Anda di halaman 1dari 5

5. Uraikan perbedaan untuk menjelaskan jenis-jenis bank menurut UU Nomor 10 Tahnun 1998.

Jawab :

Setelah keluar UU Pokok Perbankan nomor 7 tahun 1992 dan ditegaskan lagi
dengan dikeluarkannya Undang-undang RI. Nomor 10 tahun 1998, maka jenis
perbankan terdiri dari:
 Bank Umum
 Bank Perkreditan Rakyat (BPR)

Dimana Bank Pembagungan dan Bank Tabungan berubah fungsi menjadi Bank
Umum sedangkan Bank Desa, Bank Pasar, Lumbung Desa dan Bank Pegawai menjadi
Bank Perkreditan Rakyat (BPR).
Adapun pengertian Bank Umum dan Bank Perkreditan Rakyat sesuai UU No. 10
Tahun 1998 sebagai berikut

a. Bank Umum

Bank Umum adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara


konvensional dan atau berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatannya
memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran. Bank Umum sering disebut bank
komersil.

b. Bank Perkreditan Rakyat (BPR)

Bank Perkreditan Rakyat (BPR) adalah bank yang melaksanakan kegiatan


usaha secara konvensional atau berdasarkan prinsip syariah yang dalam
kegiatannya tidak memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran.

6. Uraikan lima macam perbedaan antara Bank Umum dan Bank Perkreditan Rakyat.

Jawab :

Berikut detail perbedaannya.

1. Syarat Pendirian

Berdasarkan aturan perundang-undangan yang berlaku, bank umum dapat


didirikan oleh warga negara atau badan hukum Indonesia yang menjalin
kemitraan dengan warga negara atau badan hukum asing. Sementara BPR hanya
bisa didirikan oleh tiga kelompok yakni:
 Warga negara Indonesia
 Badan hukum Indonesia yang keseluruhan pemiliknya adalah warga negara
Indonesia
 Pemerintah Daerah
 Dua pihak atau lebih dari kelompok yang telah disebutkan

Syarat pendirian bank ini menunjukkan kepemilikan, di mana bank umum sangat
mungkin dimiliki oleh pihak asing. Sementara BPR murni dimiliki oleh pribumi.

2. Permodalan

Setiap badan usaha pastilah wajib memiliki modal, termasuk pula perbankan.
Regulasi besaran modal disetor untuk bank umum mengacu pada Peraturan Bank
Indonesia Nomor 7/15/PBI/2015 tentang Jumlah Modal Inti Minimum Bank
Umum. Dalam peraturan tersebut disebutkan bahwa bank umum yang melakukan
kegiatan usaha secara konvensional harus memiliki modal minimum Rp 3 trilyun
dan untuk prinsip syariah sebesar Rp 1 trilyun.

Sementara permodalan BPR mengacu pada Peraturan OJK Nomor


20/POJK.03/2014 tentang BPR. Dari peraturan tersebut, besaran modal disetor
untuk mendirikan BPR dikelompokkan menjadi empat kategori berdasarkan zona,
yaitu:

 Zona 1 minimum Rp 14 miliar, meliputi wilayah Daerah Khusus Ibukota Jakarta


 Zona 2 minimum Rp 8 miliar, meliputi wilayah provinsi di pulau Jawa dan Bali,
kabupaten atau kota Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi
 Zona 3 minimum Rp 6 miliar, meliputi wilayah provinsi di luar pulau Jawa dan
Bali
 Zona 4 minimum Rp 4 miliar, meliputi wilayah lain seperti Papua.

Pembagian besaran modal disetor menjadi empat kategori tersebut merujuk pada
potensi ekonomi di setiap wilayah dan juga tingkat persaingan antar-lembaga
bank di wilayah-wilayah tersebut.

Dari modal yang disetor jelas bahwa permodalan bank umum jauh lebih besar
dibandingkan dengan BPR. Hal ini tak lepas dari cakupan kegiatan usaha bank
umum yang lebih luas dan beragam daripada BPR.

3. Cakupan Kegiatan Usaha


Baik bank umum maupun BPR memang sama-sama menghimpun dana dari
masyarakat melalui simpanan dan menyalurkannya kembali ke masyarakat dalam
bentuk kredit. Namun secara lebih rinci, kegiatan usaha bank umum memiliki
cakupan yang lebih dari dari BPR.

Adapun kegiatan usaha bank umum mencakup:

 Menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan, giro, dan deposito
 Menyalurkan dana ke masyarakat dalam bentuk kredit
 Menerbitkan surat pengakuan hutang
 Menjual, membeli, dan menjamin risiko sendiri berdasarkan kepentingan nasabah
atau perintah dari nasabah itu sendiri, meliputi surat-surat berharga berupa
obligasi, wesel, Sertifikat Bank Indonesia (SBI), surat pengakuan hutang, kertas
perbendaharaan negara, surat dagang berjangka, dan lainnya
 Menyediakan tempat penyimpanan surat-surat dan barang berharga
 Melakukan kegiatan valuta asing
 Meminjamkan dana atau menempatkan dana menggunakan sarana telekomunikasi
dan juga surat serta wesel
 Menerima pembayaran atas tagihan surat berharga
 Melakukan utang-piutang
 Melakukan kegiatan penyertaan modal pada bank atau perusahaan lain
 Mengurus dan menyalurkan dana pensiun berdasarkan aturan perundang-
undangan yang berlaku

Sementara kegiatan usaha BPR meliputi:

 Menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan berupa tabungan,


deposito berjangka, dan atau bentuk lain yang dipersamakan
 Memberikan kredit
 Menempatkan dana dalam bentuk Sertifikat Bank Indonesia (SBI), deposito
berjangka, sertifikat deposito, dan atau tabungan pada bank lain.

4. Jenis Layanan

Sebagaimana telah termaktub dalam definisinya, BPR tidak melayani lalu lintas
pembayaran. Artinya bank ini tidak memiliki fasilitas layanan berupa transfer,
kliring, inkaso, dan perdagangan valuta asing. Namun, semua fasilitas layanan
tersebut dapat diperoleh pada bank umum.
Dalam hal pengeluaran produk perbankan, BPR hanya sebatas pada produk
simpanan berupa tabungan dan deposito berjangka, tidak menyediakan produk
simpanan berupa giro. Sebaliknya, semua produk tersebut tersedia pada bank
umum.

Jenis layanan terkait dengan pemberian kredit antara bank umum dengan BPR
juga berbeda. BPR hanya melayani Kredit Tanpa Agunan (KTA), kredit usaha
kecil, dan kredit karyawan. BPR juga tidak berwenang untuk menerbitkan kartu
kredit. Oleh sebab itu, tidak ada layanan kartu kredit pada BPR. Sementara jenis
layanan kredit pada bank umum lebih lengkap dan beragam, mulai dari KTA,
usaha kecil, karyawan, hingga properti, dan tentunya kartu kredit.

Bicara tentang bunga, BPR cenderung lebih berani memberikan bunga simpanan
dan kredit lebih tinggi dibandingkan dengan bank umum. Dalam kaitannya
dengan bunga simpanan yang lebih tinggi karena suku bunga simpanan yang
ditentukan Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) untuk BPR lebih besar yakni
10,25% dibandingkan bank umum yang hanya sebesar 7,75%. Untuk bunga kredit
yang tinggi pada BPR disebabkan oleh tingginya biaya operasional terkait dengan
pemberian kredit pada masyarakat yang sebagian besar non-bankable dan tidak
memiliki agunan.

5. Wilayah Layanan

Layanan BPR lebih menyasar pada masyarakat di pedesaan atau setidaknya


tingkat kecamatan dan atau kabupaten. Oleh sebab itu, jangkauan layanan BPR
cenderung lebih sempit dibandingkan bank umum yang bisa menjangkau nasabah
dalam lingkup yang lebih luas baik nasional maupun internasional.
Mana yang lebih menguntungkan? Jawabannya tentu akan sangat tergantung pada
kebutuhan dan kepentingan dalam mengelola keuangan masing-masing anggota
masyarakat.

7. Jelaskan secara singkat inti-inti kegiatan Bank Umum dan BPR.

Jawab :

Kegiatan Bank Umum


 Pemberian kredit
 Menghimpun dana yang berasal dari masyarakat berbentuk simpanan •
Menerbitkan surat atas pengakuan hutang
 Menjual, membeli dan juga menjamin risiko sendiri berdasarkan kepentingan
nasabah maupun perintah dari nasabahnya itu sendiri, meliputi surat pengakuan
hutang, surat-surat wesel, sertifikat Bank Indonesia, kertas perbendaharaan
negara, obligasi, surat dagang yang berjangka, beserta surat berharga yang
lainnya.
 Meminjamkan dana, meminjam atau menempatkan dana, entah itu memakai
sarana telekomunikasi, memakai surat atau wesel.
 Menerima pembayaran atas tagihan surat berharga
 Menyediakan tempat penyimpanan surat berharga dan barang
 Melakukan utang piutang
 Melakukan kegiatan valuta asing
 Melakukan kegiatan dalam hal penyertaan modal bank maupun perusahaan lain
 Bertindak sebagai pengurus dan pendiri dana pensiun berdasarkan peraturan
undang-undang.

Kegiatan Bank Pengkreditan Rakyat


 Memberikan kredit
 Menghimpun dana masyarakat berupa tabungan, deposito berjangka ataupun
lainnya yang serupa.
 Menawarkan penempatan dana dan pembiayaan melalui prinsip syariah,
berdasarkan ketetapan dari Bank Indonesia.
 Menempatkan dananya berbentuk Sertifikat Bank Indonesia, sertifikat deposito,
tabungan bank lain, dan deposito berjangka.

Anda mungkin juga menyukai