Anda di halaman 1dari 41

Praktek Mandiri PENATALAKSANAAN RUJUKAN

Bidan
Erni Susanti, Amd. No. Dokumen No. Revisi Halaman
Keb. 007/SOP/V/2019 - 1/2
Terbit Tanggal : Ditetapkan
18 Mei 2019 Penanggung jawab BPM
SOP
Erni Susanti, Amd. Keb.
PENGERTIAN Rujukan adalah hubungan dalam pengiriman dan
pemeriksaan bahan ke fasilitas yang lebih mampu dan
lengkap. Rujukan dalam pelayanan kebidanan merupakan
kegiatan pengiriman orang sakit dari unit kesehatan yang
kurang lengkap ke unit yang lebih lengkap berupa rujukan
kasus patologis pada kehamilan, persalinan dan nifas masuk
didalamnya, pengiriman kasus masalah reproduksi lainnya
seperti kasus ginekologi atau kontrasepsi yang memerlukan
penanganan spesialis. Termasuk juga didalamnya
pengiriman pemeriksaan laboratorium.

TUJUAN Untuk memberikan perawatan yang lebih efektif.

KEBIJAKAN Semua bidan melakukan rujukan harus sesuai dengan SOP.

PROSEDUR 1. Menentukan kegawatdaruratan penderita


Bidan harus dapat menentukan tingkat kegawatdaruratan
kasus yang ditemui, sesuai dengan wewenang dan
tanggung jawabnya.
2. Menentukan tempat rujukan
Prinsip dalam menentukan tempat rujukan adalah fasilitas
pelayanan yang mempunyai kewenangan dan terdekat
termasuk fasilitas pelayanan swasta dengan tidak
mengabaikan kesediaan dan kemampuan penderita.
3. Memberikan informasi kepada penderita dan
keluarga
Kaji ulang rencana rujukan bersama ibu dan keluarga.
Jika perlu dirujuk, siapkan dan sertakan dokumentasi
tertulis semua asuhan, perawatan dan hasil penilaian
(termasuk partograf) yang telah dilakukan untuk dibawa
ke fasilitas rujukan. Jika ibu tidak siap dengan rujukan,
lakukan konseling terhadap ibu dan keluarganya tentang
rencana tersebut. Bantu mereka membuat rencana
rujukan pada saat awal persalinan.
4. Mengirimkan informasi pada tempat rujukan yang
dituju
a. Memberitahukan bahwa akan ada penderita yang
dirujuk
b. Meminta petunjuk apa yang perlu dilakukan dalam
rangka persiapan dan selama dalam perjalanan ke
tempat rujukan
c. Meminta petunjuk dan cara penanganan untuk
menolong penderita bila penderita tidak mungkin
dikirim.
5. Persiapan penderita (BAKSOKUDA)
B (Bidan) :pastikan ibu/bayi/klien didampingi oleh
tenaga kesehatan yang kompeten dan memiliki
kemampuan untuk melaksanakan kegawatdaruratan.
A (Alat) :bawa perlengkapan dan bahan-bahan yang
diperlukan seperti spuit, infus set, termometer, tensimeter
dan stetoskop.
K (Keluarga) :beritahu keluarga tentang kondisi terakhir
ibu (klien) dan alasan mengapa ia dirujuk. Suami dan
anggota keluarga yang lain harus menerima ibu (klien) ke
tempat rujukan.
S (Surat) :beri surat rujukan yang berisi identifikasi ibu
(klien), alasan rujukan, uraian hasil rujukan, asuhan atau
obat-obatan yang telah diberikan ibu.
O (Obat) :bawa obat-obat esensial yang diperlukan
selama perjalanan merujuk.
K (Kendaraan) :siapkan kendaraan yang dapat
mencapai tempat rujukan dalam waktu cepat.
U (Uang) :ingkatkan keluarga untuk membawa uang jika
diperlukan untuk membeli obat atau bahan kesehatan
yang diperlukan di tempat rujukan.
DA (Darah) :siapkan darah untuk sewaktu-waktu
membutuhkan transfusi darah apabila terjadi pendarahan.

6. Pengiriman penderita

7. Tindak Lanjut
a. Untuk penderita yang telah dikembalikan (rawat jalan
pasca penanganan).
b. Penderita yang memerlukan tindakan lanjut tapi tidak
melapor harus ada tenaga kesehatan yang melakukan
kunjungan rumah.
Praktek Mandiri PENCEGAHAN PENGENDALIAN INFEKSI ( PPI )
Bidan
Erni Susanti, Amd. No. Dokumen No. Revisi Halaman
Keb. 012/SOP/V/2019 - ¼
Terbit Tanggal : Ditetapkan
Penanggung jawab BPM
18 Mei 2019
SOP
Erni Susanti, Amd. Keb.
PENGERTIAN Suatu usaha yang dilakukan untuk menghindari terjadinya
resiko penularan infeksi mikroorganisme dari lingkungan
klien dan tenaga kesehatan.
TUJUAN Sebagai acuan untuk pencegahan dan pengendalian infeksi
dan memberikan perlindungan bagi pasien dan tenaga
kesehatan
KEBIJAKAN Sebagai pedoman dalam upaya pencegahan dan penularan
infeksi
PROSEDUR 1. Terdapat air yang mengalir di klinik
Fasilitas memiliki sarana air bersih yang mengalir setiap
hari.

2. Kebersihan Klinik
Bebas dari noda darah, debu, sampah dan sarang laba-laba

3. Penggunaan larutan antiseptik (untuk persiapan kulit atau


selaput mukosa) sesuai standar.
a. Konsentrasi untuk antiseptik yang digunakan benar.
b. Antiseptik disiapkan dalam tempat yang sesuai
kebutuhan.
c. Tempat pakai ulang tersebut dicuci bersih dengan
sabun, dibilas dengan air bersih dan keringkan
sebelum digunakan kembali.
d. Wadah pakai ulang diberi tanggal setiap kali diisi.
e. Kain kassa, kapas, korentang dan peralatan lain tidak
disimpan dalam tempat berisi antisetik.

4. Dekontaminasi peralatan dll dilakukan sesuai standar


a. Tersedia larutan klorin dengan konsentrasi 0,5%.
b. Larutan klorin baru selalu disiapkan di awal hari atau
lebih awal bila perlu
c. Peralatan dan bahan lainnya direndam dalam larutan
klorin 0,5% selama 10 menit, segera setelah digunakan
(jangan dicuci dulu)
d. Setelah 10 menit, peralatan diangkat dari larutan klorin
kemudian dibilas dengan air bersih dan segera
dikeringkan.
5. Proses pencucian alat dilakukan sesuai standar
a. Memakai sarung tangan rumah tangga, penutup
kepala, pelindung mata/ wajah, celemek plastik, sepatu
tertutup.
b. Menggunakan sikat lembut, detergen, air mengalir.
c. Melepas bagian-bagian alat yang terdiri dari beberapa
bagian dan bagian gerigi dan sambungan dengan sikat.
d. Menyikat peralatan dan alat lain di dalam air,
menghilangkan semua darah dan kotoran/ benda asing.
e. Membilas bersih peralatan dengan air bersih.
f. Mengeringkan peralatan dengan dianginkan atau dilap
dengan handuk bersih.
g. Mencuci tangan setelah melepas sarung tangan.

6. Proses Desinfeksi Tingkat Tinggi (DTT) dilakukan sesuai


standar
Pada saat mengukus (menggunakan uap) :
a. Didasar alat pengukus terdapat cukup banyak air untuk
seluruh prosedur DTT.
b. Ditelakkan di bagian atas alat kukus (untuk sarung
tangan perhatikan prosedur khusus).
c. Menutup tempat kukusan.
d. Peralatan / instrumen dikukus selama 20 menit
dihitung mulai saat keluar uap dari bawah tutup.
e. Tidak ada instrumen yang ditambahkan setelah mulai
menghitung waktu.
f. Setelah mendidih 20 menit, tutup dibuka untuk
menghilangkan uap instrumen dikeringkan di udara
atau keluarkan dengan menggunakan korentang/ yang
telah di DTT atau steril. Dikeringkan dan letakkan
dalam wadah yang telah di DTT.

7. Proses penyimpanan peralatan steril atau DTT dilakukan


sesuai standar
a. Peralatan / bahan yang telah dibuka dari bungkusnya
langsung digunakan atau disimpan dalam tempat yang
telah di DTT.
b. Bungkusan steril atau yang telah di DTT dan/atau
wadahnya harus diberi tanggal habis berlakunya (1
minggu) keadaan steril/ DTT (expired date).
c. Bungkusan yang disimpan haruslah kering dan utuh
(tidak sobek atau berlubang).
d. Bahan/ material bersih tidak disimpan bersama dengan
bahan yang telah steril di DTT.

8. Penyiapan larutan pembersih untuk desinfektan tingkat


tinggi
a. Larutan klorin dengan konsentrasi 0,5%.
b. Detergen
9. Dekontaminasi, pembersihan, pengeringan, penyimpanan
alat pembersih sebelum digunakan kembali, dilakukan
sesuai standar.
Alat pel, ember, sikat dan lap pembersih di :
a. Dekontaminasi dengan merendamnya selama 10 menit
dalam larutan klorin 0,5% atau desinfektan lain yang
memenuhi standar.
b. Dicuci dengan detergen dan air
c. Dibilas dengan air bersih
d. Dikeringkan seluruhnya sebelum digunakan atau
disimpan.

10. Pengumpulan dan penanganan sampah medis dilakukan


sesuai standar
a. Petugas pembersih memakai alat pelindung diri pada
waktu menangani limbah / sampah medis berupa
sarung tangan rumah tangga dan sepatu tertutup.
b. Limbah medis dikumpulkan dari tempat pelayanan dan
dibawa ke tempat pembuangan di klinik atau dibuang
ke tempat lain dalam tempat yang tertutup.
c. Limbah cair yang terkontaminasi dibuang kedalam
toilet/ kakus yang dapat disiram.
d. Benda tajam dibuang kedalam tempat yang tahan
tembus jarum (safety box).
e. Limbah medis lain (misal : kapas, kassa atau perban
dll yang sudah dipakai) dikumpulkan dalam tempat
sampah tertutup.
f. Sampah umum dikumpulkan dari semua tempat
sampah dalam tempat tertutup.
g. Petugas kebersihan menjaga hygiene tangan setelah
menangani limbah dan melepaskan sarung tangan
rumah tangga dengan :
Mencuci tangan dengan air mengalir dan sabun selama
10 atau 15 detik mengeringkannya dengan handuk
bersih.

11. Pembuangan sampah dalam fasilitas dilakukan sesuai


standar
a. Tempat penyimpanan/ pembuangan sampah medis
dapat diakses oleh staf lain atau klien.
b. Tempat pembuangan limbah tidak bocor dan ditutup
secara rapat.
c. Tidak ada sampah/ limbah yang berserakan diluar
tempat sampah.
12. Sistem pembuangan sampah / limbah dari fasilitas sesuai
standar
a. Limbah cair :
- Dibuang ke dalam toilet atau WC yang dapat
disiram.
- Toilet sesudah itu dibilas dengan air sampai sisa-
sisa limbah cair hilang.
b. Limbah medis yang padat (tempat benda tajam dan
limbah medis lainnya) di fasilitas atau diluar fasilitas
tersebut :
- Diinsinerasi, atau
- Dikubur, atau
- Dibakar
Tidak ada sampah berserakan di tanah / lantai.
Praktek Mandiri PERSALINAN NORMAL
Bidan
Erni Susanti, Amd. No. Dokumen No. Revisi Halaman
Keb. 002/SOP/V/2019 - 1/8
Terbit Tanggal : Ditetapkan
Penanggung jawab BPM
SOP 18 Mei 2019

Erni Susanti, Amd. Keb.


PENGERTIAN Asuhan Persalinan Normal adalah asuhan yang bersih dan
aman selama pengeluaran hasil konsepsi setelah pembuahan
berumur lebih dari 37 minggu dan setelah bayi lahir setelah
upaya pencegahan komplikasi.

TUJUAN Membantu persalinan supaya bersih dan aman, serta


mencegah terjadinya komplikasi dalam persalinan.

KEBIJAKAN Dilakukan oleh bidan lulusan DIII kebidanan sesuai dengan


Standar Pelayanan Kebidanan.

PERSIAPAN ALAT & - Bak instrumen berisi partus set (klem 2, gunting tali pusat
BAHAN 1, setengah koher 1, kateter 1)
- Sarung tangan steril
- Kom berisi kapas dan air DTT
- Penghisap lendir atau dalee
- Oksitosin
- Spuit 3cc
- Umbilikal klem atau benang tali pusat
- Kassa steril
- Kain untuk ibu dan bayi
- Bengkok
- Tempat placenta
- Baskom berisi air DTT dan waslap
- Baskom berisi cairan klorin 0,5%
- Tempat sampah basah dan kering

PROSEDUR I. MENGENAL TANDA DAN GEJALA KALA DUA


1. Mendengar dan melihat adanya tanda persalinan kala
dua :
a. Ibu merasakan adanya dorongan kuat untuk
menekan
b. Ibu merasakan tekanan rektum dan vagina semakin
meningkat
c. Perineum tampak menonjol
d. Vulva dan sfingter ani membuka
II. MENYIAPKAN PERTOLONGAN PERSALINAN
2. Pastikan kelengkapan peralatan, bahan dan obat-obatan
esensial untuk menolong persalinan dan
penatalaksanaan komplikasi ibu dan bayi baru lahir.
Untuk asfiksia tempat datar dan keras, lampu sorot 60
watt dengan jarak 60 cm dari tubuh bayi.
a. Menggelar kain di atas perut ibu dan tempat
resusitasi serta ganjal bahu bayi.
b. Menyiapkan oksitosin 10 unit dan alat suntik steril
sekali pakai di dalam partus set.
3. Memakai celemek plastik.
4. Melepaskan dan menyimpan semua perhiasan yang
dipakai, cuci tangan dengan sabun dan air bersih
mengalir kemudian keringkan tangan dengan handuk
bersih dan kering.
5. Pakai sarung tangan DTT pada tangan yang akan
digunakan untuk pemeriksaan dalam.
6. Masukkan oksitosin ke dalam tabung suntik (gunakan
tangan yang memakai sarung tangan DTT dan steril),
pastikan tidak terjadi kontaminasi pada alat suntik.

III. MEMASTIKAN PEMBUKAAN LENGKAP


7. Membersihkan vulva dan perineum, dari depan ke
belakang dengan menggunakan kapas atau kassa
dengan dibasahi air DTT.
a. Jika introitus vagina, perineum atau anus
terkontaminasi tinja, bersihkan dengan seksama.
b. Buang kapas atau kassa terkontaminasi dalam
wadah yang tersedia
c. Ganti sarung tangan jika terkontaminasi
(dekontaminasi, lepaskan dan rendam dalam
larutan klorin 0,5%).
8. Lakukan periksa dalam untuk memastikan pembukaan
lengkap.
9. Dekontaminasi sarung tangan dengan cara
mencelupkan tangan yang masih memakai sarung kr
dalam larutan klorin 0,5% kemudian lepaskan dan
rendam dalam keadaan terbalik dalam larutan klorin
0,5% selama 10 menit. Cuci kedua tangan setelah
sarung tangan dilepaskan.
10. Periksa denyut jantung janin (DJJ) setelah kontraksi/
saat relaksasi uterus untuk memastikan bahwa DJJ
dalam batas normal (120-160x/ menit)
a. Mengambil tindakan yang sesuai jika DJJ tidak
normal
b. Mendokumentasikan hasil-hasil pemeriksaan
dalam, DJJ dan semua hasil-hasil penilaian serta
asuhan lainnya pada partograf.
IV.MENYIAPKAN IBU DAN KELUARGA UNTUK
MEMBANTU PROSES BIMBINGAN MENERAN
11. Beritahukan bahwa pembukaan sudah lengkap dan
keadaan janin baik dan bantu ibu dalam menemukan
posisi yang nyaman dan sesuai dengan keinginannya.
a. Tunggu hingga timbul rasa ingin meneran,
lanjutkan pemantauan kondisi dan kenyamanan ibu
dan janin (ikuti pedoman penatalaksanaan fase
aktif) dan dokumentasikan semua temuan yang ada.
b. Jelaskan pada anggota keluarga tentang bagaimana
peran mereka untuk mendukung dan memberi
semangat pada ibu untuk meneran secara benar.
12. Minta keluarga membantu menyiapkan posisi meneran.
13. Laksanakan bimbingan meneran pada saat ibu merasa
ada dorongan kuat untuk meneran :
a. Bimbing ibu agar dapat meneran secara benar dan
efektif
b. Dukung dan beri semangat pada saat meneran dan
perbaiki cara meneran apabila caranya tidak sesuai
c. Bantu ibu mengambil posisi yang nyaman sesuai
pilihannya
d. Anjurkan ibu untuk beristirahat diantara kontraksi
e. Anjurkan keluarga memberikan dukungan dan
semangat untuk ibu
f. Berikan cukup asupan cairan per-oral
g. Menilai DJJ setiap kontraksi uterus selesai
h. Segera rujuk jika bayi belum atau tidak akan segera
lahir setelah 120 menit (2 jam) meneran
(primigravida) atau 60 menit (1 jam) meneran
(multigravida)
14. Anjurkan ibu untuk berjalan, berkongkok atau
mengambil posisi yang nyaman, jika ibu belum merasa
ada dorongan untuk meneran dalam 60 menit.

V. PERSIAPAN PERTOLONGAN KELAHIRAN BAYI


15. Letakkan handuk bersih (untuk mengeringkan bayi) I
perut ibu, jika kepala bayi telah membuka vulva
dengan diameter 5-6 cm.
16. Letakkan kain bersih yang dilipat 1/3 bagian di bawah
bokong ibu.
17. Buka tutup partus set dan perhatikan kembali
kelengkapan alat dan bahan.
18. Pakai sarung tangan DTT pada kedua tangan

VI.MENOLONG KELAHIRAN BAYI


Lahirnya Kepala
19. Setelah tampak kepala bayi dengan diameter 5-6 cm
membuka vulva maka lindungi perineum dengan satu
tangan yang dilapisi dengan kain bersih dan kering.
Tangan yang lain menahan kepala bayi untuk menahan
posisi defleksi dan membantu lahirnya kepala.
Anjurkan ibu untuk meneran perlahan atau bernafas
cepat dan dangkal.
20. Periksa kemungkinan adanya lilitan tali pusat dan
ambil tindakan yang sesuai jika hal itu terjadi, dan
segera lanjutkan proses kelahiran bayi.
a. Jika tali pusat melilit leher secara longgar, lepaskan
lewat bagian atas kepala bayi.
b. Jika tali pusat melilit leher secara kuat, klem tali
pusat di dua tempat dan potong diantara dua klem
tersebut.
21. Tunggu kepala bayi melakukan putaran paksi luar
secara spontan.

Lahirnya Bahu
22. Setelah kepala melakukan putaran paksi luar, pegang
secara biparetal. Anjurkan ibu untuk meneran saat
kontraksi. Dengan lembut gerakkan kepala ke arah
bawah dan distal hingga bahu depan muncul di bawah
arkus pubis dan kemudian gerakkan arah atas dan
distal untuk melahirkan bahu belakang.

Lahirnya Badan dan Tungkai


23. Setelah kedua bahu lahir, geser tangan bawah ke arah
perineum ibu untuk menyanggah kepala, lengan dan
siku sebelah bawah. Gunakan tangan atas untuk
menelusuri dan memegang lengan dan siku sebelah
atas.
24. Setelah tubuh dan lengan lahir, penelusuran tangan atas
berlanjut ke punggung, bokong, tungkai dan kaki.
Pegang kedua mata kaki.

VII. PENANGANAN BAYI BARU LAHIR


25. Lakukan penilaian (selintas) :
a. Apakah bayi cukup bulan ?
b. Apakah bayi menangis kuat dan/atau bernapas
tanpa kesulitan?
c. Apakah bayi bergerak dengan aktif?

Bila salah satu jawaban adalah “TIDAK”, lanjut ke


langkah resusitasi pada asfiksia bayi baru lahir (lanjut
ke langkah resusitasi pada asfiksia bayi baru lahir)
26. Keringkan tubuh bayi
Keringkan bayi mulai dari muka, kepala dan bagian
tubuh lainnya kecuali bagian tangan tanpa membersih
verniks. Ganti handuk basah dengan handuk/ kain
yang kering. Biarkan bayi di atas perut ibu.
27. Periksa kembali uterus untuk memastikan tidak ada
lagi bayi dalam uterus (hamil tungga).
28. Beritahu ibu bahwa ia akan disuntik oksitosin agar
uterus berkontraksi baik.
29. Dalam waktu 1 menit setelah bayi lahir, suntikkan
oksitosin 10 unit IM di 1/3 paha atas bagian distal
lateral.
30. Setelah 2 menit pasca persalinan, jepit tali pusat
dengan klem kira-kira 2 cm dari pusat bayi.
Mendorong isi tali pusat ke arah distal (ibu) dan jepit
kembali tali pusat pada 2cm diastal dari klem
pertama.
31. Pemotongan dan pengikatan tali pusat :
a. Dengan satu tangan, pegang tali pusat yang telah
dijepit (lindungi perut bayi), dan lakukan
pengguntingan tali pusat diantara 2 klem tersebut.
b. Ikat tali pusat dengan benang DTT atau steril
pada satu sisi kemudian melingkarkan kembali
benang tersebut dan mengikatnya dengan simpul
kunci pada sisi lainnya.
c. Lepaskan klem dan masukkan dalam wadah.
32. Letakkan bayi agar ada kontak kulit ibu ke kulit bayi.
33. Selimuti ibu dan bayi dengan kain hangat dan pasang
topi di kepala bayi.

VIII. PENATALAKSANAAN AKTIF PERSALINAN


KALA III
34. Pindahkan klem pada tali pusat hingga berjarak 5-10
cm di vulva.
35. Letakkan satu tangan diatas kain pada perut ibu, di
tepi atas simfisis, untuk mendeteksi. Tangan lain
menegangkan tali pusat secara terkendali.
36. Setelah uterus berkontraksi, tegangkan tali pisat ke
arah bawah sambil tangan yang lain mendorong
uterus ke arah belakang - atas (dorsokranial) secara
hati-hati. Jika plasenta tidak lahir setelah 30-40
detik, hentikan penegangan tali pusat dan tunggu
hingga timbul kontraksi berikutnya dan ulangi
prosedur di atas.
 Jika uterus segera berkontraksi, minta ibu, suami
atau anggota keluarga untuk melakukan
stimulasi puting susu.
Mengeluarkan Plasenta
37. Lakukan penegangan dan dorongan dorso-kranial
hingga plasenta terlepas, minta ibu meneran sambil
penolongan menarik tali pusat dengan arah sejajar
lantai dan kemudian ke arah atas, mengikuti poros
jalan lahir.
a. Jika tali pusat bertambah panjang, pindahkan
klem hingga berjarak sekitar 5-10 cm dari vulva
dan lahirkan plasenta.
b. Jika plasenta tidak lahir lepas setelah 15 menit
menegangkan tali pusat :
1) Beri dosis ulangan oksitosin 10 unit IM
2) Lakukan kateterisasi jika kandung kemih
penuh
3) Minta keluarga untuk menyiapkan rujukan
4) Ulangi penegangan tali pusat 15 menit
berikutnya
5) Jika plasenta tidak lahir dalam 30 menit
setelah bayi lahir atau jika terjadi
perdarahan, lakukan plasenta manual.
38. Saat plasenta muncul di introitus vagina, lahirkan
plasenta dengan kedua tangan. Pegang dan putar
plasenta hingga selaput ketuban terpilin kemudian
lahirkan dan tempatkan plasenta pada wadah yang
telah disediakan.
Jika selaput ketuban robek, pakai sarung tangan
DTT atau steril untuk melakukan eksplorasi sisa
selaput kemudian gunakan jari-jari tangan atau klem
DTT atau steril untuk mengeluarkan bagian selaput
yang tertinggal.

Rangsangan Taktil (Masase) Uterus


39. Segera setelah plasenta dan selaput ketuban lahir,
lakukan masase uterus, letakkan telapak tangan di
fundus dan lakukan masase dengan gerakan
melingkar dengan lembut hingga uterus
berkontraksi (fundus teraba keras). Lakukan
tindakan yang diperlukan jika uterus tidak
berkontraksi setelah 15 detik masase.

Menilai Perdarahan
40. Periksa kedua sisi plasenta baik bagian ibu maupun
bayi dan pastikan selaput ketuban lengkap dan utuh.
Masukkan plasenta ke dalam kantung plastik atau
tempat khusus.

41. Evaluasi kemungkinan laserasi pada vagina dan


perineum. Lakukan penjahitan bila laserasi
menyebabkan perdarahan.
Bila ada robekan yang menimbulkan perdarahan
aktif, segera lakukan penjahitan.
IX. MELAKUKAN PROSEDUR PASCA PERSALINAN
42. Pastikan uterus berkontraksi dengan baik dan tidak
terjadi perdarahan pervaginam.
43. Pastikan kandungan kemih kosong.
44. Ajarkan ibu dan keluarga cara melakukan masase
uterus dan menilai kontraksi.
45. Biarkan bayi tetap melakukan kontak kulit ke kulit di
dada ibu paling sedikit 1 jam.
a. Sebagian besar bayi akan berhasil melakukan
IMD dalam waktu 30-60 menit. Menyusu pertama
biasanya berlangsung sekitar 10-15 menit. Bayi
cukup menyusu dari satu payudara.
b. Biarkan bayi berada di dada ibu selama 1 jam
walaupun bayi berhasil menyusu.
46. Setelah satu jam, lakukan penimbangan/ pengukuran
bayi, beri tetes mata antibiotik profilaksis, dan
vitamin k1 1mg intramuskular di paha kiri
anterolateral.
47. Setelah satu jam pemberian vitamin K1, berikan
suntikan imunisasi Hepatitis B di paha kanan
anterolateral.

Evaluasi
48. Lanjutkan pemantauan kontraksi dan mencegah
perdarahan pervaginam :
 2-3 kali dalam 15 menit pertama pascapersalinan.
 Setiap 15 menit pada 1 jam pertama pasca
persalinan.
 Setiap 20-30 menit pada jam kedua
pascapersalinan.
 Jika uterus tidak berkontraksi dengan baik,
melakukan asuhan yang sesuai untuk
menatalaksana atonia uteri.
49. Ajarkan ibu/ keluarga cara melakukan massase uterus
dan menilai kontraksi.
50. Evaluasi dan estimasi jumlah kehilangan darah.
51. Memeriksa nadi ibu dan keadaan kandung kemih
setiap 15 menit selama 1 jam pertama pasca
persalinan dan setiap 30 menit selama jam kedua
pasca persalinan :
 Memeriksa temperatur tubuh ibu sekali setiap
selama 2 jam pertama pasca persalinan.
 Melakukan tindakan yang sesuai untuk temuan
yang tidak normal.
52. Periksa kembali bayi untuk pastikan bahwa bayi
bernafas dengan baik (40-60 kali/ menit) serta suhu
tubuh normal (36,5 - 37,5).
Kebersihan dan Keamanan
53. Tempatkan semua peralatan bekas pakai dalam
larutan klorin 0,5% untuk dekontaminasi, bilas (10
menit). Peralatan cuci.
54. Buang bahan-bahan yang terkontaminasi ke tempat
sampah.
55. Bersihkan ibu dengan menggunakan air DTT.
Bersihkan sisa cairan ketuban, lendir dan darah.
Bantu ibu memakai pakaian yang bersih dan kering.
56. Pastikan ibu merasa nyaman. Bantu ibu memberikan
ASI. Anjurkan keluarga untuk memberi ibu minuman
dan makanan yang diinginkan.
57. Dekontaminasi tempat bersalin dengan larutan klorin
0,5%.
58. Celupkan sarung tangan kotor ke dalam larutan klorin
0,5%, balikkan bagian dalam ke luar dan rendam
dalam larutan klorin 0,5% selama 10 menit.
59. Cuci kedua tangan dengan sabun dan air mengalir.

Dokumentasi
60. Lengkapi partograf, periksa tanda vital dan asuhan
kala IV.
Praktek Mandiri PENATALAKSANAAN BAYI BARU LAHIR
Bidan
Erni Susanti, Amd. No. Dokumen No. Revisi Halaman
Keb. 004/SOP/V/2019 - 1/2
Terbit Tanggal : Ditetapkan
Penanggung jawab BPM
18 Mei 2019
SOP
Erni Susanti, Amd. Keb.
PENGERTIAN Asuhan yang dilakukan 1 jam setelah bayi lahir.
TUJUAN Menilai kondisi bayi baru lahir dan membantu terlaksananya
pernafasan spontan serta mencegah hipotermi.
KEBIJAKAN Standar pelayanan kebidanan.
PROSEDUR 1. Persiapan Alat
- Delee
- Klem 2 buah
- Klem tali pusat
- Handuk kering dan bersih
- Kassa steril
- Spuit 1cc
- Neo k inj
- Swab alkohol
- Timbangan bayi
- Metlin / pengukur panjang badan
- Gelang bayi (pink untuk perempuan dan biru untuk
laki-laki)
- Pakaian bayi 1 set

2. Pelaksanaan
- Mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir
- Menyiapkan alat dan tempat yang bersih
- Segera setelah bayi lahir, menilai apakah bayi bernafas
dengan baik, menangis kuat, warna kulit, ekstremitas
atas dan bawah lengkap atau tidak.
- Hangatkan bayi dengan handuk kering
- Atur posisi bayi dengan kepala sedikit ekstensi
- Segera bersihkan jalan nafas dengan delee
- Memotong tali pusat lalu tutup dengan kassa steril
- Keringkan bayi kembali dengan handuk
- Menimbang berat badan dan mengukur panjang badan
serta lingkar kepala dan lingkar dada
- Memeriksa anus dengan termometer rektal
- Memberikan injeksi neo k 0,5ml / IM di paha sebelah
kanan
- Memakaikan gelang bayi sesuai dengan jenis kelamin
(nama orang tua, tanggal dan jam lahir, berat badan
dan panjang badan)
- Memakaikan pakaian bayi
- Meletakkan bayi dalam dekapan ibu
- Merapikan alat dan tempat
- Mencuci tangan dengan sabun dan air bersih
- Pendokumentasian
Praktek Mandiri PELAYANAN IBU NIFAS
Bidan
Erni Susanti, Amd. No. Dokumen No. Revisi Halaman
Keb. 003/SOP/V/2019 - 1/3
Terbit Tanggal : Ditetapkan
Penanggung jawab BPM
18 Mei 2019
SOP
Erni Susanti, Amd. Keb.
PENGERTIAN Pelayanan kesehatan ibu nifas adalah pelayanan kesehatan
standar pada ibu mulai 6 jam sampai 42 hari pasca bersalin.
TUJUAN Pemantauan perubahan fisiologis masa nifas serta mencegah
terjadinya infeksi.
KEBIJAKAN Semua bidan yang melakukan tindakan pelayanan nifas,
pelayanan yang diberikan harus sesuai dengan SOP.
PROSEDUR 1. PERSIAPAN : PENOLONG
a. Bidan siap melaksanakan asuhan ibu nifas, cuci tangan
sebelum dan sesudah bekerja.
b. Alat dan tempat : tersedia alat dan tempat untuk
melaksanakan asuhan masa nifas.

2. Sikap Bidan ke Klien


a. Bidan menyapa ibu dengan ramah
b. Menjelaskan prosedur yang akan dilakukan
c. Meminta kesediaan ibu untuk diperiksa

Langkah berikutnya adalah dilaksanakan pada asuhan


terhadap ibu nifas (bayinya)
3. Anamnesa
Melakukan anamnesa, riwayat ibu :
a. Nama, umur
b. Alamat
c. Penolong persalinan

4. Memberikan Asuhan Sayang Ibu


a. Mendukung dan menganjurkan rawat gabung
(rooming-in).
b. Mengajarkan ibu dan mendorong ibu memberikan ASI
kepada bayi.

5. Menganjurkan untuk menjaga kebersihan alat vital


a. Memberitahu ibu alasan menjaga kebersihan dengan
baik.
b. Ibu dianjurkan membersihkan genetalia sesering
mungkin.
6. Praktik pencegahan infeksi dilakukan dengan benar
a. Mencuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan
pasien.
b. Memakai sarung tangan yang tepat untuk pemeriksaan,
menangani benda-benda terkontaminasi, pemrosesan
alat.
c. Membuang/ membersihkan perlengkapan dan
permukaan yang terkontaminasi secara benar.
d. Dekontaminasi dalam larutan klorin 0,5%
1) Peralatan didekontaminasi segera setelah
digunakan.
2) Sarung tangan didekontaminasi segera setelah
digunakan.
3) Membuang benda tajam dengan benar.

7. Mengunjungi ibu saat 6 jam postpartum dan


sedikitnya satu kali per 8 jam
a. Mengkaji ulang catatan persalinan dan kelahiran.
b. Melakukan penilaian fisik :
1) Suhu, nadi dan pernapasan serta tekanan darah
2) Rasa sakit dan ketidaknyamanan
3) Memeriksa fundus
4) Pendarahan per vaginam
5) Memeriksa perineum
6) Menilai keadaan payudara
7) Membantu ibu dalam hal pemberian ASI
c. Mengkaji ulang tanda-tanda bahay bagi ibu
d. Memeriksa keadaan bayi
e. Tidak memperbolehkan ibu pulang sebelum 24 jam
pasca persalinan. Melakukan penilaian fisik sebelum
dipulangkan (sebelum tercantum diatas sedikitnya
setiap 8 jam-lebih sering jika ada indikasi)
f. Mengambil tindakan yang tepat/membuat rujukan
yang benar jika terdapat indikasi
g. Menjelaskan semua temuan yang diperoleh kepada ibu
dan mendiskusikan rencana asuhan dengannya

8. Melakukan tindakan pencegahan


a. Memberikan vitamin A 200.000 IU secara oral
b. Memberikan asam folat dan zat besi
c. Memberikan vaksinansi

9. Memberikan penyuluhan kesehatan


Memberikan konseling KB dan memberikan / memasang
alat kontrasepsi jika diinginkan/ disetujui sebelum ibu
pulangkan.
a. Memeriksa keadaan umum ibu dan bayi sebelum
pulang.
b. Mengingatkan ibu tentang kunjungan ulang untuk ibu
dan bayinya.
c. Mengingatkan pemberian ASI

10. DOKUMENTASI
a. Mendokumentasikan semua hasil observasi, asuhan
dan semua temuan.
b. Asuhan postpartum harian didokumentasikan dengan
benar (observasi, tanda vital, asuhan, tindakan yang
diambil).
c. Mencatat pengobatan dan perawatan lainnya secara
benar.
Praktek Mandiri MENGATASI SYOK
Bidan
Erni Susanti, Amd. No. Dokumen No. Revisi Halaman
Keb. 011/SOP/V/2019 - ½
Terbit Tanggal : Ditetapkan
Penanggung jawab BPM
18 Mei 2019
SOP
Erni Susanti, Amd. Keb.
PENGERTIAN Syok anafilaktik adalah suatu reaksi hipersensitivitas yang
berlebihan terhadap masuknya protein / zat asing ke dalam
tubuh.
TUJUAN Untuk mencari penyebab syok serta merencanakan tindakan
selanjutnya agar morbiditas dan mortalitas ibu dan janin dapat
diturunkan.
KEBIJAKAN Semua bidan yang melakukan tindakan penanganan syok,
pelayanan yang diberikan harus sesuai dengan SOP.
PROSEDUR A. Penanganan Utama dan Segera
1. Hentikan pemberian obat/ antigen penyebab
2. Baringkan penderita dengan posisi tungkai lebih tinggi
dari kepala
3. Berikan adrenalin 1:1000 (1 mg/ml)
- Segera secara IM pada otot deltoideus, dengan
dosis 0,3-0,5 ml (anak 0,01 ml/kgbb) dapat
diulang tiap 5 menit.
- Pemberian adrenalin IV apabila terjadi tidak ada
respon pada pemberian secara IM atau terjadi
kegagalan sirkulasi dan syok, dengan dosis
(dewasa) : 0,5ml adrenalin 1:1000 (1mg/ml)
diencerkan dalam 10 larutan garam faali dan
diberikan selama 10 menit.
4. Bebaskan jalan napas dan awasi vital sign (Tensi,
Nadi, Respirasi) sampai syok teratasi.
5. Pasang infus dengan larutan glukosa bila tekanan
darah systole kurang dari 100mmHg.
6. Pemberian oksigen 5-10 L/menit.
7. Bila diperlukan rujuk pasien ke RS terdekat dengan
pengawasan tenaga medis.

B. Penanganan Tambahan
1. Pemberian Antihistamin
Difenhidramin inj 50 mg, dapat diberikan bila timbul
urtikaria.
2. Pemberian Kortikosteroid
Hidrokortison inj 7-10 mg/kg BB, dilanjutkan 5mg/kg
BB setiap 6 jam atau dexametason 2-6 mg/kg BB,
untuk mencegah reaksi berulang.
Antihistamin dan Kortikosteroid tidak untuk
mengatasi syok anafilaktik.
3. Pemberian aminofilin IV, 4-7 mg/kg BB selama 10-20
menit bila terjadi tanda-tanda bronkospasme, dapat
diikuti dengan infus 0,6 mg/kg BB/jam.

C. Penanganan Penunjang
1. Tenangkan penderita, istirahat dan hindarkan
pemanasan.
2. Pantau tanda-tanda vital secara ketat sedikitnya pada
jam pertama.
Praktek Mandiri PELAYANAN KB
Bidan
Erni Susanti, Amd. No. Dokumen No. Revisi Halaman
Keb. 005/SOP/V/2019 - 1/3
Terbit Tanggal : Ditetapkan
Penanggung jawab BPM
18 Mei 2019
SOP
Erni Susanti, Amd. Keb.
PENGERTIAN Keluarga Berencana (KB) merupakan suatu program
pemerintah yang dirancang untuk menyeimbangkan antara
kebutuhan dan jumlah penduduk. Perencanaan yang bisa
dilakukan dengan pembatasan yang bisa dilakukan dengan
penggunaan alat-alat kontrasepsi atau penanggulangan
kelahiran seperti kondom, IUD, dan sebagainya.
TUJUAN Meningkatkan kesejahteraan ibu, anak dalam mewujudkan
NKKBS (Normal Keluarga Kecil Bahagia Sejahtera) yang
menjadi dasar terwujudnya masyarakat yang sejahtera
dengan mengendalikan kelahiran sekaligus menjamin
terkendalinya pertambahan penduduk.
KEBIJAKAN Semua bidan yang melakukan tindakana pelayanan KB,
pelayanan yang diberikan harus sesuai dengan SOP.
PROSEDUR 1. Bidan menciptakan hubungan baik dengan klien dan
dapat mengidentifikasi kebutuhan klien.
a. Memberi salam pada klien
b. Memperkenalkan diri kepada klien
c. Menanyakan nama klien dan memanggil dengan
nama klien
d. Menanyakan biodata pasien (nama, alamat, dll)
e. Menanyakan tujuan kunjungan
f. Meyakinkan klien akan kerahasiaan : (Mengatakan
bahwa informasi yang diberikan selama kunjungan
hanya akan diberikan kepada bidan klinik yang
terkait bila diperlukan)
g. Memberikan privasi selama kunjungan dengan
menutup pintu dan membatasi jumlah orang yang lalu
lalang di ruangan selama kunjungan
h. Menanyakan klien tentang tujuan reproduktif dan
kebutuhan akan kontrasepsi
i. Menggunakan rekam medis klien

2. Bidan menggunakan keterampilan komunikasi


interpersonal yang baik
a. Mendorong klien untuk bertanya
b. Menjawab pertanyaan dan kekhawatiran klien

c. Menggunakan berbagai teknik bertanya dan


mendengar aktif (mis, menggunakan pertanyaan
terbuka)
d. Menjaga kontak mata
e. Menggunakan bahasa yang mudah dipahami oleh
klien
f. Menggunakan komunikasi non-verbal yang ramah
g. Menggunakan alat bantu visual termasuk contoh alat
kontrasepsi selama konsultasi
h. Menyimpulkan permasalahan klien bila perlu
i. Memberikan kesempatan pada klien untuk
mengulang informasi yang diberikan, untuk
memastikan pemahamannya.

3. Bidan memberi informasi lengkap tentang metode


kontrasepsi yang tersedia di klinik dan memastikan
pilihan klien
a. Menanyakan apakah klien tertaik pada salah satu
metode kontrasepsi tertentu
b. Memberitahu metode lainnya yang tersedia dan
memberi informasi sesuai dengan minatnya
c. Memastikan metode kontrasepsi yang diinginkan
klien atau membantu memilih kontrasepsi yang
sesuai.

4. Bidan memastikan klien tidak hamil


a. Menjelaskan pentingnya memastikan bahwa klien
tidak dalam keadaan hamil
b. Memastikan bahwa klien dalam masa 7 hari pertama
masa haid
c. Bila klien tidak berada dalam masa 7 hari pertama
haid, memastikan tidak hamil, bila :
1) Tidak berhubungan seksual setelah haid terakhir,
atau
2) Menggunakan kontrasepsi efektif, atau
3) Masih dalam 4 minggu masa postpartum, atau
4) Masih dalam masa 7 hari pasca aborsi, atau
5) Menyusui secara penuh dan berada dalam masa
postpartum kurang dari 6 bulan, dan belum
mendapatkan menstruasi.

5. Bidan memberi penjelasan mengenai penjelasan


mengenai perlindungan terhadap PMS termasuk
HIV/AIDS
a. Menjelaskan faktor-faktor resiko tertular infeksi
IMS/HIV/AIDS dengan gejalanya :
1) Mempunyai pasangan lebih dari satu atau sering
berganti-ganti
2) Mempunyai pasangan yang menggunakan
narkoba suntik (putaw)
3) Ada keluhan / rasa sakit ketika buang air kecil
4) Ada gejala keputihan yang keruh / berbau / gatal
5) Ada luka pada alat kelamin yang sulit sembuh
6) Ada rasa sakit pada perut bagian bawah ketika
berhubungan
b. Menjelaskan bahwa alat kontrasepsi yang dapat
memberikan perlindungan terhadap IMS/HIV/AIDS
hanya kondom.
c. Menjelaskan bahwa bila seseorang ada resiko
tertular/ menularkan IMS/HIV/AIDS, sebaiknya
menggunakan kondom, selain metode KB yang sudah
/ akan digunakan (Perlindungan Ganda).
d. Bidan menjawab pertanyaan klien mengenai
IMS/HIV/AIDS.
Praktek Mandiri HEMMORAGIC POST PARTUM
Bidan
Erni Susanti, Amd. No. Dokumen No. Revisi Halaman
Keb. 009/SOP/V/2019 - 1/3
Terbit Tanggal : Ditetapkan
Penanggung jawab BPM
18 Mei 2019
SOP
Erni Susanti, Amd. Keb.
PENGERTIAN Hemmoragic (perdarahan) pascasalin primer terjadi dalam 24
jam pertama setelah persalinan, sementara perdarahan
pascasalin sekunder terjadi antara 24 jam hingga 12 minggu
setelah persalinan.
TUJUAN Untuk mencari penyebab perdarahan post partum serta
merencanakan tindakan selanjutnya agar morbiditas dan
mortalitas ibu dan janin dapat diturunkan.
KEBIJAKAN Semua bidan dapat melakukan pelayanan yang diberikan
harus sesuai dengan SOP.
PROSEDUR Diagnosis
Perdarahan pascasalin adalah perdarahan pervaginam yang
lebih dari 500 cc setelah bayi lahir atau berpotensi
mempengaruhi hemodinamik ibu.

Faktor-Faktor Penyebab Perdarahan Post Partum


1. Atonia uteri :
- Perdarahan segera setelah anak lahir
- Uterus tidak berkontraksi atau lembek
2. Retensio plasenta :
- Plasenta belum dilahirkan dalam 30 menit setelah
kelahiran bayi
3. Sisa Plasenta :
- Plasenta atau sebagian selaput tidak lengkap
- Perdarahan dapat muncul 6-10 hari pascasalin disertai
subinvolusi uterus
4. Robekan Jalan Lahir :
- Perdarahan segera
- Darah segar yang mengalir segera setelah bayi lahir
- Perdarahan segera (pendarahan intra abdominl dan
atau pervaginam)
5. Ruptura Uteri :
- Nyeri perut hebat
- Kontraksi yang hilang
6. Inversio Uteri :
- Fundus uteri tidak teraba pada palpasi abdomen
- Lumen vagina terisi massa
- Nyeri ringan atau berat
7. Gangguan pembekuan
- Perdarahan tidak berhenti, encer, tidak terlihat
gumpalan darah
- Kegagalan terbentuknya gumpalan pada uji
pembekuan darah sederhana
- Terdapat faktor predisposisi : solusi plasenta,
kematian janin dalam uterus, eklampsia, emboli air
ketuban

A. Atonia Uteri
Definisi Atonia Uteri : suatu kondisi miometrium tidak
dapat berkontraksi segera setelah kelahiran plasenta
sehingga darah yang keluar dari bekas tempat melekatnya
plasenta menjadi tidak terkendali.
Apabila uterus tidak berkontraksi setelah plasenta lahir
dan sudah dilakukan masase selama 15 menit.

Penatalaksanaan Atonia Uteri


Masase fundus uteri segera setelah plasenta lahir
(maksimal 15 detik)
a. Jika uterus berkontraksi, lakukan evaluasi
b. Jika uterus tidak berkontraksi, lakukan :
- Evaluasi / bersihkan bekuan darah/ selaput ketuban
- Pastikan kandung kemih kosong
- KBI maksimal 5 menit
a. Uterus berkontraksi :
- Pertahankan KBI selama 1-2 menit
- Keluarkan tangan secara hati-hati
- Lakukan pengawasan kala IV
b. Uterus tidak berkontraksi :
- Ajarkan keluarga melakukan KBE
- Keluarkan tangan secara hati-hati
- Suntik ergometrin 0,2mg IM
- Pasang infus RL + 20 IU oksitosin, grojok
- Ulangi KBI
a. Uterus berkontraksi, lakukan pengawasan kala IV
b. Uterus tidak berkontraksi :
- Rujuk
- Lanjutkan pemberian infus +20 IU oksitosin
minimal 500 cc / jam hingga mencapai tempat
rujukan
- Selama rujukan dapat dilakukan pemasangan
kondom kateter atau kompresi aorta abdominalis

CATATAN :
 Jangan berikan lebih dari 3 liter larutan intravena
yang mengandung oksitosin
 Jangan berikan ergometrin kepada ibu dengan
hipertensi berat / tidak terkontrol, penderita sakit
jantung dan penyakit pembuluh darah tepi
B. Robekan Jalan Lahir
1. Lakukan eksplorasi untuk mengidentifikasi sumber
perdarahan dan besarnya robekan
2. Lakukan penjahitan dengan menggunakan anestesi
lidokain

C. Retensio Plasenta
1. Berikan 20-40 unit oksitosin dalam 1000 ml larutan
NaCl 0,9% / RL dengan kecepatan 60 tetes / menit
dan 10 IU IM. Lanjutkan infus oksitosin 20 IU dalam
1000 ml larutan NaCl 0,9% / RL dengan kecepatan
40 tetes / menit hingga perdarahan berhenti
2. Lakukan penegangan tali pusat terkendali
3. Bila penegangan tali pusat terkendali tidak berhasil,
lakukan plasenta manual secara hati-hati (bila terjadi
perdarahan). Segera atasi atau rujuk ke fasilitas yang
lebih lengkap bila terjadi komplikasi perdarahan
hebat atau infeksi.
4. Jangan lakukan manual plasenta jika tidak terjadi
perdarahan! Segera RUJUK

D. Sisa Plasenta
1. Jika plasenta masih dalam uterus dan perdarahan
minimal, berikan oksitosi 10 unit IM, pasang infus
menggunakan jarum 16 atau 18 dan berikan RL / NS
2. Segera rujuk ke fasilitas yang lebih lengkap
3. Dampingi ibu ke tempat rujukan

E. Gangguan Pembekuan Darah


1. Rujuk ibu untuk mendapatkan penanganan transfusi
darah.
2. Pada banyak kasus kehilangan darah yang akut,
koagulopati dapat dicegah jika volume darah
dipulihkan segera.
3. Tangani kemungkinan penyebab (solusi plasenta,
eklampsia).
4. Berikan darah lengkap segar, jika tersedia, untuk
menghentikan faktor pembekuan dan sel darah
merah.
5. Jika darah lengkap segar tidak tersedia, pilih salah
satu dibawah ini :
- Plasma beku segar untuk menghentikan faktor
pembekuan (15 ml/kg BB) jika APTT dan PT
melebihi 1,5 kali kontrol pada perdarahan lanjut
atau pada keadaan perdarahan berat walaupun
hasil dari pembekuan belum ada.
- Sel darah merah untuk penggantian sel darah
merah.
Praktek Mandiri PELAYANAN ANTENATAL
Bidan
Erni Susanti, Amd. No. Dokumen No. Revisi Halaman
Keb. 001/SOP/V/2019 - ¼
Terbit Tanggal : Ditetapkan
Penanggung jawab BPM
18 Mei 2019
SOP
Erni Susanti, Amd. Keb.
PENGERTIAN ANC adalah pelayanan kesehatan yang diberikan pada ibu
hamil selama kehamilannya. Mempersiapkan ibu agar
memahami pentingnya pemeliharaan kesehatan selama
hamil, bersalin, nifas. Mendeteksi dini faktor resiko dan
menangani masalah tersebut secara dini.
TUJUAN Sebagai acuan dalam melakukan pemeriksaan Ante Natal
Care (ANC), sehingga dapat menyelesaikannya dengan
baik, melahirkan bayi yang sehat dan memperoleh
kesehatan yang optimal pada masa nifas serta dapat
menyusui dengan baik dan benar.
KEBIJAKAN Semua bidan yang melakukan tindakan pelayanan ANC,
pelayanan yang diberikan harus sesuai dengan SOP.
PROSEDUR 1. PERSIAPAN PASIEN
 Mempersiapkan alat dan bahan medis yang
diperlukan.
 Mempersiapkan bumil mengkosongkan kandung
kemih.
 Petugas mencuci tangan dengan sabun antiseptik
dan bilas dengan air mengalir dan keringkan.
2. ALAT DAN BAHAN
a. Alat
- Leanec
- Doppler
- Meteran kain pengukur tinggi fundus uteri
- Meteran pengukur LILA
- Selimut
- Reflex Hammer
- Jarum suntik disposibel 3 ml
- Air hangat
- Timbangan berat badan dewasa
- Tensimeter
- Stetoscope
- Bed
- Lampu halogen / senter
- Kalender kehamilan
b. Bahan
- Sarung tangan
- Kapas steril
- Kassa steril
- Alkohol 70%
- Jelly
- Sabun antiseptik
- Wastafel dengan air mengalir
- Vaksin TT
3. PELAKSANAAN
a. Anamnesa
 Riwayat perkawinan
 Riwayat penyakit ibu dan keluarga
 Riwayat haid, HPHT
 Riwayat imunisasi ibu saat ini
 Kebiasaan ibu
 Riwayat persalinan terdahulu

Dari usia kehamilan dan buat taksiran persalinan

b. Pemeriksaan
 Pemeriksaan Umum
 Keadaan umum bumil
 Ukur TB, BB, LILA
 Tanda vital : tensi, nadi, RR
 Pemeriksaan fisik menyeluruh (dari kepala
sampai ekstremitas)
 Mata : conjungtiva, ikterus
 Gigi
 Kaki : oedema kaki, dst

 Pemeriksaan Khusus
 UMUR KEHAMILAN < 20 mgg
a) Inspeksi
1) Tinggi fundus uteri
2) Hyperpigmentasi (pada aerola
mammae, line nigra)
3) Striae
b) Palpasi
1) Tinggi fundus uteri
2) Keadaan perut
c) Auskultasi

 UMUR KEHAMILAN > 20 mgg


a) Inspeksi
1) Tinggi fundus uteri
2) Hyperpigmentasi dan Striae
3) Keadaan dinding perut
b) Palpasi
Lakukan pemeriksaan leopold dan
intruksi kerjanya sebagai berikut :
Pemeriksaan berada disisi kanan bumil,
menghadap bagian lateral kanan.
1) Leopold 1
 Letakkan sisi lateral telunjuk kiri pada
puncak fundus uteri untuk menentukan
tinggi fundus. Perhatikan agar jari
tersebut tidak mendorong uterus
kebawah.
 Atur posisi pemeriksa sehingga
menghadap kebagian kepala ibu.
 Letakkan ujung telapak tangan kiri dan
kanan pada fundus uteri dan rasakan
bagian yang ada pada bagian tersebut
dengan jalan menekan secara lembut dan
menggeser telapak tangan kiri dan kanan
secara bergantian.
2) Leopold 2
 Letakkan telapak tangan kiri pada
dinding perut lateral kanan dan telapak
tangan kanan pada dinding perut literal
kiri ibu sejajar dan pada ketinggian yang
sama.
 Mulai dari bagian atas, tekan secara
bersamaan telapak tangan kiri dan kanan
kemudian geser kearah bawah dan
rasakan adanya bagian yang rata dan
memanjang (punggung) atau bagian yang
kecil (eksremitas).
3) Leopold 3
 Atur posisi pemeriksaan pada sisi kanan
dan menghadap bagian kaki ibu.
 Letakkan ujung telapak tangan kiri pada
dinding lateral kanan bawah, telapak
tangan kanan bawah perut ibu, tekan
secara lembut bersamaan atau bergantian
untuk menentukan bagian bawah bayi
(bagian keras, bulat dan hampir homogen
adalah kepala, dan tonjolan yang lunak
dan kurang simetris adalah bokong).
4) Leopold 4
 Letakkan ujung telapak tangan kiri dan
kanan pada dinding lateral kiri dan kanan
uterus bawah, ujung-ujung jari tangan
kiri dan kanan berada pada tepi atas
simfisis.
 Temukan kedua jari kiri dan kanan,
kemudian rapatkan semua jari tangan
kanan meraba dinding bawah uterus.
 Perhatikan sudut yang dibentuk oleh jari-
jari kiri dan kanan (konvergen/divergen).
 Pindahkan ibu jari dan telunjuk tangan
kiri pada bagian terbawah bayi (bila
presesntasi kepala, upayakan memegang
bagian kepala didekat leher dan bila
presentasi bokong, upayakan untuk
memegang pinggang bayi).
 Fiksasi bagian tersebut kearaha pintu atas
panggul, kemudian letakkan jari-jari
tangan kanan diantara tangan kiri dan
simfisis untuk menilai seberapa jauh
bagian terbawah telah memasuki pintu
atas panggul.

c) Auskultasi
Pemeriksaan bunyi dan frekuensi jantung
janin.
d) Pemeriksaan tambahan
Laboratorium rutin : PIHAK PERTAMA test,
Golda, Hb, Albumin, Reduksi dan USG.

Akhir pemeriksaan :
- Buat kesimpulan hasil pemeriksaan.
- Buat prognosa dan rencana penata laksanaan.
- Catatan hasil pemeriksaan pada buku KIA dan status
pasien.
- Jelaskan hasil pemeriksaan kepada bumil yang meliputi
: usia kehamilan, letak janin, posisi janin, taksiran
persalinan, resiko yang ditemukan atau ada penyakit
lain.
- Jelaskan untuk melakukan kunjungan ulang.
- Jelaskan rencana asuhan ANC berkaitan dengan hasil
pemeriksaan.
- Jelaskan pentingnya imunisasi TT.
- Jelaskan pentingnya pemberian tablet Fe hingga 90
tablet.
- Jelaskan menjadi akseptor KB setelah melahirkan.
- Beri alasan bila pasien dirujuk ke RS.
Praktek Mandiri HEMMORAGIC ANTE PARTUM
Bidan
Erni Susanti, Amd. No. Dokumen No. Revisi Halaman
Keb. 008/SOP/V/2019 - 1/3
Terbit Tanggal : Ditetapkan
Penanggung jawab BPM
18 Mei 2019
SOP
Erni Susanti, Amd. Keb.
PENGERTIAN Hemmoragic ante partum adalah perdarahan dari jalan lahir
setelah kehamilan 22 minggu, walaupun patologi yang sama
dapat pula terjadi pada kehamilan sebelum 22 minggu.
TUJUAN Untuk mencari penyebab perdarahan antepartum serta
merencanakan tindakan selanjutnya agar morbiditas dan
mortalitas ibu dan janin dapat diturunkan.
KEBIJAKAN Semua bidan dapat melakukan pelayanan yang diberikan
harus sesuai dengan SOP.
PROSEDUR A. Plasenta Previa
Definisi :Plasenta yang berimplamasi di atas atau
mendekati ostium serviks interna.
Terdapat 4 macam plasenta previa berdasarkan
lokasinya, yaitu :
1. Plasenta previa totalis : ostium internal ditutupi
seluruhnya oleh plasenta.
2. Plasenta previa persialis : ostium internal ditutupi
sebagian oleh plasenta.
3. Plasenta previa marginalis : tepi lasenta terletak di tepi
ostium internal.
4. Plasenta previa letak rendah : plasenta berimplantasi di
segmen bawah uterus sehingga tepi plasenta terletak
dekat dengan ostium.

Faktor Predisposisi
1. Kehamilan dengan ibu berusia lanjut
2. Multiparitas
3. Riwayat seksio sesaria sebelumnya

Diagnosis
1. Perdarahan tanpa nyeri, usia kehamilan > 22 minggu.
2. Darah segar yang keluar sesuai dengan beratnya
anemia.
3. Syok
4. Tidak ada kontraksi uterus
5. Bagian terendah janin tidak masuk pintu atas panggul
6. Kondisi janin normal atau terjadi gawat janin
7. Penegakan diagnosa dibantu dengan pemeriksaan
USG.
Tatalaksana
1. PERHATIAN! Tidak boleh melakukan
pemeriksaan dalam. Pemeriksaan inspekulo
dilakukan secara hati-hati, untuk menentukan sumber
perdarahan.
2. Lakukan penilaian jumlah perdarahan
3. Stabilisasi
4. Atasi syok dengan memperbaiki kekurangan cairan /
darah dengan infus cairan IV (NaCl 0,9% atau RL)
5. Meminimalisir kontraksi uterus
6. Sebelum merujuk pastikan sudah melakukan
komunikasi dengan fasilitas rujukan.
7. Rujuk dalam kondisi stabil

B. Solusio Plasenta
Definisi :terlepasnya plasenta dari tempat implantasinya
yang normal pada uterus, sebelum fetus dilahirkan.
Definisi ini berlaku pada kehamilan diatas 22 minggu atau
berat fetus diatas 500 gram. Proses solusio plasenta
dimulai dengan terjadinya perdarahan dalam desidua
besalis yang menyebabkan hematoma retroplasenter.
Hematoma dapat semakin membesar kearah pinggir
plasenta sehingga jika amniochorion terlepas, perdarahan
akan keluar melalui ostium uteri (perdarahan keluar).
Sebaliknya apabila amnichorion tidak terlepas, perdarahan
akan tertampung dalam uterus (perdarahan tersembunyi).

Gejala dan Tanda Solusio Plasenta


1. Perdarahan dengan neri intermiten atau menetap
2. Warna darah kehitaman dan cair, tetapi mungkin ada
bekuan jika solusio relatif baru
3. Syok tidak sesuai dengan jumlah darah keluar
(tersembunyi)
4. Anemia berat
5. Gawat janin atau hilangnya denyut jantung janin
6. Uterus tegang terus menerus dan nyeri

Faktor Predisposisi
1. Hipertensi
2. Versi luar
3. Trauma abdomen
4. Hidramnion
5. Gemeli
6. Defisiensi besi
Tatalaksana
1. PERHATIAN! Kasus ini tidak boleh ditatalaksana
pada fasilitas kesehatan dasar, harus segera
dirujuk ke fasilitas yang lebih lengkap
2. Atasi syok dengan memperbaiki kekurangan cairan /
darah dengan infus intravena (NaCl 0,9% atau RL)
3. Sebelum merujuk pastikan sudah melakukan
komunikasi dengan fasilitas rujukan
4. Pastikan kondisi ibu dan bayi baik
Praktek Mandiri PENANGANAN ASFIKSIA NEONATORUM
Bidan
Erni Susanti, Amd. No. Dokumen No. Revisi Halaman
Keb. 010/SOP/V/2019 - ¼
Terbit Tanggal : Ditetapkan
Penanggung jawab BPM
18 Mei 2019
SOP
Erni Susanti, Amd. Keb.
PENGERTIAN Asfiksia Neonatorum adalah keadaan dimana bayi tidak
dapat bernafas secara spontan dan teratur setelah lahir.
TUJUAN Sebagai acuan dalam penanganan bayi asfiksia atau bayi
gagal napas (apnea).
KEBIJAKAN Penatalaksanaan dalam penanganan bayi asfiksia atau bayi
gagal napas (apnea) sesuai standar.
PROSEDUR 1. Persiapan
Perlengkapan resusitasi harus selalu tersedia dan siap
digunakan pada setiap persalinan. Penolong harus telah
mencuci tangan dan mengenakan sarung tangan DTT/
steril. Persiapan lainnya adalah sebagai berikut ini :
Antisipasi bayi baru lahir dengan asfiksia (lihat kondisi
ibu dengan resiko tinggi asfiksia pada bayi) :
a. Alas datar, keras, kering dan bersih untuk melakukan
tindakan resusitasi.
b. Kain bersih dan kering (2) untuk mengeringkan dan
menutup tubuh dan kepala bayi dan kain atau handuk
kecil (1) untuk ganjal bahu.
c. Alat penghisap lendir delee DTT / Steril.
d. Alat VTP balon dan sungkup dengan katup penurun
tekanan.
e. Lampu 60 watt dengan pengaturan jarak agar berada
sekitar 60 cm dari sumber panas ke bayi.

2. Penilaian Bayi Baru Lahir


a. Lakukan penilaian (selintas) :
- Apakah bayi cukup bulan ?
- Apakah bayi menangis kuat dan/atau bernapas
tanpa kesulitan ?
- Apakah bayi bergerak dengan aktif ?

Bila salah satu jawaban adalah “TIDAK” lanjut ke


langkah resusitasi pada asfiksia bayi baru lahir.

b. Bila air ketuban bercampur mekonium : Lakukan


penilaian apakah bayi menangis/ bernapas normal/
megap-megap/ tidak bernapas.
Jika menangis atau bernapas normal, potong tali
pusat dengan cepat , lakukan pengikatan tali pusat,
dilanjutkan asuhan BBL.

Jika megap-megap atau tidak bernapas, potong tali


pusat dengan cepat, tidak diikat dan tidak dibubuhi
apapun, lanjutkan dengan langkah awal.

3. Langkah Awal
a. Bungkus badan bayi dengan kain alas yang
diletakkan di atas perut ibu.
b. Letakkan di atas permukaan datar, keras, bersih dan
kering.
c. Ganti kain pembungkus bayi dengan kain baru,
bersih dan kering yang disiapkan di atas permukaan
datar tadi dan selimuti bayi, tutup bagian kepala dan
buka sedikit bagian dada dan tali pusat.
d. Posisikan kepala bayi pada posisi menghidu yaitu
kepala sedikit ekstensi dan ganjal bahu bayi dengan
kain yang telah disiapkan.
e. Bersihkan jalan napas dengan mengisap lendir oada
pada mulut sedalam < 5 cm dan kemudian hidung
bayi sedalam <3cm.
f. Keringkan (dengan jalan menekan dan sedikit
meremas) badan bayi dan gosok-gosok punggung
dan perut bayi sebagai rangsangan taktil untuk
merangsang pernapasan. Ganti kain yang basah
dengan kain yang bersih dan kering. Biarkan muka
dan dada terbuka.
g. Mereposisikan kepala bayi sambil menilai jalan
napas (sisa lendir atau posisi yang salah) dan nilai
kembali usaha bernapas.
- Bila menangis kuat atau bernapas spontan,
lakukan asuhan bayi baru lahir.
- Bila tetap tidak bernapas atau megap-megap,
kulit sianosis, lunglai, DJ < 100 x/ mnt maka
lakukan ventilasi.

4. Ventilasi
a. Mulai ventilasi
- Beritahu pada ibu dan keluarga bahwa bayi perlu
dilakukan tindakan resusitasi.
- Minta ibu dan keluarga memahami upaya ini dan
minta mereka ikut membantu (pengawasan ibu
dan pertolongan bagi bayi baru lahir dengan
asfiksia)
b. Ventilasi dilakukan dengan balon atau sungkup.
c. Sisihkan kain yang menutup bagian dada agar
penolong dapat menilai pengembangan dada bayi
waktu dilakukan peniupan udara.
d. Pasang sungkup menglingkupi hidung, mulut dan
dagu (perhatikan perlekatan sungkup dan daerah
mulut bayi) dengan posisi kepala dan menghidu.

5. Ventilasi Percobaan
a. Tekan balon dua kali dengan tekanan (30 cm air) ke
jalan napas bayi untuk membuka alveoli.
- Naiknya dinding dada mencerminkan
mengembangnya paru dan udara masuk dengan
baik.
- Bila dinding dada tidak naik/ mengembang,
periksa kembali :
 Posisi kepala dan jalan napas
 Kemungkinan kebocoran perlekatan sungkup
dan hidung
 Sumbatan jalan napas oleh lendir pada mulut
atau hidung
Lakukan koreksi dan ulangi ventilasi percobaan.

6. Ventitasi Definisi / Lanjutan


a. Setelah ventilasi percobaan berhasil maka lakukan
ventilasi definitif dengan menekan balon dengan
frekuensi 20 kali dalam waktu 30 detik dengan
tekanan 20 cm air.
Nilai hasil ventilasi (pernapasan, DJ dan warna kulit
setiap 30 detik).
b. Lakukan penilaian ventilasi dan lanjutkan tindakan :
- Bila setelah 30 detik pertama bayi menangis kuat
dan bergerak aktif maka selimuti bayi dan
serahkan pada ibunya untuk menjaga kehangatan
tubuh dan inisiasi menyusu dini.
- Bila setelah 30 detik pertama bayi merintih atau
megap-megap atau belum bernapas spontan dan
DJ masih < 100 kali per menit, maka lanjutkan
tindakan ventilasi / VTP.
- Bila bayi mulai bernapas tetapi disertai dengan
cekugan atau retraksi dinding dada (interkostal)
dan DJ 100 x/mnt maka segera rujuk ke fasilitas
rujukan sambil tetap diberikan ventilasi.
c. Lanjutkan ventilasi 20 kali dalam 30 detik
selanjutnya dan lakukan penilaian ulang :
- Bayi menangis kuat, kulit merah jambu dan
bergerak aktif, lakukan asuhan pasca resusitasi.
- Bayi mulai bernapas, kulit pucat, lemas, retraksi,
interkostal dan DJ < 100 x/mnt maka segera
rujuk ke fasilitas rujukan sambil tetap diberikan
ventilasi.
- Bayi tidak bernapas dan/atau DJ < 100 x/mnt dan
telah di ventilasi lebih dari 2 menit maka segera
rujuk ke fasilitas rujukan sambil tetap diberikan
ventilasi.
- Bayi tidak bernapas setelah diresusitasi 10 menit
serta DJ 0, maka resusitasi dinyatakan gagal dan
bayi meninggal.

7. Tindakan Pasca Resusitasi


a. Bila resusitasi berhasil, lakukan asuhan pasca
resusitasi. Melanjutkan penatalaksanaan aktif kala
tiga.
b. Bila perlu rujukan :
- Melakukan konseling untuk merujuk bayi beserta
ibu dan keluarga
- Melanjutkan resusitasi
- Memantau tanda bahaya
- Mencegah hipotermi
- Memberikan vitamin K1
- Mencegah infeksi
- Membuat surat rujukan
- Melakukan pencatatan dan pelaporan kasus
c. Bila resusitasi tidak berhasil :
- Melakukan konseling pada ibu dan keluarga
bahwa bayi tidak dapat diselamatkan.
- Memberikan petunjuk perawatan payudara
- Melakukan pencatatan dan pelaporan kasus
d. Lakukan dekontaminasi seluruh peralatan yang telah
digunakan
- Penghisap lendir direndam setelah dibilas dengan
larutan klorin 0,5% dengan semprit
- Seka sungkup dengan larutan klorin 0,5%
- Rendam kain ganjal dan pengering tubuh bayi
- Sarung tangan
e. Cuci dan bilas peralatan dan tangan penolong
f. Lakukan DTT semua peralatan

8. Rekam Medik Pasca Resusitasi


Catat secara rinci :
a. Kondisi saat lahir
b. Tindakan untuk memulai pernapasan
c. Waktu antara lahir dengan langkah awal dan
tindakan resusitasi
d. Proses resusitasi dan hasilnya
e. Bila resusitasi gagal, apa penyebabnya
f. Fasilitas rujukan apabila dirujuk
Praktek Mandiri PENANGANAN PER, PEB, EKLAMPSIA
Bidan
Erni Susanti, Amd. No. Dokumen No. Revisi Halaman
Keb. 006/SOP/V/2019 - 1/3
Terbit Tanggal : Ditetapkan
Penanggung jawab BPM
18 Mei 2019
SOP
Erni Susanti, Amd. Keb.
PENGERTIAN Preeklampsia adalah patologi kehamilan yang ditandai
dengan TRIAS hipertensi, edema dan proteinuria yang
terjadi setelah umur kehamilan 20 minggu sampai segera
setelah persalinan.
Eklampsia adalah kejang atau komyang menyertai keadaan
preeklampsia.
TUJUAN Agar pasien dapat tertangani dengan baik
KEBIJAKAN Semua bidan dapat melakukan pelayanan yang diberikan
harus sesuai dengan SOP.
PROSEDUR 1. Preeklampsia Ringan (PER)
a. Tekanan darah : ≥ 140/90 mmHg pada usia
kehamilan > 20 minggu
b. Proteinuria : 1+ atau pemeriksaan protein kuantitatif
menunjukkan hasil >5 g/ 24 jam

2. Preeklampsia Berat (PEB)


a. Tekanan darah : ≥ 160/110 mmHg pada usia
kehamilan > 20 minggu
b. Proteinuria ≥ 2+ atau pemeriksaan protein kuantitatif
menunjukkan hasil > 300 mg/ 24 jam
c. Atau disertai keterlibatan organ lain :
 Sakit kepala, skotoma penglihatan
 Pertumbuhan janin terhambat, oligohidramnion
 Edema paru dan/atau gagal jantung kongestif
 Oliguria (< 500 ml/24 jam), kreatinin > 1,2 mg/dl.

Superimposed preeklampsia pada hipertensi kronik


- Ibu dengan riwayat hipertensi kronik (sudah ada
sebelum usia kehamilan 20 minggu)
- Proteinuria > +1

3. Eklampsia
a. Kejang umum dan/atau koma
b. Ada tanda dan gejala preeklampsia
c. Tidak ada kemungkinan penyebab lain (misalnya
epilepsi, perdarahan subarakhnoid, dan meningitis).
Tata Laksana Umum
“Ibu hamil dengan preeklampsia harus segera dirujuk ke
rumah sakit”
Penanganan preeklampsia berat dan eklampsia sama, kecuali
bahwa persalinan harus berlangsung dalam 6 jam setelah
timbulnya kejang pada eklampsia.

Pengelolaan Kejang :
1. Perlengkapan untuk penanganan kejang (jalan napas,
penghisap lendir, masker, oksigen).
2. Lindungi pasien dari kemungkinan trauma
3. Aspirasi mulut dan tenggorokan jika diperlukan
4. Baringkan pasien pada sisi kiri, posisi trendelenbrug
untuk mengurangi resiko aspirasi
5. Berikan oksigen 4-6 liter/menit

Pengelolaan Umum
1. Jika tekanan diastolik > 110 mmHg, berikan
antihipertensi sampai tekanan diastolik antara
90-100 mmHg.
2. Pasang infus Ringer Laktat dengan jarum besar No. 16
atau lebih.
3. Ukur keseimbangan cairan, jangan sampai terjadi
overload.
4. Kateterisasi urin untuk pengukuran volume dan
pemeriksaan proteinuria.
5. Infus cairan dipertahankan 1,5-2 liter / 24 jam.
6. Jangan tinggalkan pasien sendirian. Kejang disertai
aspirasi dapat mengakibatkan kematian ibu dan janin.
7. Observasi tanda vital, refleks dan denyut jantung janin
setiap 1 jam.
8. Auskultasi paru untuk mencari tanda edema paru. Jika
ada edema paru, hentikan epmberian cairan dan berikan
diuretik (mis. furosemide 40 mg IV).
9. Nilai pembekuan darah dengan uji pembekuan. Jika
pembekuan tidak terjadi setelah 7 menit, kemungkinan
terdapat koagulopati.

Anti Konvulsan
Magnesium sulfat (MgSO4) merupakan obat pilihan untuk
mencegah dan mengatasi kejang pada preeklampsia dan
eklampsia. Alternatif lain adalah diazepam dengan resiko
terjadinya depresi neonatal.

Dosis Pemberian MgSO4


1. Dosis Awal
a. MgSO4 4 gr IV sebagai larutan 40% selama 5 menit
b. Segera lanjutkan dengan 15 ml MgSO4 (40%) 6 gr
dalam cairan infus RL 500ml diberikan selama 6 jam.
2. Dosis Pemeliharaan
a. Jika kejang berulang setelah 15 menit, berikan
MgSO4 (40%) 2 g IV selama 5 menit.
b. MgSO4 1 gr/jam melalui infus RL yang diberikan
sampai 24 jam postpartum

Sebelum pemberian MgSO4 ulangan, lakukan


pemeriksaan :
1. Pasien akan merasa agak panas pada saat pemberian
MgSO4.
2. Frekuensi pernapasan minimal 16 kali/ menit.
3. Refleks patella (+)
4. Urin minimal 30 ml/jam dalam 4 jam terakhir.

Hentikan pemberian MgSO4, jika :


1. RR < 16 x/mnt
2. Refleks patella (-)
3. Urin < 30 ml/jam dalam 4 jam terakhir

Antidotum :
Jika terjadi henti napas :
1. Bantu pernapasan dengan ventilator
2. Berikan kalsium glukonas 1 gr (20 ml dalam larutan
10%) IV perlahan-lahan sampai pernapasan mulai lagi.

Anda mungkin juga menyukai