Anda di halaman 1dari 39

Kata Pengantar

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat rahmat
dan karuniaNya kami telah mampu menyelesaikan makalah yang berjudul ”
Menguraikan Dokumentasi Asuhan Kebidanan Nifas dan Menyusui” ini demi
terpenuhinya tugas dari mata kuliah Asuhan Kebidanan Nifas dan Menyusui.
Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah
wawasan serta pengetahuan kita mengenai dokumentasi dalam bentuk laporan asuhan
kebidanan masa nifas dan asuhan kebidanan pada ibu nifas 6 jam, 6 hari, 2 minggu,
dan 6 minggu. Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam laporan ini terdapat
kekurangan dan jauh dari kata kesempurnaan.
Semoga makalah ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya. Sekiranya
makalah yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami sendiri maupun orang yang
membacanya. Sebelumnya kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata
yang kurang berkenan dan kami memohon kritik dan saran yang membangun demi
perbaikan di masa depan.

Bekasi, 10 Oktober 2018

Penyusun

1
Daftar Isi

Kata Pengantar...............................................................................................................1
Daftar Isi.........................................................................................................................2
BAB I.............................................................................................................................3
PENDAHULUAN..........................................................................................................3
1.1 Latar Belakang......................................................................................................3
1.2 Rumusan Masalah................................................................................................4
1.3 Tujuan...................................................................................................................4
BAB II............................................................................................................................5
PEMBAHASAN............................................................................................................5
2.1 Dokumentasi Dalam Bentuk Laporan..................................................................5
2.2 Tekhnik Penulisan Dokumentasi Asuhan Kebidanan pada Ibu Nifas..................6
2.3 Merancang Format Dokumentasi Asuhan Kebidanan pada Ibu Nifas...............11
2.4 Asuhan kebidanan pada ibu nifas 6 jam, 6 hari, 2 minggu, dan 6 minggu.........15
BAB III.........................................................................................................................37
PENUTUP....................................................................................................................37
3.1 Kesimpulan.........................................................................................................37
DAFTAR PUSTAKA

2
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Catatan pasien merupakan suatu dokumen yang legal,yang mencatat status pasien
pada saat lampau maupun sekarang, dalam bentuk tulisan yang mengambarkan
catatan kebidanan yang diberikan. Pada ummnya catatan pasien berisi informasi yang
mengidentifikasi masalah, diagnosa kebidanan dan kebutuhan klien. Respon klien
terhadap asuhan kebidanan yang diberikan,dan dengan respon terhadap pengobatan
serta rencana untuk intervensi lebih lanjut. Keberadaan dokumentasi baik berbentuk
catatan maupun laporan akan membentuk komunikasi antara sesama bidan maupun
ilmu lain mengenai rencana pengobatan.

Dokumentasi ini perlu karna dapat digunakan sebagai bahan untuk


mempertanggung jawabkan tindakan yang dilakukan dan juga bila ada kejadian
gunggatan, maka dokumentasi kebidanan dapat memebantu. Bidan sebagai tenaga
kesehatan dan pelaksana asuhan kebidanan wajib mencatat dan melaporkan
kegiatannya yang dokumentasinya harus tersimpan dengan baik. Sistem
pendokumentasian yang dilaksanakan dapat memberikan manfaat antara lain sebagai
sarana komunikasi antara tenaga kesehatan, sarana untuk dapat mengikuti
perkembangan dan evaluasi pasien, dapat dijadikan data penelitian dan pendidikan,
dan mempunyai nilai hukum merupakan dokumentasi yang sah. Dalam kebidanan
banyak hal penting yang harus didokumentasikan yaitu segala asuhan atau tindakan
yang diberikan oleh bidan salah satunya pada masa nifas dan menyusi. Pada masa
nifas berlangsung mulai dari 6 jam postpartum, 6 hari dan 6 minggu atau berlangsung
selama  42 hari, namun secara keseluruhan akan pulih dalam waktu 3 bulan.  World
Health Organization (WHO) mengatakan bahwa hampir 50% kematian ibu
disebabkan karena komplikasi pada masa nifas. Di Amerika angka kematian ibu yang
disebabkan pada masa 6 jam postpartum mengalami peningkatan yaitu 10% menjadi
13%. Di Indonesia angka kematian maternal pada tahun 2010 yaitu 220 per 100.000
kelahiran hidup, dimana 46% kematian maternal disebabkan oleh komplikasi yang
sering terjadi pada masa nifas untuk itu sangat penting mengetahui asuhan pada ibu
nifas.

3
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan dokumentasi dalam asuhan nifas?
2. Bagaimana cara dokumentasian dalam asuhan nifas?
3. Bagaimana asuhan kebidanan pada ibu nifas 6 jam, 6 hari, 2 minggu dan 6
minggu?

1.3 Tujuan

1. Mengetahui yang dimaksud dengan dokumentasi dalam asuhan nifas


2. Mengetahui cara dokumentasi dalam asuhan nifas
3. Mengetahui asuhan kebidanan pada ibu nifas 6 jam, 6 hari, 2 minggu dan 6
minggu

4
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Dokumentasi Dalam Bentuk Laporan

Salah satu upaya yang dilakukan untuk meningkatkan mutu pelayanan kesehatan
adalah dengan adanya sistem pendokumentasian yang baik. Sistem pendokumentasian
yang dilaksanakan dapat memberikan manfaat antara lain sebagai sarana komunikasi
antar tenaga kesehatan, sarana untuk dapat mengikuti perkembangan dan evaluasi
pasien, dapat dijadikan data peneliti dan pendidikan, mempunyai nilai hukum dan
merupakan dokumen yang sah. Dalam kebidanan banyak hal yang penting yang harus
didokumentasikan yaitu segala asuhan atau tindakan yang diberikan oleh bidan baik
pada ibu hamil, bersalin, nifas, bayi dan keluarga berencana.

Secara umum, dokumentasi merupakan suatu catatan otentik atau dokumen asli
yang dapat dijadikan bukti dalam persoalan hukum. Sedangkan dokumentasi
kebidanan merupakan bukti pencatatan dan pelaporan berdasarkan komunikasi tertulis
yang akurat dan lengkap yang dimliki oleh bidan dalam melakukan asuhan kebidanan
dan berguna untuk kepentingan klien, tim kesehatan serta kalangan bidan sendiri.

Dokumentasi kebidanan sangat penting bagi bidan dalam memberikan asuhan


kebidanan. Hal ini karena asuhan kebidanan yang diberikan kepada klien
membutuhkan pencatatan dan pelaporan yang dapat digunakan sebagai acuan untuk
menuntut tanggung jawab dan tanggung gugat dari berbagai permasalahan yang
mungkin dialami oleh klien berkaitan oleh pelayanan yang diberikan.

Selain sebagai sitem pencatatan dan pelaporan, pendokumentasi kebidanan juga


digunakan sebagai informasi tentang status kesehatan pasien pada semua kegiatan
asuhan kebidanan yang dilakukan oleh bidan. Disamping itu, dokumentasi berperan
sebagai pengumpul, penyimpan,dan desiminasi informasi guna mempertahankan
sejumlah fakta yang penting secara terus menerus pada suatu waktu terhadap
sejumlah kejadian. Dengan kata lain, sebagai suatu keterangan, baik tertulis maupun
terekam, mengenai identitas, anamnesis, penentuan fisik laboratorium, segala
diagnosis pelayanan dan tindakan medis yang diberikan kepada pasien, serta
pengobatan rawat inap dan rawat jalan maupun pelayanan gawat darurat.

5
Pada priode ini dituntut untuk dapat memberikan asuhan kebidanan terhadap
perubahan fisik dan psikologis ibu, dimana asuhan fisik lebih mudah diberikan karena
dapat dilihat dan dinilai secara langsung, dan apabila terjadi ketidaknormalan bidan
langsung bisa mendeteksi dan memberikan intervensi. Sedangkan memberikan asuhan
terhadap emosi dan psikologi ibu membutuhkan ketelitian dan kesabaran yang lebih
dari bidan. Untuk mencapai hasil yang optimal dibutuhkan kerjasama yang baik
antara bidan dan keluarga.

Asuhan kebidanana merupakan suatu penerapan fungsi dan kegiatan yang


menjadi tanggung jawab dalam memberikan pelayanan kebidanan pada pasien yang
mempunyai kebutuhan atau masalah dalam bidang kesehatan , ibu pada masa hamil,
nifas, dan bayi baru lahir serta keluarga berencana. (Depkes. RI, 1999)

Asuhan ibu masa nifas adalah asuhan yang diberikan pada ibu segera setelah
kelahiran sampai 6 minggu. Tujuan dari asuhan masa nifas adalah untuk memberikan
asuhn yang adekuat dan terstandar pada ibu segera setelah melahirkan denngan
memperhatikan riwayat selama kehamilan, dalam persalinan dan keadaan segera
setelah melahirkan. Adapun hasil yang diharapkan adalah terlaksananya asuhan
segera atau rutin pada ibu post partum termasuk melakukan pengkajian, membuat
diagnosa, mengidentifikasi masalah dan kebutuhan ibu, mengidentifikasi diagnosa
dan masalah potensial, tindakan segera serta merencanakan asuhan.

2.2 Tekhnik Penulisan Dokumentasi Asuhan Kebidanan pada Ibu Nifas

Dokumentasi asuhan kebidanan pada ibu nifas(post partum) merupakan bentuk


catatan dari asuhan kebidanan yang diberikan pada ibu nifas(post partum), yakni
segera setelah kelahiran sampai 6 minggu yang meliputi pengkajian, pembuatan
diagnosis kebidanan, pengidentifikasian masalah terhadap tindakan segera dan
melakukan kolaborasi dengan dokter atau tenaga kesehatan lain, serta menyusun
asuhan kebidanan dengan tepat dan rasional berdasarkan keputusan yang dibuat pada
langkah sebelumnya.

Varney (1997) menjelaskan bahwa proses manajemen merupakan proses


pemecahan masalah yang ditemukan oleh perawat –bidan pada awal tahun 1970-an.
Proses ini memperkenalkan sebuah metode dengan pengorganisasian pemikiran dan
tindakan dengan urutan yang logis dan menguntungkan baik bagi klien maupun bagi

6
tenaga kesehatan. Proses ini menguraikan bagaimana perilaku yang diharapkan dari
pemberi asuhan. Peroses manajemen ini bukan hanya terdiri dari pemikiran dan
tindakan saja melainkan juga pemeriksaan pada setiaap laangkah agar pelayanan yang
komperehensif dan aman dapat tercapai. Dengan demikian prosese manajemen harus
mengikuti aturan yang logis dan memberikan pengertian yang menyatakan
pengetahuan, hasil temuan dan penilaian yang terpisah-pisah menjadi satu kesatuan
yang berfokus pada manajemen klein.

Proses manajemen terdiri dari 7 langkah yang berurutan dimana setiap langkah
disempurnakan secara periodik. Proses dimulai dengan pengumpulan data dasar dan
berakhir dengan evaluasi. Ketujuh langkah tersebut membentuk suatu karangan
lengkap yang dapat diuraikan lagi menjadi langkah-langkah yang lebih rinci dan
ketujuh langkah tersebut adalah sebagai berikut:

1. Langkah 1 (pertama): pengumpulan data dasar


Pada langkah ini dilakukan pekerjaan dengan mengumpulkan semua data yang
diperlukan untuk mengevaluasi keadaan klein secara lengkap, yaitu :

 Riwayat kesehatan ibu seperti mobilisasi, BAK, BAB, nafsu makan,


ketidaknyamanan, kekhawatiran , makanan bayi, reaksi bayi, reaksi proses
melahirkan dan kelahiran.
 Pemeriksaan fisik sesuai dengan kebutuhannya seperti tanda vital,kondisi
payudara, puting susu, pemeriksaan abdomen, kandung kemih, uterus, lochea (
mulai dari warna, jumlah dan bau ), pemeriksaan perineum( seperti adanya
edema, implamasi, hematoma, pus, luka bekas episiotomi, kondisi jahitan, ada
tidaknya hemoroid), pemeriksaan ekstremitas (seperti ada tidaknya varises,
refleks dan lain-lain).
 Meninjau catatan terbaru atau catatan sebelumnya seperti catatan
perkembangan antenatal atau intranatal, lama postpartum, catatan
perkembangan ( suhu, denyut nadi, pernafsan, tekanan darah ), pemeriksaan
laboratorium dan laporan pemeriksaan tambahan, catatan obat-obatan.
 Meninjau data laboratorium dan membandingkannya dengan hasil studi. Pada
langkah pertama ini dikumpulkan semua informasi yang akurat dari semua
sumber yang berkaitan dengan kondisi klien. Bidan mengumpulkan data dasar
awal yang lengkap. Bila klien mengalami komplikasi yang perlu

7
dikonsultasikan kepada dokter dalam manajemen kolaborasi bidan dalam
melakukan konsultasi. Pada keadaan tertentu dapat terjadi langkah pertama
akan overlap dengan langkah 5 dan 6 ( atau menjadi bagian dari langkah
tersebut ) karena data yang di perlukan diambil dari hasil pemeriksaan
laboratorium atau pemeriksaan diagnostik yang lain. Kadang-kadang bidan
perlu memakai manajemen dari langkah 4 untuk mendapatkan data dasar awal
yang perlu disampaikan kepada dokter.
2. Langkah II ( kedua ): interpretasi data dasar
Pada langkah ini dilakukan identifikasi yang benar terhadap masalah atau
diagnosa dan kebutuhan klien berdasarkan interfprestasi yang benar atau data-
data yang telah dikumpulkan. Data dasar yang sudah dikumpulkan di
interprestasikan sehingga ditemukan masalah atau diagnosa keduanya
digunakan, karena beberapa masalah tidak dapat diselesaikan seperti diagnosa
tetapi sungguh membutuhkan penanganan yang dituangkan kedalam sebuah
rencana asuhan terhadap klien. Masalah sering berkaitan dengan pengalaman
wanita yang diidentifikasi oleh bidan sesuai dengan pengarahan.

Masalah ini sering menyertai diagnosa. Sebagai contoh diperoleh diagnosa


“kemungkinan wanita hamil“,dan masalah yang berhubungan dengan diagnosa
ini ialah bahwa wanita tersebut mungkin tidak menginginkan kehamilannya.
Contoh lain yaitu wanita pada trimester ke tiga merasa takut tidak termasuk
dalam kategori nomenklatur standar diagnosa. Tetapi tentu akan menciptakan
suatu masalah yang membutuhkan pengkajian lebih lanjut dan memerlukan
suatu perencanaan untuk mengurangi rasa takut.

3. Langkah III (ketiga ) : mengidentifikasi diagnosa atau masalah potensial


Pada masalah ini kita mengidentifikasi masalah atau diagnosa potensial lain
berdasarkan rangkaian masalah dan diagnosa yang sudah di identifikasi.
Langkah ini membutuhkan antisipasi , bila memungkinkan dilakukan
pencegahan , sambil mengamati klien, bidan diharapkan dapat bersiap-siap
bila diagnosa atau masalah potensial ini benar-benarnya terjadi.

Pada langkah ini penting sekali melakukan asuhan yang aman. Contoh
seorang wanita dengan pemuaian uterus yang berlebihan tersebut (misalnya
polyhidramnion besar dari masa kehamilan , ibu yang diabetes kehamilan ,

8
atau kehamilan kembar ). Kemudian ia harus mengantisipasi melakukan
perencanaan untuk mengatasinya dan bersiap-siap terhadap kemungkinan tiba-
tiba terjadi perdarahan post partum yang disebabkan oleh otonia uteri karena
pemuaian uterus yang berlebihan.

Pada persalinan dengan bayi besar bidan sebaliknya juga mengantisipasi dan
bersiap-siap terhadap kemungkinan terjadi distotsia bahu dan juga kebutuhan
untuk resusitasi. Bidan juga sebaiknya waspada terhadap kemungkinan wanita
menderita insfeksi saluran kencing yang menyebabkan tingginya kemungkinan
terjadinya peningkatan partus prematur atau bayi kecil. Persiapan pada setiap
kunjungan ulang pemeriksaan laboratorium terhadap simptomotik terhadap
bakteri dan segera memberi pengobatan jika insfeksi saluran kencing terjadi.

4. Langkah IV (keempat ): identifikasi kebutuhan yang memerlukan penanganan


segera
Mengidentifikasi perlunya tindakan segera oleh bidan atau dokter dan
dikonsultasikan bersama dengan anggota tim kesehatan yang lain sesuai
dengan kondisi klien. Langkah ini mencerminkan kesinambungan dari proses
manajemen kebidanan. Jadi manajemen bukan hanya selama asuhan primer
priodik saja tetapi juga selama wanita tersebut bersama bidan terus-menerus.
Misalnya pada waktu wanita tersebut ada dalam persalinan.

Data baru mungkin saja perlu di kumpulkan dan dievaluasi beberapa data
mungkin mengidentifikasikan situasi yang gawat dimana bidan harus
bertindak segera untuk kepentingan keselamatan jiwa ibu dan anak ( misalnya
perdarahan kala III , perdarahan segera setelah lahir, distasia bahu, nilai
APGAR yang rendah).

Dari data yang dikumpulkan dapat menunjukkan suatu situasi yang


memerlukan tindakan segera sementara yang lain harus menunggu intervensi
dari seorang dokter.

Demikian pula bila ditemukan tanda-tanda awal dari pre-eklamsia , kelainan


panggul, adanya penyakit jantung, diabetes atau masalah medik yang serius,
bidan perlu memerlukan konsultasi /kolaborasi dengan dokter .

9
5. Menyusun rencana asuhan yang menyeluruh
Rencana asuhan yang menyeluruh pada masa postpartum yang dapat
dilakukan antara lain :

a. Manajemen asuhan awal puerperium


- Kontak dini sesering mungkin dengan bayi
- Mobilisasi ditempat tidur
- Diet
- Perawatan puerperium
- Buang air kecil spontan
- Obat penghilang rasa sakit bila perlu
- Obat tidur kalau perlu
- Obat pencahar
- Dan lain-lain
b. Asuhan lanjutan
- Tambahan vitamin atau zat besi bila diperlukan
- Perawatan payudara
- Rencana KB
- Pemeriksaan laboratorium
- Dan lain-lain

6. Melaksanakan perencanaan
Tahap ini dilakukan dengan melaksanakan rencana asuhan kebidanan secara
menyeluruh yang dibatasi oleh standar asuhan kebidanan pada masa
postpartum.

7. Evaluasi
Evaluasi pada masa postpartum dapat menggunakan bentuk SOAP sebagai
berikut :

S : Data Subjektif

Berisi tentang data dari pasien melalui anamnesis yang merupakan ungkapan
langsung.

10
O : Data Objektif

Data yang didapat dari hasil observasi melaluipemeriksaan fisik pada masa
postpartum.

A : Analisis dan interprestasi

Berdasarkan data yang terkumpulkan kemudian dibuat kesimpulan meliputi


diagnosis, antisipasi diagnosis, atau masalah potensial ,serta perlu tidaknya
dulakukan tindakan segera.

P : Perencanaan

Rencana dari tindakan yang akan diberikan termasuk asuhan mandiri ,


kolaborasi dan tes diagnosis atau laboratorium serta konseling untuk tindak
lanjut.

2.3 Merancang Format Dokumentasi Asuhan Kebidanan pada Ibu Nifas

Pembuatan format asuhan Kebidanan pada ibu nifas didasarkan pada kaidah
penulisan serta informasi yang akan didapatkan .

Contoh rancangan format adalah sebagai berikut :

MANAJEMEN KEBIDANAN PADA IBU NIFAS

A. SUBYEKTIF
No. Register : ..................
I. IDENTITAS/BIODATA KLIEN
Nama : Nama :
Umur : Umur :
Suku : Suku :
Agama : Agama :
Pendidikan : Pendidikan :
Pekerjaan : Pekerjaan :
Alamat : Alamat :

11
Telp. : Telp. :
II. ANAMNESA

1. Alasan
masuk : ............................................................................
...............
2. Jumlah anak yang pernah dilahirkan :
 Jumlah anak hidup : ............ orang
 Aterm : ............ orang
 Preterm : ............. orang
 Abortus : ............. orang
3. Riwayat persalinan
 Tempat melahirkan : ........................ Di tolong oleh : ................
Ibu :
 Jenis persalinan, Spontan Ya, Presentasi ..............
Tidak, Jika tidak persalinan dengan
cara...
 Komplikasi / kelainan dalam persalinan
Ada, jenis ...........
Tidak
 Placenta, Lahir Spontan Ya Tidak
Lengkap Tidak Lengkap
Ukuran = ........... cm Berat = ............. kg
Kelainan = ..............................................

 Sisa placenta Ada, Jika ada, tindakan ..............


Tidak Ada
 Perineum Utuh
Tidak utuh
Robekan Tingkat ......
Episiotomi ................
Anastesi ................. Amp Lidocain
Jahitan dengan ................. Cromic/Catgut

12
 Perdarahan Kala I ............. ml Kala II ................ ml
Kala III .......... ml Kala IV ............... ml
Perdarahan total ..................................... ml
Selama operasi ...................................... ml
 Tindakan lain
Infus cairan Tranfusi
Catatan waktu :
Kala I : ............. jam ................ menit
Kala II : ............. jam ................. menit
Dipimpin meneran : ............. jam .................. menit
Kala III : ............. jam .................. menit
Lamanya partus : ............. jam .................. menit

Bayi

 Lahir ......................... pukul ...................


BB : ......... gr P.B : ......... cm Nilai Apgar : .........
Masa Gestasi : ........ ......... ......... Minggu
Air Ketuban Pecah Spontan / Amniotomi : ......... ......... .........
Jumlah : ......... ......... cc, warna: ......... .........
4. Riwayat Postpartum
 Status Emosional : ......... ......... ......... ......... ......... ......... .......
 Pola Tidur : ......... ......... ......... ......... ......... ......... ......... .......
 Eliminasi : ......... ......... ......... ......... ......... ......... ......... .........
 BAK : ......... ......... .........
 BAB : ......... ......... .........
 Pengalaman Menyusukan : ......... ......... ......... ......... .........
 Involutio Uteri: ......... ......... ......... ......... ......... ......... .........
Keluhan-Keluhan Lain :

B. OBYEKTIF

13
Pemeriksaan Fisik
A. Pemeriksaan Umum
1) Keadaan Umum : ......... .........
Kesadaran : ......... .........
2) Status
Emosional : ......... ......... ......... ....
..... ......... ......... ...
3) Tanda Vital
 Tekanan Darah : ......... ......... ......... mmHg
 Denyut Nadi : ......... ......... .........X/Menit
 Pernafasan : ......... ......... ............X/Menit
 Suhu : ......... ......... ......... ...........oC
4) Muka : Conjungtiva Anemis
Tidak Anemis
5) Mamae
 Putting Susu Menonjol
Tidak Menonjol
Lecet Tidak Lecet
 Asi Ada, Jika ada
banyak/sedikit...........
Tidak
B. ABDOMEN
 TFU : .............................................
 Kontraksi Uterus : .............................................
 Abdominis Rectus Muscle : .............................................
 Kandung Kemih : .............................................
C. GENETALIA
1) Oedema : .............................................
2) Perineum : Jahitan Ada Tidak
Oedema . Ada . Tidak

Hematoma . Ada . Tidak

3) Lochea .
: Warna .................................... .

Banyaknya .............................

14
Baunya ..................................
4) Anus : Robekan Ada Tidak
Hermoroid . Ada . Tidak
. .

D. EKSTREMITAS BAWAH
Varices Ada Tidak
Oedema . Ada . Tidak
. .

III. PEMERIKSAAN LABORATORIUM


Haemoglobin :............................. Golongan Darah : .......................
Haemotokit : ............................ Rhesus : ................................
Lain-Lain : .................................................................................
IV. ANALISA
Diagnosa :........................................................................................
...............................................................................................................
..............................................................................................................
Masalah : ......................................................................................
Kebutuhan : ......................................................................................

V. PENATALAKSANAAN
1) PERENCANAAN
 ..............................................................................................................
 ..............................................................................................................
 ..............................................................................................................
 ..............................................................................................................
2) IMPLEMENTASI
 ............................................................................................................
 ..............................................................................................................
 ..............................................................................................................
 ..............................................................................................................
3) EVALUASI
 ..............................................................................................................

15
 ..............................................................................................................
 ..............................................................................................................
 ..............................................................................................................

2.4 Asuhan kebidanan pada ibu nifas 6 jam, 6 hari, 2 minggu, dan 6 minggu

A. Asuhan kebidanan pada ibu nifas 6 jam


1. Mendeteksi dan merawat perdarahan, rujuk bila perdarahan lanjut
Kenakan sarung tangan untuk memeriksa dengan lembut robek atau tidaknya
alat kelamin ibu. Selain itu, perlu diperiksa juga apakah serviksnya sudah
menutup (turun menuju bukaan vagina).

a. Jika Ibu Memiliki Robekan

Mintalah ibu untuk beristirahat di tempat tidur selama 2 minggu


dengan kaki disejajarkan bersamaan sepanjang waktu. Ibu boleh
menggerakkan kakinya secara teratur. Untuk sementara tidak
diperbolehkan bekerja keras dan disarankan agar memakan makanan
yang bergizi.

b. Jika Ibu Memiliki Hematoma atau Rasa Sakit di Vagina

Terkadang rahim merapat dan mengeras, sehingga tidak terlihat


adanya perdarahan hebat, namun ibu masih merasakan pusing-pusing dan
lemah. Jika hal ini yang terjadi bisa jadi dia mengalami perdarahan di
bawah kulit dalam vaginanya yang disebut hematoma. Kulit di wilayah ini
sering kali membengkak berwarna gelap, lembut, dan lunak. Meskipun
hematoma menyakitkan, biasanya dia tidak serius, kecuali lukanya sangat
besar. Jika hematoma terus bertumbuh, tekanlah daerah itu dengan kain
steril selama 30 menit atau sampai dia berhenti tumbuh. Jika ibu memiliki
tanda-tanda syok, segera minta bantuan medis agar luka bisa terbuka dan
darah yang terjebak di dalamnya bisa keluar.

c. Jika Serviks Bisa Dibuka dari Bukaan Vagina

Jika bisa terlihat serviks dibukaan vagina setelah melahirkan,


kemungkinan besar rahimnya turun ke vagina. Masalah ini tidak begitu

16
berbahaya, karena serviks biasanya akan masuk ke tempatnya
semuladalam beberapa hari. Anda mungkin bisa mendorong rahim dengan
tangan bersarung. Bantulah ibu menaikkan bokongnya agar lebih tinggi
dari kepala.

d. Bantu Ibu Buang Air

Hendaknya buang air kecil dapat dilakukan sendiri secepatnya.


Kadang-kadang wanita mengalami sulit buang air kecil, karena sfingter
uretra ditekan oleh kepala janin dan spasme oleh iritasi muskulus spingter
ani selama persalinan. Bila kandungan kemih penuh dan wanita sulit BAK
sebaiknya dilakukan katerisasi. Buang air besar harus dilakukan 3-4 hari
pasca persalinan. Bila masih sulit buang air besar dan terjadi obstipasi,
apalagi feses keras dapat diberikan obat laksatif peroral atau perektal. Jika
masih belum bisa juga dilakukan klisma.

e. Bantu Ibu Makan dan Minum

Sebagian besar ibu mau makan setelah melahirkan, dan bagus bagi
mereka untuk bisa menyantap beragam makanan bergizi yang diinginkan.
Jus buah sangat baik karena akan memberinya energi. Anjurkan ibu untuk
segera makan dan banyak minum pada jam-jam pertama. Makanan harus
bermutu, bergizi, dan cukup kalori. Sebaiknya ibu mengkonsumsi
makanan yang mengandung protein, banyak cairan, sayuran dan buah-
buahan.

2. Memberikan konseling
a. Nutrisi Ibu Menyusui
Pada masa nifas masalah diet perlu mendapat perhatian khusus, karena
dengan nutrisi yang baik dapat mempercepat penyembuhan ibu dan sangat
memengaruhi susunan air susu. Diet yang diberikan harus bermutu, bergizi
tinggi, cukup kalori, tinggi protein, dan banyak mengandung cairan. Ibu
harus memenuhi kebutuhan akan gizi sebagai berikut :
- Mengonsumsi tambahan kalori, 500 kalori tiap hari
- Makan dengan diet seimbang untuk mendapatkan protein,
mineral,dan vitamin yang cukupMinum sedikitnya 3 liter setiap hari

17
- Tablet zat besi harus diminum untuk menambah zat gizi setidaknya
selama 40 hari pascapersalinan
- Minum kapsul vitamin A (200.000 unit) untuk memberi asupan
vitamin A juga kepada bayinya, yaitu dengan melalui ASI-nya.

b. Kebersihan pada ibu dan bayinya


1) Kebersihan Ibu
Pada masa nifas, ibu sangat rentan terhadap infeksi. Oleh karena itu,
kebersihan diri sangat penting untuk mencegah infeksi. Kebersihan
tubuh, pakaian, tempat tidur, dan lingkungan sangat penting untuk
tetap dijaga. Langkah-langkah yang dapat dilakukan untuk menjaga
kebersihan diri ibu nifas sebagai berikut :
- Anjurkan kebersihan seluruh tubuh.
- Mengajarkan ibu cara membersihkan daerah kelamin dengan sabun
dan air. Pastikan bahwa ia mengerti untuk membersihkan daerah
sekitar vulva terlebih dahulu, dari arah depan ke belakang kemudian
membersihkan daerah sekitar anus. Nasehatkan kepada ibu untuk
membersihkan diri setiap kali selesai berkemih dan defekasi.
- Sarankan ibu untuk mengganti pembalut atau kain pembalut(buatan
sendiri) setidaknya dua kali sehari. Kain dapat dipakai ulang jika
telah dicuci dengan baik, dan dijemur atau disetrika.
- Sarankan ibu untukmencuci tangan dengan air dan sabun sebelum
dan sesudah membersihkan daerah kelaminnya.
- Jika ada luka episiotomy atau laserasi, sarankan ibu agar jangan
menyentuh daerah luka. 
2) Kebersihan Bayi
Kebersihan kulit bayi perlu dijaga. Walaupun mandi dengan
membasahi seluruh tubuh tidak harus dilakukan setiap hari, tetapi
bahian-bagian seperti muka, bokong, dan tali pusat perlu dibersuhkan
secara teratur. Sebaiknya mencuci tangan terlebih dahulu sebelum
memegang bayi. Untuk menjaga bayi tetap bersih, hangat, dan kering,
setelah BAK popok bayi harus segera diganti atau ganti pampers
minimal 4-5 kali per hari.

18
3. Istirahat dan tidur
a. Anjurkan ibu untuk istirahat yang cukup untuk mencegah kelelahan
yang berlebihan
b. Sarankan ibu untuk melakukan kembali kegiatan rumah tangga secara
bertahap, tidur siang atau segera istirahat ketika bayi tidur
c. Kurang istirahat memengaruhi ibu dalam beberapa hal (mengurangi
produksi ASI, memperlambat proses involusio uterus dan
memperbanyak perdarahan, menyebabkan depresi dan ketidakmampuan
untuk merawat bayi dan dirinya sendiri)

4. Pemberian asi awal


Biarkan bayi bersama ibu segera setelah dilahirkan selama beberapa jam
pertama. Lakuan paling sedikit 30 menit karna pada saat itulah bayi siap
untuk disusui.
- IMD (Inisiasi menyusu Dini)
Cara pelaksanaannya :
1) Tempatkan bayi diatas perut ibu dalam keadaan tengkurap ditutup
dengan selimut
2) Biarkan terjadi kontak kulit antara ibu dan bayi
3) Biarkan bayi merangkak dan berusaha mencari putting ibu sendiri
4) Selanjutnya bayi akan menyusu

Tanda-tanda bayi telah berada dalam posisi yang baik pada payudara :
1) Seluruh tubuh berdekatan dan berada pada ibu
2) Mulut dan dagu berdekatan pada payudara
3) Aerola tidak akan terlihat dengan jelas
4) Ibu melihat bayi melakukan hisapan yang lamban dan dalam, serta
menelan ASInya
5) Bayi terlihat tenang dan senang
6) Telinga dan lengan bayi berada pada satu garis lurus, kepala tidak
menengadah
4. Melakukan hubungan antara ibu dan bayi baru lahir

19
Baounding attachment adalah sentuhan awal/kontak kulit antara ibu dan
bayi. Bounding attachment dapat tercapai dengan cara :
1) Sentuhan
2) Kontak mata
3) Bau badan
4) Kehangatan tubuh
5) Suara
Prinsip dan upaya meningkatkan bounding attachment :
1) Dilakukan segera
2) Adanya ikatan yang baik dan seismatis antara ibu dan anak
3) Kesehatan emosional ibu
4) Persiapan PNC sebelumnya
5) Tingkay kemampuan komunikasi terhadap anak
6) Fasilitas untuk kontak lebih lama

6. Menjaga bayi tetap sehat dengan cara menjaga agar tidak hipotermi
Hipotermi dapat terjadi secara cepat pada bayi sangat kecil atau bayi
diresusitasi atau dipisahkan dr ibu. Dalam kasusu-kasus ini suhu dapat turun
dengan cepat >35oC. Hangatkan segera :
a. Jika bayi sakit berat/hipotermia berat <35oC
- Gunakan alat yang tersedia (incubator, radiant heater, kamar hangat,
tempat tidur hangat)
- Rujuk segera ke tempat pelayanan yang mempunyai NICU
- Jika bayi sianosis/sukar bernafas (frek <30/>60x/i, tarikan dinding
dada ke dalam/merintih), beri oksigen lewat kateter hidung/nasal prog
b. Jika bayi tidak begitu tampak sakit dan suhu aksiler 35oC/lebih :
- Pastikan bayi dijaga tetap hangat. Bungkus bayi dengan kain lunak,
kering, selimuti, dan pakai topi untuk menghindari kehilangan panas
- Dorong ibu untuk segera menyusui setelah bayi siap
- Pantau suhu aksiler setiap jam sampai normal
- Bayi dapat diletakkan di dalam incubator

B. Asuhan kebidanan pada ibu nifas 6 hari

20
Deteksi  Dini Komplikasi dan Penyulit Masa  Nifas  6  Hari.
Bidan memiliki peranan yang sangat penting dalam pemberian asuhan post partum
agar dapat mendeteksi dini komplikasi dan penyulit yang mungkin terjadi.  Bidan
perlu melakukan manajemen asuhan dengan mengumpulkan data, menetapkan
diagnosa dan rencana tindakan serta melaksanakannya untuk  mencegah atau
mengobati komplikasi atau penyulit  dengan memenuhi kebutuhan ibu dan bayi
selama periode nifas.
Komplikasi dan penyulit yang sering terjadi masa nifas 6 hari
a. Gangguan Pada Payudara
1) Bendungan air susu ibu.
2) Mastitis.
3) Putting susu lecet
4) Saluran susu tersumbat (OBSTRUCTIVE DUCT)
b. Pendidikan Kesehatan Masa Nifas
Pendidikan kesehatan masa nifas meliputi:
1) Gizi
2) Kebersihan diri
3) Istirahat / tidur
4) Pemberian ASI
5) Latihan/ senam nifas
Pendidikan kesehatan tentang latihan/senam nifas meliputi:
mendiskusikan pentingnya pengembalian otot – otot
perut dan panggul kembali normal; menjelaskan bahwa latihan tertentu
beberapa menit setiap hari dapat bantu mempercepat pengembalian otot-
otot perut dan panggul kembali normal.
6.      Hubungan seks dan Keluarga Berencana
Pendidikan kesehatan tentang seks dan keluarga berencana yaitu: hubungan
seks dan KB dapat dilakukan saat darah nifas sudah berhenti dan ibu sudah
merasa nyaman; keputusan untuk segera melakukan hubungan seks dan
KB tergantung pada pasangan yang bersangkutan; berikan KIE tentang alat
kontrasepsi KB. 

C. Asuhan kebidanan pada ibu nifas 2 minggu

21
Nifas 6 hari setelah persalinan termasuk kedalam kunjungan nifas ke dua dalam
waktu 2 minggu setelah persalinan (8 – 14 hari). Tujuannya yaitu :
a. Memastikan involusi uterus berjalan normal : uterus berkontraksi, fundus
dibawah umbilicus, tidak ada perdarahan abnormal, tidak ada bau.
b. Menilai adanya tanda–tanda demam infeksi atau perdarahan
abnormal,seperti:
- Infeksi genital : Disebabkan karena adanya luka pada area pelepasan
plasenta, laserasi pada saluran genital.
- Infeksi saluran kemih : Dapat terjadi karena kurang menjaga kebersihan.
c. Memastikan ibu mendapat cukup makanan, minuman dan istirahat
(Ambarwati, 2010).
- Gizi
1) Nasi 200 gram (1 piring sedang)
2) Lauk 1 potong sedang dan Tahu/tempe 1 potong sedang
3) Sayuran 1 mangkuk sedang dan buah 1 potong sedang
4) Mengkonsumsi tambahan 500 kalori tiap hari
5) Makanan dengan diet seimbang : protein, mineral, vitamin yang
cukup
6) Minum sedikitnya 3 liter per hari (8 gelas sehari)
7) Meminum pil zat besi selama 40 hari pasca persalinan
8) Minum kapsul vitamin A

- Istirahat
1) Sarankan Ibu untuk kembali ke kegiatan-kegiatan biasa perlahan-lahan,
serta untuk tidur siang atau beristirahat selagi bayi tidur
2) Kurang istirahat akan mempengaruhi ibu dalam beberapa hal :
a) Mengurangi jumlah produksi ASI
b) Memperlambat proses involusi uterus dan memperbanyak
perdarahan
c) Menyebabkan depresi dan ketidak mampuan merawat bayi dan diri
sendiri
d. Memastikan ibu menyusui dengan dan memperhatikan tanda – tanda
penyakit
- Tanda-tanda ASI cukup :
22
1. Bayi kencing setidaknya 6 kali dalam 24 jam
2. Bayi sering BAB, berwana kekuningan “berbiji”
3. Bayi tampak puas, sewaktu-waktu merasa lapar, kemudian bangun
tapi tidur cukup
4. Bayi setidaknya menyusui 10-12 kali dalam 24 jam
5. Payudara terasa kosong setiap kali selesai menyusui
6. Berat badan bayi bertambah
- Meningkatkan suplai ASI
1. Menyusui bayi setiap 2 jam, lama ± 10-15 menit
2. Pastikan posisi ibu benar saat menyusui bayinya
3. Susukan bayi dalam keadaan tenang dan suasana
nyaman
4. Tidurlah bersebelahan dengan bayi
5. Tingkatkan istirahat dan hidrasi

e. Memberikan konseling kepada ibu mengenai asuhan pada bayi, tali pusat,
menjaga bayi tetap hangat dan merawat bayi sehari– hari.
f. Kebersihan/ perawatan diri sendiri, terutama putting susu dan perineum.
- Kebersihan diri (Personal hygiene)
1) Menganjurkan ibu untuk membersihkan seluruh badan (mandi) minimal
2 kali sehari
2) Mengajarkan ibu bagaimana membersihkan daerah genitalia dengan
sabun dan air dari arah depan ke belakang
3) Sarankan ibu untuk menganti pembalut minimal 2-3 kali sehari
4) Sarankan ibu untuk mencuci tangan dengan sabun sebelum dan sesudah
membersihkan genitalia
5) Apabila ibu mempunyai luka bekas episiotomi, maka sarankan ibu untuk
tidak menyentuh daerah luka
- Perawatan Payudara
1) Menjaga payudara tetap bersih dan kering
2) Gunakan bra yang menyokong
3) Apabila puting susu lecet, keluarkan kolostrum dan oleskan setiap kali
selesai menyusui
4) Apabila lecet sangat berat dapat diistirahatkan selama 24 jam
23
5) Payudara yang bengkak dapat di kompres hangat selama 5 menit
6) Untuk menghilangkan nyeri, ibu dapat di berikan parasetamol 500 mg
setiap 6-8 jam

D. Asuhan kebidanan pada ibu nifas 6 minggu


Hal yang paling tepat untuk diingat tentang kunjungan enam minggu ini ialah
bahwa dibutuhkan waktu untuk memperoleh hasil yang baik. Kunjungan enam
minggu merupakan waktu untuk meninjau kembali pengalaman hamil dan
melahirkan, mendiskusikan masalah, mengkaji adanya:
1. Depresi
2. Memberi dukungan emosi
3. Menjawab pertanyaan memeriksa resiko kesahatan dan mempertimbangkan
apakah suatu perujukan diperlukan

Sikap yang diperlukan ialah mendengarkan kilen bukan memberi nasehat. Hal


yang harus diperhatikan pada enam minggu postpartum ialah :
1) Pemeriksaan fisik yang meliputi pemeriksaan pelvis dan payudara
- Pemeriksaan Payudara
Selain memeriksa payudara untuk melihat adanya massa, observasi juga
adanya tanda trauma pada putting jika klien menyusui. Pemeriksaan payudara
yang baik mungkin sulit dilakukan jika payudara penuh dengan susu. Apabila
pemeriksaan payudara tidak adekuat, pertimbangkan penjadwalan kunjungan
ulang ketika kandungan ASI berkurang.
Pastikan mendiskusikan pentingnya pemeriksaan payudara mandiri SADARI
selama kunjungan. Bukti baru yang menunjukkan bahwa tumor payudara
berkembang kian pesat pada wanita muda (kerlikwose, 1996), memandatkan
semua wanitamengetahui pentingnya pemeriksaan payudara.

- Pemeriksaan Pelvis
Selain pemeriksaan komponen pelvis yang biasa dilakukan dalam memeriksa
pelvis pada masa pascapartum, pemeriksa harus memberi perhatian khusus pada
labia, perineum dan anus untuk melihat adanya tanda-tanda pemulihan jika
terdapat laserasi atau suatu episiotomy dilakukan. Kondisi patologis yang

24
mungkin ditemukan antara lain fistula dan laserasi yang tidak kunjung sembuh,
yang menyebabkan kerusakan pada perineum.
Kadang-kadang, bagian atas labia menyatu. Ini dapat terjadi laserasi bilateral,
periuretral, atau labia bersifat minor dan tidak diperbaiki. Fusi ini biasanya tidak
menimbulkan masalah. Pemeriksaan rectum yang sering ditunda pada wanita usia
subur karena adanya rasa tidak nyaman atau rasa malu yang ditimbulkan harus
selalu dilakukan pada pemeriksan pascapartum untuk mengkaji integritas sfingter
rectum. Suatu pemeriksaan rectum juga dapat mendeteksi massa yang terletak
renda di dalam pelvis, yang terabaikan pada pemeriksaan vagina.

2) Menanyakan kepada ibu adanya penyulit-penyulit yang dihadapi setelah proses


melahirkan
a) Perdarahan pervaginam, yaitu terjadi perdarahan pervaginam 500 ml atau
lebih, sesudah anak lahir atau setelah kala III. Perdarahan ini bisa terjadi
segera begitu ibu melahirkan terutama di dua jam pertama. Kalau terjadi
perdarahan, maka tinggi rahim akan bertambah naik, tekanan darah menurun,
dan denyut nadi ibu menjadi cepat.

- Klasifikasi Klinis
1.    Perdarahan pasca persalinan primer yakni perdarahan yang terjadi dalam
24 jam pertama. Penyebabnya atonia uteri, retensio plasenta, dan robekan
jalan lahir.
2.    Perdarahan pasca persalinan sekunder, yakni perdarahan yang terjadi
setelah 24 jam pertama. Penyebabnya robekan jalan lahir dan sisa plasenta
atau membran.

- Etiologi dan Faktor Predisposisi


1. Atonia uteri (>75%), atau uteri tidak berkontraksi dalam 15 detik setelah
dilakukan pemijatan fundus uteri (plasenta telah lahir).
2.  Robekan (laserasi, luka) jalan lahir atau robekan yang terjadi pada jalan
lahir bisa disebabkan oleh robekan spontan atau memang sengaja di
lakukan episiotomi, robekan jalan lahir dapat terjadi ditempat : Robekan
serviks, perlukaan vagina, robekan perinium.

25
3. Retensio Plasenta dan sisa plasenta (plasenta tertahan didalam rahim baik
sebahagian atau seluruhnya).
4. Inversio Uterus (uterus keluar dari rahim)
Kegawatdaruratan pada kala III yang dapat menimbulkan  perdarahan
adalah terjadinya inverse uterus. Inverse uterus adalah keadaan dimana
lapisan dalam uterus (endometrium) turun dan keluar lewat ostium uteri
eksternum, yang dapat bersifat inkomplit sampai komplit.

5. Gangguan Pembekuan Darah (Koagulopati)


Kausal perdarahan pascapersalinan karena gangguan pembekuan darah
baru dicurigai bila penyebab yang lain dapat disingkirkan apalagi disertai
ada riwayat pernah mengalami hal yang sama pada persalinan
sebelumnya. Akan ada tendensi mudah terjadi perdarahan setiap
dilakukan penjahitan dan perdarahan akan merembes atau timbul
hematoma pada bekas jahitan, suntikan, perdarahan dari gusi, rongga
hidung, dan lain-lain.
6. Infeksi Masa Nifas
Infeksi masa nifas atau sepsis puerperalis adalah infeksi pada traktus
genitalia yang terjadi pada setiap saat antara pecahnya selaput ketuban
atau persalinan dan 42 hari setelah persalinan atau abortus dimana
terdapat dua atau lebih dari hal-hal berikut ini :
- Nyeri pelvik
- Demam 38,5°C atau lebih
- Rabas vagina yang abnormal
- Rabas vagina yang berbau busuk
- Keterlambatan dalam kecepatan penurunan uterus
7. Sakit Kepala, Nyeri Epigastrik, Penglihatan Kabur
Wanita yang baru melahirkan sering mengeluh sakit kepala hebat atau
penglihatan kabur. Penanganan :
- Jika ibu sadar periksa nadi, tekanan darah, pernafasan.
- Jika ibu tidak bernafas periksa lakukan ventilasi dengan masker dan
balon. Lakukan intubasi jika perlu dan jika pernafasan dangkal periksa
dan bebaskan jalan nafas dan beri oksigen 4-6 liter per menit.

26
- Jika pasien tidak sadar/ koma bebaskan jalan nafas, baringkan pada sisi
kiri, ukur suhu, periksa apakah ada kaku tengkuk.
8. Pembengkakan di Wajah dan Ekstremitas
Pada wanita yang terlihat ada pembekakan pada wajah dan ekstremitas pasca
persalinan, sebaiknya dilakukan tindakan :
- Periksa adanya varises
- Periksa kemerahan pada betis
- Periksa apakah tulang kering, pergelangan kaki, kaki oedema

9. Demam, Muntah, Rasa Sakit Waktu Berkemih


Organisme yang menyebabkan infeksi saluran kemih berasal dari flora
normal perineum. Sekarang terdapat bukti bahwa beberapa galur E. Coli
memiliki pili yang meningkatkan virulensinya (Svanborg-eden, 1982). Pada
masa nifas dini, sensitivitas kandung kemih terhadap tegangan air kemih di
dalam vesika sering menurun akibat trauma persalinan serta analgesia
epidural atau spinal. Sensasi peregangan kandung kemih juga mungkin
berkurang akibat rasa tidak nyaman yang ditimbulkan oleh episiotomi yang
lebar, laserasi periuretra atau hematoma dinding vagina. Setelah melahirkan
terutama saat infuse oksitosin dihentikan terjadi diuresis yang disertai
peningkatan produksi urine dan distensi kandung kemih. Overdistensi yang
disertai kateterisasi untuk mengeluarkan air yang sering menyebabkan
infeksi saluran kemih.
10. Payudara yang Berubah Menjadi Merah, Panas, dan Terasa Sakit
1) Mastitis
Penyebab: 
-       Payudara bengkak yang tidak disusukan dengan adekuat.
-       Putting lecet sehingga pintu masuk kuman
-       BH yang terlalu ketat
-       Nutrisi ibu jelek (anemi, kurang istirahat)
Gejala: 
-       Bengkak, nyeri local / keseluruhan
-       Kemerahan local / keseluruhan
-       Payudara keras / merongkol

27
-       Badan panas atau rasa sakit umum
Manajemen:
-       Menyusui diteruskan, ubah posisi menyusui
-       Kompres hangat sebelum dan kompres dingin setelah
disusukan/ payudara kosong
-       Payudara yang terkena disusukan terlebih dulu 
-       Masase dan peras setelah menyusui
-       Pakai baju / BH longgar
-       Istirahat, cairan dan analgetik

2) Saluran Susu Tersumbat (Obstructive Duct)


Penyebab: 
-       Saluran yang tidak efektif karena posisi dan tehnik yang salah sewaktu
menyusui dan hisapan yang kurang baik
-       Tidak sering disusukan termasuk tidak disusukan
-       Tekanan jari ibu, tidur atau baju waktu menyusui
-       Pemakain BH yang ketat
-       Stress dan kelelahan
-       Sumbatan pada putting
-       Komplikasi dari : putting lecet, payudara bengkak
Gejala:
-       Benjolan terlihat jelas dan lunak
-       Nyeri, bengkak yang terlokalisir
-       Kadang meradang dan merasa tidak nyaman, panas
Manajemen:  
-       Masase
-       Kompres panas dingin secara bergantian
-       Keluarkan ASI setelah menyusui bila masih terasa penuh
-       Ubah posisi menyusui

3) Payudara Bengkak (Engorgment)


Penyebab:
-       Statis pembuluh darah dan limfe 
-       Tekanan intraduktal 

28
-       Tekan seluruh payudara
-       ASI tidak disusukan dengan adekuat
-       Sumbatan pada duktus (putting tdk dibersihkan dan BH ketat)
Manajemen:
-       Sering disusukan
-       Gunakan BH yang menyangga dan sesuai
-       Kompres dingin 
-       Kompres hangat atau diperas sebelum disusukan
-       Analgetik ringan
-       Tehnik menyusui yang baik
-       Hindari nipple shield

4) Putting Susu Lecet


Penyebab:
-       Kesalahan tehnik menyusui
-       Monoliasis/sariawan mulut bayi yg menular ke putting
-       Pemakain sabun, alcohol, krim atau zat iritan lain
-       Bayi dengan tali lidah (frenulum lingue) yang pendek
-       Menghentikan menyusu kurang hati-hati
Manajemen:
-       Susukan pada putting yang normal terlebih dahulu
-       Kurangnya frekuensi dan lamanya menyusu pada putting yang lecet
-       Tehnik menyusui yang benar
-       Pelembut putting dan anti infeksi
-       Bekas ASI tdk perlu dibersihkan, cukup diangin-anginkan 
-       Hindari sabun, alcohol atau zat iritan lain
-       Bubuhkan minyak lanolin atau minyak kelapa yang sudah dimasak
-       Menghindari payudara penuh dan bayi tidak menyusu dengan keras
-       Sering menyusui 
-       Periksa bayi apakah ada moniliasis

11. Bengkak pada Kaki

29
Selama masa nifas, dapat terbentuk thrombus sementara pada vena-vena
manapun di pelvis yang mengalami dilatasi dan mungkin lebih sering
mengalaminya.
Faktor predisposisi :
-       Obesitas
-       Peningkatan umur maternal dan tingginya paritas
-       Riwayat sebelumnya mendukung
-       Anestesi dan pembedahan dengan kemungkinan trauma yang lama pada
keadaan pembuluh vena
-       Anemia maternal
-       Hipotermi atau penyakit jantung
-       Endometritis
-       Varicostitis 

12. Kehilangan Nafsu Makan dalam Waktu yang Lama


Setelah anak lahir, ibu akan merasa lelah mungkin juga lemas karena
kehabisan tenaga. Hendaknya lekas berikan minuman hangat, susu, kopi atau teh
yang bergula. Apabila ibu menghendaki makanan, berikanlah makanan yang
sifatnya ringan walaupun dalam persalinan lambung dan alat pencernaan tidak
langsung turut mengadakan proses persalinan, tetapi sedikit atau banyak pasti
dipengaruhi proses persalinannya. Sehingga alat pencernaan perlu istirahat guna
memulihkan keadaannya kembali. Oleh karena itu tidak benar bila ibu diberikan
makanan sebanyak-banyaknya walaupun ibu menginginkannya. Tetapi biasanya
disebabkan adanya kelelahan yang amat berat, nafsu makan pun
terganggu,sehingga ibu tidak ingin makan sampai kehilangan itu hilang.
13. Merasa Sedih atau Tidak Mampu Mengasuh Sendiri Bayinya dan Diri
Sendiri
Pada minggu-minggu awal setelah persalinan kurang lebih 1 tahun ibu
post partum cenderung akan mengalami perasaan-perasaan yang tidak pada
umumnya,seperti merasa sedih, tidak mampu mengasuh dirinya sendiri dan
bayinya. Faktor penyebab :
-       Kekecewaan emosional yang mengikuti kegiatan bercampur rasa takut
yang di alami kebanyakan wanita selama hamil dan melahirkan.
-       Rasa nyeri pada awal masa nifas.

30
-       Kelelahan akibat kurang tidur selama persalinan dan telah melahirkan
kebanyakan di rumah sakit.
-       Kecemasan akan kemampuannya untuk merawat bayinya setelah
meninggalkan rumah sakit.
-       Ketakutan akan menjadi tidak menarik lagi.

3) Serta konseling hubungan seksual, pemrograman metode  keluarga berencana,


imunisasi, dan senam nifas
- Konseling hubungan seksual
Secara fisik aman untuk memulai hubungan seksual begitu darah merah berhenti
dan ibu dapat memasukkan satu atau dua jarinya kedalam vagina tanpa rasa nyeri.
Begitu darah merah berhenti dan ibu tidak merasakan ketidaknyamanan, aman
untuk melakukan hubungan seksual kapan saja ibu siap dan banyak budaya yang
mempunyai tradisi menunda hubungan seksual sampai masa waktu tertentu,
misalnya setelah 40 hari atau 6 minggu. Banyak budaya yang mempunyai tradisi
menunda hubungan seksual sampai masa waktu tertentu, misalnya setelah 40 hari
atau 6 minggu setelah persalinan. Keputusan tergantung pada pasangan yang
bersangkutan. Sebagian besar pasangan melakukan hubungan seksual antara
minggu ke 5 dan ke 8 pasca persalinan. Sebenarnya menutupnya serviks (ukur
rahim) serta normalnya kembali vagina membutuhkan waktu yang lebih singkat
sekitar dua sampai tiga minggu. Sekarang umumnya diterima bahwa suatu
pasangan dapat kembali melakukan hubungan seksual sesegera si ibu merasa siap
melakukannya. Menurut Dr. Ferryal Loitan, AAS RT, SP Rm, M.Kes (MMR)
pasangan melakukan hubungan seksual sebenarnya relatif tiap wanita berbeda-
beda kesiapannya. Namun secara medis setelah tidak ada perdarahan lagi, bisa
dipastikan ibu sudah siap berhubungan seks yaitu setelah masa nifas yang
berlangsung selama 30-40 hari.

- Pemograman metode keluarga berencana


KB Pasca persalinan adalah pemanfaatan atau penggunaan alat
kontrasepsi langsung sesudah melahirkan sampai 6 minggu/42 hari sesudah
melahirkan.
Prinsip pemilihan metode kontrasepsi yang digunakan tidak mengganggu
produksi ASI.
31
Mengapa perlu ikut ber KB?
- Mengatur jarak dan mencegah kehamilan agar tidak terlalu rapat (minimal
2 tahun setelah melahirkan)
- Mencegah kehamilan yang tidak diinginkan
- Menjaga dan meningkatkan kesehatan ibu, bayi dan balita
- Ibu memiliki waktu dan perhatian yang cukup untuk dirinya sendiri, anak
dan keluarga
Metode kontrasepsi jangka panjang:
a. Metode Operasi Wanita (MOW), metode Operasi Pria (MOP)
b. Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR)/spiral, jangka waktu penggunaan
bisa sampai 10 tahun
c. Implan (alat kontrasepsi bawah kulit), jangka waktu penggunaan 3 tahun

Metode kontrasepsi jangka pendek :


a. Suntik, terdapat 2 jenis suntikan yaitu suntikan 1 bulan dan suntikan 3
bulan. Untuk ibu menyusui, tidak disarankan menggunakan suntikan 1 bulan,
karena akan mengganggu produksi ASI
b. Pil KB
c. Kondom

- Konseling Imunisasi

32
BERI ANAK KAPSUL VITAMIN A

- Vitamin A untuk meningkatkan kesehatan mata dan pertumbuhan anak


- Mintalah kapsul vitamin A pada bulan Februari dan Agustus di Posyandu
- Ada dua jenis kapsul Vitamin A : Kapsul Biru Untuk anak umur 6-11 bulan
Berikan 1 kali dalam setahun dan Kapsul Merah Untuk anak umur 1- 5 Tahun
Berikan 2 kali dalam setahun

KASUS

33
Ny. E berusia 25 tahun dengan P1A0, melahirkan 6 minggu yang lalu, ibu
mengatakan keadaannya sudah membaik. Ibu juga mengatakan darah nifasnya tidak
ada lagi, tapi nyeri pada daerah vagina masih terasa.

MANAJEMEN KEBIDANAN PADA IBU NIFAS

A. SUBYEKTIF
No. Register : 13009032

I. IDENTITAS/BIODATA KLIEN

Nama : Ny. E Nama : Tn. J


Umur : 25 tahun Umur : 27 tahun
Agama : Islam Agama : Islam
Suku/Bangsa : Jawa / Indonesia Suku/Bangsa : Jawa / Indonesia
Pendidikan : D3 Pendidikan : D3
Pekerjaan : Pegawai Swasta Pekerjaan : Pegawai Swasta
Alamat : Jatiwarna Bekasi Alamat : Jatiwarna Bekasi
Telp. :08112600987 Telp. : 087845312009

II. ANAMNESA

1. Alasan Datang : Ibu mengatakan ingin kunjungan ulang dan ingin


menggunakan kontrasepsi untuk menunda kehamilannya.

2. Alasan Masuk : Ibu mengatakan kapan waktu yang tepat untuk berhubungan
dan ibu masih merasa nyeri pada bekas jahitan.

3. Ibu mengatakan ini adalah anak ke dua.

Riwayat persalinan

 Tempat melahirkan : Puskesmas Di tolong oleh : Bidan


Ibu : Bidan Ayuning
 Jenis persalinan : Spontan dan Presentasi Kepala
 Komplikasi / kelainan dalam persalinan tidak ada

34
Riwayat Postpartum

 Pola Tidur : Ibu mengatakan tidur pada malam hari 6 jam dan tidur
siang sekitar 1 jam
 Eliminasi : Ibu mengatakan untuk bab dan bak sudah lancar seperti
biasanya, dan tidak ada keluhan
 Pengalaman Menyusukan : Ibu mengatakan rajin memberikan asi
kepada bayi
 Involutio Uteri: Sesuai dengan hari postpartum ibu

B. OBYEKTIF
- Pemeriksaan Umum : Keadaan Umum : Baik
Kesadaran : Komposmentis
- Tanda Vital
Tekanan Darah : 110/80 mmHg
Denyut Nadi : 80 X/Menit
Suhu : 36,5oC
- Muka : Tidak ada Conjungtiva Tidak Anemis
- Ekstremitas bawah : tidak ada varices dan tidak ada oedema
- Mamae : Puting susu menonjol, pengeluaran asi lancar, tidak
ada bendungan asi dan tidak ada kemerahan pada daerah mamae
- Abdomen : TFU tidak teraba dan kandung kemih kosong
- Genetalia : tidak ada oedema, tidak ada luka jalan lahir, pengeluaran
lochea warna kuning putih banyaknya 1x ganti pembalut, tidak ada
hermoroid

C. ANALISA
Diagnosa : Ny. E umur 25 tahun P 2 A 0 Post partum 6 minggu
dengan normal
Masalah : tidak ada
Kebutuhan : Ibu ingin memilih kontrasepsi, mengetahui waktu yang
tepat berhubungan kembali, dan penanganan untuk daerah
vagina masih merasa nyeri

35
D. PENATALAKSANAAN
1. PERENCANAAN
 Beritahu kepada ibu tentang hasil pemeriksaan
 Beritahu tentang waktu yang tepat dalam berhubungan seksual setelah
nifas
 Beritahu ibu macam – macam jenis kontrasepsi beserta efek samping
keuntungan dan kerugian
 Anjurkan ibu untuk memilih salah satu jenis kontrasepsi yang akan
digunakan
 Menganjurkan ibu untuk senam nifas untuk mengurangi rasa sakit pada
daeah vagina
 Mengingatkan kembali kepada ibu untuk imunisasi bayinya
 Beritahu ibu untuk kunjungan ulang

2. IMPLEMENTASI
 Memeberitahukan pada ibu hasil pemeriksaan yang telah dilakukan
 Keadaan umum : Baik
 Kesadaran : Komposmentis
 Tanda Vital :
Tensi = 110/80 mmHg Nadi = 80 x/ menit
Suhu = 36,5 oC Respirasi = 12 x/ menit
 TFU : Tidak Teraba
 Secara fisik aman untuk memulai hubungan seksual begitu darah
merah berhenti dan ibu dapat memasukkan satu atau dua jarinya
kedalam vagina tanpa rasa nyeri. Begitu darah merah berhenti dan
ibu tidak merasakan ketidaknyamanan, aman untuk melakukan
hubungan seksual kapan saja ibu siap
 Untuk mengurangi rasa nyeri pada daerah vagina ibu dapat
melakukan senam nifas
 Memeberitahukan ibu macam – macam dan jenis kontrasepsi beserta efek
samping, keuntungan dan kerugian
 Menganjurkan ibu untuk memilih salah satu jenis kontrasepsi yang
digunakan
 Menghormati dan menghargai keputusan klien

36
 Mengingatkan ibu untuk jadwal imunisasi BCG dan polio di puskesmas
 Memberitahukan ibu untuk kunjungan ulang 1 minggu lagi

3. EVALUASI
 Ibu sudah mengetahui hasil pemeriksaanya
 Ibu sudah mengerti kapan untuk berhubungan kembali
 Ibu sudah mengetahui macam – macam jenis kontrasepsi beserta
efektifitas keuntungan dan kerugian ( efek samping )
 Ibu bersedia memilih salah satu jenis kontrasepsi yang akan datang
digunakan setelah izin kepada suami
 Ibu akan mencoba senam nifas dirumah
 Ibu akan ke puskesmas untuk jadwal imunisasi
 Ibu bersedia untuk melakukan kunjungan ulang 1 minggu lagi

37
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Pendokumentasian merupakan salah satu hal yang penting dalam melaksanakan


asuhan, karena dokumentasi dapat dijadikan acuan dalam melihat rekam medic
seorang pasien, untuk mempertanggung jawabkan tindakan yang dilakukan dan juga
bila ada kejadian gunggatan, maka dokumentasi kebidanan dapat memebantu,
tentunya dalam pembuatan pendokumentasian tetap pada apa yang telah dilakukan.
Dengan pendokumentasian pula bidan dapat mengevaluasi tindakan yang telah
dilakukan, salah satunya asuhan pada masa nifas 6 jam, 6 hari, 2 minggu dan 6
minggu.

38
DAFTAR PUSTAKA

Prawirohardjo, Sarwono. 2009. Ilmu Kebidanan . Jakarta: PT. Bina Pustaka Sarwono


Prawirohardjo.

Saleha, Sitti. 2009. Asuhan Kebidanan pada Masa Nifas . Jakarta : Salemba Medika.

http://www.asuhankebidanan.com/2017/09/kebutuhan-ibu-di-masa-nifas-6-
minggu_30.html

https://www.google.com/url?
sa=t&source=web&rct=j&url=https://emilasaricika.wordpress.com/2015/04/07/asuhan-
kebidananan-pada-ibu-nifas-

https://media.neliti.com/media/publications/107693-ID-penggunaan-kontrasepsi-pada-wanita-
pasca.pdf

39

Anda mungkin juga menyukai