Bidan
Erni Susanti, Amd. No. Dokumen No. Revisi Halaman
Keb. 007/SOP/V/2019 - 1/2
Terbit Tanggal : Ditetapkan
18 Mei 2019 Penanggung jawab BPM
SOP
Erni Susanti, Amd. Keb.
PENGERTIAN Rujukan adalah hubungan dalam pengiriman dan
pemeriksaan bahan ke fasilitas yang lebih mampu dan
lengkap. Rujukan dalam pelayanan kebidanan merupakan
kegiatan pengiriman orang sakit dari unit kesehatan yang
kurang lengkap ke unit yang lebih lengkap berupa rujukan
kasus patologis pada kehamilan, persalinan dan nifas masuk
didalamnya, pengiriman kasus masalah reproduksi lainnya
seperti kasus ginekologi atau kontrasepsi yang memerlukan
penanganan spesialis. Termasuk juga didalamnya
pengiriman pemeriksaan laboratorium.
6. Pengiriman penderita
7. Tindak Lanjut
a. Untuk penderita yang telah dikembalikan (rawat jalan
pasca penanganan).
b. Penderita yang memerlukan tindakan lanjut tapi tidak
melapor harus ada tenaga kesehatan yang melakukan
kunjungan rumah.
Praktek Mandiri PENCEGAHAN PENGENDALIAN INFEKSI ( PPI )
Bidan
Erni Susanti, Amd. No. Dokumen No. Revisi Halaman
Keb. 012/SOP/V/2019 - ¼
Terbit Tanggal : Ditetapkan
Penanggung jawab BPM
18 Mei 2019
SOP
Erni Susanti, Amd. Keb.
PENGERTIAN Suatu usaha yang dilakukan untuk menghindari terjadinya
resiko penularan infeksi mikroorganisme dari lingkungan
klien dan tenaga kesehatan.
TUJUAN Sebagai acuan untuk pencegahan dan pengendalian infeksi
dan memberikan perlindungan bagi pasien dan tenaga
kesehatan
KEBIJAKAN Sebagai pedoman dalam upaya pencegahan dan penularan
infeksi
PROSEDUR 1. Terdapat air yang mengalir di klinik
Fasilitas memiliki sarana air bersih yang mengalir setiap
hari.
2. Kebersihan Klinik
Bebas dari noda darah, debu, sampah dan sarang laba-laba
PERSIAPAN ALAT & - Bak instrumen berisi partus set (klem 2, gunting tali pusat
BAHAN 1, setengah koher 1, kateter 1)
- Sarung tangan steril
- Kom berisi kapas dan air DTT
- Penghisap lendir atau dalee
- Oksitosin
- Spuit 3cc
- Umbilikal klem atau benang tali pusat
- Kassa steril
- Kain untuk ibu dan bayi
- Bengkok
- Tempat placenta
- Baskom berisi air DTT dan waslap
- Baskom berisi cairan klorin 0,5%
- Tempat sampah basah dan kering
Lahirnya Bahu
22. Setelah kepala melakukan putaran paksi luar, pegang
secara biparetal. Anjurkan ibu untuk meneran saat
kontraksi. Dengan lembut gerakkan kepala ke arah
bawah dan distal hingga bahu depan muncul di bawah
arkus pubis dan kemudian gerakkan arah atas dan
distal untuk melahirkan bahu belakang.
Menilai Perdarahan
40. Periksa kedua sisi plasenta baik bagian ibu maupun
bayi dan pastikan selaput ketuban lengkap dan utuh.
Masukkan plasenta ke dalam kantung plastik atau
tempat khusus.
Evaluasi
48. Lanjutkan pemantauan kontraksi dan mencegah
perdarahan pervaginam :
2-3 kali dalam 15 menit pertama pascapersalinan.
Setiap 15 menit pada 1 jam pertama pasca
persalinan.
Setiap 20-30 menit pada jam kedua
pascapersalinan.
Jika uterus tidak berkontraksi dengan baik,
melakukan asuhan yang sesuai untuk
menatalaksana atonia uteri.
49. Ajarkan ibu/ keluarga cara melakukan massase uterus
dan menilai kontraksi.
50. Evaluasi dan estimasi jumlah kehilangan darah.
51. Memeriksa nadi ibu dan keadaan kandung kemih
setiap 15 menit selama 1 jam pertama pasca
persalinan dan setiap 30 menit selama jam kedua
pasca persalinan :
Memeriksa temperatur tubuh ibu sekali setiap
selama 2 jam pertama pasca persalinan.
Melakukan tindakan yang sesuai untuk temuan
yang tidak normal.
52. Periksa kembali bayi untuk pastikan bahwa bayi
bernafas dengan baik (40-60 kali/ menit) serta suhu
tubuh normal (36,5 - 37,5).
Kebersihan dan Keamanan
53. Tempatkan semua peralatan bekas pakai dalam
larutan klorin 0,5% untuk dekontaminasi, bilas (10
menit). Peralatan cuci.
54. Buang bahan-bahan yang terkontaminasi ke tempat
sampah.
55. Bersihkan ibu dengan menggunakan air DTT.
Bersihkan sisa cairan ketuban, lendir dan darah.
Bantu ibu memakai pakaian yang bersih dan kering.
56. Pastikan ibu merasa nyaman. Bantu ibu memberikan
ASI. Anjurkan keluarga untuk memberi ibu minuman
dan makanan yang diinginkan.
57. Dekontaminasi tempat bersalin dengan larutan klorin
0,5%.
58. Celupkan sarung tangan kotor ke dalam larutan klorin
0,5%, balikkan bagian dalam ke luar dan rendam
dalam larutan klorin 0,5% selama 10 menit.
59. Cuci kedua tangan dengan sabun dan air mengalir.
Dokumentasi
60. Lengkapi partograf, periksa tanda vital dan asuhan
kala IV.
Praktek Mandiri PENATALAKSANAAN BAYI BARU LAHIR
Bidan
Erni Susanti, Amd. No. Dokumen No. Revisi Halaman
Keb. 004/SOP/V/2019 - 1/2
Terbit Tanggal : Ditetapkan
Penanggung jawab BPM
18 Mei 2019
SOP
Erni Susanti, Amd. Keb.
PENGERTIAN Asuhan yang dilakukan 1 jam setelah bayi lahir.
TUJUAN Menilai kondisi bayi baru lahir dan membantu terlaksananya
pernafasan spontan serta mencegah hipotermi.
KEBIJAKAN Standar pelayanan kebidanan.
PROSEDUR 1. Persiapan Alat
- Delee
- Klem 2 buah
- Klem tali pusat
- Handuk kering dan bersih
- Kassa steril
- Spuit 1cc
- Neo k inj
- Swab alkohol
- Timbangan bayi
- Metlin / pengukur panjang badan
- Gelang bayi (pink untuk perempuan dan biru untuk
laki-laki)
- Pakaian bayi 1 set
2. Pelaksanaan
- Mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir
- Menyiapkan alat dan tempat yang bersih
- Segera setelah bayi lahir, menilai apakah bayi bernafas
dengan baik, menangis kuat, warna kulit, ekstremitas
atas dan bawah lengkap atau tidak.
- Hangatkan bayi dengan handuk kering
- Atur posisi bayi dengan kepala sedikit ekstensi
- Segera bersihkan jalan nafas dengan delee
- Memotong tali pusat lalu tutup dengan kassa steril
- Keringkan bayi kembali dengan handuk
- Menimbang berat badan dan mengukur panjang badan
serta lingkar kepala dan lingkar dada
- Memeriksa anus dengan termometer rektal
- Memberikan injeksi neo k 0,5ml / IM di paha sebelah
kanan
- Memakaikan gelang bayi sesuai dengan jenis kelamin
(nama orang tua, tanggal dan jam lahir, berat badan
dan panjang badan)
- Memakaikan pakaian bayi
- Meletakkan bayi dalam dekapan ibu
- Merapikan alat dan tempat
- Mencuci tangan dengan sabun dan air bersih
- Pendokumentasian
Praktek Mandiri PELAYANAN IBU NIFAS
Bidan
Erni Susanti, Amd. No. Dokumen No. Revisi Halaman
Keb. 003/SOP/V/2019 - 1/3
Terbit Tanggal : Ditetapkan
Penanggung jawab BPM
18 Mei 2019
SOP
Erni Susanti, Amd. Keb.
PENGERTIAN Pelayanan kesehatan ibu nifas adalah pelayanan kesehatan
standar pada ibu mulai 6 jam sampai 42 hari pasca bersalin.
TUJUAN Pemantauan perubahan fisiologis masa nifas serta mencegah
terjadinya infeksi.
KEBIJAKAN Semua bidan yang melakukan tindakan pelayanan nifas,
pelayanan yang diberikan harus sesuai dengan SOP.
PROSEDUR 1. PERSIAPAN : PENOLONG
a. Bidan siap melaksanakan asuhan ibu nifas, cuci tangan
sebelum dan sesudah bekerja.
b. Alat dan tempat : tersedia alat dan tempat untuk
melaksanakan asuhan masa nifas.
10. DOKUMENTASI
a. Mendokumentasikan semua hasil observasi, asuhan
dan semua temuan.
b. Asuhan postpartum harian didokumentasikan dengan
benar (observasi, tanda vital, asuhan, tindakan yang
diambil).
c. Mencatat pengobatan dan perawatan lainnya secara
benar.
Praktek Mandiri MENGATASI SYOK
Bidan
Erni Susanti, Amd. No. Dokumen No. Revisi Halaman
Keb. 011/SOP/V/2019 - ½
Terbit Tanggal : Ditetapkan
Penanggung jawab BPM
18 Mei 2019
SOP
Erni Susanti, Amd. Keb.
PENGERTIAN Syok anafilaktik adalah suatu reaksi hipersensitivitas yang
berlebihan terhadap masuknya protein / zat asing ke dalam
tubuh.
TUJUAN Untuk mencari penyebab syok serta merencanakan tindakan
selanjutnya agar morbiditas dan mortalitas ibu dan janin dapat
diturunkan.
KEBIJAKAN Semua bidan yang melakukan tindakan penanganan syok,
pelayanan yang diberikan harus sesuai dengan SOP.
PROSEDUR A. Penanganan Utama dan Segera
1. Hentikan pemberian obat/ antigen penyebab
2. Baringkan penderita dengan posisi tungkai lebih tinggi
dari kepala
3. Berikan adrenalin 1:1000 (1 mg/ml)
- Segera secara IM pada otot deltoideus, dengan
dosis 0,3-0,5 ml (anak 0,01 ml/kgbb) dapat
diulang tiap 5 menit.
- Pemberian adrenalin IV apabila terjadi tidak ada
respon pada pemberian secara IM atau terjadi
kegagalan sirkulasi dan syok, dengan dosis
(dewasa) : 0,5ml adrenalin 1:1000 (1mg/ml)
diencerkan dalam 10 larutan garam faali dan
diberikan selama 10 menit.
4. Bebaskan jalan napas dan awasi vital sign (Tensi,
Nadi, Respirasi) sampai syok teratasi.
5. Pasang infus dengan larutan glukosa bila tekanan
darah systole kurang dari 100mmHg.
6. Pemberian oksigen 5-10 L/menit.
7. Bila diperlukan rujuk pasien ke RS terdekat dengan
pengawasan tenaga medis.
B. Penanganan Tambahan
1. Pemberian Antihistamin
Difenhidramin inj 50 mg, dapat diberikan bila timbul
urtikaria.
2. Pemberian Kortikosteroid
Hidrokortison inj 7-10 mg/kg BB, dilanjutkan 5mg/kg
BB setiap 6 jam atau dexametason 2-6 mg/kg BB,
untuk mencegah reaksi berulang.
Antihistamin dan Kortikosteroid tidak untuk
mengatasi syok anafilaktik.
3. Pemberian aminofilin IV, 4-7 mg/kg BB selama 10-20
menit bila terjadi tanda-tanda bronkospasme, dapat
diikuti dengan infus 0,6 mg/kg BB/jam.
C. Penanganan Penunjang
1. Tenangkan penderita, istirahat dan hindarkan
pemanasan.
2. Pantau tanda-tanda vital secara ketat sedikitnya pada
jam pertama.
Praktek Mandiri PELAYANAN KB
Bidan
Erni Susanti, Amd. No. Dokumen No. Revisi Halaman
Keb. 005/SOP/V/2019 - 1/3
Terbit Tanggal : Ditetapkan
Penanggung jawab BPM
18 Mei 2019
SOP
Erni Susanti, Amd. Keb.
PENGERTIAN Keluarga Berencana (KB) merupakan suatu program
pemerintah yang dirancang untuk menyeimbangkan antara
kebutuhan dan jumlah penduduk. Perencanaan yang bisa
dilakukan dengan pembatasan yang bisa dilakukan dengan
penggunaan alat-alat kontrasepsi atau penanggulangan
kelahiran seperti kondom, IUD, dan sebagainya.
TUJUAN Meningkatkan kesejahteraan ibu, anak dalam mewujudkan
NKKBS (Normal Keluarga Kecil Bahagia Sejahtera) yang
menjadi dasar terwujudnya masyarakat yang sejahtera
dengan mengendalikan kelahiran sekaligus menjamin
terkendalinya pertambahan penduduk.
KEBIJAKAN Semua bidan yang melakukan tindakana pelayanan KB,
pelayanan yang diberikan harus sesuai dengan SOP.
PROSEDUR 1. Bidan menciptakan hubungan baik dengan klien dan
dapat mengidentifikasi kebutuhan klien.
a. Memberi salam pada klien
b. Memperkenalkan diri kepada klien
c. Menanyakan nama klien dan memanggil dengan
nama klien
d. Menanyakan biodata pasien (nama, alamat, dll)
e. Menanyakan tujuan kunjungan
f. Meyakinkan klien akan kerahasiaan : (Mengatakan
bahwa informasi yang diberikan selama kunjungan
hanya akan diberikan kepada bidan klinik yang
terkait bila diperlukan)
g. Memberikan privasi selama kunjungan dengan
menutup pintu dan membatasi jumlah orang yang lalu
lalang di ruangan selama kunjungan
h. Menanyakan klien tentang tujuan reproduktif dan
kebutuhan akan kontrasepsi
i. Menggunakan rekam medis klien
A. Atonia Uteri
Definisi Atonia Uteri : suatu kondisi miometrium tidak
dapat berkontraksi segera setelah kelahiran plasenta
sehingga darah yang keluar dari bekas tempat melekatnya
plasenta menjadi tidak terkendali.
Apabila uterus tidak berkontraksi setelah plasenta lahir
dan sudah dilakukan masase selama 15 menit.
CATATAN :
Jangan berikan lebih dari 3 liter larutan intravena
yang mengandung oksitosin
Jangan berikan ergometrin kepada ibu dengan
hipertensi berat / tidak terkontrol, penderita sakit
jantung dan penyakit pembuluh darah tepi
B. Robekan Jalan Lahir
1. Lakukan eksplorasi untuk mengidentifikasi sumber
perdarahan dan besarnya robekan
2. Lakukan penjahitan dengan menggunakan anestesi
lidokain
C. Retensio Plasenta
1. Berikan 20-40 unit oksitosin dalam 1000 ml larutan
NaCl 0,9% / RL dengan kecepatan 60 tetes / menit
dan 10 IU IM. Lanjutkan infus oksitosin 20 IU dalam
1000 ml larutan NaCl 0,9% / RL dengan kecepatan
40 tetes / menit hingga perdarahan berhenti
2. Lakukan penegangan tali pusat terkendali
3. Bila penegangan tali pusat terkendali tidak berhasil,
lakukan plasenta manual secara hati-hati (bila terjadi
perdarahan). Segera atasi atau rujuk ke fasilitas yang
lebih lengkap bila terjadi komplikasi perdarahan
hebat atau infeksi.
4. Jangan lakukan manual plasenta jika tidak terjadi
perdarahan! Segera RUJUK
D. Sisa Plasenta
1. Jika plasenta masih dalam uterus dan perdarahan
minimal, berikan oksitosi 10 unit IM, pasang infus
menggunakan jarum 16 atau 18 dan berikan RL / NS
2. Segera rujuk ke fasilitas yang lebih lengkap
3. Dampingi ibu ke tempat rujukan
b. Pemeriksaan
Pemeriksaan Umum
Keadaan umum bumil
Ukur TB, BB, LILA
Tanda vital : tensi, nadi, RR
Pemeriksaan fisik menyeluruh (dari kepala
sampai ekstremitas)
Mata : conjungtiva, ikterus
Gigi
Kaki : oedema kaki, dst
Pemeriksaan Khusus
UMUR KEHAMILAN < 20 mgg
a) Inspeksi
1) Tinggi fundus uteri
2) Hyperpigmentasi (pada aerola
mammae, line nigra)
3) Striae
b) Palpasi
1) Tinggi fundus uteri
2) Keadaan perut
c) Auskultasi
c) Auskultasi
Pemeriksaan bunyi dan frekuensi jantung
janin.
d) Pemeriksaan tambahan
Laboratorium rutin : PIHAK PERTAMA test,
Golda, Hb, Albumin, Reduksi dan USG.
Akhir pemeriksaan :
- Buat kesimpulan hasil pemeriksaan.
- Buat prognosa dan rencana penata laksanaan.
- Catatan hasil pemeriksaan pada buku KIA dan status
pasien.
- Jelaskan hasil pemeriksaan kepada bumil yang meliputi
: usia kehamilan, letak janin, posisi janin, taksiran
persalinan, resiko yang ditemukan atau ada penyakit
lain.
- Jelaskan untuk melakukan kunjungan ulang.
- Jelaskan rencana asuhan ANC berkaitan dengan hasil
pemeriksaan.
- Jelaskan pentingnya imunisasi TT.
- Jelaskan pentingnya pemberian tablet Fe hingga 90
tablet.
- Jelaskan menjadi akseptor KB setelah melahirkan.
- Beri alasan bila pasien dirujuk ke RS.
Praktek Mandiri HEMMORAGIC ANTE PARTUM
Bidan
Erni Susanti, Amd. No. Dokumen No. Revisi Halaman
Keb. 008/SOP/V/2019 - 1/3
Terbit Tanggal : Ditetapkan
Penanggung jawab BPM
18 Mei 2019
SOP
Erni Susanti, Amd. Keb.
PENGERTIAN Hemmoragic ante partum adalah perdarahan dari jalan lahir
setelah kehamilan 22 minggu, walaupun patologi yang sama
dapat pula terjadi pada kehamilan sebelum 22 minggu.
TUJUAN Untuk mencari penyebab perdarahan antepartum serta
merencanakan tindakan selanjutnya agar morbiditas dan
mortalitas ibu dan janin dapat diturunkan.
KEBIJAKAN Semua bidan dapat melakukan pelayanan yang diberikan
harus sesuai dengan SOP.
PROSEDUR A. Plasenta Previa
Definisi :Plasenta yang berimplamasi di atas atau
mendekati ostium serviks interna.
Terdapat 4 macam plasenta previa berdasarkan
lokasinya, yaitu :
1. Plasenta previa totalis : ostium internal ditutupi
seluruhnya oleh plasenta.
2. Plasenta previa persialis : ostium internal ditutupi
sebagian oleh plasenta.
3. Plasenta previa marginalis : tepi lasenta terletak di tepi
ostium internal.
4. Plasenta previa letak rendah : plasenta berimplantasi di
segmen bawah uterus sehingga tepi plasenta terletak
dekat dengan ostium.
Faktor Predisposisi
1. Kehamilan dengan ibu berusia lanjut
2. Multiparitas
3. Riwayat seksio sesaria sebelumnya
Diagnosis
1. Perdarahan tanpa nyeri, usia kehamilan > 22 minggu.
2. Darah segar yang keluar sesuai dengan beratnya
anemia.
3. Syok
4. Tidak ada kontraksi uterus
5. Bagian terendah janin tidak masuk pintu atas panggul
6. Kondisi janin normal atau terjadi gawat janin
7. Penegakan diagnosa dibantu dengan pemeriksaan
USG.
Tatalaksana
1. PERHATIAN! Tidak boleh melakukan
pemeriksaan dalam. Pemeriksaan inspekulo
dilakukan secara hati-hati, untuk menentukan sumber
perdarahan.
2. Lakukan penilaian jumlah perdarahan
3. Stabilisasi
4. Atasi syok dengan memperbaiki kekurangan cairan /
darah dengan infus cairan IV (NaCl 0,9% atau RL)
5. Meminimalisir kontraksi uterus
6. Sebelum merujuk pastikan sudah melakukan
komunikasi dengan fasilitas rujukan.
7. Rujuk dalam kondisi stabil
B. Solusio Plasenta
Definisi :terlepasnya plasenta dari tempat implantasinya
yang normal pada uterus, sebelum fetus dilahirkan.
Definisi ini berlaku pada kehamilan diatas 22 minggu atau
berat fetus diatas 500 gram. Proses solusio plasenta
dimulai dengan terjadinya perdarahan dalam desidua
besalis yang menyebabkan hematoma retroplasenter.
Hematoma dapat semakin membesar kearah pinggir
plasenta sehingga jika amniochorion terlepas, perdarahan
akan keluar melalui ostium uteri (perdarahan keluar).
Sebaliknya apabila amnichorion tidak terlepas, perdarahan
akan tertampung dalam uterus (perdarahan tersembunyi).
Faktor Predisposisi
1. Hipertensi
2. Versi luar
3. Trauma abdomen
4. Hidramnion
5. Gemeli
6. Defisiensi besi
Tatalaksana
1. PERHATIAN! Kasus ini tidak boleh ditatalaksana
pada fasilitas kesehatan dasar, harus segera
dirujuk ke fasilitas yang lebih lengkap
2. Atasi syok dengan memperbaiki kekurangan cairan /
darah dengan infus intravena (NaCl 0,9% atau RL)
3. Sebelum merujuk pastikan sudah melakukan
komunikasi dengan fasilitas rujukan
4. Pastikan kondisi ibu dan bayi baik
Praktek Mandiri PENANGANAN ASFIKSIA NEONATORUM
Bidan
Erni Susanti, Amd. No. Dokumen No. Revisi Halaman
Keb. 010/SOP/V/2019 - ¼
Terbit Tanggal : Ditetapkan
Penanggung jawab BPM
18 Mei 2019
SOP
Erni Susanti, Amd. Keb.
PENGERTIAN Asfiksia Neonatorum adalah keadaan dimana bayi tidak
dapat bernafas secara spontan dan teratur setelah lahir.
TUJUAN Sebagai acuan dalam penanganan bayi asfiksia atau bayi
gagal napas (apnea).
KEBIJAKAN Penatalaksanaan dalam penanganan bayi asfiksia atau bayi
gagal napas (apnea) sesuai standar.
PROSEDUR 1. Persiapan
Perlengkapan resusitasi harus selalu tersedia dan siap
digunakan pada setiap persalinan. Penolong harus telah
mencuci tangan dan mengenakan sarung tangan DTT/
steril. Persiapan lainnya adalah sebagai berikut ini :
Antisipasi bayi baru lahir dengan asfiksia (lihat kondisi
ibu dengan resiko tinggi asfiksia pada bayi) :
a. Alas datar, keras, kering dan bersih untuk melakukan
tindakan resusitasi.
b. Kain bersih dan kering (2) untuk mengeringkan dan
menutup tubuh dan kepala bayi dan kain atau handuk
kecil (1) untuk ganjal bahu.
c. Alat penghisap lendir delee DTT / Steril.
d. Alat VTP balon dan sungkup dengan katup penurun
tekanan.
e. Lampu 60 watt dengan pengaturan jarak agar berada
sekitar 60 cm dari sumber panas ke bayi.
3. Langkah Awal
a. Bungkus badan bayi dengan kain alas yang
diletakkan di atas perut ibu.
b. Letakkan di atas permukaan datar, keras, bersih dan
kering.
c. Ganti kain pembungkus bayi dengan kain baru,
bersih dan kering yang disiapkan di atas permukaan
datar tadi dan selimuti bayi, tutup bagian kepala dan
buka sedikit bagian dada dan tali pusat.
d. Posisikan kepala bayi pada posisi menghidu yaitu
kepala sedikit ekstensi dan ganjal bahu bayi dengan
kain yang telah disiapkan.
e. Bersihkan jalan napas dengan mengisap lendir oada
pada mulut sedalam < 5 cm dan kemudian hidung
bayi sedalam <3cm.
f. Keringkan (dengan jalan menekan dan sedikit
meremas) badan bayi dan gosok-gosok punggung
dan perut bayi sebagai rangsangan taktil untuk
merangsang pernapasan. Ganti kain yang basah
dengan kain yang bersih dan kering. Biarkan muka
dan dada terbuka.
g. Mereposisikan kepala bayi sambil menilai jalan
napas (sisa lendir atau posisi yang salah) dan nilai
kembali usaha bernapas.
- Bila menangis kuat atau bernapas spontan,
lakukan asuhan bayi baru lahir.
- Bila tetap tidak bernapas atau megap-megap,
kulit sianosis, lunglai, DJ < 100 x/ mnt maka
lakukan ventilasi.
4. Ventilasi
a. Mulai ventilasi
- Beritahu pada ibu dan keluarga bahwa bayi perlu
dilakukan tindakan resusitasi.
- Minta ibu dan keluarga memahami upaya ini dan
minta mereka ikut membantu (pengawasan ibu
dan pertolongan bagi bayi baru lahir dengan
asfiksia)
b. Ventilasi dilakukan dengan balon atau sungkup.
c. Sisihkan kain yang menutup bagian dada agar
penolong dapat menilai pengembangan dada bayi
waktu dilakukan peniupan udara.
d. Pasang sungkup menglingkupi hidung, mulut dan
dagu (perhatikan perlekatan sungkup dan daerah
mulut bayi) dengan posisi kepala dan menghidu.
5. Ventilasi Percobaan
a. Tekan balon dua kali dengan tekanan (30 cm air) ke
jalan napas bayi untuk membuka alveoli.
- Naiknya dinding dada mencerminkan
mengembangnya paru dan udara masuk dengan
baik.
- Bila dinding dada tidak naik/ mengembang,
periksa kembali :
Posisi kepala dan jalan napas
Kemungkinan kebocoran perlekatan sungkup
dan hidung
Sumbatan jalan napas oleh lendir pada mulut
atau hidung
Lakukan koreksi dan ulangi ventilasi percobaan.
3. Eklampsia
a. Kejang umum dan/atau koma
b. Ada tanda dan gejala preeklampsia
c. Tidak ada kemungkinan penyebab lain (misalnya
epilepsi, perdarahan subarakhnoid, dan meningitis).
Tata Laksana Umum
“Ibu hamil dengan preeklampsia harus segera dirujuk ke
rumah sakit”
Penanganan preeklampsia berat dan eklampsia sama, kecuali
bahwa persalinan harus berlangsung dalam 6 jam setelah
timbulnya kejang pada eklampsia.
Pengelolaan Kejang :
1. Perlengkapan untuk penanganan kejang (jalan napas,
penghisap lendir, masker, oksigen).
2. Lindungi pasien dari kemungkinan trauma
3. Aspirasi mulut dan tenggorokan jika diperlukan
4. Baringkan pasien pada sisi kiri, posisi trendelenbrug
untuk mengurangi resiko aspirasi
5. Berikan oksigen 4-6 liter/menit
Pengelolaan Umum
1. Jika tekanan diastolik > 110 mmHg, berikan
antihipertensi sampai tekanan diastolik antara
90-100 mmHg.
2. Pasang infus Ringer Laktat dengan jarum besar No. 16
atau lebih.
3. Ukur keseimbangan cairan, jangan sampai terjadi
overload.
4. Kateterisasi urin untuk pengukuran volume dan
pemeriksaan proteinuria.
5. Infus cairan dipertahankan 1,5-2 liter / 24 jam.
6. Jangan tinggalkan pasien sendirian. Kejang disertai
aspirasi dapat mengakibatkan kematian ibu dan janin.
7. Observasi tanda vital, refleks dan denyut jantung janin
setiap 1 jam.
8. Auskultasi paru untuk mencari tanda edema paru. Jika
ada edema paru, hentikan epmberian cairan dan berikan
diuretik (mis. furosemide 40 mg IV).
9. Nilai pembekuan darah dengan uji pembekuan. Jika
pembekuan tidak terjadi setelah 7 menit, kemungkinan
terdapat koagulopati.
Anti Konvulsan
Magnesium sulfat (MgSO4) merupakan obat pilihan untuk
mencegah dan mengatasi kejang pada preeklampsia dan
eklampsia. Alternatif lain adalah diazepam dengan resiko
terjadinya depresi neonatal.
Antidotum :
Jika terjadi henti napas :
1. Bantu pernapasan dengan ventilator
2. Berikan kalsium glukonas 1 gr (20 ml dalam larutan
10%) IV perlahan-lahan sampai pernapasan mulai lagi.