apabila diayak dengan ayakan standard ISO harus memenuhi syarat sebagai berikut.
h. Besar butir agregat kasar maksimum tidak boleh lebih daripada 1/5 jarak terkecil
antarabidang-bidang samping cetakan, 1/3 dari tebal pelat atau ¾ dari dari jarak
bersih minimum antara batang-batang atau berkas tulangan.
3.3 Jenis-Jenis Batuan
III - 6
batuan ini bersifat lunak, ringan serta berbentuk pipih bilamana terurai
menjadi pasir.
c. Konglomerat bertendensi untuik pecah menjadi bagian-bagian yang lebih
kecil selama pengangkutan, pemnbongkaran dan prossesingnya.
d. Flint merupakan bahan dasar dari agregat yang sebagian besar terdiri atas
kerikil. Flint didapat sebagai bahan galian dan berpori banyak. Bahan
agregat jenis ini dapat digunakan sebagai agregat untuk beton biasa. Harus
tetap diiingat bahwa bahan ini berpori banyak serta tidak tahan terhadap air.
e. Cherts adalah bahan silica koloidal, biasanya jenis ini juga jenis flint
mengandung bahan agregat yang dapat bereaksi dengan alkali, berupa Ba20
dan K2O dalam semen. Reaksi ini menyebabkan mengembangnya “ge1”
silica yang pada akhirnya akan menimbulkan ekspans, retak kemudian cepat
rusaknya konstruksi beton yang bersangkutan.
f. Batu kapur sangat bervariasi dalam mutu serta kekuatan tekannya, akan
tetapi dengan mengandalkan seleksi yang cermat dapat digunakan sebagai
bahan campuran beton yang culup baik. Beton dengan menggunakan bahan
ini tahan terhadap api serta mempunyai koefisien ekspansi yang rendah
terhadap panas. Perlu kita perhatikan, bahwa batu kapur sama halnya
dengan pasta semen dapat bereaksi dengan air tanah asam atau air lunak
(bisa netral atau asam) yang mengandung banyak larutan CO2 bebas.
Apabila ada keragu-raguan untuk menggunakan batu kapur sebagai bahan
campuran beton yang harus berhubungan dengan air tanah, sebaiknyua periksakan air
tanah tersebut. Kemudian tentukan derajat kesadahannya (air sadah bersifat basis serta
banyak mengandung Na), kadar CO2 bebas dari nilai pH-nya.
Pada umumnya air yang derajat kesadahannya tinggi, atau sedang tidak menuibulkan
kesukaran-kesukaran.
Sebaiknya ambilah batu kapur yang padat dengan daya absorbsi kurang dari 2%
III - 7
a. Batuan extrusif, terjadi karena tertuangnya bahan-bahan itu pada permukaan
bumi antara lain akibat meletusnya gunung berapi. Jenis batuan ini dapat
dikenal dengan memperhatikan strukturnya yang menyerupai gelas seperti
rhyolit, andesit, basalt.
b. Batuan intrusif, terjadi akibat pendinginan dan pembekuan bahan didalam
kerak bumi, susunan batuan ini seluhnya berbentuk kristal seperti granit,
diorit, gabro. Walaupun terbentuk dalam kerak bumi, jenis batuan ini
seringkali dijumpai dalam keadaan tersingkap akibat gerakan bumi serta
erosi.
Pada umumnya batuan volkanik adalah keras dan padat, serta merupakan bahan
agregat yang sangat baik. Akan tetapi ada jenis batuan volkanik yang berpori seperti lava
dan tuf, bahan jenis ini dapat digunakan sebagai lightweight aggregate, misalnya pumica,
perlit.
III - 8
Bidang-bidang pararel merupakan daerah-daerah lemah sehingga batuan ini mudah
dibelah melalui bidang tersebut. Contoh dari batuan ini adalah :
1) Gneiss (modifikasi dari batuan volkanik)
2) Schist (modifikasi dari batuan volkanik)
3) Slate (modifikasi dari batu tulis)
4) Marmer (modifikasi dari batu kapur, padat)
5) Quartist (modifikasi dari batu pasir, padat)
III - 9
Agregat dapat bergradasi baik, jelek (celah), seragam seperti dilihat dibawah ini :
III - 10
b. Mika
Mika sering terhadap dalam agregat dan dapat mengurangi kekuatan beton.
Mika tidak stabil volumenya, jika mengalami pengeringan dan pembasahan.
Disamping itu mika mudah terurai melalui lapisan-lapisannya.
c. Fragmen-fragmen kayu dan arang batu
Bahan-bahan ini menyebabkan terjadinya kekuatan tekan beton yang
rendah dan permukaan yang kotor.
d. Bahan organik
Dapat berupa bahan-bahan yang mudah membusuk, seperti humus atau
tanah yang mengandung bahan organik. Substansi-substansi ini biasanya
mengandung asam yang dapat mencegah berlangsungnya hidrasi dari
semen. Bahan-bahan organik ini lebih sering dijumpai dalam agregat halus
daripada agregat kasar.
e. Humus
Kekuatan tekan awal dipengaruhi secara negatif oleh humus, akan tetapi
setelah lewat jangka waktu yang lama, kekuatan beton akan bertambah lagi
(pulih kembali).
f. Garam-garam organik
Garam-garam organik seperti garam-garam sulfat tidakmengurangi
kekuatan tekan awal, akan tetapi akan merusak beton kelak dengan
menyebabkannya mengembang.
g. Gips
Butiran-butiran gips yang sangat halus akan bereaksi sempurna dengan
semen dan kemudian akan mengembang. Oleh karena itu hampir semua
spesifikasi standart untuk semen portlan membatasi pembubuhan gips
sampai dengan 5% dari berat semen. Butiran-butiran kasar dari gips tidak
begitu membahayakan.
h. Bahan organik yang lain
Dapat diijumpai pula bahan lain dalam agregat asalkan jumlah ini tidak
melebihi 1% dari berat semen, maka beton tidak dipengaruhinya secara
negatif. Jumlah yang lebih besar dari garam ini, seperti CaCl2 dapat
menyerang tulangan hingga berkarat. Untuk mencegah buatlah beton yang
III - 11
padat sedemikian hingga tidak mudah dimasuki oleh air dan zat asam.
Jumlah lebih besar dari garam-garam klorida lainnya, karbonat dan phospat
dapat menyebabkan “efflorecence” yaitu pengotoran berupa bintik-bintik
(deposit-deposit) putih pada permukaan beton.
3. Kekerasannya
Kekerasan agregat diperlukan oleh karena pada waktu pembuatan beton bahan-
bahan ini harus mengalami gerakan-gerakan yang keras dalam mixer, demikian juga harus
menerima gesekan pada saat pengecoran dan pemadatan. Agregat harus dapat menahan
pengausan, pemecahan degradasi (penurunan mutu) serta disintegrasi (penguraian).
Ketahanan agregat terhada pengausan dapat ditentukan dengan menggunakan mesin
pengaus Los Angeles.Penggunaan alat ini dan cara melekukan pemeriksaan ketahan
agregat terhadap pengausan diterangkan secara terperinci dalam ASTM C 13 dan
AASTHO 96.
Kekuatan beton yang dibuat dari agregat yang biasa dipergunakan, tidak dapat
melampaui kekuatan bahan tersebut. Oleh karena ada perbedaan antara modulus elastisitas
dari butiran-butiran agregat dan bahan pengikat mortar pada beton, maka tegangan yang
diderita agregat dapat dua kali lebih tinggi dari tegangan rata-rata yang dipikul oleh beton.
Pada titik-titik kontak, tegangan setempat bahkan lebih tinggi. Asalkan kekuatanbahan
agregat itu lebih besar tiga kali dari kekuatan beton, maka yang menentukan kekuatan
tekan adalahfaktor-faktor seperti kekuatan pasta semen, dan ikatan antar semen dan
agregat. Kebanyakan bahan agregat yang mulus secara fisik dan kimia dapat
mencapaikekuatan tekan pasta semen. Betoan yang tahan terhadap pengausan dapat dibuat
dengan menggunakan jenis-jenis agregat dari : quarts, quartsit, jenis-jenis batuan vulkanik
yang padat dan batuan silika.
Modulus elastisitas agregat merupakan salah satu faktor penting yang dapat
mempengaruhi sifat-sifat deformasi serta perubahan-perubahan volume beton. Beton
dengan mutu tinggi yang tidak mudah mengalami deformasi serta tidak banyak menyusut
harus dibuat dengan agregat yang tinggi modulus elastisitasnya. Dibawah ini daftar
agregat yang biasa digunakan beserta kekuatan tekannya.
III - 12
Jenis Agregat Kekuatan Tekan (kg/cm2)
Granit 2650 – 1180
Falsit 5450 – 1240
Batu karang 3900 – 2080
Batu kapur (gamping) 2490 – 970
Batu pasir 2490 – 460
Marmer 2520 – 530
Quartsit 4380 – 1290
Gneiss 2430 – 970
Schist 3080 - 940
4. Kemulusan Agregat
Suatu jenis agregat dianggap mulus secara fisik, apabila agregat itu tidak
mengalami perubahan volume besar atau tetap akibat pemanasan atau pendinginan atau
pembasahan dan pendinginan. Partikel-partikel dari batuan yang secara fisik bersifat lunak,
daya absorbsinya besar mudah dibelah atau menyusut akibat pengaruh air tidak dapat
digunakan sebagai bahan agregat. Beton yang menggunakan jenis agregatdengan ciri-ciri
tersebut di atas, akan rendah kekuatan tekannya, lemah ikatannya antara mortar dan
agregat serta akan timbul retak-retak. Bilamana beton ini mengalami perubahan cuaca
akan timbul bisul-bisul pecah, kemudian terlepas dan akhirnya meinggalkan lubang-
lubang kecil pada permukaannya.
Yang dapat dimasukkan kedalam kategori bahan yang tidak mulus adalah :
a) Batu tulis
b) Jenis batu pasir yang mudah terurai
c) Batuan yang mengandung lempung
d) Batuan yang mengandung mika dalam jumlah banyak
e) Batuan yang mengandung kristal-kristal kasar
f) Cherts
Yang juga dapat mempengaruhi kemulusan fisik suatu agregat adalah derajat
porositasnya, yaitu kontinuitas pori-pori serta jumlahnya. Ruang-ruang pori akan
III - 13
mengurangi volume bahan padat, mudah memasukkan air dan larutan-larutan agresif,
kemudian menahannya di dalam konstruksi.
Kekuatan tekan dan ketahanan terhadap pengausan akan berkurang akibat porositas
agregat, demikian pula modulus elastisitas bahan akan menurun dan akibatnya akan
menambah penyusutan, oleh karena itu daya lawan butiran agregat terhadap penyusutan
pasta semen akan berkurang.
Bahan agregat yang lunak, berpori dengan daya absorbsi besar, mempunyai berat
jenis yang rendah. Bahan agregat bernutu tinggi pada umumnya mempunyai berat jenis
tinggi.
Dalam suatu seri percobaan dengan mengunakan butiran agregat kasar bulat dan
bersudut dengan keduanya bergradasi seragam, yang kemudian dipadatkan dengan cara
yang sama, terbukti bahwa :
III - 14
a. Dalam seri percobaan dengan menggunakan agregat kasar berbentuk bulat,
jumlah rongga udara adalah 34 %.
b. Dalam seri percobaan dengan menggunakan agregat kasar yang bersudut, jumlah
rongga udara adalah 41 %.
Dengan demikian dapat ditarik kesimpulan bahwa dibutuhkan jauh lebih banyak
mortar untuk agregat bersudut daripada untuk agregat berbutir bulat. Dengan sendirinya
agregat yang mengandung persentase tinggi dari butiran-butiran panjang atau pipih tidak
dapat digunakan dalam praktek. Bentuk butiran dapat diklasifikasikan sebagai berikut :
III - 15
Pemakaian agregat yang diperoleh dari hasil pengolahan batuan banyak dipakai karena
agregat tersebut mempunyai permukaan yang kasar dan tidak teratur sehingga daya
lekatnya tinggi bila dipakai untuk campuran beton.
III - 16