Anda di halaman 1dari 3

Nama : Rizqi Arum Wardhani

NIM : 114200036
Prodi : Teknik Lingkungan
Kelas : Bela Negara dan Wimaya G

RESUME DIES NATALIS KE 62 UPN


“IMPLEMENTASI BELA NEGARA DALAM RANGKA MENDUKUNG KETAHANAN NASIONAL”
OLEH : BAPAK KETUA MPR RI H. BAMBANG SOESATYO, S.E, M.B.A.

Kekuatan militer yang dimiliki oleh Indonesia masuk dalam peringkat ke-16 dari 137
negara. Indonesia, negara yang tidak pro kanan, pro kiri, pro depan, maupun pro belakang
harus berhati-hati terhadap negara-negara persemakmuran seperti China, Australia, dan
Singapura yang kini tengah memperebutkan atau menguasai pengaruh dunia. Setidaknya,
Indonesia memiliki pasukan cadangan dan pasukan aktif dengan total sekitar 800.000 jiwa,
pasukan khusus yang terlatih, 315 tank perang, lebih dari 13.000 kendaraan lapis baja, dan
banyak alat perang lainnya yang siap dikerahkan jika terjadi sesuatu pada Indonesia.

Pentingnya bela negara adalah apabila ancaman-ancaman tidak hanya berasal dari luar,
tetapi justru ancaman dari dalam. Ancaman dari dalam tersebut sangat sensitif dan dapat
membahayakan ideologi bangsa, seperti isu-isu provokatif. Generasi muda produktif yang
jumlahnya dapat melampaui sekitar 80juta jiwa pada tahun 2030-3035 menjelang Indonesia
Emas 2045 merupakan potensi atau bonus demografi yang diharapkan dapat mengubah wajah
Indonesia di kancah Internasional. Namun, hal tersebut juga dapat menjadi ancaman bagi
bangsa Indonesia jika nantinya tidak tepat mengarahkan generasi muda ini sesuai dengan nilai-
nilai kebangsaan dan nilai pancasila.

UUD Pasal 27 ayat 3 yang berbunyi “Setiap warga negara berhak dan wajib ikut serta
dalam upaya pembelaan negara” telah diimplementasikan dalam visi misi UPN “Veteran”
Yogyakarta yaitu menjadi universitas pionir pembangunan yang dilandasi jiwa bela negara di
era globalisasi. Hal tersebut selaras dengan sesanti “Widya Mwat Yasa” yang artinya menuntut
ilmu untuk didharmabaktikan bagi keperluan bangsa dan negara. Puncak pencapaian tertinggi
yang dapat diraih oleh setiap lembaga ilmu pendidikan adalah pengabdian dirinya terhadap
masyarakat, bangsa, dan negara.

Dalam menghadapi ancaman militer, TNI akan berada di garda terdepan sebagai
komponen utama dengan di. Sedangkan, untuk menghadapi ancaman non militer, lembaga di
luar bidang pertahanan akan tampil sebagai komponen utama sesuai bentuk dan sifat
ancamannya.

Spektrum pemaknaan bela negara harus dimaknai dari sudut pandang yang lebih luas
dari berbagai aspek seperti ketahanan politik, ketahanan ekonomi, ketahanan sosial budaya,
dan ketahanan pangan. Dalam hal ketahanan pangan, Indonesia termasuk dalam 5 negara yang
dapat bertahan dalam krisis pangan pasca pandemi Covid-19.

Indonesia sebagai negara agraris memiliki arti bahwa masa depan Indonesia berada di
sektor pertanian. Masa depan Indonesia akan berada di desa-desa, tidak lagi berada di
perkotaan. Maka dari itu, mahasiswa harus mengubah orientasinya bahwa di masa depan kota-
kota akan menjadi sunyi dan perputaran ekonomi akan berada di desa-desa.

UU No 3 Tahun 2002 tentang pertahanan negara, upaya bela negara dapat


diimplementasikan melalui pendidikan kewarganegaraan, pelatihan dasar kemiliteran,
penbandian prajurit TNI, dan pengabdian diri sesuai profesi. Semua warga negara harus
melakukan upaya bela negara dengan berpegang teguh pada nilai pancasila dan Bhinneka
Tunggal Ika. Keberagaman yang ada di Indonesia harus menjadi perhatian kita semua agar
keberagaman tersebut tidak menjadi ancaman sendiri bagi bangsa kita.

Dalam kancah global, banyak sekali ancaman bagi Indonesia. Kondisi geografis Indonesia
terletak di antara 2 benua dan 2 samudera, menjadikan Indonesia sebagai jalur perdagangan
dunia yang menyebabkan hampir mustahil jika Indonesia harus menutup diri dari dunia luar.
Selain itu, Indonesia memiliki perairan terluas ke-7 di dunia yang mempunyai potensi laut yang
melimpah. Dalam hal ini, jika dikelola dengan baik akan membawa potensi yang baik bagi
Indonesia. Namun, jika tidak, jati diri bangsa akan terkikis.
Faktor lain ancaman yaitu ancaman bersifat ideologis, berkembangnya sikap
radikalisme, terorisme, separatis, dan disintegrasi. Ancaman bersifat ideologis yaitu hampir
masuknya nilai-nilai budaya asing seperti modernisasi, sex bebas, dan LGBT yang menggeser
nilai-nilai kearifan lokal.

Ancaman ideologi yang terkait dengan Pancasila juga semakin nyata. Survey CSIS 2
tahun yang lalu menyatakan bahwa 10% generasi milenial setuju mengganti Pancasila dengan
ideologi lainnya. Survey Komunitas Pancasila Muda pada Mei 2020 mencatat 60% responden
setuju bahwa nilai Pancasila sangat relevan dengan kehidupan, tetapi ada sekitar 19,5%
responden yang menganggap Pancasila sebagai istilah yang tidak dipahami maknanya. Maka
dari itu, sudah sepatutnya kita semua menyadarkan diri dan mempertebal pemahaman kita
terhadap Pancasila.

Internet, kemajuan teknologi yang juga dapat menimbulkan bahaya bagi pertahanan
negara juga harus disikapi secara hati-hati. Jika tidak digunakan dengan benar akan
menyebabkan individualisme dan anti sosial. Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia
(APJII) mengatakan pada tahun 2020 hampir 73,3% masyarakat Indonesia terakses dengan
Internet.

Anda mungkin juga menyukai