Anda di halaman 1dari 26

STATUS

KEDOKTERAN INDUSTRI
INSTALASI GAWAT DARURAT (IGD)
RS UMM

Disusun oleh:

Yusri Chizma Najwa 201720401011140


Rif’atul Ifada 201720401011156

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
2019
STATUS KEDOKTERAN INDUSTRI

I. STATUS UMUM TEMPAT KERJA (FACTORY VISIT)


A. Identitas
1. Nama Perusahaan : RS Universitas Muhammadiyah Malang
2. Alamat : Jl. Raya Tlogomas No. 45, Rambaan, Kec.
Lowokwaru, Malang
3. Jenis usaha :IGD
4. Jumlah tenaga kerja :23 orang
B. Analisis Komponen Keselamatan dan Kesehatan Kerja
1. Proses Industri/Proses Kerja
N Unit Bahan Baku Alat Kerja Cara Kerja Bahan
o Kerja Berbahaya
1. IGD Insisi Ring forcep 1. oleskan cairan Mess
Pick up bergigi antiseptic pada Kaca ampul

Cairan antiseptic Spuit 3 cc sekitar daerah yang Jarum Spuit


akan dilakukan insisi Gunting metz
Cairan Nacl Tangkai mess
dan tunggu 3-4 menit Cairan antiseptic
Lidokain mess no 11
2. berikan anestesi local seperti perhidrol,
Hemostat
pada daerah yang alkohol
Gunting metz
akan diinsisi Cairan tubuh
Tampon kasa
3. tutup daerah insisi pasien
steril dengan dug lubang
Gause 4. lakukan insisi sesuai
Handscoon garis kulit dan
steril lakukan debridement
Dug lubang pada jaringan mati
dan dug lubang 5. cuci luka dengan NS
Hypafix samai bersih
6. pasang tampon steril
untuk drainase
7. tutup luka insisi

2
dengan kasa steril
dan fiksasi dengan
plester
8. ganti kasa baru saat
rawat luka dengan
kompres luka dan
rendam

2. Hecting Ring forcep


1. bersihkan rambut di needle
Pick up bergigi sekitar luka Kaca ampul
- Normal Salin Spuit 2. oleskan cairan Jarum Spuit
- Povidon Iodine needle antiseptic pada Gunting cromic
- Benang silk Gunting sekitar luka , tidak Gunting metz
- Lidocain
cromik boleh mengenai luka Cairan antiseptic
- perhidrol dan tunggu 3-4 menit seperti perhidrol,
Hemostat
Gunting metz 3. berikan anestesi local alkohol

Gause pada sekeliling luka Cairan tubuh


4. cuci luka dengan NS pasien
Cairan
5. Tutup luka dengan
antiseptic
dug lubang
Handscoon
6. Lakukan jahit pada
Dug lubang
luka dengan silk,
hipafix cotton,prolane untuk
kulit, dan cat gut ,
cromic cat gut untuk
jaringan di bawah
kulit
7. Tutup dengan kasa
steril tidak perlu
betadine atau salep
antibiotic atau yang
lain
8. KIE pada pasien:
- Luka tidak boleh

3
kena air
- Jika ada
perdarahan ganti
kasa steril
dengan yang
baru sampai
perdarahn
berhenti
- Perdarahan terus
berlanjut ke
dokter terdekat
- Jika ada rasa
nyeri, warna
kemerahan
demam atau
nanah segera
kembali periksa
ke dokter
terdekat
- Buka jahitan
sesuai daerah
luka: wajah 3
hari, badan 7
hari, ektremitas
3 Transfer pasien 1. AGD datang Proses kerja saat
ke ambulance harus mampu mengangkat
menjangkau pasien dari bed ke
pasien sakit atau ambulance
cedera tanpa
kesulitan
2. Pasien
emergensi
didahulukan
3. Pemindahan

4
pasien meliputi:
-stabilisasi
pasien, bidai,
fiksasi
- pasien kategori
tinggi taransfer
cepat
- alat angkut
(carrying device)
memiliki tiga
pengikat ,
pertama setinggi
dada, kedua
setinggi
pinggang, ketiga
setinggi tungkai
4. Memindahkan
pasien ke
ambulance
5. Memasukkan
pasien dalam
ambulance
6. Transporter
AGD 119
menuju RS
4. Penerimaan 1. Kendaraan Proses kerja saat
pasien dengan /ambulance yang mengangkat

kendaraanroda datang masuk ke pasien dari


depan pintu masuk ambulance ke bed
empat/ambulance
IGD
2. Petugas dinas IGD
menerima pasien
dengan membawa
brankard

5
3. Pasien dibawa ke
ruang triase untuk
pertolongan
selanjutnya
5 Pemasangan infus 1 infus set 1. Lakukan ikatan Abocath
dan injeksi 1 abocath diatas vena yang Jarum spuit
1 plester infus dipilih gunting
- cairan infuse 1 tornikuet 2. Masukkan jarum cairan tubuh
- abbocath 1 gunting setelah dilakukan pasien

-ampul obat injek Spuit 3 cc/5cc tindakan antiseptic


Plester sehingga darah
Alcohol swap keluar kemudian
Kasa steril dihubungkan dengan
Tiang infus infus yang
disediakan
3. Kemudian ditutup
dengan kasa
antiseptic dan
dilakukan fiksasi
6 Foley Catheter 1 handscoen 1. Bersihkan OUE Jarum Spuit
steril dengan Cairan tubuh
Aquadest 1 cucing antiseptic pasien
NS 1 neirbecken 2. Masukkan jelly
Kateter steril 1 doek lubang kurang lebih 3 cc
urobag 1 kateter steril lewat OUE
sesuai ukuran 3. Masukkan ujung
1 urobag kateter OUE
1 spuit 30cc dengan cara
Plester steril sampai VU
1 Bengkok seingga keluar
urin
4. Fiksasi dengan
memasukkan
aquades sekitar

6
15 cc untuk
pengunci
7. Nasogastric Tube 1 NGT sesuai 1. Ukuran panjang - Jarum
ukuran NGT dari telinga spuit
NGT 1 Sarung tangan ke hidung sampai - cairan
Jelly steril lambung pasien tubuh
Plester 1 Jelly 2. Masukkan ujung pasien
1 Plester / NGT lewat
verban hidung pasien
1WF diminta menelan
1 urobag sampai batas
1 Spuit 30 cc yang kita ukur,
1 Stetoskop plester NGT
dengan bibir atas
3. Pastikan NGT
mausk ke
lambung dengan
cara menghisap
cairan lambung
atau
memasukkan
udara dengan
spuit diauskultasi
dan terdengar ada
udara masuk.

1. Lingkungan Kerja
N Unit Ling. Sos- Ling.
Ling. Fisik Ling. Biologi Ling. Kimia
o Kerja Bud Ergonomi
1. Ruang - Lokasi IGD - Aktivitas - Terdapat - Budaya - Tempat
Instalasi yang tidak makan oleh bahan kimia karyawan sampah
Gawat berada bagian karyawan seperti IGD yang medis dan
Darurat depan RS dilakukan di alkohol, suka non medis
membuat pantri sehingga betadin, ngemil dan sudah

7
sebagian tidak perhidrol order dibedakan,
orang yang menimbulkan yang sudah makan ke namun di
baru datang hewan- di ojol letakkan di
kebingungan. hewan kecil. tempatkan - Budaya bagian
Meskipun di - Setiap di tempat senioritas bawah troli
bagian depan pergantian yang mudah antar sehingga
RS sudah shift para di jangkau perawat akses untuk
diberi arahan namun tidak lama dan membuang
cleaning
ke IGD menggangg perawat sampah
service selalu
- Ruangan u aktivitas baru, agak susah
rajin untuk
luas, dengan pelayanan. sehingga bahkan
membersihkan
dibagi Hanya saja yang lebih terkadang
setiap sudut
menjadi jika bahan- banyak harus
beberapa
IGD serta bahan bekerja bungkuk.
ruang, yaitu membuang tersebut lupa perawat - Setiap
ruang triase, sampah medis tidak segera baru, dan troli dan
ruang dan non medis di tutup perawat beberapa
resusitasi, di IGD. akan lama lebih bagian
dan ruang - Jika di IGD beresiko banyak dinding
non resusitasi terdapat bekas jatuh. duduk dan juga
(ruang muntahan main hp sudah
pemeriksaan - Keluarga tersedia
pasien,
bedah, ruang penunggu aseptic
cleaning
pemeriksaan pasien gel
service juga
medis, ruang lebih dari 2 sehingga
tanggap untuk
bedah minor orang. bisa
dan ruang
membersihkan - Tempat diakses
tindakan sehingga tidak administras dengan
obstetri timbul bau- i pasien mudah.
ginekologi). bau yang tersekat - Tersedia
Selain itu merangsang oleh tempat
juga ada hewan-hewan tembok dan cuci
ruang terbang tidak
tangan
administrasi, berada di

8
instalasi datang. bagian yang
farmasi gawat depan ergono
darurat, toilet ruang IGD mis.
serta ruang sehingga - Posisi
tunggu menyusahk kerja
pasien. an keluarga tidak
Teruntuk pasien. ergonom
karayawan - Karena is.
juga tersedia tempat Petugas
ruang pembayara kesehata
istirahat n n
dokterjaga, adminitrasi (ex.pera
ruang ganti berbeda wat)
perawat yang ruangan melakuk
cukup luas. dengan an
- Tempat cuci IGD tindakan
tangan juga terkadang infus,
tersedia dua ada ambil
buah dengan beberapa darah,
sabun dan pasien yang dll
tissue kering langsung dalam
di ruang yang pulang posisi
sama. tanpa berdiri
- Bed pasien membayar dan
sudah adminitrasi harus
memadai terlebih membun
dengan dahulu. guk
jumlah bed - Pintu yang
12 unit. masuk IGD seharusn
- Penyusunan berada ya
tata ruang pada areal dilakuka
cukup rapi parkir, n dengan
dan sudah sehingga cara
memadai. kendaraan

9
- Tempat yang duduk
pembuangan menuju dengan

botol kaca IGD tidak menggu


bisa leluasa nakan
dengan
keluar/mas kursi.
jarum
uk
dijadikan
satu tempat.
- Pencahayaan
lampu di
IGD juga
sudah
sesuai.

2. Karyawan
Juml. Rata-
Populasi rata Status
No. Unit kerja L P Resiko Kesehatan Penanganan Resiko
Lama Kesehatan
kerja
1. Dokter 1 - 7 jam Normal -influenza virus, Ada asuransi dan
Kepala karena badan sering fasilitas pelayanan
Instalasi kelelahan kesehatan untuk
Gawat -gastritis karena dokter kepala IGD
Darurat terlalu sibuk hingga
tidak sempat makan
2. Kepala 1 - 7 jam Normal CTS karena sering Ada asuransi jika
perawat menulis terjadi kecelakaan
Instalasi kerja
Gawat
Darurat
3. Dokter Jaga 7 4 Shift Normal - CTS karena - Fisioterapi
Pagi- sering menulis - Ada asuransi jika
sore : 7 - DKI dan DKA terjadi
jam karena bahan kecelakaan kerja
dari handscone

10
Shift dan handrub
malam : yang di pakai
10 jam - Low Back Pain
karena tindakan
pembedahan
minor kadang
bungkuk atau
tindakan RJP
- Obesitas, DM
karena kebiasan
ngemil dan
makan saat jaga
- Hipertensi,
karena minum
kopi atau kurang
tidur saat jaga
malam
4. Perawat 6 6 Shift Normal - CTS karena - Ada asuransi jika
Pagi- sering menulis terjadi kecelakaan
sore : 7 - Vulnus ictum , kerja
jam ketika melakukan - Fisioterapi
tindakan dengan
needle, atau
Shift jarum spuit
malam : - Vulnus Scisum,
10 jam ketika melakukan
tindakan dengan
gunting, mess
- DKI ketika
melakukan
tindakan yang
menggunakan
cairan antiseptic
seperti perhidrol,

11
alkohol ,
handrub, gel,
terkena cairan
tubuh pasien, dll
- DKA ketika
memakai
handscoon
- Low Back Pain
karena RJP atau
transfer pasien
dari mobil pasien
ke bed, ketika
mendorong bed
saat transfer ke
ruangan atau
radiologi.
- Obesitas, DM
karena kebiasan
ngemil dan
makan saat jaga
- Hipertensi,
karena minum
kopi atau
kurang tidur
saat jaga malam

12
2. Sistem Manajemen
 Upaya atau kebijakan pimpinan pada kegiatan K3
No Problem K3
Komponen Kebijakan Manajemen
. Internal Eksternal
1 Proses - Perawat tidak - Berdasarkan SOP - Menyediakan lebih
Industri/Kerja memakai seharusnya saat banyak handscoon
handsccone steril hecting memakai steril
saat hecting handsone steril
- Resiko penularan
penyakit dari
pasien lebih
besar.
2 Lingkungan Kerja

Lingkungan Fisik - Kursi yang - Menyediakan


kurang kursi yang
ergonomis, ergonomis, dan
ruangan tata letak nurse
nurse station station dengan
dan bed monitor agar
monitor yang tidak terlalu
terlalu jauh, jauh.
sistem - Menggunakan
pencatatan sistem Medical
medical record electronic
record masih - Menyediakan
manual - tempat sampah
dengan tulis ampul dan jarum
- Tempat spuit di tempat
sampah sampah yang
ampul dan berbeda
jarum belum
dibedakan
Lingkungan - Makanan - - Peraturan tertulis

13
Biologi yang agar tidak
disimpan di meletakan
laci nurse and makanan di
doctor nurse station,
station, dan
resiko diperbolehkan
berjamur, pada pantry saja
dikerubung
Lingkungan Kimia hewan - Penataan ulang
- Resiko tempat untuk
jatuhnya bahan-bahan
bahan-bahan kimia.
seperti
alkohol,
betadin,
perhidrol
yang tidak
segera
Lingkungan Sosial ditutup - Keluarga Penunggu - Kebijakan dari
Budaya kembali pasien lebih dari 2 kepala IGD
- budaya orang maupun kepala
ngemil, dan perawat IGD
makan di agar tidak ada
tengah kerja senioritas dalam
- Budaya pembagian
senioritas beban kerja
perawat - Memberikan
sehingga peraturan tertulis
beban kerja agar karyawan
perawat makan di pantry,
junior lebih bukan di nurse
berat, dan station
perawat - Memberikan
senior lebih tulisan batasan

14
banyak penunggu di
duduk pintu masuk
IGD maupun
ruang tindakan
dan Petugas
satpam aktif
mengingatkan
keluarga pasien
Lingkungan - Menyediakan
Ergonomi tambahan kursi
di IGD agar
- Posisi kerja ketika akan
tidak melakukan
ergonomis. tindakan tidak
Petugas berebut dengan
kesehatan keluarga pasien
(ex.perawat) atau bed pasien
melakukan di tinggikan
tindakan sehingga lebih
infus, ambil ergonomis
darah, dll - Menyediakan
dalam posisi kursi yang
berdiri dan ergonomis, dan
harus tata letak nurse
membunguk station dengan
yang monitor agar
seharusnya tidak terlalu
dilakukan jauh.
dengan cara
duduk
dengan
menggunaka
n kursi.
- Kursi yang

15
kurang
ergonomis,
ruangan
nurse station
dan bed
monitor yang
terlalu jauh,
3 Karyawan Resiko terjadinya - Promotif
penyakit saat proses - Memberikan edukasi
kerja : LBP, CTS, dan pelatihan kepada
dermatitis kontak petugas kesehatan baik
iritan, tertular perawat maupun dokter
penyakit pasien terhadap alat pelindung
ketika tertusuk jarum diri
atau teriris mess -mengeduksi karyawan
yang sudah kontak untuk sesekali
dengan cairan tubuh mengistirahatkan
pasien pergelangan tangan
-mengedukasi karyawan
untuk membersihkan
kulit setelah terpapar
dari zat yang
menimbulkan iritasi
atau reaksi alergi

Preventif
-Penggunaan alat
pelindung diri yang
sesuai dengan standar
- pemberian vaksin pada
petugas medis dan
pengecekan kesehatan
secara berkala
- melakukan olahraga

16
dan peregangan untuk
menghindari resiko
penyakit CTS maupu
myalgia
-sering menggunakan
pelembab kulit

Kuratif
Memberi pengobatan
secara menyeluruh
sesuai

3. Regulasi/Undang-Undang
 UU RI Nomor 44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit
 UU RI Nomor 36 tahun 2009 tentang kesehatan
 Peraturan Menteri Kesehatan RI No 340/Menkes/PER /III/2010 Tentang
Klasifikasi Rumah Sakit
 Keputusan Menteri Kesehatan No 129 tahun 2008 tentang Standar Pelayanan
Minimal Rumah Sakit
 Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 72 Tahun 2016 tentang Standar Pelayanan
Kefarmasian di Rumah Sakit
II. OCCUPATIONAL DIAGNOSIS (DIAGNOSIS KESEHATAN KERJA)
1. Penyakit Akibat Kerja :Penyakit Akibat Kerja (PAK) (Occupational Diseases)
adalah penyakit yang disebabkan oleh  pekerjaan atau lingkungan kerja
(Permennaker No. Per. 01/Men/1981) yang akan berakibat cacat sebagian maupun
cacat total.Cacat Sebagian adalah hilangnya atau tidak fungsinya sebagian anggota
tubuh tenaga kerja untuk selama-lamanya. Sedangkan Cacat Total adalah keadaan
tenaga kerja tiadak mampu bekerja sama sekali untuk selama-lamanya. (Anizar,
2012)
Contoh dari penyakit akibat kerja adalah :
Dermatitis

17
1. Dermatitis kontak iritan, Disebabkan karena bahan iritan seperti cairan
antiseptic seperti perhidrol, alkohol, cairan tubuh pasien
Penyakit neuromuskuloskeletal 
1. Dapat berupa : Carpal turnel syndroma (tekanan yang berulang pada lengan),
LBP/sakit punggung (pekerjaan fisik berat, tidak ergonomis), myalgia.
Disebabkan : kerja fisik dan tidak ergonomis.
2. Penyakit yang berhubungan dengan pekerjaan : Penyakit yang berhubungan
dengan pekerjaan (Work Related Diseases) yaitu penyakit yang dicetuskan,
dipermudah atau diperberat oleh pekerjaan. Penyakit ini disebabkan secara tidak
langsung oleh pekerjaan dan biasanya penyebabnya adalah berbagai jenis faktor.
(Tawaka, 2012)
Contoh yang berhubungan dengan pekerjaan:
Kardiovaskular
1. Dapat berupa : Hipertensi , Diabetes Mellitus, obesitas,
Disebabkan oleh mobilitas pekerjaan yang tinggi dan tekanan dalam
perkerjaan yang tinggi dan budaya makan atau ngemil saat kerja
Dermatitis
1. Dermatitis kontak alergi, Disebabkan karena faktor alergi yang dimiliki
karyawan sebelumnya ketika memakai handscoon

III. PEMBAHASAN
a. Tinjauan Pustaka
1. LBP
Low Back Pain (LBP) merupakan salah satu masalah kesehatan yang
berupa nyeri akut maupun kronik yang dirasakan di daerah punggung bawah
dan biasanya merupakan nyeri lokal maupun nyeri radikular atau keduanya di
daerah lumbosacral yang dapat disebabkan oleh inflamasi, degeneratif,
kelainan ginekologi, trauma dan gangguan metabolik. Gangguan ini paling
banyak ditemukan di tempat kerja, terutama pada mereka yang beraktivitas
dengan posisi tubuh yang salah. Rice dalam Shocker (2008) juga menyebutkan
bahwa kekakuan dan spasme otot punggung akibat aktivitas tubuh yang
kurang baik serta tegangnya postur tubuh merupakan penyebab yang paling
sering ditemukan pada LBP(Kunaefi dan Yulia, 2015).

18
LBP yang berhubungan dengan pekerjaan dapat menyebabkan
hilangnya jam kerja dan menurunnya efisiensi kerja serta mengeluarkan biaya
untuk pengobatan. Berdasarkan survei yang dilakukan di Inggris dilaporkan
bahwa 17,3 juta orang pernah mengalami LBP dan dari jumlah tersebut 1,1
juta orang mengalami kelumpuhan akibat LBP. Penelitian lain yang dilakukan
Shah dan Dave (2012) mengenai prevalensi dan hubungan faktor risiko LBP
pada dokter di Surat menunjukkan bahwa nilai prevalensi LBP pada dokter
mencapai 36,82%, dalam hal ini LBP berkaitan dengan pekerjaan dokter yang
sering membungkuk, postur kerja yang buruk dan duduk atau berdiri lama.
Selanjutnya berdasarkan penelitian yang dilakukan Community Oriented
Program of Controle of Rheumatic Disease (COPCORD) bahwa di Indonesia
angka kejadian LBP pada penduduk desa adalah 15,1% (Kunaefi dan Yulia,
2015).
Nyeri punggung bawah banyak dikeluhkan oleh tenaga kesehatan
dengan besar prevalensi selama satu tahun di negara barat 36,2–57,9%,
sedangkan di negara Asia adalah 36,8–69,7%.2- 5 Beberapa penelitian
melaporkan faktor risiko nyeri punggung bawah pada tenaga kesehatan di
negara barat antara lain adalah usia, jenis kelamin, kebiasaan merokok,
bekerja penuh waktu, body mass index (BMI), lama bekerja di keperawatan,
frekuensi mengangkat beban berat, unit keperawatan, beban kerja, dan juga
dukungan sosial yang rendah (Surahman, Ezra dan Meilani, 2015).
Faktor risiko yang berperan pada kejadian nyeri punggung bawah pada
tenaga kesehatan di negara Asia serta Afrika antara lain adalah mengangkat
dan memindahkan pasien secara manual, pekerjaan yang dirasakan berat
secara fisik, dan juga tuntutan psikologis.3,7,8 Penting untuk dapat
mengidentifikasikan faktor risiko yang dapat dicegah sehingga akan
mengurangi terjadinya nyeri punggung bawah(Surahman, Ezra dan Meilani,
2015).
Beberapa kondisi yang mungkin menjadi faktor pencetus antara lain
adalah pekerjaan yang memerlukan pengerahan kekuatan atau pengulangan
yang berlebihan dari gerakan-gerakan yang dapat menimbulkan cedera otot
serta saraf, posisi canggung atau posisi yang tidak mendukung sehingga akan
menimbulkan peregangan yang berlebihan, posisi statis atau posisi pekerja
harus diam atau tidak bergerak dalam jangka waktu lama, gerakan-gerakan

19
seperti membungkuk dan juga memutar, serta waktu pemulihan yang tidak
memadai karena lembur dan kurang istirahat(Surahman, Ezra dan Meilani,
2015).
Problematika yang timbul padapenderita Low Back Pain et
causaSpondylosis Lumbal adalah adanyanyeri pada punggung bawah,
spasmeotot, penurunan kekuatan otot – ototlumbal, keterbatasan lingkup
geraksendi pada lumbal, dan penurunankemampuan aktivitas
fungsional(Prasetyo dan Indah, 2018).
Fisioterapi berperan dalampenyembuhan kasus ini karenafisioterapi
salah satu bentukpelayanan kesehatan yang ditujukanuntuk individu dan atau
kelompokdalam upaya mengembangkan,memelihara, dan memulihkan
gerakdan fungsi sepanjang daur kehidupandan menggunakan
modalitas,mekanis, gerak dan komunikasi.Modalitas yang dapat
digunakandalam menyelesaikan problematikapada penderita Low Back Pain
etcausa Spondylosis Lumbaldiantaranya dengan modalitas UltraSound (US),
Trancutaneus ElectricalNerve Stimulation (TENS) danWilliam Flexion
Exercise(Prasetyo dan Indah, 2018).
Penanganan nyeri punggung bawah umumnya bervariasi, mengikut
studi, jenis pekerjaan, misalnya seperti lumbar support, dari hasil penelitian
menunjukkan masih terdapat 17% responden yang tidak patuh menggunakan
lumbar support dari 46% responden yang memenuhi syarat penelitian, pada
saat melakukan aktivitas pekerjaan rumah sehingga lumbar support yang
dipakai pekerja tidak memberikan dampak yang baik, karena tidak patuh, pada
penelitian ini lumbar support seharusnya dipakai terus menerus ketika pekerja
melakukan pekerjaan rumah untuk memeberikan hasil yang diharapkan (Liza,
Jauhar dan Titih, 2015).

b. Kesesuaian/Ketidaksesuaian terhadap Pustaka


1. Petugas yang bertugas di IGD sudah menggunakan alat pelindung diri
(APD), namun kadang ada yang tidak menggunakan dengan alasan
tindakan tidak berhubungan langsung dengan cairan tubuh pasien seperti
injeksi intravena

20
2. Pekerjaan dari petugas IGD banyak yang berkaitan dengan fisik sehingga
dapat menimbulkan penyakit yang berkaitan dengan neuromuskulus
seperti LBP ataupun myalgia.
3. Sarana dan prasarana di IGD RS UMM sudah sesuai dengan standar
pedoman IGD, namun ada beberapa kursi yang kurang ergonomis
sehingga dapat memicu timbulnya masalah kesehatan seperti LBP
4. Pencatatan rekam medis yang masih manual apabila tidak dilakukan
istirahat dari pergelangan tangan yang cukup maka akan berisiko
timbulnya CTS.
5. Sarana untuk universal precaution seperti keran air, sabun dan hand rub
sudah memadai, namun kesadaran petugas untuk melakukan kegiatan cuci
tangan yang baik dan benar masih rendah sehingga memicu risiko
penularan penyakit.

IV. INTERVENSI (menggunakan 5 langkah penatalaksanaan gangguan


kesehatan akibat kerja)

1. Proses Kerja
Tindakan universal precaution yang baik dan benar menjadi kunci utama pencegahan
penyakit.Dan penggunaan alat pelindung diri yang tepat diharapkan dapat mencegah
karyawan terinfeksi penyakit dari pasien. Semua tindakan harus mematuhi SOP yang
ada.
2. Lingkungan Kerja
Lingkungan kerja bagian IGD sudah nyaman, luas, kondusif, untuk pembagian
ruang pasien berdasarkan triase sudah sesuai dan ditempatkan di ruang yang berbeda,
namun karena jarak antara nurse station dengan bed monitor terlalu jauh hijau
sehingga menyulitkan. Untuk Penempatan alat-alat medis sarana dan prasarana sudah
sesuai, namun perlu dilakukan pembagian lagi antara sampah kaca seperti ampul
dengan jarum suntik.
3. Kondisi Karyawan
Kondisi karyawan yang bekerja dengan durasi rata-rata 8 jam perharinya
dinilai cukup efektif dan effisien, namun hal tersebut tidak menghilangkan risiko dari

21
kelelahan maupun risiko terjadinya masalah kesehatan lainnya.Dikarenakan ruangan
yang cukup luas dan terdiri dari beberapa ruangan pasien, maka petugas sering
melakukan mobilisasi antar ruangan setiap melakukan tindakan atau pemeriksaan dan
beresiko terjadinya kelelahan. Hal yang perlu dilakukan adalah pembagian jadwal
jaga yang efektif agar tidak terjadi petugas yang selesai jaga malam berlanjut jaga
pagi atau siang esok harinya dan pengaturan pembagian karyawan laki-laki dan
perempuan di tiap shift nya. Selain itu perludilakukan pemeriksaan kesehatan berkala
untuk mendeteksi kemungkinan-kemungkinan masalah kesehatan yang dialami oleh
karyawan.
Budaya senioritas pun juga harus ditindaklanjuti oleh atasan supaya tidak
terjadi kesenjangan beban kerja antara karyawan lama dan baru. Budaya dalam
meletakkan makanan di nurse station dan bukan di pantry juga perlu menjadi
perhatian.

4. Kebijakan Manajemen
Kebijakan yang berlaku di bagian IGD RS UMM adalah pelaporan terhadap insidensi
kecelakaan kerja yang ditangani langsung oleh bagian K3. Pelaporan kepada bagian
K3 langsung kemudian bagian K3 akan menindak lanjuti langsung sesuai masalah.
Perlu dibuat SOP tertulis tentang pelaporan insidensi kecelakaan kerja. Kebijakan
mengenai penyediaan fasilitas kerja dan penataan lingkungan kerja yang ergonomis
juga perlu ditinjau kembali.
5. Regulasi yang Berlaku
Regulasi yang berlaku pada bagian IGD berfungsi untuk menjaga mutu dari
pelayanan IGD itu sendiri. Regulasi tersebut yaitu :
 UU RI Nomor 44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit
 UU RI Nomor 36 tahun 2009 tentang kesehatan
 Peraturan Menteri Kesehatan RI No 340/Menkes/PER /III/2010 Tentang
Klasifikasi Rumah Sakit
 Keputusan Menteri Kesehatan No 129 tahun 2008 tentang Standar Pelayanan
Minimal Rumah Sakit
 Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 72 Tahun 2016 tentang Standar Pelayanan
Kefarmasian di Rumah Sakit

22
DAFTAR PUSTAKA

Anizar. (2012). Teknik Keselamatan dan Kesehatan Kerja di Industri. Yogyakarta: Graha
Ilmu.
Kunaefi TD dan Yulia AS, 2015, Low Back Pain (LBP) pada Pekerja di Divisi Minuman
Tradisional (Studi Kasus CV Cihanjuang Inti Teknik), Jurnal Teknik Lingkungan vol
21 no 2 hal 201 – 211.
Liza FL, Jauhar I dan Titih H, 2015, Medula Spinalis Belt (MSB) Terhadap Penurunan Nyeri
Penderita Nyeri Punggung Bawah pada Pekerja Batu Bata, Muhammadiyah Journal
of Nursing vol 2 no 2 hal 51 – 60.
Prasetyo EB dan Indah AF, 2018, Penatalaksanaan Fisioterapi pada Kondisi Low Back Pain
et causa Spondylosis Lumbal dengan Modalitas Ultrasound, Transcutaneus
Electrical Nerve Stimulation dan William’s Flexion Evercise di RSUD Kraton
Pekalongan, Jurnal Fisiotrapi dan Rehabilitasi Vvol 2 No 2 hal 104 – 114.
Surahman E, Ezra O dan Meilani P, 2015, Prevalensi dan Faktor Resiko Nyeri Punggung
Bawah di Lingkungan Kerja Anestesiologi Rumah Sakit dr. Hasan Sadikin Bandung,
Jurnal Anestesi Perioperatif, Vol 3 no 1 hal 47 – 56.

23
LAMPIRAN

Ruang pemeriksaan dan perawatan pasien triage kuning

Lemari alat medis dan linen Ruang bedah minor

Pintu masuk IGD Pintu keluar IGD

24
Tempat cuci tangan Ruang pemeriksaan dan perawatan pasien
triage merah

Tr
oli tindakan berisi peralatan untuk tindakan hecting, infus, dll, serta cairan antiseptic

Tempat sampah medis, non medis, savety box Tempat sampah medis, non medis, tempat alat medis

25
Nurse and doctor station

26

Anda mungkin juga menyukai