Anda di halaman 1dari 13

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI..........................................................................................................ii
DAFTAR GRAFIK...............................................................................................iii
DAFTAR LAMPIRAN.........................................................................................iv
BAB 1 PENDAHULUAN......................................................................................1
1.1 Latar Belakang.........................................................................................1
1.2 Tujuan Ide Gagasan...................................................................................2
1.3 Manfaat Ide Gagasan.................................................................................2
BAB 2 GAGASAN.................................................................................................3
2.1 Persoalan Pencetus Gagasan.....................................................................3
2.2 Solusi yang pernah ditawarkan..................................................................4
2.3 Pihak-Pihak yang dipertimbangkan...........................................................5
2.4 Langkah Strategis......................................................................................5
BAB 3 KESIMPULAN..........................................................................................6
3.1 Gagasan Yang Diajukan............................................................................6
3.2 Cara Merealisasikan dan Lama Waktu yang Diperlukan..........................6
3.3 Prediksi Dampak Gagasan Bagi Masyarakat atau Bangsa........................7
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................8
LAMPIRAN............................................................................................................9

ii
DAFTAR GRAFIK
Grafik 1. Peningkatan jumlah penduduk................................................................3
Grafik 2. Peningkatan jumlah kebutuhan sayuran .................................................3
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Desain Konstruksi........................................................................................9


BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kebutuhan pangan di dunia khusunya Indonesia semakin meningkat
seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk. Bertambahnya penduduk bukan
hanya menjadi satu-satunya permasalahan yang menghambat untuk menuju
ketahanan pangan nasional. Berkurangnya lahan pertanian yang dikonversi
menjadi pemukiman dan lahan industri juga telah menjadi ancaman dan tantangan
tersendiri bagi bangsa Indonesia untuk menjadi bangsa yang mandiri dalam
bidang pangan (Prabowo, 2010). Data yang diperoleh dari BPS menunjukkan
bahwa terjadi penurunan jumlah luas lahan pertaniandari tahun 2017 yang
mulanya luas lahan mencapai 7,74 juta hektar menjadi 7,1 juta hektar pada tahun
2018. Dengan semakin sempitnya lahan pertanian di Indonesia, maka sulit untuk
mengharapkan petani kita berproduksi secara optimum. Melalui berita yang
dilansir oleh kompas.com, Pemerintah Indonesia berusaha mengatasi masalah
pemenuhan kebutuhan pangan dengan meningkatkan pasokan melalui
peningkatan produksi beras dan mengembangkan tanaman bernilai tinggi. Namun,
strategi ini terbukti tidak efektif sebab walaupun Indonesia mengalami
pertumbuhan ekonomi yang baik, masih ada 19,4 juta warganya yang tidak dapat
memenuhi kebutuhan makanan sehari-hari.
Ketergantungan akan barang impor yang dianggap memiliki kualitas jauh
lebih baik semakin memperkeruh proses menuju mandiri pangan. Bahkan Badan
Pusat Statistik (BPS) mencatat impor sayur-sayuran sepanjang tahun 2019
meningkat dari tahun 2018, menjadi US$ 770 juta atau setara dengan Rp 11,3
triliun.Hal ini tidak lepas dari permasalahan kualitas produksi hasil pertanian yang
rendah. Rendahnya kualitas produk tersebut disebabkan oleh beberapa faktor
antara lain adanya serangan organisme pengganggu tanaman yang tidak
terkendali, perubahan iklim yang ekstrim, kualitas tanah yang menurun akibat
penggunaan input kimia yang berlebihan, dan harga pupuk yang mahal sehingga
pengoptimalan kualitas produk pertanian yang optimum dianggap tidak
menghasilkan keuntungan yang besar. Permasalahan perubahan ikim juga telah
memberikan pengaruh berkelanjutan tehadap perubahan lingkungan pertanian,
yang menyangkut ketersediaan sumber daya lahan dan air (Saleh, 2010).
Ketersediaan air irigasi sangat penting dalam pertanian. Namun, sifat dan jumlah
pasokan air yang tak terduga merugikan petani, ketika musim kemarau air sulit
untuk didapat dan mengancam pertumbuhan, terkadang di musim hujan jumlah air
melebihi batas hingga menimbulkan banjir dan menghancurkan tanaman. Hal ini
menunjukkan bahwa kegiatan pertanian dan penentuan komoditas pertanian masih
sangatlah bergantung pada musim.
Untuk mewujudkan SDGS poin 2 mengenai tanpa kelaparan dalam
mengatasi krisis pangan dan mencapai ketahanan pangan nasional maka
dibentuklah gagasan mengenai kegiatan pertanian dengan memanfaatkan ruang
laut Indonesia. Kualitas dan kuantitas juga menjadi fokus utama dalam gagasan
ini. Dengan begitu dapat membantu dalam hal mengatasi kekurangan bahan
pangan yang dapat mengakibatkan kelaparan. Selain itu, dengan adanya ide
gagasan medukung SDGS poin 9 mengenai Industri, Inovasi dan Infrastuktur, ini
dapat memunculkan inovasi terbaru dalam hal pertanian bawah laut dengan
memanfaatkan ruang bawah laut yang tentunya sangat membantu produksi
pangan. Dengan pemanfaatan lahan didalam ruang laut dapat mendukung SDGS
poin 14 mengenai ekosistem laut, dapat membantu dalam pemanfaatan ruang
lingkup laut serta dapat membantu dalam pelestraian ekosistem laut.
1.2 Tujuan Ide Gagasan
Adanya ide gagasan Sea for Life bertujuan untuk mengetahui dampak
yang ditimbulkan untuk warga sekitar dan kontribusi untuk Negara Indonesia
setelah pengimplementasian gagasan. Perealisasian dari Sea for Life dapat
memberikan inovasi terbaru mengenai pengaplikasian pertanian pada ruang
bawah laut. Selain itu, limbah dari keramba jaring apung dapat dimanfaatkan
secara optimal guna mendukung kegiatan pertanian bawah laut agar tidak
terbuang begitu saja. Berkurangnya lahan pertanian di Indonesia membuat
pemenuhan kebutuhan pangan menjadi berkurang. Oleh sebab itu, Sea for Life
hadir dengan tujuan utama yaitu pemenuhan kebutuhan pangan bagi warga
Indonesia khususnya warga sekitar tempat pengaplikasian.
1.3 Manfaat Ide Gagasan
Manfaat yang diperoleh dengan adanya Sea for Life yaitu, dapat
membantu hasil pertanian di Indonesia karena semakin tahun warga Indonesia
semakin meningkat sedangkan lahan pertanian yang dibutuhkan berkurang,
dengan begitu kebutuhan pangan dapat terpenuhi. Adanya ide gagasan ini mampu
meningkatkan perekonomian Indonesia khususnya warga sekitar tempat
pengaplikasian karena dapat membuka lapangan pekerjaan. Lokasi yang berada di
laut Indonesia dapat termanfaatkan secara optimal.
BAB 2 GAGASAN
2.1 Persoalan Pencetus Gagasan
Keterbatasan lahan pertanian membuat beberapa orang mencari cara untuk
memanfaatkan ruang kosong yang tersedia. Di London telah dilakukan kegiatan
pertanian dengan memanfaatkan ruang bawah tanah. Hasil pertanian tersebut
terbukti lebih bersih dan ramah lingkungan. Di Indonesia sendiri telah terjadi
penyempitan lahan pertanian yang merupakan dampak dari peningkatan jumlah
penduduk yang signifikan. Hal ini menjadi perhatian karena kebutuhan bahan
pangan yang terus meningkat.

Grafik 1. Peningkatan jumlah penduduk (BPS,2018)


Jumlah penduduk Indonesia dari tahun 2015 sebesar 255,6 juta. Pada tahun
2025 jumlah penduduk Indonesia adalah sebesar 282,4 juta, sehingga
pertumbuhan jumlah penduduk dari tahun 2015-2025 sebesar 1,00 persen.
Kemudian, jumlah penduduk pada tahun 2030 sebesar 294,1 juta, sedangkan pada
tahun 2045 sebesar 319 juta. Dari hasil penghitungan proyeksi penduduk,
memperlihatkan bahwa pertumbuhan penduduk Indonesia adalah sebesar 0,74
persen. Kenaikan jumlah penduduk tersebut terjadi karena beberapa faktor
diantaranya, tingginya angka kelahiran, rendahnya angka kematian, dan adanya
perpindahan penduduk.

Grafik 2. Peningkatan jumlah kebutuhan sayuran (Arifin, B, 2018)


Kebutuhan pangan meningkat tiap tahunnya, termasuk konsumsi sayuran
yang merupakan produk hasil pertanian. Konsumsi sayuran diproyeksikan naik
dari tahun 2020 sebesar 57,79 kg/kapita/tahun menjadi 58,35 kg/kapita/tahun pada
tahun 2024 atau sekitar 0,96 persen. Kemudian pada tahun 2024 diproyeksikan
akan naik pada tahun 2030 menjadi 59,18 kg/kapita/tahun atau terjadi kenaikan
sebesar 1,422 persen. Kenaikan ini terjadi karena bertambahnya jumlah penduduk
di Indonesia.
Berdasarkan hasil sensus pertanian 2003, laju konversi lahan sawah sekitar
110.160 ha th-1, dimana sekitar 75% beralih ke perumahan khusunya di Pulau
Jawa (Sutomo 2004 dan Irawan 2005). Angka ini jauh lebih tinggi dibandingkan
kemampuan pemerintah (Kementerian Pertanian) untuk mencetak sawah baru
yang hanya sekitar 20.000-30.000 ha th-1 (Ditjen PSP 2013).
2.2 Solusi yang pernah ditawarkan
Menurut Masduki (2011) beberapa upaya telah diterapkan guna
meningkatan produktifitas pertanian di Indonesia di tengah berkurangnya lahan
pertanian. Salah satu solusinya adalah pertanian dengan sistem hidroponik. Sistem
ini menggunakan tanaman yang ditanam dengan memanfaatkan air tanpa
menggunakan media tanah, melainkan menekankan pada pemenuhan kebutuhan
nutrisi tanaman untuk bisa tumbuh. Solusi lainnya adalah urban farming, yaitu
pertanian di lingkungan perkotaan sebagai bentuk pemanfaatan ruang terbuka
menjadi lahan hijau untuk menghasilkan produk pertanian. Kemudian pemerintah
juga melakukan upaya untuk mengatasi pengurangan lahan pertanian dengan
membuat Undang-Undang No. 40 Tahun 2009 tentang perlindungan lahan
pertanian pangan berkelanjutan.
Dari solusi-solusi yang pernah ditawarkan tersebut masih terdapat
kekurangan yang menyebabkan produktifitas pertanian Indonesia masih sedikit.
Hidroponik sendiri memiliki kekurangan seperti halnya dalam kecermatan. Hal ini
disebabkan oleh pengawasan nutrisi yang sangat penting untuk diperhatikan.
Peralatan dan perawatan hidroponik juga masih jarang. Sistem hidroponik juga
membutuhkan alat-alat khusus akan sulit didapatkan secara bebas. Begitu pula
dengan peralatan untuk pemeliharaan/perbaikan. Untuk Urban Farming, apabila
tidak dilakukan dengan baik dan optimal akan mendatangkan dampak negatif.
Menurut penelitian yang dilangsungkan Lori Hoagland berjudul Urban
Agriculture: Environmental, Economic, and Social Perspectives, kesalahan pada
praktik urban farming dapat menyebabkan meningkatnya polusi suara dan udara,
banjir serta pemborosan energy, terutama air. Kelalaian dalam merawat
perkebunan urban farming dapat menyebabkan berkembangnya spesies nyamuk
yang menyebarkan penyakit malaria. Komoditas yang dihasilkan urabn farming
masih terlampau jauh dari hasil pertanian di pedesaan.
Oleh karena itu, menyebabkan produktifitas pertanian Indonesia masih
sedikit. Dari berbagai cara tersebut belum bisa memenuhi kebutuhan pangan
secara besar termasuk belum bisa meningkatkan ekspor secara signifikan. Dari
segi SDM, tidak semua masyarakat berminat untuk malakukan kegiatan pertanian
dalam skala besar maupun kecil. Pemerintah juga tidak dapat berbuat banyak
apabila penguasaan yang menjadi milik petani perorangan, harga lahan yang
semakin tinggi sampai dengan kurang mendukungnya insentif yang diberikan
kepada petani, menyebabkan pengendalian alih fungsi lahan sulit dilaksanakan di
lapangan.
2.3 Pihak-Pihak yang dipertimbangkan
Adapun pihak-pihak yang dipertimbangkan dalam ide gagasan Sea for Life
sebagai berikut :
a. Masyarakat sekitar
Peranan masyarakat sebagai subjek pengaplikasian dan pengembangan
Sea for Life.
b. KKP (Kementerian Kelautan dan Perikanan)
Peranan KKP sangat mendukung dan untuk memberikan izin
pengaplikasian ide gagasan Sea for Life ini.
c. Investor
Peranan investor sangat mendukung berjalannya kegiatan pengaplikasian
ide gagasan Sea for Life.
d. Mahasiswa dan Pihak Universitas
Mahasiswa dan Pihak Universitas memiliki peranan penting dalam
melakukan penelitian untuk menyempurnakan gagasan mengenai konsep
Sea for Life.
2.4 Langkah Strategis
Adapun langkah-langkah untuk pengimplementasian gagasan sebagai
berikut:
a. Merancang ide gagasan, yaitu memberikan gambaran awal mengenai
konsep dan cara pengimplementasian pada tempat yang dituju.mengenai
Sea for Life.
b. Fix Project, yaitu penjelasan keseluruhan mengenai konsep gagasan Sea
for Life dengan melibatkan stakeholder.
c. Kesepakatan dengan Investor, yaitu adanya investor yang masuk dapat
mempermudah jalannya kegiatan pengimplementasian ide gagasan.
d. Sosialisasi, yaitu memberikan penyuluhan kepada pihak yang
berpartisipasi dalam upaya mensukseskan ide gagasan Sea for Life.
e. Pengimplementasian, yaitu dengan menerapkan ide gagasan Sea for Life
ke target lokasi.----------------------------------------------------------------------
BAB 3 KESIMPULAN
3.1 Gagasan Yang Diajukan
Sea for Life adalah inovasi perpaduan dari kegiatan budidaya dan kegiatan
pertanian. Kegiatan budidaya dilakukan dengan menggunakan keramba jaring
apung (KJA) yang berguna untuk membudidayakan ikan kakap. Konstruksi
bawah laut digunakan untuk kegiatan pertanian dengan luas 30×30m dengan
ketinggian 15 m. Pada keramba jaring apung terdapat ruang sirkulasi air yang
masuk kedalam keramba. Material luar keramba yang digunakan adalah kaca yang
berasal dari pencampuran nanopartikel silica (SiO2) yang dapat memberikan sifat
kuat dan dapat bertahan dari getaran thermal, korosi, pemuaian dan faktor lainnya
dalam laut. Pelampung yang digunakan menggunakan drum besi yang berguna
untuk mengapungkan kerangka/jaring terapung. Kerangka yang digunakan
menggunakan besi. Terdapat 8 keramba dengan ukuran masing-masing 7×7 m
dengan tinggi 2,5 m. Pada ruang pembibitan terdapat 3 bagian yaitu awal
pembibtan, pertumbuhan sampai waktu panen tiba. Tanaman yang dibudidayakan
ialah brokoli, selada, pakcoy yang memanfaatkan penyinaran kombinasi lampu
LED 36 watt dan lampu neon 42 watt selama 20 jam dengan jarak 50 cm dengan
tanaman. Tanaman diletakkan pada meja dengan ukuran 3m2.
Untuk mencari suplai air bersih, di lakukan beberapa proses di lokasi
Farming Underwater, yaitu penyerapan air laut menggunakan pompa, penyaringan
untuk menghilangkan pengotornya, lalu melalui tahap heating (pemanasan) yang
dalam tahap ini terjadi desalinasi (pemisahan garam) yang menghasilkan uap air
pada temperature rendah. Uap air inilah yang menjadi air bersih dan dialirkan
melalui pipa transportasi ke dalam Farming Underwater. Terdapat pipa saluran
irigasi yang membantu proses pendistribusian pengairan.Selain itu Terdapat ruang
pengolahan pupuk organik untuk bahan baku pertanian. Dalam ruangan ini juga
terdapat filter pipa untuk pengolahan feses ikan menjadi pupuk organik.
Konstruksi terdiri dari bak penampung dengan volume 250 L dan mesin pompa
sedot . Bak penampung berfungsi untuk menampung sisa pakan dan feses ikan
hasil penyedotan dari dasar kolam. Air hasil penyedotan biasanya keruh dan
berwarna gelap yang menandakan bahwa sebagian sisa pakan yang terangkut ke
atas telah terdekomposisi.Sisa pakan dalam KJA diperkirakan sekitar 40 – 60 kg
akan terendapkan dan terdekomposisi di dasar kolam. Pembangkit yang
digunakan memanfaatakan angin dengan turbin angin sumbu vertikal. Turbin ini
memiliki poros atau sumbu rotor utama yang disusun tegak lurus. Kelebihan
utama susunan ini adalah turbin tidak harus diarahkan ke angin untuk
menghasilkan energi listrik.
3.2 Cara Merealisasikan dan Lama Waktu yang Diperlukan
Dalam merealisasikan ide gagasan ini kami menerapkan sistem six years
one change dengan mempertimbangkan berbagai aspek pendukung gagasan,
antara lain:
a. Perizinan pendirian konstruksi bangunan bawah laut oleh warga sekitar
dan kepada kementrian perikanan dan kelautan selama 3 bulan pada tahun
2021.
b. Membangun konstruksi bawah laut sebagai lokasi farming underwater
dengan mempertimbangkan lokasi, bahan konstruksi, dan lingkungan
sekitar yang telah ditentukan sebelumnya sejak tahun 2021- 2023.
c. Membangun dermaga sebagai lokasi mobilisasi yang menghubungkan
antara pesisir dengan lokasi sehingga dapat memudahkan distribusi dan
transportasi, pembangunan dilakukan pada tahun 2024.
d. Peletakkan kja dengan membangun keramba jaring apung yang modern
diatas konstruksi bangunan Farming Underwater. Ikan yang
dibudidayakan adalah jenis ikan kakap putih. Pembangunan Keramba
Jaring Apung (KJA) dilakukan pada tahun 2025.
e. Pembangunan pembangkit sebagai komponen penting kegiatan farming
underwater berlangsung dengan komponen pembangkit listrik tenaga
angin meliputi, kincir angin dengan jumlah sudu-sudu (blades) 5 buah,
generator tiga fase magnet permanent, putaran 9000 rpm, unit pengendali
yang berisi rangkaian pengubah tegangan AC menjadi DC dan rangkaian
pengisi baterai/accu secara otomatis. Pembangunan pembangkit
dilaksanakan pada tahun 2026 selama satu tahun.
f. Pendistribusian alat dan bahan pertanian serta budidaya dilakukan untuk
memulai kegiatan awal pertanian dan budidaya. Pendistribusian alat dan
bahan dilakukan pada tahun berikutnya yaitu 2027. Setelah pendistribusian
berlangsung, pengimplementasian dapat berjalan dengan tepat dan lancar
dan berlangsung secara teratur dan baik pada tahun-tahun berikutnya.
3.3 Prediksi Dampak Gagasan Bagi Masyarakat atau Bangsa
Gagasan ini bergerak di bidang pertanian dan perikanan dengan fokus
utamanya adalah sebagai solusi permasalahan berkurangnya lahan pertanian di
Indonesia, sekaligus menangani persoalan ketahanan pangan dalam negeri. Pada
tingkat nasional, produksi sayuran tergolong rendah sehingga untuk memenuhi
kebutuhan pasar domestik, perlu diimbangi dengan impor yang tinggi (Andris
et.al., 2014). Dengan diterapkannya gagasan ini maka akan membantu
mengurangi jumlah impor yang terus meningkat. Sistem farming underwater
menghasilkan 10,5 ton sayuran setiap dua bulan yang nantinya akan berdampak
pada menurunnya ketergantungan impor sayuran. Gagasan ini juga membantu
meningkatkan integritas SDM di Indonesia dengan perekrutan dan pelatihan
petani sayuran dan tambak modern.
DAFTAR PUSTAKA
Andris, O., Darwanto, D. H., & Widodo, S. 2014. Faktor-Faktor yang
Mempengaruhi Impor Sayuran di Kabupaten Kaimana Provinsi Papua
Barat. Agric, 26(1), 7-11.
Ardi, I. 2013. Budidaya ikan sistem keramba jaring apung guna menjaga
keberlanjutan lingkungan perairan Waduk Cirata. Jurnal Media
Akuakultur, 8(1): 23-29.
Darmayanti, S. W. 2015. Studi deskripsi tentang strategi pemberdayaan
masyarakat oleh dinas pertanian kota surabaya dalam peningkatan
pendapatan masyarakat sasaran penerima program urban farming budidaya
lele di Kelurahan Pakis. Sumber, 133, 100.
Hapsari, N. dan. Welasi, T. 2013. Pemanfaatan limbah ikan menjadi pupuk
organik. Jurnal Teknik Lingkungan, 2(1), 1-6.
Jurnal, R. T. 2017. Pengelolaan emisi gas landfill (biogas) sebagai energi
terbarukan. Jurnal Ilmiah Sutet, 7(1), 42-47.
Masduki, A. 2017. Hidroponik sebagai sarana pemanfaatan lahan sempit di Dusun
Randubelang, Bangunharjo, Sewon, Bantul. Jurnal Pemberdayaan, 1(2):
185-192.
Nugraha, K. G. 2018. Rusunawa Kampung Jogoyudan, Yogyakarta optimasi
desain aplikasi urban farming pada bangunan hunian vertikal flat housing
Jogoyudan, Yogyakarta urban farming design optimization on vertical
residential building.
Prabowo, R. 2010. Kebijakan pemerintah dalam mewujudkan ketahanan pangan
Di Indonesia. Jurnal Ilmu Pertanian, 6(2): 62-73.
Saleh, E. 2010. Studi konflik air irigasi dan alternatif penyelesaiannya di daerah
irigasi kelingi Sumatera Selatan. Jurnal Keteknikan Pertanian, 24(1): 39-
43.
Susanti, D. 2016. Peranan inovasi pertanian kerang hijau dalam meningkatkan
perekonomian masyarakat pesisir (studi kasus Di Tambaklorok Kota
Semarang (Doctoral dissertation, Universitas Negeri Semarang).
Syukur, I. A., & Suwitri, S. Evaluasi kebijakan pemanfaatan ruang kawasan
pesisir dan kepulauan di Kota Ternate Provinsi Maluku Utara. Gema
Publica: Jurnal Manajemen dan Kebijakan Publik, 3(2), 120-135.
LAMPIRAN
Lampiran 1. Desain Konstruksi
A. Tampak atas

B. Keramba Jaring Apung (KJA)

C. Tempat Pengolahan Pupuk dan Penampungan Air Irigasi


D. Saluran Irigasi

E. Ruang Pertanian

Anda mungkin juga menyukai