IKATAN
BIDAN INDONESIA No. Dokumen : 001 / SOP / PMB TA / 1 /2021
KABUPATEN PRINGSEWU
A. Alat
Lennec
Doopler
Meteran Kain Pengukur Tinggi Fundus Uteri
Meteran Pengukur LILA
Selimut
Reflek Hammer
Jarum Suntik Disposible 2,5 ml
Air Hangat
Timbangan Berat Badan Dewasa
Tensimeter air raksa
Stoscope
Bed Obstetri
Spekulum gyne
Lampu halogen/ senter
Kalender kehamilan
B. Bahan
*. Sarung tangan
S Page 1
* Kapas steril
* Kasa steril
* Alkohol 70%
* Jelly
* Sabun Anti Septik
* Wastafel dengan air yang mengalir
* Vaksin Td
F. Prosedur 1. Persiapan
Mempersiapkan alat dan bahan medis yang
diperlukan
Mempersiapkan bumil dan di persilahkan
mengosongkan kandung kemih
Petugas mencuci tangan dengan sabun anti septik
dan bilas dengan air mengalir dan keringkan
2. Pelaksanaan
a. Anamnese
Riwayat perkawinan
Riwayat penyakit ibu dan keluargta
Status riwayat haid / HPHT
Status Imunisasi ibu saat ini
Kebiasaan ibu
Riwayat persalinan terdahulu
Dari anamnese haid tersebut,tentukan usia kehamilan dan buat
taksiran persalinan
b. Pemeriksaan
1) Pemeriksaan umum
Keadaan umum bumil
Ukur Tinggi badan, dan timbang berat badan
(T1 )
Tanda Vital : Tekanan darah, nadi, RR, T ( T2 )
Ukur LILA ( T3 )
Pemeriksaan fisik menyeluruh ( dari kepala sampai
ekstermitas )
2) Pemeriksaan khusus
Umur kehamilan < 20 mgg
a) Inspeksi
(1) Fundus
(2) Hiperpigmentasi ( pada areola mammae,
Linnea nigra )
(3) Striae
b) Palpasi
(1) Tinggi Fundus Uteri
(2) Keadaan Perut
c) Auscultasi
Umur Kehamilan > 20 mgg
S Page 2
a) Inspeksi
(1) Tinggi Fundus uteri
(2) Hiperpigmentasi dan Striae
(3) Keadaan dinding Perut
b) Palpasi/ Presentasi janin dan Auscultasi (T4 )
Lakukan pemeriksaan Leopold dan Instruksi
kerjanya sebagai berikut :
(1) Leopold 1
- Letakkannsisi lateral telunjuk kiri pada
puncak fundus uteri untuk menentukan
tinggi fundus .
Perhatikan agar jari tersebut tidak
mendorong uterus ke bawah ( jika
diperlukan, fiksasi uterus bawah dengan
meletakkan ibu jari dan telunjuk tangan
kanan di bagian lateral depan kanan dan kiri,
setinggi tepi dan simfisis.
- Angkat jari telunjuk kiri ( dan jari nyang
memfiksasiuterus bawah ) kemudian atur
posisi pemeriksa sehingga menghadap ke
bagian kepala ibu
- Letakkan ujung telapak tangan kiri dan
kanan pada fundus uteri dan rasakan bagian
bayi yang ada pada bagian tersebut dengan
jalan menekan secara lembut dan menggeser
telapak tangan kiri dan kanan secara
bergantian.
(2) Leopold 2
- Letakkan telapak tangan kiri pada dinding
perut lateral kanan dan telapak tangan kanan
pada dinding perut lateral kiri ibu sejajar dan
pada ketinggian yang sama.
- Mulai ke bagian atas, tekan secara
bergantian atau bersamaan telapak tangan
kiri dan kanan kemudian geser kearah
bawah dan rasakan adanya bagian yang
ratadan memanjang ( punggung ) atau
bagian yang kecil – kecil ( ekstermitas )
(3) Leopold 3
- Atur posisi pemeriksa pada sisi kanan dan
menghadap pada bagian kaki ibu.
- Letakkan ujung telapak tangan kiri pada
dinding lateral kiri bawah, telapak tangan
kanan pada dinding lateral kanan bawah
perut ibu. Tekan secara lembut bersamaan
atau bergantian untuk menentukan bagian
bawah bayi ( bagian keras bulat dan hampir
homogen adalah kepala, sedangkan tonjolan
yang lunak dan kurang simetris adalah
bokong.
S Page 3
(4) Leopold 4
- Letakkan ujung telapak tangan kiri dan
kanan pada dinding lateral kiri dan
kananberada pada tepi atas simifis
- Tentukan kedua jari kiri dan kanan,
kemudian rapatkan semua jari – jari tangan
kanan yang meraba dinding bawah uterus.
- Perhatikan sudut yang dibentuk olrh jari-jari
kiri dan kanan ( konvergen/ divergen )
- Pindahkan ibu jari dan telunjuk tangan kiri
pada bagian terbawah bayi ( bila presentasi
kepala, upayakan memegang bagian kepala
didekat leher dan bila presentasi bokong
upayakan untuk memegang pinggang bayi )
- Fiksasikan bagian tersebut kearah pintu atas
panggul, kemudian letakkan jari-jari tangan
kanan diantara tangan kiri dan simfisis
untukmmenilai seberapa jauh bagian
terbawah telah memasuki pintu atas panggul
c. Auscultasi
- Pemeriksaan bunyi dan frekwensi jantung
janin
Tablet Fe ( T5 )
Imunisasi Td ( T6 )
d. Pemeriksaan tambahan
- Tes Laboratorium ( T7 ) rutin : Hb,
golongan darah, reduksi urindan protein
urin
- USG
3. Akhir Pemeriksaan
- Buat kesimpulan hasil pemeriksaan.
- Buat prognosa dan rencana Tata laksana
Kasus ( T8 )
- Catat hasil pemeriksaan pada buku KIA dan
status pasien
- Temu Wicara / Konseling atau
Penyuluhan ( T9 ) yang meliputi : Usia
kehamilan, letak janin, posisi janin,
taksiran
persalinan, resiko yang ditentukan atau
adanya penyakitlain.
- Jelaskan untuk kunjungan ulang
- Tatalaksana atau mendapatkan
Pengobatan( T10 )
- Beri alasan bila pasien rujuk ke rumah sakit
C. Unit Terkait
KIA dan Laboratorium di Puskesmas
S Page 4
ASUHAN
PERSALINAN NORMAL
IKATAN
BIDAN INDONESIA No. Dokumen : 02 / SOP / PMB TA / I /2021
KABUPATEN PRINGSEWU
S Page 5
setelah persalinan selesai
d. 2 Wadah larutan klorine 0,5 % , untuk
membersihkan tempat ibu bersalin dari dan untuk
mencelupkan tangan saat melakukan dekontaminasi
pada sarung tangan yang sudah digunakan, dan
satunya untuk merendam alat selama 10 menit
S Page 6
g. Balon dengan sungkupnya
h. Jam dinding
Persiapan lingkungan
1. Tutup sketsel, jendela dan pintu untuk menjaga privasi
pasien
2. Beri penerangan yang cukup untuk memudahkan bidan
dalam melakukan tindakan yang akan di lakukan
3. Siapkan tempat tidur pasien , yang memudahkan bidan
memberikan pertolongan pada persalinan normal
Persiapan pasien
1. Berikan penjelasan tentang prosedur, tujuan dan
manfaat
2. Memberitahukan ibu, bahwa bidan akan melakukan
pertolongan persalinan, agar bayi lahir dan ibu
melewati proses persalinan dengan normal agar
terhindar dari komplikasi
3. Informed concent
Memberitahukan ibu untuk mrendantangani surat
pernyataan bahwa ibu bersedia dilakukan pertolongan
yang akan dilakukan
4. Bantu klien dalam posisi yang nyaman
Dianjurkan ibu pada posisi setengah duduk tidak
dianjurkan ibu untuk tidur terlentang
Persiapan petugas
Mencuci tangan dengan 12 langkah
1.Basahi tangan dengan air mengalir
2. Ratakan sabun ke seluruh permukaan tangan
3. Gosok telapak dengan telapak
4. Gosok telapak kanan di atas punggung telapak
kiri dan sebaliknya
5.Gosok telapak dengan jari saling menyilang
6.Gosok bagian belakang jari pada telapak dengan
posisi saling mengunci
7.Gosok jempol dengan gerakan memutar
. Kelima jari kanan menguncup dan digosok
memutar pada telapak kiri dan sebaliknya
9.Bilas kedua tangan dengan air mengalir
10. Keringkan tangan dengan tisu/handuk bersih
dan kering
11. Gunakan tisu/handuk tersebut untuk mematikan
keran air, lalu buang tisu/cuci handuk ke tempat
sampah yang tersedia
12. Tangan kini sudah bersih
S Page 7
1. Mendengar dan melihat tanda Kala II :
a.Ibu merasa ingin meneran bersamaan dengan terjadinya
kontraksi
b. Ibu merasakan adanya peningkatan tekanan pada rektum
dan/ vaginanya
c.Terlihat perineum menonjol
d.Terlihat vulva-vagina dan anus membuka
e.Meningkatnya pengeluaran lendir bercampur darah per
vaginam
Tanda pasti kala II ditentukan melalui periksa dalam yang
hasilnya adalah:
a. Pembukaan serviks telah lengkap pada pemeriksaan
dalam
b. Terlihatnya bagian kepala bayi melalui introitus vagina
S Page 8
Memastikan Pembukaan Lengkap dan Keadaan Janin Baik
1. Bersihkan vulva dan perineum, dari depan ke belakang
dengan kapas atau kasa yang dibasahi air DTT.
2. Lakukan pemeriksaan dalam untuk memastikan bahwa
pembukaan serviks sudah lengkap. Lakukan amniotomi
bila selaput ketuban belum pecah, dengan syarat: kepala
sudah masuk ke dalam panggul (H III). Perhatikan
cairan ketuban (jernih atau ada mekonium).
3. Dekontaminasi sarung tangan dengan mencelupkan
tangan yang masih memakai sarung tangan ke dalam
larutan klorin 0,5%, kemudian lepaskan sarung
tangandalam keadaan terbalik dan rendam dalam larutan
klorin 0,5% selama 10 menit. Cuci kedua tangan
setelahnya.
4. Periksa denyut jantung janin (DJJ) segera setelah
kontraksi uterus mereda (relaksasi) untuk memastikan
bahwa DJJ dalam batas normal (120 – 160 x/mnt.
a. . Ambil tindakan yang sesuai jika DJJ tidak normal
b. . Dokumentasikan hasil-hasil periksa dalam, DJJ,
semua temuan dan asuhan yang diberikan ke dalam
partograf
S Page 9
4. Pakai sarung tangan DTT atau steril pada kedua tangan.
Pertolongan untuk melahirkan Bayi
1. Setelah tampak kepala bayi dengan diameter 5-6 cm,
lindungi perineum dengan satu tangan yang dilapisi kain
bersih dan kering, sementara tangan yang lain menahan
kepala bayi untuk mempertahankan posisi defleksi dan
membantu lahirnya kepala. Anjurkan ibu meneran
secara efektif atau bernapas cepat dan dangkal.
2. Periksa kemungkinan adanya lilitan tali pusat dan
lakukan tindakan yang sesuai jika hal itu terjadi, segera
lanjutkan proses kelahiran bayi. Jika lilitan tali pusat di
leher bayi masih longgar, lepaskan lilitan lewat bagian
atas kepala bayi. Jika lilitan tali pusat terlalu ketat,
klem tali pusat di dua tempat lalu gunting di antaranya.
Jangan lupa untuk tetap lindungi leher bayi.
3. Setelah kepala lahir, tunggu hingga kepala bayi
melakukan putaran paksi luar secara spontan.
S Page 10
sambil menghubungi dokter spesialis anak. Bila dokter spesialis
anak tidak ada, segera persiapkan rujukan. Bila semua jawaban
adalah “YA”, lanjut ke langkah 26. Pengisapan lendir jalan
napas pada bayi tidak dilakukan secara rutin.
S Page 11
11. Tempatkan bayi untuk melakukan kontak kulit ibu ke
kulit bayi. Letakkan bayi dengan posisi tengkurap di
dada ibu. Luruskan bahu bayi sehingga bayi menempel
dengan baik di dinding dada-perut ibu. Usahakan kepala
bayi berada di antara payudara ibu dengan posisi lebih
rendah dari puting payudara ibu atau areola mamae
untuk inisiasi menyusu dini (IMD).
a. Selimuti ibu dan bayi dengan kain hangat dan
kering dan pasang topi pada kepala bayi. Jangan
segera menimbang atau memandikan bayi baru
lahir.
b. Biarkan bayi melakukan kontak kulit ke kulit di
dada ibu paling sedikit 1 jam.
c. Sebagian besar bayi akan berhasil malakukan IMD
dalam waktu 30-60 menit. Menyusu untuk pertama
kali akan berlangsung sekitar 10-15 menit. Bayi
cukup menyusus dari satu payudara
d. Biarkan bayi berada di dada ibu selama 1 jam
walaupun bayi sudah berhasil menyusu
S Page 12
alan lahir (ke arah bawah-sejajar lantai-atas),
b. jika tali pusat bertambah panjang, pindahkan klem
hingga berjarak sekitar 5-10 cm dari vulva dan
lahirkan plasenta,
c. Jika plasenta tidak lepas setelah 15 menit
menegangkan tali pusat:
- Ulangi pemberian oksitosin 10 unit intramuskular,
- Lakukan kateterisasi (gunakan teknik aseptik) jika
kandung kemih penuh
- Minta keluarga untuk menyiapkan rujukan,
- Ulangi tekanan dorso kranial dan penegangan tali
pusat 15 menit berikutnya
jika plasenta tak lahir dalam 30 menit sejak
bayi lahir atau terjadi perdarahan maka segera
lakukan tindakan plasenta manual
Menilai Perdarahan
S Page 13
dalam kantung plastic atau tempat khusus.
2. Evaluasi kemungkinan laserasi pada vagina dan
perineum. Lakukan penjahitan bila terjadi laserasi
yang luas dan menimbulkan perdarahan.
S Page 14
minuman dan makanan yang diinginkannya.
14. Dekontaminasi tempat bersalin dengan mengelap
memakai larutan klorin 0,5%.
15. Celupkan sarung tangan kotor ke dalam larutan
klorin 0,5%, balikkan bagian dalam keluar dan
rendam dalam larutan klorin 0,5% selama 10 menit.
16. Cuci kedua tangan dengan sabun dan air bersih
mengalir kemudian keringkan dengan tissue atau
handuk pribadi yang bersih dan kering
17. Pakai sarung tangan bersih/DTT untuk melakukan
pemeriksaan fisik bayi
18. Dalam 1 jam beri salep/tetes mata profilaksis
infeksi,
vitamin K1 1mg IM di paha kiri bawah lateral,
pemeriksaan fisik bayi baru lahir pernafasan bayi
normal 40-60 kali / menit) dan temperature tubuh
(normal 36,5 – 37,5° C) setiap 15 menit.
19. Setelah satu jam setelah pemberian vitamin K1,
berikan suntikan imunisasi Hepatitis B di paha
kanan bawah lateral. Letakan bayi dii dalam
jangkauan ibu agar sewaktu-waktu bisa disusui
20. Lepaskan sarung tangan dalam keadaan terbalik dan
rendam didalam larutan klorin 0,5% selama 10
menit.
21. Cuci kedua tangan dengan sabun dan air
mengalir kemudian keringkan dengan tissue
atau handuk pribadi yang bersih dan kering.
22. Lengkapi partograf (halaman depan dan belakang),
periksa tanda vital dan asuhan kala IV
.
• Catatan: Pastikan ibu sudah buang air kecil setelah
asuhan persalinan selesai.
S Page 15
PELAYANAN NIFAS
IKATAN
BIDAN INDONESIA No. Dokumen : 03 / SOP / PMB TA / I /2021
KAB. PRINGSEWU
S Page 16
atau tidak
c. Palpasi untuk mendeteksi apakah massa atau
konsistensi/ otot perut
9. Memeriksa kaki untuk melihat apakah
a. Ada varises
b. Adakah warana kemerahan pada betis
c. Tulang kering/ kaki untuk melihat oedema
perhatikan tingkat/ derajat oedema jika ada
10. Membantu mengatur posisi untuk pemeriksaan perinium
11. Mengenakan sarung tangan untuk pemeriksaan
perinium
12. Menanyakan tanda- tanda bahaya :
a. Kelelahan, sulit tidur
b. Demam
c. Nyeri / perasaan pada waktu buang air kecil
d. Sembelit, haemorroid
e. Sakit kepala terus menerus,nyeri, bengkak
f. Nyeri abdomen
g. Lokhia yang berbau busuk
h. Pembengkakan payudara, pembesaran puting atau
puting yang terbelah
i. Kesulitan dalam menyusui
j. Perasaan sedih
k. Baby blues
l. Rabun senja
S Page 17
PENANGANAN BAYI
BARU LAHIR
IKATAN
BIDAN INDONESIA
KAB. PRINGSEWU No. Dokumen : 04 / SOP / PMB TA / I /2021
A. Pengertian Asuhan yang diberikan pada Bayi selama jam pertama setelah
kelahiran
B. Tujuan Menilai kondisi bayi baru lahir dan membantu terlaksananya
pernafasan spontan serta mencengah Hypotermi, Pencegahan
infeksi, bayi baru lahir tali pusat, Inisiasi menyusu dini (IMD),
Pencegahan perdarahan, Pemberian imunisasi, Pemeriksaan
bayi baru lahir
S Page 18
3. Menyiapkan obat tetes mata / salep mata
4. Mencuci tangan dengan sabun dan air bersih
5. Segera setelah bayi lahir, menilai apakah bayi bernafas.
Bila bayi tidak menangis, cepat bersihkan jalan nafas
dengan delee, jika tetap tidak menangis segera lakukan
tindakan sesuai standar : penanganan asfiksia pada bayi
baru lahir
6. Segera keringkan bayi dengan handuk kering, bersih,dan
hangat. Kemudian pakaikan kain kering yang
hangat,berikan bayi kepada ibunya untuk didekap di
dadanya melakukan Inisiasi Menyusu Dini ( IMD )
paling sedikit 1 jam
7. Jaga agar bayi tetap hangat ( berikan tutup kepala untuk
mencegah bayi kehilangan panas tubuh
8. Memotong dan mengikat tali pusat
9. Memeriksa tali pusat yang dipotong untuk memastikan
tidak ada perdarahan
10. Lakukan penimbangan dan pengukuran bayi, beri zalf
mata antibiotik profilaksis, dam vitamin K 1 1 mg
intramuskuler di paha kiri anteriolateral setelah 1 jam
kontak kulit ibu bayi.
11. . Berikan suntikan imunisasi hepatitis B setelah 1 jam
pemberian vitamin K1 di paha kanan anteriolateral.
12. Letakkan bayi didalam jangkauan ibu agar sewaktu-
waktu bisa disusukan .
S Page 19
PELAYANAN KB
( PENCABUTAN AKDR )
IKATAN
BIDAN INDONESIA
KAB. PRINGSEWU No. Dokumen : 05 / SOP / PMB TA / I /2021
S Page 20
c. Cuci tangan secara efektif
d. Pakai sarung tangan DTT Yang baru
e. Atur penempatan peralatan dan bahan – bahan yang
akan di pakai dalam wadah steril atau DTT
3. Produser Pencabutan
a. Lakukan pemeriksaan bimanual
b. Bersih kan vagina dengan air DTT, pasang
spekulum vagina untuk melihat serviks,
c. Jepit benang yang dekat serviks dengan klem
d. Tarik keluar benang secara mantap tetapi hati – hati
untuk mengeluarkan AKDR
e. Tunjukan AKDR tersebut pada klien kemudian
rendam dalam larutan cklorin 0,5 %
f. Keluarkan spekulum dengan hati – hati
S Page 21
PELAYANAN KB
( PEMASANGAN AKBK )
IKATAN
BIDAN INDONESIA No. Dokumen : 06 / SOP / PMB TA / I /2021
KAB. PRINGSEWU
S Page 22
kontrasepsi implan sebagai pilihannya ( Infrorm
consent )
b. Jelaskan pada klien prosedur yang akan di lakukan
c. Mempersilahkan pasien untuk mengajukan
pertanyaan bila kurang mengerti
d. Sampaikan pada klien kemungkinan akan merasa
sedikit sakit pada beberapa langkah waktu
pemasangan dan nanti kan diberitahu bila sampai
pada langkah – langkah tersebut
e. Minta klien untuk mencuci daerah yang akan di
pasang implan
E. Prosedur 1. Mekanisme kerja
g. Memberi salam kepada klien dan sapa dengan
ramah dan hangat
h. Dekatkan alat – alat dekat pasien
- Alat alat untuk pemeriksaan fisik dan
pemasangan implant
- Siapkan ruangan dengan cahaya yang cukup
i. Pasang sampiran
j. Cuci tangan di bawah air mengalir dengan sabun
dan keringkan dengan handuk
k. Timbang berat badan klien
l. Ukur tekanan darah
m. Lakukan pemeriksaan payudara, ajarinklie cara
memeriksa payudara sendiri
n. Letakkan perlak dan alas perlak pada bagian bawah
lengan
o. Tentukan tempat pemasangan yang optimal :
- 8 cm dari atas lipatan siku
- Gunakan pola dan spidol untuk menandai tempat
insisi
p. Siapkan batang implant
- Buka bungkus steril tanpa menyentuhnya
- Letakkan pada kom steril
2. Pemasangan Implant
a. Atur alat dan bahan sehingga mudah dicapai
b. Pakai sarung tangan steril
c. Hitung jumlah kapsul untuk memastikan jumlahnya
d. Persiapkan tempat insisi dengan larutan anti septik
- Gunakan klem steril untuk memegang kasa
berantiseptik
- Mulai mengusap dari tempat yang akan
dilakukan insisi keluar dengan gerakan
melingkar sekitar 8 – 13 cm dan biarkan kering
sekitar 2 menit
e. Pasang doek bolong steril
f. Pastikan pasien tidak alergi terhadap anastesi
- Lakukan anastesi lokal
- Masukkan jarum tepat dibawah kulit pada
tempat insisi
S Page 23
- Pastikan tidak masuk dalam pembuluh darah
- Tanpa memindahkan jarum masukkan kebawah
kulit sekitar 4 cm
- Suntikkan masing – masing 1cc diantara pola
pemasangan 1 & 2
g. Uji efek anastesinya
h. Buat insisi dangkal sekitar2 mm dengan skapel
i. Sambil mengangkat kulit, tusuk trokart dan
pendorongnya sampai batas tanda 1 dekat pangkal
trokart
j. Tarik pendorong keluar
k. Masukkan kapsul implan kedalam trokart dengan
tangan atau lengan pingset
l. Masukkan kembali pendorong dan dorong kapsul
sampai ada tekanan
m. Tarik trokart danpendorongnya bersama – sama
sampai batas ujung trokart
- Ujung trokart harus tetap bertada di bawah kulit
n. Fiksasi ujung kapsul implan yang telah di pasang
o. Arahkan ujung trokart untuk memasang kapsul
berikutnya sesuai dengan pola
p. Cabut trokart setelah kapsul terakhir di pasang
q. Raba kapsul untuk mengetahui dua kapsul implant
telah terpasang denagnn deretan seperti kipas
r. Periksa daerah insisi untuk mengetahui seluruh
kapsul berada jauh dari insisi
s. Dekatkan ujung – ujung insisi
t. Pasang plaster/ baind aid pada luka insisi
3. Tindakan Pasca Pemasangan
a. Buang bahan – bahan habis pakai yang
terkontaminasi
b. Rendam seluruh peralatan yang sudah terpakai
dengan larutan klorine 0,5 % 10 menit
c. Cuci tangan dengan larutan chlorine 0,5 %,
kemudian lepaskan sarung tangan dalam posisi
terbalik
4. Konseling Pasca Tindakan
a. Lengkap rekam medik
b. Minta klien menunggu selama 15 – 20 menit
setelah pemasangan
c. Berikan petunjuk pada klien tentang perawatan luka
insisi di rumah
d. Bila terdapat tanda – tanda infeksi segera kembali
e. Yakinkan bahwa klien dapat datang setiap saat bila
memerlukan konsultasi
S Page 24
PELAYANAN KB
( PEMBERIAN SUNTIK )
IKATAN
BIDAN INDONESIA No. Dokumen : 07 / SOP / PMB TA / I /2021
KAB. PRINGSEWU
S Page 25
tersebut tidak robek atau rusak
Pakai flakon dosis tunggal, kocok vial dengan lembut, gunakan jarum steril tidak perlu mengusap dengan alkohol
Sedot dari vial sampai habis, keluarkan udara
Lakukan antiseptik dengan kapas alkohol pada lokasi yang akan di suntik
Tusukkan jarum steril ke bokong ( otot gluteal
bagian luar atas )secara intramuskuler
Jangna mengyusap area suntikan dan minta klien untuk tidak mengurut bekas tempat suntikan
Buang alat suntikan dengan benar setealah menyuntik jangan memasang tutup jarum kembali langsung masukan ke wa
( sefaty bok )
j.Petugas cuci tangan dengan sabun dan air mengalir
k.Petugas menyerahkan kartu KB yang telah diisi dan disampaikan jadwal kunjungan kembali kepada klien
S Page 26
PELAYANAN KB (
PEMBERIAN KONTRASEPSI
PIL KOMBINASI )
IKATAN
BIDAN INDONESIA No. Dokumen : 08 / SOP / PMB TA / I /2021
KAB. PRINGSEWU
S Page 27
pil itu segera setelah ingat, walaupun harus minum 2
pil pada hari yang sama. Tidak perlu menggunakan kontrasepsi yang lain. Bila lupa 2 pil atau lebih ( hari 1 – 21 ) sebaik
i.Bila tidak haid, perlu segera ke klinik untuk tes kehamilan
S Page 28
PELAYANAN KB
( PEMASANGAN AKDR )
IKATAN
BIDAN INDONESIA
No. Dokumen : 09 / SOP / PMB TA / I /2021
KAB. PRINGSEWU
S Page 29
- Jelaskan efek samping yang umumnya sering
dialami oleh klien
e. Lakukan Anamnese klien secara lengkap dan cermat
termasuk riwayat kesehatan reproduksinya untuk
memastikan tidak ada masalah kesehatan untuk
menggunakan AKDR
f. Pemeriksaan panggul
- Pastikan klien sudah
Mengosongkan kandung kemihnya dan mencuci
area genetalia dengan menggunakan sabun dan air
- Cuci tangan dengan air bersih mengalir dan sabun,
keringkan dengan kain bersih
- Bantu klien untuk naik ke meja pemeriksaan
- Palpasi daerah perut dan periksa apakah ada nyeri,
benjolan atau kelainan lainnya di daerah supra
publik
- Kenakan kain penutup klien untuk pemeriksaan
panggul
- Atur arah sumber cahanya untuk melihat serviks
- Pakai Sarung tangan DTT
- Atur penempatan peralatan dan bahan – bahan yang
akan digunakan dalam wadah steril atau DTT
- Lakukan inspeksi pada genetalia eksternal
- Palpasi kelenjar skiene dan bartholin, amat adanya
nyeri atau duh ( discharge ) vagina
- Masukkan speculum vagina
- Lakukan pemeriksaan inspekulo
1) Periksa adanya lesi ataukeputihan pada vagina
2) Inspeksi serviks
- Keluarkan speculum dengan hati hati dan letakkan
kembali pada tempat semula dengan tidak
menyentuh peralatan yang belum digunakan
- Lakukan pemeriksaan bimanual :
1) Pastikan gerakan serviks bebas
2) Tentukan besar dan posisi uterus
3) Pastikan tidak ada kehamilan
4) Pastikan tidak ada infeksi atu tumor pada
adneksa
- Lakukan pemeriksaan rektovaginal ( adanya tumor
pada cavum douglas )
- Celupkan proses dan bersihkan sarung tangan dan
larutan klorin 0,5%, kemudian buka secara terbalik
dan rendam dalam klorin
g. Tindakan Pra Pemasangan
a. Jelaskan proses pemasangan AKDR dan apa yang
akan klienrasakan pada saat proses pemasangan dan
persilahkan klien untuk mengajukan pertanyaan
b. Masukkan lengan AKDR Cu T380 A didalam
kemasan sterilnya :
- Buka sebagian plastik penutupnya dan lipat
S Page 30
kebelakang
- Masukkan perndorong ke dalam tabung inserter
tanpa menyentuh benda tidak steril
- Letakkan kemasan pada tempat yang datar
- Selipkan karton pengukur di bawah lengan AKDR
- Pegang kedua ujung lengan AKDR dan dorong
tabung inserter sampai ke pangkal lengan sehingga
lengan akan melipat
- Setelah lengan melipat sampai menyentuh tabung
inserter, tarik tabung inserter dari bawah lipatan
lengan
- Angkat sedikit tabung inserter, dorong dan putar
untuk memasukkan lengan AKDR yang sudah
terlipat tersebut kedalam tabung inserter
h. Prosedur Pemasangan AKDR
a. Pakai sarung tangan steril DTT yang baru
b. Pasang spekulum vagina untuk melihat serviks
c. Usap vagina dan serviks dengan larutan anti septik 2
sampai 3 kali
d. Jepit serviks dengan tenakulumsecara hati hati
e. Masukkan sonde uterus dengan tehnik tidak
menyentuh / masukkan sonde kedalam kavum uteri
sekali masuk tanpa menyentuh dinding vagian
maupun bibir spekulum
f. Tentukan posisi dan kedalaman kavum uteri dan
keluarkan sonde
g. Ukur kedalaman kavum uteri pada tabung inserter
yang masih berada didalam kemasan sterilnya
dengan menggeser leher biru pada tabung inserter,
kemudian buka seluruh plastik penutup kemasan
h. Angkat tabung AKDR dari kemasannya tanpa
menyentuh permukaan yang tidak steril, hati – hati
jangan sampai pendorongnya terdorong
i. Pegang tabung AKDR dengan leher biru dengan
posisi horizontal ( sejajar lengan AKDR ),
sementara melakukan tarikan hati – hati pada
tenakulum, masukkan tabung inserter kedalam
uterus sampai leher biru menyentuhserviks atau
sampai terasa adanya tahanan.
j. Pegang serta tahantenakulum dan pendorong dengan
sarung tangan
k. Lepaskan lengan AKDR dengan menggunakan
tehnik withdrawal yaitu menarik keluar tabung
inserter sampai pangkal pendorong dengan tetap
menahan pendorong
l. Keluarkan pendorong kemudian tabung inserter
didorong kembali ke serviks sampai leher biru
menyentuh serviks atau sampai terasa adanya
tahanan
m. Keluarkan sebagian dari tabung inserter dan gunting
S Page 31
benang AKDR kurang lebih 3 – 4 cm
n. Keluarkan seluruh tabung inserter, buang ke tempat
sampah terkontaminasi
o. Lepaskan tenakulum dengan hati – hati rendam
dalam larutan klorin 0,5%
p. Periksa serviks dan bila ada perdarahan dari tempat
bekas jepitan tenakulum, tekan dengan kasa selama
30 – 60 detik
q. Keluarkan spekulum dengan hati – hati, rendam
dalam larutan klori 0,5 %
i. Tindakan pasca pemasangan
a. Rendam semua peralatan yang sudah dipakai dalam
larutan klorin 0,5 % selam 10 menit untuk
dekontaminasi.
b. Buang bahan- bahan yang sudah tidak terpakai lagi
ketempat yang sudah di sediakan
c. Celupkan kedua tangan yang masih memakai sarung
tangan kedalam larutan klorin 0,5 %, kemudian
lepaskan secara terbalik dan rendam dalam larutan
tersebut
d. Cuci tangan dengan efektif ( 12 langkah )
e. Amati selama 15 menit sebelum memperbolehkan
lkien pulang
j. Konseling pasca pemasangan
q. Ajarkan klien bagaimana cara memeriksa sendiri
benamg AKDR dan kapan harus dilakukan
r. Jelaskan pada klien apa yang harus dilakukan bila
mengalami efek samping
s. Beritahun klien kapam harus datang kembali untuk
kontrol
t. Ingatkan kembali masa pemakaian AKDR Cu T 380
A adalah 10 tahun
u. Yakinkan klien bahwa ia dapat datang setiap saat
bila mmerlukan konsultasi, pemeriksaan medis atau
menginginkan AKDR tersebut di cabut
v. Minta klien untuk mengulangi kembali penjelasan
yang telah di berikan
w. Lengkapi rekam medic dan kartu AKDR untuk klien
S Page 32
PELAYANAN KB
( PENCABUTAN AKBK )
IKATAN
BIDAN INDONESIA No. Dokumen : 10 / SOP / PMB TA / I /2021
KAB. PRINGSEWU
Pengertian
A. Melakukan Pencabutan Alat Kontrasepsi bawah kulit
B. Tujuan Agar Petugas dapat melakukan pencabutan AKBK sesuai
standar agar tidak terjadi komplikasi
Referensi
C. Buku Panduan Pelayanan Praktis Kontrasepsi
D. Alat dan Bahan a. Persiapan alat :
a. Meja periksa untuk tempat tidur klien
b. Penyangga lengan atau meja samping
c. Sabun untuk mencuci tangan
d. Kain penutup operasi steril ( bersih ) yang kering
e. Tiga mangkok steril / DTT
f. Sepasang sarung tangan steril / DTT
g. Larutan anti septik
h. Anastesi lokal
i. Spuit ( 5 atau 10 ml ) dan jarum suntik panjang
2,5 – 4 cm ( no 22 )
j. Skapel no 11
k. Klem lengkung dan lurus ( mosquito dan cile )
l. Band aid atau kasa steril dengan plaster
m. Kasa pembalut
n. Epinefrin untuk syok anapfilaktik ( harus tersedia
untuk keadaan darurat
S Page 33
e. Pastikan posisi dari setiap kapsul dengan membuat
tanda pada kedua ujung setiap kapsul dengan
menggunakan spidol.
f. Siapkan tempat alat alat , dan buka bungkus steril
tanpa menyentuh alat – alat di dalamnya
E. Prosedur 3. Tindakan sebelum pencabutan
a. Cuci tangan di bawah air mengalir dengan sabun
dan keringkan dengan handuk
b. Pakai sarung tangan steril /DTT
c. Atur alat dan bahan sehingga mudah dicapai
d. Usap tempat pencabutan dengan kasa beranti septik,
gunakan klem steril atau DTT untuk mnemegang
kasa tersebut.
e. Gunakan doek bolong untuk menutupi lengan
f. Sekali lagi raba seluruh kapsul untuk menentukan
lokasinya
g. Setelah memastikan klien tidak alergi terhadap obat
anastesi, isi alat suntuk dengan 3 ml obat anastesi
h. Tindakan pencabutan kapsul
1. Tentukan lokasi insisi yang mempunyai jarak
yang sama dari ujung bawah semua kapsul
( dekat siku ), kira – kira 5 mm dari ujung
bawah kapsul
2. Pada lokasi yang sudah di pilih, buat insisi
melintang yang kecil +_4 mmdengan
menggunakan scalpel
3. Mulai mencabut kapsul yang mudah di raba
dari luar atau yang terdekat luka insisi
4. Masukkan klem lengkung melalui luka insisi
lengkungan jepitan mengarah ke kulit
5. Dorong ujung kapsul pertama se dekat
mungkin pada luka insisi
6. Bersihkan dan buka jaringan ikat yang
mengelilingi kapsul
7. Jepit kapsul yang sudah terpapar dengan
menggunakan klem ke dua
8. Pilih kapsul berikutnya yang tampak paling
mudah di cabut
S Page 34
5.Cuci tangan dengan larutan chlorine 0,5% kemudian lepaskan sarung tangan dalam posisi terbalik
j.Konseling Pasca Tindakan
Lengkap rekam medik
Beri tahu klien mungkin akan timbul memar,
pembengkakan dan kulit kemerahan, pada daerah
pencabutan selama beberapa hari, keadaan ini normal
Berikan petunjuk pada klien tentang perawatan luka insisi di rumahan
i.Klien tetap segera melakukan pekerjaan rutin
j.Bila terdapat tanda – tanda infeksi segera kembali
Yakinkan bahwa klien dapat datang setiap saat bila memerlukan konsultasi
Beritahu klien bahwa jaringan ikat di lengan mungkin masih tetap terasa dan akan menghilang setelah beberapa bulan
S Page 35
PENANGANAN PRE EKLAMSI
RINGAN/ BERAT DAN
EKLAMSI
IKATAN
BIDAN INDONESIA No. Dokumen : 11 / SOP / PMB TA / I /2021
KAB. PRINGSEWU
A. Pengertian Penyakit dengan tanda – tanda hipertensi, protein uria dan
oedema yang timbul karena kehamilan dan terjadi pada
triwulan ke 3 kehamilan
B. Tujuan Sebagai acuan Bidan dalam melakukan Penatalaksanaan pada
kasuss pre eklamsi ringan, pre eklamsi berat, dan eklamsi
1. Melindungi ibu dari efek peningkatan tekanan darah
2. Mencegah progresifitas penyakit menjadi eklamsi
3. Mengatasi atau menurunkan resiko janin ( solusio placenta,
pertumbuhan janin terhambat, hipoksi sampai kematian
janin )
4. Melahirkan janin dengan cara yang paling aman dan cepat
sesegera mungkin setelah matur, atau imatur jika diketahui
bahwa resiko janin atau ibu akan lebuh berat jika
persalinan di tunda lebih lama
C. Referensi Buku saku pelayan kesehatan ibu di fasilitas kesehatan dasar
dan rujukan
D. Alat dan Bahan Persiapan Alat :
1. Tensi
2. Stetoskop
3. Reflek patella
4. Sudip lidah
S Page 36
a. Sedativa ringan
b. Obat penunjang
c. Nasehat
1)Lebih banyak istirahat baring penderita juga dianjurkan
untuk berbaring miring ke kiri sehingga tekanan terhadap
vena besar di dalam perut yang membawa darah ke
jantung berkurang dan aliran darah menjadi lebih lancar.
2) Segera datang memeriksakan diri, bila tedapat gejala sakit
kepala, mata kabur, edema mendadak atau berat badan
naik. Pernafasan semakin sesak, nyeri ulu hati, kesadaran
makin berkurang, gerak janin berkurang, pengeluaran
urin berkurang.
3) jadwal pemeriksaan hamil dipercepat dan diperketat.
Petunjuk untuk segera memasukkan penderita ke rumah
sakit atau merujuk penderita
- Bila tekanan darah 140/90 mmHg atau lebih
- Protein dalam urin 1 plus atau lebih
- Kenaikan berat badan ½ kg atau lebih dalam seminggu
- Edema bertambah dengan mendadak
- Terdapat gejala dan keluhan subjektif
S Page 37
- Sambil menunggu rujukan, mulai dosis rumatan 6 g
MGSO4 dalam 6 jam sesuai prosedur
S Page 38
MTBS
IKATAN
BIDAN INDONESIA No. Dokumen : 12 / SOP / PMB TA / I /2021
KAB. PRINGSEWU
Referensi
C. DEPKES RI. (2011). Buku Bagan MTBS. Jakarta: Depkes RI.
D. Prosedur 1. Bidan menyiapkan alat medis (stetoskop, timbangan,
termometer, sound timer, pengukur tinggi badan, buku
formulir MTBS dan senter)
2. Bidan mencuci tangan.
3. Anamnesa : wawancara terhadap orang tua bayi dan balita
mengenai keluhan utama, keluhan tambahan, lamanya sakit,
pengobatan yang telah diberikan, riwayat penyakit lainnya.
4. Pemeriksaan :
a. Untuk bayi muda umur 1 hari s/d 2 bulan :
Periksa kemungkinan kejang
Periksa gangguan nafas
Ukur suhu tubuh
Periksa kemungkinan adanya infeksi bakteri
Periksa kemungkinan adanya icterus
Periksa kemungkinan gangguan pencernaan dan
diare
Ukur berat badan
S Page 39
Periksa status imunisasi
Dan seterusnya lihat formulir MTBS
LANGKAH-LANGKAH KEGIATAN
S Page 40
HEMMORAGIC ANTE PARTUM
IKATAN
BIDAN INDONESIA No. Dokumen : 13 / SOP / PMB TA / I /2021
KAB. PRINGSEWU
S Page 41
HEMMORAGIC POST PARTUM
IKATAN
BIDAN INDONESIA No. Dokumen : 14 / SOP / PMB TA / I /2021
KAB. PRINGSEWU
S Page 42
dibandingkan dengan cairan yang masuk ( produksi
urin normal 0,5 – 1 ml/ kg BB /jam atau sekitar 30
ml /jam )
k. Siapkan tranfusi darah
l. Tentukan penyebab dari perdarahan
Tatalaksana khusus
1. Atonia uteri
a. Lakuakan pemijatan uterus
b. Pastikan plasenta lahir lengkap
c. Berikan 20 – 40 u oksitosin dalam l000 ml larutan
Nacl 0,9% atau RL dengan kecepatan 60 tts/ menit
dan 10 u IM. Lanjutkan infus oksitoksin 20 u dalam
1000 ml larutan Nacl 0,9% atau RL dengan
kecepatan 40 tts/ menit, hingga perdarahan berhenti
d. Bila tidak tersedia oksitoksin atau bila perdarahan
tidak berhenti,berikan ergometrin 0,2 Mg IM atau
IV, dapat diikuti pemberian 0,2 Mg IM setelah 15
menit, dan berikan 0,2 Mg IM atau IV setiap 4 jam
bila diperlukan. Jangan diberikan lebih dari 5 dosis
( 1mg )
e. Jika perdarahan berlanjut, berikan 1 gr asam
traneksamat secara IV ( bolus selama 1 menit dapat
diulang setelah 30 menit )
2. Robekan jalan lahir
Ruptur perinium dan robekan dinding vagina
a. Lakukan eksplorasi untuk mengidentifikasi sumber
perdarahan
b. Lakukan irigasi pada tempat luka dan bersihkan
dengan anti septik
c. Hentikan sumber pedarahan dengan klem dan ikat
dengan benang yang dapat di serap
d. Lakukan penjahitan
e. Bila perdarahan masih berlanjut, berikan 1 grm
asam traneksamat IV ( Bolus selama 1 menit, dapat
diulang setelah 30 menit ) lalu rujuk Pasien
3. Robekan servik
a. Paling sering terjadi pada bagian lateral bawah
kiridan kanan dari portio.
b. Jepitkan klem ovum pada lokasi perdarahan/ jahitan
dilakukan secara kontinyu di mulai dari ujung atas
robekan kemudian kearah luar hingga semua
robekan dapat di jahit
S Page 43
f. Bila perdarahan masih berlanjut, berikan 1 grm
asam traneksamat IV ( Bolus selama 1 menit, dapat
diulang setelah 30 menit ) lalu rujuk Pasien
4. Retensio plasenta
f. Berikan 20 – 40 µ oksitosin dalam l000 ml larutan
Nacl 0,9% atau RL dengan kecepatan 60 tts/ menit
dan 10 u IM. Lanjutkan infus oksitoksin 20 u dalam
1000 ml larutan Nacl 0,9% atau RL dengan
kecepatan 40 tts/ menit, hingga perdarahan berhenti
a. Lakukan tarikan tali pusat terkendali
b. Bila tarikan tali pusat terkendali tidak berhasil,
lakukan plasenta manual secara hati hati
c. Berikan anti biotik profilaksis dosis tunggal
( ampisillin 2 gr secara IV dan metronidazole
secara IV )
d. Segera atasi atau rujuk pasien bila terjadi komplikasi
perdarahan hebat atau infeksi
5. Sisa plasenta
g. Berikan 20 – 40 u oksitosin dalam l000 ml larutan
Nacl 0,9% atau RL dengan kecepatan 60 tts/ menit
dan 10 u IM. Lanjutkan infus oksitoksin 20 u dalam
1000 ml larutan Nacl 0,9% atau RL dengan
kecepatan 40 tts/ menit, hingga perdarahan berhenti
a. Lakukan eksplorasi digital ( bila servik terbuka )
dan keluarkan bekuan darah dan jaringan. Bila
servik hanya dapat dilalui instrumen, lakukan
evakuasi sisa plasenta dengan aspirasi vakum
manual atau dilatasi dan kuretase.
b. Jika perdarahan berlanjut, tatalaksana seperti kasus
atonia uteri.
6. Inversio uteri
a. Segera reposisi uterus namun jika reposisi tampak
sulit, apalagi jika inversio terjadi cukup lama,
bersiaplah untuk merujuk ibu
7. Ganguan pembekuan darah
a. Pada banyak kasus kehilangan darah yang akut
koagulopati dapat di cegah jika volume darah di
pulihkan segera
b. Tangani kemungkina penyebab solusio plasenta
c. Segera rujuk pasien
S Page 44
PENANGANAN BAYI ASFIKSIA
IKATAN
BIDAN INDONESIA
No. Dokumen : 15 / SOP / PMB TA / I /2021
KAB. PRINGSEWU
A. Pengertian Keadaan dimana Bayi Baru Lahir tidak bernafas secara spontan
dan teratur. Sering sekali seorang bayi yang mengalami gawat
janin sebelum persalinan akan mengalami asfiksia sesudah
persalinan. Masalah ini berkaitan dengan kondisi ibu, masalah
pada tali pusat dan plasenta atau masalah pada bayi selama atau
sesudah persalinan
B. Tujuan Sebagi Acuan Bidan dalam memberikan pertolongan pada bayi
dengan asfiksia dengan tujuan :
1. Memberikan ventilasi yang adekuat
2. Membatasi kerusakan serebri
3. Pemberian oksigen dan curah jantung yang cukup untuk
menyalurkan oksigen kepada otak, jantung dan alat – alat
vital lainnya
4. Untuk memulai atau mempertahankan kehidupan ekstra
uteri
C. Referensi 1. Buku saku Pelayanan kesehatan anak
2. Buku acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan
neonatal
Kebijakan
D. Standar pelanyanan kebidanan tahun 2000
E. Alat dan Bahan Persiapan Alat :
1. Tempat resusitasi datar, rata, bersih, kering dan hangat
2. Handuk atau kain bersih dan kering 2
3. Handuk atau kain kecil untuk mengganjal bahu
4. Alat penghisap lendir
5. Penghisap delee DTT / Steril
6. Oksigen
7. Tabung sungkup Balon sungkup dengan katup pengatur
tekanan
8. Lampu 60 watt dengan jarak dari lampu ke bayi sekitar
60 cm
S Page 45
9. Jam atau pencatat waktu
LANGKAH AWAL
S Page 46
Langkah 2 – 8 dilakukan dalam waktu 30 detik
VENTILASI
1. Mulai ventilasi
a. Beritahu pada ibu dan keluarga bahwa bayi
mengalami masalah ( seperti telah di prediksi
sebelumnya ) sehingga perlu dilakukan tindakan
resusitasi
b. Minta ibu dan keluarga memahami upaya ini dan
minta mereka ikut membantu ( pengawasan ibu dan
pertolongan bagi bayi baru lahir dengan asfiksia )
1. Ventilasi dapat dilakukan dengan tabung dan
sungkup ataupun dengan balon dan sungkup.
Langkah – langkahnya adalah sama, perbedaannya
hanya pada beberapa hal berikut ini. Dengan tabung
dan sungkup:
- Udara sekitar harus dihirup ke dalam mulut dan
hidung Penolong, kemudian di hembuskan lagi
ke jalan nafas bayi melalui mulut tabung
sungkup
- Untuk memasukkan udara baru, penolong harus
melepaskan mulut dari pangkal tabung untuk
menghirup udara baru dan baru memasukkannya
kembali ke jalan nafas bayi ( bila penolong tidak
melepas mulutnya dari pangkal tabung /
mengambil nafas dari hidung dan langsung
meniupkan udara, maka yang masuk adalah
udara ekspirasi dari paru penolong )
- Pemenuhan frekwensi 20 kali dalam 30 detik
menjadi sulit karena penghisapan udara..
2. Sisihkan kain yang menutup bagian dada agar
penolong dapat menilai pengembangan dada bayi
waktu dilakukan penghisapan udara.
3. Uji fungsi tabung dan sungkup atau balon dan
sungkup dengan jalan meniup pangkal tabung atau
menekan balon sambil menahan corong sungkup.
4. Pasang sungkup melingkupi hidung, mulut dan dagu
( perhatikan perlekatan sungkup dan daerah mulut
bayi )
VENTILASI PERCOBAAN
S Page 47
periksa kembali.
- Kemungkinan kebocoran perlekatan sungkup
dan hidung
- Posisi kepala dan jalan nafas
- Sumbatan jalan nafas oleh lendir pada mulut dan
hidung
Lakukan koreksi dan ulangi ventilasi perconbaan
VENTILASI DEFINITIF
S Page 48
- Mencegah Infeksi
- Membuat Surat Rujukan
- Melakukan pencatatan dan pelaporan khusus
3. Jika Resusitasi tidak berhasil:
- Melakukan konseling pada ibu dan keluarga
- Memberikan petunjuk perawatan payudara
- Melakukan pencatatan dan pelaporan khusus
4. Lakukan Dekontaminasi seluruh peralatan
yang telah digunakan
- Penghisap lendir di rendam setelah di bilas
dengan larutan klorin 0,5 % dengan semprit
- Seka sungkup dengan larutan klorin 0,5 %
- Rendam kain ganjal dan pengering tubuh bayi
5. Catatsecara rinci :
- Kondisi saat lahir
- Tindakan untuk memulai pernafasam
- Waktu antara lahir dengan tindakan langkah
awal dan ventilasi
- Proses resusitasi dan hasilnya
- Bila Resusitasi gagal, apa penyebabnya
- Keterangan rujukan apabila dirujuk
S Page 49
MENGATASI SYOK
IKATAN
BIDAN INDONESIA No. Dokumen : 16 / SOP / PMB TA / I /2021
KAB. PRINGSEWU
S Page 50
2) Denyut nadi < 90 x / menit
3) Status mental membaik ( gelisah berkurang )
4) Produksi urin > 30 ml/ jam
m. Setelah kehilangan cairan dikoreksi ( frekwensi nadi
< 100x / menit dan Tekanan darah sistolik >
100mmHg )
n. Pemberian infus dipertahankan dengan kecepatan
500 ml tiap 3 – 4 jam ( 40 – 50 tetes / menit )
o. Pertimbangan merujuk ibu ke rumah sakit atau
fasilitas kesehatan yang lain
2. Tatalaksana khusus
Syok Hemoragik
a. Jika perdarahan hebat dicurigai sebagai penyebab
syok,cari tahu dan atasi sumber perdarahan:
- Perdarahan sebelum usia kehhamilan 22 minggu,
- Perdarahan setelah usia kehamilan 22 minggu dan
saat persalinan.
- Perdarahn setelah persalinan
b. transfusi dibutuhkan jika HB < 7 g/dl atau secara
klinis ditemukan anaemia berat
Syok Anafilaktik
a. Hentikan kontak dengan alergen yang dicurigai
b. Koreksi hipotensi dengan resusitasi cairan yang
agresif dan berikan efinefrin / adrenalin 1 : 1000
( 1 mg/ ml ) dengan dosis 0,2 – 0,5 ml/ IM atau SC
c. Berikan terapi suportif dengan antihistamin
( difenhidramin 25 – 50 IM atau IV ), penghambat
reseptor H2 ( ranitidin 1 mg/kg BB IV dan
kortikosteroid ( metilprednisolon 1-2 mg/kgBB/hari
diberikan tiap 6 jam )
S Page 51
PENCEGAHAN DAN
PENGENDALIAN INFEKSI
IKATAN
BIDAN INDONESIA No. Dokumen : 16 / SOP / PMB TA / I /2021
KAB. PRINGSEWU
Pengertian
A. Suatu acuan bidan dalam pencegahan infeksi
B. Tujuan Melindungi Petugas kesehatan dan pasien dari resiko
penularan infeksi.
C. Referensi Buku saku Pelayanan kesehatan ibu di fasilitas kesehatan
dasar dan rujukan
D. Penatalaksanaan 1. Menjaga kebersihan tangan
a. Jaga agar kuku jari – jari tangan agar tetap pendek
b. Tutup luka di tangan dengan bahan kedap air
c. Selalu bersihkan tangan pada situasi situasi berikut :
- Sebelum dan sesudah menyentuh pasien
- Sebelum memegang alat atau instrumen infasif,
baik ketiaka mengenakan sarung tangan atau
tidak
- Setelah kontak dengan cairan tubuh atau eksresi,
membran mukosa, kulit yang tidak intak atau
kasa penutup luka.
- Ketika berpindah dari satu bagian tubuh yang
terkontaminasi ke bagian tubuh lain dari pasien
yang sama
- Setelah melepas sarung tangan steril maupun
non steril.
d. Jika tangan tidak terlihat kotor, gunakan pembersih
tangan berbahan dasar alkohol
Jika terlihat kotor, namun pembersih tangan
berbahan dasar alkohol tidak tersedia, cucilah
tangan dengan air sabun yang mengalir
e. Jika tangan terlihat kotor, atau bila terkena darah/
cairan tubuh,atau setelah menggunakan toilet,cuci
tangan dengan sabun dan air bersih mengalir.cuci
tangan juga dianjurkan bila dicurigai ada paparan
terhadap patogen berspora, lakukan tehnik mencuci
S Page 52
tangan 6 langkah selama 40- 60 detik
f. Sebelum menangani obat- obatan atau menyiapkan
makan bersihkan terlebih dahulu tangan
menggunakan sabun dan air mengalir
g. Bila difasilitas kesehatan tidak tersedia kran dengan
air bersih mengalir, letakkan ember berisi air bersih
di tempat yang cukup tinggi dan berikan kran di
dasar ember sehingga air bisa mengalir keluar untuk
cuci tangan
S Page 53
d. Langsung buang semua jarum yang telah
digunakan ke tempat penampungan sam pah
tajam tanpa memberikannya pada orang lain
e. Ketika tempat penampungan sudah tiga perempat
penuh tutup atau plester wadah tersebut lalu bakar.
S Page 54
PENATALAKSANAAN
RUJUKAN
IKATAN
BIDAN INDONESIA No. Dokumen : 17 / SOP / PMB TA / I /2021
KAB. PRINGSEWU
S Page 55