NIM : 201830004 Kelas : Akuntansi A1 Pengertian Akad • Secara literal, akad berasal dari bahasa arab yaitu َعقَ َد َ ي ْعقِ ُد َع ْق ًداyang berarti perjanjian atau persetujuan. Kata ini juga bisa diartikan tali yang mengikat karena akan adanya ikatan antara orang yang berakad. Dalam kitab fiqih sunnah, kata akad diartikan dengan hubungan ( ْط ُ ) ال ّربdan kesepakatan () ا ِ تِالفَ ْاق. Menurut para ulama fiqh, kata akad didefenisikan sebagai hubungan antara ijab dan kabul sesuai dengan kehendak syariat yang ditetapkan adanya pengaruh (akibat) hukum dalam objek perikatan. Syarat Akad 1. Syarat terjadinya akad Syarat terjadinya akad adalah segala sesuatu yang disyaratkan untuk terjadinya akad secara syara'. Syarat ini terbagi menjadi dua bagian yakni umum dan khusus. Syarat akad yang bersifat umum adalah syarat–syarat akad yang wajib sempurna wujudnya dalam berbagai akad. Syarat-syarat umum yang harus dipenuhi dalam setiap akad adalah: • • Pelaku akad cakap bertindak (ahli). • • Yang dujadikan objek akad dapat menerima hukumnya. • • Akad itu diperbolehkan syara'dilakukan oleh orang yang berhak melakukannya walaupun bukan aqid yang memiliki barang. • • Akad dapat memberikan faidah sehingga tidak sah bila rahn dianggap imbangan amanah. • • Ijab itu berjalan terus, tidak dicabut sebelum terjadi kabul. Oleh karenanya akad menjadi batal bila ijab dicabut kembali sebelum adanya kabul. • • Ijab dan kabul harus bersambung, sehingga bila orang yang berijab berpisah sebelum adanya qabul, maka akad menjadi batal. • Sedangkan syarat yang bersifat khusus adalah syarat-syarat yang wujudnya wajib ada dalam sebagian akad. Syarat ini juga sering disebut syarat idhafi(tambahan yang harus ada disamping syarat-syarat yang umum, seperti syarat adanya saksi dalam pernikahan. Syarat Akad 2. Syarat Pelaksanaan akad Dalam pelaksanaan akad, ada dua syarat yaitu kepemilikan dan kekuasaan. Kepemilikan adalah sesuatu yang dimiliki oleh seseorang sehingga ia bebas beraktivitas dengan apa-apa yang dimilikinya sesuai dengan aturan syara'. Adapun kekuasaan adalah kemampuan seseorang dalam ber-tasharuf sesuai dengan ketentuan syara'. Syarat Akad 3. Syarat Kepastian Akad (luzum) Dasar dalam akad adalah kepastian. Seperti contoh dalam jual beli, seperti khiyar syarat, khiyar aib, dan lain-lain. Jika luzum Nampak maka akad batal atau dikembalikan. Macam-Macam Akad 1. Akad Menurut Tujuannya : • 1.1. Akad Tabarru, yaitu akad yang dimaksudkan untuk menolong dan murni semata-mata karena mengharapkan ridha dan pahala dari Allah SWT. Atau dalam redaksi lain akad Tabarru (gratuitous countract) adalah segala macam perjanjian yang menyangkut nonprofit transaction (transaksi nirlaba). Akad yang termasuk dalam kategori ini adalah: Hibah, Wakaf, Wasiat, Ibra’, Wakalah, Kafalah, Hawalah, Rahn, dan Qirad. • 1.2. Akad Tijari, yaitu akad yang dimaksudkan untuk mencari dan mendapatkan keuntungan dimana rukun dan syarat telah telah dipenuhi semuanya. Atau dalam redaksi lain akad Tijari (conpensational contract) adalah segala macam perjanjian yang menyangkut for profit transaction. Akad yang termasuk dalam kategori ini adalah: Murabahah, Salam, Istishna’ dan Ijarah Muntahiyah bittamlik serta mudharabah dan Musyaraqah. Macam-Macam Akad 2. Akad menurut keabsahannya: • 2.1. Akad Sahih (Valid Contract) yaitu akad yang memenuhi semua rukun dan syaratnya. Akibat hukumnya adalah perpindahan barang misalnya dari penjual kepada pembeli dan perpindahan harga (uang) dari pembeli kepada penjual. • 2.2 Akad Fasid (Voidable Contract) yaitu akad yang semua rukunnya terpenuhi, namun ada syarat yang tidak terpenuhi. Belum terjadi perpindahan barang dari penjual kepada pembeli dan perpindahan harga (uang) dari pembeli kepada penjual. Sebelum adanya usaha untuk melengkapi syarat tersebut. Dengan kata lain akibat hukumnya adalah Mauquf (terhenti dan tertahan untuk sementara). • 2.3. Akad Bathal (Void Contract) yaitu akad dimana salah satu rukunnya tidak terpenuhi dan otomatis syaratnya juga tidak dapat terpenuhi. Akad sepeti ini tidak menimbulkan akibat hukum perpindahan harta (harta/uang) dan benda kepada kedua belah pihak. Macam-Macam Akad 3. Akad menurut namanya: • 3.1. Akad bernama (al-u’qud al-musamma) Yang dimaksud dengan akad bernama ialah akad yang sudah ditentukan namanya oleh pembuat hukum dan ditentukan pula ketentuan-ketentuan khusus yang berlaku terhadapnya dan tidak 3.2. Akad tidak bernama (al-‘uqud gair berlaku terhadap akad yang lain. Para fukaha berbeda pendapat al-musamma) tentang jumlah akad bernama. Salah satu contoh menurut al-Kasani (w 587/1190) akad bernama meliputi sebagai berikut: Akad tidak bernama adalah akad yang • Sewa menyewah (al-ijarah) tidak diatur secara khusus dalam kitab- • • Pemesanan (al-istisnha) kitab fiqh dibawah satu nama tertentu. • • Jual beli (al-bai’) Dalam kata lain, akad tidak bernama • • Penanggugan (al-kafalah) adalah akad yang tidak ditentukan oleh • • Pemindaan utang (al-hiwalah) pembuat hukum namanya yang khusus • • Pemberian kuasa (al-wakalah) serta tidak ada pengaturan tersendiri • • Perdamaian (ash-shulh) mengenainya. Contoh akad tidak • • Persekutuan (asy-syirkah) bernama adalah perjanjian, penerbitan, • • Bagi hasil (al-mudharabah) periklanan, dan sebagainya. • • Hibah (al-hibah) • • Gadai (ar-rahn) • • Pengarapan tanah (al-muzaraah) • • Pemeliharaan tanaman (al-mu’amalah/al-musaqah) • • Penitipan (al-wadi’ah) • • Pinjam pakai (al-‘ariyah) • • Pembagian (al-qismah) • • Wasiat-wasiat (al-washaya) • • Perutangan (al-qardh) Macam-Macam Akad 4. Akad menurut kedudukannya: • 4.1. Akad Pokok (al-‘aqd al-ashli) adalah akad yang berdiri sendiri yang keberadaannya tidak tergantung kepada suatu hal lain. Seperti: akad jual beli, sewa- menyewa, penitipan, pinjam pakai, dan seterusnya. • 4.2. Akad asesoir (a-‘aqd at-tabi’) adalah akad yang keberadaannya tidak berdiri sendiri, tetapi tergantung kepada suatu hak yang menjadi dasar ada dan tidaknya atau sah dan tidak sahnya akad tersebut. Seperti: penanggungan (al-kafalah) dan akad gadai (ar-rahn). Macam-Macam Akad 5. Akad dari segi unsur tempo di dalam akad: • 5.1. Akad bertempo (al-‘aqd az-zamani) adalah akad yang di dalamnya unsur waktu merupakan unsur asasi, dalam arti unsur waktu merupakan bagian dari isi perjanjian. Seperti: akad sewa-menyewa, akad penitipan, akad simpan pakai, dan sebagainya. • 5.2. akad tidak bertempo (al-‘aqd al-fauri) adalah akad dimana unsur waktu tidak merupakan bagian dari isi perjanjian. Akad jual beli, misalnya, dapat terjadi seketika tanpa perlu unsur tempo sebagai bagian dari akad tersebut. Macam-Macam Akad 6. Akad dari segi formalitasnya: • 6.1. Akad konsensual (al-‘aqd ar-radha’i) • Akad konsensual dimaksudkan jenis akad yang untuk terciptanya cukup berdasarkan pada kesepkatan para pihak tanpa diperlukan formalitas-formalitas tertentu. Yang termasuk akad konsensual seperti jual beli, sewa-menyewa, dan utang piutang. • 6.2. Akad formalitas (al-‘aqd asy-syakli) • Akad formalitas adalah akad yang tunduk kepada syarat-syarat formalitas yang ditentukan oleh pembuat akad, apabila syarat-syarat itu tidak terpenuhi akad tidak sah. Misalnya adalah akad di luar lapangan hukum harta kekayaan, yaitu akad nikah dimana diantara formalitas yang disyariatkan adalah kehadiran dan kesaksian dua orang saksi. • 6.3. Akad riil (al-‘aqd al-‘aini) • Akad riil adalah akad yang untuk terjadinya diharuskan adanya penyerahan tunai objek akad, dimana akad tersebut belum terjadi dan belum menimbulkan akibat hukum apabila belum dilaksanakan. Ada lima macam akad yang termasuk dalam kategori akad jenis ini, yaitu hibah, pinkam pakai, penitipan, kredit (utang), dan akad gadai. Dalam kaitan dengan ini terdapat kaidah hukum Islam yang menyatakan ”Tabaru’ (donasi) baru terjadi dengan pelaksanaan riil” (la yatimmu at-tabarru’ illa bi qabdh) Macam-Macam Akad 7. Dilihat dari segi dilarang atau tidak dilarangnya oleh syara’: • 7.1. Akad masyru’ adalah akad yang dibenarkan oleh syara’ untuk dibuat dan tidak dilarang untuk menutupnya, seperti akad-akad yang sudah dikenal luas semisal jual beli, sewa menyewa, mudharabah, dan sebagainya. • 7.2. Akad terlarang adalah akad yang dilarang oleh syara’ untuk dibuat seperti akad jual beli janin atau akad yang bertentangan dengan ahlak Islam (kesusilaan) dan ketertiban umum seperti sewa menyewa untuk melakukan kejahatan. Macam-Macam Akad 8. Akad menurut dari mengikat dan tidak mengikatnya: • 8.1. Akad mengikat (al-‘aqd al-lazim) adalah akad dimana apabila semua rukun dan syaratnya telah terlaksana maka akad tersebut akan mengikat secara penuh dan masing-masing pihak tidak dapat membatalkannya tanpa perssetujuan pihak lain. Akan ini dibedakan lagi menjadi dua macam yaitu: Pertama, akad mengikat kedua belah pihak seperti akad jual beli, sewa menyewa dan sebagainya. Kedua, akad mengikat satu pihak, yaitu akad dimana salah satu pihak tidak dapat membatalkan perjanjian tanpa persetujuan pihak lain, akan tetapi pihak lain dapat membatalkan tanpa persetujuan pihak pertama seperti akad kafalah (penanggungan) dan akad gadai (ar-rahn). • 8.2. Akad tidak mengikat adalah akad pada masing-masing pihak dapat membatalkan perjanjian tanpa persetujuan pihak lain. Akad ini dibedakan menjadi dua, yaitu: (1) akad yang memang sifat aslinya tidak mengikat (terbuka untuk di-faskh), seperti akad Wakalah(pemberi kuasa), syirkah (persekutuan) dan sebagainya. (2) akad yang tidak mengikat karena didalamnya terdapat khiyar bagi para pihak. Macam-Macam Akad 9. Akad menurut dapat dilaksanakan atau tidak dapat dilaksanakan: • 9.1. akad Nafiz adalah akad yang bebas dari setiap faktor yang menyebabkan tidak dapatnya akad tersebut tersebut. • 9.2. akad Mauquf adalah kebalikan dari akad nafiz, yaitu akad yang tidak dapat secara langsung dilaksankan akibat hukumnya sekalipun telah dibuat secara sah, tetapi masih tergantung (mauquf) kepada adanya retifikasi (ijasah) dari pihak berkepentingan Macam-Macam Akad 10. Akad menurut tanggungan: • 10.1. ‘aqd adh-dhaman adalah akad yang mengalihkan tanggungan resiko atas kerusakan barang kepada pihak penerima pengalihan sebagai konsekuensi dari pelaksanaan akad tersebut, sehingga kerusakan barang yang telah diterimanya melalui akad tersebut berada dalam tanggungannya sekalipun sebagai akibat keadaan memaksa. • 10.2. ‘aqd al-‘amanah adalah akad dimana barang yang dialihkan melalui barang tersebut merupakan amanah dari tangan penerima barang tersebut, sehingga dia tidak berkewajiban menanggung resiko atas barang tersebut, kecuali kalau ada unsur kesegajaan dan melawan hukum. Termasuk akad jenis ini adalah akad penitipan, akad pinjaman, perwakilan (pemberi kuasa). Perbedaan Akad dan Kontrak • Secara literal, pengertian akad berasal dari bahasa arab yaitu a’qqoda, ya’qidu, a’qdan yang berarti perjanjian atau persetujuan (yang tercatat) atau kontrak. Secara terminologi ulama fiqih, dari segi umum, pengertian akad yaitu segala sesuatu yang dikerjakan oleh seseorang berdasarkan keinginanmya sendiri seperti waqaf, talak, pembebasan, dan segala sesuatu yang pembentukannya membutuhkan keinginan dua orang seperti jual beli, perwakilan, dan gadai. Menurut ulama Syari’ah akad adalah ikatan antara ijab’ dan qabul’ yang diselenggarakan menurut ketentuan syari’ah dimana terjadi konsekkuensi hukum atas sesuatu yang karenanya akad tersebut diselenggarakan. Sedangkan kontrak : Pengertian kontrak menurut pasal 1313 KUHperdata adalah suatu perbuatan dimana satu orang atau lebih mengikatkan diri terhadap satu orang lain atau lebih. Secara umum kontrak adalah seperangkat janji-janji dan akibat pengingkaran atau pelanggaran atas hukum yang memberikan pemulihan atau menetapkan kewajiban bagi yang ingkar janji disertai sanksi dan pelaksananya. Sekian dan Terima Kasih