Anda di halaman 1dari 8

PASAR INPUT

A. Pengertian

Pasar input merupakan pertemuan antara permintaan dan penawaran input (faktor
produksi) yang akan menentukan harga dan jumlah input (faktor produksi). Dalam pasar
input, produsen berada pada sisi permintaan sebagai pembeli faktor produksi, dan pemilik
faktor produksi berada pada sisi penawaran sebagai penjual factor produksi. Keseimbangan
pasar input akan tercapai ketika permintaan faktor produksi sama denagn penawarnya. Dalam
hal ini input (faktor produksi) yang dibahas adalah tenaga kerja (labor), tanah (land), dan
modal (capital).

B. Permintaan terhadap Faktor Produksi

Permintaan terhadap faktor produksi oleh produsen ditentukan oleh beberapa faktor
berikut.

1. Harga Faktor Produksi

Harga faktor produksi adalah pendapatan (balas jasa) yang diterima oleh faktor produksi
tersebut. Semakin tinggi harga faktor produksi, semakin rendah jumlah faktor produksi
yang diminta.

2. Harga Faktor Produksi Lain

Permintaan terhadap suatu faktor produksi berkaitan dengan faktor produksi lain, karena
antar faktor produksimempunyai sifat hubungan tertentu (substitusi atau komplementer).
Permintaan terhadap suatu faktor produksi akan semakin tinggi, jika semakin tinggi harga
factor produksi lain yang mempunyai hubungan substitusi. Sebaliknya, permintaan
terhadap suatu faktor produksi akan semakin rendah, jika semakin tinggi harga factor
produksi lain yang mempunyai hubungan komplementer.

3. Permintaan terhadap Output

Tingginya permintaan terhadap output oleh konsumen akan mempengaruhi jumlah output
yang diproduksi menjadi tinggi, sehingga hal ini akan mempengaruhi terhadap
penggunaan faktor produksi yang semakin tinggi oleh produsen. Tingginya penggunaan
faktor produksi ini pada akhirnya akan menyebabkan permintaaan terhadap factor
produksi menjadi semakin tinggi. Dengan demikian semakin tinggi permintaan terhadap
output (produk), semakin tinggi permintaan terhadap faktor produksi.

4. Permintaan terhadap Faktor Produksi Lain

Seperti telah diuraikan dimuka bahwa antar factor produksi mempunyai sifat hubungan
tertentu (substitusi atau komplementer). Permintaan terhadap suatu factor produksi akan
semakin tinggi, jika semakin tinggi harga faktor produksi lain yang mempunyai hubungan
substitusi . Sebaliknya, permintaan terhadap suatu faktor produksi akan semakin rendah,
jika semakin tinggi harga factor produksi lain yang mempunyai hubungan komplementer.
C. Penawaran Faktor Produksi

Seperti telah disebutkan bahwa yang berada di sisi penawaran adalah pemilik faktor
produksi. Pemilik factor produksi yang tersedia dalam perekonomian adalah sector rumah
tangga. Setiap faktor produksi akan memperoleh pendapatan (balas jasa) atas penggunaanya.
Tanah memperoleh sewa, tenaga kerja memperoleh upah dan gaji, modal memperoleh bunga,
dan kewirausahaan memperoleh laba ( keuntungan). Pendapatan (balas jasa) yang diterima
setiap faktor produksi merupakan harga faktor produksi tersebut, dan penawaran faktor
produksi tergantung pada ketersediaan faktor produksi yang di miliki oleh sektor rumah
tangga.

D. Teori Produktivitas Marginal

Produsen dalam menghasilkan output akan bertujuan untuk memcapai kondisi optimum.
Untuk mencapai kondisi yang optimum tersebut diperlukan penggunaan faktor produksi yang
efisien. Penggunaan faktor produksi akan efisien jika biaya produksi marginal yang
dibayarkan kepada factor produksi sama dengan penerimaan marginal yang diperoleh dari
faktor produksi tersebut, seperti ditunjukkan dalam gambar. Adapun persamaanya dapat
dirumuskan sebagai

berikut.

MCF = MRP

MCF (Marginal Cost of Product) atau biaya produksi marginal merupakan biaya yang
dibayarkan produsen untuk memperoleh 1 (satu) unit tambahan faktor produksi, sedangkan
MRP (Marginal Revenue Product) atau penerimaan marginal yang diperoleh dari produksi
tambahan yang diciptakan oleh faktor produksi tersebut. MRP dapat pula dianggap sebagai
kurva permintaan suatu faktor produksi. MRP dirumuskan sebagai berikut.

MRP = MPP.P

MPP (Marginal Physical Product) adalah tambahan produksi (output) yang dihasilkan oleh
tambahan 1 (satu) unit prosuksi, sedangkan P (Price) adalah harga output.

Pf

PFO

MRPF = DF

0 QFO Qf
E. Pasar Tanah

1. Permintaan dan Penawaran Tanah

Seperti telah disebutkan dimuka bahwa MRP dapat dianggap sebagai kurva permintaan
suatu faktor produksi. Demikian juga dengan kurva MRP tanah dianggap permintaan
terhadap tanah. Penawaran tanah merupakan penawaran yang inelastis sempurna sehingga
bentuk kurva tegak (vertikal) karena jumlah tanah yang tetap. Produsen mencapai
keseimbangan ketika:

MRP tanah = MCF

2. Penentuan Sewa Tanah

Menurut David Richardo (seorang ahli ekonomi dari Inggris abad 19), sewa tanah
ditentukan oleh tingkat produktivitas tanah. Semakin tinggi tingkat produktivitas tanah
(subur), semakin tinggi sewa tanah. Asumsi teori sewa tanah Richardo adalah

a. Tanah dibagi menjadi 3 (tiga) bagian menurut tingkat kesuburannya, yaitu subur,
sedang, dan tidak subur.

b. Urutan tanah dari yang paling banyak adalah tanah tidak subur, sedang dan subur.

Produktivitas tanah ditunjukkan oleh kurva MRP tanah. Semakin tinggi produktivitas
tanah (subur), semakin tinggi MRP tanah. Karena penawaran tanah inelastis sempurna,
maka penentuan sewa tanah hanya ditentukan oleh permintaannya, seperti ditunjukkan
dalam gambar. Dengan kata lain, penentuan sewa tanah di tentukan oleh MRP tanah
(tingkat Produktivitasnya).

R
S

R1 E2

R0 E1
D1

D0

0 Qe QTanah

Gambar 11.2. Permintaan dan Penawaran Tanah


F`. Pasar Tenaga Kerja

1. Penawaran Tenaga Kerja Backward Bending

Penawaran tenaga kerja adalah total jam kerja yang diberikan oleh seluruh angkatan kerja
yang ada dalam pasar. Bentuk kurva penawaran tenaga kerja adalah melengkung
membalik ( backward bending). Bentuk kurva yang demikian disebabkan adanya
oppotunity cost dalam bekerja berupa leisure time (waktu luang). Pada saat upah
mengalami peningkatan, jumlah jam kerja yang ditawarkan menjadi semakin meningkat.
Mulai tingkat upah tertentu, jumlah jam kerja tidak akan meningkat bahkan akan
membalik jika upak ditingkatkan. Hal ini disebabkan oleh adanya leisure time yang hilang
pada saat upah ditingkatkan, sehingga tenaga kerja lebih memilih mengurangi jam kerja
untuk mendapatkan leisure time , seperti ditunjukkan dalam gambar. 11.3

W0

0 L0 L
Gambar 11.3. Penawaran Tenaga Kerja Backward Bending

2. Pasar Tenaga Kerja Persaingan Sempurna

Seperti halnya pada pasar output persaingan sempurna, penjual (pemilik) faktor produksi
dalam pasar tenaga kerja persaingan sempurna tidak dapat memengaruhi harga tenaga
kerja (upah). Oleh karena itu kondisi pasar tenaga kerja persaingan sempurna terlihat
seperti dalam gambar. Pasar tenaga kerja persaingan sempurna mencapai kondisi
keseimbangan ketika permintaan (D=MRP) sama dengan upah (W) atau MRPL = W

Jika MRPL > W berarti penggunaan tenaga kerja terlalu sedikit sehingga penggunaan
tenaga kerja pada tingkat upah W masih dapat ditingkatkan untuk mencapai kondisi
keseimbangan. Jika MRPL < W berarti penggunaan tenaga kerja terlalu banyak, sehingga
penggunaan tenag kerja perlu dikurangi untuk mencapai kondisi keseimbangan.

W
E1 E2
W1

MRP2
MRP1

0 L1 L2 L
Gambar 11.4a. Permintaan dan Penawaran Produsen terhadap Tenaga Kerja

W2 E2

W1 E1

0 L1 L2

Gambar 11.4b. Kondisi Keseimbangan Pasar Tenaga Kerja

3. Pasar Tenaga Kerja Monopoli

Pada pasar tenaga kerja dapat berstruktur monopoli jika tenaga kerja mempunyai kekuatan
monopoli, misalnya dengan membentuk serikat pekerja. Serikat pekerja dapat menetukan
tingkat upah sesuai dengan tujuannya, seperti ditunjukkan dalam gambar. Jika serikat
pekerja bertujuan memperoleh kesempatan kerja yang tinggi bagi anggotanya, maka
tingkat upah ditetapkan sebesar WK, dengan kesempatan kerja sebesar LK. Jika serikat
pekerja bertujuan memperoleh tingkat upah yang tinggi bagi anggotanya, maka dengan
tingkat upah sebesar WU, kesempatan kerja yang terserap (diminta) pasar hanya sebesar
LU1, meskipun kesempatan yang tersedia sebesar LU2. Jadi terjadi excess supply tenaga
kerja (pengangguran) sebesar LU1 LU2.

W
WU

WK

0 LU1 LU LU2 L

G. Pasar Modal

1. Produktivitas Modal

Permintaaan modal yang akan digunakan untuk investasi tergantung pada produktivitas
modal tersebut. Produktivitas modal atau tingkat pengambilan modal ( rate of returns)
dihitung dengan cara enntukan besarnya pendapatan; rata-rata bersih (setelah dikurangi
penyusutan) tahunan dan dinyatakan dalam persentase dari modal tersebut. Jika barang
modal dapat memberikan pendapatan selama beberapa tahun, maka tingkat pengembalian
modalnya dapat dihitung dengan menggunakan persamaan sebagai berikut:

Di mana:

C = nilai modal yang ditanamkan (investasi),

R = perkiraan penerimaan (pendapatan) bersih yang diperoleh dari investasi,

r = tingkat pengembalian modal ( rate of returns) yang dinyatakan dalam persen (%)

n = perkiraan umur ekonomis investasi

2. Permintaan dan Penawaran Modal

Seperti telah diuraikan di muka bahwa permintaan terhadap modal yang akan dugunakan
untuk investasi tergantung pada produktivitas modal tersebut. Setiap investasi mempunyai
tingkat pengembalian modal yang berbeda. Produsen sebagai penanam modal akan
memilih investasi dengan tingkat pengembalian modal yang melebihi tingkat bunga yang
berlaku, karena akan menguntungkan bagi produsen. Dengan demikian permintaan
terhadap modal untuk berinvestasi (I) juga tergantung pada tingkat bunga (i) yang berlaku
dalam perekonomian, seperti ditunjukkan dalam gambar berikut ini.

i
i1
i2

D1

0 l1 l2 l
Gambar 11.6. Permintaan terhadap Modal

Untuk menetukan invsetasi tersebut menguntungkan atau tidak, digunakan persamaan berikut
ini.

Di mana:

NPV = nilai sekarang neto dari proyek investasi (investasi menguntungkan jika NPV > 0)

I = tingkat bunga

Pada sisi penawaran, ketersediaan modal berasal dari tabungan masyarkat, yang diperoleh
dari pendapat masyarakat yang tidak digunakan untuk pengeluaran konsumsi. Adapun
hubungan antara tabungan (S) dengan tingkat bunga (i) ditunjukkan dalam gambar 11.7,
sedangkan kondisi keseimbangan ditunjukkan dalam gambar 11.8.

i1
i2

0 S1 S2 S
Gambar 11.7. Hubungan antara Tabungan dan Tingkat Bunga

E
i0

0 l l

Anda mungkin juga menyukai