UJI PELARUTAN
2020
I. MAKSUD DAN TUJUAN
1.1 Mengidentifikasi serat melalui teknik pelarutan
1.2 Mengamati ketahanan kelarutan serat terhadap pelarut atau zat kimia secara yang
diamati secara visual
1.3 Untuk bahan dasar pengujan kuantatif serat pada suatu bahan tekstil
C. Serat Rami
· Pengertian
Rami merupakan serat tumbuh-tumbuhan jenis Boehmeria Nivea. Selulosa mempunyai
rumus (C6H10 O5)n, dimana “n” merupakan derajat polimerisasinya dan sebagian besar serat
rami (± 75 %) terdiri dari selulosa.
Analisa Frenderberg, Haworth dan Braun dalam buku Tekstil Fiber menunjukkkan bahwa
selulosa dibentuk oleh cindin glukosa, sehingga dapat disebutkan bahwa struktur serat
selulosa merupakan kesatuan dari anhydro glukosa yang dihubungkan satu dengan yang
lainnya oleh jembatan oksigen pada kedudukan 1 – 4
· Sifat Kimia
1) Pengaruh asam
Serat rami dapat turun kekuatannya atau rusak dalam beberapa kondisi Asam kuat. Adanya
asam akan menghidrolisa selulosa menghasilkan Hidroselulosa.
2) Pengaruh Alkali
Serat rami tahan terhadap Alkali, larutan alkali encer tidak mempengaruhi serat meskipun
pada suhu mendidih apabila tidak ada udara. Oksigen dari udara dapat menyebabkan
terjadinya Oksiselulosa.
3) Pengaruh Panas
Serat rami mempunyai ketahanan yang baik terhadap panas. Warna serat akan berubah
kekuning-kuningan bila dipanaskan pada suhu 1200C selama ± 5 jam. Sedangkan dalam
waktu beberapa menit dengan suhu 2400C serat akan rusak.
4) Pengaruh Bakteri dan Jamur
Serat rami sangat tahan terhadap bakteri dan jamur.
D. Serat Sutera
· Pengertian
Sutera adalah serat yang diperoleh dari jenis serangga yang disebut Lepidoptera. Serat sutera
berbentuk filament, dihasilkan oleh larva ulat sutera waktu membentuk kepompong. Spesies
utama dari ulat sutera yang dipelihara untuk menghasilkan sutera adalah bombix mori.
· Sifat Kimia
Sutera tidak dirusak oleh larutan asam encer hangat, tetapi larut dan akan dirusak oleh asam
kuat. Disbanding dengan wol, sutera kurang tahan asam tetapi lebih tahan alkali meskipun
dalam konsentrasi rendah. Pada suhu tinggi akan terjadi kemunduran pada kekuatannya.
Sutera tahan terhadap semua pelarut organic, tetapi larut didalam kuproamonium hidroksida
dan kuprietilena diamida.
Sutera kurang tahan terhadap zat-zat oksidator umpama kaporit dan simar matahari, tetapi
lebih tahan terhadap serangan secara biologi dibandingkan dengan serat-serat alam yang lain.
E. Serat Wool
· Pengertian
Wool berasal dari bulu biri-biri, kelinci angora, rambut kuda, atau domba. Wol selain
mengandung protein juga mengandung belerang. Wol telah mulai dipakai lebih kurang 4000
tahun sebelum Masehi di Mesir. Serat wol dapat dibagi atas wol halus, wol sedang dan wol
kasar atau wol permadani.
· Sifat Kimia
1) Di dalam air serat wol menggelembung, tetapi setelah kering akan kembali ke bentuk
semula.
2) Wol dapat bereaksi dengan asam kuat atau lemah, tetapi tidak larut.
3) Wol mudah rusak dalam alkali.
4) Wol tahan terhadap jamur dan bakteri, tetapi bila wol telah dirusak oleh zat kimia,
terutama alkali maka wol mudah diserang serangga dan jamur, yaitu kekuatan menurun,
warna berubah, dan serat dimakan serangga.
5) Finising wol dengan formaldehida bertujuan melindungi serat terhadap alkali, kaustik
soda, dan sterilisasi.
6) Wol dapat dicelup dengan zat warna asam, direk, dan krom.
F. Serat Poliester
· Pengertian
Serat poliester merupakan suatu polimer yang mengandung gugus ester dan memiliki
keteraturan struktur rantai yang menyebabkan rantai-rantai mampu saling berdekatan,
sehingga gaya antar rantai polimer poliester dapat bekerja membentuk struktur yang teratur.
Poliester merupakan serat sintetik yang bersifat hidrofob karena terjadi ikatan hidrogen antara
gugus – OH dan gugus – COOH dalam molekul tersebut, oleh karena itu serat poliester sulit
didekati air atau zat warna. Serat ini dibuat dari asam tereftalat dan etilena glikol.
· Sifat Kimia
Poliester tahan asam lemah meskipun pada suhu mendidih, dan tahan asam kuat dingin.
Poliester tahan basa lemah tapi kurang tahan basa kuat. Poliester tahan zat oksidator, alkohol,
keton, sabun, dan zat-zat untuk pencucian kering. Poliester larut dalam metakresol panas,
asam trifouro asetat-orto-cloro fenol.
G. Serat Poliakrilat
· Pengertian
Serat poliakrilat merupakan serat buatan yang terbentuk dari polimer sintetik yaitu vinil
sianida. Serat ini sangat kuat, hidrofob dan sukar dicelup. Penelitian mengenai serat
poliakrilat dimulai di Amerika pada tahun 1938 dan produk pertama yang dikomersialkan
dengan nama dagang Orlon pada tahun 1950 oleh Du Pont. Kemudian Chemstrand
Corporation memperkenalkan Acrilan pada tahun 1952, Dow Chemical mula
mengkomersilkan produknya, Zefran pada tahun 1958, dan American Cyanamid
memperkenalkan Creslan pada tahun 1959.
· Sifat Kimia
1) Ketahanan terhadap Zat Kimia
Serat poliakrilat pada umumnya memiliki ketahanan yang sangat baik terhadap asam-asam
mineral dan pelarut, minyak, lemak dan garam netral. Serat poliakrilat tahan terhadap alkali
lemah tetapi dalam larutan alkali kuat panas akan rusak dengan cepat.
2) Ketahanan terhadap Panas
Serat poliakrilat memiliki sifat tahan panas yang baik. Serat poliakrilat tahan pada pemanasan
150oC selama dua hari tanpa menunjukkan penurunan kekuatan tarik. Serat dapat mengalami
perubahan warna menjadi kuning, coklat, dan hitam apabila pemanasan diteruskan. Setelah
pemanasan 60 jam pada suhu 200oC, meskipun serat berwarna hitam, kekuatan tarik lebih
dari setengah kekuatan awal. Selain itu serat menjadi sangat stabil terhadap pemanasan lebih
lanjut meskipun dibakar dalam Bunsen.
Serat poliakrilat yang dipanaskan dalam keadaan kering tidak akan membuat membuat rantai-
rantai molekul putus, namun pada kondisi tersebut dapat menyebabkan penyusunan kembali
molekul-molekul menjadi senyawa lingkar, warna berubah, ikatan hydrogen lepas, dan
timbul gugus-gugus basa. Dari pembentukan molekul baru juga membuat serat tidak larut
dalam pelarut-pelarut yang biasa digunakan untuk melarutkan serat poliakrilat.
Identifikasi serat adalah cara yang dilakukan untuk mengetahui berbagai jenis serat baik
serat alam maupun serat buatan. Salah satu cara mengidentifikasi serat adalah dengan cara
uji pelarutan. Uji pelarutan adalah uji identifikasi serat yang berhubungan dengan sifat
kimia dari masing-masing serat. Uji pelarutan sangat penting terutama untuk serat-serat
buatan yang mempunyai morfologi hampir sama. Dengan melakukan uji pelarutan serat
akan dapat diketahui jenis seratnya setelah melihat kelarutan berbagai serat di dalam
pelarut.
Telah diketahui bahwa serat-serat tekstil tersusun atas polimer-polimer, kemudian polimer-
polimer tersebut saling terikat satu sama lain. Penyusun pengikat antar polimer
tersebut,antara lain :
a. Ikatan Hidrogen
Ikatan dimana atom hidrogen dihubungkan dengan dua atom lain. Ikatan ini terdapat
diantara dua gugus fungsional di dalam satu atau dua molekul.
b. Gugus Hidroksil
Gugus ini biasanya memudahkan kelarutan dalam air. Gugus ini mempunyai kemampuan
untuk menarik gugus hidroksil yang lain dari serat maupun dari atomnya sendiri,sehingga
serat akan mudah menyerap air.
c. Gugus Karboksil
Mempunyai sifat yang sama dengan gugus hidroksil,tetapi jika lebih bersifat asam maka
lebih mudah bereaksi dengan zat-zat lain.
d. Gugus Aromatil
Dalam polimer gugs ini menyebabkan molekul lebih kaku,dapat menaikan kohesi antar
molekul,sehingga membuat titik lelehnya lebih tinggi dari jenis molekul yang lainnya.
Prinsip pengujian pada uji pelarutan ini adalah melarutkan serat pada beberapa pelarut
kemudian diamati bagaimana sifat kelarutannya. Setelah serat dimasukkan ke dalam tabung
reaksi yang sudah berisi pelarut, maka sekitar 10 menit setelah itu dapat diketahui apakah
serat tersebut larut dalam pelarut tersebut atau tidak sehingga setelah mengetahui kelarutan
dari suatu serat akan dapat diketahui jenis serat tersebut. Uji pelarutan ini dilakukan dalam
suhu kamar terlebih dahulu. Kemudian ada beberapa pelarut yang harus dipanaskan atau
dididihkan dalam bejana yang berisi air yang dipanaskan bila serat belum/ tidak larut dalam
pelarut tersebut dalam suhu kamar. Namun bila serat sudah larut, pemanasan tersebut tidak
perlu dilakukan lagi.
KOH 5% dan NaOH 10% pada suhu kamar dan mendidih akan melarutkan
serat protein.
NaOH 45% pada suhu mendidih akan melarutkan serat polyester.
HCl 1:1 larutan ini melarutkan nylon pada suhu kamr dalam waktu 10 menit.
H2SO4 59,5% melarutkan serat rayon viskosa pada suhu kamr 20 menit selain
itu dapat melarutkan serat nylon, sutera dan melarutkan sebagian serat kapas.
H2SO4 70% pada suhu 38℃ selama 20 menit, akan melarutkan serat kapas
secara sempurna.
HNO3 pada suhu kamar selama 5 menit akan melarutkan serat wool,
poliakrilat dan nylon.
HCOOH akan melarutkan serat nylon dengan sempurna pada suhu kamar
selama 5 menit.
NaOCl serat protein akan larut sempurna dalam pelarut ini pada suhu kamar
dalam waktu 20 menit.
Metal salisilat pada sehu mendidih akan melarutkan polyester.
III. ALAT DAN BAHAN
Bermacam-macam serat :
1. Kapas
2. Rayon Viskosa
3. Rami
4. Sutera
5. Wool
6. Poliester
7. poliakrilat
8. Poliamida / nilon
9. Poliester : Kapas
10. Poliester : Wool
11. Poliester : Rayon
V. HASIL PRAKTIKUM
(terlampir)
VI. PEMBAHASAN
1. Pada uji pelarutan serat yang larut dalam pelarut akan hancur dan menyatu atau
homogen dengan pelarut, namun tidak semua serat yang larut langsung hancur,
ada beberapa serat yang harus menunggu beberapa menit agar dapat larut ke
dalam pelarut setelah dilakukan pengadukan. Serat yang tidak larut dalam uji
pelarutan adalah serat yang secara visual bentuknya tetap dan tidak hancur meski
telah dimasukkan ke dalam pelarut selama beberapa menit dan telah dilakukan
pengadukan.
2. Serat yang larut ke dalam pelarut berarti serat tersebut tidak tahan terhadap sifat
kimia dari pelarut tersebut misalnya serat kapas yang larut dalam H2SO4 70% hal
ini berarti serat kapas tidak tahan terhadap sifat kimia Asam Sulfat yaitu Asam
Sulfat sebagai asam kuat. Serat yang tidak larut ke dalam pelarut artinya serat
tersebut tahan terhadap sifat kimia dari pelarut tersebut, misalnya rayon viskosa
tidak larut ke dalam HNO3 hal ini berarti rayon viskosa tahan terhadap sifat kimia
HNO3 yaitu sebagai asam kuat.
3. Sutera larut dalam H2SO4 konsentrasi 70 % dan NaOH konsentrasi 45 %.
4. Wool bersifat amfoter, yaitu dapat bereaksi dengan asam maupun basa. Adsorpsi
asam atau basa akan memutuskan ikatan garam, tetapi dapat kembali lagi. Wool
tahan asam, kecuali asam pekat panas karena dapat memutuskan ikatan peptida.
Wool juga tidak tahan terhadap NaOH yang dipanaskan karena akan
Analisa Kualintatif Serat. Moerdoko, Wibowo, dkk. 1975. Evaluasi Tekstil Bagian
Serat Tekstil. Bandung: STTT. Widayat. 1973. Serat-Serat Tekstil. Bandung: ITT.
Maya Komalasari SST., M. (2013). Bahan Ajar Praktikum Serat Tekstil. Bandung: Politeknik
STTT Bandung.