Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

PERSEDIAAN BARANG (LANJUTAN)

Dosen Pengampu: Maria Yanida, SE, MSA, Ak, CA

Disusun Oleh:

Lewi (19.33.0443)

SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI YBPK

PALANGKARAYA

2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmatNYA sehingga makalah
ini dapat tersusun hingga selesai . Tidak lupa saya juga mengucapkan banyak terimakasih
atas bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik materi
maupun pikirannya.

Dan harapan saya semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman bagi
para pembaca, Untuk ke depannya dapat memperbaiki bentuk maupun menambah isi
makalah agar menjadi menjadi lebih baik.

Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman saya , yakin masih banyak


kekurangan dalam makalah ini, Oleh karena itu saya sangat mengharapkan saran dan kritik
yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

Palangkaraya, 10 November 2020

Penyusun

 
BAB 1

PENDAHULUAN

Penilaian Persediaan Barang

          Penilaian persediaan barang adalah menentukan nilai persediaan yang dicantumkan


dalam neraca. Persediaan akhir bisa dihitung harga pokoknya dengan menggunakan beberapa
cara penentuan harga pokok persedeiaan akhir, tetapi nilai ini tidak selalu nampak dalam
neraca, jumlah yang dicantumkan dalam neraca tergantung pada metode penilaian yang
digunakan.

Ada 3 metode penilaian persediaan yaitu :

1. Metode harga pokok

2. Metode harga pokok atau nilai realisasi bersih yang lebih rendah

3. Nilai realiasasi bersih atau metode harga jual

1.   Metode Harga Pokok

Dalam metode ini persediaan harga pokokj akan dicantumkan pada neraca. Disini tidak ada
perbedaan antara harga pokok persediaan dan nilai persediaan dalam neraca. Harga pokok
persediaan barang dapat ditentukan dengan cara :

a.       MPKP ( FIFO )

b.      Rata – rata tertimbang

c.       MTKP ( LIFO )

2.   Metode harga pokok atau nilai realisasi bersih yang lebih rendah

PSAK No. 14 menyatakan bahwa persediaan barang akan dicantumkan dalam neraca dengan
nilai sebesar harga pokoknya atau nilai realisasi bersihnya, yang lebih rendah. Menurut
PSAK No. 14 nilai realisasi bersih ( net realizable value ) adalah taksiran harga penjualan
dalam usaha normal dikurangi taksiran biaya penyelesaian dan taksiran biaya yang
diperlukan untuk melaksanakan penjualan. Dalam penerapan standar biaya atau nilai realisasi
bersih yang lebih rendah, berikut ini ketentuannya :

a)      Taksiran harga jual dalam kegiatan usaha sehari – hari dikurangi biaya – biaya yang
dapat diperkirakan terlebih dahulu untuk penyelesaiannya atau penjualannya

b)     Tidak boleh lebih rendah dari nilai realisasi bersih sesudah dikurangi dengan laba
normal

Nilai realisasi bersih merupakan batas maksimum yang diperkenankan untuk mencantumkan
persediaan dan disebut batas atas. Nilai realisasi bersih dikurangi laba normal merupakan
batas minimum di mana nilai persediaan barang tidak boleh lebih rendah.

Cara menentukan nilai berapakah persediaan barang yaitu :

1)      Bandingkan harga pokok dengan nilai realisasi bersih

2)      Pilih yang lebih rendah

3)      Bandingkan jumlah yang lebih rendah tersebut dengan batas atas dan batas bawahnya

4)      Apabila jumlah yang lebih rendah tersebut masih dalam batas – batas atas dan bawah
maka nilai persediaan dalam neraca adalah jumlah yang lebih rendah tersebut. Tetapi apabila
jumlah yang lebih rendah tersebut diluar batas atas atau di bawah batas bawah, maka
persediaan akan dinilai dengan batas atas atau batas bawah.

Contoh :

Keadaan Taksiran Harga Nilai Realisasi Bersih Harga Pokok atau


No. Harga Jual Pokok Nilai realiasi
bersih yang lebih
rendah
Batas Batas Atas Harga
Bawah Pokok
Pengganti
1. Rp. 1.500 Rp. 1.050 Rp. 800 Rp. 1.100 Rp. 1.200 Rp. 1.050
2        1.500        1.050        800        1.100 950 950
3.        1.500        1.050        800        1.100 750 800
4.        1.350        1.050        650            950 1.000 950
5.        1.350        1.050        650           950 850 850
6.        1.350        1.050 650 950 600 650

Keterangan :

1. Nilai realisasi bersih yang dipilih adalah batas atas (Rp. 1.100), karena harga pokok
pengganti (Rp.1.200) lebih tinggi dari batas atas. Nilai realisasi bersih yang dipilih ini
(Rp.1.100) dibandingkan dengan harga pokoknya (Rp.1.050) dan dipilih yang lebih
rendah, yaitu Rp.1.050

2. Harga pokok pengganti (Rp.950) masih di dalam batas atas dan batas bawah, sehingga
harga pokok pengganti ini (Rp.950) dipilih sebagai nilai realisasi bersih. Nilai
realisasi bersih yang dipilih ini (Rp.950) dibandingkan dengan harga pokok
(Rp.1.050) dan dipilih yang lebih rendah, yaitu Rp.950.

3. Harga pokok pengganti (Rp.750) lebih rendah dari batas bawah (Rp.800) sehingga
batas bawah (Rp.800) dipilih sebagai nilai realisasi bersih. Nilai realisasi bersih yang
dipilih ini (Rp.800) kemudian dibandingkan dengan harga pokoknya (Rp.1.050) dan
dipilih yang lebih rendah, yaitu Rp.800.

4. Harga pokok pengganti (Rp.1.000) lebih tinngi dari batas atas (Rp.950) sehingga yang
dipilih adalah batas atas (Rp.950). Nilai realisasi bersih yang dipilih ini kemudian
dibandingkan dengan harga pokoknya (Rp.1.050) dan dipilih yang lebih rendah, yaitu
Rp.950

5. Harga pokok pengganti (Rp.850) masih berada di antara batas bawah dan batas atas,
sehingga harga pokok pengganti ini yang dipilih (Rp.850). Nilai realisasi bersih yang
dipilih ini (Rp.850) dibanding dengan harga pokoknya (Rp.1.050) dan pilih yang lebih
rendah, yaitu Rp.850

6. Harga pokok pengganti (Rp.600) lebih rendah dari batas bawah (Rp.650) sehingga
yang dipilih adalah batas bawah. Nilai realisasi bersih yang dipilih ini kemudian
dibandingkan dengan harga pokoknya (Rp.1.050) dan dipilih yang lebih rendah, yaitu
Rp.650.

BAB 2

PEMBAHASAN

Pencatatan Metode Harga Pokok atau Nilai Realisasi Bersih yang Lebih Rendah

     Pembelian barang – barang dicatat pada saat terjadinya berdasar harga pokok, oleh karena
itu jika persediaan akan dicatat di bawah harga pokoknya (misalnya, apabila niali realisasi
bersih lebih rendah ) maka ada 2 hal yang perlu diperhatikan, yaitu :

·         Harga pokok penjualan / harga pokok barang – barang yang dipakai.

·         Kerugian karena turunnya harga persediaan.

Ada 3 prosedur yang dapat digunakan untuk mencatat aturan harga pokok atau nilai realisasi
yang lebih rendah.

a)      Metode pengurangan persediaan langsung, dimana kerugian penurunan harga


persediaan tidak dilaporkan tersendiri.

b)     Metode pengurangan persediaan langsung, dimana hanya kerugian penurunan harga


persediaan akhir yang dilaporkan tersendiri.

c)      Metode cadangan persediaan, dimana kerugian penurunan harga persediaan awal dan
akhir dilaporkan tersendiri.

Cara pencatatan dan akibat penggunaan ketiga metode di atas terhadap laporan laba rugi
sebagai berikut :

a)   Metode Pengurangan Persediaan Langsung

-          Kerugian Tidak Disendirikan

Dalam cara ini harga pokok penjualan dan persediaan barang awal dan akhir dicatat dengan
jumlah harga pokok atau nilai realisasi bersih, yang lebih rendah. Apabila realisasi bersih
lebih rendah dari harga pokok, maka rekening harga pokok penjualan mengandung 2 elemen,
yaitu :

·         Harga pokok penjualan barang – barang yang dijual berdasarkan harga pokok,

·         Kerugian penurunan harga persediaan barang

Metode ini sederhana tetapi tidak memisahkan harga pokok penjualan dan kerugian
penurunan harga persediaan

b)   Metode Pengurangan Persediaan Langsung

-          Kerugian Penurunan Harga Persediaan Akhir Disendirikan

Dalam cara ini persediaan awal  dan akhir dicatat dengan harga pokok atau nilai realisasi
bersih yang lebih rendah. Tetapi laba rugi dikredit dengan persediaan barang akhir sebesar
harga pokoknya, selisihnya merupakan kerugian penurunan harga persediaan yang dicatat
tersendiri.

Rekening harga pokok penjualan mengandung 2 elemen, yaitu :

·         Harga pokok barang yang dijual berdasar harga pokok.

·         Penurunan harga persediaan barang awal periode.

c)    Metode Cadangan Persediaaan

-          Kerugian Penurunan Harga Persediaan Awal dan Akhir Disendirikan

Dalam cara ini rekening harga pokok penjualan dan persediaan awal dan akhir dicatat dengan
harga pokok. Apabila nilai realisasi bersih lebih rendah maka kerugian penurunan persediaan
barang awal periode dicatat tersendiri dan dikreditkan ke rekening cadangan.

Rekening cadangan ini setiap periode disesuaikan dengan jumlah kerugian penurunan harga
pada saat itu. Apabila kerugian penurunan harga persediaan akhir lebih besar daripada
kerugian penurunan harga persediaan awal periode, maka rekening cadangan ditambah dan
dibebankan sebagai kerugian. Tetapi apabila rugi penurunan harga persediaan akhir lebih
kecil dari rugi penurunan harga persediaan awal, maka rekening cadangan dikurangi dan
dicatat sebagai laba.
Kerugian dalam Kontrak Pembelian Barang

          Kontrak pembelian ini ada yang dapat diubah dengan persetujuan kedua belah pihak,
ada juga yang tidak bisa diubah. Apabila terjadi penurunan harga sesudah dibuatnya kontrak
sebelum saat pengiriman barang maka dalam hal kontrak yang tidak dapat diubah, kerugian
penurunan harga diakui pada periode tersebut. kerugian itu dicatat dwngan cara mendebit
rekening kerugian dan mengkredit taksiran kerugian. Rekening rugi penurunan harga ini
adalah rekening nominal dan dicantumkan dalam laporan laba rugi, sedang rekening taksiran
kerugian kontrak pembelian merupakan rekening utang yang akan dicantumkan dalam
neraca. Misalnya bulan November 2005 PT Risa Fadila membuat kontak pembelian barang
sebanyak 1.000 unit dengan harga Rp.1.500,00 perunit yang akan diterima pada bulan April
2006.

          Pada akhir tahun 2005 nilai realisasi bersih barang – barang tersebut sebesar Rp.1.400
perunit. Kerugian dari kontrak pembelian sebesar :

          Harga kontrak                    : Rp1.500,00 x 1.000 unit = Rp1.500.000,00

          Nilai realisasi bersih  : Rp1.400,00 x 1.000 unit = Rp1.400.000,00 -

          Rugi                                                            Rp    100.000,00

          Pada tanggal 31 Desember 2005 kerugian Rp.100.000,00 dicatat dengan jurnal sebagai
berikut :

          Rugi dari kontrak pembelian                     RP. 100.000,00

                   Taksiran rugi kontrak pembelian                         Rp. 100.000,00

          Pada saat barang – barang diterima dalam bulan april 2006, rekening pembelian akan
didebit dengan jumlah Rp.1.400.000,00 dan rekening taksiran rugi kontrak pembelian
dihapuskan.

          Jurnal yang dibuat pada bulan April 2006 sebagai berikut :

          Pembelian                                            Rp. 1.400.000,00

          Taksiran rugi kontrak pembelian               Rp.    100.000,00

                   Utang dagang                                                  Rp.1.500.000
          Apabila kontrak pembelian dapat diubah jika terjadi perubahan harga, maka penurunan
harga barang tanggal 31 Desember 2005 di atas tidak dibuatkan jurnal, tetapi dalam neraca
diberi catatan kaki yang menjelaskan adanya penurunan harga tersebut.

3.   Metode harga jual

Penyimpangan dari prinsip harga pokok untuk penilaian persediaan yaitu dengan
mencantumkan persediaan dengan harga jual bersihnya dapat diterima asalkan dipenuhi
syarat – syarat nya. Adapun syarat – syaratnya yaitu:

1)      Ada kepastian bahwa barang – barang itu akan dapat segera dijual dengan harga yang
telah ditetapkan

2)      Merupakan produk standar, yang pasarnya mampu menampung serta sulit untuk
menentukan harga pokoknya.
BAB 3

KESIMPULAN

PENILAIAN PERSEDIAAN DALAM KONTRAK JANGKA PANJANG

          Dalam pekerjaan pembangunan jangka panjang (lebih dari suatu periode akuntansi).
Pada akhir periode timbul masalah penilaian persediaan dan penentuan laba atau rugi untuk
periode tersebut. Apabila pekerjaan yang belum selesai pada akhir periode tetap dicatat
berdasarkan harga pokoknya maka laba baru akan diakui pada saat pembangunan itu selesai,
metode ini disebut metode kontrak selesai (completed contract method). Tetapi bila pada
setiap akhir periode dilakukan perhitungan laba rugi atas pekerjaan yang belum selesai, maka
pekerjaan yang belum selesai dicatat di atas / di bawah harga pokoknya, metode ini disebut
metode presentase penyelesaian ( percentage of completion method)

1.    Metode Kontrak Selesai

Dalam metode ini semua biaya yang dikeluarkan dalam kontrak pembangunan dikumpulkan
dalam rekening bangunan dalam pelaksanaan. Uang yang diterima dari pemesan dikreditkan
ke rekening uang muka pesanan, sebelum bangunan selesai tidak ada pendapatan yang diakui.

2.    metode Persentase Penyelesaian

dalam metode ini semua biaya yang dikeluarkan untuk pembangunan dicatat dalam rekening
bangunan dalam pelaksanaan. Penerimaan uang dari pemesan dikreditkan ke rekening uang
muka pesanan. Setiap akhir periode dilakukan perhitungan laba atau rugi berdasarkan
persentase penyelesaian. Taksiran laba dicatat dengan mendebit rekening bangunan dalam
pelaksanaan dan mengkredit rekening pengakuan laba kontrak jangka panjang

METODE – METODE TAKSIRAN


          Kadang – kadang perhitungan fisik tidak mungkin dilakukan sehingga penentuan
jumlah persediaan dilakukan dengan cara – cara taksiran. Ada 2 cara untuk menaksir jumlah
persediaan pada tanggal tertentu yaitu :

1. Metode Laba Bruto

2. Metode Harga Eceran

1. Metode Laba Bruto

Menentukan jumlah persediaan dengan metode laba bruto, biasanya dilakukan dalam keadaan
– keadaan sebagai berikut :

a.       Untuk menaksir jumlah persediaan barang yang diperlukan untuk menyusun laporan –
laporan jangka pendek, dimana perhitungan fisik tidak mungkin dijalankan.

b.      Untuk menaksir jumlah persediaan barang yang rusak karena terbakar dan menentukan
jumlah barang sebelum terjadinya kebakaran. Perhitungan ini sering diperlukan untuk
menentukan besarnya klaim terhadap perusahaan asuransi. Dalam keadaan seperti ini metode
laba bruto dapat digunakan bila sebagaian catatan  - catatan yang diperlukan ada dan tidak
musnah terbakar.

c.       Untuk mengecek jumlah persediaan yang dihitung dengan cara – cara lain, disebut test
laba bruto.

d.      Untuk menyusun taksiran harga pokok penjualan, persediaan akhir dan laba bruto.

Taksiran ini dihitung sesudah dibuat budget penjualan.

Dalam metode laba bruto, pertama kali harus ditentukan besarnya persentase laba bruto.
Persentase ini bisa didasarkan pada penjualan atau harga pokok penjualan. Biasanya
persentase laba bruto ditentukan dengan menggunakan data tahun – tahun lalu. Sesudah
persentase laba bruto diketahui, kemudian dikalikan pada penjualan dan hasilnya
dikurangkan pada penjualan sehingga dapat ditentukan jumlah harga pokok penjualan. Selisih
antara harga pokok penjualan dengan barang – barang yang tersedia untuk dijual merupakan
persediaan akhir. Apabila barang – barang yang dijual bermacam – macam dan persentase
laba brutonya berbeda – beda, maka perhitungan taksiran nilai persediaan dilakuakan untuk
masing – masing kelompok barang yang persentase laba brutonya sama.
CONTOH
Persediaan barang awal                                                              Rp. 100.000,000

Pembelian ( neto )                                                                              400.000,000

Penjualan ( neto )                                                                               300.000,000

2. Metode Harga Eceran ( Retail Inventory Method )

Biasa digunakan dalam toko – toko yang menjual bermacam – macam barang secara eceran,
termasuk toko serba ada. Metode ini memungkinkan dihitungnya jumlah persediaan akhir
tanpa mengadakan perhitungan fisik. Metode eceran bisa digunakan untuk :

a. menaksir jumlah persediaan barang untuk penyusunan laporan keuangan


jangka pendek

b. mempercepat perhitungan fisik, karena jumlah yang dihitung itu dicantumkan


dengan harga jualnya, maka untuk mengubahnya ke harga pokok ialah dengan
mengalikannya dengan persentase harga pokok tanpa perlu
memperhatiakanmasing – masing fakturnya

c. mutasi barang dapat diawasi yaitu dengan membandingkan hasil perhitungan


fisik yang dinilai dengan harga jual dengan hasil perhitungan dari metode
harga eceran.

Untuk menentukan jumlah persediaan akhire pertama kali dihitung persentase harga pokok
yaitu perbandingan barang – barang yang tersedia untuk dijual dengan harga pokok dan harga
jual. Agar metode harga eceran ini dapat digunakan maka catatan – catatan harus dibuat
sedemikian rupa sehingga dapat menunjukkan data sebagai berikut :

a)      persediaan awal yang sinilai dengan harga pokok dan harga jual

b)     pembelian yang dilakuakan dengan harga pokok dan harga jual


c)      perubahan – perubahan terhadap harga jual pertama misalnya, kenaikan harga,
pembatalan kenaikan harga, penurunan harga, pembatalan penurunan harga dan potongan –
potongan khusus

d)     data penyesuaian lain seperti transfer antarbagian dalam toko, pengambilan dan barang
– barang rusak

e)      jumlah penjualan

Metode harga eceran ini dapat digunakan dengan mengggunakan dasar – dasar yang berveda
yaitu :

1.       MPKP

2.       Rata – rata tertimbang

3.       harga pokok atau harga pasar yang lebih rendah

4.       MTKP

Kenaikan dan penurunan harga Dalam hubungnnya dengan metode harga eceran, dipakai
istilah sebagai berikut : 

Untuk mengetahui jumlah perubahan perubahan harga perlu , dipertimbangankan jumlah


persediaan barang yang ada pada waktu perubhan perubahan tersebut . sifat sifat khusus dari
masing masing dasar yang digunakan dan pengaruhnya terhadap perhitungan persentase
harga pokok sebagai berikut .

Dasar Pembebanan Harga Pokok Perhitungan Persentase Harga Pokok


a. MPKP ( FIFO ) Persediaan barang awal tidak dimasukkan
dalam perhitungan persentase harga pokok
b. Rata – Rata ( Average )
Persediaan awal dimasukkan dalam
c. Harga pokok atau harga pasar yang
perhitungan persentase harga pokok
lebih murah
Penurunan harga neto tidak dimasukkan
d. MTKP ( LIFO )
dalam perhitungan persentase harga pokok
-Harga Stabil tetapi ditambahkan pada penjualan

Kenaikan dan penurunan harga hanya


diperhitungkan pada barang yang dibeli
dalam periode sekarang dan tidak
          -Harga Naik diperhitungkan pada persediaan awal

Menggunakan merote nilai rupiah

MPKP ( FIFO )

          Dalam metode MPKP ini persentase harga pokok dihitung dari perbandingan harga beli
dengan harga jual untuk barang barang yang dibeli dalam periode tersebut dan tidak termasuk
persediaan awalnya sehingga persentase harga pokok merupakan persenrase dari harga harga
terakhir dan akibatnya persediaan akhir akan mendekati hasil perhitungan dengan metode
MPKP

Rata-Rata Average

        Dalam metode ini persediaan awal dimasukkan dalam perhitungan persentase harga
pokok sehingga persentase harga pokok merupakan hasil rata-rata dari persediaan awal dan
pembelian-pembelian selama periode yang bersangkutan .

Harga Pokok atau Harga Pasar yang Lebih Rendah


        Dalam metode ini persediaan akan dicantumkan dengan nilai yang lebih rendah antara
harga pokok atau harga pasar . Agar dapat mencapai tujuan ini makan dalam menghitung
persentase harga pokok tidak diperhitungkan penurunan harga dan potongan pegawai .
Jumlah-jumlah yang mengurangi harga jual atau mengurangi persediaan seperti penurunan
harga , potongan untuk pegawai , barang barang yang rusak dan lain lain akan diberlakukan
menambah jumlah penjualan . dasar hagra pokok atau harga pasar yang lebih rendah dapat
diterapkan dalam metode MPKP maupun rata-rata .

MTKP ( LIFO )

          Penggunaan metode MTKP (LIFO) dalam harga eceran dapat diisahkan menjadi dua ,
yaitu bila harga stabil dan harga harga berfluktiasi  :

1. HARGA STABIL

Dalam keadaan harga harga stabil , metode MTKP dalam harga eceran akan menghasilkan
persediaan akhir yang mendekati harga perolehannya . Untuk menghitung persentase harga
pokok , ada dua ketentuan :

1.       Kenaikan dan penurunan harga bersih dimasukkan dalam perhitungan persentase harga
pokok

2.       Kenaikan dan penurunan harga bersih diperhitungkan hanya pada barang yang dibeli
dalam periode itu , sehingga perseduaan awalnya tidak memperhitungkan perubahan harga ini
.

2. HARGA BERFLUKUASI

Dalam keadaan harga barang yang berubah-ubah , jika diinginkan harga pokok persediaan
yang dihitung dengan metode harga eceran itu mendekati hasil perhitungan dengan cara
MTKP . maka akan dipergunakan metode MTKP nilai rupiah . metode ini akan disebut
metode harga eceran MTKP untuk menentukan nilai persediaan dalam metode ini , pertama
kali harus ditentukan perubahan jumlah kuantitas persediaan , yaitu dengan cara mengalikan
indeks harga dengan nilai persediaan yang dicantumkan dalam harga jual. Jika perubahan
jumlah kuantitas ini sudah diketahui , berikutnya adalah menghitung nilai persediaan akhir
dengan menggunakan harfa jual dasar dan kenaikan persediaan dengan indeks yang timbul
dan persentase harga pokok akan diperhitungkan dengan jumlah tersebut.

       

Anda mungkin juga menyukai