Anda di halaman 1dari 12

KARYA ILMIAH

ILMU NEUROSAINS DALAM PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

DI SUSUN OLEH

IKHWANSYAH PUTRA HARAHAP


1903100017

SEKOLAH TINGGI OLAHRAGA DAN KESEHATAN BINA GUNA


PENDIDIKAN JASMANI KESEHATAN DAN REKREASI
TAHUN 2020
KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah senantiasa saya panjatkan kehadirat Allah SWT


yang telah melimpahkan rahmat dan karunian-Nya, sehingga saya dapat
menyelesaikan makalah ini guna memenuhi tugas MK untuk mata kuliah
Pendidikan Agama, dengan judul: “KARYA ILMIAHI LMU NEUROSAINS
DALAM PENDIDIKAN AGAMA ISLAM”

Saya menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini tidak terlepas dari
bantuan banyak pihak yang tulus memberikan doa, saran dan kritik sehingga
makalah ini dapat terselesaikan.

Saya menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih jauh dari kata
sempurna dikarenakan terbatasnya pengalaman dan pengetahuan yang saya miliki.
Oleh karena itu, Saya mengharapkan segala bentuk saran serta masukan bahkan
kritik yang membangun dari berbagai pihak. Dan saya berharap semoga makalah
ini dapat memberikan manfaat bagi perkembangan dunia pendidikan.

Medan, Maret 2021

Ikhwansyah Putra Harahap

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR......................................................................................i
DAFTAR ISI....................................................................................................ii
BAB I. PENDAHULUAN ..............................................................................1
A. Latar Belakang......................................................................................1
B. Rumusan Masalah ................................................................................1
C. Tujuan ..................................................................................................2
BAB II. PEMBAHASAN.................................................................................3
A. Pengertian Neurosains .........................................................................3
B. Tujuan Neurosains ...............................................................................4
C. Studi Peace Building dalam Perspektif Pendidikan .............................4
D. Pengembangan Kurikulum Pendidikan Agama Islam dalam
Kajian TeoriEkologi Brofenbrenner ..................................................7
BAB III. PENUTUP.........................................................................................8
Kesimpulan ......................................................................................................8
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................9

ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Latar BelakangSecara etimologi, neurosains adalah ilmu neural
(neural science) yangmempelajari tentang sistem syaraf, terutama mempelajari
neuron atau sel saraf denganpendekatan melalui cabang ilmu. Sedangkan
secara terminologi, neurosainsmerupakan bidang ilmu yang mengkhususkan
pada studi saintifik terhadap sistemsyaraf. Atas dasar ini, neurosains juga
disebut sebagai ilmu yang mempelajari otakdan seluruh fungsi-fungsi syaraf
belakang.Neurosains adalah sistem pendidikan baru yang mempelajari
tentang sistemkerja syaraf. Pendidik umunya jarang memperhatikan
permasalahan ini. Pengabaian terhadap sistem ini menyebabkan suasana
pembelajaran menjadi inti. Masa kecil adalah masa keemasan apabila di
pengaruhi pendidikan yangtepatakan mempunyai dampak yang sangat positif
untuk anak usia dini. Pendidikanberbasis neurosains sangat berhubungan erat
dengan otak. Pendidikan ini untuk merangsang otak anak agar dapat
berkembang jika dapat sentuhan dari luar. Jika dapatmemberi rangsangan secara
baik, otak akan menerima dan mempelajari rangsangantersebut dengan sebaik-
baiknya sehingga respon yang dikeluarkan juga akan sebaik-baiknya. Neurosains
dalam anak usia dini ini bisa di lakukan dengan pembelajaranseperti di berikan
soal yang di buat secara kreatif agar anak usia dni dapat lebih semangat
dalam mengerjakan.

B. Rumusan Masalah
1. Apa Apa yang dimaksud dengan Neurosains ?
2. Bagaimana perkembangan otak anak dari masa bayi sampai ke kanak-
kanak ?
3. Apa yang dimaksud dengan Studi Peace Building dalam Perspektif
Pendidikan ?
4. Bagaimana Pengembangan Kurikulum Pendidikan Agama Islam
dalam Kajian Teori Ekologi Brofenbrenner

1
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui defini dan sejarah dari Neurosains
2. Untuk mengetahui Perkembangan Otak Anak Dari Masa Bayi Sampai
Ke Kanak-Kanak.
3. Untuk mengetahui definisi dan tujuan dari Studi Peace Building dalam
Perspektif Pendidikan.
4. Unuk mengetahuin Perkembangan Kurikulum Pendidikan Agama
Islam DalamKajian Teori Ekologi Brofenbrenne

2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Neurosains
Secara etimologi, neurosains adalah ilmu neural (neural science)
yangmempelajari tentang sistem syaraf, terutama mempelajari neuron atau sel
saraf denganpendekatan melalui cabang ilmu. Sedangkan secara
terminologi, neurosainsmerupakan bidang ilmu yang mengkhususkan pada
studi saintifik terhadap sistemsyaraf. Atas dasar ini, neurosains juga disebut
sebagai ilmu yang mempelajari otakdan seluruh fungsi-fungsi syaraf belakang.
Neurosains adalah sistem pendidikan baru yang mempelajari tentang
sistemkerja syaraf. Pendidik umunya jarang memperhatikan permasalahan ini.
Pengabaianterhadap sistem ini menyebabkan suasana pembelajaran menjadi
inti.Neurosains merupakan satu bidang kajian mengenai sistem saraf yang ada
didalam otak manusia.
Neurosains juga mengkaji mengenai kesadaran dan kepekaanotak
dari segi biologi, persepsi, ingatan, dan kaitannya dengan pembelajaran.
Bagiteori Neurosains, sistem saraf dan otak merupakan asas fisikal
bagi prosespembelajaran manusia. Neurosains dapat membuat hubungan diantara
proses kognitifyang terdapat di dalam otak dengan tingkah laku yang akan
dihasilkan. Hal ini dapatdiartikan bahwa, setiap perintah yang diproses oleh otak
akan mengaktifkan daerah-daerah penting otak (Harun, 2003).
Neurosains adalah suatu bidang penelitian saintifik tentang
sistem saraf,utamanya otak. Neurosains merupakan penelitian tentang otak
dan pikiran. Studitentang otak menjadi landasan dalam pemahaman tentang
bagaimana kita merasa danberinteraksi dengan dunia luar dan khususnya
apa yang dialami manusia danbagaimana manusia mempengaruhi yang lain
(Schneider, 2011)

3
B. Tujuan Neurosains
Tujuan utama dari ilmu ini adalah mempelajari dasar-dasar biologis
darisetiap perilaku. Artinya, tugas utama dari neurosains adalah menjelaskan
perilakumanusia dari sudut pandang aktivitas yang terjadi di dalam otaknya.
Penelitianmutakhir di bidang neurosains menemukan sejumlah bukti
hubungan tidakterpisahkan antara otak dan perilaku (karakter) manusia.

C. Studi Peace Building dalam Perspektif Pendidikan


Pendidikan Islam menjelaskan dengan rigid posisi peserta didik
sebagaimanusia di antara makhluk Allah lainnya, tanggung jawabnya
dalam kehidupan,peranannya sebagai makhluk sosial dan tanggung jawabnya
dalam tatanan kehidupanmasyarakat, serta hubungan manusia dengan alam
dan tugasnya untuk memahamihikmah penciptaan dengan cara menjaga
keharmonisan. Pendidikan Islam mengarahpada dua dimensi dialektika, yakni
dimensi vertikal dan horizontal. Dalam dimensivertikal, pendidikan Islam menjadi
mediator untuk memahami fenomena dan misterikehidupan serta upayanya
mencapai hubungan dengan Tuhan. Hal ini sebagaimanadiungkapkan Al
Ghazali, yang secara eksplisit menempatkan dua hal penting sebagaiorientasi
pendidikan. Pertama, mencapai kesempurnaan manusia untuk
secarakualitatif mendekatkan diri kepada Allah SWT. Kedua, mencapai
kesempurnaanmanusia untuk meraih kebahagiaan di dunia dan akhirat.
Sedangkan dalam dimensihorizontal, pendidikan Islam diharapkan mampu
mengembangkan pemahamanpeserta didik dalam menghadapi realitas
kehidupan, baik yang menyangkut dirinya,masyarakat atau yang kerap
disebut dengan hablum min an-nas, maupun dengansemesta alam. Artinya,
peserta didik tidak hanya berorientasi pada keridhaan SangKhalik semata,
tetapi juga bermakna bagi sesama manusia dan lingkungan kehidupandi
sekitarnya. Oleh karena itu, konsep damai dalam pandangan Islam dapat
dibagimenjadi empat bagian yang saling berhubungan satu sama lain. Pertama,
damai dalamkonteks hubungan dengan Allah sebagai Pencipta, yakni
kedamaian yang terwujudkarena manusia hidup sesuai dengan prinsip

4
penciptaannya yang fitri. Kedua, damaidengan diri sendiri. Ketiga, damai dalam
kehidupan bermasyarakat. Hal ini dapatdiwujudkan jika manusia berada
dalam kehidupan yang bebas dari perang dandiskriminasi, serta
diterapkannya prinsip keadilan. Keempat, damai denganlingkungan,
terwujud dari pemanfaatan sumber daya alam bukan hanya
sebagaipenggerak pembangunan, melainkan pula sumber yang harus
dilestarikan demikesinambungan ekosistem kehidupan. Al-Quran memberikan
koridor yang cukup eksplisit dan praktis terkaitconflict resolution. Al-
Qur’an tidak hanya memberikan tips-tips praktis akan tetapijuga
menggariskan beberapa prinsip yang harus menjadi dasar dari proses
tersebut.Pada hokum syariat tentang qishas misalnya, terdapat batasan aturan
pelaksanaansyariat yang jelas termaktub dalam Qs. 2:178-179. Dengan kata lain
proses resolusikonflik dalam Islam harus menekankan pada prinsip keadilan,
pemberdayaan bagiorang-orang yang lemah, serta membangun solidaritas
sosial dan dukungan publik.5
Islam menolak segala sesuatu yang melampaui batas, termasuk dalam hal
penegakankebenaran dan pencapaian keadilan. Dalam konteks penanganan
konflik modern, padalevel ini dikenal berbagai tahapan resolusi konflik, yakni
mulai dari gencatan senjata(ceasefire) atau penghentian kekerasan fisik,
kemudian membuka ruang negosiasiantara para pihak yang berkonflik
(disputant). Jika negosiasi menemui jalan buntu,maka ada upaya mediasi. Jika
mediasi gagal, maka ada mekamisme peradilan atauarbitrase. Dalam
bahasa Al-Qur’an upaya-upaya ini disebut dengan musyarawah(negosiasi),
al- ashlah (mediasi), dan at-tahkim (arbitrase).Tujuan dari peace-education
dalam perspektif pendidikan Islam, tentu sajatidak hanya sekedar
menyentuh dimensi kognitif semata, melainkan sampai padadimensi
praktis. Harapannya peserta didik dapat mengimplementasi- kan
gagasan,pengetahuan, keahlian, dan nilai-nilai tersebut dalam kehidupan sehari-
hari. Hal inidikarenakan pendidikan Islam pada dasarnya menyentuh tiga
domain yang salingterintegrasi. Yang pertama knowing, peserta didik
mengetahui dan memahami ajaranIslam. Kedua doing, peserta didik mampu

5
mempraktikkan ajaran Islam. Dan yangketiga being, di mana peserta didik
dapat menjalani hidup sesuai dengan ajaranagama. Bagaimanapun,
pendidikan Islam tidak boleh dicukupkan pada otak(pemahaman) dan
badan (simbol fisik dan perbuatan). Lebih dari itu, perlu diadakaninternalisasi
ajaran Islam ke dalam al-qalb (hati) dan aż-żauq (rasa). Adapun salahsatu
cara internalisasinya adalah dengan melakukan keteladanan dan
pembiasaan.Dalam konteks pengajaranya, seorang pendidik bukan berposisi
sebagai hakimyang keputusannya bersifat mutlak. Bukan pula sebatas
pembimbing dalam perjalananbelajar maupun perpanjangan tangan dari ilmu-
ilmu dan ajaran ulama terdahulu.Pendidik dalam perspektif pendidikan
Islam merupakan pewaris para Nabi, tidakhanya pewaris ilmu-ilmu Nabi
tetapi juga pewaris sifat-sifat Nabi. Di antaranya, patutmenjadi contoh dalam
kepemilikan semangat perjuangan terhadap Islam, bukanperjuangan dengan
paksaan dan kekerasan melainkan dengan hikmah, kelembutan,dan kasih
sayang serta memberikan pendidikan terhadap umat dengan
gerakanpembaharuan agar menjadi yang lebih baik dalam segala bidang demi
kemajuan umat.Adapun dalam literatur Barat, istilah peace-education bukan
merupakan hal barukarena sudah banyak penulis yang mengkaji dan
mengembangkan gagasan maupunaksi pendidikan menggunakan konsepi
tersebut. Ada beberapa definisi yangdikemukakan terkait peace-education,
di antaranya menurut versi UNICEF. BadanPBB yang secara khusus
menangani pendidikan ini mendefinisikan peace- educationsebagai proses
mempromosikan pengetahuan, keahlian-keahlian, sikap, dan nilai-nilai6
yang diperlukan untuk membawa perubahan perilaku yang
memungkinkan anak-anak,pemuda, dan orang dewasa untuk mencegah (to
prevent) konflik dan kekerasan,menyelesaikan (to resolve) konflik secara
damai, dan menciptakan (to create) kondisiyang kondusif bagi perdamaian, baik
pada level antar personal, interpersonal, antarkelompok, nasional, maupun
internasional.

6
D. Pengembangan Kurikulum Pendidikan Agama Islam dalam
Kajian TeoriEkologi Brofenbrenner
Kurikulum Pendidikan Agama Islam berorientasi pada proses
transferpengetahuan, cara berpikir (mindset), sikap (behaviour), dan
perilaku (attitude)melalui seperangkat pengetahuan dan nilai-nilai yang terdapat
dalam al Qur’an dan alHadist. Dengan berkembangnya ilmu pengetahuan,
Pendidikan Agama Islam jugadituntut untuk dapat mengembangkan diri baik
dari aspek teoritis maupun aplikatifsehingga peranannya dalam membangun
kerangka psikologisideologis peserta didikdapat terimplementasikan dengan
upaya dan proses penanaman sesuatu (pendidikan)secara continue, serta adanya
hubungan timbal balik antara pendidik, peserta didik,dan akhlakul karimah
sebagai tujuan akhir dengan tetap memperhatikan aspekepistemologi
terkait pembinaan dan pengoptimalan potensi; penanaman nilai-nilaiIslam
dalam jiwa, rasa, dan pikir; serta keserasian dan keseimbangan

7
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Neurosains memiliki banyak cabang ilmu tentang syaraf.
Neuroanatomi (strukturotak) dan neurofisiologi (fungsi otak) perlu
dipertimbangkan para pendidik untuk digunakan sebagai dasar
keberhasilan mematangkan keberhasilan masa depan anak dimulai dari
proses pengolahan otak di masa golden ages.
Neurosains adalah sistem pendidikan baru yang mempelajari
tentang sistem kerja syaraf. Pendidik umunya jarang memperhatikan
permasalahan ini. Pengabaian terhadap sistem ini menyebabkan suasana
pembelajaran menjadi inti. Tujuan utama dari ilmu ini adalah mempelajari
dasar-dasar biologis dari setiapperilaku. Artinya, tugas utama dari neurosains
adalah menjelaskan perilaku manusia darisudut pandang aktivitas yang terjadi
di dalam otaknya. Penelitian mutakhir di bidangneurosains menemukan
sejumlah bukti hubungan tidak terpisahkan antara otak danperilaku
(karakter) manusia”
Terdapat dua alasan pendidikan Islam tidak menaruh perhatian
pada neurosainssehingga berimplikasi pada pemisahan IQ/EQ/SQ.
Pertama, hilangnya filsafat dalampendidikan Islam. Kedua, pengembangan
keilmuan yang dikotomi. Neurosains belummendapat perhatian dalam
pendidikan Islam. Penyebab lain adalah kurangnya perhatianpendidikan
Islam terhadap perkembangan neurosains.

8
DAFTAR PUSTAKA

Sylwester, Robert Memahami Perkembangan dan Cara Kerja Otak Anak-


Anak, terj. Ririn
Sjafriani. Jakarta: Indeks,2012
Suyadi, teori pembelajarn anak usia dini; pendahuluan, Bandung 2017: pt remaja
rosdakarya.
1, 5, 113-114
Suyadi. Teori Pembelajaran Anak Usia Dini Dalam Kajian Neurosains,
(Bandung : PT.
Remaja Rosdakarya, 2014)
Nurasiah, urgensi neurosains dalam pendidikan. Al-Tadzkiyyah : Jurnal
Pendidikan Islam,
Volume 7, 2016
Salsabila, U. H. (2017). Refleksi Peace-Education dalam Transformasi
Kurikulum
Pendidikan Islam (Solusi Alternatif Resolusi Konflik Melalui Pendidikan
Formal).
Journal Al-Manar,6(2).Diambil dari
https://journal.staimsyk.ac.id/index.php/almanar/article/view/31
Salsabila, U. H. (2018). Membangun Kesadaran Spiritual Di Abad 21:
Dari Aktivitas
Mengagumi Hingga Menginspirasi.
Salsabila, U. H. (2018). Teori Ekologi Brofenbrenner sebagai Sebuah
Pendekatan dalam
Pengembangan Kurikulum Pendidikan Agama Islam. Journal Al-Manar, 7(1).
Diambil
dari https://journal.staimsyk.ac.id/index.php/almanar/article/view /72
Sujud, Aswardi. Pendidikan Pra Sekolah. Yogyakarta: UNY Pres,1978

Anda mungkin juga menyukai