Anda di halaman 1dari 17

Ekonomi Syariah : Akad

Nama : Muhammad Fatwa


NIM : 201830004
Kelas : Akuntansi A1
Pengertian Akad
• Secara literal, akad berasal dari bahasa arab yaitu ‫َعقَ َد‬
‫ َ ي ْعقِ ُد َع ْق ًدا‬yang berarti perjanjian atau persetujuan.
Kata ini juga bisa diartikan tali yang mengikat karena
akan adanya ikatan antara orang yang berakad.
Dalam kitab fiqih sunnah, kata akad diartikan
dengan hubungan ( ‫ْط‬ ُ ‫ ) ال ّرب‬dan kesepakatan (‫) ا ِ تِالفَ ْاق‬.
Menurut para ulama fiqh, kata akad didefenisikan
sebagai hubungan antara ijab dan kabul sesuai
dengan kehendak syariat yang ditetapkan adanya
pengaruh (akibat) hukum dalam objek perikatan.
Syarat Akad
1. Syarat terjadinya akad
Syarat terjadinya akad adalah segala sesuatu yang disyaratkan untuk terjadinya akad secara
syara'. Syarat ini terbagi menjadi dua bagian yakni umum dan khusus. Syarat akad yang
bersifat umum adalah syarat–syarat akad yang wajib sempurna wujudnya dalam berbagai
akad. Syarat-syarat umum yang harus dipenuhi dalam setiap akad adalah:
• • Pelaku akad cakap bertindak (ahli).
• • Yang dujadikan objek akad dapat menerima hukumnya.
• • Akad itu diperbolehkan syara'dilakukan oleh orang yang berhak melakukannya walaupun
bukan aqid yang memiliki barang.
• • Akad dapat memberikan faidah sehingga tidak sah bila rahn dianggap imbangan amanah.
• • Ijab itu berjalan terus, tidak dicabut sebelum terjadi kabul. Oleh karenanya akad menjadi
batal bila ijab dicabut kembali sebelum adanya kabul.
• • Ijab dan kabul harus bersambung, sehingga bila orang yang berijab berpisah sebelum
adanya qabul, maka akad menjadi batal.
• Sedangkan syarat yang bersifat khusus adalah syarat-syarat yang wujudnya wajib ada dalam
sebagian akad. Syarat ini juga sering disebut syarat idhafi(tambahan yang harus ada
disamping syarat-syarat yang umum, seperti syarat adanya saksi dalam pernikahan.
Syarat Akad
2. Syarat Pelaksanaan akad
Dalam pelaksanaan akad, ada dua syarat yaitu
kepemilikan dan kekuasaan. Kepemilikan adalah
sesuatu yang dimiliki oleh seseorang sehingga ia
bebas beraktivitas dengan apa-apa yang
dimilikinya sesuai dengan aturan syara'. Adapun
kekuasaan adalah kemampuan seseorang dalam
ber-tasharuf sesuai dengan ketentuan syara'.
Syarat Akad
3. Syarat Kepastian Akad (luzum)
Dasar dalam akad adalah kepastian. Seperti
contoh dalam jual beli, seperti khiyar syarat,
khiyar aib, dan lain-lain. Jika luzum Nampak
maka akad batal atau dikembalikan.
Macam-Macam Akad
1. Akad Menurut Tujuannya :
• 1.1. Akad Tabarru, yaitu akad yang dimaksudkan untuk menolong dan
murni semata-mata karena mengharapkan ridha dan pahala dari Allah
SWT. Atau dalam redaksi lain akad Tabarru (gratuitous countract) adalah
segala macam perjanjian yang menyangkut nonprofit transaction
(transaksi nirlaba). Akad yang termasuk dalam kategori ini adalah: Hibah,
Wakaf, Wasiat, Ibra’, Wakalah, Kafalah, Hawalah, Rahn, dan Qirad.
• 1.2. Akad Tijari, yaitu akad yang dimaksudkan untuk mencari dan
mendapatkan keuntungan dimana rukun dan syarat telah telah dipenuhi
semuanya. Atau dalam redaksi lain akad Tijari (conpensational contract)
adalah segala macam perjanjian yang menyangkut for profit transaction.
Akad yang termasuk dalam kategori ini adalah: Murabahah, Salam,
Istishna’ dan Ijarah Muntahiyah bittamlik serta mudharabah dan
Musyaraqah.
Macam-Macam Akad
2. Akad menurut keabsahannya:
• 2.1. Akad Sahih (Valid Contract) yaitu akad yang memenuhi semua rukun
dan syaratnya. Akibat hukumnya adalah perpindahan barang misalnya dari
penjual kepada pembeli dan perpindahan harga (uang) dari pembeli kepada
penjual.
• 2.2 Akad Fasid (Voidable Contract) yaitu akad yang semua rukunnya
terpenuhi, namun ada syarat yang tidak terpenuhi. Belum terjadi
perpindahan barang dari penjual kepada pembeli dan perpindahan harga
(uang) dari pembeli kepada penjual. Sebelum adanya usaha untuk
melengkapi syarat tersebut. Dengan kata lain akibat hukumnya adalah
Mauquf (terhenti dan tertahan untuk sementara).
• 2.3. Akad Bathal (Void Contract) yaitu akad dimana salah satu rukunnya
tidak terpenuhi dan otomatis syaratnya juga tidak dapat terpenuhi. Akad
sepeti ini tidak menimbulkan akibat hukum perpindahan harta (harta/uang)
dan benda kepada kedua belah pihak.
Macam-Macam Akad
3. Akad menurut namanya:
• 3.1. Akad bernama (al-u’qud al-musamma)
Yang dimaksud dengan akad bernama ialah akad yang sudah
ditentukan namanya oleh pembuat hukum dan ditentukan pula
ketentuan-ketentuan khusus yang berlaku terhadapnya dan tidak 3.2. Akad tidak bernama (al-‘uqud gair
berlaku terhadap akad yang lain. Para fukaha berbeda pendapat al-musamma)
tentang jumlah akad bernama. Salah satu contoh menurut al-Kasani
(w 587/1190) akad bernama meliputi sebagai berikut: Akad tidak bernama adalah akad yang
• Sewa menyewah (al-ijarah) tidak diatur secara khusus dalam kitab-
• • Pemesanan (al-istisnha) kitab fiqh dibawah satu nama tertentu.
• • Jual beli (al-bai’) Dalam kata lain, akad tidak bernama
• • Penanggugan (al-kafalah) adalah akad yang tidak ditentukan oleh
• • Pemindaan utang (al-hiwalah) pembuat hukum namanya yang khusus
• • Pemberian kuasa (al-wakalah) serta tidak ada pengaturan tersendiri
• • Perdamaian (ash-shulh) mengenainya. Contoh akad tidak
• • Persekutuan (asy-syirkah) bernama adalah perjanjian, penerbitan,
• • Bagi hasil (al-mudharabah) periklanan, dan sebagainya.
• • Hibah (al-hibah)
• • Gadai (ar-rahn)
• • Pengarapan tanah (al-muzaraah)
• • Pemeliharaan tanaman (al-mu’amalah/al-musaqah)
• • Penitipan (al-wadi’ah)
• • Pinjam pakai (al-‘ariyah)
• • Pembagian (al-qismah)
• • Wasiat-wasiat (al-washaya)
• • Perutangan (al-qardh)
Macam-Macam Akad
4. Akad menurut kedudukannya:
• 4.1. Akad Pokok (al-‘aqd al-ashli) adalah akad yang
berdiri sendiri yang keberadaannya tidak tergantung
kepada suatu hal lain. Seperti: akad jual beli, sewa-
menyewa, penitipan, pinjam pakai, dan seterusnya.
• 4.2. Akad asesoir (a-‘aqd at-tabi’) adalah akad yang
keberadaannya tidak berdiri sendiri, tetapi tergantung
kepada suatu hak yang menjadi dasar ada dan tidaknya
atau sah dan tidak sahnya akad tersebut. Seperti:
penanggungan (al-kafalah) dan akad gadai (ar-rahn).
Macam-Macam Akad
5. Akad dari segi unsur tempo di dalam akad:
• 5.1. Akad bertempo (al-‘aqd az-zamani) adalah akad
yang di dalamnya unsur waktu merupakan unsur asasi,
dalam arti unsur waktu merupakan bagian dari isi
perjanjian. Seperti: akad sewa-menyewa, akad
penitipan, akad simpan pakai, dan sebagainya.
• 5.2. akad tidak bertempo (al-‘aqd al-fauri) adalah akad
dimana unsur waktu tidak merupakan bagian dari isi
perjanjian. Akad jual beli, misalnya, dapat terjadi
seketika tanpa perlu unsur tempo sebagai bagian dari
akad tersebut.
Macam-Macam Akad
6. Akad dari segi formalitasnya:
• 6.1. Akad konsensual (al-‘aqd ar-radha’i)
• Akad konsensual dimaksudkan jenis akad yang untuk terciptanya cukup berdasarkan pada
kesepkatan para pihak tanpa diperlukan formalitas-formalitas tertentu. Yang termasuk
akad konsensual seperti jual beli, sewa-menyewa, dan utang piutang.
• 6.2. Akad formalitas (al-‘aqd asy-syakli)
• Akad formalitas adalah akad yang tunduk kepada syarat-syarat formalitas yang ditentukan
oleh pembuat akad, apabila syarat-syarat itu tidak terpenuhi akad tidak sah. Misalnya
adalah akad di luar lapangan hukum harta kekayaan, yaitu akad nikah dimana diantara
formalitas yang disyariatkan adalah kehadiran dan kesaksian dua orang saksi.
• 6.3. Akad riil (al-‘aqd al-‘aini)
• Akad riil adalah akad yang untuk terjadinya diharuskan adanya penyerahan tunai objek
akad, dimana akad tersebut belum terjadi dan belum menimbulkan akibat hukum apabila
belum dilaksanakan. Ada lima macam akad yang termasuk dalam kategori akad jenis ini,
yaitu hibah, pinkam pakai, penitipan, kredit (utang), dan akad gadai. Dalam kaitan
dengan ini terdapat kaidah hukum Islam yang menyatakan ”Tabaru’ (donasi) baru terjadi
dengan pelaksanaan riil” (la yatimmu at-tabarru’ illa bi qabdh)
Macam-Macam Akad
7. Dilihat dari segi dilarang atau tidak dilarangnya oleh
syara’:
• 7.1. Akad masyru’ adalah akad yang dibenarkan oleh syara’
untuk dibuat dan tidak dilarang untuk menutupnya, seperti
akad-akad yang sudah dikenal luas semisal jual beli, sewa
menyewa, mudharabah, dan sebagainya.
• 7.2. Akad terlarang adalah akad yang dilarang oleh syara’
untuk dibuat seperti akad jual beli janin atau akad yang
bertentangan dengan ahlak Islam (kesusilaan) dan
ketertiban umum seperti sewa menyewa untuk melakukan
kejahatan.
Macam-Macam Akad
8. Akad menurut dari mengikat dan tidak mengikatnya:
• 8.1. Akad mengikat (al-‘aqd al-lazim) adalah akad dimana apabila semua rukun
dan syaratnya telah terlaksana maka akad tersebut akan mengikat secara penuh
dan masing-masing pihak tidak dapat membatalkannya tanpa perssetujuan pihak
lain. Akan ini dibedakan lagi menjadi dua macam yaitu: Pertama, akad mengikat
kedua belah pihak seperti akad jual beli, sewa menyewa dan sebagainya. Kedua,
akad mengikat satu pihak, yaitu akad dimana salah satu pihak tidak dapat
membatalkan perjanjian tanpa persetujuan pihak lain, akan tetapi pihak lain
dapat membatalkan tanpa persetujuan pihak pertama seperti akad kafalah
(penanggungan) dan akad gadai (ar-rahn).
• 8.2. Akad tidak mengikat adalah akad pada masing-masing pihak dapat
membatalkan perjanjian tanpa persetujuan pihak lain. Akad ini dibedakan
menjadi dua, yaitu: (1) akad yang memang sifat aslinya tidak mengikat (terbuka
untuk di-faskh), seperti akad Wakalah(pemberi kuasa), syirkah (persekutuan)
dan sebagainya. (2) akad yang tidak mengikat karena didalamnya terdapat khiyar
bagi para pihak.
Macam-Macam Akad
9. Akad menurut dapat dilaksanakan atau tidak dapat
dilaksanakan:
• 9.1. akad Nafiz adalah akad yang bebas dari setiap
faktor yang menyebabkan tidak dapatnya akad
tersebut tersebut.
• 9.2. akad Mauquf adalah kebalikan dari akad nafiz,
yaitu akad yang tidak dapat secara langsung
dilaksankan akibat hukumnya sekalipun telah dibuat
secara sah, tetapi masih tergantung (mauquf) kepada
adanya retifikasi (ijasah) dari pihak berkepentingan
Macam-Macam Akad
10. Akad menurut tanggungan:
• 10.1. ‘aqd adh-dhaman adalah akad yang mengalihkan tanggungan
resiko atas kerusakan barang kepada pihak penerima pengalihan
sebagai konsekuensi dari pelaksanaan akad tersebut, sehingga
kerusakan barang yang telah diterimanya melalui akad tersebut
berada dalam tanggungannya sekalipun sebagai akibat keadaan
memaksa.
• 10.2. ‘aqd al-‘amanah adalah akad dimana barang yang dialihkan
melalui barang tersebut merupakan amanah dari tangan penerima
barang tersebut, sehingga dia tidak berkewajiban menanggung
resiko atas barang tersebut, kecuali kalau ada unsur kesegajaan
dan melawan hukum. Termasuk akad jenis ini adalah akad
penitipan, akad pinjaman, perwakilan (pemberi kuasa).
Perbedaan Akad dan Kontrak
• Secara literal, pengertian akad berasal dari bahasa arab yaitu a’qqoda, ya’qidu,
a’qdan yang berarti perjanjian atau persetujuan (yang tercatat) atau kontrak.
Secara terminologi ulama fiqih, dari segi umum, pengertian akad yaitu segala
sesuatu yang dikerjakan oleh seseorang berdasarkan keinginanmya sendiri
seperti waqaf, talak, pembebasan, dan segala sesuatu yang pembentukannya
membutuhkan keinginan dua orang seperti jual beli, perwakilan, dan gadai.
Menurut ulama Syari’ah akad adalah ikatan antara ijab’ dan qabul’ yang
diselenggarakan menurut ketentuan syari’ah dimana terjadi konsekkuensi hukum
atas sesuatu yang karenanya akad tersebut diselenggarakan. Sedangkan kontrak :
Pengertian kontrak menurut pasal 1313 KUHperdata adalah suatu perbuatan
dimana satu orang atau lebih mengikatkan diri terhadap satu orang lain atau
lebih. Secara umum kontrak adalah seperangkat janji-janji dan akibat
pengingkaran atau pelanggaran atas hukum yang memberikan pemulihan atau
menetapkan kewajiban bagi yang ingkar janji disertai sanksi dan pelaksananya.
Sekian dan Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai