Anda di halaman 1dari 8

Nama : Hana Ghaida

NIM : 2102015046
Kelas : 3i Akuntansi
Tugas : Merangkum Muhammadiyah

JALAN SUNYI MUHAMMADIYAH


BAB I MUQADDIMAH
Surabaya sebagai kota metropolis kedua dengan keragaman sosial-budaya yang lahir dan hidup di
dalamnya, sehingga menjadi kota dengan aneka wajah dan sejarah industri seks di Surabaya sangat
unik. Tjahjo Purnomo dan Ashadi Siregar menuliskan bahwa konon pertumbuhan sebuah kota selalu
diawali dengan pelacuran. Konon singgahnya para pelaut bahari bukan untuk urusan bisnis saja, tetapi
juga mencari pengalaman seksualdi daerah yang disinggahinya.Tahun 2012 - Agustus PSK
Bangunsari : 213, PSK Kermil : 382. Isu terkait rencana penutupan lokalisasi di Surabaya sudah lama,
hingga berganti-ganti Walikota. Tarik ulur kebijakan tersebut tidak lepas dari campur tangan pihak-
pihak tertentu yang berkepentingan di dalamnya. Yakni kepentingan ekonomi, bagi pihak yang pro-
penutupan salah satu dalihnya bahwa pelacuran sebagai penyakit sosial dan lumbungnya maksiat
sehingga kerugiannya lebih banyak daripada untungnya, dan terkadang tanpa solusi yang solutif atas
keberlanjutan nasib para PSK , mucikari maupun pelaku lainnya di dalam lokalisasi. Sementara bagi
yang kontra dengan penutupan lokalisasi adalah dalam rangka mengawetkan kapitalisasi industri seks
bagi pihak-pihak tertentu, alasannya jelas bahwa perputaran uang di lokalisasi sangat besar. Namun
terkadang dalih yang digunakan adalah kebijakan yang tidak manusiawi jika tanpa ada konversi secara
material oleh pemerintah atas penutupan tersebut kepada seluruh stakeholder di dalam lokalisasi
tersebut.

BAB II MENYOAL PROSTITUSI


Pelacuran yang sering didefinisikan sebagai prostitusi, misalnya berarti membiarkan diri berbuat zina,
melakukan pesundalan, pencabulan, dan pergendakan. Sementara perzinahan diartikan sebagai
perbuatan percintaan sampai bersetubuh antara seseorang yang telah berkeluarga dengan orang lain
yang bukan isteri atau suaminya . Bonger mengatakan prostitusi adalah gejala kemasyarakatan dengan
wanita menjual diri melakukan perbuatan-perbuatan seksual sebagai mata pencaharian. Sehingga
dengan modal pendidikan rendah, tidak ada skill untuk meningkatkan kondisi maupun ladang ekonomi
yang menguntungkan. Maka tidak salah ketika perempuan-perempuan yang terpaksa harus pergi ke
kota untuk menambah pemasukan demi peningkatan ekonomi keluarganya, sementara tidak dibarengi
dengan ketrampilan maupun pendidikan yang mumpuni, pelacuran menjadi pilihan mudah untuk
mendapatkan uang secara cepat. Dari sini diperoleh gambaran tentang orientasi sosial, tingkat
pendapatan, dan tingkat investasinya yang akan diungkap lewat alasan pemilihan profesi pelacur serta
latar belakang sosialnya. Penelitian Purnomo tersebut dimaksudkan untuk mendekati permasalahan
dan kenyataan tentang pelacuran secara manusiawi, sehingga setiap bait penuturan dari para informan
maupun data dari responden menjadi gambaran jelas terkait segala keruwetan dan keunikan dalam
kehidupan sosial di lingkungan lokalisasi.
BAB III PEMBERDAYAAN DALAM WACANA
A. Akar Geneologis Pemberdayaan
Sejak 1950-an sampai saat ini, di negara-negara yang sedang berkembang dapat diidentifikasi adanya
pendekatan yang silih berganti menjadi arus utama dalam pelaksanaan pembangunan masyarakat.
Pada dasarnya pendekatan tersebut merupakan penjabaran dari perspektif atau paradigma yang
digunakan. Selanjutnya melalui devisadari perdagangan internasional, dan yang terakhir melalui
penarikan investasi modal asing. Perspektif pertumbuhan sangat beorientasi pada peningkatan
produktivitas guna mengejarpertumbuhan ekonomi secara cepat. Demi mengabdikan diri pada upaya
mengejar produktivitas tersebut sering mengabaikan pendekatan yang humanistis. Dengan demikian,
kritik utama terhadap perspektif pertumbuhan, khususnya dalam proses dan mekanisme pembangunan
yang digunakan, terutama ditujukan kepada pendekatannya tersebut. Asumsi yang digunakan oleh
pemkiran yang merupakan kritik terhadap pendekatan yang digunakan oleh paradigma pertumbuhan
adalah bahwa masyarakat terutama pada tingkat komunitaslah yang paling mengetahui kebutuhannya.
B. Definisi Pemberdayaan
Terkait masalah pemberdayaan pertama-tama perlu terlebih dahulu dipahami arti dan makna
keberdayaan dan pemberdayaan masyarakat. Menurut Ginandjar Kartasasmita keberdayaan dalam
konteks masyarakat adalah kemampuan individu yang bersenyawa dalam masyarakat dan membangun
keberdayaan masyarakat yang bersangkutan. Bagi sebagian besar ilmuwan politik, antara lain seperti
Robert Dahl , kekuatan menyangkut kemampuan pelaku untuk mempengaruhi pelaku kedua untuk
melakukan sesuatu yang sebenarnya tidak diinginkan oleh pelaku kedua. Istilah pemberdayaan sering
dipakai untuk menggambarkan keadaan seperti yang diinginkan individu. Setidak-tidaknya ada dua
macam perspektif yang relevan untuk mendekati persoalan pemberdayaan masyarakat, yakni
perspektif yang memfokuskan perhatiannya pada alokasi sumberdaya , dan Perspektif yang
memfokuskan perhatiannya pada penampilan kelembagaan Berbicara mengenai demokrasi ekonomi
adalah berbicara mengenai kedaulatan rakyat dalam perekonomian, yang berarti berbicara mengenai
berbagai dimensi ekonomi politik yang berfokus pada cita-cita keadilan dan kemajuan ekonomi rakyat,
juga berbicara mengenai posisi dan peran negara dan administrasi publik dalam mewujudkan cita-cita
tersebut.
C. Hakikat Pemberdayaan
Islam mengandung ajaran yang sangat mulia, yaitu menegakkan keadilan, dan memerintahkan
umatnya untuk berlaku adil pada setiap orang. Keadilan sosial menjadi isu penting dalam pemikiran
Islam kontemporer, karena melebarnya jurang ketidakadilan sosial dan ekonomi yang dialami
masyarakat Islam dewasa ini. Persamaan berarti peniadaan diskriminasi terhadap perbedaan apapun.
Kata persamaan dimaksudkan untuk keadilan adalah perlakuan yang sama kepada orang yang
mempunyai hak yang sama. 3. Keadilan berarti pemberian perhatian pada hak-hak pribadi dan
pemberian hak kepada siapa yang berhak. Prinsip Pemerataan pendapatan. Di antaranya tujuan zakat
adalah melenyapkan kemiskinan dan menciptakan pemerataan pendapatan bagi segenap anggota
masyarakat. Di samping itu, zakat merupakan sarana untuk memperbaiki hubungan sosial antara
golongan kaya dan golongan miskin sehingga dapat mengurangi disparitas pendapatan. at-Taubah
Distribusi disini erat kaitannya dengan hak-hak individu dalam suatu masyarakat.
D. Perempuan dan Pemberdayaan
Apabila industri rumah tangga dan perdagangan pasar digantikan oleh bentuk-bentuk modern industri
dan perdagangan. Kalihatan bahwa biasanya laki-lakilah yang dipekerjakan untuk kegiatan-kegiatan
modern tersebut, sedangkan perempuan cenderungditinggalkan pada kegiatan-kegiatan tradisional.
Memang di banyak negara gambaran statistik tenaga kerja industri menunjukkan suatu perbedaan yang
nyata. Begitu juga masalah kewajiban syar'i yang memang diwajibkan bagi laki-laki dan perempuan
Demikian pula penafsiran oleh Syihab , yang menyatakan bahwa laki-laki dan perempuan memiliki
kedudukan yang sama dalam beberapa dimensi kehidupan. Bagi umat Islam diharapkan menjauh dari
kemiskinan karena kemiskinan mendekatkan kepada kekafiran. Demikian pula ajaran Islam tidak
menghendaki umatnya miskin karena pada dasarnya tidak ada ajaran Islam yang menghendaki
umatnya meminta-minta, justru mengharapkan umatnya menjadi kaya sehingga mampu mengeluarkan
zakat, memberi shodaqoh, dan dapat membeli keperluan ibadah termasuk kemampuan biaya untuk
menunaikan ibadah haji sebagai salah satu rukun Islam.

BAB IV MUHAMMADIYAH SEBAGAI CIVIL SOCIETY DALAM KEHIDUPAN BERNEGARA


A. Sejarah singkat Perjalanan Ekonomi Muhammadiyah
Seperti yang kita ketahui, Muhammadiyah didirikan di kampung Kauman Yogyakarta, pada tanggal 8
Dzulhijjah 1330 H oleh seseorang yang bernama Muhammad Darwis, yang kemudian dikenal dengan
nama KHA Dahlan. KH Ahmad Dahlan di antara kelas menengah pribumi itu. Meskipun sosoknya,
barangkali hanya berupa 'noktah kecil' dalam kancah sejarah Indonesia yang menjalani hidup sekadar
berdagang batik dan menjadi Khatib amin di masjid agung Kasultanan Ngayogyakarta. Bahkan
Muhammadiyah terbukti mampu menghasilkan sosok tokoh dan pemimpin besar yang turut andil
dalam memastikan arah yang dituju oleh dan untuk masa sepan bangsa Indonesia.
B. Implementasi Muhammadiyah Dalam Perekonomian Indonesia
Dalam kerangka dakwah ekonomi, ada empat pokok pikiran yang dijadikan framework materi dakwah
ekonomi Muhammadiyah sebagai pengejawantahan dakwah Bil Hal, yakni :
Pertama, menanamkan dan mengembangkan semangat dan etos kerja Islami. Etos kerja menjadikan
pertimbangan penting dalam meningkatkan peran Muhammadiyah dalam pemberdayaan ekonomi.
Meningkatkan etos kerja warga Muhammadiyah dapat dilakukan dengan pendekatan teologi bahwa
kerja merupakan ibadah.
Kedua, menanamkan dan mengembangkan etika bisnis Islami. Hal ini penting dalam kaitan dengan
ajaran teologis bahwa mencari nafkah secara halal dan jujur, oleh karenanya menjauhi cara-cara
mendapatkan rizki dari pekerjaan, kegiatan usaha atau cara yang diharamkan.
Ketiga, menumbuhkan semangat tolong menolong (ta ’ awun) antara sesama warga di dalam bidang
ekonomi untuk membangun kekuatan bersama dan dapat memecahkan berbagai permasalahan dalam
menjalankan usaha bersama.
Keempat, mendorong semangat pemberdayaan yang bertumpu kepada kekuatan dan kemampuan
bersama warga masyarakat itu sendiri (community base development).
Selanjutnya dalam pengembangan ekonomi Muhammadiyah, prinsip-prinsip yang dianut adalah :
a. Prinsip Rahmatan lil ‘alamiin, terutama menjadi rahmat bagi :
- Organisasi Muhammadiyah dan warga Muhammadiyah
- Umat Islam di Indonesia
- Indonesia dan Bangsa Indonesia
- Umat manusia
- Semua makhluk Allah SWT
b. Prinsip dakwah Bil-hal, yang :
- Fastabiqul khairat
- Uswatun Khasanah
- Khaira ummah
c. Prinsip gerakan berkemajuan (pemoderenan)
d. Prinsip Kewirausahaan
Semua prinsip itu ideal dalam bentuk aksi konkret yang terukur dan terkendali melalui stategic plan
dan annual yang akuntabel.
Dalam implementasi prinsip selama ini, diperlukan pendekatan program antara lain :
a. Membangun kesadaran dan kekuatan ekonomi umat pada tingkat akar rumput.
Sasaran pendekatan ditujukan kepada MEK (Majelis Ekonomi dan Kewirausahaan) PDM, sebab PDM
yang memiliki basis akar rumput di tingkat ranting. Dalam kaitan itu, perlu disosialisasikan Dakwah
Ekonomi Jama’ah yang mencakup :
Etos kerja Islami
Etika bisnis Islami
Ta’awun di bidang ekonomi
Dalam dakwah ekonomi jama’ah diharapkan ditumbuhkan sejumlah kesadaran baru (new awearness)
di kalangan akar rumput Muhammadiyah, yakni :
-Kesadaran transformatif, yang dimaksud adalah mengubah pola berpikir warga
Muhammadiyah dari cara berpikir irrasional menjadi rasional, cara berpikir bekerja jangka pendek
menjadi cara berpikir jangka panjang, bekerja individual menjadi bekerja kolektif/ kelembagaa
- Kesadaran kejamaahan, yang dimaksudkan untuk membangun untuk membangun kesadaran bahwa
melalui silaturahmi, ta ’ aruf, ta ’ awun dan takaful di bidang ekonomi, maka Muhammadiyah
merupakan potensi ekonomi yang sangat besar.
- Kesadaran kejuangan, yang dimaksudkan untuk membangun kesadaran bersama untuk berjuang
membebaskan diri dari kekuatan luar yang telah mengeksploitasi dan menghisap mereka secara
ekonomi.
b. Pembentukan dan pengembangan kelembagaan di bidang ekonomi Kelembagaan di bidang ekonomi
tersebut haruslah merupakan wadah kerjasama warga Muhammadiyah dalam berbisnis dan sekaligus
untuk memecahkan secara bersama masalah-masalah yang dihadapi di bidang ekonomi,antara lain ;
pembentukan Baitut Tamwil Muhammadiyah (BTM), koperasi, perusahaan perseroan terbatas
terutama di bidang distribusi, kelompok-kelompok usaha,
pendirian jaringan toko, dan lain-lain.
c. Pembinaan kapabilitas anggota/ warga selaku pengusaha mikro dan pengusaha
kecil
C. Muhammadiyah dan Kelas Menengah Ekonomi
Dari perspektif ekonomi, kondisi sosial masyarakat dapat dipotret sebagai konsekuensi logis struktur
perekonomian yang sedang terjadi dalam suatu komunitas. Perspektif ekonomi dari seorang ekonom
strukturalis dan penerima nobel di tahun 1979 yakni Arthur Lewis. Kerangka pemikiran yang
dikembangkan berpangkal dari suatu model sederhana pembangunan ekonomi negara sedang
berkembang yang sering disebut Lewis's two sector model. Model sederhana ini menjadi mainstreams
dan menjadi acuan bagi banyak pemikir lainnya tentang ekonomi negara sedang berkembang. Pada
sektor tradisional, kegiatan ekonomi berkisar untuk memenuhi kebutuhan konsumsi . Sedangkan
sektor modern terdapat kegiatan produksi dengan menggunakan peralatan modal dan tenaga kerja
bayaran. Produksi diatur dan dikelola oleh golongan pemilik modal dan atau para enterpreneur. Hasil
produksinya dijual untuk memperoleh laba. Justru yang terjadi adalah ekses negatif perilaku ekonomi
kelas menengah baru seperti konsumtif, boros, tidak mandiri, santai dan pasti tidak produktif. Juga
tidak mampu melihat persoalan sosial dengan tingkat kepekaan yang tajam. Di sinilah letak tantangan
yang cukup berat bagi Muhammadiyah. Di satu sisi Muhammadiyah dikenal sebagai organisasi yang
berbasis kelas menengah dan memiliki potensi kemampuan melakukan pembaruan dalam dinamika
modernitas ekonomi.

BAB V MUHAMMADIYAH DAN PEMBERDAYAAN MANTAN PSK


a. Teologi Al-Maun sebagai Ruh Pemberdayaan Muhammadiyah
Kemiskinan dan ketertindasan selalu ada dan menjadi bagian dari problem yang menjadi isu abadi.
Islam sering menyebut istilah kemiskinan danketertindasan dengan dua payung kata kunci, yakni
dhuafa58 atau mustadh ’ afin59. Dalam konteks kontemporer, pemahaman tentang kemiskinan dan
ketertindasan lebih banyak berkaitan dengan problem otoritas dan struktural. Oleh karena itu
penyebutan kemiskinan dan ketertindasan lebih tepat menggunakan ungkapan “ mustadh ’ afin
kontemporer”. Karakteristik mustadh’afin antara lain:60
1. Mereka adalah individu dan atau kelompok sosial yang berada dalam posisi “minoritas” (qolil) baik
secara kuantitatif dan atau kualitatif.
2. Mereka merupakan individu dan atau kelompok sosial yang menderita kerentanan terhadap
penindasan terstruktur baik oleh kebijakan politik, ekonomi dan sosial (istidh’af).
3. Mereka dalah individu dan atau kelompok sosial yang belum terbebas dari rasa takut (khawf) dan
karenanya juga tidak memiliki keberanian untuk melakukan perlawanan tehadap penindasan.
ciri-ciri umum sebagai entitas civil Islami yang bercirikan antara lain :
1. Melaksanakan fungsi sebagai public sphere atau ruang publik yang independen, bebas dari campur
tangan negara dan pasar.
2. Bertumpu pada kekuatan komunitas basis, serta didukung oleh solidaritas kolektif atau interaksi
dinamis antar kelompok dan jaringan, serta cohessiveness antar anggota komunitas.
3. Sebagai modal sosial (social capital), penyeimbang terhadap proses demokratisasi dan good
governance.
4. Menjunjung tinggi nilai dan martabat kemanusiaan, menghargai perbedaan, anti kekerasan,
mengedepankan musyawarah mufakat.
5. Menuju terwujudnya masyarakat Islami yang berkemajuan.
6. Didukung oleh sistem gerak Islami, organisasi dan kepemimpinan, sumber daya
manusia yang berkualitas, serta kesinambungan aksi dan pelayanan.
7. Realitas masyarakat Islam adalah tatanan dan kondisi ideal masyarakat yang selalu berubah dan
berkembang, sesuai kondisi dan harapan pada suatu tempat
dan waktu tertentu.
Kelompok-kelompok Mustadh’afin kontemporer :
1. Faqir, Definisi Faqir sering tumpang tindih dengan miskin.
2. Miskin. Orang miskin adalah mereka yang sehat jasmaninya dan memiliki harta namun tidak
mencukupi (al-Mawardi, tt.: vol.2, 374-376). Ciri lain orang miskin adalah lemah dalam hal pekerjaan
(al-Tabari,1992: vol. 6,396)
3. Amil. Amil adalah mereka yang memilikitanggungjawab khusus mengurus zakat, sejak
mengumpulkan sampai mendistribusikan.
4. Mu’allaf. Sebutan mu’allaf ditujukan kepada mereka yang memperoleh atau menerima pemberian
zakat dengan maksud untuk menjinakkan, membujuk atau melembutkan hati mereka terhadap Islam.
5. Riqab. Riqab adalah bentuk jamak dari Raqabah. Kata ini berarti budak atau
hamba sahaya yang dibeli dengan cara diundi.
6. Gharim. Gharim adalah orang yang terjerat oleh hutang. Hutang bisa untuk kepentingan konsumtif
maupun produktif.
7. Sabilillah. Pada umumnya sabilillah dipahami sebgai orang-orang yang berperang di jalan Allah dan
tidak memperoleh hak atau bagian dalam dewan tentara, atau orang-orang yang mengajarkan al-Qur’
an dan al-Sunnah (al-zuhayli, 1991: vol. 9, 261;273).
8. Ibnu Sabil. Ibnu sabil biasa dipahami sebagai orang-orang yang dalam perjalanan dan tidak
memiliki nafkah atau kehabisan perbekalan.
9. Sa’il dan Mahrum. Dua kelompok itu merujuk pada orang melarat dan papa, bedanya yang pertama
“ berani ” meminta belas kasihan dari orang lain dan karenanya pantas disebut pengemis; sementara
yang terakhir mash memiliki harga diri untuk tidak meminta-minta. Keduanya memiliki hak terhadap
orang kaya.
10. Yatim. Yatim adalah bagian dari kaum mustadh’afin. Pengertian umum dari kelompok ini adalah
anak-anak yang ditinggalkan oleh salah satu atau kedua orang tuanya karena meninggal dunia.
b. Pemberdayaan Mantan PSK Oleh Muhammadiyah Krembangan Surabaya
Alasan yang melatar belakangi pemberdayaan ekonomi yang dilakukan oleh PCM Krembangan
diantaranya :
1. Implementasi Dakwah
Dakwah di sini bukan hanya sekedar khutbah di masjid, yang dilakukan oleh PCM Krembangan
dakwah menggunakan sarana ekonomi.
2. Implementasi dari teologi al-Ma’un
Hal ini didasarkan atas tafsir mendalam Muhammadiyah yang diorganisir
oleh jajaran PCM Krembangan dalam memaknai dan memposisikan para mantan PSK dalam agenda
dakwah.
3. Sebagai langkah kongkrit Muhammadiyah melalui PCM Krembangan dalam peran aktifnya
melakukan pemberdayaan masyarakat di luar campur tangan pemerintah.
Hal ini tidak lain ditujukan dalam rangka mewujudkan masyarakat Islam yang sebenar-benarnya
dengan mendayagunakan segala potensi baik dari internal jajaran PCM Krembangan (dalam hal ini
sebagai subyek) maupun potensi mantan-mantan PSK yang bersedia menjadi mitra binaan PCM
Krembangan (sebagai obyek dan subyek pemberdayaan) dalam melaksanakan program pemberdayaan
ekonomi. Dibuktikan dengan upaya advokasi pasca penutupan yang harus dikawal oleh civil society,
dalam hal ini adalah ormas maupun LSM tertama pemerintah dalam mencapai misi besar
kesejahteraan untuk keberadaban masyarakat.
Adapun program pemberdayaan yang dilakukan oleh PCM Krembangan sebagai berikut :
1. Pemberdayaan mental dan religiusitas (keberagamaan)
2. Pemberdayaan Ekonomi
Ada 2 (dua) pembagian daerah binaan PCM Krembangan yaitu Bangunsari dan Tambak Asri yaitu
Bangunsari dan Tambak Asri
Dalam penjaringan mantan PSK yang berhak mengikuti pemberdayaan Muhammadiyah dan menjadi
mitrabinaan sebagai berikut :
a. Usia maksimal 45 tahun
b. Memiliki motivasi kuat menjalankan usaha
c. Bersedia untuk dimonitori
d. Pekerja keras dan mau menggeluti usahanya untuk seterusnya
e. Pengembangan usaha menjadi tanggungjawab mitra binaan sendiri
Adapun kegiatan Pembinaan di bidang Religiusitas (keagamaan), Mental dan Ekonomi yang
diprogramkan oleh PCM Krembangan melalui para relawan sebagai berikut:
1. Pengajian Aisyiyah bulanan, melalui momentum ini para mantan PSK mitra
binaan dibiarkan berbaur secara bebas dengan seluruh pengurus maupun anggota Aisyiyah saat
mendapatkan ceramah keagamaan.
2. Belajar ngaji Iqro, yang mana program ini dilaksanakan sebagai bentuk permintaan dari mitra
binaan sendiri dan respon aktif dari tim PCM Krembangan dalam memberikan pola binaan khususnya
dalam hal keagamaan (religiusitas).
3. Pertemuan rutin tiap bulan minggu kedua. Pertemuan ini dikemas berupa pengajian, pemberian
motivasi, evaluai terkait perkembangan usaha.
Adapun kegiatan pembinaan ekonomi yang dilakukan oleh PCM
Krembangan terhadap mantanPSK mitra binaan sebagai berikut :
1. Pendampingan usaha
Pendampingan usaha disini adalah segala daya rati tim koordinator maupun relawan PCM
Krembangan dalam mendampingi, membantu serta memberikan solusi dalam usahanya.
2. Pelatihan (pembekalan skill usaha)
Tahapan Pelatihan maupun pembekalan skill dari PCM Krembangan
kepada mantan PSK mitra binaan adalah setelah proses penelusuran minat dan bakat usaha dari
mereka, kemudian dilanjutkan proses verifikasi yang layak menjadi mitra binaan.
3. Program menabung
Program menabung ini adalah upaya dalam membiasakan para mitra untuk tidak boros, berapapun
keuntungan dari uasaha minimal sebulan sekali harus ada yang ditabung, yakni sebagai bank dana saat
ada kebutuhan mendesak dan langsung dikelola oleh koordinator masing-masing wilayah. Terkait
nominal tabungan bergantung pada mitra binaan.
4. Beberapa usaha diajari pembukuan
Beberapa usaha di sini yang sudah mulai menerapkan pembukuan adalah laundry, karena usahanya
cashflownya yang tidak secepat warung.

BAB VI BEST PRACTICE


Tahun 2009 sampai sebelum penutupan, kondisi lokalisasi Bangunsari sudah- tidak layak dan perlu
segera dialihfungsikan, dengan alasan sebagai berikut:
a. Jumlah rumah tangga dengan rumah bordil/panti pijat/kafe/tempat hiburan sudah tidak sebanding,
dengan prosentase 95 % Rumah Tangga dan 0,5 % rumah bordil/panti pijat/kafe/tempat hiburan, yakni
605 rumah tangga dan 82 rumah bordil.
b. Keberadaan tempat ibadah di Bangunsari dan Bangunrejo yang terus bertambah, dengan rincian
berikut: masjid 3 buah (Masjid
Nurul Fattah, Masjid Nurul Hidayah dan Masjid At-Taqwa), lebih kurang 25 mushalla dan 1 gereja.
c.
Semakin banyaknya sekolah atau lembaga pendidikan, dengan rincian: SD/SMP Muhammadiyah 11,
SMP Tunas Buana, TK ‘Ai- syiyah, SD/TK ABA Muchsin dll. Taman Pendidikan Islam dan Al-Qur’
an yang menjamur di setiap masjid dan mushalla. Dengan jumlah 15 lembaga pendidikan baik formal
maupun non formal.
Adapun data penurunan jumlah PSK sebagai berikut (Sumber data: Arsip PCM Krembangan):
Tahun 1974, jumlah PSK : 4.000 Orang
Tahun 1998, Germo : 180 Orang, PSK : 1.080 Orang Tahun 2009, Germo : 86 orang, PSK : 302 orang
Tahun 2010, Germo : 86 orang, PSK : 282 orang
Tahun 2011, Germo : 64 orang, PSK : 264 orang
Rumah Hiburan 10 rumah, Bilyard 2 Rumah, Hotel Shortime : 6 rumah
Tahun 2012 - Agustus PSK Bangunsari : 213, PSK Kermil : 382
Beberapa peran Muhammadiyah di lingkungan prostitusi Krembangan sebagai berikut:
a. Pembelian Rumah Germo
Langkah ini dimaksudkan sebagai upaya memisahkan materi (aktifitas prostitusi) dari ruangnya. Hal
ini sejalan dengan konsep Karl Marx bahwa materi, ruang dan waktu berhubungan erat dan tidak dapat
dipisahkan. Karena materi berada dan berkembang dalam ruang dan waktu.
b. Pendidikan
Bahwa usaha pendidikan yang dimaksudkan adalah pendidikan yang membebaskan. Artinya,
Muhammadiyah Krembangan dalam melakukan rehabilitasi sosial di lokalisasi adalah dalam rangka
menginjeksikan spirit pembebasan di lingkungan prostitusi, untuk meningkatkan taraf hidup mereka.
c. Bantuan Sosial
Untuk menggiring mereka ke dalam misi dakwah Muhammadiyah, mereka diberikan santunan berupa
uang atau barang lain guna me- menuhi- kebutuhan hidupnya. Upaya ini berdasar pada aplikasi dis-
tribusi- kekayaan dari para pimpinan, warga maupun masyarakat yang berkelebihan harta.
d. Pembinaan Ekonomi
Salah satu pemberdayaan para germo maupun WTS di lingkungan prostitusi, adalah melalui
pendekatan ekonomi. Upaya ini dimaksudkan untuk menangkis alasan para pelaku aktif prostitusi
ekonomi sebagai tumbal atas pilihan mereka. Diharapkan dengan membentengi mereka di sisi
ekonomi, mereka mampu melepaskan diri dari jeratan germo.
e. Pemberian peran bagi anak Germo maupun WTS
Hal ini dimaksudkan sebagai upaya menarik mereka agar berkenan berbaur dan bergabung dengan
warga masyarakat sekitar. Dengan memberikan ruang dan kesempatan mereka baik germo maupun
WTS terutama anak-anak mereka untuk terlibat dan eksis dalam organisasi dan aktivitas warga sekitar,
untuk menghilangkan skat antara warga biasa dengan WTS, anak warga biasa dengan anak PSK.
f. Publikasi Media
Media di sini sebagai media dakwah kekinian dalam menyampaikan pesan yang ingin disampaikan
oleh pemilik pesan. Beberapa kali kabar terkait lokalisasi Krembangan maupun Tambak Asri menjadi
sorotan baik media cetak maupun elektronik. Hal ini dimainkan Muhammadiyah Krembangan sebagai
upaya interaksi sosial dalam menggugah- kesadaran empati dan berbagi kepada WTS tanpa
diposisikan sebagai ‘ seseorang yang kotor ’ , sehingga memunculkan ego saling membantu dalam-
kesulitan mereka untuk bisa lepas dari dunia pelacuran.

Anda mungkin juga menyukai