Anda di halaman 1dari 23

LAPORAN PRAKTIKUM BIOPROSES

FERMENTASI ASAM SITRAT OLEH Aspergillus Niger

Disusun Oleh:
Udyani Lokahita (191424030)
Vini Ivania Pardeny (191424031)
Yusfi Fadilla Busjori (191424032)

D4 – TEKNIK KIMIA PRODUKSI BERSIH


TEKNIK KIMIA
POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
BANDUNG
2021
Modul I : Fermentasi Asam Sitrat Oleh Aspergillus Niger (Fermentasi Aerob)

I. Tujuan Praktikum
Setelah melakukan percobaan ini mahasiswa diharapkan :
- Memahami perbedaan komposisi media fermentasi untuk pertumbuhan dan
produksi.
- Memahami kondisi operasi optimum untuk pembentukan produk asam sitrat.
- Memahami jenis pola pembentukan produk asam sitrat.
II. Dasar Teori
Fermentasi adalah proses penguraian gula menjadi alkohol dan CO 2
yang berlangsung karena adanya ekstrak khamir atau fermentasi, yang sebenarnya
terdiri dari enzim-enzim yang terdapat dalam ekstrak tersebut. Prinsip dari sebuah
fermentasi adalah memperbanyak jumlah mikroorganisme dan meningkatkan
metabolismenya dalam bahan pangan. Bahan baku yang paling banyak digunakan
oleh mikroorganisme adalah karbohidrat dari glukosa tetapi mikroorganisme juga
dapat menggunakan protein dan lemak. Beberapa manfaat dari fermentasi
adalah pengawet makanan zat-zat metabolit yang dihasilkan dapat menghambat pertu
mbuhan mikroorganisme pembusuk, penganekaragaman pangan, menginhibisi
pertumbuhan mikroorganisme patogen, meningkatkan nilai gizimakanan (Muftia,
2004).
Citric acid (2-hydroxy-1,2,3 propanetricarboxylic acid) pertama kali diisolasi dari
jus jeruk oleh Scheele (1978). Asam sitrat ada secara alami membentuk senyawa
antara di dalam siklus asam sitrat (daur Krebs). Pada siklus tersebut karbohidrat akan
dioksidasi menjadi karbon dioksida. Asam sitrat diproduksi dalam bentuk anhydrous
maupun monohidrat dan merupakan asam organik kuat yang memiliki titik leleh pada
suhu 153°C.
Fermentasi asam sitrat pertama kali diproduksi dengan metoda fermentasi
permukaan, namun dengan berkembangnya metoda bawah permukaan (submerged)
menunjukkan perbaikan produksi asam laktat secara nyata. Keberhasilan proses
fermentasi asam sitrat selain ditentukan oleh metoda fermentasi, pemilihan strain
mikroorganisma yang tepat, komposisi media fermentasi dan kondisi operasi yang
optimal.
Asam sitrat adalah metabolit primer yang pada kondisi normal tidak diekskresikan
dalam jumlah yang banyak. Asam sitrat akan diekskresikan keluar sel karena adanya
kondisi yang tidak normal dalam proses metabolisma sel yang disebabkan kelainan
genetik atau ketidakseimbangan metabolik akibat kondisi lingkungan tertentu (Rohr,
Max dkk.,1982).
Beberapa spesies jamur Aspergillus seperti Aspergillus niger, Aspergillus wentii,
dan Aspergillus clavatus dilaporkan dapat menghasilkan asam laktat cukup banyak
pada lingkungan yang dikondisikan. Jamur lain seperti Botrytis cinerea, Mucor
piriformis dan Trichoderma viride juga dapat menghasilkan asam sitrat dalam jumlah
cukup banyak. Trichoderma viride memiliki spektrum enzim yang sangat luas
sehingga mampu menggunakan selulosa dan polisakarida lain sebagai sumber karbon.
Aspergillus niger termasuk jamur dari keluarga Plectomycetes, kelas Ascomycetes
(cendawan pipa). Miseliumnya memiliki inti, dan bercabang membentuk hyfa yang
menopang konidium.
Makro nutrien maupun trace element memberikan pengaruh yang cukup besar
pada pembentukan asam sitrat. Secara umum disepakati bahwa ekskresi asam sitrat
yang berlimpah akan terjadi jika pembentukan biomassa dibatasi (Rohr, Max dkk.,
1982).
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Fermentasi adalah sebagai berikut :
1. pH
pH dari media sangat mempengaruhi pertumbuhan mikroorganisme.
Setiapmikroorganisme mempunyai pH minimal, maksimal, dan optimal untuk
pertumbuhannya. Untuk yeast, pH optimal untuk pertumbuhannya ialah
berkisar antara 4,0sampai 4,5. Pada pH 3,0 atau lebih rendah lagi fermentasi
alkohol akan berjalan dengan lambat.
2. Nutrien
Dalam pertumbuhannya mikroba memerlukan nutrient. Nutrien yang
dibutuhkan digolongkan menjadi dua yaitu nutrient makro dan nutrient mikro.
Nutrien makro meliputi unsur C, N, P, K. Unsur C didapat dari substrat yang
mengandung karbohidrat, unsur N didapat dari penambahan urea, sedang
unsur P dan K dari pupuk NPK. Unsur mikro meliputi vitamin dan mineral-
mineral lain yang disebut trace element seperti Ca, Mg, Na, S, Cl, Fe, Mn, Cu,
Co, Bo, Zn, Mo, dan Al.
3. Temperatur
Mikroorganisme mempunyai temperature maksimal, optimal, dan minimal
untuk pertumbuhannya. Temperatur optimal untuk yeast berkisar antara 25-
30ºCdan temperature maksimal antara 35-47ºC. Beberapa jenis yeast dapat
hidup pada suhu 0ºC. Temperatur selama fermentasi perlu mendapatkan
perhatian, karena disamping temperature mempunyai efek yang langsung
terhadap pertumbuhan yeast juga mempengaruhi komposisi produk akhir.
Pada temperature yang terlalu tinggi akan menonaktifkan yeast. Pada
temperature yang terlalu rendah yeast akan menjadi tidak aktif.
Pengkondisian awal media produksi asam sitrat untuk menghasilkan produksi
asam sitrat yang tinggi dilakukan dengan membatasi/mengurangi satu atau lebih
elemen-elemen essensial, seperti fosfor, Mn, Zn atau Fe. Fosfor merupakan makro
nutrien yang dibutuhkan sel untuk mensintesa nukleotida dan komponen-komponen
phosphorylated lain. Kehadiran logam-logam trace dalam media produksi akan
menurunkan produksi asam sitrat secara nyata. Karakteristik media produksi asam
sitrat yang mendukung pembentukan produk adalah memiliki konsentrasi substrat
gula yang tinggi, konsentrasi fosfat yang rendah, pH rendah dibawah 2, kelarutan
oksigen yang tinggi dan kehadiran logam-logam trace seperti Mn2+, Fe2+ dan Zn2+
(Rohr, Max dkk., 1982).
Asam sitrat terjadi dalam sistem terminal oksidasi metabolisme mikroorganisme.
Sistem ini dinyatakan sebagai Krebs Cycle ( Gambar 2.1). Penumpukan/akumulasi
asam sitrat dapat terjadi jika siklus ini pecah/putus.

Gambar 2.1. Siklus Tricarbocyclic /TCA ( Shuler Michael L, Fikret Kargi)


Pembentukan produk mikrobial dapat digolongkan dalam 3 pola yaitu :
a. Pola pembentukan produk yang berasosiasi dengan pertumbuhan.
Laju pembentukan spesifik produk berbanding lurus dengan laju spesifik
pertumbuhan. Enzim merupakan contoh produk yang dihasilkan dari pola
pertumbuhan di atas.
b. Pola pembentukan produk yang tidak berasosiasi dengan pertumbuhan.
Pembentukan produk terjadi pada fasa stasioner pada saat laju pertumbuhan
adalah nol. Laju spesifik pembentukan produk adalah konstan. Antibiotik
merupakan metabolit sekunder yang terbentuk melalui pola pembentukan
produk yang tidak berasosiasi dengan pertumbuhan.
c. Pola campuran, produk terbentuk selama pertumbuhan yang lambat
dan fase stasioner.
Laju spesifik pembentukan produk mengikuti persamaan Luedeking-Piret.
Asam laktat, xanthan gum merupakan contoh metabolit sekunder yang
diproduksi melalui pola campuran.
Tiga jenis pola pembentukan produk tersebut ditunjukkan oleh Gambar 2.2.
Gambar 2.2 Tipe pola pertumbuhan dan pembentukan produk pada fermentasi batch.
(a) Pola pembentukan produk yang berasosiasi dengan pertumbuhan. (b) Pola campuran
dan (c) Pola pembentukan produk yang tidak berasosiasi dengan pertumbuhan.

III. Percobaan
III.1 Alat dan Bahan
III.1.1 Bahan yang Digunakan
Mikroorganisme
Mikroba yang digunakan pada penelitian ini adalah jamur Aspergillus niger. yang
ditumbuhkan dalam media agar miring Potato Dextrose Agar (PDA) sebagai
stock
culture dan disimpan pada suhu 40°C.
Media fermentasi
a. Media pertumbuhan/pre-culture
Media pertumbuhan/pre-culture yang digunakan adalah Potato Dextrose
Broth (PDB). 100 ml media pre-culture yang telah diinokulasi dengan spora
jamur diinkubasi pada suhu 280-290°C pada kecepatan pengadukan 150 rpm.
Komposisi PDB adalah kentang 200 gr, dextrose 20 gr, CaCO3 0,02 gr,
MgSO4 0,02 gr, aquadest 1000 ml, atau dapat menggunakan PDB kemasan
siap pakai.
b. Media Produksi
Media produksi yang digunakan adalah media sintesis HJ Peppler atau Shu &
Johnson disajikan pada Tabel 3.1 dan Tabel 3.2.
Bahan Komposisi Media
(gr)
Sukrosa 142
(NH4)CO3 2,0
KH2PO4 0,14
MgSO4.7H2O 1,0
FeCl3 0,5 mg
ZnSO4 -
HCl Sampai pH 2
Aquadest 1 Liter
Tabel 3.1 Media Sintesis HJ Peppler

Bahan Komposisi Media


(gr)
Sukrosa 150
Urea 2,25
KH2PO4 2,5
MgSO4.7H2O 0,5
FeCl3 0,01
ZnSO4 0,0025
HCl Sampai pH 3,8
Aquadest 1 Liter
Tabel 3.2 Media Sintesis Shu & Jhonson
III.1.2 Alat yang Digunakan
a. Fermentor berbentuk erlenmeyer 1000 ml yang dilengkapi dengan
pengaduk magnetik, aerasi dan saluran pengambilan sampel.
b. Inkubator yang dapat diatur suhunya.
c. Botol-botol sampel.
d. Peralatan titrasi : biuret, erlemeyer 50 ml, corong kaca dll.
III.2 Rancangan Percobaan
a. Buat terlebih dahulu kurva standar konsentrasi sukrosa terhadap nilai brix,
pada konsentrasi sukrosa 150 g/l, 130 g/l, 110 g/l, 90 g/l, 70 g/l, 50 g/l, 30 g/l.
b. Buat media pertumbuhan sebanyak 100 ml dan media produksi 900 ml.
(media yang mengandung sukrosa harus disaring dahulu) kemudian sterilkan.
c. Pipet 5 ml media pertumbuhan, masukkan dalam tabung yang berisi kultur
murni jamur. Dengan menggunakan jarum ose lepaskan spora yang melekat
pada koloni jamur hingga terlarut semua.
d. Tuangkan ke dalam erlenmeyer yang berisi media untuk pertumbuhan.
e. Inkubasi dalam Incubator shaker selama 16 jam jam pada suhu 28-29 °C, 150
rpm.
f. Masukkan biakan dalam media pertumbuhan 100 ml (starter/inokulum) ke
dalam erlemeyer yang berisi media produksi. Inkubasi selama 7 hari pada
suhu 28-290C, 120 rpm.
g. Lakukan sampling setiap 6 jam sebanyak 10 ml melalui saluran pengambilan
sampel.
Catatan : Semua pekerjaan dilakukan secara aseptis
Kondisi operasi proses ditunjukkan oleh Tabel 3.3.
Kondisi Peppler Shu & Jhonson
Suhu Inkubasi (Shaker) 28 -29 °C 28 -29 °C
Agitasi (Pengadukan) 120 rpm 120 rpm
Aerasi 30 mL/detik 30 mL/detik
pH sebelum sterilisasi 2,0 3,8
Waktu fermentasi 7 Hari 7 Hari
Tabel 3.3 Kondisi Operasi Proses Fermentasi Asam Sitrat
III.3 Analisa Sampel
Analisa terhadap sampel dilakukan setiap 6 jam selama proses fermentasi
meliputi,
1. Analisa kadar sukrosa dengan metoda refraktometer (pengukuran Brix).
2. Analisa asam sitrat dengan titrasi asam-basa (acidimetri) menggunakan NaOH
0,01 M dengan indikator fenophtalein. Konsentrasi asam total diasumsikan
sebagai konsentrasi asam sitrat.
IV. Tabel Data
Waktu Brix Konsentrasi Volume Konsentrasi
(jam ke-) Sukrosa (gr/L) NaOH (mL) Asam Sitrat
(gr/L)
V. Pengolahan Data
 Data Kalibrasi Larutan Sukrosa

Kadar
% Brix
Sukrosa (g/L)

30 3,5
50 5,1
70 7,1
90 9,1
110 11,3
130 13,4
150 16

Kurva Standar Konsentrasi Sukrosa (%) terhadap % Brix


18
16
14 f(x) = 0.1 x − 0.01
R² = 1
12
10
% Brix

8
6
4
2
0
20 40 60 80 100 120 140 160
Konsentrasi Sukrosa (%)

Kurva 5.1 Kurva Standar Konsentrasi Sukrosa Terhadap Brix


 Penentuan Kosentrasi Sukrosa dalam Sampel

Konsentrasi sukrosa dapat diperoleh dari persamaan regresi linear kurva standar
konsentrasi sukrosa terhadap % brix yaitu y = 0,104x – 0,012
a. Saat t0
% Brix (y) = 15,4
% Brix ( y ) +0,012 15,4+0,012
Konsentrasi sukrosa (x) = = = 14,805 g/L
0,104 0,104
b. Saat t1
% Brix (y) = 15,1
% Brix ( y ) +0,012 15,1+ 0,012
Konsentrasi sukrosa (x) = = = 14,51681 g/L
0,104 0,104
c. Saat t2
% Brix (y) = 14,8
% Brix ( y ) +0,012 14,8+0,012
Konsentrasi sukrosa (x) = = = 14,22863 g/L
0,104 0,104
d. Saat t3
% Brix (y) = 14,7
% Brix ( y ) +0,012 14,7+0,012
Konsentrasi sukrosa (x) = = = 14,13256 g/L
0,104 0,104
e. Saat t4
% Brix (y) = 14,5
% Brix ( y ) +0,012 14,5+0,012
Konsentrasi sukrosa (x) = = = 13,94044 g/L
0,104 0,104
f. Saat t5
% Brix (y) = 14,4
% Brix ( y ) +0,012 14,4+0,012
Konsentrasi sukrosa (x) = = = 13,84438 g/L
0,104 0,104
g. Saat t6
% Brix (y) = 14,2
% Brix ( y ) +0,012 14,2+ 0,012
Konsentrasi sukrosa (x) = = = 13,65226 g/L
0,104 0,104
h. Saat t7
% Brix (y) = 14,1
% Brix ( y ) +0,012 14,1+ 0,012
Konsentrasi sukrosa (x) = = = 13,5562 g/L
0,104 0,104
i. Saat t8
% Brix (y) = 14
% Brix ( y ) +0,012 14+0,012
Konsentrasi sukrosa (x) = = = 13,46013 g/L
0,104 0,104
j. Saat t9
% Brix (y) = 13,9
% Brix ( y ) +0,012 13,9+ 0,012
Konsentrasi sukrosa (x) = = = 13,36407 g/L
0,104 0,104

Akumulasi
Kadar Sukrosa
Waktu Waktu % Brix Ln S0/S
(g/L)
(Jam)
t0 0 15.4 14.805 0
t1 6 15.1 14.51681 0.0196
t2 24 14.8 14.22863 0.0397
t3 30 14.7 14.13256 0.0464
t4 48 14.5 13.94044 0.0602
t5 54 14.4 13.84438 0.0671
t6 72 14.2 13.65226 0.081
t7 78 14.1 13.5562 0.0881
t8 96 14 13.46013 0.0952
t9 102 13.9 13.36407 0.1024

 Kurva Perubahan Konsentrasi Sukrosa terhadap Waktu

Konsentrasi Sukrosa
Waktu (Jam)
(g/L)

0 14,805
6 14,51681
24 14,22863
30 14,13256
48 13,94044
54 13,84438
72 13,65226
78 13.5562
96 13,46013
102 13,36407

Kurva Konsentrasi Sukrosa terhadap Waktu


15
Konsentrasi Sukrosa (g/L)

14.5 f(x) = − 0.15 x + 14.95


R² = 0.97
14

13.5

13

12.5
0 2 4 6 8 10 12
waktu (jam)

Kurva 5.2 Kurva Konsentrasi Sukrosa Terhadap Waktu


 Konsentrasi Asam Sitrat dalam Media Fermentasi

a. Saat t0
N1 × V2 = N2 × V2
0,01 N × 2,3 mL = N2 × 5 mL
0,01 N ×2,3 mL
N2 = = 0,0046 N = 1,5 × 10-3 M = 0,2944 g/L
5 mL
b. Saat t1
N1 × V2 = N2 × V2
0,01 N × 2,9 mL = N2 × 5 mL
0,01 N ×2,9 mL
N2 = = 0,0058 N = 1,9 × 10-3 M = 0,3712 g/L
5 mL
c. Saat t2
N1 × V2 = N2 × V2
0,01 N × 3,4 mL = N2 × 5 mL
0,01 N ×3,4 mL
N2 = = 0,0068 N = 2,27 × 10-3 M = 0,4352 g/L
5 mL
d. Saat t3
N1 × V2 = N2 × V2
0,01 N × 3,6 mL = N2 × 5 mL
0,01 N ×3,6 mL
N2 = = 0,0072 N = 2,4 × 10-3 M = 0,4608 g/L
5 mL
e. Saat t4
N1 × V2 = N2 × V2
0,01 N × 4,1 mL = N2 × 5 mL
0,01 N × 4,1 mL
N2 = = 0,0082 N = 2,7 × 10-3 M = 0,5248 g/L
5 mL
f. Saat t5
N1 × V2 = N2 × V2
0,01 N × 4,4 mL = N2 × 5 mL
0,01 N × 4,4 mL
N2 = = 0,0088 N = 2,9 × 10-3 M = 0,5632 g/L
5 mL
g. Saat t6
N1 × V2 = N2 × V2
0,01 N × 4,7 mL = N2 × 5 mL
0,01 N × 4,7 mL
N2 = = 0,0094 N = 3,1 × 10-3 M = 0,6016 g/L
5 mL
h. Saat t7
N1 × V2 = N2 × V2
0,01 N × 4,9 mL = N2 × 5 mL
0,01 N × 4,9 mL
N2 = = 0,0098 N = 3,27 × 10-3 M = 0,6272 g/L
5 mL
i. Saat t8
N1 × V2 = N2 × V2
0,01 N × 5,1 mL = N2 × 5 mL
0,01 N ×5,1 mL
N2 = = 0,0102 N = 3,4 × 10-3 M = 0,6528 g/L
5 mL
j. Saat t9
N1 × V2 = N2 × V2
0,01 N × 5,3 mL = N2 × 5 mL
0,01 N ×5,3 mL
N2 = = 0,0106 N = 3,5 × 10-3 M = 0,6784 g/L
5 mL
Akumulasi Konsentrasi
Konsentrasi
Waktu Waktu Asam Sitrat
Asam Sitrat (g/L)
(Jam) (N)
t0 0 0,0046 0,2944
t1 6 0,0058 0,3712
t2 24 0,0068 0,4352
t3 30 0,0072 0,4608
t4 48 0,0082 0,5248
t5 54 0,0088 0,5632
t6 72 0,0094 0,6016
t7 78 0,0098 0,6272
t8 96 0,0102 0,6528
t9 102 0,0106 0,6784
Tabel 5.1 Tabel Konsentrasi Asam Sitrat dalam Media Fermentasi

Kurva Konsentrasi Asam Sitrat terhadap Waktu


0.8
Konsentrasi Asam Sitrat (g/L)

0.7
f(x) = 0 x + 0.34
0.6 R² = 0.97
0.5
0.4
0.3
0.2
0.1
0
0 20 40 60 80 100 120
Waktu (Jam)

Kurva 5.3 Kurva Konsentrasi Asam Sitrat terhadap Waktu


Hubungan laju spesifik pertumbuhan dengan laju pembentukan spesifik produk

0.8
0.7
0.6
0.5
0.4
0.3
0.2
0.1
0
0 20 40 60 80 100 120

Ln S0/S Konsentrasi Asam Sitrat (g/L)

Kurva 5.4 Hubungan Konsentrasi Substrat (Sukrosa) dan Pembentukan Asam Sitrat
dalam Media Fermentasi
Berdasarkan kurva di atas dapat diketahui bahwa pola pertumbuhan spesifik berasosiasi
dengan pembentukan produk, dimana produk mulai terbentuk bersamaan dengan pertumbuhan
mikroba.

 Yield produk terhadap substrat yang terkonsumsi


Produk akhir = 0,6784 g/L – 0,2944 g/L = 0,384 g/L
Substrat yang terkonsumsi = Substrat awal – substrat sisa
= 14,805 g/L – 13,36407 g/L
= 1,44093 g/L
Produk Akhir 0,384
Yield = × 100% = × 100% = 26,65 %
Substrat yang terkonsumsi 1,44093
VI. Pembahasan dan Kesimpulan
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………….
Nama/NIM : Udyani Lokahita/191424030

Kelas : 2A – Teknik Kimia Produksi Bersih

Kelompok : 8 (Delapan)

Modul I : Fermentasi Asam Sitrat Oleh Aspergillus Niger (Fermentasi Aerob)


I. Pembahasan
Pada percobaan kali ini, praktikan mencoba melakukan proses Fermentasi Asam
Sitrat secara aerobik dengan menggunakan jamur Aspergillus niger. Jamur ini
merupakan jamur yang memiliki banyak manfaat karena memiliki sifat yang cepat
tumbuh dan jamur yang tidak menghasilkan mikotoksin sehigga aman untuk
digunakan produksi secara komersial. Jamur Aspergillus niger memiliki banyak
manfaat salah satunya berfungsi untuk menghasilkan asam sitrat (Ali et al, 2002).
Selain itu jamur Aspergillus niger sering digunakan karena mengandung α-amilase
dan glukoamilase yang dapat mengurai pati menjadi glukosa atau gula sederhana.
Glukosa diubah menjadi asam piruvat, selanjutnya asam piruvat akan diubah menjadi
asam sitrat pada siklus krebs. Reaksi pembentukan asam sitrat sebagai berikut:
C12H22O11 (s) + H2O →C6H12O6 (s) + C6H12O6 (s)
C6H126 (s) + 3/2 O2 (g) →C6H8O7(s) + 2H2O(l)
Media yang digunakan dalam praktikum ini adalah media agar miring, media
pertumbuhan atau inokulum dan media produksi asam sitrat. Media pertumbuhan dan
media produksi yang digunakan memiliki komposisi yang berbeda karena pada
percobaan hasil yang diinginkan berupa produk metabolit. Pada awal percobaan,
jamur dilakukan proses inokulasi pada media pertumbuhan berupa Potato Dextrose
Broth (PDB). Komposisi PDB terdiri dari kentang 200 gr yang berfungsi sebagai
sumber karohidrat, Dextrose 20 gr sebagai sumber gula dan energi, CaCO3 0,02 gr,
MgSO4 0,02 gr, dan aquadest 1000 ml.
Proses inokulasi dilakukan dengan cara melepaskan koloni jamur pada media agar
miring menggunakan jarum ose yang sudah di sterilisasi sehingga jamur larut dalam
media pertumbuhan, kemudian larutan tersebut dimasukan kedalam tabung
erlenmeyer yang berisi media pertumbuhan dan dilakukan inkubasi menggunakan
incubator shaker selama 24jam. Aspergillus niger ditumbuhkan pada media agar
miring dan dipindahkan ke media pertumbuhan atau inokulum agar jamur dapat
beradaptasi dengan lingkungan barunya, untuk selanjutnya dipindahkan ke media
produksi Asam Sitrat.
Setelah dilakukan proses inokulasi, biakan jamur dalam media pertumbuhan tadi
dimasukan kedalam Erlenmeyer yang berisi media produksi. Media produksi yang
digunakan adalah media sintesis HJ Peppler dengan komposisi gula (sukrosa) 142 gr,
(NH4)CO3 2 gr, KH2PO4 0,14 gr, MgSO4.7H2O 1 gram, FeCl3 0,5 mg, HCl sampai
mencapai pH 2, dan aquadest 1 Liter. Lalu dilakukan inkubasi pada incubator shaker
selama 7 hari pada 28-29˚C,120 rpm. Dalam media produksi dibutuhkan kelarutan
oksigen untuk membantu konversi substrat menjadi produk, untuk mendapatkan
kondisi aerob media produksi diaerasi dengan bantuan fermentor yang dilengkapi
dengan leher angsa dan dihubungkan dengan scrubber yang berisi H2SO4 dengan
tujuan untuk menarik oksigen dan H2SO4 agar udara tetap steril. Pada leher angsa
dimasukkan H2SO4 untuk mencegah mikroba kontaminan selama proses aerasi
berlangsung sehingga mikroba kontaminan tidak ikut masuk ke dalam media
produksi. Kelarutan oksigen akan bertambah dengan bantuan udara bubbling melalui
leher angsa, karena bubling ini dapat menimbulkan efek pengadukan dengan
menggunakan oksigen sehingga kelarutan oksigen semakin optimal. Selain itu
kelarutan oksigen juga dipengaruhi dengan rasio volume fermentor dan volume
medianya untuk memperbesar kontak cair udara sehingga proses aerasi dapat
berlangsung secara optimal.
Selama proses fermentasi berlangsung dilakukan sampling setiap interval waktu
tertentu (6 jam) untuk dilakukan proses analisis produk yang dihasilkan. Perlu
diperhatikan pada saat proses sampling larutan yang berada pada saluran sampling
harus dibuang terlebih dahulu karena cairan pada saluran tersebut bukan merupakan
hasil fermentasi karena pada saluran merupakan deadpoint, sample yang diambil saat
sampling untuk dianalisis harus sample yang berasal dari fermentor. Proses sampling
harus dilakukan dengan kondisi aseptis.
Analisis dilakukan untuk mengetahui kadar sukrosa yang terkonsumsi selama
proses fermentasi dan mengetahui kadar Asam Sitrat yang terbentuk. Sebelum
dilakukan analisa, praktikan membuat kurva starndar konsentrasi asam sitrat dan
kurva starndar konsentrasi sukrosa. Kurva standar ini berfungsi sebagai acuan untuk
menghitung konsentrasi sample. Analisis sukrosa dilakukan dengan metoda
Refractometer dengan mengukur Brix, analisis Asam Sitrat dilakukan dengan metode
titrasi asam basa menggunakan NaOH 0,01N dengan indikator fenophtalein dengan
asumsi konsentrasi asam total merupakan konsentrasi asam sitrat. Hasil perhitungan
konsentrasi sukrosa dan konsentrasi asam sitrat kemudian diplot ke grafik konsentrasi
asam sitrat terhdap waktu dan konsentrasi sukrosa terhadap waktu.
Didapatkan hasil bahwa seiring berjalannya waktu selama proses fermentasi kadar
sukrosa berkurang dan kadar asam sitrat terus bertambah. Hal ini terjadi karena jamur
Aspergillus niger mengubah substrat (sukrosa) menjadi produk yang berupa asam
sitrat. Untuk mengetahui jenis pola pembentukan produk asam sitrat yang terbentuk
pada percobaan ini dibuat kurva laju pengurangan konsentrasi substrat dan laju
pertumbuhan produk terhadap waktu. Pada kurva tersebut dapat diketahui bahwa
jenis pola pertumbuhan produk yang terbentuk pada percobaan ini adalah pola
pembentukkan produk berasosiasi dengan pertumbuhan. Hal ini berarti hubungan laju
pertumbuhan spesifik berbanding lurus dengan pembentukkan produk yang ditandai
dengan waktu pertumbuhan spesifik terjadi pada waktu yang sama dengan
pembentukan produk.
Yield yang dihasilkan pada percobaan ini adalah 26,65%. Yield relativ kecil, hal
ini dapat dikarenakan beberapa faktor seperti kelarutan oksigen yang kurang,
timbulnya busa (foam) saat proses aerasi karena busa dapat menghambat transfer
oksigen sehingga kelarutan oksigen dalam media produksi menurun dan
mengakibatkan terhambatnya proses pembentukan produk asam sitrat, atau dapat
dikarenakan pertumbuhan jamur yang tidak optimal saat di dalam media inokulum
sehingga saat di media produksi hanya sedikit substrat (sukrosa) yang terkonversinya,
faktor pH, kesalahan saat pengoperasian dan sebagainya.
II. KESIMPULAN
a. Pada proses fermentasi ini, seiring berjalannya waktu fermentasi kadar sukrosa
sebagai substrat semakin berkurang dan kadar asam sitrat sebagai produk semakin
bertambah.
b. Komposisi pada media pertumbuhan untuk menunjang serta mengoptimalkan
pertumbuhan mikroba jamur Aspergillus niger sedangkan komposisi pada media
produksi untuk menunjang serta mengoptimalkan pembentukan produk asam
sitrat.
c. Yield yang diperoleh pada percobaan ini adalah 26,65%
d. Pola pembentukan asam produk asam sitrat yang terjadi padda percobaan ini
adalah pola pembentukan produk yang berasosiasi dengan pertumbuhan.
Nama/NIM : Vini Ivania Pardeny/191424031
Kelas : 2A – Teknik Kimia Produksi Bersih
Kelompok : 8 (Delapan)

Modul I : Fermentasi Asam Sitrat Oleh Aspergillus Niger (Fermentasi Aerob)


I. PEMBAHASAN
Praktikum ini dilakukan untuk memproduksikan asam sitrat melalui proses
fermentasi aerob secara batch. Dalam praktikum ini subtrat yang digunakan adalah
sukrosa yang mana sukrosa ini akan diubah menjadi asam sitrat melalui fermentasi
bacth dengan bantuan jamur Aspergillus niger. Jamur Aspergillus niger digunakan
karena dapat tumbuh dengan pesat dalam kondisi aerob sehingga keberhasilan proses
fermentasi ini bergantung pada keberadaan oksigen dan dia tidak menghasilkan
mikotoksin sehingga tidak membahayakan. Selain itu jamur Aspergillus niger
digunakan karena mengandung α-amilase dan glukoamilase yang dapat mengurai pati
menjadi glukosa atau gula sederhana. Glukosa diubah menjadi asam piruvat,
selanjutnya asam piruvat diubah menjadi asam sitrat pada siklus krebs. Reaksi
pembentukan asam sitrat sebagai berikut:
C12H22O11 (s) + H2O →C6H12O6 (s) + C6H12O6 (s)
C6H126 (s) + 3/2 O2 (g) →C6H8O7(s) + 2H2O(l)
Media yang digunakan dalam praktikum ini adalah media agar miring, media
pertumbuhan atau inokulum dan media produksi asam sitrat. Media pertumbuhan
yang digunakan adalah Potato Dextrose Broth (PDB), pada media pertumbuhan
tersebut terdapat kentang sebagai sumber karbohidrat dan dextrose sebagai sumber
gula dan energi bagi jamur Aspergillus niger. Sedangkan untuk media produksi yang
digunakan adalah media sintesis HJ Peppler atau Shu & Johnson. Pada komposisi
media pertumbuhan terdapat MgSO4.7H2O, FeCL3, dan ZnSO4 ini dibutuhkan untuk
menghadirkan logam-logam trace yaitu Mn2+, Fe2+ dan Zn2+ yang mana dengan
konsentrasi rendah akan membantu proses pertumbuhan miselium, namun jika
konsentrasinya terlalu tinggi ion-ion tersebut akan mengganggu terjadinya proses
fermentasi. Selain itu komposisi dalam media produksi asam sitrat dibuat untuk
mendukung pembentukan produk seperti memiliki pH rendah dibawah 2, konsentrasi
fosfat rendah, kelarutan oksigen yang tinggi, dan konsentrasi gula yang tinggi.
Konsentrasi gula yang tinggi akan menghasilkan produk yang tinggi juga, sama
halnya pada oksigen dengan kelarutan oksigen yang tinggi akan membuat semakin
optimalnya proses produksi asam sitrat, karena oksigen dibutuhkan untuk konversi
substrat menjadi produknya.
Sebelum praktikum dimulai dipastikan seluruh alat yang digunakan sudah
disterilisasi agar mikroba yang tidak diinginkan dalam proses atau mikroba
kontaminan mati serta tidak tumbuh dalam alat dan media yang digunakan. Untuk
mencegah mikroba kontaminan dalam media pertumbuhan dan media produksi ketika
praktikum dilakukan dalam kondisi aseptis, kondisi aseptis dapat diperoleh dengan
melakukan proses praktikum di dekat spirtus. Keberadaan kapas lemak pada bagian
atas erlenmeyer untuk menjaga agar tetap steril dan berlangsung pertukaran udara
dari dalam erlenmeyer ke luar.
Aspergillus niger ditumbuhkan pada media agar miring dan dipindahkan ke media
pertumbuhan atau inokulum agar jamur dapat beradaptasi dengan lingkungan
barunya, untuk selanjutnya dipindahkan ke media produksi asam sitrat. Dalam media
produksi dibutuhkan kelarutan oksigen untuk membantu konversi substrat menjadi
produk, untuk mendapatkan kondisi aerob media produksi diaerasi dengan bantuan
fermentor yang dilengkapi dengan leher angsa dan dihubungkan dengan scrubber
yang berisi H2SO4 dengan tujuan untuk menarik oksigen dan H2SO4 agar udara tetap
steril. Pada leher angsa dimasukkan H2SO4 untuk mencegah mikroba kontaminan
selama proses aerasi berlangsung sehingga mikroba kontaminan tidak ikut masuk ke
dalam media produksi. Kelarutan oksigen akan bertambah dengan bantuan udara
bubbling melalui leher angsa, karena bubling ini dapat menimbulkan efek
pengadukan dengan menggunakan oksigen sehingga kelarutan oksigen semakin
optimal. Selain itu kelarutan oksigen juga dipengaruhi dengan rasio volume fermentor
dan volume medianya untuk memperbesar kontak cair udara sehingga proses aerasi
dapat berlangsung secara optimal. Saat pengambilan sampel cairan yang ada di
saluran pengambilan sampel harus dibuang terlebih dahulu, karena terdapat mikroba
yang stuck di dalam saluran tersebut dia tidak ikut proses fermentasi atau tidak ikut
mengkonversi substrat sehingga harus dibuang terlebih dahulu. Sampel dianalisis
kadar sukrosanya dengan refractometer (pengukuran brix) dan asam sitrat dengan
titrasi asam basa (acidimetric).
Selama waktu fermentasi akan terjadi penurunan pH, hal ini dimungkinkan terjadi
karena adanya reaksi penyangga pH dan terbentuknya asam-asam lemah yang
membentuk buffer dengan garamnya. Berdasarkan data yang diperoleh dan dilakukan
pengolahan data terlihat bahwa grafik konsentrasi substrat (sukrosa) mengalami
penurunan, hal ini terjadi karena jamur Aspergillus niger mengkonversi substart
(sukrosa) menjadi produk asam sitrat sehingga semakin lama substrat (sukrosa) akan
berkurang dan produk asam sitrat akan semakin bertambah ditandai dengan grafik
konsentrasi asam sitrat mengalami kenaikan seiring berjalannya waktu. Untuk
menentukan jenis pola pembentukan produk asam sitrat dapat dilakukan dengan
membuat kurva antara laju pengurangan konsentrasi substrat (laju pertumbuhan
spesifik) dan pembentukan produk spesifik terhadap waktu. Tipe pola pertumbuhan
dan pembentukan produk pada praktikum ini termasuk pola (a) yaitu pola
pembentukan produk yang berasosiai dengan bertumbuhan yang ditandai dengan
waktu pembentukan produk terjadi bersamaaan dengan waktu pertumbuhan spesifik.
Tetapi dapat terlihat bahwa konsentrasi pembentukan asam sitrat lebih tinggi dari
pertumbuhan spesifiknya, hal ini dikarenakan media produksi dibuat dengan
komposisi yang meminimalisir pertumbuhan sel. Yield yang diperoleh terhadap
substrat yang terkonsumsi sebesar 26,65%, yield relativ kecil hal ini dapat karenakan
beberapa faktor seperti kelarutan oksigen yang kurang, timbulnya busa (foam) saat
proses aerasi karena busa dapat menghambat transfer oksigen sehingga kelarutan
oksigen dalam media produksi menurun dan mengakibatkan terhambatnya proses
pembentukan produk asam sitrat, atau dapat dikarenakan pertumbuhan jamur yang
tidak optimal saat di dalam media inokulum sehingga saat di media produksi hanya
sedikit substrat (sukrosa) yang terkonversinya, faktor pH, kesalahan saat
pengoperasian dan sebagainya.
II. KESIMPULAN
1. Komposisi pada media pertumbuhan untuk menunjang serta mengoptimalkan
pertumbuhan mikroba jamur Aspergillus niger sedangkan komposisi pada media
produksi untuk menunjang serta mengoptimalkan pembentukan produk asam
sitrat.
2. Kondisi optimum pembentukan asam sitrat media produksi Peppler pada suhu 28-
29ᵒC, pengadukan 120 rpm dan pH 2 sedangkan media produksi Shu & Johnson
pada suhu 28-29ᵒC, pengadukan 120 rpm dan pH 3,8
3. Yield yang diperoleh sebesar 26,65%
4. Pola pembentukan produk pada praktikum ini adalah pola pembentukan produk
yang berasosiasi pada pertumbuhan.
Nama/NIM : Yusfi Fadilla Busjori/191424032
Kelas : 2A – Teknik Kimia Produksi Bersih
Kelompok : 8 (Delapan)

Modul I : Fermentasi Asam Sitrat Oleh Aspergillus Niger (Fermentasi Aerob)


I. PEMBAHASAN
Pada praktikum ini dilakukan fermentasi asam sitrat secara anaerob dengan
menggunakan jamur Aspergillus niger. Fermentasi dilakukan secara batch aerob.
Fermentasi aerob ini pada prosesnya membutuhkan oksigen agar ferementasi berjalan
dengan baik. Mikroba yang digunakan pada percobaan ini adalah jamur Aspergillus
niger. Jamur ini merupakan jamur yang memiliki banyak manfaat karena memiliki
sifat yang cepat tumbuh dan jamur yang tidak menghasilkan mikotoksin sehigga
aman untuk digunakan produksi secara komersial. Jamur Aspergillus niger memiliki
banyak manfaat salahsatunya berfungsi untuk menghasilkan asam sitrat (Ali et al,
2002).
Media pertumbuhan dan media produksi yang digunakan memiliki komposisi
yang berbeda karena pada percobaan hasil yang diinginkan berupa produk metabolit.
Pada awal percobaan, jamur dilakukan proses inokulasi pada media pertumbuhan
berupa Potato Dextrose Broth (PDB) . komposisi PDB terdiri dari kentang 200 gr,
dextrose 20 gr, CaCO3 0,02 gr, MgSO4 0,02 gr, dan aquadest 1000 ml. Proses
inokulasi dilakukan dengan cara melepaskan koloni jamur pada gar miring
menggunakan jarum ose yang sudah di sterilisasi sehingga jamur larut dalam media
pertumbuhan, kemudian larutan tersebut dimasukan kedalam Erlenmeyer yang berisi
media pertumbuhan dan dilakukan inkubasi menggunakan incubator shaker selama
24jam. Proses inokulasi perlu dilakukan agar jamur Aspergillus niger yang akan
digunakan untuk fermentasi dapat berdaptasi pada lingkungan yang baru dan dapat
tumbuh sehingga mampu melakukan fermentasi untuk menghasilkan produk yaitu
asam sitrat. Inokulasi dilakukan pada incubator shaker agar seluruh jamur yang
tumbuh selama proses inoculum dapat memperoleh nutrient yang sama dari media
pertumbuhan. Setelah dilakukan proses inokulasi, biakan jamur dalam media
pertumbuhan tadi dimasukan kedalam Erlenmeyer yang berisi media produksi. Media
produksi yang digunakan adalah media sintesis HJ Peppler dengan komposisi gula
(sukrosa) 1242gram, (NH4)2SO4 2 gram, KH2PO4 0,14 gram, MgSO4.7H2O 1
gram, FeCl3 0,5, HCl sampai mencapai pH 2, dan aquadest 1L. Lalu dilakukan
inkubasi pada incubator shaker selama 7 hari pada 28-29˚C,120 rpm. Karena
fermentasi yang dilakukan merupakan fermentasi aerob, pada fermentor dipasang alat
salurang yang disebut sebagai leher angsa yang dihubungkan dengan H 2SO4 dan
pompa oksigen. Larutan asam sulfat tersebut berguna agar proses tetap berlangsung
secara aseptis. Dengan adanya leher angsa tersebut dapat menyebabkan terjadinya
bubbling pada media produksi sehingga pada media produksi mengandung gas
oksigen. Selama proses fermentasi berlangsung dilakukan sampling setiap interval
waktu tertentu (6 jam) untuk dilakukan proses analisis produk yang dihasilkan. Perlu
diperhatikan pada saat proses sampling larutan yang berada pada saluran sampling
harus dibuang terlebih dahulu karena cairan pada saluran tersebut bukan merupakan
hasil fermentasi karena pd saluran merupakan deadpoint, sample yang diambil saat
sampling untuk dianalisis harus sample yang berasal dari fermentor. Proses sampling
harus dilakukan dengan kondisi aseptis.
Analisis dilakukan untuk mengetahui kadar sukrosa yang terkonsumsi selama
proses fermetasi dan mengetahui kadar asam sitrat yang terbentuk. Sebelum
dilakukan Analisa, praktikan membuat kurva starndar konsentrasi asam sitrat dan
kurva starndar konsentrasi sukrosa. Kurva standar ini berfungsi sebagai acuan untuk
menghitung konsentrasi sample. Analisis sukrosa dilakukan dengan metoda
refractometer dengan mengukur Brix, analisis asam sitrat dilakukan dengan metode
titrasi asam basa menggunakan NaOH 0,01N dengan indikator fenophtalein dengan
asumsi konsentrasi asam total merupakan konsentrasi asam sitrat. Hasil perhitungan
konsentrasi sukrosa dan konsentrasi asam sitrat kemudian diplot ke grafik konsentrasi
asam sitrat terhdap waktu dan konsentrasi sukrosa terhadap waktu. Didapatkan hasil
bahwa seiring berjalannya waktu selama proses fermentasi kadar sukrosa berkurang
dan kadar asam sitrat terus bertambah. Hal ini terjadi karena jamur Aspergillus niger
mengubah substrat (sukrosa) menjadi produk yang berupa asam sitrat. Untuk
mengetahui jenis pola pembentukan produk asam sitrat yang terbentuk pada
percobaan ini dibuat kurva laju pengurangan konsentrasi substat dan laju
pertumbuhan produk terhadap waktu. Pada kurva tersebut dapat diketahui bahwa
jenis pola pertumbuhan produk yang terbentuk pada percobaan ini adalah pola
pembentukkan produk berasosiasi dengan pertumbuhan. Hal ini berarti hubungan laju
pertumbuhan spesifik berbanding lurus dengan pembentukkan produk yang ditandai
dengan waktu pertumbuhan spesifik terjadi pada waktu yang sama dengan
pembentukan produk.
Yield yang dihasilkan pada percobaan ini adalah 26,65%. Yield yang dihasilkan
kecil dapat tejadi karena jamur proses inokulasi jamur yang dilakukan tidak maksimal
dan kondisi lingkukan saat kerja tidak aseptis sehingga bisa saja terdapat kontaminan
yang dapat menghambat proses inokulasi dan fermentasi saat percobaan sedang
dilakukan.
II. KESIMPULAN
- Pada proses fermentasi ini, seiring berjalannya waktu fermentasi kadar sukrosa
sebagai substrat semakin berkurang dan kadar asam sitrat sebagai produk semakin
bertambah .
- Yield yang diperoleh pada percobaan ini adalah 26,65%
- Pola pembentukan asam produk asam sitrat yang terjadi padda percobaan ini
adalah pola pembentukan produk yang berasosiasi dengan pertumbuhan.

Anda mungkin juga menyukai