MASALAH PENILAIAN
TAMBAHAN
Pokok Bahasan 9
Segala puji syukur Kami Panjatkan Kepada Tuhan Yang Maha Esa Karena berkat dan rahmat
nya kami bisa menyelesaikan tugas makalah Akuntansi Keuangan Menengah I dengan judul Persediaan :
Masalah Penilaian Tambahan. Kami Penyusun menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna.
Oleh karena itu, penyusun mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun demi perbaikan
pembuatan makalah di kemudian hari. Semoga makalah ini dapat memberi manfaat bagi para pembaca.
Amin.
2
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kita ketahui bahwa persediaan merupakan hal yang sangat penting bagi perusahaan, dan sistem
pencatatan serta pengelolaannya membutuhkan banyak cara, banyak sistem, banyak waktu dan harus
efektif karena persediaan merupakan salah satu pilar utama atas kesuksesan suatu usaha atau
perusahaan.
Pengelolaan persediaan membutuhkan adanya catatan atas barang yang masuk, barang yang
diproses dan juga barang yang dikeluarkan. Selain itu, persediaan juga membutuhkan penilaian, agar
persediaan dapat diukur dan dapat di manajemen dengan baik agar tercapainya tujuan perusahaan
yang maksimal seperti yang diharapkan.
Salah satu tujuan dari akuntansi persediaan, termasuk penilaian persediaan adalah untuk
menetapkan penghasilan yang wajar dengan membebankan biaya yang bersangkutan terhadap
penghasilan perusahaan. Dalam proses penjualan dan pembelian dapat dilihat bahwa persediaan
merupakan nilai yang tersisa setelah jumlah biaya telah dibebankan terhadap penjualan atau sebagai
jumlah biaya yang tersisa untuk dibebankan terhadap penjualan di masa yang akan datang.
Oleh karenanya kami tertarik untuk memperdalam tentang akuntansi persediaan dan kami
salurkan melalui makalah ini, kami akan menjelaskan tentang peranan persediaan dalam pandangan
penilaian tambahaannya.
B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam makalah ini adalah :
1. Apa saja masalah-masalah penilaian terhadap persediaan?
2. Apa saja yang menyebabkan penilaian persediaan itu tidak efektif?
3. Apa yang menjadi dasar penilaian tersebut?
4. Apa metode-metode yang dipakai untuk mengatasi masalah penilaian persediaan tersebut?
C. Tujuan Penyusunan
1. Menjelaskan masalah-masalah penilaian terhadap persediaan
2. Menjelaskan penyebab-penyebab dasar penilaian sehingga tidak efektif
3. Menjelaskan dasar-dasar penilaian persediaan
4. Menjelaskan metode-metode yang dipakai.
C. Manfaar Penyusunan
Adapun manfaat penyusunan makalah ini adalah agar pembaca dapat mengerti dan memahami
hal-hal yang berhubungan dengan penilaian persediaan khususnya dalam segi masalah penilaian
tambahannya.
3
BAB II
PEMBAHASAN
Tantangan yang terus dihadapi toko-toko swalayan adalah memiliki persediaan yang cukup
ditangan guna memenuhi permintaan pelanggan, tetapi pada saat yang sama tidak terlalu banyak
menumpuk persediaan. Jika permintaan lebih kecil dari perkiraan, maka toko swalayan mungkin
terpaksa akan menurunkan harga yang mengakibatkan hilangnya pendapatan penjualan.
Berdasarkan pendapat seorang analis yaitu “ ketika persediaan tumbuh lebih cepat daripada
penjualan, maka laba akan jatuh.”1 Artinya, apabila peritel mengalami pertumbuhan penjualan yang
lambat dan pertumbuhan persediaan yang cepat, maka penurunan harga jual biasanya tidak lama lagi
akan dilakukan. Penurunan harga ini selanjutnya akan menyebabkan pendapatan penjualan dan laba
menjadi lebih rendah.
4
marjin laba normal 10% dari penjualan, Pixar Internasional Corp. Menentukan nilai realisasi bersih
sebagai berikut :
Aturan umum dari “nilai terendah antara biaya dan harga pasar” adalah persediaan dinilai pada nilai
terendah antara biaya dan harga pasar, dengan harga pasar dibatasi hingga jumlah yang tidak melebihi
nilai realisasi bersih atau lebih rendah dari nilai realisasi bersih dikurangi marjin laba normal.
Batas atas (ceiling) adalah nilai realisasi bersih persediaan.Batas bawah (floor) adalah nilai reasisai
bersih dikurangi marjin laba normal.Kedua batasan nilai persediaan itu dimaksudkan untuk mencegah
persediaan dilaporkan lebih-saji atau kurang-saji.
Pembatasan maksimum, tidak melebihi nilai reasisasi bersih (batas atas), mencegah lebih-saji nilai
perseidaan yang rusak.Yaitu jika biaya pengganti suatu barang lebih besar dari nilai realisasi bersihnya,
maka persediaan tidak boleh dilaporkan menurut biaya pengganti.
Pembatasan minimum, yaitu tidak lebih rendah dari nilai realisasi bersih dikurangi penyisihan
untuk perkiraan marjin laba normal (batas bawah).Pembatasan ini menetapkan batas bawah, dimana
persediaan tidak boleh dinilai tanpa memperhatikan biaya penggantinya.
B. Dasar Penilaian
1. Penilaian Menurut Nilai Realisasi Bersih
Secara umum, persediaan dicatat pada biayanya atau menurut LCM.Akan tetapi, banyak pihak
yang percaya bahwa harga pasar harus selalu didefinisikansebagai nilai realisasi bersih (harga jual
dikurangi estimasi biaya penyelesaian dan penjualan), bukan biaya pengganti, untuk tujuan
mengaplikasikan aturan LCM.
Dalam situasi terbatas, pencatatan persediaan menurut nilai realisasi bersih mendapat dukungan
dari banyak pihak sekalipun julah ini melampaui biaya. Pengecualian ataas aturan penagkuan normal ini
dibolehkan oleh GAAP jika :
a. Terdapat pasar terkendali dengan harga kuota yang berlaku bagi semua kuntitas
b. Tidak ada biaya penjjualan yang signifikan.
c. Kadang-kadang angka biaya terlalu sulit untuk dihitung.
7
8
BAB III
KESIMPULAN