Anda di halaman 1dari 3

Prognosis dan komplikasi

Askariasis

Komplikasi

Selama larva sedang bermigrasi dapat menyebabkan terjadinya reaksi alergik yang yang berat
dan pneumonitis dan bahkan dapat menyebabkan timbulnya pneumonia.

Prognosis

Selama tidak terjadi obstruksi oleh cacing dewasa yang bermigrasi, prognosis baik. Tanpa
pengobatan infeksis cacing ini dapat sembuh sendiri dalam waktu 1,5 tahun.

Trikuriasis

Komplikasi

Bila infeksi berat dapat terjadi perforasi usus atau prolapsus rekti

Prognosis

Dengan pengobatan yang adekuat, prognosis baik.

Malaria

Komplikasi malaria umumnya disebabkan oleh P. falciparum dan sering disebut pernicious
manifestations. Sering terjadi mendadak tanpa gejala-gejala sebelumnya, dan sering terjadi pada
penderita yang tidak imun seperti pada orang pendatang dan kehamilan. Komplikasi terjadi 5-
10% pada seluruh penderita malaria yang yang dirawat di rumh sakit dan 20% dari padanya
merupakan kasus yang fatal. Data di Minahasa berat adalah 6% dari kasus yang dirawat di rumah
sakit dengan mortalitas 10-20%.

Penderita malaria dengan komplikasi umumnya digolongkan sebagai malaria berat yang menurut
WHO didefinisikan sebagai infeksi P.falciparum dengan satu atau lebih komplikasi sbb:
1) Malaria cerebral (coma) yang tidak disebabkan oleh penyakit lain atau lebih dari 30
menit setelah serangan kejang; derajat penurunan kesadaran harus dilakukan penilaian
berdasar GCS;
2) Asidemia/acidosis: pH darah <7,5 atau plasma bicarbonate < 15 mmol/l, kadar laktat
vena > 5 mmol/l, klinis pernapasan dalam/ respiratory distress;
3) Anemia berat (Hb < 5 g/dl atau hematokrit <15% ) pada keadaan parasit > 10.000/ul;
bila anemianya hipokromik dan/atau miktositik harus dikesampingkan adanya anemia
defisiensi besi, talasemia/ hemoglobinopati lainnya;
4) Gagal ginjal akut (urun < 400 ml/24 jam pada orang dewasa atau 12 ml/kg BB pada
anak-anak) setelah dilakukan rehidrasi, disertai kreatinin > 3 mg/dl.
5) Edema paru non-kardiogenik/ ARDS (acute respiratory distress syndrome); dapat
dideteksi secara radiologi.
6) Hipoglikemi : gula darah < 40 mg/dl;
7) Gagal sirkulasi atau syok: tekanan sistolik < 70mmHg (anak 1-5 tahun < 50 mmHg);
disertai keringat dingin atau perbedaan temperature kulit mukosa > 100 C;
8) Perdarahan spontan dari hidung, gusi, saluran cerna, dan/atau disertai kelainan
laboratorik adanya gangguan koagulasi intravascular;
9) Kejang berulang lebih dari 2 kali/24 jam;
10) Makroskopik hemoglobinuri oleh karena infeksi malaria akut (bukan karena obat anti
malaria/ kelainan eritosit (kekurangan G-6-PD));
11) Diagnose post-mortem dengan ditemukannya parasit yang padat pada pembuluh kapiler
pada jaringan otak.

Beberapa keadaan lain yang juga dogolongkan sebagai malaria berat sesuai gambaran klinis
daerah setempat adalah:

1) Gangguan kesadaran ringan (GCS< 15) di Indonesia sering dalam keadaan delirium;
2) Kelemahan otot (tidak bisa duduk/berjalan ) tanpa kelainan neurologic;
3) Hiperparasitemia > 2% pada daerah hipoendemik atau daerah tak stabil malaria dan
parasit > 5 % pada daerah hyperendemik;
4) Ikterik ( bilirubin > 3 mg/dl) bila disertai gagal organ lain;
5) Hiperpireksia ( temperature rectal > 400 C) pada orang dewasa/ anak.
Pada criteria WHO 2010 telah direvisi criteria malaria berat dengan menambahkan malaria
dengan klinis jaundice/ikterus harus disertai kegagalan organ lain malaria dengan kadar laktat >
5 mmol/L.

Prognosis

Pada infeksi malaria hanya terjadi mortalitas bila mengalami malaria berat. Pada malaria berat,
mortalitas tergantung pada kecepatan penderita tiba di RS,kecepatan diagnose dan penanganan
yang tepat. Walaupun demikian mortalitas penderita malaria berat di dunia masuh cukup tinggi
bervariasi 15%-60% tergantung fasilitas pemberi pelayanan. Makin banyak jumlah komplikasi
akan diikuti dengan peningkatan mortalitas, misalnya penderita dengan malaria serebral dengan
hipoglikemi, peningkatan kreatinin, dan peningkatan bilirubin mortalitasnya lebih tinggi dari
pada malaria serebral saja.

Filariasis

Prognosis

Pada kasus-kasus dini dan sedang, prognosis baik terutama bila pasien pindah dari daerah
endemic. Pengawasan daerah endemic tersebut dapat dilakukan dengan pemeberian obat, serta
pemberantasan vektornya. Pada kasus-kasus lanjut terutama dengan edema tungkai, prognosis
lebih buruk.

Sumber: 2014. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid 1 Edisi VI. Jakart: Interna Publishing.

Anda mungkin juga menyukai