Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN PRAKTIKUM SERAT TEKSTIL

UJI PELARUTAN

Disusun oleh : Hetiani Purnama Dewi


NPM : 19420038
Group/Kelompok : K2/R04
Dosen : Kurniawan, S.Si., MT.
Mia K ,S.ST.

POLITEKNIK STT TEKSTIL BANDUNG

2020
I. MAKSUD DAN TUJUAN
1.1 Mengidentifikasi serat melalui teknik pelarutan
1.2 Mengamati ketahanan kelarutan serat terhadap pelarut atau zat kimia secara yang
diamati secara visual
1.3 Untuk bahan dasar pengujan kuantatif serat pada suatu bahan tekstil

II. TEORI DASAR


Serat adalah suatu benda yang halus, memiliki perbandingan panjang dan diameter yang
sangat besar, . Serat dapat digunakan sebagai serat tekstil harus memenuhi persyaratan
diantaranya adalah panjang, fleksibilitas, dan kekuatan. Serat tekstil merupakan bahan dasar
pembuatan benang dengan cara dipintal, benang yang telah jadi kemudian ditenun atau
dirajut menjadi kain. Kain ini terbentuk dari serat tekstil yang diolah sedemikian rupa
sehingga menghasilkan kain seperti dilihat dipasaran ataupun kain yang sudah dijadikan
pakaian jadi.
Serat tekstil secara garis besar dapat dikelompokkan atas dua serat yaitu serat alam yang
berasal dari alam dan serat buatan merupakan serat yang halus dibuat terlebih dahulu karena
belum tersedia di alam dalam bentuk serat.
A. Serat Kapas
· Pengertian
Serat kapas mempunyai bentuk penampang melintang yang sangat bervariasi dari elips
sampai bulat. Tetapi pada umumnya berbentuk seperti ginjal. Bentuk membujur serat kapas
adalah pipih seperti pita yang terpuntir.
· Sifat Kimia
1) Pengaruh asam
Selulosa tahan terhadap asam lemah, sedangkan terhadap asam kuat akan menyebabkan
kerusakan. Asam kuat akan menghidrolisa selulosa yang mengambil tempat pada jembatan
oksigen penghubung sehingga terjadi pemutusan rantai molekul selulosa (hidroselulosa).
Rantai molekul menjadi lebih pendek dan menyebabkan penurunan kekuatan tarik selulosa.
2) Pengaruh alkali
Alkali mempunyai pengaruh pada kapas. Alkali kuat pada suhu rendah akan
menggelembungkan serat kapas seperti yang terjadi pada proses merserisasi, sedangkan pada
suhu didih air dan dengan adanya oksigen dalam udara akan menyebabkan terjadinya
oksiselulosa.
3) Pengaruh panas
Serat kapas tidak memperlihatkan perubahan kekuatan bila dipanaskan pada suhu 120OC
selama 5 jam, tapi pada suhu yang lebih tinggi dapat menyebabkan penurunan kekuatan.
Serat kapas kekuatannya hampir hilang jika dipanaskan pada suhu 240OC.
4) Pengaruh oksidator
Oksidator dapat mengoksidasi selulosa sehingga terjadi oksiselulosa, rantai molekul selulosa
terputus dan selanjutnya mengakibatkan terjadinya oksiselulosa lanjutan yang mengubah
gugus aldehid menjadi gugus karboksilat. Pada oksidasi sederhana dalam suasana asam tidak
terjadi pemutusan rantai, hanya terjadi pembukaan cincin glukosa. Pengerjaan lebih lanjut
dengan alkali akan mengakibatkan pemutusan rantai molekul sehingga kekuatan tarik akan
turun. Oksiselulosa terjadi pada proses pengelantangan yang berlebihan, penyinaran dalam
keadaan lembab atau pemanasan yang lama pada suhu diatas 140OC.

B. Serat Rayon Viskosa


· Pengertian
Serat rayon viskosa merupakan jenis serat buatan yang bahan bakunya berasal dari alam,
yakni dari kayu dengan kadar selulosa tinggi. Selulosa merupakan unsur utama dalam serat
rayon viskosa, sehingga sifat kimia serat rayon viskosa hampir sama dengan sifat kimia dari
serat selulosa lainnya seperti kapas. Serat rayon viskosa berasal dari polimer selulosa dengan
derajat polimerisasi minimal 1.000 yang diproses regenerasi menjadi polimer dengan derajat
polimerisasi sekitar 350
· Sifat Kimia
Kerusakan kimia disebabkan oleh asam kuat, oksidator dan alkali pekat yang mengakibatkan
hidroselulosa dan oksiselulosa.
1) Asam
Asam seperti H2SO4 dapat menyebabkan kerusakan serat selulosa karena terjadi reaksi
hidrolisa pada jembatan glukosida sehingga terjadi pemutusan rantai molekul selulosa.
Reaksi ini akan mengakibatkan pendeknya rantai molekul sehingga terjadi penurunan
kekuatan tarik. Pengaruh asam pada konsentrasi dan suhu rendah tidak menimbulkan
kerusakan asalkan segera dilakukan proses penetralan setelah pengerjaan selesai.
2) Alkali
Pengerjaan dengan alkali lemah pada suhu tinggi akan mengakibatkan pemutusan rantai
molekul sehingga menurunkan kekuatan serat secara perlahan-lahan.
3) Oksidator
Reaksi oksiselulosa disebabkan adanya oksidasi oleh oksidator seperti NaOCl. Oksidasi
dalam suasana asam tidak mengakibatkan pemutusan rantai, namun terjadi pembukaan rantai
cincin glukosa sehingga penurunan kekuatan tarik tidak terlalu besar.

C. Serat Rami
· Pengertian
Rami merupakan serat tumbuh-tumbuhan jenis Boehmeria Nivea. Selulosa mempunyai
rumus (C6H10 O5)n, dimana “n” merupakan derajat polimerisasinya dan sebagian besar serat
rami (± 75 %) terdiri dari selulosa.
Analisa Frenderberg, Haworth dan Braun dalam buku Tekstil Fiber menunjukkkan bahwa
selulosa dibentuk oleh cindin glukosa, sehingga dapat disebutkan bahwa struktur serat
selulosa merupakan kesatuan dari anhydro glukosa yang dihubungkan satu dengan yang
lainnya oleh jembatan oksigen pada kedudukan 1 – 4
· Sifat Kimia
1) Pengaruh asam
Serat rami dapat turun kekuatannya atau rusak dalam beberapa kondisi Asam kuat. Adanya
asam akan menghidrolisa selulosa menghasilkan Hidroselulosa.
2) Pengaruh Alkali
Serat rami tahan terhadap Alkali, larutan alkali encer tidak mempengaruhi serat meskipun
pada suhu mendidih apabila tidak ada udara. Oksigen dari udara dapat menyebabkan
terjadinya Oksiselulosa.
3) Pengaruh Panas
Serat rami mempunyai ketahanan yang baik terhadap panas. Warna serat akan berubah
kekuning-kuningan bila dipanaskan pada suhu 1200C selama ± 5 jam. Sedangkan dalam
waktu beberapa menit dengan suhu 2400C serat akan rusak.
4) Pengaruh Bakteri dan Jamur
Serat rami sangat tahan terhadap bakteri dan jamur.

D. Serat Sutera
· Pengertian
Sutera adalah serat yang diperoleh dari jenis serangga yang disebut Lepidoptera. Serat sutera
berbentuk filament, dihasilkan oleh larva ulat sutera waktu membentuk kepompong. Spesies
utama dari ulat sutera yang dipelihara untuk menghasilkan sutera adalah bombix mori.
· Sifat Kimia
Sutera tidak dirusak oleh larutan asam encer hangat, tetapi larut dan akan dirusak oleh asam
kuat. Disbanding dengan wol, sutera kurang tahan asam tetapi lebih tahan alkali meskipun
dalam konsentrasi rendah. Pada suhu tinggi akan terjadi kemunduran pada kekuatannya.
Sutera tahan terhadap semua pelarut organic, tetapi larut didalam kuproamonium hidroksida
dan kuprietilena diamida.
Sutera kurang tahan terhadap zat-zat oksidator umpama kaporit dan simar matahari, tetapi
lebih tahan terhadap serangan secara biologi dibandingkan dengan serat-serat alam yang lain.
E. Serat Wool
· Pengertian
Wool berasal dari bulu biri-biri, kelinci angora, rambut kuda, atau domba. Wol selain
mengandung protein juga mengandung belerang. Wol telah mulai dipakai lebih kurang 4000
tahun sebelum Masehi di Mesir. Serat wol dapat dibagi atas wol halus, wol sedang dan wol
kasar atau wol permadani.
· Sifat Kimia
1) Di dalam air serat wol menggelembung, tetapi setelah kering akan kembali ke bentuk
semula.
2) Wol dapat bereaksi dengan asam kuat atau lemah, tetapi tidak larut.
3) Wol mudah rusak dalam alkali.
4) Wol tahan terhadap jamur dan bakteri, tetapi bila wol telah dirusak oleh zat kimia,
terutama alkali maka wol mudah diserang serangga dan jamur, yaitu kekuatan menurun,
warna berubah, dan serat dimakan serangga.
5) Finising wol dengan formaldehida bertujuan melindungi serat terhadap alkali, kaustik
soda, dan sterilisasi.
6) Wol dapat dicelup dengan zat warna asam, direk, dan krom.

F. Serat Poliester
· Pengertian
Serat poliester merupakan suatu polimer yang mengandung gugus ester dan memiliki
keteraturan struktur rantai yang menyebabkan rantai-rantai mampu saling berdekatan,
sehingga gaya antar rantai polimer poliester dapat bekerja membentuk struktur yang teratur.
Poliester merupakan serat sintetik yang bersifat hidrofob karena terjadi ikatan hidrogen antara
gugus – OH dan gugus – COOH dalam molekul tersebut, oleh karena itu serat poliester sulit
didekati air atau zat warna. Serat ini dibuat dari asam tereftalat dan etilena glikol.
· Sifat Kimia
Poliester tahan asam lemah meskipun pada suhu mendidih, dan tahan asam kuat dingin.
Poliester tahan basa lemah tapi kurang tahan basa kuat. Poliester tahan zat oksidator, alkohol,
keton, sabun, dan zat-zat untuk pencucian kering. Poliester larut dalam metakresol panas,
asam trifouro asetat-orto-cloro fenol.
G. Serat Poliakrilat
· Pengertian
Serat poliakrilat merupakan serat buatan yang terbentuk dari polimer sintetik yaitu vinil
sianida. Serat ini sangat kuat, hidrofob dan sukar dicelup. Penelitian mengenai serat
poliakrilat dimulai di Amerika pada tahun 1938 dan produk pertama yang dikomersialkan
dengan nama dagang Orlon pada tahun 1950 oleh Du Pont. Kemudian Chemstrand
Corporation memperkenalkan Acrilan pada tahun 1952, Dow Chemical mula
mengkomersilkan produknya, Zefran pada tahun 1958, dan American Cyanamid
memperkenalkan Creslan pada tahun 1959.
· Sifat Kimia
1) Ketahanan terhadap Zat Kimia
Serat poliakrilat pada umumnya memiliki ketahanan yang sangat baik terhadap asam-asam
mineral dan pelarut, minyak, lemak dan garam netral. Serat poliakrilat tahan terhadap alkali
lemah tetapi dalam larutan alkali kuat panas akan rusak dengan cepat.
2) Ketahanan terhadap Panas
Serat poliakrilat memiliki sifat tahan panas yang baik. Serat poliakrilat tahan pada pemanasan
150oC selama dua hari tanpa menunjukkan penurunan kekuatan tarik. Serat dapat mengalami
perubahan warna menjadi kuning, coklat, dan hitam apabila pemanasan diteruskan. Setelah
pemanasan 60 jam pada suhu 200oC, meskipun serat berwarna hitam, kekuatan tarik lebih
dari setengah kekuatan awal. Selain itu serat menjadi sangat stabil terhadap pemanasan lebih
lanjut meskipun dibakar dalam Bunsen.
Serat poliakrilat yang dipanaskan dalam keadaan kering tidak akan membuat membuat rantai-
rantai molekul putus, namun pada kondisi tersebut dapat menyebabkan penyusunan kembali
molekul-molekul menjadi senyawa lingkar, warna berubah, ikatan hydrogen lepas, dan
timbul gugus-gugus basa. Dari pembentukan molekul baru juga membuat serat tidak larut
dalam pelarut-pelarut yang biasa digunakan untuk melarutkan serat poliakrilat.

H. Serat Poliamida (Nylon)


· Pengertian
Poliamida adalah polimer yang terdiri dari monomer amida yang tergabung dengan ikatan
peptida. Poliamida dapat terbentuk secara alami ataupun buatan. Salah satu bentuk poliamida
alami yaitu protein, seperti wol dan sutra. Poliamida dapat dibuat secara artifisial melalui
polimerisasi atau sintesis (fase padat). Contoh poliamida buatan diantaranya nilon, aramid
dan sodium poly(aspartat). Poliamida biasanya digunakan dalam industri tekstil, otomotif,
karpet dan pakaian olahraga karena memiliki sifat kuat dan daya tahan yang ekstrim.
· Sifat Kimia
Sifat poliamida tergantung dari senyawa penyusunnya. Secara umum, serat poliamida
mempunyai penampang membujur berbentuk silinder dan penampang melintang bulat. Serat
nylon dibuat untuk berbagai tujuan, seperti untuk keperluan industri dibuat serat dengan
kekuatan tinggi dan mulur kecil, sedangkan untuk tekstil pakaian dibuat dengan kekuatan
yang tidak terlalu tinggi dan mulur yang agak tinggi.
Serat poliamida tahan terhadap serangan jamur, bakteri dan serangga. Serat ini juga sangat
tahan basa, rusak dalam asam kuat.dan dapat dicelup dengan zat warna dispersi asam dan
basa.
I. Serat Rayon Asetat
· Pengertian
Rayon Asetat terdiri dari senyawa selulosa asetat yang diidentifikasi sebagai selulosa – garam
selulosa. Oleh karena asetat memiliki kualitas yang berbeda dibandingkan dengan rayon.
Rayon Asetat adalah termoplastik dan dapat dibentuk menjadi bentuk apa pun dengan
aplikasi tekanan yang dikombinasikan dengan panas. Serat asetat memiliki retensi kondisi
yang baik.
Rayon asetat digunakan untuk bahan kain tenun dan pakaian wanita (baju daster). Karena
pegangannya lembut dan hangat, rayon asetat juga digunakan untuk bahan leher baju kemeja.
Rayon asetat digunakan pula untuk tekstil rumah tangga, seperti isolasi listrik dan penyaring
pada rokok.
· Sifat Kimia
Rayon asetat larut dalam asam kuat dan aseton

J. Serat Rayon Cuproamonium


· Pengertian
Serat rayon cupramonium adalah selulosa yang diregenerasi, maka sifatnya dalam banyak hal
sama dengan rayon viskosa. Perbedaan sifat-sifatnya antara rayon kupramonium sangat halus,
rata-rata 1,2 lenier per filamen, kekuatan rayon kupramonium berkurang dalam keadaan
basah, lebih mulur diwaktu basah dari pada waktu kering, dan rayon kupramonium dapat
terbakar, pada suhu 1800C rusak, dan kekuatannya berkurang oleh sinar matahari. Dalam
pembakaran akan meninggalkan abu yang mengandung sedikit sekali tembaga. Rayon
kupramonium terutama digunakan untuk pakaian, kaos kaki wanita, pakaian dalam dan
kebanyakan untuk kain kain dengan mutu baik. Kehalusan filamennya memberikan sifat
lemas dan drape yang baik (sifat gelombang yang baik).
· Sifat Kimia
Sifat kimia rayon kupramonium sama dengan rayon viskosa. Rusak oleh alkali, kuat, tetapi
tahan alkali lemah dan zat-zat oksidator. Pemutihan dapat dilakukan dengan larutan
hipoklorit dalam suasana sedikit basah atau dengan hydrogen peroksida. Pencelupan rayon
kupramonium sama dengan pencelupan rayon viskosa. Rayon cuproamonium larut dalam
asam kuat.

Identifikasi serat adalah cara yang dilakukan untuk mengetahui berbagai jenis serat baik
serat alam maupun serat buatan. Salah satu cara mengidentifikasi serat adalah dengan cara
uji pelarutan. Uji pelarutan adalah uji identifikasi serat yang berhubungan dengan sifat
kimia dari masing-masing serat. Uji pelarutan sangat penting terutama untuk serat-serat
buatan yang mempunyai morfologi hampir sama. Dengan melakukan uji pelarutan serat
akan dapat diketahui jenis seratnya setelah melihat kelarutan berbagai serat di dalam
pelarut.
Telah diketahui bahwa serat-serat tekstil tersusun atas polimer-polimer, kemudian polimer-
polimer tersebut saling terikat satu sama lain. Penyusun pengikat antar polimer
tersebut,antara lain :
a. Ikatan Hidrogen
Ikatan dimana atom hidrogen dihubungkan dengan dua atom lain. Ikatan ini terdapat
diantara dua gugus fungsional di dalam satu atau dua molekul.
b. Gugus Hidroksil
Gugus ini biasanya memudahkan kelarutan dalam air. Gugus ini mempunyai kemampuan
untuk menarik gugus hidroksil yang lain dari serat maupun dari atomnya sendiri,sehingga
serat akan mudah menyerap air.
c. Gugus Karboksil
Mempunyai sifat yang sama dengan gugus hidroksil,tetapi jika lebih bersifat asam maka
lebih mudah bereaksi dengan zat-zat lain.
d. Gugus Aromatil
Dalam polimer gugs ini menyebabkan molekul lebih kaku,dapat menaikan kohesi antar
molekul,sehingga membuat titik lelehnya lebih tinggi dari jenis molekul yang lainnya.

Prinsip pengujian pada uji pelarutan ini adalah melarutkan serat pada beberapa pelarut
kemudian diamati bagaimana sifat kelarutannya. Setelah serat dimasukkan ke dalam tabung
reaksi yang sudah berisi pelarut, maka sekitar 10 menit setelah itu dapat diketahui apakah
serat tersebut larut dalam pelarut tersebut atau tidak sehingga setelah mengetahui kelarutan
dari suatu serat akan dapat diketahui jenis serat tersebut. Uji pelarutan ini dilakukan dalam
suhu kamar terlebih dahulu. Kemudian ada beberapa pelarut yang harus dipanaskan atau
dididihkan dalam bejana yang berisi air yang dipanaskan bila serat belum/ tidak larut dalam
pelarut tersebut dalam suhu kamar. Namun bila serat sudah larut, pemanasan tersebut tidak
perlu dilakukan lagi.

Pelarut yang umum digunakan dalam pengujian ini antara lain :

 KOH 5% dan NaOH 10% pada suhu kamar dan mendidih akan melarutkan
serat protein.
 NaOH 45% pada suhu mendidih akan melarutkan serat polyester.
 HCl 1:1 larutan ini melarutkan nylon pada suhu kamr dalam waktu 10 menit.
 H2SO4 59,5% melarutkan serat rayon viskosa pada suhu kamr 20 menit selain
itu dapat melarutkan serat nylon, sutera dan melarutkan sebagian serat kapas.
 H2SO4 70% pada suhu 38℃ selama 20 menit, akan melarutkan serat kapas
secara sempurna.
 HNO3 pada suhu kamar selama 5 menit akan melarutkan serat wool,
poliakrilat dan nylon.
 HCOOH akan melarutkan serat nylon dengan sempurna pada suhu kamar
selama 5 menit.
 NaOCl serat protein akan larut sempurna dalam pelarut ini pada suhu kamar
dalam waktu 20 menit.
 Metal salisilat pada sehu mendidih akan melarutkan polyester.
III. ALAT DAN BAHAN
 Bermacam-macam serat :
1. Kapas
2. Rayon Viskosa
3. Rami
4. Sutera
5. Wool
6. Poliester
7. poliakrilat
8. Poliamida / nilon
9. Poliester : Kapas
10. Poliester : Wool
11. Poliester : Rayon

 Bermacam-macam Zat Kimia :


1. H2SO4 59,5%
2. H2SO4 70 %
3. HCl 1 : 1
4. HNO3
5. Asam formiat
6. Aseton
7. KOH 10 %
8. NaOH 10 %
9. NaOH 45 %
10. NaOCl
11. Metil Salisilat

 Alat-alat yang digunakan :


1. Tabung reaksi
2. Gelas reaksi
3. Penjepit kayu
4. Pengaduk
5. Rak Tabung reaksi
6. Pembakar Bunsen gas
7. Pipet Tetes
8. Bunsen
9. Alat Pelindung Diri

IV. CARA KERJA


1. Tabung reaksi dibersihkan.
2. Masukanlarutan dalam tabung reaksi dengan volume ¼ dari tabung reaksi
dengan hati-hati
3. Beberapa helai serat yang akan diuji (jangan terlalu banyak) dimasukkan ke
dalam tabung reaksi yang telah berisi pereaksi.
4. Serat yang berada di dalam larutan pereaksi diaduk-aduk dan diamati
kelarutannya selama 10 menit.
5. Pada pelarut KOH 10%, NaOH 45%, jika setelah 10 menit ternyata serat tidak
larut, maka pelarut yang berisi serat dapat dipanaskan dan amati kelarutannya
selama 10 menit dalam keadaan panas
6. Catat semua sifat kelarutan serat pada masing-masing jenis pelarut pada
lembar hasil pemeriksaan.
7. Khusus untuk pelarut metil salisilat, praktikum dilakukan langsung melakukan
pelarutan serat pada suhu pelarut yang mendidih.

V. HASIL PRAKTIKUM
(terlampir)

VI. PEMBAHASAN
1. Pada uji pelarutan serat yang larut dalam pelarut akan hancur dan menyatu atau
homogen dengan pelarut, namun tidak semua serat yang larut langsung hancur,
ada beberapa serat yang harus menunggu beberapa menit agar dapat larut ke
dalam pelarut setelah dilakukan pengadukan. Serat yang tidak larut dalam uji
pelarutan adalah serat yang secara visual bentuknya tetap dan tidak hancur meski
telah dimasukkan ke dalam pelarut selama beberapa menit dan telah dilakukan
pengadukan.
2. Serat yang larut ke dalam pelarut berarti serat tersebut tidak tahan terhadap sifat
kimia dari pelarut tersebut misalnya serat kapas yang larut dalam H2SO4 70% hal
ini berarti serat kapas tidak tahan terhadap sifat kimia Asam Sulfat yaitu Asam
Sulfat sebagai asam kuat. Serat yang tidak larut ke dalam pelarut artinya serat
tersebut tahan terhadap sifat kimia dari pelarut tersebut, misalnya rayon viskosa
tidak larut ke dalam HNO3 hal ini berarti rayon viskosa tahan terhadap sifat kimia
HNO3 yaitu sebagai asam kuat.
3. Sutera larut dalam H2SO4 konsentrasi 70 % dan NaOH konsentrasi 45 %.

Menyebabkan pembentukan garam, dan berikatan dengan gugus amina sehingga

menurunkan bilangan yodium.

4. Wool bersifat amfoter, yaitu dapat bereaksi dengan asam maupun basa. Adsorpsi

asam atau basa akan memutuskan ikatan garam, tetapi dapat kembali lagi. Wool

tahan asam, kecuali asam pekat panas karena dapat memutuskan ikatan peptida.

Wool juga tidak tahan terhadap NaOH yang dipanaskan karena akan

menimbulkan kerusakan pada serat


5. Pada uji pelarutan dilakukan pengadukan. Tujuan dilakukannya pengadukan
adalah agar serat yang dimasukkan ke dalam pelarut dapat larut sempurna,
kemudian ada juga beberapa serat yang larut ke dalam pelarut namun dalam
jangka waktu yang lama sehingga dibutuhkan bantuan dari luar yaitu dengan cara
diaduk sehingga akan mempercepat serat larut ke dalam pelarut.
6. Pada uji pelarutan dilakukan penambahan suhu untuk beberapa pelarut karena ada
beberapa jenis serat yang larut ke dalam pelarut tertentu namun pelarut tersebut
harus dalam suasana panas. Contohnya adalah poliester yang larut dalam basa
kuat yaitu NaOH namun NaOH dalam suasana panas. Jadi, tujuan dilakukannya
penambahan suhu adalah untuk membantu serat agar dapat larut ke dalam suatu
pelarut.
7. Bila ingin mengetahui jenis serat dari suatu kain yang tidak diketahui terbuat dari
serat apa, maka yang harus dilakukan adalah:.
 Lakukan uji pembakaran untuk menentukan jenis serat secara umum apakah
serat tersebut tergolong ke dalam serat selulosa, serat rambut atau serat
buatan yaitu serat poliester.
 Lakukan uji mikroskop untuk melihat morfologi dari serat yang berasal dari
kain tersebut agar dapat memastikan jenis serat tersebut
 Yang terakhir lakukan uji pelarutan untuk memastikan jenis serat hasil
pengamatan saat uji pembakaran dan mikroskop karena suatu serat hanya
akan larut ke dalam pelarut tertentu saja.
KESIMPULAN
Jadi kesimpulan yang saya pelajari adalah :

No Nama Pelarut Jenis Serat Yang Larut


1 H2SO4 (59,5%) Rayon Viskosa, Poliamida (Nylon), sutera (LS),
2 H2SO4 (70%) Kapas, Rayon Viskosa, Rami, Sutera,
Nylon,poliester kapas (LS),poliester rayon (LS)
3 HCL 1:1 Poliamida (Nylon)
4 HNO3 Poliakrilat, Poliamida (Nylon), sutera (LS), wool
(LS), poliester rayon (LS)
5 Asam Formiat Sutera (LS), wool (LS), poliester rayon (LS)
6 Aseton -
7 KOH (10%) Panas : wool (LS)
8 NaOH (10%) Wool (LS )
Panas : wool
9 NaOH (45%) Rami (RUSAK)
Panas: sutera, wool
10 NaOCl Wool (LS)
11 Metil Salisilat Wool (LS)
Panas : wool
VIII.DAFTAR PUSTAKA

Analisa Kualintatif Serat. Moerdoko, Wibowo, dkk. 1975. Evaluasi Tekstil Bagian

Kimia. Bandung: ITT. Tim Penyusun. 2004. Pedoman Praktikum Identifikasi

Serat Tekstil. Bandung: STTT. Widayat. 1973. Serat-Serat Tekstil. Bandung: ITT.

Maya Komalasari SST., M. (2013). Bahan Ajar Praktikum Serat Tekstil. Bandung: Politeknik
STTT Bandung.

Anda mungkin juga menyukai