Pedoman Pelayanan Hemodialisa New
Pedoman Pelayanan Hemodialisa New
PERATURAN DIREKTUR
RUMAH SAKIT DERA AS-SYIFA
NOMOR 225/PER/DIR/RSDA/IV/2018
TENTANG
PEDOMAN PELAYANAN
HEMODIALISIS
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Peningkatan pembangunan kesehatan di indonesia seharusnya diikuti secara seimbang
oleh perbaikan mutu pelayanan kesehatan baik di sarana pelayanan kesehatan maupun
praktek perorangan. Adanya globalisasi serta industrialisasi yang cepat di sektor kesehatan
berdampak pada cara melakukan tindakan, baik berupa terapi, pemakaian alat, pemberian
resep dan sebagainya sehingga tindakan tersebut sesuai indikasi yang tepat.
Selain itu, dengan diberlakukannya UU praktek kedokteran No. 29 tahun 2004 yang intinya
melindungi kepentingan masyarakat, dituntut kualitas dokter yang mempunyai kopetensi
tinggi. Disisi lain seorang dokter dibatasi hanya boleh berpraktik di tiga (3) tempat saja.
Dengan demikian akan ada kesenjangan bahwa disatu pihak diperlukan penambahan
pusat dialisis yang tentunya dibarengi dengan pemambahan jumlah dokter yang kompeten,
tetapi di batasi dengan peraturan jumlah tempat yang di perkenankan.
Selain itu, pihak asuransi sebagai penyandang sedana untuk pelayanan hemodialisis harus
dibantu oleh PERNEFRI untuk dapat mengelola dan melayani pasien hemodialisis dengan
optimal sehingga tercapai sasaran dengan biaya yang efesien.
Saat ini unit hemodialisis di indonesia yang terdata PERNEFRI sebanyak 4000 unit,
sementara indonesia membutuhkan sekitar 6000 unit mesin hemodialisis.
Melihat besarnya jumlah tindakan dan kecenderungan peningkatan jumlah pasien
yang memerlukan dialisis, maka sangatlah penting bagi dokter memperlihatkan
kualitas pelayanan dengan cara menerapkan manajemen dan penatalaksanaan
terpadu yang dibantu oleh tenaga medik dan paramedik lainnya.
C. Landasan Hukum
a. Undang – undang nomor 23 tahun 1992 tentang kesehatan.
b. Undang – undang nomor 29 tentang praktek kedokteran.
c. Peraturan Pemerintah RI nomor 32 tahun 1996 tentang tenaga kesehatan.
d. Peraturan Pemerintah RI nomor 7 tahun 1987 Jo SKB No.48/MENKES/II/98 tentang
Penyerahan Sebagian Urusan Pemerintah dalam Bidang Kesehatan kepada
Pemerintah Daerah.
e. Peraturan Pemerintah RI nomor 25 tahun 2000 tentang Kewenangan Pemerintah dan
Kewenangan provinsi sebagai daerah otonomi.
f. Peraturan Menteri Kesehatan RI nomor 920//MENKES/SK/PER/XII/1986 tentang upaya
pelayanan kesehatan swasta di bidang medik.
g. Peraturan Menteri Kesehatan RI nomor 585/MENKES/SK/Per/IX/1989 tentang
Persetujuan tindakan Medik.
h. Peraturan Menteri Kesehatan RI nomor 749/MENKES/ SK/PER/XII/1989/ tentang rekam
medis/medical record.
i. Keputusan Menteri kesehatan RI nomor 436 tahun 1993 tentang berlakunya standar
pelayanan medis indonesia.
j. Peraturan Menteri Kesehatan RI nomor 916/MENKES/PER/VIII/1997 tentang izin
praktek bagi tenaga medis.
k. Peraturan Menteri Kesehatan RI nomor 1045 /MENKES/PER/XI/2006 tentang pedoman
organisasi rumah sakit di lingkungan departemen kesehatan.
l. Surat Keputusan Bersama Menteri Kesehatan RI dan Menteri dalam negeri RI
No.48/MENKES/SKB/II/1998 tentang petunjuk pelaksanaan PP no.7 tahun 1987.
B. Kebijakan Khusus
Memberlakukan kebijakan unit hemodialisa sebagai berikut :
1. Setiap dokter dan perawat di unit hemodialisa wajib melakukan tindakan sesuai
dengan standar prosedur operasional (SPO) yang berlaku di RS Sari Asih
Karawaci.
2. Setiap pasien yang masuk di unit hemodialisa adalah pasien yang berasal dari
UGD, Poliklinik, ICU, ruangan dan rumah sakit lain.
3. Jam operasional mulai dari Senin sampai dengan Sabtu, Jam 07.00 – 21.00 WIB,
kecuali hari libur.
4. Pada kasus emergensi diluar jam operasional maka petugas on call akan di panggil
dan dikenakan tarif cito untuk hemodialisa.
5. Penerimaan pasien hemodialisa harus ditulis lengkap dalam buku jadwal
hemodialisa, meliputi:
PEDOMAN PELAYANAN HEMODIALISIS RSDA 2018 7
a. Jam tindakan
b. Nama pasien
c. Umur
d. Nomor medical record
e. BB/TB
f. Diagnosa
g. Nomor telepon pasien
h. Nama petugas yang melapor
i. Nama petugas yang menerima appointment
j. Tanggal appointment
k. Keterangan/pesan-pesan lain
6. Setiap melakukan serah terima pasien harus disertakan pendokumentasian yang
lengkap : catatan serah terima pasien hemodialisa dan surat persetujuan tindakan.
pasien yang akan menjalani tindakan hemodialisa harus diperiksa oleh dokter
penyakit dalam yang sekaligus sebagai dokter penanggung jawab unit hemodialisa
rumah sakit.
7. Pasien pertama kali hemodialisa di RS Sari Asih Karawaci, baik pasien baru atau
pasien pindahan dari rumah sakit lain diperiksa oleh dokter spesialis penyakit
dalam.
8. Pasien yang memerlukan hemodialisa harus dikonsulkan ke dokter spesialis
penyakit dalam.
9. Dokter yang bertugas menerangkan dan meminta persetujuan tindakan medis
untuk hemodialisa.
10.Pasien pindahan wajib membawa rujukan ( travelling hemodialisa) dari rumah sakit
sebelumnya.
11.Kriteria pasien 'tidak stabil':
a. Kesadaran menurun.
b. Hemodinamik tidak stabil – hipotensi.
c. Keluhan sesak berat, edema paru, impending respiratory failure.
PEDOMAN PELAYANAN HEMODIALISIS RSDA 2018 8
12.Pasien baru yang 'tidak stabil', tidak terjadwal, atau tidak memiliki surat travelling
hemodialisa harus melalui permeriksaan di IGD dan ditentukan apakah diperlukan
rawat inap terlebih dahulu dan apakah hemodialisa bisa dilakukan di unit
hemodialisa atau di ICU, tetapi sebelumnya pasien akan dikonsulkan ke dokter
spesialis penyakit dalam sebagaimana mestinya.
13.Jika kondisi pasien dari Rumah Sakit Sari Asih cabang lain yang melakukan
rujukan untuk dilakukan hemodialisa di Rumah Sakit Sari Asih Karawaci
mengalami kegawatdaruratan dalam proses hemodialisa, maka setelah
penanganan kegawat daruratannya, pasien akan di kembalikan ke rumah sakit
asalnya.
14.Pembatalan tindakan hemodialisa untuk pasien rawat jalan minimal satu hari
sebelum tindakan dan untuk pasien dari rawat inap minimal diberitahukan 1 jam
sebelum tindakan.
15.Pasien hanya boleh ditunggu oleh satu orang keluarga di unit hemodialisa.
16.Setiap pasien dari rawat inap yang akan dilakukan tindakan hemodialisa, maka
perawat ruangan yang akan mengantar dan menjemputnya.
17.Hemodialisa untuk pasien ICU harus dilakukan di ruang ICU karena untuk tetap
menjaga stabilitas hemodinamik pasien sehingga tujuan terapi bisa tercapai.
18.Pasien rawat jalan diperbolehkan menggunakan obat-obatan milik pribadi yang
diberikan per-oral pada saat hemodialisa dengan seizin DPJP dan sudah
diverifikasi oleh farmasi.
19.Obat-obatan injeksi (SC, IM, IV) untuk pasien rawat jalan harus berasal dari RS
Dera Assyifa.
20.Semua obat-obatan untuk pasien rawat inap harus berasal dari RS Dera Assyifa.
21.Produk darah untuk transfusi harus berasal dari RS Dera Assyifa.
22.Untuk pasien baru yang tidak mempunyai akses vaskuler hemodialisis (Cimino)
harus dipasang double lumen catheter terlebih dahulu.
A. Kualifikasi SDM
3 Perawat
4 Tenaga
non
kesehatan
2. Keperawatan
a) Perencanaan tenaga perawat
Perencanaan tenaga keperawatan mengacu pada kapasitas tempat tidur dan
klasifikasi / stratifikasi pelayanan HD serta kompetensi perawat untuk
mendukung terwujudnya pelayanan keperawatan yang berkualitas, efektif dan
efisien.
b) Kualifikasi perawat HD adalah sebagai berikut :
Perawat Pelaksana minimal D3 Keperawatan, memiliki sertifikat pelatihan
HD, dengan pengalaman klinik minimal 2 tahun dilingkup keperawatan.
Ketua Tim (Penanggung Jawab atau coordinator ) minimal D3 Keperawatan,
dengan pengalaman kerja di HD minimal 3 tahun, memiliki sertifikat HD dan
sertifikat pelatihan tambahan.
Perawat kepala ruangan HD primer dan sekunder: Ners dengan pengalaman
sebagai ketua Tim HD minimal 3 tahun dan memiliki sertifikat manajemen
kepala ruang.
Perawat kepala ruangan HD tersier minimal Ners atau S2 keperawatan,
memiliki pengalaman sebagai ketua Tim HD minimal 3 tahun dan
memiliki sertifikat manajemen kepala ruang, serta sertifikat pelatihan HD.
Adanya kebijakan pimpinan tentang kebutuhan perawat di HD dengan dasar
perhitungan kebutuhan tenaga dengan memperhatikan kapasitas tempat tidur,
BOR dan tingkat ketergantungan pasien.
Semua perawat yang memberikan pelayanan/asuhan keperawatan di HD
PEDOMAN PELAYANAN HEMODIALISIS RSDA 2018 12
mempunyai SIP, SIK dan sertifikat pelatihan yang berkaitan dengan HD.
b. Distribusi Ketenagaan
Pola pengaturan ketenagaan ruang perawatan HD yaitu :
a. Untuk Dinas Pagi :
Yang bertugas sejumlah 2 (dua) orang dengan standar minimal bersertifikat
BLS/BTCLS dan HD
Kategori :
1 orang Koordinator HD
1 orang Perawat Pelaksana
b. Untuk Dinas Sore :
Yang bertugas sejumlah 2 (dua) orang dengan standar minimal bersertifikat
BLS/BTCLS dan HD
Kategori :
1 orang Penanggung Jawab Shift (PJT)
1 orang Perawat Pelaksana
Secara umum, untuk logistik di HD Rumah Sakit Dera Assyifa sudah dibuatkan sesuai dengan
kebutuhan yang ada dan bisa terpenuhi dengan cepat. Hal ini tentunya merupakan sebuah
standar dimana pemenuhannya bisa segera dilakukan untuk membantu mengatasi kebutuhan
logistik yang sangat mendesak dan penting bagi terselenggaranya sebuah pelayanan yang
efektif dan efisien di unit hemodialisis.
A. Pengertian
Keselamatan Pasien (Patient Safety)
Adalah suatu sistem dimana rumah sakit membuat asuhan pasien lebih aman. Sistem
tersebut meliputi :
a) Asesmen resiko
b) Identifikasi dan pengelolaan hal yang berhubungan dengan risiko pasien
c) Pelaporan dan analisis insiden
d) Kemampuan belajar dari insiden dan tindak lanjutnya
e) Implementasi solusi untuk meminimalkan timbulnya risiko
Sistem ini mencegah terjadinya cedera yang disebabkan oleh :
a) Kesalahan akibat melaksanakan suatu tindakan
b) Tidak mengambil tindakan yang seharusnya diambil
B. Tujuan
a) Terciptanya budaya keselamatan pasien di rumah sakit
b) Meningkatnya akuntabilitas rumah sakit terhadap pasien dan masyarakat
c) Menurunkan Kejadian Tidak Diharapkan (KTD) di rumah sakit
d) Terlaksananya program-program pencegahan sehingga tidak terjadi
pengulangan Kejadian Tidak Diharapkan (KTD)
Pemilihan…
Pemilihan kata “sentinel” terkait dengan keseriusan cedera yang terjadi (seperti,
amputasi pada kaki yang salah) sehingga pencarian fakta terhadap kejadian ini
mengungkapkan adanya masalah yang serius pada kebijakan dan prosedur yang
berlaku.
E. Tata Laksana
1. Memberikan pertolongan pertama sesuai dengan kondisi yang terjadi pada pasien
2. Melaporkan pada dokter jaga HD
3. Memberikan tindakan sesuai dengan instruksi dokter jaga
4. Mengobservasi keadaan umum pasien
5. Mendokumentasikan kejadian tersebut pada formulir “ Pelaporan Insiden Keselamatan”
A. Latar Belakang
B. Tujuan
1. Petugas kesehatan didalam menjalankan tugas dan kewajibannya dapat melindungi
diri sendiri, pasien dan masyarakat dari penyebaran infeksi.
2. Petugas kesehatan didalam menjalankan tugas dan kewajibannya mempunyai resiko
tinggi terinfeksi penyakit menular dilingkungan tempat kerjanya, untuk menghindarkan
paparan tersebut, setiap petugas harus menerapkan prinsip “Universal Precaution”.
C. Tindakan yang beresiko terpajan
1. Cuci tangan yang kurang benar.
2. Penggunaan sarung tangan yang kurang tepat.
3. Penutupan kembali jarum suntik secara tidak aman.
4. Pembuangan peralatan tajam secara tidak aman.
5. Tehnik dekontaminasi dan sterilisasi peralatan kurang tepat.
6. Praktek kebersihan ruangan yang belum memadai.
D. Prinsip Keselamatan Kerja
Prinsip utama prosedur Universal Precaution dalam kaitan keselamatan kerja adalah
menjaga higiene sanitasi individu, higiene sanitasi ruangan dan sterilisasi peralatan.
Ketiga prinsip tesebut dijabarkan menjadi 5 (lima) kegiatan pokok yaitu :
1. Cuci tangan guna mencegah infeksi silang
2. Pemakaian alat pelindung diantaranya pemakaian sarung tangan guna mencegah
kontak dengan darah serta cairan infeksi yang lain.
3. Pengelolaan alat kesehatan bekas pakai
4. Pengelolaan jarum dan alat tajam untuk mencegah perlukaan
PEDOMAN PELAYANAN HEMODIALISIS RSDA 2018 24
5. Pengelolaan limbah dan sanitasi ruangan.
BAB VIII
PENGENDALIAN MUTU
Indikator mutu yang digunakan di Rumah Sakit Sari Asih Karawaci khusunya untuk ruang
intensif care unit (ICU) mengacu kepada Indikator Mutu Area Klinik (IAK), Indikator Mutu Area
Manajerial (IAM) dan Indikator Mutu Area Sasaran Keselamatan Pasien (IASKP). Dari acuan
tersebut diatas, maka indikator mutu ruang intensif care unit (ICU) adalah sebagai berikut :
1. Indikator Mutu Area Klinik (IAK)
(1). Assesmen pasien ( Lampiran 1.1 )
(2). Pencegahan dan pengendalian, pengawasan serta pelaporan infeksi ( Lampiran 1.2 )
(3). Prosedur Operasi ( Lampiran 1.3 )
(4). Penggunaan antibiotik dan obat lainnya (Lampiran 1.4 )