Anda di halaman 1dari 9

PERSEDIAAN :

MASALAH PENILAIAN
TAMBAHAN
Pokok Bahasan 9

TUGAS MATA KULIAH :


AKUNTANSI MENENGAH
1
KELOMPOK 6:
Ani Pitriyani 2102015023
Elsa Rosalinda 210205030
Diffa Tristianti 2102015041
Hana Ghida 2102015046

PEROGRAM STUDI AKUNTANSI


DOSEN PENGAMPU: Bambang Tutuko. SE, AK, M.SI, CA
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS, UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
PROF. DR HAMKA 2022
KATA PENGANTAR

Segala puji syukur Kami Panjatkan Kepada Tuhan Yang Maha Esa Karena berkat dan rahmat
nya kami bisa menyelesaikan tugas makalah Akuntansi Keuangan Menengah I dengan judul Persediaan :
Masalah Penilaian Tambahan. Kami Penyusun menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna.
Oleh karena itu, penyusun mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun demi perbaikan
pembuatan makalah di kemudian hari. Semoga makalah ini dapat memberi manfaat bagi para pembaca.
Amin.

2
DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kita ketahui bahwa persediaan merupakan hal yang sangat penting bagi perusahaan, dan sistem
pencatatan serta pengelolaannya membutuhkan banyak cara, banyak sistem, banyak waktu dan harus
efektif karena persediaan merupakan salah satu pilar utama atas kesuksesan suatu usaha atau
perusahaan.
Pengelolaan persediaan membutuhkan adanya catatan atas barang yang masuk, barang yang
diproses dan juga barang yang dikeluarkan. Selain itu, persediaan juga membutuhkan penilaian, agar
persediaan dapat diukur dan dapat di manajemen dengan baik agar tercapainya tujuan perusahaan
yang maksimal seperti yang diharapkan.
Salah satu tujuan dari akuntansi persediaan, termasuk penilaian persediaan adalah untuk
menetapkan penghasilan yang wajar dengan membebankan biaya yang bersangkutan terhadap
penghasilan perusahaan. Dalam proses penjualan dan pembelian dapat dilihat bahwa persediaan
merupakan nilai yang tersisa setelah jumlah biaya telah dibebankan terhadap penjualan atau sebagai
jumlah biaya yang tersisa untuk dibebankan terhadap penjualan di masa yang akan datang.
Oleh karenanya kami tertarik untuk memperdalam tentang akuntansi persediaan dan kami
salurkan melalui makalah ini, kami akan menjelaskan tentang peranan persediaan dalam pandangan
penilaian tambahaannya.

B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam makalah ini adalah :
1. Apa saja masalah-masalah penilaian terhadap persediaan?
2. Apa saja yang menyebabkan penilaian persediaan itu tidak efektif?
3. Apa yang menjadi dasar penilaian tersebut?
4. Apa metode-metode yang dipakai untuk mengatasi masalah penilaian persediaan tersebut?

C. Tujuan Penyusunan
1. Menjelaskan masalah-masalah penilaian terhadap persediaan
2. Menjelaskan penyebab-penyebab dasar penilaian sehingga tidak efektif
3. Menjelaskan dasar-dasar penilaian persediaan
4. Menjelaskan metode-metode yang dipakai.

C. Manfaar Penyusunan
Adapun manfaat penyusunan makalah ini adalah agar pembaca dapat mengerti dan memahami
hal-hal yang berhubungan dengan penilaian persediaan khususnya dalam segi masalah penilaian
tambahannya.

3
BAB II
PEMBAHASAN

PERSEDIAAN : MASALAH PENILAIAN TAMBAHAN

Tantangan yang terus dihadapi toko-toko swalayan adalah memiliki persediaan yang cukup
ditangan guna memenuhi permintaan pelanggan, tetapi pada saat yang sama tidak terlalu banyak
menumpuk persediaan. Jika permintaan lebih kecil dari perkiraan, maka toko swalayan mungkin
terpaksa akan menurunkan harga yang mengakibatkan hilangnya pendapatan penjualan.

Berdasarkan pendapat seorang analis yaitu “ ketika persediaan tumbuh lebih cepat daripada
penjualan, maka laba akan jatuh.”1 Artinya, apabila peritel mengalami pertumbuhan penjualan yang
lambat dan pertumbuhan persediaan yang cepat, maka penurunan harga jual biasanya tidak lama lagi
akan dilakukan. Penurunan harga ini selanjutnya akan menyebabkan pendapatan penjualan dan laba
menjadi lebih rendah.

A. Nilai Terendah Antara Biaya Dan Harga Pasar


Persediaan dicatat pada biaya awalnya.Akan tetapi, penyimpangan yang besar terhadap prisip
biaya historis bisa dilakukan juka nilai persediaan menurun di bawah biaya awalnya.Apa pun alasan
penutunan ini, perubahan tingkat harga, kerusakan, dan lain-lain, persediaan harus diturutkan nilainya
untuk melaporkan kerugian ini. Aturan umumnya dalah bahwa prinsip biaya historis tidak dapat
diterapkan apabila manfaat (kemampuan menghasilkan pendapatan) masa depan dari aktiva itu tidak lagi
sebesar biaya awalnya. Oleh karena itu, perusahaan melaporkan persediaan pada nilai terendah antara
biaya dan harga pasar (LCM) pada setiap periode pelaporan.
Biaya atau harga pokok (cost) adalah jarga perolehan persediaan yang dihitung dengan memakai
salah satu metode berdasarkan biaya historis yaitu dengan identifikasi khusus, biaya rata-rata, FIFO atau
LIFO. Istilah pasar (market) dalam frase “ nilai terendah antara biaya dan harga pasar” (LCM) umumnya
berarti biaya untuk mengganti barang melalui pembelian atau reproduksi. Bagi perusahaan peritel, istilah
pasar mengacu pada pasar tempat barang-barang dibeli, bukan pasar tempat barang-barang dijual,
sementara bagi perusahaan manufaktur, istilah pasar mengacu pada biaya reproduksi.Jadi aturan ini
berarti bahwa barang harus dinilai berdasarkan biaya atau biaya pengganti, mana yang lebih rendah.
Penyimpangan dari konsep biaya historis dapat dibenarkan karena hilangnya manfaat harus
dibebankan terhadap pendapatan periode di mana kehilangan itu terjadi, buka pada periode
penjualan.Perhatikan bahwa metode LCM merupakan pendekatan penilaian persediaan yang
konservatif.Yaitu, jika terdapat keraguan mengenai nilai aktiva, maka lebih baik mencatatnya pada nilai
yang lebih rendah, yang juga menurunkan laba bersih.
1. Nilai Terendah Antara Biaya dan Harga Pasar – Batas Atas dan Batas Bawah
Pemakaian biaya pengganti memungkinkan sebuah perusahaan untuk mempertahankan tingkat laba
kotor yang konsisten atas penjualan (marjin laba yang normal).Akan tetapi, kadang-kadang penurunan
biaya pengganti suatu barang tidak menunjukkan penurunan manfaat (utilitas). Jadi, dua pembatasan
penilaian tambahan akan dugunakan untuk menilai persediaan akhir yaitu nilai realisasi bersih dan nilai
realisasi bersih dikurangi marjin laba normal.
Nilai realisasi bersih (net reasizable value – NRV) merupakan etimasi harga jual dalam keadaan
bisnis normal dikurangi dengan etimasi biaya penyelisaian dan penjualan yang dapat diprediksi secara
layak.Jumlah teresebut dikurangi dengan marjin laba normal untuk mendaparkan nilai reaisasi bersih
dikurangi marjin laba normal (net realizable value less a normal profil margin).
Contoh : dengan mengasumsikan bahwa Pixar Iternational Corp. Memiliki persediaan barang yang
belum jadi dengan nilai jual Rp. 20.000.000,00, estimasi biaya penyelesaian Rp. 5.000.000,00, dan

4
marjin laba normal 10% dari penjualan, Pixar Internasional Corp. Menentukan nilai realisasi bersih
sebagai berikut :

Persediaan – nilai jual Rp. 20.000.000,00


Dikurangi : Estimasi biaya penyelesaian dan penjualan Rp.5.000.000,00
Nilai realisasi bersih Rp.15.000.000,00
Dikurangi : penyisihan untuk marjin laba normal
(10% dari penjualan) Rp.2.000.000,00
Nilai realisasi bersih dikurangi marjin laba normal Rp. 13.000.000,00

Aturan umum dari “nilai terendah antara biaya dan harga pasar” adalah persediaan dinilai pada nilai
terendah antara biaya dan harga pasar, dengan harga pasar dibatasi hingga jumlah yang tidak melebihi
nilai realisasi bersih atau lebih rendah dari nilai realisasi bersih dikurangi marjin laba normal.

Batas atas (ceiling) adalah nilai realisasi bersih persediaan.Batas bawah (floor) adalah nilai reasisai
bersih dikurangi marjin laba normal.Kedua batasan nilai persediaan itu dimaksudkan untuk mencegah
persediaan dilaporkan lebih-saji atau kurang-saji.

Pembatasan maksimum, tidak melebihi nilai reasisasi bersih (batas atas), mencegah lebih-saji nilai
perseidaan yang rusak.Yaitu jika biaya pengganti suatu barang lebih besar dari nilai realisasi bersihnya,
maka persediaan tidak boleh dilaporkan menurut biaya pengganti.

Pembatasan minimum, yaitu tidak lebih rendah dari nilai realisasi bersih dikurangi penyisihan
untuk perkiraan marjin laba normal (batas bawah).Pembatasan ini menetapkan batas bawah, dimana
persediaan tidak boleh dinilai tanpa memperhatikan biaya penggantinya.

2. Bagaimana Nilai Terendah antara Biaya dan Harga Pasar Bekerja


Jumlah yang dibandingkan dengan biaya, yang sering disebut nilai pasar yang ditetapkan
(designated market value), selalu merupakan nilai tengan dari tiga jumlah : biaya pengganti, nilai
tealisasi bersih, dan nilai realisasi bersih dikurangi marjin laba normal. Aplikasi aturan nilai terendah
antara biaya dan harga pasar hanya memperhitungkan kerugian nilai yang terjadi dalam kegiatan bisnis
normal yang disebabkan oleh hal-hal seperti perubahan model, perubahan permintaan, atau kerusakan
akibat terlalu lama dipajang.Baran barang rusak dikurangi dari nilai realisasi bersihnya.

3. Metode Pengaplikasian LCM


Lower of cost or market (LCM) bisa juga “diaplikasikan secara langsung pada setiap batang, setiap
katergori, atau total persediaan.” Kenaikan harga pasar barang cenderung menoffset penutunan harga
pasar batang yang lain, jika pendekatan kategori atau total persediaan yang utama digunakan dalam
mengaplikasikan aturan LCM
If a company follows a group of similar-or-relatedoitems or total-inventory approach in determining
LCNRV, increases in market prices tend to offset decteases in market prices.
Praktek yang paling umum adalah menilai persediaan atas dasar barang per barang.Karena suatu hal,
aturan perpajakan mewajibkan dasar kper barang dugunakan keculai kalu tidak praktis.Selain itu,
pendekatan per barang menyediakan penilaian yang paling konservatif bagi tujuan penyajian neraca.

4. Pencatatan Harga “Pasar” dam Bukan Biaya


Ada dua metode yang digunakan untuk mencatat persediaan pada harga pasar, yaitu : metode
langsung (direct method) dan metode tidak langsung (indirect method).
a. Metode langsung (direct method), biaya digantikan dengan harga pasar (yang lebih rendah) ketika
5
menilai persediaan. Akibatnya, tidak ada kerugian yang dilaporkan laba-rugi karena kerugian ini sudah
dimasukkan dalam harga pokok penjualan.
b. Metode tidak langsung (indirect method) atau metode penyisihan, tidak mengubah angka biaya,
tetapi membentuk akun kontra-aktiva yang terpisah dan akun kerugian untuk mencatat penghapusan.

5. Evaluasi atas Aturan LCM


Aturan LCM memiliki beberapa defisiensi atau kelemahan konseptual :
a. Penurunan nilai aktiva dan pencatatannya sebagai beban diakui pada periode ketika utilitas ini
terjadi bukan pada periode penjualan.
b. Aplikasi aturan LCM menghasilkan inkonsistensi karena persediaan perusahhan mungkin dinilai
menurut biaya dalam satu tahun dan pada harga pasar dalam tahun berikutnya.
c. LCM menilai persediaan dalam neraca secara konsevarif, tetapi dampaknya terhadap laporan
laba-rugi mungkin atau tidak mungkin bersifat konservarif.
d. Aplikasi aturan LCM menggunakan ”laba normal” dalam menentukan nilai persediaan.

B. Dasar Penilaian
1. Penilaian Menurut Nilai Realisasi Bersih
Secara umum, persediaan dicatat pada biayanya atau menurut LCM.Akan tetapi, banyak pihak
yang percaya bahwa harga pasar harus selalu didefinisikansebagai nilai realisasi bersih (harga jual
dikurangi estimasi biaya penyelesaian dan penjualan), bukan biaya pengganti, untuk tujuan
mengaplikasikan aturan LCM.
Dalam situasi terbatas, pencatatan persediaan menurut nilai realisasi bersih mendapat dukungan
dari banyak pihak sekalipun julah ini melampaui biaya. Pengecualian ataas aturan penagkuan normal ini
dibolehkan oleh GAAP jika :
a. Terdapat pasar terkendali dengan harga kuota yang berlaku bagi semua kuntitas
b. Tidak ada biaya penjjualan yang signifikan.
c. Kadang-kadang angka biaya terlalu sulit untuk dihitung.

2. Komitmen Pembelian – Satu Masalah Khusus


Komitmen pembelian merupakan suatu hal yang sangat diperlukan dan dibutuhkan
keberadaannya karena komitmen pembelian ini menyangkut kelangsungan profitabilitas perusahaan
pada ketersediaan persesediaan barang dagangan yang mencukupi untuk memenuhi semua permintaan
pelanggan.
Apabila ada suatu kasus misalkan masalah kontrak pembelian, maka akan berlaku hal berikut
ini yaitu jika harga kontrak melebihi harga pasar dan kerugian diperkirakan akan muncul pada saat
pembeliaan dilaksanakan, maka kerugian ini harus diakui dalam periode terjadinya penurunan harga
pasar.
Untuk mengilustrasikan masalah akuntansinya, asumsikan bahwa St. Regis Paper Co.
menandatangani kontrak penebangan kayu senilai $ 10.000.000 yang harus dipenuhi pada tahun 2007
dan harga pasar hak ini pada tanggal 31 desember 2008 turun menjadi $ 7.000.000. ayat jurnal berikut
dibuat pada tanggal 31 desember 2008 :
Keuntungan atau kerugian pemilikan yang belum
Terealisasi – laba (komitmen pembelian) 3.000.000
Estimasi kewajiban atas komitmen permbelian 3.000.000
Kerugian kepemilikan yang belum terealisasi ini akan dilaporkan dalam laporan laba-rugi di
bawah kelompok beban dan kerugian lain-lain. Estimasi kewajiban atas komitmen pembelian akan
dilaporkan dalam kelompok kewajidan lancer dari neraca Karena kontraknya kan dilaksanakan pada
tahun fiskal berikutnya. Ketika perusahaan memotong kayu dengan biaya $10 juta, ayat jurnal berikut
6
dan dibuat :
Pembelian (persediaan) 7.000.000
Estimasi kewajiban atas komitmen pembelian 3.000.000
Kas 10.000.000

7
8
BAB III
KESIMPULAN

Anda mungkin juga menyukai