Anda di halaman 1dari 32

Writerpreneur 101: The Ultimate Guide 1

Writerpreneur 101: The Ultimate Guide

Kenapa E-Book Ini Ditulis?............................................ 4


Saya Pengen Jadi Writerpreneur ............................... 5
Apa itu Writerpreneur? .................................................. 6
Produk Writerpreneur .................................................... 8
Jual Buku atau Ebook? ................................................... 9
Kelebihan dan Kekurangan Self-Publishing? . 10
Kelebihan dan Kekurangan Jual Ebook?.......... 10
Fiksi atau Non-fiksi?....................................................... 12
Kenapa Writerpreneur Mesti Punya Website? .. 13
Writerpreneur = Entrepreneur? ................................ 14
Produk Semi-writerpreneur ....................................... 15
1. Penulis Artikel....................................................... 16
2. Freelance Content Writer ................................ 16
3. Ghost Writing ........................................................ 17
Kenapa Buku Antologi Nggak Termasuk Produk
Writerpreneur?................................................................. 18
Mindset dan Mental Seorang Penulis .................... 19
Cara Mudah Menulis yang Dibutuhkan Banyak
Orang .................................................................................... 20
Writing Hack is System ................................................ 21
12 Skills of Writerpreneur............................................. 25
Writerpreneur 101: The Ultimate Guide 2
1. Reading .................................................................... 25
2. Writing ..................................................................... 25
3. Editing ...................................................................... 25
4. Copywriting ........................................................... 25
5. Marketing................................................................ 26
6. Layouting ................................................................ 26
7. Sales Funnel........................................................... 26
8. Sales Page .............................................................. 26
9. Market research ................................................... 27
10. Digital Ads .......................................................... 27
11. Email Marketing ............................................... 27
12. Design Content ................................................ 27
Kenapa Menghasilkan Melalui Ebook lebih
Menjanjikan? ..................................................................... 28
Kenapa Menjual Buku Orang Lain Bukan
Writerpreneur?................................................................. 28
Apakah Blogging Termasuk dari Produk
Writerpreneur?................................................................. 29
Setelah Ini Ngapain? ...................................................... 29
FAQ ........................................................................................ 31

Writerpreneur 101: The Ultimate Guide 3


Kenapa E-Book Ini Ditulis?

Halo,

Berjumpa kembali dengan Kadika. Mungkin kamu yang pertama


kali membaca ebook dari impactfulwriting.com.

Saya ucapkan selamat datang, mudah-mudahan ebook ini


menjadi jalan untuk meraih impian.

Kalau yang udah baca ebook Kadika sebelumnya. Apa kabar?

Akhirnya Kadika bisa berbagi kembali, setelah beberapa bulan


nggak menulis ebook yang dibagikan secara gratis.

Banyak yang ingin tau lebih dalam dan detail tentang


writerpreneur. Juga nggak sedikit yang masih bingung seperti,
“apa itu writerpreneur?”, “bagaimana bisa menjadi
writerpreneur?”.

Nah, ebook ini akan membahas secara holistik (menyeluruh),


karena ada banyak opsi untuk bisa menjadi writerpreneur.

Yaudah, nggak perlu bertele-tele, langsung aja.

Salam,

Dwi Andika Pratama


Impactful Writer
Founder of ImpactfulWriting.com
Mentor at CertifiedImpactfulWriter.com

Writerpreneur 101: The Ultimate Guide 4


Saya Pengen Jadi Writerpreneur

Tahun 2012 adalah tahun pertama saya belajar menulis.

Bayangkan, sekarang sudah tahun 2021. Berarti sekitar 8 tahun


yang lalu saya belajar menulis.

Buku panduan menulis yang saya baca pertama kali di tahun


2013 adalah Kitab Writerpreneur karya Sofie Beatrix.

Wah, dulu mencari buku itu susah banget, karena udah nggak
terbit dan dijual di Gramedia.

Karena dulu nggak semudah sekarang, yang tinggal buka


marketplace, langsung muncul deh.

Dulu, saya membeli buku Kitab Writerpreneur di Grazera.com


yang sekarang jadi Gramedia.com.

Sempat deg-degan kok lama banget buku yang saya pesan itu
sampai ke rumah.

Tapi…

Hingga akhirnya buku itu sampai pada tanggal 17 Desember


2013. Kenapa hafal banget? Karena setiap buku yang saya beli,
saya beri tanggal dan nama. :D

Wah, excited banget baca buku itu. Ya, siapa sih yang nggak
kepengen jadi writerpreneur.

Saat itu saya masih sekolah madrasah aliyah alias SMA kelas
12. Jadi saya mulai berpikir “setelah sekolah ngapain ya?” Nah,
makanya saya pengen jadi writerpreneur.

Karena kegilaan saya terhadap buku, saya jadi banyak


membaca buku tentang panduan menulis.

Writerpreneur 101: The Ultimate Guide 5


Sampai pada akhirnya saya mendapatkan kutipan “kalau mau
jadi Penulis, ya menulis. Bukan banyak baca buku tentang
menulis”. JLEB!

Sejak saat itu saya berhenti membeli buku tentang menulis dan
mulai menulis. Kalau kamu udah baca Panduan Penulis,
mungkin udah tau cerita detailnya.

Kamu udah baca belum? Kalau belum download aja gratis di


panduanpenulis.com.

Apa itu Writerpreneur?

Entah siapa yang mempopularkan kosa kata “writerpreneur” ini,


tapi yang jelas kita mesti berterima kasih, sehingga kita tau ada
profesi lain yang bisa kita jalani.

Namun yang jelas, saya tau kata writerpreneur ya dari Kitab


Writerpreneur karya Sofie Beatrix.

Yang saya ketahui dia yang memiliki agency Penulis, namanya


AsaMediaMu. Mungkin kamu pernah tau itu?

Mari kita pisahkan dulu kata writerpreneur. Karena mengandung


dua kosa kata, writer dan entrepreneur. Writer artinya penulis,
entrepreneur artinya pebisnis.

Kalau menurut definisi ImpactfulWriting.com:

“Writerpreneur adalah penulis yang berbisnis dengan menjual


karya tulisannya sendiri, tetap menghasilkan meski nggak
menulis bahkan sedang tidur sekalipun.”

“WAH, mantap banget Kadika. Kok kayak passive income, ya?”

Writerpreneur 101: The Ultimate Guide 6


Ya persis, deh. Cuman kita tetap melakukan promosi agar tetap
ada yang beli.

Itulah kenapa Impactful Writing di awal tahun 2020 meluncurkan


program Penulispreneur dengan tagline “Nulisnya Sekali,
Untungnya Berkali-kali”.

Namanya juga entrepreneur alias pebisnis, berarti ada sesuatu


yang dijual.

Karena memang se-asyik dan se-nikmat itu menjadi


writerpreneur. Kalau kamu penasaran, baca sampai habis, ya?

Bayangin aja kalau kamu ingin menjadi writerpreneur tapi masih


berpikir takut jualan, takut dikira mencari untung, bahkan dikira
menulis hanya karena uang.

WAH, jangan berharap bisa menjadi writerpreneur, kalau masih


ada perasaan dan pikiran seperti itu.

Tapi jangan khawatir, Kadika akan mengupasnya secara tuntas


sampai kamu puas. Hehehe…

Ya, namanya entrepreneur mesti menciptakan produk yang


menjadi solusi atas permasalahan banyak orang.

Itulah kenapa uang adalah dampak dari tulisan yang


menawarkan solusi, memberi sudut pandang baru, hingga
membangkitkan kembali semangat hidup seseorang.

Semakin excited menjadi writerpreneur?

Writerpreneur 101: The Ultimate Guide 7


Produk Writerpreneur

Karena di luar sana banyak yang menawarkan program


writerpreneur, maka Kadika akan membantu membahasnya
secara menyeluruh, agar kamu bisa menentukan untuk
menghasilkan dari jalur mana.

Sebab, esensi (inti) writerpreneur adalah menjual produk


tulisannya sendiri. Kalau yang dijual bukan tulisannya, namanya
bukan writerpreneur.

Kenapa? Tentu kamu akan dapetin jawabannya kalau membaca


ini sampai habis.

Produk writerpreneur versi ImpactfulWriting.com ada dua, yakni:

1. Menerbitkan buku secara indie.


2. Merilis ebook sendiri.

Kadika sendiri pernah melakukan keduanya.

Kenapa buku yang terbit di penerbit major nggak termasuk


produk writerpreneur?

Sederhananya, cash flow (arus kas/pemasukan) nggak bisa kita


kendalikan. Karena untuk mendapatkan royalti mesti menunggu
beberapa bulan.

Sedangkan kita butuh biaya untuk iklan dan kebutuhan sehari-


hari. Yang Kadika maksud dikendalikan adalah uangnya ada di
rekening kita.

Juga, kita nggak bisa mengendalikan penjualan, maksudnya kita


nggak tau berapa yang terjual, dari mana mereka membelinya.

Karena seperti kata Peter F. Drucker “apa yang dapat diukur,


dapat diatur.”

Writerpreneur 101: The Ultimate Guide 8


Bagaimana kita ingin menghasilkan penjualan yang diharapkan,
kalau kita nggak bisa mengukur penjualannya?

Gimana, sampai di sini makin kebayang?

Jual Buku atau Ebook?

Di tahun 2015, saya menerbitkan buku secara indie alias self-


publishing. Demi mengejar status “hey, aku sudah menerbitkan
buku, lho”.

Meski niatnya begitu, tapi ada 2 orang yang membeli. Pertama,


ibu muda yang membeli buku cetak. Kedua, kaka kelas Kadika
yang membeli ebook.

Nah, ini menarik…

Untuk bisa mendapatkan pembeli pertama Kadika mesti COD


(Cash on Delivery) di Mall.

Buku yang Kadika jual seharga Rp. 100.000,- dengan untung Rp.
60.000,-. Mungkin secara angka besar kalau dibandingkan
dengan keuntungan ebook.

Karena keuntungan ebook yang Kadika dapatkan adalah Rp.


50.000,-. Nah, jangan dulu berasumsi 50rb itu kecil. Karena
untung Rp. 60.000,- itu kan dipotong ongkos ke Mall-nya.
Mungkin sisa Rp. 20.000,-.

Sedangkan ebook, Kadika untungnya 100% alias Rp. 50.000,-


itu nggak dipotong apapun. Beuh, mantap banget ‘kan?

Banyak pelajaran yang saya dapatkan dalam pertama kali merilis


buku secara indie. Kebayang bagaimana perjuangan Kadika
mendapatkan pembeli?

Writerpreneur 101: The Ultimate Guide 9


Bayangin juga, betapa enaknya saat itu menjual satu ebook
seharga Rp. 50.000,- kalau ada 100 pembeli? Udah Rp.
5.000.000,-

Dengan minim usaha alias effortless sekali. Iya, ‘kan?

Kelebihan dan Kekurangan Self-Publishing?

Kalau bicara kekurangan dan kelebihan akan selalu ada, pilihlah


yang menurutmu cocok dan merasa siap berjuang di sana.

Kelebihan:

1. Ada yang bisa dipegang. Karena ada orang yang ingin


menghirup aroma buku baru, seperti saya ini. Hihi.
2. Bisa dibaca secara perlahan, dibuka halaman acak.

Kekurangan:

1. Butuh biaya cetak yang nggak sedikit


2. Butuh waktu untuk packing dan pengiriman
3. Butuh ongkos kirim untuk bisa mendapatkannya

Kelebihan dan Kekurangan Jual Ebook?

Kelebihan:

1. Praktis
2. Akses instan
3. Nggak perlu modal (kalau kamu bisa layout dan bikin
cover sendiri)
4. Nggak ada biaya cetak
5. Distribusi cepat
6. Profit margin 100%

Writerpreneur 101: The Ultimate Guide 10


Kekurangan:

1. Nggak nyaman dibaca


2. Nggak bisa dipegang
3. Mudah berpindah tangan (dibajak)

Saya juga nggak mengategorikan ebook di Google Playbooks


adalah produk writerpreneur.

Karena cash flow-nya nggak bisa kita kendalikan, seperti


penerbit major yang Kadika sampaikan di atas.

Hanya aja di Google Playbooks bisa perbulan, tinggal kita setting


pencairan minimalnya $1.

Google Playbooks salah satu media pengungkit agar ebook kita


bisa menjangkau banyak orang.

Mengingat Google Playbooks seperti dengan penerbit major,


ada bagi hasil. Nggak menghasilkan profit margin 100%.

Menyikapi kekurangan ebook yang mudah berpindah tangan.


Zaman sekarang apa sih yang nggak bisa dibajak? Saya menulis
di modul mengemas tulisan jadi penghasilan begini:

“Alih-alih kita berpikir kerugian, mending berpikir berapa potensi


yang bisa dihasilkan?”

Buku pun berpotensi untuk dibajak. Tapi, saya sih nggak terlalu
mikirin soal dibajak atau nggak.

Karena saya berdoa “Ya Allah pertemukanlah aku dengan


pembeli karyaku yang amanah”.

Saya hanya memiliki keyakinan, kalau pembeli ebook saya


adalah orang yang amanah, yang menyimpan hanya untuk
dikonsumsi pribadi.

Writerpreneur 101: The Ultimate Guide 11


Nah, kalau kita ingin orang lain amanah, kita sendiri pun amanah,
nggak beli karya bajakan. Woke?

Karena terlalu takut berkarya hanya karena takut dibajak,


menurut Kadika nggak bijak, karena itu hanya kondisi pikiran aja,
karena belum benar-benar terjadi.

Bayangkan… karya kamu udah ada yang menanti-nanti. So,


beranikan diri. Siap?

Fiksi atau Non-fiksi?

Nah, ini banyak yang bertanya, sebenarnya tergantung dari


orangnya.

Siap nggak berjuang menjual karyanya sendiri. Karena studi


kasus Kadika adalah menjual non-fiksi, yang ditawarkan
adalah…

- Menawarkan Solusi
- Membuka Wawasan baru
- Mengajarkan Keahlian

Dan…

Apa yang Kadika ajarkan secara step-by-step lebih cenderung


ke non-fiksi, seperti buku Mark Manson, James Clear, kurang
lebih seperti itu.

Tapi, kalau kamu penikmat fiksi dan ingin belajar, nggak ada
salahnya belajar untuk bisa menulis non-fiksi?

Toh, penerapannya nggak hanya menulis buku indie atau ebook.


Juga bisa content writing, copywriting, email broadcast, dan hal
lain yang masih berhubungan.

Writerpreneur 101: The Ultimate Guide 12


Nggak ada jaminan melakukan semuanya bisa berhasil, karena
semua hanyalah pembuka jalan dan panduan agar kamu bisa
sampai tujuan.

Kenapa Writerpreneur Mesti Punya


Website?

Bukan soal buku atau ebook yang mudah untuk dijual, tapi siapa
yang menjualnya.

Nah, ini yang nggak dipahami oleh kebanyakan Penulis. Berpikir


kalau udah rilis, orang lain akan mencarinya.

Kadika dulu juga berpikir demikian, udah merasa bagus banget,


udah merasa membantu remaja menyelesaikan masalah, tapi
nggak ada yang beli dari kalangan remaja.

Karena membuat website itu sama aja membangun


kepercayaan publik dan menciptakan otoritas (authority).

Bukankah kita lebih percaya dan suka kepada orang yang kita
kenal? Lalu, kenapa masih menunda untuk membuat website
pribadi?

Bagaimana ketika orang lain mengetik nama kamu di mesin


pencarian, yang ketemu bukan website kamu?

Inilah alasan kenapa saya membuat dwiandikapratama.com,


ketika orang lain ingin mencari nama “Dwi Andika Pratama”,
yang muncul adalah website pribadi.

Mungkin kalau saya nggak bikin dwiandikapratama.com dan


impactfulwriting.com, mungkin ebook ini nggak ada, Iya? Karena
jalan ceritanya akan berbeda.

Writerpreneur 101: The Ultimate Guide 13


Kalau menulis lalu berharap penerbit yang menjualkan atau
orang lain merekomendasikannya, ini agak keliru.

Mental entrepreneur dibentuk dari kemauan yang besar untuk


membantu banyak orang, siap menghadapi tantangan.

Kalau menjadi writerpreneur dengan menunggu ada yang beli,


ya menurut Kadika itu bukan bermental entrepreneur (pebisnis).

So, pacu dirimu menjadi The Real of Writerpreneur! Siap?

Writerpreneur = Entrepreneur?

Kalau kamu masih berpikir dan merasa “ah, berarti menulis


niatnya karena uang dong?”, ya nggak juga. Karena sekali lagi,
uang adalah dampak. Kenapa? Baca lagi di atas, ya.

Karena dalam buku Creator.Inc karya Arif Rahman mengatakan


“kalau bisnis dari passion yang nggak menghasilkan, namanya
hobi”.

Nah, kalau kamu saat ini menulis hanya sekadar ingin senang-
senang saja. Itu namanya hobi.

Kalau ingin menghasilkan dan menjual karya kamu sendiri, ini


baru writerpreneur! Eits, tapi jangan sampai kamu sibukkan
melayani pembeli.

Kamu mesti membuat sistem agar yang membeli karya kamu


bisa terlayani dengan baik. Inilah kenapa Kadika lebih memilih
jalur menghasilkan dari ebook.

Praktis, bisa diakses secara instan, cepat, dan mudah. Kadika


membangun sistem agar waktu Kadika nggak habis melayani
pembeli.

Writerpreneur 101: The Ultimate Guide 14


Inilah kenapa Kadika membangun sistem membership dengan
plugin sejoli. Kalau kamu yang pakai wordpress self-hosted
kata “plugin” udah nggak asing lagi.

Bagaimana yang nggak tau atau belum mengerti tentang


website? Writerpreneur sejati pasti akan langsung searching. 😊

Bayangin, ada yang beli ebook Kadika, tapi Kadika lagi nggak
online, sedangkan yang beli ingin segera menikmati.

Sistem membership ini membantu memudahkan kita melayani


pembeli ebook.

Setelah membayar sesuai nominal, pesanan akan langsung


aktif.

Bukankah ini yang kamu inginkan? Tetap menghasilkan meski


ditinggal rebahan?

Ingat, sekarang ini zaman serba instan, kadang kita sendiri ingin
menikmatinya secara cepat, ‘kan?

Mungkin kamu yang pernah beli ebook atau ikut program Kadika,
tau bagaimana sistemnya. Nah, ini Kadika bocorin itu semua
sistem yang mengaktifkan. Hehehe. Mantap, ya?

Produk Semi-writerpreneur

Kalau sebelumnya membahas produk writerpreneur, kali ini


produk semi-writerpreneur.

Dimana kamu menjual tulisan kamu sendiri, tapi kalau kamu


nggak melakukan aktivitas utama, yakni menulis. Kamu nggak
mendapatkan penghasilan.

Ada apa aja? Yuk, lanjut…


Writerpreneur 101: The Ultimate Guide 15
1. Penulis Artikel

Mungkin kamu pernah membaca web portal media hingga


web berita, memberikan peluang untuk kamu bisa menulis di
sana.

Kamu mendapatkan honor setelah tulisan kamu dirilis.


Secara konsep mereka “membeli” tulisan kamu, tapi secara
sudut pandang writepreneur.

Ini belum sepenuhnya writerpreneur, makanya saya


namakan sebagai semi-writerpreneur.

Kenapa? Karena mesti menulis untuk mendapatkan honor


(fee).

Sedangkan kalau produk writerpreneur fokus menjual,


karena kamu udah menulis di awal. Semakin kebayang
betapa nikmatnya menjadi writerpreneur?

2. Freelance Content Writer

Di tahun 2021 ini udah banyak orang yang semakin melek


dunia digital, karena inti digital adalah konten. Cara mudah
untuk mengawalinya dengan konten tulisan.

Entah kamu menjadi freelance content writer lokal atau


internasional, namun yang jelas kalau kamu nggak
menerima project alias nggak menulis konten, nggak ada
pemasukan.

Apalagi untuk bisa menghasilkan banyak uang, kamu mesti


menambah project yang mesti ditulis.

Kelebihannya kamu bisa bekerja lebih fleksibel, benar-benar


kamu sendiri yang mengatur ritme kerjanya.
Writerpreneur 101: The Ultimate Guide 16
3. Ghost Writing

Apa itu ghost writing? Sederhananya kita yang menulis tapi


nama penulisnya bukan nama kita.

Bentuknya bisa apa aja: buku, cerita, atau teks lain. Tapi,
ghost writing lebih sering dikaitkan untuk menulis buku orang
lain.

Kadika sempat bertanya kepada praktisi ghost writer, untuk


fee-nya ternyata cukup besar. Juga, bisa belajar langsung
dengan seseorang yang kita tulis kisahnya.

Tapi konsekuensinya adalah butuh waktu, project-nya nggak


intens seperti freelance. Juga kalau nggak ada project, ya
nggak nulis.

Kalau udah nggak nulis. Ya, nggak ada pemasukan (kalau


hanya mengandalkan dari project ini aja).

Ketiga ini hanya sedikit contoh dari produk semi-writerpreneur.

Mungkin masih banyak lagi yang semi-writerpreneur, tapi


poinnya adalah harus menulis untuk mendapatkan pemasukan.

Berbeda dengan produk writerpreneur, nulisnya sekali,


untungnya berkali-kali.

Jadi, makin kebayang ya? Apa bedanya produk writerpreneur


dengan produk semi-writerpreneur.

Writerpreneur 101: The Ultimate Guide 17


Kenapa Buku Antologi Nggak Termasuk
Produk Writerpreneur?

“Duh, pusing kak jual buku antologi nggak ada yang beli!”

Keluh salah seorang ke Kadika. Kenapa buku antologi nggak


termasuk produk writerpreneur? Padahal self-publishing (indie)?.

Ya, kamu bisa menebak jawabannya. Karena buku itu ditulis oleh
banyak orang. Nggak semua ingin membaca buku itu.

Saya kalau membaca buku antologi, memilih bagian yang saya


ingin baca aja, sisanya nggak ingin karena nggak tertarik dan
kurang menarik.

Dan, Kadika sendiri pernah menulis buku antologi. Ya gitu,


sekadar untuk seru-seruan aja. Penasaran, gimana sih rasanya.
Hehehe.

Ingat, orang hanya peduli minat dan masalahnya, kalau buku


antologi itu bisa menjawab masalah dan minat seseorang,
Kadika yakin bisa laris manis.

Kalau pun belum ada yang beli, kembali lagi ke poin “kenapa
writerpreneur mesti punya website”.

Kadika menyarankan kamu untuk tetap melanjutkan apa yang


sedang kamu lakukan, misal: menulis buku antologi.

Hanya aja jangan berharap besar untuk bisa menghasilkan


banyak penjualan dan penghasilan. Itu aja.

Karena sepengalaman Kadika menjual buku antologi nggak


terlalu profitable.

Terkecuali buku antologi itu dihimpun oleh penulis yang udah


punya otoritas dan kredibilitas.

Writerpreneur 101: The Ultimate Guide 18


Seperti Joe Vitale, ada salah bukunya berisi beberapa
kontributor.

Atau buku Ekonomi Langgas: Mengubah Kreativitas Anda


Menjadi Sebuah Karier (judul asli dari The Hustle Economy:
Transform Your Creativity), yang Kadika beli di bulan februari
2021 ini.

Isinya berisi kontributor dari para seniman, penulis, sutradara,


dan pekerja kreatif lainnya.

Editornya adalah salah satu penulis terkenal, Jessica Hagy dari


penulis buku How To Be Interesting.

Gimana? Kebayang, ya?

Mindset dan Mental Seorang Penulis

Kalau di certified impactful writer dan program lainnya, Kadika


selalu mengawali dengan mindset dan mental yang tepat dan
relevan.

Agar apa?

Mudah sekali untuk mempraktekkan apa yang diajarkan.


Mindset dan mental ini modal Penulis.

Karena sebaik dan sebagus apapun teknis menulisnya, kalau


masalah internalnya belum beres, ya tulisannya nggak akan
selesai-selesai.

Masalah internal itu seperti: masih kurang percaya diri, nggak


berani, takut dikritik, takut salah, takut dijiplak, padahal setiap
penulis terlahir dengan latar belakang yang berbeda-beda.

Ingat baik-baik mindset ini:

Writerpreneur 101: The Ultimate Guide 19


“Setiap orang punya masalah. Dan setiap masalah selalu ada
solusinya”.

Temukan masalah yang dirasakan banyak orang, buatlah


solusinya.

Contoh nih, misalnya banyak yang bingung milih jurusan yang


tepat, sedangkan kamu mudah sekali karena punya pengalaman
dan informasi mendalam saat memilih jurusan.

Kadika yakin kalau orang yang serius banget ingin keluar dari
kebimbangan, bakalan baca karya kamu.

Karena kita sendiri ketika butuh banget solusi, pasti akan


mencari tau bagaimana jalan keluarnya, bukankah begitu? 😊

Cara Mudah Menulis yang Dibutuhkan


Banyak Orang

Masih menyambung soal tulisan yang dibutuhkan. Ingat,


writerpreneur mesti punya mindset dan mental yang reader
oriented. Artinya menulis berdasarkan kebutuhan market, bukan
keinginan diri sendiri.

Bukankah kita ingin membaca apa yang ingin kita baca? Ya,
perlakukanlah pembaca seperti itu. Tulislah apa yang ingin
mereka baca.

Jadi, Kadika suka banget sama buku yang judulnya Money


Talking yang ditulis Zaenudin H.M. Beliau penulis buku yang
cukup produktif.

Uang bisa menjadi masalah bagi beberapa orang, entah gajinya


kurang, butuh biaya untuk kuliah, hingga untuk kebutuhan
sehari-hari.
Writerpreneur 101: The Ultimate Guide 20
Sampai hari ini “bagaimana mendapatkan uang” menjadi topik
yang dicari banyak orang.

Menariknya Money Talking ini membahas dari 15 top penulis


self-improvement yang membahas tentang bagaimana menarik
uang.

Pesannya apa? Menulis itu nggak mesti dari pengalaman, tapi


pengemasan. Inilah yang Kadika sampaikan di modul
Mengemas Tulisan Jadi Penghasilan.

Kemas aja pemikiran orang lain, lalu kita racik versi pemahaman
kita.

Buku Money Talking cukup menjawab masalah kebanyakan


orang yakni “bagaimana menghasilkan uang?”.

Writing Hack is System

“lupakan sasaran, berfokuslah pada sistem” ~ James Clear,


dalam Atomic Habits.

Kalau kamu cukup update soal buku, ada buku yang


direkomendasikan oleh banyak orang, mulai dari pebisnis,
penulis, hingga konten kreator.

Ada bagian yang menarik yang perlu Kadika bahas di sini. Yakni
“lupakan sasasan, berfokuslah pada sistem”.

Untuk meraih sasaran (goal), James Clear menyarankan nggak


perlu pusing buat mikirin gimana cara mencapainya. Tapi
cukuplah membuat sistem yang membantu mewujudkan itu.

Seperi salah satu contoh yang Kadika kutip dari Atomic Habits,
hal. 29:

Writerpreneur 101: The Ultimate Guide 21


“Bila Anda seorang pengusaha, sasaran Anda mungkin
membangun perusahaan bernilai sejuta dolar. Sistem Anda
adalah bagaimana menguji gagasan-gagasan tentang produk,
merekrut karyawan, dan menjalankan iklan pemasaran”.

Mungkin sasaran kamu menjadi writerpreneur yang


menghasilkan ratusan juta dari tulisan. Semua writerpreneur
menginginkan itu.

Tapi, kalau nggak membangun sistem, seperti menulis setiap


hari, menulis yang enak dibaca, berkualitas, hingga menjual. Ya,
kamu tertatih-tatih sekali.

“… saya menjadi penulis karena kebiasaan saya.” Begitu kata


James Clear.

Sekarang bayangkan, ketika menulis buku atau ebook kamu


sibuk mencari referensi, agar tulisannya berkualitas. Eh, malah
bikin pusing.

Nah, kalau kamu udah di level menguasai “mampu membuat


tulisan yang berkualitas”, nggak akan lagi pusing, karena udah
terbiasa.

Writing Hack adalah sistem, yang mengantarkan kamu dari


benar-benar pemula menjadi mahir.

Tanpa perlu membutuhkan waktu bertahun-tahun, karena udah


teruji dan terbukti dari pengalaman Kadika.

Bagaimana kebiasaan mampu memberikan perubahan?


Misalnya nih, kamu ingin menulis buku, tulislah satu hari satu
konten, 30 hari bisa dapet 30 konten. Iya, ‘kan?

Mungkin kalau dibayangin mudah, tapi untuk memulainya butuh


proses.

Writerpreneur 101: The Ultimate Guide 22


Itulah kenapa James Clear hanya meminta kita fokus pada
tindakan perubahan sebesar 1%, karena itu yang membuat
perubahan 37 kali lebih baik di akhir tahun.

Kebanyakan dari kita, termasuk saya (dulu), hanya ingin


senangnya aja, karya dirilis di penerbit major, buku tercetak
ribuan eksemplar, ebook dibeli ribuan, tapi kita melupakan
sistem ini.

Kadika pernah rilis buku secara indie, tapi besok-besoknya jadi


males menulis, sampe berkata “apa gini ya, jadi penulis? Kok rilis
buku bukannya semangat menulis, malah mager”. Kamu pernah
merasakan itu?

Ada perasaan dimana ingin berhenti menulis, males banget


menulis. huft. Nah, inilah kenapa Writing Hack Online Workshop
hadir.

Menjawab segala keraguan, kemalasan, kebingungan


“bagaimana aku bisa mengukur kualitas keahlian menulisku?”.

Kebanyakan dari mereka. Setelah bisa menulis, yaudah cukup


sampai di situ aja.

Padahal nggak gitu, kalau kita ingin menjadikan menulis sebagai


langkah awal untuk beradaptasi di dunia digital.

“lho kok gitu, Kadika?”

Karena menguasai keahlian menulis adalah kunci


beradaptasi di dunia digital.

Bayangkan kalau dunia digital tanpa kata-kata, wah, nggak akan


pernah ada ini internet, bahkan Google mungkin bisa nggak ada.

Kata-kata akan biasa aja, kalau nggak dirangkai menjadi tulisan


yang berkualitas, berdampak, dan bermanfaat.

Writerpreneur 101: The Ultimate Guide 23


Hasil tulisan seperti buku, artikel, ebook, hingga emodul adalah
dampak dari writing system. Ingat kata James Clear? “lupakan
sasaran, fokuslah pada sistem”.

Menariknya Kadika berhasil meracik writing system versi


Impactful Writing.

Jadi selama pengalaman Kadika belajar menulis dan berkarier


sejak 2012 itu, tertuang dalam Writing Hack Online Workshop.

Boleh dibilang Writing Hack Online Workshop adalah workshop


level 1 untuk menjadi writerpreneur.

Membangun writing system yang kuat dan kokoh, agar mudah


untuk menulis apa pun dan menghasilkan dari jalur mana pun.

Setelah ikut ini boleh jadi kamu akan mendadak, tertarik banget
menulis, semangat untuk membangun kebiasaan menulis,
semangat meningkatkan kualitas tulisan, karena ingat ‘kan?

Writerpreneur itu membangun bisnis yang mesti menghasilkan,


kalau nggak menghasilkan namanya hobi. Puncak (level
tertinggi) dari Writing Hack adalah menghasilkan dari tulisan.

Untuk bisa mendapatkan penghasilan dari tulisan, kamu mesti


melakukan step-by-step untuk naik level.

Writing Hack ini hadir karena banyak yang bingung “setelah bisa
menulis, ngapain?”, “setelah rilis buku, ngapain?”, “setelah bikin
blog, ngapain?”, “setelah nulis buku antologi, ngapain?”.

Intinya bingung mesti ngapain dan kemana lagi. Nah, writing


hack ini udah teruji dari pengalaman pribadi yang lebih dari 7
tahun. Baik secara personal mau pun profesional.

Jadi, benar-benar memangkas waktu pembelajaran dan gagal


kamu. Meringkasnya menjadi lebih praktis dan mudah sekali
untuk melejitkan keahlian menulismu.

Writerpreneur 101: The Ultimate Guide 24


12 Skills of Writerpreneur

Untuk di awal-awal mesti bisa menguasai keahlian ini untuk bisa


menjadi The Real of Writerpreneur.

Kenapa? Kalau udah menghasilkan banyak uang, kamu bisa


merekrut orang lain yang lebih ahli.

“ah, susah kak”, bukan susah tapi kemauan kita yang lemah.
Nggak bertenaga.

Itulah kenapa Kadika minta diberesin dan benerin mindset dan


mentalnya lewat Certified Impactful Writer. Apa aja 12 Keahlian
itu?

1. Reading
Bagaimana apa yang kamu baca, memberikan pemahaman
yang berbeda dan mendalam tentang sesuatu. Karena ada
aja yang sekadar baca, tapi nggak memahaminya.

2. Writing
Ini udah pasti dan jelas sekali kamu mesti menguasainya.
Mulai dari bagaimana mengemas tulisan menjadi karya yang
dibutuhkan, hingga membuat tulisan yang enak dibaca.

3. Editing
Nggak ada tulisan yang langsung ditulis, langsung bagus.
Untuk itulah kamu mesti menguasai seni menyunting
(editing) agar tulisanmu bukan hanya berkualitas dan
berkelas.

4. Copywriting
Penting sekali mempelajari ini, karena copywriting adalah
seni berjualan di internet. Copywriting bukan sekadar kata-
kata aja, juga memicu psikologi kenapa pembaca ingin beli?

Writerpreneur 101: The Ultimate Guide 25


5. Marketing
Bagaimana karyamu menjangkau banyak orang dan merasa
karyamu sangat dibutuhkan oleh pembaca. Di sinilah peran
marketing.

6. Layouting
Kalau kamu punya modal untuk menyewa jasa orang untuk
nge-layout, ya nggak apapa. Tapi kalau nggak ada budget,
maka kamu mesti bisa ini. Agar tulisan kita nyaman dibaca.

Kadika udah buat tutorialnya di modul mengemas tulisan jadi


penghasilan, bagaimana mendesain layout dengan
powerpoint aja.

7. Sales Funnel
Sales funnel atau alur penjualan. Ini penting banget
dipahami bagaimana pembaca bisa mengerti apa yang kita
pikirkan.

Karena nggak serta-merta yang belum mengenal kita


langsung membeli produk tulisan kita.

8. Sales Page
“Apa bedanya dengan sales funnel?”, sales page atau
halaman penjualan adalah bagian dari sales funnel.

Dimana kita mengajak orang untuk berkunjung ke sales


page. Agar mengetahui lebih detail apa yang kita tawarkan.

Seperti apa sales page itu? Ya, seperti


ceritifiedimpactfulwriter.com,superimpactfulwriter.com, dan
www.impactfulwriting.com/nulis-aja.

Kadika udah berikan akses Online Course LandingPage


Mastery dalam pembelian bundling Nulis Aja.

Writerpreneur 101: The Ultimate Guide 26


9. Market research
Pentingnya memahami dan mengetahui apa yang diinginkan
oleh pembaca lewat merisetnya. Bisa lewat facebook group,
followers, hingga kegelisahan dari diri sendiri.

10. Digital Ads


Agar semakin menjangkau luas, minimal kamu bisa
memasarkan lewat FB Ads dan IG Ads. Nah, ini juga masih
berkaitan dengan sales funnel, agar bisa langsung percaya
sama kamu.

11. Email Marketing


Bagaimana dengan email marketing kita bisa mendapatkan
calon pembeli? Tentu bisa, namanya email autoresponder,
kita mengirimkan email edukasi agar membantu mengenal
kita lebih dekat.

Kadika juga udah sampaikan secara detail soal ini di Modul


Nulis Aja.

12. Design Content


“apakah Penulis mesti bisa desain?”, minimal bisa untuk
keperluan konten. Agar kita mudah membangun
kepercayaan di social media.

Writerpreneur 101: The Ultimate Guide 27


Kenapa Menghasilkan Melalui Ebook Lebih
Menjanjikan?

Jujur aja, menjadi writerpreneur dengan jalur menjual ebook


lebih menjanjikan dan menggiurkan. Karena Kadika, atas izin
Allah, Alhamdulillah meraih 100 Juta pertama dari tulisan.

Benar-benar dari tulisan,


bukan dari jual produk
selain tulisan.

Makanya Kadika buka-


bukaan di e-modul Nulis
Aja, studi kasus meraih
100 juta pertama. Kamu
bisa membacanya juga,
kok.

Kenapa Menjual Buku Orang Lain Bukan


Writerpreneur?

Jawaban sederhananya adalah yang dijual bukan hanya satu


buku, melainkan banyak buku. Dan definisinya nggak relevan
dengan definisi writerpreneur.

Lebih tepatnya bookpreneur, berbisnis dengan menjual aneka


macam buku. Gitu, sampe di sini jelas, ya?

Writerpreneur 101: The Ultimate Guide 28


Apakah Blogging Termasuk dari Produk
Writerpreneur?

Bisa dibilang masih semi-writerpreneur, kalau blogging itu beda


bisnis modelnya. Mesti mengandalkan tulisan, tapi yang dijual
bukan tulisannya, tapi trafiknya (kunjungan).

Itulah kenapa ada cara menghasilkan via adsense. Untuk bisa


menghasilkan ratusan hingga ribuan dolar, blog kamu mesti
dikunjungi minimal 100.000 pengujung aktif setiap harinya.

Berbeda kalau blogger juga menjual ebook. Nah, ini baru


writerpreneur. Mantap, ya?

Setelah Ini Ngapain?

Kalau kamu merasa kemampuan menulismu sudah mantap,


nggak ada hambatan, dan lancar. Langsung aja meriset dan
mencari masalah yang ingin diselesaikan.

Kalau belum, Kadika merekomendasikan ikut Certified Impactful


Writer. Karena mindset kamu dibenerin, mental (feeling) kamu
diberesin, agar apa? Eksekusinya jadi lebih cepat.

Karena sejujurnya writerpreneur ini adalah opsi lain


menghasilkan dari tulisan dan kelanjutan dari Modul 5 Certified
Impactful Writer, Writing in Action.

Tapi, nggak mesti ikut certified impactful writer untuk bisa


writerpreneur. Kamu bisa langsung ikut workshop level 1 dan
level 2, juga udah bisa.

Pilihlah produk writerpreneur yang ingin kamu tekuni dan jalani.


Bisa self-publishing atau rilis ebook.

Writerpreneur 101: The Ultimate Guide 29


Praktek, evaluasi, praktek, evaluasi, praktek, evaluasi, selalu
begitu.

Mulailah membangun website pribadi. Karena ini jalan pintas


untuk mudah dipercaya. Kalau mau lebih cepat lagi, ikutlah
certified impactful writer.

Kenapa? Karena otoritas kamu sedikit lebih tinggi, terbukti


alumni yang nggak ada pengalaman diterima bekerja di
perusahaan.

(Kadika rekomendasikan provider hosting yang support untuk


digunakan plugin sejoli. Klik di sini.)

Kalau kamu menginginkan strageti yang terbukti dan teruji


menghasilkan penjualan, kamu bisa ikut Writing Hack Online
Wokshop dengan bundling E-Modul Nulis Aja dan Mengemas
Tulisan Jadi Penghasilan, jauh lebih hemat.

Jadi, nggak sabar menunggu cerita kamu.

Pssttt… oh ya, ngomong-ngomong menulis ebook ini juga


bagian dari kebiasaan, bagian dari writing system, tidakkah
kamu ingin menguasainya? 😉

Writerpreneur 101: The Ultimate Guide 30


FAQ

T: “Jadi, modul-modul yang Kadika tulis mengajarkan menjadi


writerpreneur menghasilkan dari ebook?”

J: Betul sekali, karena Kadika menulis apa yang sudah Kadika


lakukan.

T: “Apakah mesti mengikuti saran dari Kadika untuk menjadi


writerpreneur?”

J: Tentu aja nggak, karena tujuan menulis ebook adalah


memberikan kamu pilihan dan membuka wawasan.

Kalau menjadi writerpreneur itu banyak jalan, bebas kamu ingin


menghasilkan dari jalur mana.

Kamu bisa mengikuti saran Kadika, kalau emang bener-bener


menghindari kegagalan dan uji coba yang tak berkesudahan.

T: “apakah ada jaminan sukses dan langsung menghasilkan?”

J: Nggak ada, tapi minimal kamu nggak melakukan dan terhindar


dari kegagalan yang pernah Kadika lakukan.

NB: Bila kamu merasakan manfaat setelah membaca ebook ini


dan ingin mengapresiasi dalam bentuk donasi, klik di sini.

Apa yang kamu keluarkan akan kembali ke dirimu dalam bentuk


yang lebih besar atau lebih baik.

Writerpreneur 101: The Ultimate Guide 31


Rekomendasi Program:

1. Writing Hack (Workshop Writerpreneur level 1)

Mulai fokus membangun writing system dan meraih apa pun


yang kamu inginkan. Program ini nggak hanya yang ingin
menjadi writerpreneur aja.

Tapi yang ingin melepaskan segala kebingungan, kegundahan,


dan keresahan

Setelah mencapai puncak dari level tertinggi writing hack, mudah


sekali untuk mengembangkannya.

Karena puncak atau level tertinggi dari writing hack adalah


menghasilkan dari tulisan. Entah menjual tulisan itu sendiri
atau menggunakan tulisan untuk jualan.

2. Writerpreneur Masterclass (Workshop Writerpreneur


level 2)

Setelah sistem kamu kuat, menghasilkan uang dari ebook jauh


lebih cepat dari yang kamu kira. Untuk saat ini masih coming
soon. 😊

3. Certified Impactful Writer (Mentoring langsung bersama


Kadika)

Bagaimana menggabungkan dua keahlian sekaligus? Ya,


content writing dan copywriting? Bagaimana berkarier di
perusahaan? Bagaimana formula menulis yang impactful?

Semua tertuang dalam certified impactful writer, program terlaris


dari Impactful Writing. Sudah ratusan alumni yang merasakan
manfaatnya.

Writerpreneur 101: The Ultimate Guide 32

Anda mungkin juga menyukai