Halo,
Salam,
Wah, dulu mencari buku itu susah banget, karena udah nggak
terbit dan dijual di Gramedia.
Sempat deg-degan kok lama banget buku yang saya pesan itu
sampai ke rumah.
Tapi…
Wah, excited banget baca buku itu. Ya, siapa sih yang nggak
kepengen jadi writerpreneur.
Saat itu saya masih sekolah madrasah aliyah alias SMA kelas
12. Jadi saya mulai berpikir “setelah sekolah ngapain ya?” Nah,
makanya saya pengen jadi writerpreneur.
Sejak saat itu saya berhenti membeli buku tentang menulis dan
mulai menulis. Kalau kamu udah baca Panduan Penulis,
mungkin udah tau cerita detailnya.
Buku yang Kadika jual seharga Rp. 100.000,- dengan untung Rp.
60.000,-. Mungkin secara angka besar kalau dibandingkan
dengan keuntungan ebook.
Kelebihan:
Kekurangan:
Kelebihan:
1. Praktis
2. Akses instan
3. Nggak perlu modal (kalau kamu bisa layout dan bikin
cover sendiri)
4. Nggak ada biaya cetak
5. Distribusi cepat
6. Profit margin 100%
Buku pun berpotensi untuk dibajak. Tapi, saya sih nggak terlalu
mikirin soal dibajak atau nggak.
- Menawarkan Solusi
- Membuka Wawasan baru
- Mengajarkan Keahlian
Dan…
Tapi, kalau kamu penikmat fiksi dan ingin belajar, nggak ada
salahnya belajar untuk bisa menulis non-fiksi?
Bukan soal buku atau ebook yang mudah untuk dijual, tapi siapa
yang menjualnya.
Bukankah kita lebih percaya dan suka kepada orang yang kita
kenal? Lalu, kenapa masih menunda untuk membuat website
pribadi?
Writerpreneur = Entrepreneur?
Nah, kalau kamu saat ini menulis hanya sekadar ingin senang-
senang saja. Itu namanya hobi.
Bayangin, ada yang beli ebook Kadika, tapi Kadika lagi nggak
online, sedangkan yang beli ingin segera menikmati.
Ingat, sekarang ini zaman serba instan, kadang kita sendiri ingin
menikmatinya secara cepat, ‘kan?
Mungkin kamu yang pernah beli ebook atau ikut program Kadika,
tau bagaimana sistemnya. Nah, ini Kadika bocorin itu semua
sistem yang mengaktifkan. Hehehe. Mantap, ya?
Produk Semi-writerpreneur
Bentuknya bisa apa aja: buku, cerita, atau teks lain. Tapi,
ghost writing lebih sering dikaitkan untuk menulis buku orang
lain.
“Duh, pusing kak jual buku antologi nggak ada yang beli!”
Ya, kamu bisa menebak jawabannya. Karena buku itu ditulis oleh
banyak orang. Nggak semua ingin membaca buku itu.
Kalau pun belum ada yang beli, kembali lagi ke poin “kenapa
writerpreneur mesti punya website”.
Agar apa?
Kadika yakin kalau orang yang serius banget ingin keluar dari
kebimbangan, bakalan baca karya kamu.
Bukankah kita ingin membaca apa yang ingin kita baca? Ya,
perlakukanlah pembaca seperti itu. Tulislah apa yang ingin
mereka baca.
Kemas aja pemikiran orang lain, lalu kita racik versi pemahaman
kita.
Ada bagian yang menarik yang perlu Kadika bahas di sini. Yakni
“lupakan sasasan, berfokuslah pada sistem”.
Seperi salah satu contoh yang Kadika kutip dari Atomic Habits,
hal. 29:
Setelah ikut ini boleh jadi kamu akan mendadak, tertarik banget
menulis, semangat untuk membangun kebiasaan menulis,
semangat meningkatkan kualitas tulisan, karena ingat ‘kan?
Writing Hack ini hadir karena banyak yang bingung “setelah bisa
menulis, ngapain?”, “setelah rilis buku, ngapain?”, “setelah bikin
blog, ngapain?”, “setelah nulis buku antologi, ngapain?”.
“ah, susah kak”, bukan susah tapi kemauan kita yang lemah.
Nggak bertenaga.
1. Reading
Bagaimana apa yang kamu baca, memberikan pemahaman
yang berbeda dan mendalam tentang sesuatu. Karena ada
aja yang sekadar baca, tapi nggak memahaminya.
2. Writing
Ini udah pasti dan jelas sekali kamu mesti menguasainya.
Mulai dari bagaimana mengemas tulisan menjadi karya yang
dibutuhkan, hingga membuat tulisan yang enak dibaca.
3. Editing
Nggak ada tulisan yang langsung ditulis, langsung bagus.
Untuk itulah kamu mesti menguasai seni menyunting
(editing) agar tulisanmu bukan hanya berkualitas dan
berkelas.
4. Copywriting
Penting sekali mempelajari ini, karena copywriting adalah
seni berjualan di internet. Copywriting bukan sekadar kata-
kata aja, juga memicu psikologi kenapa pembaca ingin beli?
6. Layouting
Kalau kamu punya modal untuk menyewa jasa orang untuk
nge-layout, ya nggak apapa. Tapi kalau nggak ada budget,
maka kamu mesti bisa ini. Agar tulisan kita nyaman dibaca.
7. Sales Funnel
Sales funnel atau alur penjualan. Ini penting banget
dipahami bagaimana pembaca bisa mengerti apa yang kita
pikirkan.
8. Sales Page
“Apa bedanya dengan sales funnel?”, sales page atau
halaman penjualan adalah bagian dari sales funnel.