1. Setiap Orang yang dengan tanpa hak/atau tanpa ijin pencipta atau pemegang
Hak Cipta melakukan pelanggaran hak ekonomi pencipta yang meliputi
Penerjemah dan Pengadaptasian Ciptaan untuk Penggunaan Secara
Komersial dipidana dengan pidana paling lama 1 (satu) tahun dan/atau
pidana denda paling banyak Rp 500.000.000,00 ( lima ratus juta rupiah)
2. Setiap Orang yang dengan tanap hak dan/atau tanpa ijin Pencipta atau
pemgang Hak Cipta melakukan pelanggaran hak ekonomi Pencipta
yang meliputi Penerbitan, Penggandaan dalam segala bentuknya, dan
pendistribusian Ciptaan untuk Pengunaan Secara Komersial, dipidana
dengan pidana penjara paling lama 4 (empat) tahun dan/atau pidana denda
paling banyak Rp 1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah)
3. Setiap Orang yang memenuhi unsur sebagaimana dimaksud pada poin
kedua diatas yang dilakukan dalam bentuk Pembajakan, dipidana dengan
pidana penjara paling lama 10 (sepuluh) tahun dan/atau pidana denda paling
banyak Rp 4.000.000.000,00 (empat miliar rupiah)
Syukur Alhamdulillah penulis panjatkan ke Hadirat Allah SWT atas curahan rahmat,
nikmat dan hidayah-Nya yang tiada henti sehingga penulis dapat menyelesaikan buku
ini. Shalawat beserta salam semoga senantiasa dilimpahkan kepada Nabi Muhammad
SAW beserta keluargta, sahabat dan umatnya yang senantiasa berusaha menegakkan
keadilan ekonomi bagi seluruh manusia di muka bumi.
Buku yang ada di tangan pembaca saat ini berasal dari tesis penulis pada program
sekolah Pascasarjana Universitas Gadjah Mada yang telah digubah, diperbaiki dan
disempurnakan. Kajian penelitian ini membahas tentang pemberdayaan mantan PSK
(Pekerja Seks Komersial) oleh Pimpinan Cabang Muhammadiyah (PCM) Krembangan
Surabaya, agar mereka bisa hidup layak berdampingan dengan masyarakat tanpa
negative stereotype lagi, sehingga keadilan sosial ekonomi dapat direalisasikan dalam
kehidupan seluruh umat manusia.
Motivasi penulisan buku ini dilatarbelakangi oleh passion penulis terkait tema-tema
perempuan dan Muhammadiyah, dengan latar belakang keilmuan penulis EKonomi
Islam, maka dalam buku ini pemberdayaan yang lebih ditekankan adalah pemberdayaan
ekonomi mantan PSK. Selanjutnya, sebagai bentuk apresiasi atas upaya PCM
Krembangan Surabaya dalam melakukan pendampingan, pembinaan dan
pemberdayaan ekonomi para mantan PSK di daerah Dupan Bangnsari dan Tambak Asri
Surabaya.
i|P age
Penulis,
Arin Setiyowati
ii | P a g e
Jalan Sunyi Muhammadiyah
iv
DAFTAR ISI
iv | P a g e
Jalan Sunyi Muhammadiyah
vi
BAB I
MUQADDIMAH
Jika merunut sejarah, maka hadirnya Ndolly bukan sekedar warisan sejarah
sejak zaman penjajahan, melainkan menyimpan banyak sudut pandang di antaranya
patologi sosio-biologis, gender, pasar seksualitas yang mengarah pada kapitalisasi
prostitusi, terlebih masuk dalam persoalan ekonomi. Dan sejarah industri seks di
Surabaya sangat unik. Sebagai kota terbesar kedua di Indonesia setelah Jakarta dan
sebagai jalur perdagangan Indonesia Timur, Surabaya pada saat penjajahan Belanda
berkembang sebagai kota Pelabuhan terkemuka, pangkalan angkatan laut, pangkalan
para tentara garnisun dan sebagai daerah tujuan akhir lintasan kereta api. Akibat dari
perkembangan kota ini, pada abad ke-19 Surabaya menjadi terkenal karena aktivitas
pelacurannya.1
1
Hull, Terence H., Endang Sulistyaningsih dan Gavin W. Jones, Pelacuran di Indonesia : sejarah dan
Perkembangannya, 1997, Jakarta : PT Penerbit Swadaya, hal 7.
1|P age
2
Purnomo, Tjahjo, Wijadi dan ashadi Siregar, DOLLY : Membedah Dunia Pelacuran Surabaya, Kasus
Kompleks Pelacuran Dolly, 1982, Surabaya : Universitas Airlangga, hal 8.
2|P age
Jalan Sunyi Muhammadiyah
2
persen rumah bordil/panti pijat/kafe/tempat hiburan. Jumlah 605 rumah tangga
dan 82 rumah bordil.
b) Keberadaan tempat Ibadah (Bangunsari & Bangunrejo) yang terus bertambah,
dengan rincian berikut : Masjid 3 buah (Masjid Nurul Fattah, Masjid Nurul
Hidayah dan Masjid At-Taqwa), Musholla + 25 buah dan Gereja 1 buah
c) Semakin banyaknya Sekolah atau Lembaga Pendidikan, dengan rincian berikut :
SD/SMP Muhammadiyah 11, SMP Tunas Buana, TK ‘Aisyiyah, SD/TK ABA
Muchsin dll. Taman Pendidikan Islam dan Al-Quran yang menjamur di setiap
masjid dan Musholla. Dengan jumlah 15 lembaga pendidikan baik formal maupun
non formal.
Kondisi serupa juga ditemui di lokalisasi Kermil-Tambak Asri dan
Morokrembangan semakin berkurang. Adapun data penurunan jumlah PSK sebagai
berikut :
3|P age
Best Practice Pemberdayaan Mantan PSK (Pekerja Seks Komersial) 3
rangka mengawetkan kapitalisasi industri seks bagi pihak-pihak tertentu, alasannya
jelas bahwa perputaran uang di lokalisasi sangat besar. Namun terkadang dalih yang
digunakan adalah kebijakan yang tidak manusiawi jika tanpa ada konversi secara
material oleh pemerintah atas penutupan tersebut kepada seluruh stakeholder di
dalam lokalisasi tersebut. Dilematisnya pengambilan keputusan tersebut adalah
banyaknya PSK di semua titik lokalisasi Surabaya jika para pelaku industri seks
tersebut dipisahkan dari perkerjaan untuk melacurkan diri, maka mereka darimana
mengais rezeki, terlebih jika Pemkot Surabaya belum menyediakan lapangan
pekerjaan untuk mereka. Sementara itu, prostitusi dari kacamata moral merupakan
patologi sosial dan nihilnya moralitas dari sisi agama (karena institusi perzinahan)
belum lagi terkait efeknya bagi tumbuh kembang anak-anak yang berada di sekitar
wilayah lokalisasi, maka secara tegas berargumen harus dibasmi. Sehingga dua
alasan tersebutlah yang menjadikan kebijakan penutupan lokalisasi hanya sekedar
isapan jempol belaka.
4|P age
4 Jalan Sunyi Muhammadiyah
dalam rangka upaya ‘memberi makan’ warganya yang harus terpaksa beralih profesi
dari PSK.
5|P age
Best Practice Pemberdayaan Mantan PSK (Pekerja Seks Komersial) 5
ketrampilan menjahit.
ketrampilan menjahit.Sekilas
Sekilasprogram
programiniinikelihatan
kelihatanmenggairahkan
menggairahkan bagi
bagi para
para
mantan PSK,
mantan terutama
PSK, bagi
terutama mereka
bagi merekayang
yangdengan
dengansadar
sadarberkenan
berkenanuntuk
untukberalih
beralih
profesi. Namun
profesi. program
Namun tetaplah
program program,
tetaplah terbukti
program, pasca
terbukti pelatihan
pasca pelatihandan
dandibentukkan
dibentukkan
kelompok-kelompok usaha
kelompok-kelompok tidak
usaha ada
tidak adaupaya
upayatindak
tindaklanjut
lanjutbaik
baikatas
atasnama
namaDinsos
Dinsos
maupun
maupun Pemkot
Pemkot Surabaya
Surabaya dalam
dalam mengawalkeberlangsungan
mengawal keberlangsunganusaha
usahapara
paramantan
mantan
PSK..
PSK..
Bertolakdari
Bertolak darikondisi
kondisitersebut,
tersebut,PCM
PCMKrembangan
Krembangan bergeliat
bergeliat menjadikan
menjadikan
momentum
momentum tersebut
tersebut dalam
dalam mengimplementasikandakwah
mengimplementasikan dakwahsosial
sosialkeagamaannya
keagamaannya
dengan
dengan berbekal
berbekal spirit
spirit ‘TauhidSosial
‘Tauhid Sosialdalam
dalamal-Maun’
al-Maun’ Muhammadiyah.Usaha-
3 3Muhammadiyah. Usaha-
usaha
usaha kongkrit
kongkrit yang
yang dilakukanoleh
dilakukan olehpara
parapimpinan
pimpinancabang
cabangmelalui
melaluipengadaan
pengadaan
perekrutan,
perekrutan, penggalangan
penggalangan investor
investor untuk
untuk ‘urun’
‘urun’ permodalan
permodalan usahabagi
usaha bagipara
paramantan
mantan
PSK.
PSK. Serta
Serta upaya
upaya pembinaan
pembinaan dalam
dalam menggemblengketrampilan
menggembleng ketrampilanpara
paramantan
mantanPSK
PSK
supaya
supaya mampuberdaya
mampu berdayadengan
denganusaha
usahabaru
barumereka.
mereka.Sementara
Sementara itu
itu agenda
agenda
pembinaan
pembinaan religiusitasnya
religiusitasnya yang
yang sudah
sudah dilaksanakansebelum
dilaksanakan sebelumpenutupan
penutupanlokalisasi
lokalisasi
3
3
spirit
spirit gerakan
gerakan sosial
sosial keagamaan
keagamaan Muhammadiyah
Muhammadiyah yang
yang bukan
bukan hanyaterjebak
hanya terjebakdalam
dalamurusan
urusanubudiyah
ubudiyah
saja.saja. Artinya
Artinya adaada transformasi
transformasi kepatuhan
kepatuhan beragama
beragama dalam
dalam implementasi
implementasi perilakubersosial
perilaku bersosial(sehari-hari)
(sehari-hari)
sbg sbg eksternalisasi
eksternalisasi maupun
maupun universalisasi
universalisasi ajaran
ajaran agama.Kutukan
agama. Kutukansebagai
sebagaipendusta
pendustaagama
agamaditujukan
ditujukan
kepada individu, kelompok dan sistem yang apatis dan tidak memiliki solidaritas sosial atas kaum
kepada individu, kelompok dan sistem yang apatis dan tidak memiliki solidaritas sosial atas kaum
mustadh’afin. Karakteristik yang mudah dikenali pada diri mereka adalah suka menghardik, menakut-
mustadh’afin. Karakteristik yang mudah dikenali pada diri mereka adalah suka menghardik, menakut-
nakuti, mengancam, menindas individu, kelompok, masyarakat dan negara “yatim” yang tidak berdaya
nakuti, mengancam, menindas individu, kelompok, masyarakat dan negara “yatim” yang tidak berdaya
secara sosial, ekonomi dan politik; mereka juga tidak peduli kepada kemiskinan dan pemiskinan; bahkan
secara sosial, ekonomi dan politik; mereka juga tidak peduli kepada kemiskinan dan pemiskinan; bahkan
mereka sendiri pelaku pemiskinan dan penindasan atau kompradornya; melakukan “pembiaran” atas
mereka sendiri pelaku pemiskinan dan penindasan atau kompradornya; melakukan “pembiaran” atas
kemiskinan dan pemiskinan; serta tidak berdiri dalam posisi memihak kepada kaum dhuafa. 3 Hal inipun
kemiskinan dan pemiskinan; serta tidak berdiri dalam posisi memihak kepada kaum dhuafa. 3 Hal inipun
juga mancaman bagi kaum agamawan yang rajin shalat atau ibadah, namun acuh terhadap persoalan
juga mancaman bagi kaum agamawan yang rajin shalat atau ibadah, namun acuh terhadap persoalan
kemanusiaan di sekelilingnya, maka shalatnya mereka tidak akan menyelamatkan mereka dari api neraka.
kemanusiaan di sekelilingnya, maka shalatnya mereka tidak akan menyelamatkan mereka dari api neraka.
Oleh karena itu, perlawanan atas sistem yang rakus dan menindas hanya dapat muncul dari kesadaran
Oleh karena itu, perlawanan atas sistem yang rakus dan menindas hanya dapat muncul dari kesadaran
keagamaan dan ‘shalat yang memihak’, yakni shalat yang memihak keadilan dan demokrasi (hak setiap
keagamaan dan ‘shalat yang memihak’, yakni shalat yang memihak keadilan dan demokrasi (hak setiap
orang untuk bicara dan hak atas sarana-sarana kehidupan dan penghidupan). (Badhawy,2009:120) Bukan
orang untuk bicara dan hak atas sarana-sarana kehidupan dan penghidupan). (Badhawy,2009:120) Bukan
rahasia umum lagi jika dari pemahaman teologi Al-Maun Muhammadiyah maka termanifestasikannya
rahasia umum lagi jika dari pemahaman teologi Al-Maun Muhammadiyah maka termanifestasikannya
lembaga-lembaga pendidikan Muhammadiyah, Rumah Sakit maupun Pusat Kesehatan Umat (PKU), Panti
lembaga-lembaga pendidikan Muhammadiyah, Rumah Sakit maupun Pusat Kesehatan Umat (PKU), Panti
Asuhan maupun Swalayan serta amal usaha lainnya. Usaha-usaha tersebut tiada lain dengan misi
Asuhan maupun Swalayan serta amal usaha lainnya. Usaha-usaha tersebut tiada lain dengan misi
mewujudkan masyarakat Islam yang sebenr-benarnya untuk baldatun thoyyibatun wa Rabbun ghofur
mewujudkan masyarakat Islam yang sebenr-benarnya untuk baldatun thoyyibatun wa Rabbun ghofur
(Negeri yang aman sentosa).
(Negeri yang aman sentosa).
6|P age
6|P age
Jalan Sunyi Muhammadiyah
6
juga tetap dilaksanakan. Diantaranya pengajian rutin, konseling dan penyuluhan
juga tetap dilaksanakan. Diantaranya pengajian rutin, konseling dan penyuluhan
HIV/AIDS, maupun kegiatan ramadhan bersama PSK. Adapun pembagian tugasnya
HIV/AIDS, maupun kegiatan ramadhan bersama PSK. Adapun pembagian tugasnya
dibagi menurut teritorial pimpinan ranting Muhammadiyah di bawah PCM
dibagi menurut teritorial pimpinan ranting Muhammadiyah di bawah PCM
Krembangan, sehingga hubungan kedekakatan dengan mitra binaan mantan PSK
Krembangan, sehingga hubungan kedekakatan dengan mitra binaan mantan PSK
lebih mudah dijalin agar upaya pemberdayaan berjalan optimal.
lebih mudah dijalin agar upaya pemberdayaan berjalan optimal.
Berikut landasan ideologis dan fungsional ‘keshalihan sosial’ yang
Berikut landasan ideologis dan fungsional ‘keshalihan sosial’ yang
diaplikasikan oleh Muhammadiyah melalui amal usahanya, sebagaimana termaktub
diaplikasikan oleh Muhammadiyah melalui amal usahanya, sebagaimana termaktub
dalam Surat al-Ma’un ayat 1-7 : “Tahukah kamu (orang) yang mendustakan agama?.
dalam Surat al-Ma’un ayat 1-7 : “Tahukah kamu (orang) yang mendustakan agama?.
Itulah orang yang menghardik anak yatim. Dan tidak menganjurkan memberi makan
Itulah orang yang menghardik anak yatim. Dan tidak menganjurkan memberi makan
orang miskin. Maka kecelakaanlah bagi orang-orang yang shalat. (yaitu) orang-orang
orang miskin. Maka kecelakaanlah bagi orang-orang yang shalat. (yaitu) orang-orang
yang lalai dari shalatnya. Orang-orang yang berbuat riya4. Dan enggan (menolong
yang lalai dari shalatnya. Orang-orang yang berbuat riya 4. Dan enggan (menolong
dengan) barang berguna5.”
dengan) barang berguna5.”
Tha’am dari kosakata bahasa Arab yang berarti sesuatu yang dimakan,
Tha’am dari kosakata bahasa Arab yang berarti sesuatu yang dimakan,
dipergunakan pula untuk arti minum (al-Baqarah (2): 249). Dengan demikian, kata ini
dipergunakan pula untuk arti minum (al-Baqarah (2): 249). Dengan demikian, kata ini
merujuk pada aktivitas makan dan minum untuk memenuhi kebutuhan jasmani.
merujuk pada aktivitas makan dan minum untuk memenuhi kebutuhan jasmani.
Ungkapan tersebut dapat dipahami dengan makna lebih luas, yakni secara
Ungkapan tersebut dapat dipahami dengan makna lebih luas, yakni secara
konseptual pemakaiannya dapat berguna untuk menggugah kesadaran manusia
konseptual pemakaiannya dapat berguna untuk menggugah kesadaran manusia
khususnya orang mukmin dalam memperdulikan nasib orang-orang melarat
khususnya orang mukmin dalam memperdulikan nasib orang-orang melarat
(arraiyah, 2007:46). Di lain pihak M. Quraish Shihab (2007:379) menyatakan bahwa
(arraiyah, 2007:46). Di lain pihak M. Quraish Shihab (2007:379) menyatakan bahwa
“memberi makan” hendaknya dipahami bukan sekedar memberi pangan, namun
“memberi makan” hendaknya dipahami bukan sekedar memberi pangan, namun
juga pemberian bantuan yang lainnya. Hal ini dipahami atas dasar kedudukan
juga pemberian bantuan yang lainnya. Hal ini dipahami atas dasar kedudukan
manusia yang terikat dengan tali persaudaraan sehingga perlu saling membantu. Dan
manusia yang terikat dengan tali persaudaraan sehingga perlu saling membantu. Dan
redaksi Ma’un yang berarti barang berguna, disini dimaknai lebih dalam dengan
redaksi Ma’un yang berarti barang berguna, disini dimaknai lebih dalam dengan
pemberian yang produktif, bukan konsumtif. Sehingga hal inilah yang selaras dengan
pemberian yang produktif, bukan konsumtif. Sehingga hal inilah yang selaras dengan
4
Riya ialah melakukan sesuatu amal perbuatan tidak untuk mencari keridhaan Allah akan tetapi untuk mencari
4
Riyapujian
5
ialahatau kemasyhuran
melakukan di masyarakat.
sesuatu amal perbuatan tidak untuk mencari keridhaan Allah akan tetapi untuk mencari
Sebagian mufassirin mengartikan:
pujian atau kemasyhuran di masyarakat. enggan membayar zakat
5
Sebagian mufassirin mengartikan: enggan membayar zakat
7|P age
7|P age
Best Practice Pemberdayaan Mantan PSK (Pekerja Seks Komersial) 7
pola pemberdayaan dalam rangka memandirikan maupun memberikan ketahan baik
secara mental (keyakinan dan religiusitasnya) maupun secara sosial-ekonominya.6
6
Fadhilah, Ana, Analisis Pemberdayaan Ibu Rumah Tangga Muslimah Anggota Pengajian An-Naml Dalam Usaha
Pengolahan Makanan Di Kelurahan Giwangan Kecamatan Umbulharjo Kota Yogyakarta Tahun 2013, 2013,
Yogyakarta : UGM, hal 5.
8|P age
8 Jalan Sunyi Muhammadiyah
didedikasikan berupa barang produktif (misal modal usaha, peralatan usaha dkk)
maupun program-program pemberdayaan bagi kaum yang tuna-pendidikan, tuna-
skill maupun tuna-kapital. Dan al-Ma’un menjadi landasan spirit keberpihakan
Muhammadiyah (dalam hal ini PCM Krembangan) terhadap kaum-kaum lemah
melalui upaya memberdayakan para mantan PSK sebagai mitra binaan dalam usaha
ekonomi maupun religiusitasnya.
Pasca program awalan Pemkot Surabaya melalui uang pesangon dan
pembekalan ketrampilan hanya sedikit menyisakan mantan PSK yang kuat secara
ekonomi. Sehingga tidak dipungkiri mengharuskan mereka kreatif dalam memutar
kebutuhan dan mencari variasi sumber pendapatan. Bahkan dikhawatirkan para PSK
dari Bangunsari berpindah tempat dalam melanjutkan profesinya sebagai PSK, baik
di lokalisasi lain maupun di tempat-tempat yang ‘liar’. Dan kemungkinan terburuk
lainnya adalah bagi mantan PSK yang secara sembunyi-sembunyi masih melakukan
profesi lama mereka dalam rangka mempertahankan diri. Sehingga butuh evaluator
kritis dalam mengevaluasi kebijakan pemkot Surabaya termasuk pengawalan
kebijakannya.
Sedangkan isu terbaru akhir-akhir ini adalah terkait rencana penutupan gang
Ndolly, sebagai lokalisasi terbesar di Surabaya sebagai titik temu kesepakatan antara
9|P age
BAB II
MENYOAL PROSTITUSI
10 | P a g e
BAB II
MENYOAL PROSTITUSI
Pelacuran yang sering didefinisikan sebagai prostitusi, (dari bahasa Latin
10 | P a g e
pro-stituere atau pro-stauree) misalnya berarti membiarkan diri berbuat zina,
melakukan pesundalan,
Pelacuran yang seringpencabulan, dan
didefinisikan pergendakan.(Purnomo,
sebagai 1982:10)
prostitusi, (dari bahasa Latin
Sementara perzinahan
pro-stituere atau diartikan
pro-stauree) sebagai
misalnya berarti perbuatan
membiarkanpercintaan sampai
diri berbuat zina,
bersetubuh antara seseorang
melakukan pesundalan, yang telah
pencabulan, dan berkeluarga (baik isteri maupun
pergendakan.(Purnomo, 1982:10)
suami) dengan
Sementara orang lain
perzinahan yang bukan
diartikan sebagaiisteri atau suaminya
perbuatan (Soedjono,
percintaan sampai
1997:14).
bersetubuh7 Bonger mengatakan
antara seseorang prostitusi
yang telahadalah gejala kemasyarakatan
berkeluarga dengan
(baik isteri maupun
wanita
suami) menjual
dengan diri melakukan
orang lain yangperbuatan-perbuatan
bukan isteri atau seksual
suaminyasebagai mata
(Soedjono,
pencaharian. Sedangkan
1997:14).7 Bonger P.J. prostitusi
mengatakan de Bruineadalah
van Amstel menyatakan prostitusi
gejala kemasyarakatan dengan
adalah penyerahan
wanita menjual diri dari wanita
diri melakukan kepada banyak
perbuatan-perbuatan laki-laki
seksual dengan
sebagai mata
pembayaran.
pencaharian. 8 Sedangkan P.J. de Bruine van Amstel menyatakan prostitusi
Menurut
adalah Encyclopedia
penyerahan diri dari Britannica (1973-74),
wanita kepada banyak pelacuran dapat
laki-laki dengan
didefinisikan
pembayaran.8sebagai : “praktek hubungan seksual sesaat, yang kurang lebih
dilakukan dengan
Menurut siapa saja (promiskuitas),
Encyclopedia untuk imbalan
Britannica (1973-74), berupa upah.
pelacuran dapat
Dengan demikian
didefinisikan pelacuran
sebagai : “praktekdikarakteristikkan
hubungan seksualoleh tiga
sesaat, unsur
yang utama
kurang lebih:
pembayaran, promiskuitas
dilakukan dengan 9, dan
siapa saja ketidakacuhan
(promiskuitas), emosional.
untuk 10 Senada
imbalan berupadengan
upah.
Ivan Bloch
Dengan memberipelacuran
demikian batasan pelacuran sebagai suatu
dikarakteristikkan oleh bentuk tertentu
tiga unsur dari:
utama
perhubungan kelamin di luar
pembayaran, promiskuitas perkawinan
9, dan denganemosional.
ketidakacuhan pola tertentu, yakni dengan
10 Senada kepada
siapapun secara
Ivan Bloch terbuka
memberi dan hampir
batasan selalu
pelacuran dengan
sebagai pembayaran,
suatu baik untuk
bentuk tertentu dari
persebadanan maupundikegiatan
perhubungan kelamin seks lainnya
luar perkawinan yang
dengan memberi
pola kepuasan
tertentu, yang
yakni kepada
diinginkan leh yang
siapapun secara bersangkutan
terbuka (Mudjijono,
dan hampir 2005: 18).
selalu dengan pembayaran, baik untuk
Selanjutnya,
persebadanan juga dikemukakan
maupun kegiatan sekspendapat Commenge,
lainnya yang memberiprostitusi
kepuasanadalah
yang
suatu perbuatan
diinginkan dimana
leh yang seorang (Mudjijono,
bersangkutan wanita memperdagangkan
2005: 18). atau menjual
Selanjutnya, juga dikemukakan pendapat Commenge, prostitusi adalah
7
Mudjijono, Sarkem : Reproduksi Sosial Pelacuran, 2005, Yogyakarta : Gadjah Mada University Press, hal18.
8 suatuWijadi
Purnomo, Tjahjo, perbuatan dimana
dan ashadi Siregar, seorang wanita Dunia
DOLLY : Membedah memperdagangkan
Pelacuran Surabaya,atau
Kasusmenjual
Kompleks
Pelacuran Dolly, 1982, Surabaya : Universitas Airlangga, hal 10.
7
9 Mudjijono,
MenunjukkanSarkem
asumsi: Reproduksi Sosial Pelacuran,
bahwa hubungan 2005, Yogyakarta
seksual diterima secara moral: Gadjah
hanyaMada University
di dalam Press,hubungan
batas-batas hal18. yang
8
Purnomo,
diterima Tjahjo,
secara Wijadi dan ashadi Siregar, DOLLY : Membedah Dunia Pelacuran Surabaya, Kasus Kompleks
sosial.
Pelacuran
10 Dolly, 1982, Surabaya
Truong, Thanh-Dam, Seks, uang: Universitas Airlangga,
dan kekuasaan hal 10.dan pelacuran di asia Tenggara, 1992, Jakarta : LP3ES,
: pariwisata
hal15.
9
Menunjukkan asumsi bahwa hubungan seksual diterima secara moral hanya di dalam batas-batas hubungan yang
Best Practice Pemberdayaan Mantan PSK (Pekerja Seks Komersial)
diterima secara sosial. 11 | P a g 11
e
10
Truong, Thanh-Dam, Seks, uang dan kekuasaan : pariwisata dan pelacuran di asia Tenggara, 1992, Jakarta : LP3ES,
hal15.
11 | P a g e
tubuhnya, yang dilakukan untuk memperoleh pembayaran dari laki-laki yang
datang membayarnya dan wanita tersebut tidak ada mata pencaharian nafkah
tubuhnya,
lain dalam yang dilakukan
hidupnya, untukdiperoleh
kecuali yang memperoleh pembayaran
dengan dari laki-laki
melakukan yang
hubungan
datang membayarnya
sebentar-sebentar dan wanita
dengan banyak tersebut
orang. Laintidak ada matapendapat
lagi dengan pencaharian nafkah
Rechless,
laindisini
prostitusi dalamtermasuk
hidupnya, kecuali yang diperoleh
juga berbagai bentukdengan melakukan
pemuasan sekshubungan
lainnya.
sebentar-sebentar dengan banyak orang. Lain lagi dengan pendapat Rechless,
Kemudian pendapat dari Moeliono, pelacuran adalah penyerahan badan
prostitusi disini termasuk juga berbagai bentuk pemuasan seks lainnya.
wanita dengan menerima bayaran, kepada orang banyak, guna pemuasan
Kemudian pendapat dari Moeliono, pelacuran adalah penyerahan badan
nafsu seksual orang-orang itu. Scott memberi batasan pelacur adalah seorang
wanita dengan menerima bayaran, kepada orang banyak, guna pemuasan
laki-laki atau perempuan yang karena semacam upah baik berupa uang atau
nafsu seksual orang-orang itu. Scott memberi batasan pelacur adalah seorang
lainnya atau karena semacam bentuk kesenangan pribadi dan sebagai bagian
laki-laki atau perempuan yang karena semacam upah baik berupa uang atau
atau seluruh pekerjaannya mengadakan perhubungan kelamin yang normal
lainnya atau karena semacam bentuk kesenangan pribadi dan sebagai bagian
atau tidak normal dengan berbagai orang, yang sejenis dengan atau yang
atau seluruh pekerjaannya mengadakan perhubungan kelamin yang normal
berlawanan
atau jenis
tidak dengan pelacurberbagai
normal dengan itu (Soedjono,
orang, 1977:17).
11
yang sejenis dengan atau yang
Industri seks dapat
berlawanan dibagipelacur
jenis dengan menjadiitu dua kategori
(Soedjono, yaitu11industri seks yang
1977:17).
terorganisasi dan industri
Industri seks dapatyang tidak
dibagi terorganisasi.(Hull,
menjadi 1997:59)seks
dua kategori yaitu industri Redaksi
yang
terorganisasi disini adalah
terorganisasi adanya
dan industri struktur
yang tidak pembagian kerja yang
terorganisasi.(Hull, terorganisisr
1997:59) Redaksi
walaupun tidak dibakukan
terorganisasi secara
disini adalah baku,
adanya namun
struktur inti dariterorganisirnya
pembagian disini
kerja yang terorganisisr
walaupun
adalah bagan alurtidak
yangdibakukan secara
sistematis baku, namun
sehingga sampaiinti dariterorganisirnya
pada disini
transaksi seksualitas
adalah bagan
antara wanita tunaalur yang(WTS)
susila sistematis sehingga
dengan sampai
para pada
lelaki transaksi
yang seksualitas
membutuhkan
antara
pemuasan wanita tuna Sedangkan
seksualitasnya. susila (WTS)para
dengan para bekerja
wts yang lelaki yang membutuhkan
pada industri seks
pemuasan seksualitasnya. Sedangkan para wts yang bekerja pada industri seks
tidak terorganisasi akan bekerja sendiri mencari dan menghubungi kliennya.
tidak terorganisasi akan bekerja sendiri mencari dan menghubungi kliennya.
Kelompok tertentu seperti call-girl selalu bekerja sendiri atau kadang-kadang
Kelompok tertentu seperti call-girl selalu bekerja sendiri atau kadang-kadang
juga memanfaarkan jasa pekerja perantara.12
juga memanfaarkan jasa pekerja perantara.12
Sementara itu di Indonesia tidak ada satu pun pasal dalam Kitab Undang-
Sementara itu di Indonesia tidak ada satu pun pasal dalam Kitab Undang-
undang Hukum Pidana (KUHP) yang secara tegas mengancamkan pidana
undang Hukum Pidana (KUHP) yang secara tegas mengancamkan pidana
terhadap para pelacur. Terhitung hanya ada tiga pasal yang mengancam
terhadap para pelacur. Terhitung hanya ada tiga pasal yang mengancam
11
Mudjijono,
11 Sarkem : Reproduksi Sosial Pelacuran, 2005, Yogyakarta : Gadjah Mada University Press, hal19.
Mudjijono, Sarkem : Reproduksi Sosial Pelacuran, 2005, Yogyakarta : Gadjah Mada University Press, hal19.
12
Hull, Terence
12
Hull, H., Endang
Terence Sulistyaningsih
H., Endang dan Gavin
Sulistyaningsih W. Jones,
dan Gavin Pelacuran
W. Jones, Pelacurandi diIndonesia
Indonesia :: sejarah dan
sejarah dan
Perkembangannya, 1997, Jakarta
Perkembangannya, 1997,: Jakarta
PT Penerbit Swadaya,
: PT Penerbit hal 59.
Swadaya, hal 59.
12 || PP aaggee
Jalan Sunyi Muhammadiyah
12
hukuman pidana kepada siapa saja yang mata pencahariannya maupun
kebiasaannya dengan sengaja mengadakan atau memudahkan perbuatan
cabul dengan orang lain (germo). Maka diancam salam pasal 296 KUHP,
kemudian yang memperjualbelikan perempuan (termasuk laki-laki) yang
belum dewasa disebut dalam pasal 297 KUHP. Dan yang terakhir adalah
souteneur, yakni “kekasih” atau pelindung yang kerap kali juga berperan
sebagai perantaraatau calo dalam mempertemukan pelacur dengan
pelanggannya, dan mengambil untung dari pelacuran, diancam dalam pasal
506 KUHP. Sehingga para pelacurnya sendiri tidak secara tegas diancam oleh
hukuman pidana, karena memang “prostitution itself is not crime”, kata Denise
Winn. (Purnomo, 1982)
Selain konsep di atas, masih terdapat konsep lain yang perlu dijelaskan,
yaitu terkait pelaku pelacuran itu sendiri yakni pelacur 13. Berbagai sebutan
yang dialamatkan ke mereka di antara wanita tuna susila (WTS), wanita
penjaja seks, wong nakal14, kupu-kupu malam15, “balon”, “sundal”16, “lonte”17
13
Dalam karya ilmiah Sarjana muda yang berjudul pelacuran di Pasarkembang, Mudjijono memberi batasan pelacur
sebagai wanita yang pekerjaan utamanya sehari-hari memuaskan nafsu seksual laki-laki atau siapa saja yang sanggup
memberikan imbalan tertentu yang biasa berupa uang atau benda berharga lainnya (1985:4). Pendapat lain datang
dari Purnomo, pelacur adalah wanita yang pekerjaannya menjual diri kepada siapa saja atau banyak laki-laki yang
membutuhkan pemuasan nafsu seksual (1983:11).
14
Seorang pelacur disebut juga sebagai wong nakal, karena suka usil, menggoda, dan mengganggu laki-laki, rumah
tangga, dan melawan peraturan masyarakat, yaitu melakukan hubungan biologis dengan banyak orang.
15
Kupu-kupu malam merupakan sebutan pelacur karena daya tarik binatang kupu terletak pada tingkahnya yang
gesit, genit, tidak mau diam, selalu berpindah dari satu bunga ke bunga lain, dan mempunyai warnayang indah-
indah. Kerja kupu-kupu yakni menghisap madu dari setiap bunga yang dihinggapi. Sifat-sifat inilah yang menjadikan
masyarakat menyebut pelacur sebagai “kupu-kupu”. Mengingat pada umumnya para pelacur ke luar pada malam
hari, maka para pelacur acap juga disebut sebagai “kupu-kupu malam”.
16
Penggunaan kata sundal atau sundel lebih bersifat penghalusan dibandingkan dengan kata lonthe. Sundal
mempunyai sebutan lengkap sundal bolong yang termasuk dalam kategori makhluk halus yang digambarkan sebagai
makhluk perempuan berparas mempunyai wadhag, ia bernama Sundel Bolong. Akan tetapi, apabila ia berwujud
manusia disebut sundal. Profesi utamanya terutama menggoda pria yang berjiwa lemah. Dalam masyarakat Jawa,
pelacur digambarkan sebagai wanita penggoda yang mengandalkan kecantikan wajah berusaha menjerat laki-laki
yang berjiwa lemah ke dalam pelakunya.
17
Sebutan yang paling kasar untuk pelacur dan biasa dipakai sebagai umpatan, yaitu lonthe. Lonthe merupakan
nama jenis binatang yang suka berkubang dalam kotoran ayam. Hewan ini muncul pada saat gelap dan terbang
menuju ke tempat-tempat yang terang. Melalui nama binatang itu, pelacurdigambarkan sebagai wanitayang
bergelimang dengan perbuatan kotor atau pencabulan yang muncul pada malam hari dan menjajakan diri di tempat-
tempat yang terkena sinar lampu dan banyak dilalui orang.
Best Practice Pemberdayaan Mantan PSK (Pekerja Seks Komersial)
13 | P a g 13
e
atau “cabo”
atau “cabo” adalah
adalah sebutan
sebutan bagibagi wanita
wanita yangmenjual
yang menjualdiri
diri kepada
kepada siapa
siapasaja
saja
atau banyak
atau banyak laki-laki
laki-laki yangyang membutuhkanpemuasan
membutuhkan pemuasan nafsu
nafsu seksual,
seksual, atau
atau
wanitawanita
yang yang melakukan
melakukan hubungan
hubungan seksualdengan
seksual denganbanyak
banyak laki-laki
laki-laki didiluar
luar
pernikahan dengan imbalan uang. 18 Meskipun tidak dipungkiri yang
pernikahan dengan imbalan uang.18 Meskipun tidak dipungkiri yang
berprofesi
berprofesi sebagai
sebagai pelacur
pelacur adaada juga
juga darikalangan
dari kalangan laki-laki.
laki-laki. Yang
Yang perlu
perlu
digarisbawahi terkait tidak dikenakannya ancaman pidana pada pelacurjika
digarisbawahi terkait tidak dikenakannya ancaman pidana pada pelacur jika
dilihat dari sudut pandang struktur besar industri seks pelacuran, dilihat dari
dilihat dari sudut pandang struktur besar industri seks pelacuran, dilihat dari
porsi keadilannya maka posisi pelacur sebagai korban, karena hitung-
porsi keadilannya maka posisi pelacur sebagai korban, karena hitung-
hitungan materi yang diterima oleh germo dan pelacur berselisih. Ibaratnya
hitungan materi yang diterima oleh germo dan pelacur berselisih. Ibaratnya
pelacur adalah mesin pencetak uang bagi para germo, belum lagi aturan-
pelacur adalah mesin pencetak uang bagi para germo, belum lagi aturan-
aturan yang dibuat oleh germo dalam rangka mengekang kebebasan para
aturan yang dibuat oleh germo dalam rangka mengekang kebebasan para
pelacur dalam kegiatan menjajakan dirinya. Walau tidak dipungkiri awal
pelacur dalam kegiatan menjajakan dirinya. Walau tidak dipungkiri awal
masuknya pelacur ke dalam jeratan germo melalui utang-piutang atau jeratan
masuknya pelacur ke dalam jeratan germo melalui utang-piutang atau jeratan
ekonomi maupun faktor kurang kasih sayang keluarga.
ekonomi maupun faktor kurang kasih sayang keluarga.
Selain pelacur, jongos,pemilik kamar, dan mucikari masih ada tokoh
Selain pelacur, jongos,pemilik kamar, dan mucikari masih ada tokoh
masyarakat , pemilik warung makan dan minuman, gandengan, kenalan, aparat
masyarakat , pemilik warung makan dan minuman, gandengan, kenalan, aparat
pemerintah penarik “pajak”, tukang pijat, tukang parkir, bank plecit, tukang
pemerintah penarik “pajak”, tukang pijat, tukang parkir, bank plecit, tukang
potong, dan tukang becak juga memberi kontribusi untuk tetap eksisnya
potong, dan tukang becak juga memberi kontribusi untuk tetap eksisnya
kegiatan pelacuran. (Mudjijono, 2005:20) Relasi di antara mereka sebenarnya
kegiatan pelacuran. (Mudjijono, 2005:20) Relasi di antara mereka sebenarnya
merupakan kebersamaan yang cukup kuat.
merupakan kebersamaan yang cukup kuat.
Dari sudut pandang latar budaya Indonesia yang sarat patriarkhi (budaya
Dari sudut pandang latar budaya Indonesia yang sarat patriarkhi (budaya
mendominasikan laki-laki), lebih banyak memposisikan perempuan sebagai
mendominasikan laki-laki), lebih banyak memposisikan perempuan sebagai
kaum kedua dengan pembagian wilayah domestik (dapur, sumur, kasur) yang
kaum kedua dengan
menjadikan pembagiandikonstruksikan
perempuan wilayah domestik (dapur,
tidak sumur,
layak kasur) yang
mendapatkan
menjadikan perempuan
pendidikan dikonstruksikan
tinggi maupun tidak layak aktif ditidak layakSehingga
ranah publik. mendapatkan
dengan
pendidikan
modaltinggi maupun
pendidikan tidak layak
rendah, tidak aktif di ranah
ada skill untukpublik. Sehinggakondisi
meningkatkan dengan
modal pendidikan rendah, tidak ada skill untuk meningkatkan kondisi
18
Purnomo, Tjahjo, Wijadi dan ashadi Siregar, DOLLY : Membedah Dunia Pelacuran Surabaya, Kasus Kompleks
18 Pelacuran Dolly, 1982, Surabaya : Universitas Airlangga, hal 11.
Purnomo, Tjahjo, Wijadi dan ashadi Siregar, DOLLY : Membedah Dunia Pelacuran Surabaya, Kasus Kompleks
Pelacuran Dolly, 1982, Surabaya : Universitas Airlangga, hal 11.
14 Jalan Sunyi Muhammadiyah
14 | P a g e
14 | P a g e
ekonominya, maka perempuan akan tergeser posisinya dari ranah produksi
ekonominya, maka perempuan akan tergeser posisinya dari ranah produksi
maupun ladang ekonomi yang menguntungkan. (Mansour, 1996) Maka tidak
maupun ladang ekonomi yang menguntungkan. (Mansour, 1996) Maka tidak
salah ketika perempuan-perempuan yang terpaksa harus pergi ke kota untuk
salah ketika perempuan-perempuan yang terpaksa harus pergi ke kota untuk
menambah pemasukan demi peningkatan ekonomi keluarganya, sementara
menambah pemasukan demi peningkatan ekonomi keluarganya, sementara
tidak dibarengi dengan ketrampilan maupun pendidikan yang mumpuni,
tidak dibarengi dengan ketrampilan maupun pendidikan yang mumpuni,
pelacuran menjadi pilihan mudah untuk mendapatkan uang secara cepat. Hal
pelacuran menjadi pilihan mudah untuk mendapatkan uang secara cepat. Hal
ini senada dengan pernyataan Helen (Universitas Sorbonne) bahwa pelacuran
ini senada dengan
adalah hasil pernyataan Helen
langsung dari (Universitas
perekonomian Sorbonne)
seorang wanita,bahwa pelacuran
pelacuran adalah
adalah profesi
hasil langsung daripaling
wanita yang perekonomian seorang
purba, tempat untukwanita, pelacuran
pertama adalah
kalinya seorang
profesi wanita
wanitamemperoleh
yang palingpenghasilannya,
purba, tempatdanuntuk pertama
hasilnya yang kalinya
langsungseorang
karena
wanita modalnya
memperoleh
adalahpenghasilannya,
dagingnya sendiri.dan hasilnya
(Purnomo, yang langsung karena
1982:9)
modalnya adalah
Faktor dagingnya sendiri. (Purnomo,
lain yang mendorong 1982:9)(wanita muda) masuk ke
para perempuan
Faktor
dunialain yang mendorong
pelacuran (prostitusi) para
pada perempuan (wanita
saat itu adalah muda)
karena masuk
tingginya ke
angka
dunia pelacuran (prostitusi)
perceraian terutama pada saat
di kalangan itu adalah
keluarga karena
di Jawa. Pada tingginya
tahun 1950-an, angka
tingkat
perceraian
perceraian di di
terutama Jawa Barat mencapai
kalangan angka
keluarga di tertinggi
Jawa. di dunia,
Pada tahun dan tingkat
1950-an, tingkat
perceraian
perceraian di Jawa
di Jawa BaratTengah dan Jawa
mencapai Timur
angka ditemukan
tertinggi lebih rendah
di dunia, (Jones,
dan tingkat
1994:diBab
perceraian 5).19Tengah
Jawa Dan beberapa penelitian
dan Jawa Timurpun menunjukkan
ditemukan lebih bahwa
rendahtingginya
(Jones,
angka
1994: Bab 5).19wanita tuna susila
Dan beberapa (wts) pun
penelitian sebagai akibat gagalnya
menunjukkan bahwa pernikahan
tingginya
angka membuktikan
wanita tunakebenaran argumen
susila (wts) bahwaakibat
sebagai perceraian dini menjadi
gagalnya faktor
pernikahan
pemicu prostitusi.
membuktikan kebenaran (Hull, 1997:19)bahwa perceraian dini menjadi faktor
argumen
Dalam tulisannya pada tahun 1939, Simons membagi konsep pelacuran di
pemicu prostitusi. (Hull, 1997:19)
Surabaya dalam delapan kategori sebagai berikut : 20
Dalam tulisannya pada tahun 1939, Simons membagi konsep pelacuran di
Surabaya
1. dalam delapan
Pelacuran kategoridisebagai
yang mangkal berikut
kedai-kedai kecil: 20
sekitar pelabuhan dan di kota
pelabuhan itu sendiri;
1. Pelacuran yang mangkal di kedai-kedai kecil sekitar pelabuhan dan di kota
pelabuhan itu sendiri;
19
Hull, Terence H., Endang Sulistyaningsih dan Gavin W. Jones, Pelacuran di Indonesia : sejarah dan
Perkembangannya, 1997, Jakarta : PT Penerbit Swadaya, hal 19.
19
Hull, Terence
20
Hull, H., Endang
Terence Sulistyaningsih
H., Endang dan Gavin
Sulistyaningsih W. Jones,
dan Gavin Pelacuran
W. Jones, di di
Pelacuran Indonesia
Indonesia: :sejarah
sejarah dan
dan
Perkembangannya, 1997, Jakarta
Perkembangannya, 1997,:Jakarta
PT Penerbit Swadaya,
: PT Penerbit hal 19.hal 8.
Swadaya,
20 15 | P a dan
Hull, Terence H., Endang Sulistyaningsih dan Gavin W. Jones, Pelacuran di Indonesia : sejarah ge
Perkembangannya, 1997, Jakarta : PT Penerbit Swadaya, hal 8.
21
Amini, Mutiah,
21 Kehidupan
Amini, Mutiah, sosialPerempuan di Tengah-tengah
Kehidupan sosialPerempuan Pluralitas
di Tengah-tengah Masyarakat
Pluralitas surabaya
Masyarakat padapada
surabaya Awal abad
Awal abad
ke-20, Jurnal LEMBARAN
ke-20, Jurnal SEJARAH
LEMBARAN Vol 5 No.1Vol
SEJARAH 2003, hal 2003,
5 No.1 110. hal 110.
16 |16
P |a Pg aeg e
berlaku Surabaya,
pada masa salah satunya
kolonial dari Macao.
sangatlah Walau
ketat. 22 peraturan mengenai imigrasi yang
22
Ibid, hal 110-111.
22
Ibid, hal 110-111.
23
Purnomo,23Tjahjo
Purnomo,danTjahjo
Ashadi Siregar,
dan Ashadi Ndolly
Siregar,:Ndolly
Membedah DuniaDunia
: Membedah Pelacuran Surabaya
Pelacuran Kasus
Surabaya Kompleks
Kasus KompleksPelacuran
Pelacuran
Ndolly, 1982, Ndolly, 1982,
Jakarta Jakarta
Pusat PusatPers.
: Grafiti : Grafiti Pers.
24
24 Truong, Thanh-Dam,
Truong, Thanh-Dam, Seks,Uang, Seks,Uang, dan Kekuasaan
dan Kekuasaan : Pariwisata
: Pariwisata dan Pelacuran
dan Pelacuran di Asia
di Asia Tenggara,
Tenggara, 1992,
1992, Jakarta: LP3ES.
Jakarta : LP3ES.
1717| |PPaaggee
25
Hull, Terence H, Endang Sulistyaningsih, dan Gavin W Jones, Pelacuran di Indonesia : Sejarah dan
25
Hull, Terence H, Endang
Perkembangannya, Sulistyaningsih,
1997, danHarapan
Jakarta : Pusat Sinar Gavin dengan
W Jones, Pelacuran
The Ford di Indonesia : Sejarah dan
Foundation.
Perkembangannya,
26 1997, Jakarta
Mudjihardjo, Slamet, :Program
Pusat Sinar HarapanSosial
Rehabilitasi dengan The Ford
Wanita Tuna Foundation.
Susila (WTS) melalui Bimbingan sosial dan
26
Mudjihardjo, Slamet,
Ketrampilan PSKProgram
Luar Panti Rehabilitasi SosialKembang”
di Kompleks “Pasar Wanita Tuna SusilaKulon
Sosrowijaya (WTS) melaluisosromeduran
Kelurahan Bimbingan Kecamatan
sosial dan
KetrampilanGedong
PSK Luar Panti
tengen di Yogyakarta,
Kota Kompleks “Pasar Kembang”
2007, Yogyakarta Sosrowijaya Kulon Kelurahan sosromeduran Kecamatan
: UGM.
Gedong tengen Kota Yogyakarta, 2007, Yogyakarta : UGM.
18 | P a g e
18 | P a g e
Jalan Sunyi Muhammadiyah
18
pemberdayaan. Bimbingan sosial dan ketrampilan yang dimaksud Slamet
Mudjihardjo adalah adanya bimbingan kerohanian (religiusitas) dan
pembekalan ketrampilan misal membuat kerajinan, masak-memasak
(membuat makanan) yang bisa digunakan untuk usaha lebih lanjut. Adapun
hasil hasil penelitian menunjukkan bahwa pelaksanaan program belum
mencapai hasil yang optimal. Hal ini ditunjukkan dengan masih beroperasinya
para Pekerja Seks Komersial (PSK) ex peserta bimbingan di kompleks “Pasar
Kembang” Yogyakarta.
19 | P a g e
PEMBERDAYAAN DALAM
BAB III WACANA
Sejak 1950-an
a. Akar sampai
Geneologis saat ini, di negara-negara yang sedang berkembang
Pemberdayaan
dapat diidentifikasi adanya pendekatan yang silih berganti menjadi arus
Sejak 1950-an sampai saat ini, di negara-negara yang sedang berkembang
utama dalam pelaksanaan pembangunan masyarakat. Pada dasarnya
dapat diidentifikasi adanya pendekatan yang silih berganti menjadi arus
pendekatan tersebut merupakan penjabaran dari perspektif atau paradigma
utama dalam pelaksanaan pembangunan masyarakat. Pada dasarnya
yang digunakan.
pendekatan Pada perkembangan
tersebut terakhir,dari
merupakan penjabaran pemberdayaan
perspektif ataumasyarakat
paradigma
telah menempatkan dirinya
yang digunakan. sebagai pendekatan
Pada perkembangan terakhir, yang banyak dianut
pemberdayaan dan
masyarakat
mewarnai
telahberbagai kebijakan
menempatkan dirinyapembangunan masyarakat.
sebagai pendekatan Pendekatan
yang banyak ini
dianut dan
dalam banyak halberbagai
mewarnai dapat dilihat sebagai
kebijakan operasionalissi
pembangunan dari perspektif
masyarakat. Pendekatanatau
ini
paradigma pembangunan
dalam yangdilihat
banyak hal dapat berpusat pada
sebagai rakyat. Dalam
operasionalissi daripendekatan ini,
perspektif atau
masyarakat sampai
paradigma pada tingkat
pembangunan yangkomunitas terbawah
berpusat pada diberipendekatan
rakyat. Dalam peluang dan
ini,
masyarakat
kewenangan dalamsampai pada tingkat
pengelolaan komunitas terbawah
pembangunan diberi
termasuk peluang
dalam dan
proses
kewenangan
pengambilan dalam pengelolaan
keputusan pembangunan
sejak identifikasi termasuk
masalah dan dalam proses
kebutuhan,
pengambilan
perencanaan, keputusan evaluasi
pelaksanaan, sejak identifikasi
dan dalammasalah menikmati
dan kebutuhan,
hasil
perencanaan,
pembangunan. Dilihatpelaksanaan,
dari dinamikaevaluasi dan perspektif
dan rotasi dalam menikmati hasil
yang mewarnai
pembangunan.
kebijakan Dilihat
pembangunan, dari dinamika
paradigma dan rotasi perspektif
ini merupakan reaksi daryang mewarnai
i paradigma
kebijakan pembangunan, paradigma ini merupakan reaksi dar i paradigma
yang mendominasi kebijakan pembangunan sebelumnya, yaitu paradigma
yang mendominasi kebijakan pembangunan sebelumnya, yaitu paradigma
pertumbuhan. Perspektif pertumbuhan ini telah mendominasi kebijakan dan
pertumbuhan. Perspektif pertumbuhan ini telah mendominasi kebijakan dan
program-program pembangunan masyarakat dalam kurun waktu yang cukup
program-program pembangunan masyarakat dalam kurun waktu yang cukup
panjang.27
panjang.27
Teori Rostow tentang pertumbuhan pada dasarnya merupakan sebuah
Teori Rostow tentang pertumbuhan pada dasarnya merupakan sebuah
versi dan teori modernisasi dan pembangungan, yakni suatu teori yang
versi dan teori modernisasi dan pembangungan, yakni suatu teori yang
27
Soetomo,27 Pemberdayaan Masyarakat : MungkinkahMuncu Antitesisnya?, 2013, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, hal
65-66. Soetomo, Pemberdayaan Masyarakat : MungkinkahMuncu Antitesisnya?, 2013, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, hal
65-66.
20 | P a g e
20 | P a g e
menjadimenjadi prakondisi
prakondisi tinggal
tinggal landas,
landas, lantas
lantas diikuti
diikuti masyarakattinggal
masyarakat tinggallandas,
landas,
kemudian
kemudian masyarakat
masyarakat pematangan
pematangan pertumbuhan,
pertumbuhan, dandan akhirnyamencapai
akhirnya mencapai
masyarakat
masyarakat modernmodern
yang yang dicita-citakan,
dicita-citakan, yakni
yakni masyarakatindustri
masyarakat industri yang
yang
disebutdisebut
sebagaisebagai masyarakat
masyarakat konsumsi
konsumsi masamasa tinggi
tinggi (high
(high massconsumption).
mass consumption).
Syarat utamanya
Syarat utamanya dalamdalam mewujudkan
mewujudkan masyarakat
masyarakat yangyang dicita-citakantersebut
dicita-citakan tersebut
adalah adalah
kembalikembali
pada pada modal.
modal. YangYang diusahakan
diusahakan melalui
melalui penggalianinvestasi
penggalian investasi
melaluimelalui penarikan
penarikan investasi
investasi modal modal asing.(Fakih,2013:56)
asing.(Fakih,2013:56)
Perspektif
Perspektif pertumbuhan
pertumbuhan sangatbeorientasi
sangat beorientasi pada
pada peningkatan
peningkatan
produktivitas guna mengejarpertumbuhan ekonomi secara cepat. Demi
produktivitas guna mengejarpertumbuhan ekonomi secara cepat. Demi
mengabdikan diri pada upaya mengejar produktivitas tersebut sering
mengabdikan diri pada upaya mengejar produktivitas tersebut sering
mengabaikan pendekatan yang humanistis. Manusia dan masyarakat kurang
mengabaikan pendekatan yang humanistis. Manusia dan masyarakat kurang
28
28
Fakih, Mansour, Runtuhnya teori Pembangunan dan Globalisasi, 2013, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, hal 55-56.
Fakih, Mansour, Runtuhnya teori Pembangunan dan Globalisasi, 2013, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, hal 55-56.
21 | P a g e
21 | P a g e
29
Soetomo, Pemberdayaan Masyarakat : MungkinkahMuncu Antitesisnya?, 2013, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, hal
29
Soetomo,
66-67. Pemberdayaan Masyarakat : MungkinkahMuncu Antitesisnya?, 2013, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, hal
66-67.
22 | P a g e
22 | P a g e
Best Practice Pemberdayaan Mantan PSK (Pekerja Seks Komersial) 23
Tahun (PELITA). Dengan demikian, selama pemerintahan orde baru,
Tahun (PELITA). Dengan demikian, selama pemerintahan orde baru,
Indonesia sepenuhnya mengimplementasikan teori pembangunan kapitalistik
Indonesia sepenuhnya mengimplementasikan teori pembangunan kapitalistik
yang bertumpu pada ideologi dan teori modernisasi serta adaptasi
yang bertumpu pada ideologi dan teori modernisasi serta adaptasi
implementasi teori pertumbuhan tersebut.30
implementasi teori pertumbuhan tersebut.30
Alur berikutnya, setelah pendekatan yang bersifat sentralistis, top-down dan
Alur berikutnya, setelah pendekatan yang bersifat sentralistis, top-down dan
mengutamakan keseragaman ini berlangsung dalam jangka waktu yang
mengutamakan keseragaman ini berlangsung dalam jangka waktu yang
cukup panjang, ternyata hasil dan manfaatnya kurang menyentuh kebutuhan
cukup panjang, ternyata hasil dan manfaatnya kurang menyentuh kebutuhan
dan persoalan masyarakat pada lapisan bawah. Apabila terlihat hasilnya,
dan persoalan masyarakat pada lapisan bawah. Apabila terlihat hasilnya,
sebatas pada tataran makro terutama dilihat dari pertumbuhan ekonomi dan
sebatas pada tataran makro terutama dilihat dari pertumbuhan ekonomi dan
pendapatan nasional bruto. Di lain pihak lapisan terbawah tetap dalam kondisi
pendapatan nasional bruto. Di lain pihak lapisan terbawah tetap dalam kondisi
kemiskinan. Mekanisme trickle down effect yang dijanjikan sebagai dampak
kemiskinan. Mekanisme trickle down effect yang dijanjikan sebagai dampak
pertumbuhan ekonomi tidak terbukti. Dengan demikian di balik pertumbuhan
pertumbuhan ekonomi tidak terbukti. Dengan demikian di balik pertumbuhan
ekonomi secara nasional terdapat kesenjangan yang semakin tajam baik antar
ekonomi secara nasional terdapat kesenjangan yang semakin tajam baik antar
lapisan masyarakat, antar daerah maupun antar desa dengan kota. Faktor yang
lapisan masyarakat, antar daerah maupun antar desa dengan kota. Faktor yang
diyakini sebagai penyebab utamanya adalah pendekatan yang sentralistis, top-
diyakini sebagai penyebab utamanya adalah pendekatan yang sentralistis, top-
down dan berorientasi keseragaman tersebut. Dengan demikian, kritik utama
down dan berorientasi keseragaman tersebut. Dengan demikian, kritik utama
terhadap perspektif pertumbuhan, khususnya dalam proses dan mekanisme
terhadap perspektif pertumbuhan, khususnya dalam proses dan mekanisme
pembangunan yang digunakan, terutama ditujukan kepada pendekatannya
pembangunan yang digunakan, terutama ditujukan kepada pendekatannya
tersebut.(Soetomo,2013:67)
tersebut.(Soetomo,2013:67)
30
30
Fakih, Mansour, Runtuhnya teori Pembangunan dan Globalisasi, 2013, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, hal 57.
Fakih, Mansour, Runtuhnya teori Pembangunan dan Globalisasi, 2013, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, hal 57.
23 | P a g e
23 | P a g e
24 Jalan Sunyi Muhammadiyah
negara bersifat vertikal, dengan persppektif baru hubungannya menjad
kurang
bersifatsesuai dengan
horisontal kebutuhan
dalam bentukmasyarakat.
kemitraan.Oleh
32 sebab itu, menjadi wajar
apabila hasil dari berbagai program permbangunan kurang menyentuh
kurang sesuai dengan kebutuhan masyarakat. Oleh sebab itu, menjadi wajar
Posisi mereka,
kebutuhan masyarakat yang
sehingga marginal
tidak memilikidan powerless
dampak dibuat menjadi
bagi peningkatan taraf lebi
apabila hasil dari berbagai program permbangunan kurang menyentuh
berdaya.
hidup. 31 Dengan demikian pendekatan yang digunakan disebut denga
kebutuhan mereka, sehingga tidak memiliki dampak bagi peningkatan taraf
pemberdayaan masyarakat. Pda dasarnya pokok pikiran dari teo
hidup.31 Berdasarkan kritik yang merupakan antitesis terhadap perspektif
pembangunan yang berpusat pada rakyat yang dalam implementasiny
pertumbuhan tersebut, maka wajar pula apabila perspektif alternatif yang
Berdasarkan kritik yang merupakan antitesis terhadap perspektif
dijabarkan ke dalam pendekatan pemberdayaan masyarakat adalah sebua
ditawarkan mempunyai logika berpikir yang merupakan kebalikan dari
pertumbuhan tersebut, maka wajar pula apabila perspektif alternatif yang
pendekatansebelumnya.
perspektif yang memberikan
Apabila kesempatan, wewenang yang
sebelumnya kepentingan lebih besa
masyarakat
ditawarkan mempunyai logika berpikir yang merupakan kebalikan dari
kepada masyarakat
diabdikan terutama dan
untuk produktivitas masyarakat
pertumbuhanlokalekonomi,
untuk mengelola
maka padaprose
perspektif sebelumnya. Apabila sebelumnya kepentingan masyarakat
pembangunannya.
perspektif Kewenangan justru
alternatif, produktivitas tersebut meliputi
diabdikan
diabdikan untuk produktivitas dan pertumbuhan ekonomi, maka pada
untukkeseluruhan
kepentinganprose
masyarakat.(Soetomo,
pembangunan sejak 2013:68)
identifikasi Apabila
masalahsebelumnya
dan kebutuhan,mengutamakan
perspektif alternatif, produktivitas justru diabdikan untuk kepentingan perencanaan
sentralisasi,
pelaksanaan, dalam perspektif
evaluasi baru lebih bersifat
hasildesentralisasi. Apabila
masyarakat.(Soetomo, 2013:68)danApabila
menarik manfaat
sebelumnya pembangunan.
mengutamakan Di sampin
sebelumnya menempatkan masyarakat sebagai obyek, dalam perspektif baru
aksesdalam
sentralisasi, dan kontrol terhadap
perspektif baru pengambilan
lebih bersifatkeputusan tersebut,
desentralisasi. masyarakat lok
Apabila
masyarakat ditempatkan sebagai subyek, dengan demikian perlu selalu ada
sebelumnya
jugamenempatkan masyarakat
lebih memiliki sebagaidan
akses obyek,kontrol
dalam perspektif
terhadap baru sumberday
peningkatan kapasitas agar dapat menjalankan fungsi sebagai aktor
masyarakat ditempatkan sebagai subyek, dengan demikian perlu selalu ada
(Soetomo,2013:69)
pembangunan tersebut. Apabila dalam pendekatan yang bersifat top-down
peningkatan kapasitas agar dapat menjalankan fungsi sebagai aktor
berlaku sistem
Konsep komando dan (empowerment)
pemberdayaan instruktif, maka dalam pendekatan baru dekade
lebih
pembangunan tersebut. Apabila dalam pendekatan mulai yang nampak di sekitar
bersifat top-down 7
mengutamakan
an, dankomando
kemudian proses belajar sosial.
berkembang Apabila dalam
terusdalam
sepanjang dekadependekatan
80-an lama sa
dan sampai
berlaku sistem dan instruktif, maka pendekatan baru lebih
menimbulkan ketergantungan terhadap program dari atas, dalam perspektif
ini padaproses
mengutamakan dekadebelajar
90-an sosial.
pada akhir abaddalam
Apabila ke-20.pendekatan
Mungkin konseplama ini muncu
baru mendorong terwujudnya keberlanjutan kegiatan pembangunan yang
menimbulkan
hampir ketergantungan
bersamaan terhadap
denganprogram dari atas, sewaktu
aliran-aliran dalam perspektif
seperti misalny
berorientasi kemandirian. Apabila sebelumnya didasarkan penilaian yang
baru mendorong terwujudnya
eksistensialisme, keberlanjutanpersonalisme
phenomenologi, kegiatan pembangunan
dan kemudianyang lebih deka
terlalu under-estimate terhdap kemampuan masyarakat, perspektif baru
berorientasi kemandirian. Apabila sebelumnya didasarkan penilaian yang
dengan gelombang Neo-Marxizsme, Freudanisme, alirang-aliran seper
memberikan pengakuan terhadap kearifan lokal. Apabila dalam pandangan
terlalu under-estimate terhdap kemampuan masyarakat, perspektif baru
strukturalisme, dan sosiologi kritik sekolah frankfurt, serta konsep seperti eli
sebelumnya hubungan antara masyarakat dengan pihak eksternal khususnya
memberikan pengakuan terhadap kearifan lokal. Apabila dalam pandangan
kekuasaan, anti-establishment, gerakan populis, anti struktur, legitimas
sebelumnya hubungan antara masyarakat dengan pihak eksternal khususnya
ideologi,vertikal,
negara bersifat pembebasan,
dengandan konsep civil
persppektif society.
baru 33
hubungannya menjadi
bersifat horisontal dalam bentuk kemitraan.32
31
Posisi
Soetomo, masyarakat
Pemberdayaan yang : marginal
Masyarakat dan powerless
MungkinkahMuncu Antitesisnya?,dibuat menjadiPustaka
2013, Yogyakarta: lebihPelajar, hal
67-68.
31 32 berdaya. Dengan demikian pendekatan yang digunakan disebut dengan
Soetomo, Ibid, hal 68-69.Masyarakat : MungkinkahMuncu Antitesisnya?, 2013, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, hal
Pemberdayaan
33 24 | P a g e
67-68. Prijono, Onny S dan Pranaka AMW, Pemberdayaan : Konsep, Kebijakan dan Implementasi, 1996, Jakarta : Cent
pemberdayaan masyarakat. Pda dasarnya pokok pikiran dari teori
fr Strategic and International studies (CSIS), hal 44.
Best Practice Pemberdayaan Mantan PSKpada
(Pekerja Seks Komersial) 24 | P a g e
pembangunan yang berpusat rakyat yang dalam implementasinya
25
25 | P a g
dijabarkan ke dalam pendekatan pemberdayaan masyarakat adalah sebuah
pendekatan yang memberikan kesempatan, wewenang yang lebih besar
negara bersifat vertikal, dengan persppektif baru hubungannya menjadi
negara bersifat vertikal, dengan persppektif baru hubungannya menjadi
bersifat horisontal dalam bentuk kemitraan.32
bersifat horisontal dalam bentuk kemitraan.32
Posisi masyarakat yang marginal dan powerless dibuat menjadi lebih
Posisi masyarakat yang marginal dan powerless dibuat menjadi lebih
berdaya. Dengan demikian pendekatan yang digunakan disebut dengan
berdaya. Dengan demikian pendekatan yang digunakan disebut dengan
pemberdayaan masyarakat. Pda dasarnya pokok pikiran dari teori
pemberdayaan masyarakat. Pda dasarnya pokok pikiran dari teori
pembangunan yang berpusat pada rakyat yang dalam implementasinya
pembangunan yang berpusat pada rakyat yang dalam implementasinya
dijabarkan ke dalam pendekatan pemberdayaan masyarakat adalah sebuah
dijabarkan ke dalam pendekatan pemberdayaan masyarakat adalah sebuah
pendekatan yang memberikan kesempatan, wewenang yang lebih besar
pendekatan yang memberikan kesempatan, wewenang yang lebih besar
kepada masyarakat terutama masyarakat lokal untuk mengelola proses
kepada masyarakat terutama masyarakat lokal untuk mengelola proses
pembangunannya. Kewenangan tersebut meliputi keseluruhan proses
pembangunannya. Kewenangan tersebut meliputi keseluruhan proses
pembangunan sejak identifikasi masalah dan kebutuhan, perencanaan,
pembangunan sejak identifikasi masalah dan kebutuhan, perencanaan,
pelaksanaan, evaluasi dan menarik manfaat hasil pembangunan. Di samping
pelaksanaan, evaluasi dan menarik manfaat hasil pembangunan. Di samping
akses dan kontrol terhadap pengambilan keputusan tersebut, masyarakat lokal
akses dan kontrol terhadap pengambilan keputusan tersebut, masyarakat lokal
juga lebih memiliki akses dan kontrol terhadap sumberdaya.
juga lebih memiliki akses dan kontrol terhadap sumberdaya.
(Soetomo,2013:69)
(Soetomo,2013:69)
Konsep pemberdayaan (empowerment) mulai nampak di sekitar dekade 70-
Konsep
an, danpemberdayaan (empowerment)
kemudian berkembang mulai nampak
terus sepanjang di80-an
dekade sekitar
dandekade 70-
sampai saat
an, dan
ini kemudian berkembang
pada dekade terus
90-an pada sepanjang
akhir dekade
abad ke-20. 80-an konsep
Mungkin dan sampai saat
ini muncul
ini pada dekade
hampir 90-an pada
bersamaan akhir abad
dengan ke-20. Mungkin
aliran-aliran konsep
sewaktu ini muncul
seperti misalnya
hampir bersamaan phenomenologi,
eksistensialisme, dengan aliran-aliran sewaktu
personalisme seperti misalnya
dan kemudian lebih dekat
eksistensialisme, phenomenologi,
dengan gelombang personalisme
Neo-Marxizsme, dan kemudian
Freudanisme, lebih dekat
alirang-aliran seperti
dengan gelombangdan
strukturalisme, Neo-Marxizsme, Freudanisme,
sosiologi kritik sekolah frankfurt,alirang-aliran sepertielit,
serta konsep seperti
strukturalisme,
kekuasaan,dan sosiologi kritik sekolah
anti-establishment, gerakanfrankfurt,
populis, serta
anti konsep seperti
struktur, elit,
legitimasi,
ideologi,anti-establishment,
kekuasaan, gerakancivilpopulis,
pembebasan, dan konsep society.33 anti struktur, legitimasi,
ideologi, pembebasan, dan konsep civil society.33
32
Ibid, hal 68-69.
33
Prijono, Onny S dan Pranaka AMW, Pemberdayaan : Konsep, Kebijakan dan Implementasi, 1996, Jakarta : Centre
32
Ibid, fr
halStrategic
68-69. and International studies (CSIS), hal 44.
33
Prijono, Onny S dan Pranaka AMW, Pemberdayaan : Konsep, Kebijakan dan Implementasi, 1996, Jakarta : Centre
fr Strategic and International studies (CSIS), hal 44. 25 | P a g e
25 | P a g e
Jalan Sunyi Muhammadiyah
26
Konsep empowerment mungkin dapat dipandang sebagai bagian atau sejiwa
dengan aliran-aliran pada paruh kedua abad ke-20, yang dewasa ini banyak
dikenal sebagai aliran post modernisme, dengan titik berat sikap dan pendapat
yang orientasinya adalah sntisistem, antistruktur dan antideterminisme, yang
diaplikasikan kepada dunia kekuasaan. Namun akar terdalam dari lairan
tersebut tidak adapat dipahami tanpa kita menemukan akar yang lebih jauh
yaitu pada terjadinya gelombang pmeikiran yang dikenal sebagai gerakan
Aufklarung ataupun Enlightenment. Dan tentu saja kita tidak dapat memahami
gerakan Aufklarung tersebut tanpa kita mencoba menelaah lahirnya Eropa
modern itu sendir sebagai akibat dari dan reaksi terhdap lam pikiran, tata
masyarakat dan tata budaya sebelumnya yang dikenal sebagai Abad
Pertengahan Eropa.
Selain nilai fisik di atas, ada pula nilai-nilai intrinsik dalam masyarakat
yang juga menjadi sumber keberdayaan, seperti nilai kekeluargaan, kegotong-
royongan, kejuangan, dan yang khas pada masyarakat kita, kebhinekaan.
Keberdayaan masyarakat adalah unsur-unsur yang memungkinkan suatu
masyarakat bertahan (survive), dan dalam pengertian yang dinamis,
mengembangkan diri dan mencapai kemajuan. Keberdayaan masyarakat ini
26 | P a g e
34
Prijono, Onny S dan Pranaka AMW, Pemberdayaan : Konsep, Kebijakan dan Implementasi, 1996, Jakarta : Centre
34
fr Strategic and International studies (CSIS), hal 44.
Prijono, Onny S dan Pranaka AMW, Pemberdayaan : Konsep, Kebijakan dan Implementasi, 1996, Jakarta : Centre
fr Strategic and International studies (CSIS), hal 44. 27 | P a g e
27 | P a g e
Jalan Sunyi Muhammadiyah
28
pelaku kedua. Istilah pemberdayaan sering dipakai untuk menggambarkan
pelaku kedua. Istilah pemberdayaan sering dipakai untuk menggambarkan
keadaan seperti yang diinginkan individu. Dalam keadaan tersebut, masing-
keadaan seperti yang diinginkan individu. Dalam keadaan tersebut, masing-
masing individu mempunyai pilihan dan kontrol di semua aspek kehidupan
masing individu mempunyai pilihan dan kontrol di semua aspek kehidupan
sehari-hari seperti pekerjaan mereka, akses terhdap sumberdaya, partisipasi
sehari-hari seperti pekerjaan mereka, akses terhdap sumberdaya, partisipasi
dalam proses pembuatan keputusan sosial, dan lain sebagainya. Meskipun
dalam proses pembuatan keputusan sosial, dan lain sebagainya. Meskipun
demikian, ada suatu kontradiksi di dalam ide pemberdayaan individu karena
demikian, ada suatu kontradiksi di dalam ide pemberdayaan individu karena
orang cenderung menjadi terbatas dalam kehidupan mereka atau cenderung
orang cenderung menjadi terbatas dalam kehidupan mereka atau cenderung
menguasai orang lain sebagi hasil dari hubungan-hubungan sosial dan
menguasai orang lain sebagi hasil dari hubungan-hubungan sosial dan
struktur-struktur di luar kontrol mereka sendiri (Smith & Hewit,1992). 35
struktur-struktur di luar kontrol mereka sendiri (Smith & Hewit,1992). 35
35
35 Ibid, hal 62.
Ibid, hal3662.
36 Ibid, hal 63.
Ibid, hal 63.
28 | P a g e
28 | P a g e
35
Ibid, hal 62.
36
Ibid, hal 63.
28 | P a g e
37
Usman, Sunyoto, Pembangunan dan Pemberdayaan Masyarakat, 2012, Yogyakarta : Pustaka Pelajar, hal 21.
29 | P a g e
Jalan Sunyi Muhammadiyah
30
Berbicara
Berbicara mengenai
mengenai demokrasi
demokrasi ekonomi
ekonomi adalah adalah berbicara
berbicara mengenai
mengenai
kedaulatan
kedaulatan rakyat rakyat dalam perekonomian,
dalam perekonomian, yang berarti
yang berarti berbicara
berbicara mengenai
mengenai
berbagai
berbagai dimensidimensi
ekonomiekonomi politikberfokus
politik yang yang berfokus pada cita-cita
pada cita-cita keadilankeadilan
dan dan
kemajuan
kemajuan ekonomi
ekonomi rakyat, rakyat, juga berbicara
juga berbicara mengenaimengenai posisi
posisi dan dannegara
peran peran negara
dan administrasi
dan administrasi publik publik
dalam dalam mewujudkan
mewujudkan cita-citacita-cita tersebut.
tersebut. Keinginan
Keinginan
untuk mewujudkan
untuk mewujudkan nilain-nilai
nilain-nilai kerakyatan
kerakyatan atau nilai-nilai
atau nilai-nilai keadilankeadilan
ke dalamke dalam
kehidupan
kehidupan ekonomi
ekonomi adalah adalah
cita-citacita-cita yang mendasar
yang amat amat mendasar bagi bangsa
bagi bangsa
Indonesia,
Indonesia, sehingga
sehingga menempatkan
menempatkan sistem sistem demokrasi
demokrasi ekonomi
ekonomi dalam dalam
konstitusi
konstitusi negaranya.
negaranya. 38 38
Komitmen
Komitmen sistem sistem Demokrasi
Demokrasi Ekonomi
Ekonomi Indonesia
Indonesia adalah adalah
pada pada
keberpihakan
keberpihakan yangmeningkatkan
yang dapat dapat meningkatkan peran dalam
peran rakyat rakyat perekonomian,
dalam perekonomian,
dan kesejahteraan
dan kesejahteraan rakyat kehidupan
rakyat dalam dalam kehidupan nyata. Berhubungan
nyata. Berhubungan dengandengan
itu, itu,
kelembagaan
kelembagaan demokrasi
demokrasi ekonomi
ekonomi tidak dapat
tidak dapat dikembangkan
dikembangkan melaluimelalui
pengembangan
pengembangan paham paham kapitalisme
kapitalisme liberal liberal
maupunmaupun komunisme
komunisme adalah adalah
paham-paham
paham-paham yangdilahir
yang lahir di Barat.
dunia dunia Demokrasi
Barat. Demokrasi
ekonomiekonomi Indonesia
Indonesia
berlandaskan
berlandaskan pada kekeluargaan
pada kekeluargaan dan kebersamaan,
dan kebersamaan, mengandung
mengandung ajaran- ajaran-
ajaran pengembangan
ajaran pengembangan individu
individu dan masyarakat
dan masyarakat secara selaras,
secara serasi, serasi, selaras,
dan dan
seimbang.(Kartasasmita,
seimbang.(Kartasasmita, 1996:131)
1996:131)
Ekonomi
Ekonomi rakyat diartikan
rakyat diartikan sebagaisebagai
ekonomiekonomi usahamasih
usaha kecil, kecil,lemah
masih dan
lemah dan
kurang kurang
tangguhtangguh untuk menghadapi
untuk menghadapi dan memperoleh
dan memperoleh manfaatmanfaat dari ekonomi
dari ekonomi
yang terbuka.
yang terbuka. Selama Selama ini lapisan
ini lapisan ekonomi
ekonomi rakyat, rakyat, meskipun
meskipun mencatat
mencatat
kemajuan-kemajuan,
kemajuan-kemajuan, cukup
cukup jauh jauh tertinggal
tertinggal danmakin
dan dapat dapattersisih
makin tersisih jika harus
jika harus
dihadapkan
dihadapkan pada persaingan
pada persaingan dengandengan kekuatan-kekuatan
kekuatan-kekuatan ekonomiekonomi dari
dari luar. 39 luar.39
38
38 Kartasasmita,
Kartasasmita, Ginandjar,Ginandjar, Pembangunan
Pembangunan untuk: memadukan
untuk rakyat rakyat : memadukan pertumbuhan
pertumbuhan dan pemerataan,
dan pemerataan, 1996, 1996,
Jakarta:130.Jakarta:130.
39
Ibid, hal39131.
Ibid, hal 131.
40
Ibid, hal 5.40 Ibid, hal 5.
31 | P a g e31 | P a g e
43
Naqvi, Syed Nawab Haider, Menggagas Ilmu Ekonomi Islam, 2009, Yogyakarta : Pustaka Pelajar, hal 88.
44
Chalil, Zaki Fuad (Sayed Mahdi ed.), Pemerataan Distribusi Kekayaan dalam ekonomi Islam, Jakarta : Erlangga,
2009, hal 192-193.
43
34 | P a g e
Naqvi, Syed Nawab Haider, Menggagas Ilmu Ekonomi Islam, 2009, Yogyakarta : Pustaka Pelajar, hal 88.
44
Chalil, Zaki Fuad (Sayed Mahdi ed.), Pemerataan Distribusi Kekayaan dalam ekonomi Islam, Jakarta : Erlangga,
2009, hal 192-193.
kepunyaan Allah-lah kerajaan langit dan bumi dan apa yang ada di
dalamnya; dan Dia Maha Kuasa atas segala sesuatu. (al-Maidah ayat 120)
Adanya kaya dan miskin merupakan kenyataan sosial yang tidak dapat
dipungkiri. Ajaran Islam mengajarkan penataan hubungan harmonis
berdasarkan prinsip keadilan sosial sehingga antara keduanya tidak terdapat
35 | P a g e
b. Prinsip
b. Prinsip saling saling menolong
menolong (Ta’awun).
(Ta’awun). Prinsip
Prinsip ini ini lahirdari
lahir darikesadaran
kesadaran
keterbatasan
keterbatasan manusiamanusia
serta serta kebutuhan
kebutuhan hidup
hidup terhadap
terhadap oranglain.
orang lain.(al-
(al-
MaidahMaidah
(5):2) (5):2)
8Õµ
8Õµ R[k
¡e
R[k
¡e
^^µÏ%µÏ%
y y ÉA%Ê
ÉA%Ê
oÜR~
oÜR~ y y
p®¡`Î_
p®¡`Î_
yy `uÚkzß
`uÚkzß y
y 3oÞ
3oÞ
89µP%Ê ,
89µP%Ê , `k³¡ Þ `k³¡ Þ
3oÞ
3oÞ V0ÞlÞ
V0ÞlÞ
Ü1³R³Os
Ü1³R³Os GµP% GµP% >_Ú¸ß
>_Ú¸ß IÊÙ*Üe
IÊÙ*Üe
Ý/ÊÐß ` n´ A5 Ú°³s
Ý/ÊÐß ` n´ A5 Ú°³s
y ÅlÂÚß
y ÅlÂÚß
I %4Ü ÉI@_ Ü1Ê
A%²oÞNh
I %4Ü ÉI@_ Ü1Ê
A%²oÞNh
45
Chalil, Zaki Fuad (Sayed Mahdi ed.), Pemerataan Distribusi Kekayaan dalam ekonomi Islam, Jakarta : Erlangga,
45
Chalil, Zaki Fuad
2009, hal(Sayed
195-196.Mahdi ed.), Pemerataan Distribusi Kekayaan dalam ekonomi Islam, Jakarta : Erlangga,
2009, hal 195-196.
36 | P a g e
36 | P a g e
Best Practice Pemberdayaan Mantan PSK (Pekerja Seks Komersial) 37
µk¯MÙ{`-Þ GÉ Ü1ÆskV
µk¯MÙ{`-Þ GÉ Ü1ÆskV
| Åk*ÝÎ" I µ4oÞ
| Åk*ÝÎ" I µ4oÞ
´Op¯Þ t"É Í5`Î"
´Op¯Þ t"É Í5`Î"
y uÞ*
y uÞ*
¯2Þ20S t"É Í5`Î"
¯2Þ20S t"É Í5`Î"
Æ
" ®I ÚkÉÎÞ
Æ
" ®I ÚkÉÎÞ
Åkeµk_
I´
Åkeµk_
I´
±®¯!µÎÞ
±®¯!µÎÞ
d. Prinsip Keberpihakan pada kaum lemah. Keberpihakan kepada kaum yang
lemah merupakan empati terhadap mereka. Ajaran Islam mengandung
aturan yang memberikan perlindungan dan pemberdayaan bagi kaum
yang lemah. Oleh karena itu, orang yang tidak mempunyai perhatian dan
kepedulian kepada yang lemah dipandang sebagai pendusta agama. (al-
Maun (107):1-3)
Â!¯QmÉe uµ V0ÝeÊs
[cµ _mß °® ¯àÕµL´
±® a2lµ.lÞ sÓÅke vµ
µ4`ÎÁ t"É r¿Íh y
²®®89«Ù{µ-Þ
Pengertian
Pengertian distribusi
distribusi atauatau sirkulasi
sirkulasi dihasilkan
dihasilkan dariproses
dari proseseksplorasi
eksplorasi dan
interpretasi
interpretasi atas nilai-nilai
atas nilai-nilai dasardasar al-Qur’an
al-Qur’an untukdapat
untuk dapatdiungkap
diungkap dengan
dengan
mencari
mencari esensiesensi dasarnya
dasarnya melaluii
melaluii penelaahan
penelaahan ayat-ayatyang
ayat-ayat yangmenggunakan
menggunakan
adalahadalah
lafadzlafadz sinonim,
sinonim, yangyang merupakan
merupakan ismism (kata
(kata benda)yang
benda) yangzatnya
zatnya terus
terus
berputar,
berputar, sedangkan
sedangkan al-dulah
al-dulah adalah
adalah bentuk
bentuk masdar,
masdar, artinyagiliran.
artinya giliran.Pendapat
Pendapat
lain mengatakan dawala juga berarti perpindahan sesuatu dari satu tempat ke
lain mengatakan dawala juga berarti perpindahan sesuatu dari satu tempat ke
tempat yang lain. Dari beberapa diskripsi ini kiranya dapat dipahami bahwa
tempat yang lain. Dari beberapa diskripsi ini kiranya dapat dipahami bahwa
fungsi dasar dari sirkulasi adalah untuk memperlancar proses aru tumbuh dan
fungsi dasar dari sirkulasi adalah untuk memperlancar proses aru tumbuh dan
46
Yang berhak menerima zakat Ialah: 1. orang fakir: orang yang Amat sengsara hidupnya, tidak mempunyai harta dan
6
Yang berhaktenaga
menerima
untukzakat Ialah:penghidupannya.
memenuhi 1. orang fakir: orang
2. orangyang Amatorang
miskin: sengsara
yang hidupnya,
tidak cukuptidak mempunyaidan
penghidupannya harta dan
dalam
tenaga untuk memenuhi
Keadaan penghidupannya.
kekurangan. 3. Pengurus zakat:2. orang
orang miskin: orang
yang diberi yang
tugas tidak
untuk cukup penghidupannya
mengumpulkan dan membagikan danzakat.
dalam
4.
Keadaan kekurangan.
Muallaf: orang3.kafir
Pengurus
yang adazakat:
harapanorang yang
masuk diberi
Islam dan tugas untukbaru
orang yang mengumpulkan
masuk Islam yangdan imannya
membagikan zakat. 5.
masih lemah. 4.
memerdekakan
Muallaf: orang kafir yangbudak: mencakup
ada harapan masuk jugaIslam
untukdan
melepaskan
orang yang Muslim
baru yang
masukditawan
Islam oleh
yangorang-orang kafir.lemah.
imannya masih 6. orang
5.
berhutang:
memerdekakan orang
budak: yang berhutang
mencakup karenamelepaskan
juga untuk untuk kepentingan
Muslim yang bukan
yang maksiat
ditawan danorang-orang
oleh tidak sanggupkafir.
membayarnya.
6. orang
berhutang:Adapun
orang orang
yang yang berhutang
berhutang untukuntuk
karena memelihara persatuan
kepentingan umat
yang Islammaksiat
bukan dibayar hutangnya
dan tidakitu dengan zakat,
sanggup walaupun
membayarnya.
ia mampu
Adapun orang yangmembayarnya.
berhutang untuk7. pada jalan Allahpersatuan
memelihara (sabilillah): Yaitu
umat untuk
Islam keperluan
dibayar pertahanan
hutangnya itu Islam
dengandanzakat,
kaum walaupun
muslimin.
ia mampu di antara mufasirin
membayarnya. ada yang
7. pada jalan berpendapat bahwa Yaitu
Allah (sabilillah): fisabilillah
untukitu mencakup
keperluan juga kepentingan-kepentingan
pertahanan Islam dan kaum muslimin.umum
di antara seperti
mufasirinmendirikan
ada yangsekolah, rumah sakit
berpendapat dan lain-lain.
bahwa 8. orang
fisabilillah yang sedang
itu mencakup dalam
juga perjalanan yang bukan maksiat
kepentingan-kepentingan umum
mengalamisekolah,
seperti mendirikan kesengsaraan
rumahdalam
sakitperjalanannya.
dan lain-lain. 8. orang yang sedang dalam perjalanan yang bukan maksiat
mengalami kesengsaraan dalam perjalanannya.
39 | P a g e
40 Jalan Sunyi Muhammadiyah
39 | P a g e
berkembangnya sesuatu yang dalam hal ini adalah harta benda atau kekayaan
berkembangnya sesuatu yang dalam hal ini adalah harta benda atau kekayaan
yang dimiliki oleh manusia.47
yang dimiliki oleh manusia.47
Terkait hal tersebut, Afzalur Rahman (1995:31) menegaskan bahwa para
Terkait
Nabihal tersebut,
diutus Afzalur
dari waktu Rahman
ke waktu, (1995:31)
sebagai menegaskan
bimbingan bahwa
bagi manusia, para
agar dapat
Nabi diutus dari waktu
membangun ke waktu,
masyarakat sebagai
semacam bimbingan
yang bagi
disebutkan manusia,
tadi. agar dapat
Muhammad adalah
membangun
Nabi masyarakat semacam
terakhir, seperti halnyayang
paradisebutkan tadi. Muhammad
pendahulunya, diutus untukadalah
tujuan
Nabi terakhir,
tersebut. Al-Qur’an yang beliau bawa sebagai bimbingan bagiuntuk
seperti halnya para pendahulunya, diutus tujuan
umat manusia,
tersebut.menyuruh
Al-Qur’an yang beliau
manusia bawa masyarakat
membangun sebagai bimbingan
semacambagi umat manusia,
itu sebagaimana ayat-
menyuruhayatmanusia
berikut : membangun masyarakat semacam itu sebagaimana ayat-
ayat berikut :
@ ÅZÈs Aß `ZÜs Úk
@ ÅZÈs
AÞu5 Aß `ZÜs
µ0¡A¯PqÞ´ Úk
AÞu5
V ¡*«Þ µ0¡A¯PqÞ´ Ä2ÅN`Î%
V ¡*«Þ
3Æmµ Ä2ÅN`Î%
[Jvoµ-Þ
3Æmµ [Jvoµ-Þ
«ÃÙ{¯Þ´ È
@
«ÃÙ{¯Þ´ È
@
µlµß `keµkÞ AÞu5
µlµß `keµkÞ AÞu5
ÅÒµá¡@% ¹keµk_ ¹
ß
ÅÒµá¡@% ¹keµk_ ¹
ß
G% a1 ÝÎmµ ª
A µ
G% a1 ÝÎmµ ª
A µ
¢É ÅZÈs ¢ÍÍpÃAe
¢É ÅZÈs ¢ÍÍpÃAe
u®
I´ ³
u®
I´ ³ ÞmÙÞ´ ÞmÙÞ´
±´®
±´® ¼ue²uÉ
¼ue²uÉ
Sesungguhnya Kami telah mengutus Rasul-rasul Kami dengan
Sesungguhnya Kami telah mengutus Rasul-rasul Kami dengan
membawa
membawa bukti-bukti
bukti-bukti yangyang
nyatanyata
dandan telah
telah Kami
Kami turunkanbersama
turunkan bersama
mereka Al kitab dan neraca (keadilan) supaya
mereka Al kitab dan neraca (keadilan) supaya manusia dapat manusia dapat
melaksanakan keadilan. dan Kami ciptakan besi
melaksanakan keadilan. dan Kami ciptakan besi yang padanya yang padanya
terdapat
terdapat kekuatan
kekuatan yang yang
hebathebat
dan dan berbagai
berbagai manfaat
manfaat bagimanusia,
bagi manusia,
(supaya mereka mempergunakan besi itu)
(supaya mereka mempergunakan besi itu) dan supaya Allah dan supaya Allah
mengetahui siapa yang menolong (agama)Nya dan
mengetahui siapa yang menolong (agama)Nya dan rasul-rasul-Nya rasul-rasul-Nya
Padahal
Padahal Allah tidak
Allah tidak dilihatnya.
dilihatnya. Sesungguhnya
Sesungguhnya Allah
Allah Mahakuat
Maha kuatlagi
lagi
Maha Perkasa.
Maha Perkasa.
Tigabenda
Tiga jenis jenis benda disebutkan
disebutkan sebagai
sebagai karunia
karunia Allah.
Allah. Dalamistilah
Dalam istilahyang
yang
kongkrit,
kongkrit, merekamereka itu terdiri
itu terdiri dari Kitab,
dari Kitab, NeracaNeraca
dandan Besi.
Besi. Merupakan
Merupakan simboldari
simbol dari
47
47
Chalil, Zaki Chalil, Zaki Fuad
Fuad (Sayed (Sayed
Mahdi Mahdi
ed.), ed.), Pemerataan
Pemerataan Distribusi
Distribusi Kekayaan
Kekayaan dalamdalam ekonomi
ekonomi Islam,
Islam, Jakarta: Erlangga,
Jakarta : Erlangga,
2009, hal 46-48.
2009, hal 46-48.
4040| |P Paaggee
48
Rahman, afzalur, Doktrin Ekonomi Islam jilid 1, 1995, Jakarta :Dana Bhakti Wakaf, hal 32.
48
Rahman, afzalur, Doktrin Ekonomi Islam jilid 1, 1995, Jakarta :Dana Bhakti Wakaf, hal 32.
41 | P a g e
41 | P a g e
42 Jalan Sunyi Muhammadiyah
Apabila industri rumah tangga dan perdagangan pasar digantikan oleh
Apabila industri rumah tangga dan perdagangan pasar digantikan oleh
bentuk-bentuk modern industri dan perdagangan. Kalihatan bahwa biasanya
bentuk-bentuk modern industri dan perdagangan. Kalihatan bahwa biasanya
laki-lakilah yang dipekerjakan untuk kegiatan-kegiatan modern tersebut,
laki-lakilah yang dipekerjakan untuk kegiatan-kegiatan modern tersebut,
sedangkan perempuan cenderungditinggalkan pada kegiatan-kegiatan
sedangkan perempuan cenderungditinggalkan pada kegiatan-kegiatan
tradisional. Memang di banyak negara gambaran statistik tenaga kerja industri
tradisional. Memang di banyak negara gambaran statistik tenaga kerja industri
menunjukkan suatu perbedaan yang nyata. Perusahaan modern lebih sangat
menunjukkan suatu perbedaan yang nyata. Perusahaan modern lebih sangat
menyukai mempekerjakan laki-laki, sedangkan perempuan kebanyakan
menyukai mempekerjakan laki-laki, sedangkan perempuan kebanyakan
ditemukan dalam industri rumah tangga. Kedudukan perempuan yang lebih
ditemukan dalam industri rumah tangga. Kedudukan perempuan yang lebih
rendah dalam perkembangan perkotaan bertambah buruk lagi dengan
rendah dalam perkembangan perkotaan bertambah buruk lagi dengan
preferensi merekrut tenaga kerja laki-laki untuk pekerjaan kantor dan
preferensi merekrut tenaga kerja laki-laki untuk pekerjaan kantor dan
administratif.
administratif.
Apabila pekerjaan pada industri modern, perdagangan modern, dan di
Apabila pekerjaan pada industri modern, perdagangan modern, dan di
kantor-kantor, dipegang khusus atau lebih banyak oleh laki-laki,
kantor-kantor, dipegang khusus atau lebih banyak oleh laki-laki,
produktivitas, sikap dan pandangan laki-laki dan perempuan mulai berbeda,
produktivitas, sikap dan pandangan laki-laki dan perempuan mulai berbeda,
sama seperti yang terjadi apabila pertanian komersial menggantikan pertanian
sama seperti yang terjadi apabila pertanian komersial menggantikan pertanian
untuk sekedar menyambung hidup, laki-laki menjadi berkenalan dengan
untuk sekedar menyambung hidup, laki-laki menjadi berkenalan dengan
peralatan modern dan belajar menyesuaikan diri dengan cara hidup modern,
peralatan modern dan belajar menyesuaikan diri dengan cara hidup modern,
sedangkan perempuan terus dalam cara-cara lama. Kemajuan ekonomi
sedangkan perempuan terus dalam cara-cara lama. Kemajuan ekonomi
menguntungkan pria sebagai penerima upah pada sektor modern, sedangkan
menguntungkan pria sebagai penerima upah pada sektor modern, sedangkan
kedudukan wanita tetap tak berubah, malahan mundur apabila akibat saingan
kedudukan wanita tetap tak berubah, malahan mundur apabila akibat saingan
dari sektor-sektor modern yang sedang tumbuh menghapuskanperusahaan
dari sektor-sektor modern yang sedang tumbuh menghapuskanperusahaan
tradisional yang dijalankan oleh perempuan. Jadi, bergandengan dengan
tradisional yang dijalankan oleh perempuan. Jadi, bergandengan dengan
perpecahan pada produktivitas dan sikap, kesenjangan pendapatan
perpecahan pada produktivitas dan sikap, kesenjangan pendapatan
cenderung muncul anara laki-laki dengan upah yang naik di sektor modern
cenderung muncul anara laki-laki dengan upah yang naik di sektor modern
dan perempuan dengan pendapatan yang tidak berubah atau merosot di
dan perempuan dengan pendapatan yang tidak berubah atau merosot di
sektor tradisional yang menyusut.49 Dan jika perempuan dipekerjakan juga di
sektor tradisional yang menyusut.49 Dan jika perempuan dipekerjakan juga di
dalam sektor modern biasanya itu untuk pekerjaan-pekerjaan upah rendah
dalam sektor modern biasanya itu untuk pekerjaan-pekerjaan upah rendah
49
Boserup, Ester, Peranan Wanita dalam Perkembangan Ekonomi, 1984, Jakarta : Yayasan Obor Indonesia, hal 132.
49
Boserup, Ester, Peranan Wanita dalam Perkembangan Ekonomi, 1984, Jakarta : Yayasan Obor Indonesia, hal 132.
42 | P a g e
42 | P a g e
Best Practice Pemberdayaan Mantan PSK (Pekerja Seks Komersial) 43
yang
yang tidak tidak memerlukan
memerlukan ketrampilan.
ketrampilan. Sedangkan
Sedangkan laki-laki
laki-laki mendapat
mendapat pekerjaan
pekerjaan
yang memerlukan
yang memerlukan keahlian.
keahlian. Jadi, peranan
Jadi, peranan yang diberikan
yang diberikan kepadakepada laki-laki
laki-laki dandan
perempuan,
perempuan, walaupunwalaupun di sektor
di sektor modern, modern, menunjukkan
menunjukkan perbedaan
perbedaan yang
yang
makin besar antara produktivitas dan pendapatan masing-masing.
makin besar antara produktivitas dan pendapatan masing-masing.
50
Anwar, Manajemen Pemberdayaan Perempuan : Perubahan sosial melalui Pembelajaran Vocational skills pada
50 Keluarga Nelayan,
Anwar, Manajemen 2007, Bandung
Pemberdayaan : Alfabeta,
Perempuan hal 92. sosial melalui Pembelajaran Vocational skills pada
: Perubahan
Keluarga Nelayan, 2007, Bandung : Alfabeta, hal 92.
43 | P a g e
43 | P age
Jalan Sunyi Muhammadiyah
44
Dalam ajaran Islam (al-Hadits) ditegaskan bahwa dalam menuntut ilmu
adalah wajib bagi setiap laki-laki dan perempuan. Dalam hal ini tidak ada
perbedaan gender dalam rangka memperoleh ilmu, dan ditegaskan pula oleh
Nabi SAW bahwa barang siapa ingin memperoleh kebahagiaan di dunia dan
di akhirat maka kuncinya adalah ilmu. Begitu juga masalah kewajiban syar’i
yang memang diwajibkan bagi laki-laki dan perempuan, seperti yang
termaktub dalam Q.S. An-Nahl (16):97 sebagai berikut :
Ditekankan dalam ayat ini bahwa laki-laki dan perempuan dalam Islam mendapat pahala yang sama dan bahwa amal
saleh harus disertai iman.
44 | P a g e
Best Practice Pemberdayaan Mantan PSK (Pekerja Seks Komersial) 45
Analisis gender tersebut menurut Wood (1994:18), dalam Anwar,2007:93)
terkait dengan budaya dan komunikasi. Masalah gender tidak dapat dipelajari
tanpa memahami budaya an komunikasi, karena sangat tergantung pada nilai
budaya dan praktek di masyarakat. Suatu pandangan budaya tentang jantan
dan betina menunjukkan bahwa bagaimana individu laki-laki dan perempuan
melakukan kegiatan komunikasi, dan bagaimana komunikasi indovidu
sebagai suatu kenyataan tentangmakna gender, dalam perubahan pandangan
budaya. Dalam suatu masyarakat, laki-laki memiliki sifat jantan dan betina,
demikian pula perempuan, tetapi terdapat penonjolan/ unsur dominan
berdasarkan jenis kemalin dan sosial budaya yang dianut. Akhirnya, gender
budaya, dan komunikasi interaktif dalam menguraikan pola pergeseran yang
terus menerus.
45 | P a g e
Jalan Sunyi Muhammadiyah
46
pertanian dan menjadi dominasi kaum laki-laki, penggunaan traktor dalam
pengolahan dan panen menghilang peran perempuan, dan semuanya
dikerjakan oleh kaum laki-laki.
46 | P a g e
Best Practice Pemberdayaan Mantan PSK (Pekerja Seks Komersial) 47
menyusun
menyusun program
program khususkhusus yang diperuntukkan
yang diperuntukkan bagibagi perempuan,
perempuan, agaragar dapat
dapat
mengejar
mengejar ketertinggalannya
ketertinggalannya dari dari
kaumkaum laki-laki
laki-laki di di berbagaibidang,
berbagai bidang,
meningkatkan
meningkatkan kegiatan
kegiatan khususkhusus peranan
peranan perempuan,
perempuan, dandan mengupayakan
mengupayakan
perluasan
perluasan kesempatan
kesempatan kerja kerja dan berusaha
dan berusaha di sektor
di sektor formal
formal dandan informal
informal
dengandengan meningkatkan
meningkatkan pengetahuan,
pengetahuan, ketrampilan,
ketrampilan, kesejahteraandan
kesejahteraan dan
produktivitas kerja serta peningkatan perlindungan kerja bagi perempuan
produktivitas kerja serta peningkatan perlindungan kerja bagi perempuan
(Achmad,1992:51-52, dalam Anwar,2007:95). 52
(Achmad,1992:51-52, dalam Anwar,2007:95).52
52
Anwar, Manajemen Pemberdayaan Perempuan : Perubahan sosial melalui Pembelajaran Vocational skills pada
52 Keluarga Nelayan,
Anwar, Manajemen 2007, Bandung
Pemberdayaan : Alfabeta,
Perempuan hal 95.
: Perubahan sosial melalui Pembelajaran Vocational skills pada
Keluarga Nelayan, 2007, Bandung : Alfabeta, hal 95. 47 | P a g e
47 | P a g e
48 Jalan Sunyi Muhammadiyah
Ada lagi Organisasi perempuannya dari Ormas-ormas di Indonesia misal
Fatayat NU, Aisyiyah, Nasyiatul asiyiyah pada jajaran pemudinya, IPPNU,
KOHATI dan beberapa organisasi lain yang mewadahi aspirasi perempuan.
Indonesia memasuki abad ke-20 adalah sebuah negeri yang muram. Setelah
runtuhnya kekuasaan-kekuasaan monarkis di Nusantara, negeri ini terbelenggu oleh
kolonialisme. Hampir segenap sendi kehidupan terpasung secara semena-mena
bersamaan dengan munculnya berbagai praktik kolonialisasi yang sengaja
merampas dan mencengkeram hak dan hajat hidup kaum pribumi. Sejarah panjang
kolonialisme itu berlangsung berabad-abad, sadis dan serakah, serta menimbulkan
getir trauma dan cedera historis yang cukup parah.
Di sisi ekonomi, ada dualistic ekonomi atau dual-economic system (Boeke, 1966)
yang akhirnya berlaku dalam perekonomian Indonesia di masa kolonial, bahwa di
satu sisi terdapat sebagain kecil kelompok sosial (terutama para kapitalis Eropa)
yang melakukan aktivitas ekonomi secara kapitalis dan integral dengan pasar global.
Sementara di sisi lain terdapat sebagian besar kelompok sosial (mayoritas pribumi)
Di tengah kemuraman mayoritas kaum pribumi itu, secara tak terduga muncul
sekelompok kecil masyarakat pribumi yang perlahan bergerak sebagai pengusaha
industri dan pedagang yang kuat. Katakanlah mereka misalnya pengusaha industri
batik, rokok, kerajinan, pedagang perantara dan pedagang keliling di daerah seperti
Pekalongan, Yogyakarta, Surakarta, Kudus, Pariaman, Palembang dan Banjarmasin.
Kelompok ini adalah kelas menengah pribumi dan merupakan sebagian kecil dari
wiraswastawan pribumi yang mampu bersaing pada tingkat lokal dengan para
pengusaha dan pedagang Eropa, Cina, Arab, dan India yang lebih dulu
mendominasi sektor-sektor ekonomi. Sebagian besar kelas menengah pengusaha
dan pedagang pribumi ini memiliki latar belakang agama Islam dan ikatan sosial
yang kuat, satu hal yang sebenar-benarnya paradoks dengan mayoritas pribumi
yang umumnya Muslim.
50 | P a g e
52 Jalan Sunyi Muhammadiyah
melahirkan gagasan-gagasan besar sampai akhirnya memicu kelahiran
Muhammadiyah pada 18 November 1912.
“Kira-kira pada pergantian abad ini banyak orang Islam Indonesia mulai
menyadari bahwa mereka tidak akan mungkin berkompetisi dengan kekuatan-
kekuatan yang menantang dari pihak kolonialisme Belanda, penetrasi Kristen dan
perjuangan untuk maju di bagian-bagian lain Asia apabila mereka terus
melanjutkan kegiatan dengan cara-cara tradisional dalam menegakkan Islam.
Mereka mulai menyadari perlunya perubahan-perubahan, apakah ini dengan
53
Markus, Sudibyo dkk, Menuju Peradaban Utama : Membedah Peran Muhammadiyah di Ruang Publik, 2011,
Jakarta : Al-Wasath dan Civil Islamic Institue, hal 79.
54
Abdullah, Taufik, Islam dan Masyarakat : Pantulan Sejarah Indonesia, Cet. 1, 1987, Jakarta : LP3ES, hal 91.
55
Noer, Deliar, Gerakan Modern Islam di Indonesia 1900-1942, 1982, Jakarta : LP3ES, hal 37,
Haji Abdul Malik Karim Amrullah (HAMKA), sebagaimana yang dikutip oleh
Syafi’i Ma’arif menyatakan bahwa ada tiga faktor yang mendorong lahirnya gerakan
Muhammadiyah.56
1. Keterbelakangan serta kebodohan umat Islam Indonesia di hampir semua aspek
kehidupan
2. Kemiskinan yang sangat parah diderita umat Islam justru dalam suatu negeri yang
kaya seperti Indonesia.
3. Keadaan pendidikan Islam yang sudah dangat kuno.
56
Maarif, Syafi’i, Islam dan Masalah Kenegaraan, 1986, Jakarta : LP3ES, hal 66.
52 | P a g e
53 | P a g e
Best Practice Pemberdayaan Mantan PSK (Pekerja Seks Komersial) 55
Kewirausahaan mulai dari pusat hingga ranting. Hal ini perlu stimulus baik secara
kulturan maupun struktural agar memperuncing misi besar dakwah melalui
ekonomi dan berdikari dalam ekonomi Muhammadiyah.
Muhammadiyah sebagai salah satu ormas Islam yang memiliki amal usaha baik
di bidang pendidikan, rumah sakit dan panti asuhan. Hal ini jika dilihat dari
pandangan humanitas, gerakan Muhammadiyah dapat dilihat sebagai sebuah
dikotomi antara subyek dan objek gerakan. Muhammadiyah memposisikan orang-
orang yang kaya (mampu secara iman dan materi), sementara golongan orang yang
lemah (baik lemah secara iman mauun materi) sebagai objek. Hal ini bisa dilihat dari
pola awal semangat yang dibangun oleh pendiri Muhammadiyah, yakni KH Ahmad
Dahlan beserta pemimpin-pemimpin persyarikatan lainnya. Pada saat itu, para
pengurus adalah orang-orang yang suah mapan ekonominya dan tergolong sebagai
kelompok elit muslim puritan. Mereka sebagai kaum borjuis yang rasional dan
individualis maupun mandiri, namun tidak egois. Hidup sederhana dan etos kerja
yang saleh-asketis dengan harta kekayaan yang diperlehnya sendiri, mengabdikan
dirinya secara rajin dan jujur pada aktivitas bisnis dan sosial-keagamaan sekaligus.
Spirit surat Al-Ma’un bukan sekadar pendirian panti asuhan yatim piatu dan
rumah sakit, namun lebih dari itu adalah suatu bentuk kritik atas kecenderungan
elitisme dan kapitalisasi keagamaan dan komunitas muslim kaya di masa itu
sebagaimana kritikan surat At-Takatsur oleh para tokoh pendiri Muhammadiyah
sesuai penafsiran yang mendalam. Sementara legenda surat Ali-Imran ayat 104 lebih
bisa dipahami sebagai rasionalisasi managerial gerakan dakwah pengembangan
kebaikan sosial (Al-Kairat, Al-Ma’rufat), peniadaan atau pencegahan ketidakadilan
sistem (Al-Munkarat).
57
Lihat, Malik, Nazaruddin dkk, Gerakan Ekonomi Muhammadiyah : Kajian dan Pengalaman Empiris, 2010, Malang
: UMM Press.
54 | P a g e
Apa yang diuraikan tersebut menunjukkan bahwa ada kata kunci yang menjadi
pilar keberhasilan Muhammadiyah dalam melakukan akumulasi modal baik
material, sosial, maupun spiritual. Kata kunci tersebut adalah adanya kesadaran dan
keberdayaan orang-orang Muhammadiyah (Pimpinan dan anggota) dalam ber-
Muhammadiyah. Orang-orang Muhammadiyah sangat menyadari akan posisinya
sebagai kelas menengah yang memiliki surplus ekonomi dibandingkan kebanyakan
orang.
56 | P a g e
Jalan Sunyi Muhammadiyah
58
dakwah, yaitu dakwah Bil Hal. Teologi dan doktrin Islam mengajarkan untuk
berbuat nyata. Dalam kerangka dakwah ekonomi, ada empat pokok pikiran yang
dijadikan framework materi dakwah ekonomi Muhammadiyah sebagai
pengejawantahan dakwah Bil Hal, yakni :
Pertama, menanamkan dan mengembangkan semangat dan etos kerja Islami.
Etos kerja menjadikan pertimbangan penting dalam meningkatkan peran
Muhammadiyah dalam pemberdayaan ekonomi. Meningkatkan etos kerja warga
Muhammadiyah dapat dilakukan dengan pendekatan teologi bahwa kerja
merupakan ibadah. Banyak bukti teologi komparatif yang telah menyebutkan betapa
pentingnya etos kerja dilihat dari dimensi keagamaan. Dalam kaitan ini, ada
beberapa pesan yang dapat dikaji kembali yakni mencari nafkah adalah ibadah bagi
setiap muslim, rajin dan tekun dalam mencari nafkah, hemat, karena boros adalah
perbuatan syaitan, dan ikhtiar dengan segala cara agar mencapai keberhasilan.
Kedua, menanamkan dan mengembangkan etika bisnis Islami. Hal ini penting
dalam kaitan dengan ajaran teologis bahwa mencari nafkah secara halal dan jujur,
oleh karenanya menjauhi cara-cara mendapatkan rizki dari pekerjaan, kegiatan
usaha atau cara yang diharamkan.
Ketiga, menumbuhkan semangat tolong menolong (ta’awun) antara sesama
warga di dalam bidang ekonomi untuk membangun kekuatan bersama dan dapat
memecahkan berbagai permasalahan dalam menjalankan usaha bersama.
Keempat, mendorong semangat pemberdayaan yang bertumpu kepada
kekuatan dan kemampuan bersama warga masyarakat itu sendiri (community base
development).
Selanjutnya dalam pengembangan ekonomi Muhammadiyah, prinsip-prinsip
yang dianut adalah :
a. Prinsip Rahmatan lil ‘alamiin, terutama menjadi rahmat bagi :
- Organisasi Muhammadiyah dan warga Muhammadiyah
- Umat Islam di Indonesia
- Indonesia dan Bangsa Indonesia
Semua prinsip itu ideal dalam bentuk aksi konkret yang terukur dan terkendali
melalui stategic plan dan annual yang akuntabel.
58 | P a g e
60 | P a g e
Jalan Sunyi Muhammadiyah
62
Sektor tradisional mencakup kegiatan pertanian, peternakan, dan perikanan
rakyat di luar daerah perkotaan serta berbagai kegiatan informal di perkotaan. Sektor
modern mencakup tidak saja industri manufaktur tapi juga lingkup usaha
perdagangan, perkebunan dan pertambangan. Tolok ukur pembeda antara dua
sektor tersebut terletak pada orientasi kegiatannya. Pada sektor tradisional, kegiatan
ekonomi berkisar untuk memenuhi kebutuhan konsumsi (subsistence economy).
Sedangkan sektor modern terdapat kegiatan produksi dengan menggunakan
peralatan modal dan tenaga kerja bayaran. Produksi diatur dan dikelola oleh
golongan pemilik modal dan atau para enterpreneur. Hasil produksinya dijual untuk
memperoleh laba.
Di sinilah letak tantangan yang cukup berat bagi Muhammadiyah. Di satu sisi
Muhammadiyah dikenal sebagai organisasi yang berbasis kelas menengah dan
memiliki potensi kemampuan melakukan pembaruan dalam dinamika modernitas
ekonomi. Di sisi lain, Muhammadiyah dihadapkan pada kecenderungan perilaku
kelas menengah baru di kalangan masyarakat yang cenderung kontra produktif.
Di sisi lain, terkait basis Teologi Muhammadiyah yang berpihak pada kaum
lemah menjadi perhatian khusus dalam menyelaraskan gerakan. Yakni sebagai
gerakan yang bermasa kelas menengah-elit, namun gerakannya harus senantiasa pro
62 | P a g e
Jalan Sunyi Muhammadiyah
64
BAB V
Kemiskinan dan ketertindasan selalu ada dan menjadi bagian dari problem yang
menjadi isu abadi. Islam sering menyebut istilah kemiskinan danketertindasan
dengan dua payung kata kunci, yakni dhuafa58 atau mustadh’afin59. Dalam konteks
kontemporer, pemahaman tentang kemiskinan dan ketertindasan lebih banyak
berkaitan dengan problem otoritas dan struktural. Oleh karena itu penyebutan
kemiskinan dan ketertindasan lebih tepat menggunakan ungkapan “mustadh’afin
kontemporer”. Karakteristik mustadh’afin antara lain:60
1. Mereka adalah individu dan atau kelompok sosial yang berada dalam posisi
“minoritas” (qolil) baik secara kuantitatif dan atau kualitatif.
2. Mereka merupakan individu dan atau kelompok sosial yang menderita
kerentanan terhadap penindasan terstruktur baik oleh kebijakan politik, ekonomi
dan sosial (istidh’af).
3. Mereka dalah individu dan atau kelompok sosial yang belum terbebas dari rasa
takut (khawf) dan karenanya juga tidak memiliki keberanian untuk melakukan
perlawanan tehadap penindasan.
58
“Orang yang lemah” dalam arti bawaan sejak lahir atau karena musibah dan kecelakaan (QS. At-Taubah 9:91)
59
“orang yang dilemahkan atau ditindas” oleh pihak lain yang lebih berkuasa dan ketat(QS al-Anfal 8:26)
60
Baidhawy, Zakiyuddin, Teologi Neo Al-Maun : Manifesto Islam menghadapi Globalisasi Kemiskinan Abad 21, 2009,
Yogyakarta:Surya Sarana Grafika, hal 103.
Sayang sekali, kebanyakan orang lupa tentang implikasi yang sesungguhnya dari
kesenjangan dan ketidakadilan karena mabuk oleh cara berpikir tentang uang sebagai
kekayaan. Uang adalah klaim tentang kekayaan. Hanya angka yang ada dalam otak
sebagian besar penduduk dunia sekarang ini. Gambaran berikut menunjukkan suatu
sistem kemaruk ysng beraliansi dengan kepentingan-kepentingan korporasi, daripada
aliansi dengan kepentingan kemanusiaan dan lingkungan alam. 61
Sistem semacam ini tak dapat dipungkiri telah merampas kekayaan dan
kekuasaan dari mayoritas ke minoritas; menciptakan konsentrasi kekayaan dan
kekuasaan yang terus meningkat untuk segelintir orang, sehingga mendorong gaya
hidup extravagan yang mubadzir, boros, dan sia-sia pada sebagian kecil orang, dan
pada saat yang sama melahirkan deprivasi dan perbudakan bagi bilyunan orang; dan
mempercepat kehancuran kekayaan alam yang telah merampas kehidupan bilyunan
penduduk bumi. Kecenderungan semacam ini akan menjegal nasib umat manusia
jika dibiarkan terus berlanjut.(Baidhawy, 2009:118-119)
61
Ibid, hal 117.
64 | P a g e
1. Melaksanakan fungsi sebagai public sphere atau ruang publik yang independen,
bebas dari campur tangan negara dan pasar.
2. Bertumpu pada kekuatan komunitas basis, serta didukung oleh solidaritas
kolektif atau interaksi dinamis antar kelompok dan jaringan, serta cohessiveness
antar anggota komunitas.
3. Sebagai modal sosial (social capital), penyeimbang terhadap proses demokratisasi
dan good governance.
4. Menjunjung tinggi nilai dan martabat kemanusiaan, menghargai perbedaan, anti
kekerasan, mengedepankan musyawarah mufakat.
5. Menuju terwujudnya masyarakat Islami yang berkemajuan.
6. Didukung oleh sistem gerak Islami, organisasi dan kepemimpinan, sumber daya
manusia yang berkualitas, serta kesinambungan aksi dan pelayanan.
7. Realitas masyarakat Islam adalah tatanan dan kondisi ideal masyarakat yang
selalu berubah dan berkembang, sesuai kondisi dan harapan pada suatu tempat
dan waktu tertentu.
Muhammadiyah sebagai salah satu organisasi Islam yang bergerak dalam ranah
sosial-keagamaan dengan konsep teologi al-Maun. Bukan rahasia umum lagi jika dari
62
Ibid, hal 125.
63
Baidhawy, Zakiyuddin, Teologi Neo Al-Maun : Manifesto Islam menghadapi Globalisasi Kemiskinan Abad 21, 2009,
Yogyakarta:Surya Sarana Grafika, hal ix-xi.
1. Faqir, Definisi Faqir sering tumpang tindih dengan miskin. Untuk membedakan
faqir dari miskin, setidaknya ada dua ciri utama mereka yang masuk dalam
kategori faqir ini, yakni orang yang tidak mempunyai apapun, dan orang-orang
yang cacat jasmani (al-Mawardi, tt.:vol.2,374). Dua ciri ini menandakan bahwa
faqir adalah orang yang cacat jasmani (karena bawaan atau aksiden), atau cacat
ketrampilan dan dengannya ia tidak memiliki penghasilan, tidak produktif atau
rendah produktivitasnya (unproductive or low productivity).
2. Miskin. Orang miskin adalah mereka yang sehat jasmaninya dan memiliki harta
namun tidak mencukupi (al-Mawardi, tt.: vol.2, 374-376). Ciri lain orang miskin
adalah lemah dalam hal pekerjaan (al-Tabari,1992: vol. 6,396). Dua ciri ini
menunjukkan bahwa apa yang disebut miskin adalah orang-orang yang secara
jasmani sehat sehingga memungkinkan untuk bekerja secara normal namun
pendapatan mereka jauh dari mencukupi kebutuhan yang layak. Kategori ini
dapat diperluas mencakup mereka yang rendah pendapatannya (low income), dan
64
Baidhawy, Zakiyuddin, Teologi Neo Al-Maun : Manifesto Islam menghadapi Globalisasi Kemiskinan Abad 21, 2009,
Yogyakarta:Surya Sarana Grafika, hal 105-110.
66 | P a g e
68 Jalan Sunyi Muhammadiyah
akibatnya rendah permintaannya akan kebutuhan-kebutuhan (low demand), dan
rendah investasi (low investment), serta tidak memiliki pasar (makerless).
3. Amil. Amil adalah mereka yang memilikitanggungjawab khusus mengurus zakat,
sejak mengumpulkan sampai mendistribusikan. Amil bisa berupa individu
maupun lembaga resmi yang mengelola pengambilan sekaligus pemanfaatan
zakat. Kini lembaga-lembaga pengelola zakat telah berbentuk badan hukum dan
diakui keabsahannya melalui undang-undang zakat. Tentu saja manajemen
berhak untuk mengambil sebagian hasil zakat itu untuk menggaji pegawainya.
4. Mu’allaf. Sebutan mu’allaf ditujukan kepada mereka yang memperoleh atau
menerima pemberian zakat dengan maksud untuk menjinakkan, membujuk atau
melembutkan hati mereka terhadap Islam. Menurut al-Mawardi, mereka terbagi
ke dalam dua kelompok : (1) Kaum Muslim : yang niatnya untuk memeluk agama
Islam masih lemah, kemudian diberi bagian zakat dengan maksudagar mereka
mengurungkan niatnya; dan mereka yang condongke Islam kemudian diberi
bagian zakat agar menjadi muslim (al-Mawardi, tt.: vol. 2,374-376). Dengan
demikian mu’allaf adalah orang-orang yang perlu dibujuk dan jinakkan hatinya
melalui pemberian sesuatu untuk kepentingan kemaslahatan kaum Muslim secara
umum.
5. Riqab. Riqab adalah bentuk jamak dari Raqabah. Kata ini berarti budak atau
hamba sahaya yang dibeli dengan cara diundi. Ungkapan wa fi al-riqab dimaknai
sebagai aspek-aspek yang berhubungan langsung dengan kemaslahatan umum
(al-mashalih al-‘ammah), yakni bahwa peruntukan zakat dapat disalurkan untuk
memerdekakan budak, atau diberikan kepada orang Muslim yang tidak
memperoleh penghasilan memadai untuk menebus dirinya sendiri kepada
majikannya meski ia telah bekerja keras dengan segala daya (al-mukatabun) (al-
Zuhayli, 1991: vol. 9, 261;271). Islam berbicara tentang budak terkait dengan
perintah untuk memerdekakan mereka melalui berbagai cara : seperti membayar
diyat pembunuhan, kafarat melanggar sumpah, kafarat bagi mereka yang
menarik kembali zihar terhadap istri. Meskipun sistem perbudakan sudah
68 | P a g e
70 Jalan Sunyi Muhammadiyah
karenanya wajar jika mereka memperoleh bagian zakat. Dalam konteks sekarang,
sabilillah bisa diperluas maknanya mencakup mereka yang berjuang secara
sukarela (voluntarisme) untuk kebaikan kemanusiaan dan lingkungan. Mereka
juga berkorban dengan harta dan jiwa, rela meninggalkan keluarga untuk
mendedikasikan tenaga dan pikiran mereka bagi kepentingan orang lain.
Indovidu dan lembaga semacam ini sekarang terus berkembang.
8. Ibnu Sabil. Ibnu sabil biasa dipahami sebagai orang-orang yang dalam perjalanan
dan tidak memiliki nafkah atau kehabisan perbekalan. Kelompok ini diberikan
jaminan secukupnya dari pembiayaan zkat sehingga ia mampu kembali pulang ke
tempat tinggalnya. Untuk konteks kontemporer, makna ibnu sabil sudahtidak
tepat dimaknai sebagai musafir, karena musafir saat ini adalah orang-orang yang
cukup mampu untuk melakukan perjalanan. Ibnu sabil kontemporer adalah
mereka yang disebut tuna wisma atau gelandangan, hidup terlunta-lunta, tidak
punya tempat tinggal untuk berteduh dari terik matahari dan siraman hujan, dan
para buruh migranyang rentan atas penindasan dan membutuhkan, mereka perlu
mendapatkan perlindungan hukum dan sosial, juga para pengungsi akibat
bencana, konflik dan peperangan.
9. Sa’il dan Mahrum. Dua kelompok itu merujuk pada orang melarat dan papa,
bedanya yang pertama “berani” meminta belas kasihan dari orang lain dan
karenanya pantas disebut pengemis; sementara yang terakhir mash memiliki
harga diri untuk tidak meminta-minta. Keduanya memiliki hak terhadap orang
kaya.
10.Yatim. Yatim adalah bagian dari kaum mustadh’afin. Pengertian umum dari
kelompok ini adalah anak-anak yang ditinggalkan oleh salah satu atau kedua
orang tuanya karena meninggal dunia. Kini keberadaan yatim semakin meluas
sesuai dengan perkembangan zaman. Mereka yang dapat dimasukkan dalam
kategori ini mencakup juga anak-anak yang kelahirannya tidak dikehendaki
(unwanted children) oleh kedua orangtuanya dengan berbagai alasan reproduksi
dan ekonomi dan anak-anak yang kurang asuh (nurturing) dari kedua orang
Dalam konteks pelacuran di Dupak Bangunsari dan Tambak Asri yang menjadi
fokus dalam pembahsan ini, maka para pelacur atau yang lebih dikenal dengan
wanita tuna susila (WTS) maupun pekerja seks komersial (PSK) yang disebutkan di
atas masuk dalam kategori
Memiliki ciri semangat membangun tata sosial dan pendidikan masyarakat yang
lebih berperadaban (maju dan terdidik). Organisasi yang diinisiasi oleh KH. Ahmad
Dahlan ini menampilkan ajaran Islam bukan sekedar agama yang bersifat pribadi dan
statis, tetapi dinamis dan berkedudukan sebagai sistem kehidupan manusia dalam
segala aspeknya. Tujuan gerakan adalah guna membentuk ummah yang memiliki ciri-
ciri sebagaimana digambarkan dalam al-Qur’an sebagai ummat yang taat kepada
70 | P a g e
Jalan Sunyi Muhammadiyah
72
Allah, bersatu, wasathan, adil dan umat pilihan, serta selalu mengajak beramar ma’ruf
nahi munkar.
Islam mengandung ajaran yang sangat mulia, yaitu menegakkan keadilan, dan
memerintahkan umatnya untuk berlaku adil pada setiap orang. Keadilan sosial
menjadi isu penting dalam pemikiran Islam kontemporer, karena melebarnya jurang
ketidakadilan sosial dan ekonomi yang dialami masyarakat Islam dewasa ini. Tujuan
Islam adalah membebaskan kaum tertindas dan mereka yang kurang mampu.65
65 Chalil, Zaki Fuad (Sayed Mahdi ed.), Pemerataan Distribusi Kekayaan dalam ekonomi Islam, Jakarta : Erlangga, 2009, hal 190.
71 | P a g e
72 | P a g e
74 Jalan Sunyi Muhammadiyah
Serta memposisikan mereka sebagai Muallaf dalam hal derajat religiusitas.
Maupun sebagai gharim, baik saat menjadi PSK (hutang kepada germo), saat
peralihan awal dari PSK ke profesi baru. Sehingga tidak ada alasan bagi PCM
Krembangan untuk acuh dan lari dari tanggungjawab atas persoalan sosial
tersebut, terlebih atas nama kumpulan orang-orang yang beriman kepada Allah
untuk menegasikan hablumminannas-nya dalam berbagi rizki, ilmu maupun
kesempatan bagi mereka agar mampu mengangkat derajat mereka.
3. Sebagai langkah kongkrit Muhammadiyah melalui PCM Krembangan dalam
peran aktifnya melakukan pemberdayaan masyarakat di luar campur tangan
pemerintah.
Hal ini tidak lain ditujukan dalam rangka mewujudkan masyarakat Islam
yang sebenar-benarnya dengan mendayagunakan segala potensi baik dari
internal jajaran PCM Krembangan (dalam hal ini sebagai subyek) maupun potensi
mantan-mantan PSK yang bersedia menjadi mitra binaan PCM Krembangan
(sebagai obyek dan subyek pemberdayaan) dalam melaksanakan program
pemberdayaan ekonomi. Dibuktikan dengan upaya advokasi pasca penutupan
yang harus dikawal oleh civil society, dalam hal ini adalah ormas maupun LSM
tertama pemerintah dalam mencapai misi besar kesejahteraan untuk keberadaban
masyarakat.
Adapun program pemberdayaan yang dilakukan oleh PCM Krembangan
sebagai berikut :
1. Pemberdayaan mental dan religiusitas (keberagamaan)
Program pemberdayaan ini ditujukan dalam dalam rangka penguatan
iman dan takwa kepada Tuhan Yang Maha Esa (YME). Karena Iman sebagai
dasar utama seseorang yang tercermin dalam perilaku beragama dan ber-
muamalah dalam keseharian hidupnya, sehingga bisa dipastikan dengan dasar
iman yang baik dan benar menghasilkan amalan dunia yang berkiblat pada
kitab suci al-Qur’an dan hadits. Sesuai dengan konsepnya Max Weber terkait
etika protestan yang memicu kapitalisme. Dalam hal ini adalah spirit agama
74 | P a g e
Jalan Sunyi Muhammadiyah
76
nurani dan spirit etos kerja para mantan PSK dalam menjadi mitra binaan PCM
Krembangan.
Ada 2 (dua) pembagian daerah binaan PCM Krembangan yaitu Bangunsari
dan Tambak Asri. Kedua daerah ini memiliki karateristik yang berbeda, misal
dari segi kondisi ekonomi rata-rata penduduknya, kondisi sosio-kultural
maupun kondisi sosio-religiusitasnya.
a. Bangunsari
Di daerah eks-lokalisasi ini, kondisi sosio-kulturalnya bisa
dikatakan sebagian besar berpenduduk golongan menengah ke atas. Hal
ini bisa dilihat dari kondisi perumahan yang hampir seperti perkotaan.
Artinya bangunan sosial yang terbangun layaknya perkotaan yang
individu dan kondisi lingkungan yang memadai. Sehingga pemberdayaan
yang dilakukan di Bangunsari dengan membuat warung maupun mini-
usaha lainnya kurang efektif. Ditengarai pasca penutupan lokalisasi,
bangunsari menjadi sepi pendatang maupun lalu-lalang orang yang mulai
berkurang, sehingga suasana perekonomian yang tidak secerah
sebelumnya.
Hal ini terbukti dengan 2 mantan PSK mitra binaan PCM
Krembangan yang melepaskan diri dari program PCM Krembangan, dan
tidak dipungkiri karena satu atau lain hal. Sehingga sampai penulis
mengangkat karya ini, usaha binaan yang masih bertahan di Bangunsari
adalah mantan PSK yang menjadi mitra binaan dari salah satu jajaran PCM
sekaligus PC Aisyiyah Krembangan di UKM (usaha kecil menengah) DMB
(dupak makmur bersama). Dan beberapa yang masih aktif di grup usaha
batik tulis dan pembuatan keset. Sementara kondisi sosio-religiusitasnya
bisa dikatakan memadai, artinya karena kondisi masyarakatnya yang mirip
perkotaan yang bersih dan teratur sehingga masjid-masid ramai warga,
terutama bulan Ramadhan (saat penulis melakukan penelitian).
76 | P a g e
78 Jalan Sunyi Muhammadiyah
pengkomunikasian yang relatif mudah dan kondusif. Adapun seringnya
hambatan keaktifan lebih sering muncul dari pribadi mitra binaan.
Adapun kondisi sosio-religi masyarakat umumnya tidak sesemarak di
daerah Bangunsari. Hal unik dalam setiap momentum pembinaan dari PCM
Krembangan selalu dihadiri oleh mantan PSK mitra binaan. Diantaranya
;“yah..tiada lain misi keaktifan mereka karena ada uang pembinaan mbk”, celetuk Bu
Yuhroh Laila, salah satu pendamping sekaligus koordinator pemberdayaan PCM
Krembangan wilayah Tambak Asri. Namun, tim PCM Krembangan tidak kurang
ide, melalui forum ini pula banyak dilakukan sharing-sharing terkait
perkembangan usaha maupun pembinaan secara mental melalui motivasi-
motivasi.
Karena memang spirit awal dakwah PCM Krembangan untuk mengubah
kampung prostitusi menjadi kampung santri, sehingga tanpa perlu menunggu
pemerintah untuk melakukan pemihakan pada kaum Mustadh’afin yakni para
PSK. Melalui beragam program dan kegiatan dari PCM Krembangan yang
mengikutsertakan para PSK baik secara langsung mautun tidak langsung. Hingga
muncul program binaan untuk PSK maupun mantan PSK. Berdasar data dari arsip
PCM Krembangan, data PSK binaan Tahap 1 sejumlah 25 orang (Pembinaan di
masjid At-Taqwa Bangunsari), sementara PSK binaan tahap 2 sejumlah 48 orang
(Pembinaan di SD Muhammadiyah 11), jadi total ada sekitar 73 PSK yang dibina
sekaligus verivikasi untuk kelayakan berusaha (berwiraswasta). Dan dari 73 PSK
maupun mantan PSK yang dianggap layak dibuatkan usaha, selang beberapa
waktu dan seleksi alam yang terdokumentasi hanya sebesar 40 orang.
Setelah melalui proses seleksi, penelusuran minat dan bakat usaha,
pelatihan dan pemberian modal. Dari 40 orang tersebut, seiring berjalannya waktu
berkurang menjadi 35 orang. Dari 35 PSK/ mantan PSK sebelum penutupan
mengalami seleksi alam terutama dengan adanya kebijakan penutupan lokalisasi
secara resmi oleh Pemkot Surabaya. Akhirnya pasca penutupan lokalisasi
bertahan sekitar 17 mantan PSK yang dibina oleh PCM Krembangan melalui
78 | P a g e
Jalan Sunyi Muhammadiyah
80
ŝĂŐƌĂŵϰ͘ϭ
ZĂŐĂŵhƐĂŚĂDĂŶƚĂŶW^<ďŝŶĂĂŶWD
<ƌĞŵďĂŶŐĂŶ
laundri
warung
anggota UKM DMB
lain-lain (menatu, jual sayur dan jual es degan)
20% 20%
33%
27%
Adapun proosentase rata-rata umur dan ragam usaha para mantan PSK
yang menjadi mitra binaan PCM Krembangan sebagai berikut :
ŝĂŐƌĂŵϰ͘Ϯ͘
ZĞƌĂƚĂƵŵƵƌŵĂŶƚĂŶW^<ŵŝƚƌĂďŝŶĂĂŶWD
<ƌĞŵďĂŶŐĂŶ
< 30 tahun 31-40 tahun 41-50 tahun 51-60 tahun
7% 20%
27%
46%
Yang perlu digaris bawahi di sini adalah terkait rerata umur mantan PSK
yang menjadi mitra binaan PCM Krembangan. Sekaligus upaya menggambarkan
kondisi pelacuran di lokalisasi Bangunsari maupun Tambak Asri sebelum
penutupan.
Berdasar prosentase umur mitra binaan PCM Krembangan dapat diketahui
bahwa mitra binaan didominasi oleh mantan PSK yang berumur 31-40 tahun
sebesar 46% atau dari 15 sampel terdiri dari 7 orang, kemudian disusul
mitrabinaan umur 41-50 tahun sebanyak 27% terdiri dari 4 orang, dan umur < 30
79 | P a g e
Best Practice Pemberdayaan Mantan PSK (Pekerja Seks Komersial) 81
tahun sebanyak 20% atau 3 orang, dan umur 51-60 tahun 7% atau 1 orang.
Dominasi rata-rata umur 31-40 tahun karena imbas dari salah satu prasyarat yang
harus dipenuhi mantan PSK untuk menjadi mitra binaan PCM Krembangan.
Hal tersebut bisa dimaknai lebih jauh lagi, berdasarkan status kelas
lokalisasi Bangunsari maupun Tambak Asri adalah kelas kedua setelah Ndoly dan
Njarak, artinya terkait kualitas PSK maupun animo penjaja seks di dua lokalisasi
ini memang bukan target utama pasar. Sehingga upaya penutupan Pemkot
Surabaya tidak sama hebohnya saat penolakan penutupan lokalisasi di Ndolly
dan Njarak.
Hanya saja hal ini perlu yang digaris bawahi bahwa rerata umur mantan
PSK yang menjadi mitra binaan PCM Krembangan adalah ibu-ibu yang memiliki
beban anak dan keluarga di desa yang setiap bulannya menunggu kiriman uang
dari mereka. Sehingga peluang ini yang disambut dengan program
pemberdayaan Muhammadiyah dalam rangka menjaga ketahanan ekonomi
keluarga mantan PSK terlebih pasca penutupan dua lokalisasi tersebut.
Adapun program pemberdayaan mantan PSK menjadi tanggung jawab
sepenuhnya seluruh jajaran PCM Krembangan, melalui tenaga teknis lapangan
yang didedikasikan dari beberapa ketua maupun anggota masing-masing majelis
di PCM Krembangan. Berdasar hasil wawancara dengan ketua PCM Krembangan,
dalam rangka mengawal dan menyukseskan program pemberdayaan mantan
PSK dibentuk 25 orang relawan untuk Bangunsari dan Tambak Asri. Yang
bertugas menjembatani para mantan PSK mitra binaan terhadap pemenuhan
kebutuhan maupun perkembangan usahanya, melakukan pembinaan kepada
mantan PSK, menjalin komunikasi yang intens dalam rangka membantu
mencarikan solusi atas permasalahan usaha.
Karena tim relawan inilah yang langsung dan intens bersentuhan dengan
mitra binaan mantan PSK, maka tugas relawan berat dalam menghadapi polah
para mantan PSK. Hal ini pula yang menjadi salah satu alasan jumlah relawan
sampai penelitian ini ditulis jumlahnya berkurang, selain tidak dipungkiri faktor
80 | P a g e
82 Jalan Sunyi Muhammadiyah
kerja sosial tanpa ada upah yang jelas bahkan bisa mengancam hubungan ‘rumah
tangga’ para relawan. Hal ini terbukti, “di Tambak Asri ada 10 relawan, dan
kalkulasinya 1 mitra binaan bisa dipegang 2 orang relawan sebagai pendamping. Tetapi
dalam kenyataannya tidak berjalan, dan yang berkerja hanya beberapa relawan. Sementara
dari pihak koordinator dan PCM Krembangan tidak bisa bertindak secara tegas karena
sadar akan berat dan halangan tanggungjawab menjadi relawan pendamping, sehingga
melalui beberapa orang yang tetap istiqomah ini setumpuk agenda pemberdayaan dibagi
sedemikian rupa mbak,” Jelas Bu Yuhroh Laila, anggota majelis MPKS PCM dan
PCA Krembangan.
Dalam penjaringan mantan PSK yang berhak mengikuti pemberdayaan
Muhammadiyah dan menjadi mitrabinaan sebagai berikut :
a. Usia maksimal 45 tahun
b. Memiliki motivasi kuat menjalankan usaha
c. Bersedia untuk dimonitori
d. Pekerja keras dan mau menggeluti usahanya untuk seterusnya
e. Pengembangan usaha menjadi tanggungjawab mitra binaan sendiri
Adapun langkah awal yang dilakukan oleh PCM Krembangan untuk
menjaring mitra binaan dari mantan PSK melalui ajakan langsung dari para
jajaran PCM Krembangan maupun relawan, melalui info dari mulut ke mulut, door
to door dari wisma, maupun dari pasien salah satu dokter anggota PCM
Krembangan. Dalam proses pengajuan diri, verifikasi sampai pemberian modal
usaha tidak memakan waktu yang lama, sehingga bisa dikatakan cepat
prosedurnya.
Pada awal pembukaan dan penjaringan mitra binaan dari mantan PSK
Bangunsari dan Tambak Asri ada 40 orang, setelah melalui proses verifikasi sisa
17 orang, kemudian dirampingkan lagi melalui pengelompokan usaha maupun
pemagangan mereka di rumah-rumah kreatif yang dibangun PCM Krembangan
bekerjasama dengan PJB (Pembangkitan Jawa Bali) sehingga terbentuk rumah
84 | P a g e
BEST PRACTICE
85 | P a g e
Best Practice Pemberdayaan Mantan PSK (Pekerja Seks Komersial) 87
upaya penyembuhan atas kedirian,- sistem lingkungan dan budaya, serta sistem
ekonomi sosial inilah yang disebut sebagai upaya rehabilitasi sosial.
Ijtihad dakwah sosial yang dilakukan PCM Krembangan disebut oleh Najib Burhani
sebagai purifikasi sosial, yakni purifikasi moral dengan sub- yek dunia prostitusi.
Purifikasi yang lazim digunakan Persyarikatan adalah adanya pemurnian ajaran agama,
terutama dalam hal ubudiyah yang harus dikembalikan- lagi pada al-Qur’an dan Hadits.
Sementara purifikasi sosial yang dimaksud tersebut sebagai upaya pemurnian atas moral
masyarakat di kawasan lokalisasi dengan melakukan berbagai pendekatan dengan me-
rujuk- pada misi besar Muhammadiyah.
Ijtihad dakwah sosial mengharuskan adanya inovasi kreatif atas tipologi maupun-
strategi dakwah dalam mencapai tujuan yang diinginkan. Bukan sekedar dakwah di
mimbar-mimbar maupun dakwah konvensional lain. Pembaharuan metode maupun
strategi yang digunakan Muhammadiyah diperankan sesuai konteks lokalisasi yang
didekati.
Ijtihad dakwah sosial inipun bukan hanya terletak pada muatannya, na- mun obyek
dari dakwahnya pun ditafsir ulang sehingga berimplikasi pada strategi pendekatan yang
dijalankan. Muhammadiyah Krembangan dan Putat- mampu menerjemahkan ijtihad
dakwah sosial di lokalisasi dengan tepat, sehingga mampu mendekati bahkan
menyentuh aktivitas prostitusi dari segala arah dengan mengadopsi berbagai
pendekatan, baik secara jamaah atau terlembaga maupun secara privat.
86 | P a g e
88 Jalan Sunyi Muhammadiyah
(PSK) Bangun- sari-Bangunrejo Kelurahan Dupak yang sudah ada sejak tahun 1960-an
dan menjadi sangat ramai pada tahun 1970-1980-an. Kemudian disusul dengan-
lokalisasi PSK Kermil-Tambak Asri Kelurahan Morokrembangan.
Tahun 2009 sampai sebelum penutupan, kondisi lokalisasi Bangunsari sudah- tidak
layak dan perlu segera dialihfungsikan, dengan alasan sebagai berikut:
c. Semakin banyaknya sekolah atau lembaga pendidikan, dengan rincian: SD/SMP
Muhammadiyah 11, SMP Tunas Buana, TK ‘Ai- syiyah, SD/TK ABA Muchsin dll.
Taman Pendidikan Islam dan Al-Qur’an yang menjamur di setiap masjid dan
mushalla. Dengan jumlah 15 lembaga pendidikan baik formal maupun non
formal.
Wilayah kerja PCM Krembangan dalam melakukan dakwah di Tambak Asri
Kecamatan Morokrembangan. Kondisi serupa juga ditemui di lokalisasi Kermil-Tambak
Asri dan Morokrembangan semakin berkurang. Adapun data penurunan jumlah PSK
sebagai berikut (Sumber data: Arsip PCM Krembangan):
87 | P a g e
Data tersebut menunjukkan penurunan yang tidak teratur terkait jumlah PSK dan
germo dari beberapa kurun waktu sebelum ada kebijakan penu-tupan- lokalisasi di
Bangunsari maupun Kermil-Tambak Asri. Penurunan tersebut- ada yang menyebut
sebagai faktor alam (usia dari para PSK maupun- germo), walau tidak dipungkiri ada
campur tangan Muhamma-diyah- setempat-.
88 | P a g e
90 Jalan Sunyi Muhammadiyah
transaksi seksual, sehingga dengan seperti itu poin waktu dapat dihentikan ketika
ruang itu sudah berhasil diambil oleh Muhammadiyah Krembangan.
b. Pendidikan
Bahwa usaha pendidikan yang dimaksudkan adalah pendidikan yang
membebaskan. Artinya, Muhammadiyah Krembangan dalam melakukan rehabilitasi
sosial di lokalisasi adalah dalam rangka menginjeksikan spirit pembebasan di
lingkungan prostitusi, untuk meningkatkan taraf hidup mereka. Hal ini sebagai
upaya menangkis alasan mereka untuk tetap mempertahankan pekerjaan lama
(sebagai WTS) dengan alasan uneducated dan unskilled.
Muhammadiyah Krembangan dengan sadar memanfaatkan alat pendidikan
dimaknai sebagai upaya penyadaran, baik kepada para pelaku prostitusi baik germo,
WTS maupun anak-anak mereka. Penyadaran melalui pendidikan di sini merupakan
proses pembebasan dari sistem yang menindas, yakni pendidikan yang menolak
adanya hegemoni kaum sepihak yang mengabaikan pihak lain. Dalam pengertian
Paulo Freire, pendidikan adalah produksi kesadaran kritis, terhadap kelas, gender
dan lain sebagainya.
Berdasar pada pemikiran Freire ini, salah satu upaya yang dipe- rankan-
Muhammadiyah Krembangan dalam rangka membongkar kedhaliman- sosial dalam
dunia prostitusi, yang secara tidak sadar para pelaku aktif dalam dunia prostitusi
menjadi mesin uang bagi mafia- industri seksual. Langkah ini dinilai sangat elegan
dalam memprovokasi mereka agar berhenti dan keluar dari cengkraman dunia
prostitusi. Tanpa menyuruh mereka melawan secara vise a vise dengan- mafia industri
89 | P a g e
a. Pendekatan kepada germo dan PSK agar anaknya bisa disekolahkan di SD dan
SMP Muhammadiyah 11, serta mengaji di masjid atau mushalla sekitar. Sebagai
upaya ‘pembentengan’ mental dan akal para generasi muda, yang berhubungan
biologis maupun sosial di lingkungan prostitusi, agar terbebas dari menutup diri,
pesimisme menuju optimisme sehingga dapat membongkar kedhaliman sosial di
lingkungannya melalui ilmu yang diterimanya. Dengan mendidik para
generasinya diharapkan dapat dihasilkan kader yang membangun kehidupan
lebih harmonis dan demokratis di lingkungan tempat mereka
dilahirkan/dibesarkan.
b. Pembinaan dan pengajian kepada germo/PSK, untuk menggugah kesadaran para
pelaku aktif prostitusi dalam aspek mental dan religiusitasnya. Dalam
pendekatan ini, Muhammadiyah Krembangan berusaha membangunkan
kesadaran ‘kehambaannya’ kepada Sang Pemilik hidup dan alam semesta. Hal ini
tiada lain mengembalikan candu akan campur tangan Tuhan dalam setiap gerak
langkah mereka, sehingga diharapkan mampu membuat mereka sedikit demi
sedikit meninggalkan pekerjaannya di lingkungan prostitusi. Dalam bahasa Karl
Marx, agama adalah candu, maka candu inilah yang sengaja didoktrinkan kepada
me- reka dalam rangka mentransformasikan perilaku yang baik sesuai tuntunan
Agama. Bersandar pada teori maqasid syariahnya al-Ghazali bahwa dalam
rangka mencapai kemaslahatan dunia akhirat, kebutuhan yang harus dipenuhi di
antaranya agama, jiwa, akal, keturunan, dan harta benda. Muhammadiyah
memenuhi ke- butuhan agama melalui pengajian dan pembinaan spiritual
mereka, yang diharapkan dapat melengkapi dan mengonfirmasi kebutuhan
lainnya dari PSK maupun germo.
90 | P a g e
Jalan Sunyi Muhammadiyah
92
c. Penyuluhan- HIV/AIDS. Hal ini bukan sekedar pendidikan yang
membangunkan- kesadaran akan ketertindasan posisi para pelaku aktif dalam
dunia prostitusi. Selain mereka memerankan sebagai obyek pemuas, namun
mereka juga korban atas terjangkitnya pe- nyakit menular seksual (PMS) di
antaranya HIV/AIDS yang sangat berbahaya. Hal ini terkait strategi dakwah
provokatif dalam menghimbau mereka (germo/PSK) agar meninggalkan
pekerjaan mereka atas nama agama, dosa sosial karena cercaan dan stereotype
sosial kepada mereka, dan terlebih dosa sosial dalam hal kesehatan yang nantinya
dapat menular pada lelaki yang menikmati mereka (germo/PSK) bahka hingga
tersebar ke masyarakat lebih luas.
Muhammadiyah Krembangan menggunakan pendekata kesehatan dalam rangka
strategi dakwah dalam peran aktifnya menghentikan praktek-praktek prostitusi di
lingkungannya.
91 | P a g e
Best Practice Pemberdayaan Mantan PSK (Pekerja Seks Komersial) 93
daerah lokalisasi. Kemudian untuk pemenuhan kebutuhan rasa aman dan dicintai,
Muhammadiyah- Krembangan misalnya mengupayakan adanya nikah massal.
Aneka kegiatan Muhammadiyah Krembangan dalam rehabilitasi sosial. Antara
lain: Anak-anak para PSK maupun mantan PSK dimasukkan dalam binaan panti
asuhan Muhammadiyah Krembangan; Program PKSA; Bantuan sembako oleh PWM
Jatim; Bantuan- peralatan shalat oleh PCM dan simpatisan Muhammadiyah;
Memfasilitasi nikah massal, karena ada premis bahwa kehadiran pelacuran dipicu
oleh kegagalan para pelacur dalam membina rumah tangga. Sehingga sebagai bentuk
pelampiasan atas sakit hati maupun kebu-tuhan- biologisnya, prostitusi menjadi
solusi singkat. Program nikah massal ini ditujukan untuk membendung kegiatan
seksual yang liar dan meresahkan masyarakat. Upaya ini senada dengan ide Maslow
atas kebutuhan manusia untuk rasa aman dan dicintai, serta memalui institusi-
pernikahan ini dapat menjadi wadah pemenuhan kebutuhan kedua dan ketiga
setelah pemenuhan kebutuhan jasmani mereka terpenuhi.
d. Pembinaan Ekonomi
Salah satu pemberdayaan para germo maupun WTS di lingkungan prostitusi,
adalah melalui pendekatan ekonomi. Upaya ini dimaksudkan untuk menangkis
alasan para pelaku aktif prostitusi ekonomi sebagai tumbal atas pilihan mereka.
Diharapkan dengan membentengi mereka di sisi ekonomi, mereka mampu
melepaskan diri dari jeratan germo.
Dalam pemahaman materialismenya Karl Marx, segala ide yang ada bertitik tolak
dari eksistensi materi. Materi di sini menjadi komponen primer, sementara ide itu
sekunder. Muhammadiyah Krembangan memandang bahwa strategi dakwah
dengan mengedepankan materi maka seiring berjalannya waktu secara mekanik dan
dialektik dapat diinjeksikan material dakwah Islam kepada para germo/PSK.
Bentuk pembinaannya, antara lain pelatihan Memasak, mencuci, membuat
handycraft, keset dan membatik; Bantuan Modal usaha sehingga ada usaha laundry,
warung kopi dan warung-warung kecil lain yang dijalankan oleh PSK maupun
92 | P a g e
94 Jalan Sunyi Muhammadiyah
mantan PSK; Pendampingan Usaha.
94 | P a g e
95 | P a g e
Abdullah, Taufik, 1987, Islam dan Masyarakat : Pantulan Sejarah Indonesia, Cet. 1,
Jakarta : LP3ES.
Ancok, Djamaludin dan Fuad Nashori S, 1995, Psikologi Islam : Solusi Islam Atas
Problem-problem Psikologi, cet 2, Yogyakarta : Pustaka Pelajar.
96 | P a g e
Castle, Lance, 1967, Religion, Politics and Economic Behaviour in Java : The Kudus
Cigarette Industry, New Haven : Southest Asia studies, Yale University
Press.
Chalil, Zaki Fuad (Sayed Mahdi ed.), 2009, Pemerataan Distribusi Kekayaan dalam
ekonomi Islam, Jakarta : Erlangga.
Dunn WN, Pengantar Analisis Kebijakan Publik Edisi Kedua, 2000, Yogyakarta :
Gadjahmada University Press.
Geertz, Cliford, 1983, Abangan, santri, Priyayi dalam Masyarakat Jawa, diterjemahkan
oleh Aswab Mahasin, Jakarta : Pustaka Jaya.
Gibson, et al, Organisasi dan Manajemen ; Perilaku, Struktur, Proses, 1990, Jakarta :
Erlangga.
Hull, Terence H., Endang Sulistyaningsih dan Gavin W. Jones, 1997, Pelacuran di
Indonesia : sejarah dan Perkembangannya, Jakarta : PT Penerbit Swadaya.
Hull, Terence H., Endang Sulistyaningsih dan Gavin W. Jones, 1997, Pelacuran di
Indonesia : sejarah dan Perkembangannya, Jakarta : PT Penerbit Swadaya.
97 | P a g e
100 Jalan Sunyi Muhammadiyah
James a.f. Stoner Dwar Freeman, Manajemen Fifth Edition,1978, Jakarta : intermedia.
Keban, Yeremias T, Enam Dimensi Strategis Administrasi Publik : Konsep, Teori Dan
Isu, 2004, Yogyakarta : Gava Media.
Kuntowijoyo, 2001, Muslim Tanpa Masjid : Esai-Esai Agama, Budaya dan Politik dalam
Bingkai Transendental, Bandung : Mizan.
Madjid, ahmad abd., 2012, Al-Qur’an berbicara : tentang permasalahan Islam dan
Kemasyarakatan, Pasuruan : DALWA.
Malik, M Luthfi, 2013, Etos Kerja, Pasar Dan Masjid : Transformasi Sosial-Keagamaan
Dalam Mobilitas Ekonomi Kemasyarakatan, Jakarta : LP3ES.
Mulyadi, sukidi, Ahmad Dahlan Sebagai Muslim Calvinis, “Dalam Degradasi Ekonomi
Muhammadiyah, ‘Sebuah Gugatan, dalam Equilibrium Jurnal ekonomi dan
Kemasyarakatan, Volume 2, Nomor 3.2005)
Best Practice
Best Pemberdayaan
Practice Mantan
Pemberdayaan PSK (Pekerja
Mantan Seks Komersial)
PSK (Pekerja Seks Komersial) 98 | P a g e
101 101
Nakamura, Mitsuo, 1983, Bulan Sabit Muncul Dari Balik Pohon Beringin : Studi
Tentang Pergerakan Muhammadiyah DI Kotagede, Yogyakarta, Yogyakarta :
Gadjahmada University Press.
Naqvi, Syed Nawab Haider, 2009, Menggagas Ilmu Ekonomi Islam, Yogyakarta :
Pustaka Pelajar.
Noer, Deliar, 1982, Gerakan Modern Islam di Indonesia 1900-1942, Jakarta : LP3ES,
Noor, Ruslan Abdul Ghofur, 2013, Konsep Distribusi dalam Ekonomi Islam : Format
Keadilan Ekonomi Di Indonesia, Pustaka Pelajar, Yogyakarta.
Prijono, Onny S dan Pranaka AMW, 1996, Pemberdayaan : Konsep, Kebijakan dan
Implementasi, Jakarta : Centre fr Strategic and International studies (CSIS).
Purnomo, Tjahjo, Wijadi dan ashadi Siregar, 1982, DOLLY : Membedah Dunia
Pelacuran Surabaya, Kasus Kompleks Pelacuran Dolly, Surabaya : Universitas
Airlangga.
Purnomo, Tjahjo, Wijadi dan ashadi Siregar, 1982, DOLLY : Membedah Dunia
Pelacuran Surabaya, Kasus Kompleks Pelacuran Dolly, Surabaya : Universitas
Airlangga.
Pusat Pengkajian dan Pengembangan Ekonomi Islam, 2009, Ekonomi Islam, Jakarta
: PT Raja Grafindo Persada.
Rahman, afzalur, Doktrin Ekonomi Islam jilid 1, 1995, Jakarta :Dana Bhakti Wakaf.
Robert Barro dan Joshua Mitchell, Relgious Faith and Economic Growth : What
Metters most – Belief Or Belonging? (washington DC : The Heritage
Foundation Center for Religion and Civil Society, 2004).
99 | P a g e
Jalan Sunyi Muhammadiyah
102
Soetomo, 2013, Pemberdayaan Masyarakat : MungkinkahMuncu Antitesisnya?,
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Truong, Thanh-Dam, 1992, Seks, uang dan kekuasaan : pariwisata dan pelacuran di asia
Tenggara, Jakarta : LP3ES.
Weber, Max, The Protestant Ethic And The Spirit of Capitalism, 1992, London dan
New York : Routledge.